Anda di halaman 1dari 23

1.

TRAFO
Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah perangkat penting
dalam setiap rangkaian jaringan listrik yang pada umumnya digunakan untuk mengubah
suatu taraf tegangan AC (bolak-balik) ke taraf tegangan AC lainnya tanpa adanya kontak
fisik dan juga tanpa terjadi perubahan pada karakteristik fasa dan frekuensi. Pengubahan level
atau taraf tegangan AC tersebut terjadi karena adanya induksi elektromagnetik antara
kumparan primer dan kumparan sekunder.

Jenis-jenis Transformator (Trafo)

Ada beberapa jenis Trafo yang digunakan dalam sistem kelistrikan untuk keperluan
yang berbeda-beda. Keperluan-keperluan tersebut diantaranya seperti trafo yang digunakan
untuk pembangkit tenaga listrik dan untuk keperluan distribusi dan transmisi tenaga listrik.
Perangkat yang dalam bahasa Inggris disebut dengan Transformer ini dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa jenis, diantaranya seperti pengklasifikasian berdasarkan level tegangan,
berdasarkan media atau bahan inti (core) trafo yang digunakan, berdasarkan pengaturan
lilitan, berdasarkan penggunaannya dan juga berdasarkan tempat penggunaannya.

Berikut ini adalah beberapa jenis Trafo berdasarkan masing-masing pengklasifikasiannya.

1. Jenis-jenis Transformator berdasarkan Level Tegangan

Trafo yang diklasifikasikan berdasarkan level tegangan ini merupakan trafo yang paling
umum dan sering kita gunakan. Pengklasfikasian ini pada dasarnya tergantung pada rasio
jumlah gulungan di kumparan Primer dengan jumlah kumparan Sekundernya. Jenis Trafo
berdasarkan Level tegangan ini diantaranya adalah Trafo Step Up dan Trafo Step Down.

1.1. Trafo Step Up

Seperti namanya, Trafo Step Up adalah Trafo yang berfungsi untuk menaikan taraf atau level
tegangan AC dari rendah ke taraf yang lebih tinggi. Tegangan Sekunder sebagai tegangan
Output yang lebih tinggi dapat ditingkatkan dengan cara memperbanyak jumlah lilitan di
kumparan sekundernya daripada jumlah lilitan di kumparan primernya. Pada pembangkit
listrik, Trafo jenis ini digunakan sebagai penghubung trafo generator ke grid.

1.2. Trafo Step Down

Trafo Step Down adalah Trafo yang digunakan untuk menurunkan taraf level tegangan AC
dari taraf yang tinggi ke taraf yang lebih rendah. Pada Trafo Step Down ini, Rasio jumlah
lilitan pada kumparan primer lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah lilitan pada
kumparan sekundernya. Di jaringan Distribusi, transformator atau trafo step down ini
biasanya digunakan untuk mengubah tegangan grid yang tinggi menjadi tegangan rendah
yang bisa digunakan untuk peralatan rumah tangga. Sedangkan di rumah tangga, kita sering
menggunakannya untuk menurunkan taraf tegangan listrik yang berasal dari PLN (220V)
menjadi taraf tegangan yang sesuai dengan peralatan elektronik kita.
2. Jenis-jenis Transformator berdasarkan bahan Inti (core) yang Digunakan

Berdasarkan media atau bahan Inti yang digunakan untuk lilitan primer dan lilitan sekunder,
Trafo dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu Trafo berinti Udara (Air Core) dan Trafo berinti
Besi (Iron Core).

2.1. Trafo berinti Udara (Air Core Transformer)

Pada Trafo yang berinti Udara, Gulungan Primer dan Gulungan Sekunder dililitkan pada inti
berbahan non-magnetik yang biasanya berbentuk tabung yang berongga. Bahan non-
magnetik yang dimaksud tersebut dapat berupa bahan kertas ataupun karton. Ini artinya,
hubungan hubungan fluks antara gulungan primer dan gulungan sekunder adalah melalui
udara. Tingkat kopling atau induktansi mutual diantara lilitan-lilitan tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan Trafo yang berinti besi. Kerugian Histerisis dan kerugian arus eddy
yang biasanya terjadi pada trafo inti besi dapat dikurangi atau bahkan dapat dihilangkan pada
trafo yang yang berinti udara ini. Trafo inti udara ini biasanya digunakan pada rangkaian
frekuensi tinggi.

2.2. Trafo berinti Besi (Iron Core Transformer)

Pada Trafo berinti Besi, gulungan primer dan gulungan sekunder dililitkan pada inti
lempengan-lempengan besi tipis yang dilaminasi. Trafo inti besi memiliki efisiensi yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan trafo yang berinti udara. Hal ini dikarenakan bahan besi
mengandung sifat magnetik dan juga konduktif sehingga mempermudah jalannya fluks
magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik kumparan serta untuk mengurangi suhu panas yang
ditimbulkan. Trafo yang berinti besi biasanya digunakan pada aplikasi frekuensi rendah.

3. Jenis-jenis Transformator berdasarkan Pengaturan Lilitannya

3.1. Trafo Otomatis (Auto Transformer)

Auto Transformer atau Trafo Otomatis adalah Trafo listrik yang hanya memiliki satu
kumparan dimana kumparan primer dan kumparan sekundernya digabung dalam 1 rangkaian
yang terhubung secara fisik dan magnetis. Pengaturan lilitan ini sangat berbeda dengan Trafo
standar pada umumnya yang terdiri dari dua kumparan atau gulungan yang ditempatkan pada
dua sisi berbeda yaitu kumparan Primer dan kumparan sekunder.
Trafo Otomatis ini sering digunakan sebagai trafo step up dan step down yang berfungsi
untuk menaikan tegangan maupun menurun tegangan pada kisaran 100V-110V-120V dan
kisaran 220V-230V-240V bahkan pada kisaran 110V hingga 220V.

4. Jenis-jenis Transformator berdasarkan Penggunaannya

Trafo dapat digunakan untuk melakukan berbagai fungsi sesuai dengan kebutuhannya. Trafo
jenis ini dapat diklasifikasikan menjadi Trafo daya, trafo distribusi, trafo pengukuran dan
trafo proteksi

4.1. Trafo Daya (Power Transformer)

Transformator Daya adalah jenis trafo yang berukuran besar dan digunakan untuk aplikasi
transfer daya tinggi yang mencapai hingga 33 Kilo Volt. Trafo daya ini sering digunakan di
stasiun pembangkit listrik dan gardu transmisi. Trafo Daya biasanya memiliki tingkat insulasi
yang tinggi.

4.2. Trafo Distribusi (Distribution Transformer)

Trafo Distribusi atau Distribution Transformer digunakan untuk mendistribusikan energi


listrik dari pembangkit listrik ke daerah perumahan ataupun lokasi industri. Pada dasarnya,
Trafo Distribusi ini mendistribusikan energi listrik pada tegangan rendah yang kurang dari 33
kilo Volt untuk keperluan rumah tangga ataupun industri yang berada dalam kisaran tegangan
220V hingga 440V.

4.3. Trafo Pengukuran (Measurement Transformer)

Trafo Pengukuran atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Measurement Transformer atau
Instrument Transformer ini digunakan untuk mengukur kuantitas tegangan, arus listrik dan
daya yang biasanya diklasifikasikan menjadi trafo tegangan dan trafo arus listrik dan lain-
lainnya.
4.4. Trafo Proteksi (Protection Transformer)

Trafo Proteksi ini digunakan untuk melindungi komponen listrik. Perbedaan utama antara
trafo proteksi dan trafo pengukuran adalah pada akurasinya. Dimana trafo proteksi harus
lebih akurat jika dibandingkan dengan trafo pengukuran.

5. Jenis-jenis Transformator berdasarkan Tempat Penggunaanya

Penggolongan Trafo berdasarkan tempat penggunaannya ini biasanya terdiri dari trafo indoor
(dalam ruangan) trafo outdoor (luar ruangan). Trafo Indoor adalah trafo yang harus diletakan
di dalam ruangan yang ditutupi dengan atap seperti trafo-trafo yang digunakan pada industri-
industri sedangkan trafo outdoor adalah trafo yang dapat ditempatkan diluar ruangan seperti
trafo distribusi yang ditempatkan di gardu induk dan lain-lainnya.
2.DIODA BRIDGE (DIODA JEMBATAN)
Dioda Bridge (Bridge Diode) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Dioda
Jembatan adalah jenis dioda yang berfungsi sebagai penyearah arus bolak-balik (Alternating
Current/AC) menjadi arus searah (Direct Current/DC). Dioda Bridge pada dasarnya
merupakan susunan dari empat buah Dioda yang dirangkai dalam konfigurasi rangkaian
jembatan (bridge) yang dikemas menjadi satu perangkat komponen yang berkaki empat. Dua
kaki Terminal dipergunakan sebagai Input untuk tegangan/arus listrik AC (bolak balik)
sedangkan dua kaki terminalnya lagi adalah terminal Output yaitu Terminal Output Positif
(+) dan Terminal Output Negatif (-).

Konfigurasi rangkaian jembatan Bridge Diode ini dapat menghasilkan polaritas atau
arah yang sama pada Output dari kedua polaritas Input yang bolak-balik. Tentunya, sama
seperti dioda pada umumnya, Dioda Bridge juga terbuat dari bahan semikonduktor. Dioda
Bridge atau Dioda Jembatan ini biasanya tersedia dalam bentuk Single In Line (SIL) dan
Dual In Line (DIL).

Diode Bridge yang merupakan komponen untuk penyearah gelombang penuh (full
wave rectifier) ini adalah penyearah yang sering digunakan dalam rangkaian Pencatu Daya
(Power Supply) karena kinerjanya yang lebih baik dengan ukuran yang lebih kecil dan juga
biaya yang relatif murah dibanding dengan penyearah gelombang penuh yang dihubungkan
dengan transformator center tap (trafo CT).

Fitur terpenting pada Dioda Bridge ini adalah memiliki polaritas output yang sama
meskipun polaritas Inputnya terbalik atau bolak balik. Rangkaian Jembatan pada Dioda ini
ditemukan oleh Karol Pollak yaitu seorang teknisi elektro yang berasal dari Polandia.
Temuan tersebut kemudian dipatenkan pada tanggal 14 Januari 1896.

Gambar Bentuk dan Simbol Dioda Bridge (Dioda Jembatan)

Berikut ini adalah gambar bentuk dan simbol dari Dioda Bridge (Dioda Jembatan).
Prinsip Kerja Dioda Bridge (Bridge Diode)

Prinsip Kerja Dioda Bridge pada dasarnya sama dengan 4 buah dioda penyearah biasa yang
disusun dalam rangkaian jembatan. Cara kerjanya pun sama dengan cara kerja Penyearah
Gelombang Penuh (Full Wave Rectifier). Untuk lebih jelas mengenai cara kerja bridge diode,
kita dapat melihat gambar dibawah ini :

Seperti yang kita lihat pada gambar diatas, keempat Dioda yang diberi label D1, D2, D3 dan
D4 disusun secara seri berpasangan dengan hanya dua dioda saja yang melewatkan arus
satu sisi sinyal atau arus setengah siklus gelombang (half cycle). Pada saat sisi sinyal positif
(+) diberikan ke Input-1 dan sinyal negatif (-) diberikan ke Input-2 Dioda bridge, rangkaian
internal D1 dan D2 akan berada dalam kondisi Forward Bias sehingga melewatkan sinyal
positif tersebut, sedangkan D3 dan D4 akan berada dalam kondisi Reverse Bias yang
menghambat sinyal sisi negatifnya (lihat gambar (a) diatas.

Kemudian pada saat sinyal berubah menjadi sinyal negatif (-) yang diberikan ke Input-1 dan
sinyal positif (+) ke Input-2 Dioda bridge maka D3 dan D4 akan berubah juga menjadi
kondisi Forward Bias yang melewatkan sedangkan D1 dan D2-nya menjadi reverse bias yang
menghambat sinyal sisi negatif (lihat gambar (b) diatas). Hasil dari Penyearah gelombang
penuh adalah seperti yang dapat kita lihat di gambar c diatas.
3.KAPASITOR
Kapasitor (Capacitor) atau disebut juga dengan Kondensator (Condensator) adalah
Komponen Elektronika Pasif yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu sementara
dengan satuan kapasitansinya adalah Farad. Satuan Kapasitor tersebut diambil dari nama
penemunya yaitu Michael Faraday (1791 ~ 1867) yang berasal dari Inggris. Namun Farad
adalah satuan yang sangat besar, oleh karena itu pada umumnya Kapasitor yang digunakan
dalam peralatan Elektronika adalah satuan Farad yang dikecilkan menjadi pikoFarad,
NanoFarad dan MicroFarad.

Konversi Satuan Farad adalah sebagai berikut :

1 Farad = 1.000.000F (mikro Farad)


1F = 1.000nF (nano Farad)
1F = 1.000.000pF (piko Farad)
1nF = 1.000pF (piko Farad)

Kapasitor merupakan Komponen Elektronika yang terdiri dari 2 pelat konduktor yang
pada umumnya adalah terbuat dari logam dan sebuah Isolator diantaranya sebagai pemisah.
Dalam Rangkaian Elektronika, Kapasitor disingkat dengan huruf C.

-Jenis-Jenis Kapasitor

Berdasarkan bahan Isolator dan nilainya, Kapasitor dapat dibagi menjadi 2 Jenis yaitu
Kapasitor Nilai Tetap dan Kapasitor Variabel. Berikut ini adalah penjelasan singkatnya untuk
masing-masing jenis Kapasitor :

A. KAPASITOR NILAI TETAP (FIXED CAPACITOR)

Kapasitor Nilai Tetap atau Fixed Capacitor adalah Kapasitor yang nilainya konstan atau tidak
berubah-ubah. Berikut ini adalah Jenis-jenis Kapasitor yang nilainya Tetap :
1. Kapasitor Keramik (Ceramic Capasitor)

Kapasitor Keramik adalah Kapasitor yang Isolatornya terbuat dari Keramik dan berbentuk
bulat tipis ataupun persegi empat. Kapasitor Keramik tidak memiliki arah atau polaritas, jadi
dapat dipasang bolak-balik dalam rangkaian Elektronika. Pada umumnya, Nilai Kapasitor
Keramik berkisar antara 1pf sampai 0.01F.

Kapasitor yang berbentuk Chip (Chip Capasitor) umumnya terbuat dari bahan Keramik yang
dikemas sangat kecil untuk memenuhi kebutuhan peralatan Elektronik yang dirancang makin
kecil dan dapat dipasang oleh Mesin Produksi SMT (Surface Mount Technology) yang
berkecepatan tinggi.

2. Kapasitor Polyester (Polyester Capacitor)

Kapasitor Polyester adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Polyester dengan bentuk
persegi empat. Kapasitor Polyester dapat dipasang terbalik dalam rangkaian Elektronika
(tidak memiliki polaritas arah)

3. Kapasitor Kertas (Paper Capacitor)

Kapasitor Kertas adalah kapasitor yang isolatornya terbuat dari Kertas dan pada umumnya
nilai kapasitor kertas berkisar diantara 300pf sampai 4F. Kapasitor Kertas tidak memiliki
polaritas arah atau dapat dipasang bolak balik dalam Rangkaian Elektronika.

4. Kapasitor Mika (Mica Capacitor)


Kapasitor Mika adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari bahan Mika. Nilai
Kapasitor Mika pada umumnya berkisar antara 50pF sampai 0.02F. Kapasitor Mika juga
dapat dipasang bolak balik karena tidak memiliki polaritas arah.

5. Kapasitor Elektrolit (Electrolyte Capacitor)

Kapasitor Elektrolit adalah kapasitor yang bahan Isolatornya terbuat dari Elektrolit
(Electrolyte) dan berbentuk Tabung / Silinder. Kapasitor Elektrolit atau disingkat dengan
ELCO ini sering dipakai pada Rangkaian Elektronika yang memerlukan Kapasintasi
(Capacitance) yang tinggi. Kapasitor Elektrolit yang memiliki Polaritas arah Positif (-) dan
Negatif (-) ini menggunakan bahan Aluminium sebagai pembungkus dan sekaligus sebagai
terminal Negatif-nya. Pada umumnya nilai Kapasitor Elektrolit berkisar dari 0.47F hingga
ribuan microfarad (F). Biasanya di badan Kapasitor Elektrolit (ELCO) akan tertera Nilai
Kapasitansi, Tegangan (Voltage), dan Terminal Negatif-nya. Hal yang perlu diperhatikan,
Kapasitor Elektrolit dapat meledak jika polaritas (arah) pemasangannya terbalik dan
melampui batas kamampuan tegangannya.

6. Kapasitor Tantalum

Kapasitor Tantalum juga memiliki Polaritas arah Positif (+) dan Negatif (-) seperti halnya
Kapasitor Elektrolit dan bahan Isolatornya juga berasal dari Elektrolit. Disebut dengan
Kapasitor Tantalum karena Kapasitor jenis ini memakai bahan Logam Tantalum sebagai
Terminal Anodanya (+). Kapasitor Tantalum dapat beroperasi pada suhu yang lebih tinggi
dibanding dengan tipe Kapasitor Elektrolit lainnya dan juga memiliki kapasintansi yang besar
tetapi dapat dikemas dalam ukuran yang lebih kecil dan mungil. Oleh karena itu, Kapasitor
Tantalum merupakan jenis Kapasitor yang berharga mahal. Pada umumnya dipakai pada
peralatan Elektronika yang berukuran kecil seperti di Handphone dan Laptop.

B. KAPASITOR VARIABEL (VARIABLE CAPACITOR)

Kapasitor Variabel adalah Kapasitor yang nilai Kapasitansinya dapat diatur atau berubah-
ubah. Secara fisik, Kapasitor Variabel ini terdiri dari 2 jenis yaitu :
1. VARCO (Variable Condensator)

VARCO (Variable Condensator) yang terbuat dari Logam dengan ukuran yang lebih besar
dan pada umumnya digunakan untuk memilih Gelombang Frekuensi pada Rangkaian Radio
(digabungkan dengan Spul Antena dan Spul Osilator). Nilai Kapasitansi VARCO berkisar
antara 100pF sampai 500pF

2. Trimmer

Trimmer adalah jenis Kapasitor Variabel yang memiliki bentuk lebih kecil sehingga
memerlukan alat seperti Obeng untuk dapat memutar Poros pengaturnya. Trimmer terdiri dari
2 pelat logam yang dipisahkan oleh selembar Mika dan juga terdapat sebuah Screw yang
mengatur jarak kedua pelat logam tersebut sehingga nilai kapasitansinya menjadi berubah.
Trimmer dalam Rangkaian Elektronika berfungsi untuk menepatkan pemilihan gelombang
Frekuensi (Fine Tune). Nilai Kapasitansi Trimmer hanya maksimal sampai 100pF.

Fungsi Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika

Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen Elektronika
yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor memiliki banyak fungsi
sehingga hampir setiap Rangkaian Elektronika memerlukannya.

Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian Elektronika :

Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik


Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)
Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
Sebagai Kopling
Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
Sebagai Penggeser Fasa
Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang digabungkan dengan
Spul Antena dan Osilator)
4.RESISTOR
Resistor atau disebut juga dengan Hambatan adalah Komponen Elektronika Pasif
yang berfungsi untuk menghambat dan mengatur arus listrik dalam suatu rangkaian
Elektronika. Satuan Nilai Resistor atau Hambatan adalah Ohm (). Nilai Resistor biasanya
diwakili dengan Kode angka ataupun Gelang Warna yang terdapat di badan Resistor.
Hambatan Resistor sering disebut juga dengan Resistansi atau Resistance.

Fungsi-fungsi Resistor

Fungsi-fungsi Resistor di dalam Rangkaian Elektronika diantaranya adalah sebagai berikut :

Sebagai Pembatas Arus listrik


Sebagai Pengatur Arus listrik
Sebagai Pembagi Tegangan listrik
Sebagai Penurun Tegangan listrik

Jenis-jenis Resistor

Berdasarkan jenis dan bahan yang digunakan untuk membuat resistor dibedakan menjadi
resistor kawat, resistor arang dan resistor oksida logam atau resistor metal film.

1. Resistor Kawat (Wirewound Resistor)

Resistor kawat atau wirewound resistor merupakan resistor yang dibuat dengan bahat kawat
yang dililitkan. Sehingga nilai resistansiresistor ditentukan dari panjangnya kawat yang
dililitkan. Resistor jenis ini pada umumnya dibuat dengan kapasitas daya yang besar.

2. Resistor Arang (Carbon Resistor)


Resistor arang atau resistor karbon merupakan resistor yang dibuat dengan bahan utama
batang arang atau karbon. Resistor karbon ini merupakan resistor yang banyak digunakan dan
banyak diperjual belikan. Dipasaran resistor jenis ini dapat kita jumpai dengan kapasitas daya
1/16 Watt, 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt, 1 Watt, 2 Watt dan 3 Watt.

3. Resistor Oksida Logam (Metal Film Resistor)

Resistor oksida logam atau lebih dikenal dengan nama resistor metal film merupakan resistor
yang dibuah dengan bahan utama oksida logam yang memiliki karakteristik lebih baik.
Resistor metal film ini dapat ditemui dengan nilai tolerasni 1% dan 2%. Bentuk fisik resistor
metal film ini mirip denganresistor kabon hanya beda warna dan jumlah cicin warna yang
digunakan dalam penilaian resistor tersebut. Sama seperti resistorkarbon, resistor metal film
ini juga diproduksi dalam beberapa kapasitas daya yaitu 1/8 Watt, 1/4 Watt, 1/2 Watt.
Resistor metal film ini banyak digunakan untuk keperluan pengukuran, perangkat industri
dan perangkat militer.

Kemudian berdasarkan nilai resistansinya resistor dibedakan menjadi 2 jenis yaitu resistor
tetap (Fixed Resistor) dan resistor tidak tetap (Variable Resistor)

1. Resistor tetap(Fixed Resistor)

Resistor tetap merupakan resistor yang nilai resistansinya tidap dapat diubah atau tetap.
Resistor jenis ini biasa digunakan dalam rangkaian elektronika sebagai pembatas arus dalam
suatu rangkaian elektronika. Resistor tetap dapat kita temui dalam beberpa jenis, seperti :

Metal Film Resistor


Metal Oxide Resistor
Carbon Film Resistor
Ceramic Encased Wirewound
Economy Wirewound
Zero Ohm Jumper Wire
S I P Resistor Network
2. Resistor Tidak Tetap (Variable Resistor)

Resistor tidak tetap atau variable resistor terdiridari 2 tipe yaitu :

Pontensiometer, tipe variable resistor yang dapat diatur nilai resistansinya secara
langsung karena telah dilengkapi dengan tuas kontrol. Potensiometer terdiri dari 2
jenis yaitu Potensiometer Linier dan Potensiometer Logaritmis
Trimer Potensiometer, yaitu tipe variable resistor yang membutuhkan alat bantu
(obeng) dalam mengatur nilai resistansinya. Pada umumnya resistor jenis ini disebut
dengan istilah Trimer Potensiometer atau VR
Thermistor, yaitu tipe resistor variable yangnilairesistansinya akan berubah
mengikuti suhu disekitar resistor. Thermistor terdiri dari 2 jenis yaitu NTC dan PTC.
Untuk lebih detilnya thermistor akan dibahas dalam artikel yang lain.
LDR (Light Depending Resistor), yaitu tipe resistor variabel yang nilai resistansinya
akan berubah mengikuti cahaya yang diterima oleh LDR tersebut.

Kode Warna Resistor

Cicin warna yang terdapat pada resistor terdiri dari 4 ring 5 dan 6 ring warna. Dari cicin
warna yang terdapat dari suatu resistor tersebut memiliki arti dan nilai dimana nilai resistansi
resistor dengan kode warna yaitu :

1. Resistor dengan 4 cincin kode warna

Maka cincin ke 1 dan ke 2 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 3 merupakan
faktor pengali kemudian cincin kode warnake 4 menunjukan nilai toleransi resistor.

2. Resistor dengan 5 cincin kode warna

Maka cincin ke 1, ke 2 dan ke 3 merupakan digit angka, dan cincin kode warna ke 4
merupakan faktor pengali kemudian cincin kode warna ke 5 menunjukan nilai toleransi
resistor.
3. Resistor dengan 6 cincin warna

Resistor dengan 6 cicin warna pada prinsipnya sama dengan resistor dengan 5 cincin warna
dalam menentukan nilai resistansinya. Cincin ke 6 menentukan coefisien temperatur yaitu
temperatur maksimum yang diijinkan untuk resistor tersebut.

5.TRANSISTOR

Transistor adalah komponen semikonduktor yang memiliki berbagai macam fungsi


seperti sebagai penguat, pengendali, penyearah, osilator, modulator dan lain sebagainya.
Transistor merupakan salah satu komponen semikonduktor yang paling banyak ditemukan
dalam rangkaian-rangkaian elektronika. Boleh dikatakan bahwa hampir semua perangkat
elektronik menggunakan Transistor untuk berbagai kebutuhan dalam rangkaiannya.
Perangkat-perangkat elektronik yang dimaksud tersebut seperti Televisi, Komputer, Ponsel,
Audio Amplifier, Audio Player, Video Player, konsol Game, Power Supply dan lainnya.
Transistor pada saat ini telah dirancang telah berbagai jenis desain dengan fitur aliran arus
dan pengendali yang unik. Ada jenis Transistor yang berada dalam kondisi OFF hingga
terminal Basis diberikan arus listrik untuk dapat berubah menjadi ON sedangkan ada jenis
lain yang berada dalam kondisi ON hingga harus diberikan arus listrik pada terminal Basis
untuk merubahnya menjadi kondisi OFF. Ada juga Transistor yang membutuhkan arus kecil
dan tegangan kecil untuk mengaktifkannya namun ada yang hanya memerlukan tegangan
untuk mengoperasikannya. Ada lagi Transistor yang memerlukan tegangan positif untuk
memicu pengendalinya di terminal Basis sedangkan ada Transistor yang memerlukan
tegangan negatif sebagai pemicunya.

Jenis-jenis Transistor

Secara umum, Transistor dapat digolongkan menjadi dua keluarga besar yaitu Transistor
Bipolar dan Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor). Perbedaan yang paling utama
diantara dua pengelompokkan tersebut adalah terletak pada bias Input (atau Output) yang
digunakannya. Transistor Bipolar memerlukan arus (current) untuk mengendalikan terminal
lainnya sedangkan Field Effect Transistor (FET) hanya menggunakan tegangan saja (tidak
memerlukan arus). Pada pengoperasiannya, Transistor Bipolar memerlukan muatan pembawa
(carrier) hole dan electron sedangkan FET hanya memerlukan salah satunya.
Berikut ini adalah jenis-jenis Transistor beserta penjelasan singkatnya.

1. Transistor Bipolar (BJT)

Transistor Bipolar adalah Transistor yang struktur dan prinsip kerjanya memerlukan
perpindahan muatan pembawanya yaitu electron di kutup negatif untuk mengisi kekurangan
electon atau hole di kutub positif. Bipolar berasal dari kata bi yang artinya adalah dua
dan kata polar yang artinya adalah kutub. Transistor Bipolar juga sering disebut juga
dengan singkatan BJT yang kepanjangannya adalah Bipolar Junction Transistor.

Jenis-jenis Transistor Bipolar

Transistor Bipolar terdiri dari dua jenis yaitu Transistor NPN dan Transistor PNP. Tiga
Terminal Transistor ini diantaranya adalah terminal Basis, Kolektor dan Emitor.

Transistor NPN adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan
tegangan positif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan
yang lebih besar dari Kolektor ke Emitor.
Transistor PNP adalah transistor bipolar yang menggunakan arus listrik kecil dan
tegangan negatif pada terminal Basis untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan
yang lebih besar dari Emitor ke Kolektor.

Simbol Transistor Bipolar (BJT) dapat dilihat di gambar atas.

2. Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)

Transistor Efek Medan atau Field Effect Transistor yang disingkat menjadi FET ini adalah
jenis Transistor yang menggunakan listrik untuk mengendalikan konduktifitasnya. Yang
dimaksud dengan Medan listrik disini adalah Tegangan listrik yang diberikan pada terminal
Gate (G) untuk mengendalikan aliran arus dan tegangan pada terminal Drain (D) ke terminal
Source (S). Transistor Efek Medan (FET) ini sering juga disebut sebagai Transistor Unipolar
karena pengoperasiannya hanya tergantung pada salah satu muatan pembawa saja, apakah
muatan pembawa tersebut merupakan Electron maupun Hole.

Jenis-jenis Transistor Efek Medan (Field Effect Transistor)

Transistor jenis FET ini terdiri dari tiga jenis yaitu Junction Field Effect Transistor (JFET),
Metal Oxide Semikonductor Field Effect Transistor (MOSFET) dan Uni Junction Transistor
(UJT).

JFET (Junction Field Effect Transistor) adalah Transistor Efek Medanyang


menggunakan persimpangan (junction) p-n bias terbalik sebagai isolator antara
Gerbang (Gate) dan Kanalnya. JFET terdiri dari dua jenis yaitu JFET Kanal P (p-
channel) dan JFET Kanal N (n-channel). JFET terdiri dari tiga kaki terminal yang
masing-masing terminal tersebut diberi nama Gate (G), Drain (D) dan Source (S).
MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor) adalah Transistor
Efek Medan yang menggunakan Isolator (biasanya menggunakan Silicon Dioksida
atau SiO2) diantara Gerbang (Gate) dan Kanalnya. MOSFET ini juga terdiri dua jenis
konfigurasi yaitu MOSFET Depletion dan MOSFET Enhancement yang masing-
masing jenis MOSFET ini juga terbagi menjadi MOSFET Kanal-P (P-channel) dan
MOSFET Kanal-N (N-channel). MOSFET terdiri dari tiga kaki terminal yaitu Gate
(G), Drain (D) dan Source (S).
UJT (Uni Junction Transistor) adalah jenis Transistor yang digolongkan sebagai
Field Effect Transistor (FET) karena pengoperasiannya juga menggunakan medan
listrik atau tegangan sebagai pengendalinya. Berbeda dengan jenis FET lainnya, UJT
mememiliki dua terminal Basis (B1 dan B2) dan 1 terminal Emitor. UJT digunakan
khusus sebagai pengendali (switch) dan tidak dapat dipergunakan sebagai penguat
seperti jenis transistor lainnya.
6.DIODA ZENER

Dioda Zener (Zener Diode) adalah Komponen Elektronika yang terbuat dari Semikonduktor
dan merupakan jenis Dioda yang dirancang khusus untuk dapat beroperasi di rangkaian
Reverse Bias (Bias Balik). Pada saat dipasangkan pada Rangkaian Forward Bias (Bias Maju),
Dioda Zener akan memiliki karakteristik dan fungsi sebagaimana Dioda Normal pada
umumnya. Efek Dioda jenis ini ditemukan oleh seorang Fisikawan Amerika yang bernama
Clarence Melvin Zener pada tahun 1934 sehingga nama Diodanya juga diambil dari nama
penemunya yaitu Dioda Zener.

Bentuk dan Simbol Dioda Zener

Dibawah ini adalah bentuk dan Simbol Dioda Zener :

Prinsip Kerja Dioda Zener

Pada dasarnya, Dioda Zener akan menyalurkan arus listrik yang mengalir ke arah yang
berlawanan jika tegangan yang diberikan melampaui batas Breakdown Voltage atau
Tegangan Tembus Dioda Zenernya. Karakteristik ini berbeda dengan Dioda biasa yang hanya
dapat menyalurkan arus listrik ke satu arah. Tegangan Tembus (Breakdown Voltage) ini
disebut juga dengan Tegangan Zener.
Untuk lebih jelas mengenai Dioda Zener, mari kita lihat Rangkaian dasar Dioda Zener
dibawah ini :

Dalam Rangkaian diatas, Dioda Zener dipasang dengan prinsip Bias Balik (Reverse Bias),
Rangkaian tersebut merupakan cara umum dalam pemasangan Dioda Zener. Dalam
Rangkaian tersebut, tegangan Input (masuk) yang diberikan adalah 12V tetapi Multimeter
menunjukan tegangan yang melewati Dioda Zener adalah 2,8V. Ini artinya tegangan akan
turun saat melewati Dioda Zener yang dipasang secara Bias
Balik (Reverse Bias). Sedangkan fungsi Resistor dalam Rangkaian tersebut adalah untuk
pembatas arus listrik. Untuk menghitung Arus Listrik (Ampere) tersebut, kita dapat
menggunakan Hukum Ohm seperti dibawah ini :

(Vinput Vzener) / R = I
(12 2,8) /460 = 19,6mA

Jika menggunakan Tegangan yang lebih tinggi, contohnya 24V. Maka arus listrik yang
mengalir dalam Rangkaian tersebut akan semakin besar :

(24 2,8) / 460 = 45mA

Akan tetapi, tegangan yang melewati Dioda Zener akan sama yaitu 2,8V. Oleh karena itu,
Dioda Zener merupakan Komponen Elektronika yang cocok untuk digunakan sebagai
Voltage Regulator (Pengatur Tegangan), Dioda Zener akan memberikan tegangan tetap dan
sesuai dengan Tegangan Zenernya terhadap Tegangan Input yang diberikan.

Pada umumnya Tegangan Dioda Zener yang tersedia di pasaran berkisar di antara 2V sampai
70V dengan daya (power) dari 500mW sampai dengan 5W.

Untuk menghitung disipasi daya Dioda Zener, kita dapat menggunakan rumus :

P = Vz I

Contoh :
P = 2,8 x 19,6
P = 54,9mW

Dioda Zener biasanya diaplikasikan pada Voltage Regulator (Pengatur Tegangan) dan Over
Voltage Protection (Perlindungan terhadap kelebihan Tegangan). Fungsi Dioda Zener dalam
rangkaian-rangkaian tersebut adalah untuk menstabilkan arus dan tegangan.

7.LED

Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen elektronika
yang dapat memancarkan cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED
merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya
yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang
dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh
mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control
perangkat elektronik lainnya.

Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat
dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan
Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan
panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED (Light Emitting Diode)
yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV yang
mengganti lampu tube.
Simbol dan Bentuk LED (Light Emitting Diode)

Cara Kerja LED (Light Emitting Diode)

Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang terbuat dari
Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang memiliki dua kutub
yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan memancarkan cahaya apabila
dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda menuju ke Katoda.

LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan junction P
dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah proses untuk
menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang murni sehingga
menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED dialiri tegangan maju
atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K), Kelebihan Elektron pada N-
Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan Hole (lubang) yaitu wilayah yang
bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron berjumpa dengan Hole akan melepaskan
photon dan memancarkan cahaya monokromatik (satu warna).

LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan maju ini
juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi Listrik menjadi
Energi Cahaya.
Cara Mengetahui Polaritas LED

Untuk mengetahui polaritas terminal Anoda (+) dan Katoda (-) pada LED. Kita dapat
melihatnya secara fisik berdasarkan gambar diatas. Ciri-ciri Terminal Anoda pada LED
adalah kaki yang lebih panjang dan juga Lead Frame yang lebih kecil. Sedangkan ciri-ciri
Terminal Katoda adalah Kaki yang lebih pendek dengan Lead Frame yang besar serta terletak
di sisi yang Flat.

Warna-warna LED (Light Emitting Diode)

Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti warna merah,
kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah. Keanekaragaman Warna pada LED
tersebut tergantung pada wavelength (panjang gelombang) dan senyawa semikonduktor yang
dipergunakannya. Berikut ini adalah Tabel Senyawa Semikonduktor yang digunakan untuk
menghasilkan variasi warna pada LED :

Bahan Semikonduktor Wavelength Warna

Gallium Arsenide (GaAs) 850-940nm Infra Merah

Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 630-660nm Merah

Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 605-620nm Jingga

Gallium Arsenide Phosphide Nitride


585-595nm Kuning
(GaAsP:N)

Aluminium Gallium Phosphide (AlGaP) 550-570nm Hijau


Silicon Carbide (SiC) 430-505nm Biru

Gallium Indium Nitride (GaInN) 450nm Putih

Tegangan Maju (Forward Bias) LED

Masing-masing Warna LED (Light Emitting Diode) memerlukan tegangan maju (Forward
Bias) untuk dapat menyalakannya. Tegangan Maju untuk LED tersebut tergolong rendah
sehingga memerlukan sebuah Resistor untuk membatasi Arus dan Tegangannya agar tidak
merusak LED yang bersangkutan. Tegangan Maju biasanya dilambangkan dengan tanda V F.

Tegangan Maju
Warna
@20mA

Infra Merah 1,2V

Merah 1,8V

Jingga 2,0V

Kuning 2,2V

Hijau 3,5V

Biru 3,6V

Putih 4,0V

Kegunaan LED dalam Kehidupan sehari-hari

Teknologi LED memiliki berbagai kelebihan seperti tidak menimbulkan panas, tahan lama,
tidak mengandung bahan berbahaya seperti merkuri, dan hemat listrik serta bentuknya yang
kecil ini semakin popular dalam bidang teknologi pencahayaan. Berbagai produk yang
memerlukan cahaya pun mengadopsi teknologi Light Emitting Diode (LED) ini. Berikut ini
beberapa pengaplikasiannya LED dalam kehidupan sehari-hari.

1. Lampu Penerangan Rumah


2. Lampu Penerangan Jalan
3. Papan Iklan (Advertising)
4. Backlight LCD (TV, Display Handphone, Monitor)
5. Lampu Dekorasi Interior maupun Exterior
6. Lampu Indikator
7. Pemancar Infra Merah pada Remote Control (TV, AC, AV Player)
KOMPONEN KOMPONEN

ELEKTRONIKA BESERTA FUNGSINYA

DISUSUN OLEH :

NAMA : AMIRUL RASYIDI

KELAS : 1TD

DOSEN PEMBIMBING : ADEWASTI,ST,M.Kom

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

TAHUN AJARAN 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai