Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

1. Jelaskan diagnosis BPH menurut WHO !


Jawaban :
Diagnosis BPH dapat ditegakkan berdasarkan atas berbagai pemeriksaan awal dan
pemeriksaan tambahan. Jika fasilitas tersedia, pemeriksaan awal harus dilakukan oleh
setiap dokter yang menangani pasien BPH, sedangkan pemeriksaan tambahan yang
bersifat penunjang dikerjakan bila ada indikasi untuk melakukan pemeriksaan itu.
Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan anamnesis yang
cermat untuk mendapatkan data tentang riwayat penyakt yang dideritanya. Anamnesis itu
meliputi keluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah mengganggu,
riwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia (pernah mengalami infeksi,
cedera, atau pembedahan), riwayat kesehatan secara umum, keadaan fungsi seksual, obat-
obatan yang dikonsumsi yang dapat menimbulkan keluhan miksi, dan tingkat kebugaran
pasien yang mungkin diperlukan untuk tindakan pembedahan.
Tidak semua BPH menimbulkan gejala. Sebuah penelitan pada pria berusia di
atas 40 tahun, sesuai dengan usianya, sekitar 50% mengalami hyperplasia kelenjar
prostat secara histopatlogis. Dari jumlah tersebut, 30-50% mengalami LUTS, yang juga
dapat disebabkan oleh kondisi lain (Roehrborn dkk, 2008).
LUTS dapat dibagi menjadi gejala penampungan, pengosongan, dan
pascamiksi. Umumnya, LUTS dikaitkan dengan adanya obstruksi yang diakibatkan
oleh pembesaran kelenjar prostat. Namun penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa
LUTS tidak hanya disebabkan oleh adanya kelainan pada prostat. Adanya gangguan dari
kandung kemih dapat juga menyebabkan LUTS, misalnya peningkatan aktivitas otot
detrusor, gangguan kontraktilitas pada fase penampungan, dan penurunan aktivitas
otot detrusor pada fase pengosongan. Kondisi lain baik kondisi urologis maupun
neurologis juga dapat berkontribusi terhadap adanya LUTS
Gejala pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) terdiri atas:
Gejala obstruktif
Hesitancy
Intermittency
Incomplete voiding
Weak urinary stream
Terminal dribling
Straining to pass urine
Prolonged micturition
Gejala iritasi
Frequency of urination
Nocturia
Urgency
Urge incontinence
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih bagian bawah,
beberapa ahli membuat sistem skoring yang secara subyektif dapat diisi dan dihitung
sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) adalah I-PSS (Internasional Prostatic Symptom Score). Dari skor I-PSS itu dapat
dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu (1) bergejala ringan: skor 0-7, (2)
bergejala sedang: skor 8-19, dan (3) bergejala berat: skor 20-35.
Timbulnya gejala LUTS merupakan manifestasi kompensasi otot buli-buli untuk
mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli-buli mengalami kepayahan sehingga jatuh
ke dalam fase dekompensasi yang diwujudkan dalam bentuk retensi urine akut. Gejala
pada saluran kemih atas dapat berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang,
benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis), atau demam yang
merupakan tanda telah terjadi infeksi atau urosepsis.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan teraba
massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urine. Kadang-kadang didapatkan
urine yang selalu menetes tanpa disadari oleh pasien yaitu merupakan pertanda dari
inkontinensia. Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan
tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti
benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus
diperhatikan :
1. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
2. Adakah asimetris
3. Adakah nodul pada prostate
4. Apakah batas atas dapat diraba
5. Sulcus medianus prostate
6. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar,
konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan
kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum.
Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba.
Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan
diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi.
Laboratorium; Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya
leukosituria dan hematuria. BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi saluran
kemih, batu buli-buli atau penyakit lain yang menimbulkan keluhan miksi, di antaranya:
karsinoma buli-buli in situatau striktur uretra, pada pemeriksaan urinalisis menunjukan
adanya kelainan.
Pemeriksaan kultur urine berguna dalam mencari jenis kuman yang menyebabkan
infeksi dan sekaligus menentukan sensitifitas kuman terhadap beberapa antimikroba yang
akan diberikan. Faal ginjal diperiksa untuk mencari kemungkinan adanya penyulit yang
mengenai saluran kemih bagian atas, sedangkan pemeriksaan gula darah untuk penyakit
diabetes melitus yang menimbulkan kelainan saraf pada buli-buli neurogenik.
Pemeriksaan kadar prostate spesific antigen(PSA) dapat dipakai untuk
meramalkan perjalanan penyakit dari BPH. Dalam hal ini jika kadar PSA tinggi berarti:
(a) pertumbuhan volume prostat lebih cepat, (b) keluhan akibat BPH/laju pancaran urine
lebih jelek, dan (c) lebih mudah terjadinya retensi urine akut. Pertumbuhan volume
kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar PSA. Dikatakan oleh Roehrborn
et al(2000) bahwa makin tinggi kadar PSA makin cepat laju pertumbuhan prostat. Laju
pertumbuhan volume prostat rata-rata setiap tahun pada kadar PSA 0,2- 1,3 ng/dl laju
adalah 0,7 mL/tahun, sedangkan pada kadar PSA 1,4-3,2 ng/dl sebesar 2,1 mL/tahun, dan
kadar PSA 3,3-9,9 ng/dl adalah 3,3 mL/tahun. Kadar PSA di dalam serum dapat
mengalami peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi pada prostat (biopsy prostat
atau TURP), pada retensi urine akut, kateterisasi, keganasan prostat, dan usia yang makin
tua. Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah
40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml
50-59 tahun:0-3,5 ng/ml
60-69 tahun:0-4,5 ng/ml
70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml
Pemeriksaan PSA bersamaan dengan colok dubur lebih superior daripada
pemeriksaan colok dubur saja dalam mendeteksi adanya karsinoma prostat. Oleh karena
itu pada usia ini pemeriksaan PSA menjadi sangat penting guna mendeteksi kemungkinan
adanya karsinoma prostat.
Pencitraan; Pemeriksaan IVU dapat menerangkan kemungkinan adanya: (1)
kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter atau hidronefrosis, (2)
memperkirakan besar kelenjar prostat (pendesakan buli-buli oleh kelenjar prostat) atau
ureter disebelah distal yang berbentuk seperti mata kail atau hooked fish, dan (3) penyulit
yang terjadi pada buli-buli, yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-buli.
Pemeriksaan USG dapat dilakukan melalui trans abominal atau trans abdominal
ultrasonography (TAUS) diharapkan mendapat informasi mengenai (1) perkiraan volume
(besar) prostat; (2) panjang prostusi prostat ke buli-buli atau intra prostatic protrusion
(IPP); (3) mungkin didapatkan kelainan pada buli-buli (massa, batu, atau bekuan darah);
(4) menghitung sisa (residu) urine pasca miksi; atau (5) hidronefrosis atau kerusakan
ginjal akibat obstruksi prostat. Pada pasien yang tidak merespon terhadap terapi
medikamentosa dan untuk menetukan keperluan dilakukan operasi dapat dilakukan
pemeriksaan cystoscopy. Sedangkan untuk pasien yang dicurigai menderita penyakit
neurologis atau gagal pada operasi prostat pemeriksaan cystometrograms dan urodynamic
profile dapat disarankan

2. Jelaskan mengenai referred pain dari kolik ureter !


Jawaban
Keluhan yang disampaikan oleh pasien tergantung pada: posisi atau letak batu,
besar batu, dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling dirasakan oleh pasien
adalah nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa berupa nyeri kolikataupun bukan
kolik. Nyeri kolik terjadi karena aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun
ureter meningkat dalam usaha untuk mengeluarkan batu dari saluran kemih. Peningkatan
peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi
peregangan dari terminal saraf yang memberikan sensasi nyeri. Nyeri non kolik terjadi
akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
Serabut saraf nyeri pada renal umumnya saraf simpatis preganglion yang
mencapai korda spinal T-11 sampai L-2 melalui dorsal nerve roots. Transmisi sinyal
nyeri terjadi melalui traktus spinotalamikus asenden. Pada ureter bagian bawah, sinyal
nyeri juga didistribusikan melalui saraf genitofemoral dan n. ilioinguinal. N. erigentes,
yang mempersarafi ureter intramural dan kandung kemih, bertanggung jawab untuk
beberapa gejala kandung kemih.

Ureter proximal dan pelvis renal: Nyeri dari batu ureter bagian atas condong
untuk menjalar ke area pinggang dan area lumbar. Di sisi kanan, hal ini bisa
disalahartikan dengan kolelitiasis atau kolesistisis. Di sisi kiri, diagnosis banding meliputi
pankreatitis akut, ulkus peptikum dan gastritis.
Ureter bagian tengah: Nyeri pada daerah ini menjalar ke bagian kaudoanterior.
Nyeri ini bisa menyerupai apendisitis jika berada di kanan ataupun divertikulitis akut
pada sisi kiri.
Ureter distal: Nyeri pada daerah ini menjalar ke lipat paha, testikel pada pria
maupun labia mayor pada wanita karena nyeri ini dialihkan melalui n. ilioinguinal atau n.
genitofemoral. Jika batu berada di ureter intramural, gejala yang muncul mirip dengan
sistitis atau uretritis. Gejala ini meliputi nyeri suprapubis, urgensi, disuria, nyeri pada
ujung penis, dan terkadang berbagai gejala GI seperti diare dan tenesmus. Gejala ini bisa
disalahartikan dengan penyakit inflamasi pelvis, ruptur kista ovarium.

3. Mengapa pada kolik ureter dapat terjadi mual dan muntah (reflex renointestinal)!
Jawaban :

Mual dan muntah terjadi pada setidaknya 50% pasien dengan kolik ginjal akut.
Mual dan disebabkan oleh jalur persarafan umum pelvis renalis, lambung, dan usus
melalui axis celiac dan nervus vagus aferen. Distensi pada pelvis renalis dan ureter yang
terjadi secara cepat akan menstimulasi reseptor regang pada pelvis renalis atau ureter,
impuls saraf ini kemudian menuju ke gaster melalui plexus celiac, dan spasme pada
sphincter pylorus melalui nervus vagus, sehingga terjadi mual dan muntah.

Anda mungkin juga menyukai