PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya integritas tulang dan tulang rawan yang hidup,
yang meliputi kerusakan pada sumsum tulang, perisoteum dan jaringan lunak
(Cross dan Swiontkowski, dalam Rizal., dkk, 2014). Fraktur atau patah tulang
adalah terputusnya kontinuitas jaringan dan atau tulang rawan yang umumnya
fraktur fibula, fraktur patella, dan salah satunya adalah fraktur femur. Fraktur
Femur adalah hilangnya kontinuitas tulang paha, kondisi fraktur femur secara
klinis bisa berupa fraktur femur terbuka yang disertai adanya kerusakan jaringan
lunak (otot, kulit, jaringan saraf dan pembuluh darah) dan fraktur femur tertutup
yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada paha (Helmi, 2012).
Fadliyah (2014) terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang
menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Penyebab terbanyak fraktur adalah
kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya.
Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan
dari sekian banyak kasus fraktur di Indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah
1
akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya
yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah
akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027
orang mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 9702 orang
mengalami fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami
fraktur fibula.
Akibat dari fraktur femur ini dapat berdampak terhadap fisik dan
merasakan cemas yang diakibatkan oleh rasa nyeri dari fraktur, perubahan gaya
hidup, kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat, dampak
dari hospitalisasi rawat inap dan harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru
serta takutnya terjadi kecacatan pada dirinya. Dampak sosial dari fraktur femur
pasien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena
harus menjalani perawatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan
sendiri seperti biasanya. Dampak spiritual dari fraktur femur pasien akan
jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan
ketidakmampuannya. Dan bahkan juga berdampak pada fisik nya yaitu terjadi
perubahan pada bagian tubuhnya yang terkena trauma seperti perubahan ukuran
(Hariawan, 2013).
kaidah ilmu keperawatan. Asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur femur
adalah suatu tindakan atau proses dalam praktik keperawatan yang diberikan
secara langsung kepada pasien dengan fraktur femur untuk memenuhi kebutuhan
pasien baik secara biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Asuhan keperawatan
pada pasien dengan fraktur femur tidak berbeda dengan asuhan keperawatan pada
kasus lain yaitu mulai dari tahapan pengkajian sampai dengan tahapan evaluasi.
Menurut Abdul Wahid (2013) diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
pasien dengan fraktur femur adalah nyeri akut, resiko disfungsi neurovaskuler,
(2012), didapatkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan fraktur femur yang
sering muncul adalah nyeri akut, ansietas, kerusakan mobilitas fisik, gangguan
integritas kulit. Oleh karena itu agar tercapainya kesembuhan pada pasien dengan
cepat dan tidak terjadi infeksi, deformitas, dan bahkan sampai pada amputasi,
Pasien dengan kasus ini harus benar-benar mendapatkan asuhan keperawatan yang
optimal.
contoh nya pada penanganan nyeri pada pasien dengan fraktur femur, perawat
lebih sering berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti nyeri.
teknik rileksasi pada pasien untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien.
B. Rumusan Masalah
keperawatan pada pasien fraktur femur di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun
2016 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Padang.
Padang.
D. Manfaat Penelitian
fraktur femur.