Anda di halaman 1dari 13

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Pada


Mahasiswa
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang

Cicik Sulistiyani
Mahasiswa Peminatan Epidemiologi dan Penyakit Tropik UNDIP

SEVERAL FACTORS RELATED TO QUALITY OF SLEEP ON THE


STUDENTS OF THE FACULTY OF PUBLIC HEALTH UNIVERSITY OF
DIPONEGORO IN SEMARANG

Sleep is a basic need for every individual. Conditions a person can be influenced
by the quality of his sleep. It is therefore necessary to know the factors that
efforts can affect a person's quality of sleep. This research aims to find out some
of the factors related to quality of sleep in young adulth in FKM UNDIP. This
study is an analytical study is cross sectional approach. The sample in this study
were students FKM UNDIP 18-21 years old, sampling technique with simple
random sampling. This research uses univariate and bivariate analysis, using
Chi-Square statistical test. The results showed that there was no relationship
between the temperature conditions of the bedroom with sleep quality (p=0,501;
OR=0,7; 95%CI 0,3-1,7), there is no relationship between the noise residence
with sleep quality (p=0,196; OR=1,7; 95%CI 0,7-4,1), there is no connection
between the lights lighting the bedroom with sleep quality (p=0,954; OR=0,9;
95%CI 0,4-2,2), no association between exercise habits with sleep quality
(p=0,852; OR=0,9, 95%CI 0,2-3,2), no association between use of the gadget
with the quality of sleep (p=0,460; OR=0,7, 95%CI 0,3-1,7), there is no
relationship between the burden of coursework with sleep quality (p=0,733;
OR=0,8; 95%CI 0,3-2,5), there is a relationship between Body Mass Index with
sleep quality (p=0,013; OR1 = 6,1; 95%CI 1.6-22 & OR2=0,8; 95%CI 0,2-3,9). In
this study only 1,1% of respondents who have the habit of smoking < 10
cigarettes per day with this type of filter cigarettes. Based on these results it can
be concluded that there was a significant association between Body Mass Index
with sleep quality in students FKM UNDIP Semarang.

Keywords : factor, sleep quality, student


Bibliography : 75, 1990-2012

PENDAHULUAN dapat tetap tidur, tidak hanya


Tidur merupakan kebutuhan mencapai jumlah atau lamanya
dasar bagi setiap manusia. Setiap tidur.(1) Kualitas tidur menunjukkan
orang tidak dapat terlepas dari tidur, adanya kemampuan individu untuk
dimana kondisi seseorang tergantung tidur dan memperoleh jumlah istirahat
pada kualitas tidurnya. Sementara yang sesuai dengan kebutuhannya.(2)
yang dimaksud dengan kualitas tidur Kualitas tidur yang buruk
adalah kemampuan individu untuk mengakibatkan kesehatan fisiologis
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan psikologis menurun. Secara 18-29 tahun dilaporkan mengalami


fisiologis, kualitas tidur yang buruk kesulitan untuk bangun pagi
dapat menyebabkan rendahnya (dibandingkan dengan 20% pada usia
tingkat kesehatan individu dan 30-64 tahun dan 9% di atas usia 65
meningkatkan kelelahan atau mudah tahun). Hampir seperempat dewasa
letih. Secara psikologis, rendahnya muda (22%) sering terlambat masuk
kualitas tidur dapat mengakibatkan kelas atau bekerja karena sulit
ketidakstabilan emosional, kurang bangun (dibandingkan dengan 11%
percaya diri, impulsif yang berlebihan pada pekerja usia 30-64 tahun dan
dan kecerobohan.(3,4) 5% di atas usia 65 tahun). Sebesar
Setiap tahun diperkirakan 40% dewasa muda juga
sekitar 20% sampai 50% orang mengeluhkan kantuk saat bekerja
dewasa melaporkan adanya sekurangnya 2 hari dalam seminggu
gangguan tidur dan sekitar 17% atau lebih (dibandingkan dengan 23%
mengalami gangguan tidur yang pada usia 30-64 tahun dan 19% di
(5)
serius. Prevalensi gangguan tidur atas usia 65 tahun).(6)
setiap tahun cenderung meningkat, Kondisi tidur dapat memasuki
hal ini juga sesuai dengan suatu keadaan istirahat periodik dan
peningkatan usia dan pada saat itu kesadaran terhadap
berbagai penyebabnya. Pada alam menjadi terhenti, sehingga
tahun 2011, survei rutin dilakukan tubuh dapat beristirahat. Otak
sejak 1991 oleh National Sleep memiliki sejumlah fungsi struktur, dan
Foundation itu melibatkan 1.508 pusat-pusat tidur yang mengatur
responden. Responden dibagi dalam siklus tidur dan terjaga. Tubuh pada
4 kelompok yakni usia 13-18 tahun, saat yang sama menghasilkan
19-29 tahun, 30-45 tahun dan 46-64 substansi yang ketika dilepaskan ke
tahun. Sebagian besar responden dalam aliran darah akan membuat
mengaku tidak pernah atau jarang mengantuk.(7) Jika seseorang
tidur pulas pada hari bekerja atau mengalami gangguan tidur dimana
sekolah, dengan prosentase tertinggi seseorang mengalami jeda dalam
yakni sekitar 51% pada usia 19-29 napas mereka atau kehilangan
tahun. Menurut National Sleep bernafas saat tidur, yang
Foundation di Amerika, lebih dari mempengaruhi kadar oksigen darah,
sepertiga (36%) dewasa muda usia atau gerakan anggota badan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

periodik, maka akan dapat yang terkandung dalam rokok yang


mengganggu kualitas tidur merupakan stimulan otak. Disamping
seseorang.(8) itu, otak yang telah kecanduan
Kelompok mahasiswa dengan efek nikotin akan
merupakan kelompok yang memiliki menyebabkan gangguan tidur pada
aktivitas yang cukup padat. Saat pagi malam hari saat akan tidur. Hal ini
hari sebagian besar dari mahasiswa dibuktikan oleh Punjabi, dkk (2006)
sudah harus bangun awal untuk yang membuktikan bahwa adanya
mempersiapkan kuliah. Remaja dapat hubungan antara merokok dengan
mengalami kesulitan jatuh tertidur pola tidur seseorang, hal tersebut
sampai hari telah larut dan terbangun terkait karena adanya kandungan
di pagi buta. Adanya beban tugas nikotin pada rokok.(9)
juga menuntut mereka untuk terjaga Obesitas merupakan faktor
hingga larut, bahkan pagi hari karena independen yang berkontribusi
harus segera menyelesaikan terhadap kualitas tidur yang buruk.(14)
tugasnya. Hal ini dibuktikan oleh Antczak, dkk
Kualitas tidur seseorang dapat (2008) yang menyatakan bahwa
dipengaruhi oleh beberapa faktor, adanya pengaruh obesitas dengan
diantaranya yaitu kondisi lingkungan, kualitas tidur.(10) Seseorang yang
fisik, aktivitas, dan gaya hidup. memiliki berat badan berlebih atau
Kebiasaan olahraga merupakan obesitas maka akan menimbulkan
bentuk aktivitas fisik yang dapat gangguan pernapasan atau sleep
mempengaruhi tidur seseorang. apnea, sehingga dapat
Keletihan yang terjadi setelah mengakibatkan gangguan saat tidur.
melakukan aktivitas olahraga akan Pencahayaan lampu yang
menimbulkan seseorang akan cepat terlalu terang dapat menyebabkan
tertidur. Hal ini juga disebabkan oleh seseorang sulit tidur. Cahaya lampu
siklus tidur tahap gelombang dapat mempengaruhi hormon
lambatnya diperpendek, sehingga melatonin. Hormon ini dihasilkan oleh
akan lebih cepat masuk fase kelenjar pineal yang berada dekat
kedalaman tidur atau mengalami tidur dengan otak manusia. Hormon
yang nyenyak. Sedangkan, perilaku melatonin ini sangat penting untuk
merokok juga dapat menyebabkan menjadikan tidur lebih nyenyak.
masalah tidur, hal ini terkait nikotin Tubuh yang terpapar sinar dapat
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

menekan produksi melatonin yang Suhu kamar yang panas akan


dibutuhkan oleh tubuh. Gelombang menimbulkan kegerahan yang dapat
cahaya dapat masuk ke kelopak mata dirasakan oleh seseorang,
kemudian diterima oleh retina dan sedangkan suhu yang dingin akan
lensa mata, sehingga akan menimbulkan rasa kedinginan pada
merangsang aktivitas otak untuk diri seseorang. Sehingga akan
bekerja dan mengolah informasi yang mengakibatkan rasa ketidaknyaman,
masuk. yang nantinya akan membuat
Survei terbaru yang diadakan kesulitan untuk tertidur bahkan
oleh National Sleep Foundation, mengganggu tidurnya. Sedangkan,
Amerika menyatakan banyak orang suasana gaduh di lingkungan sekitar
dewasa yang kini kurang tidur karena yang bersumber dari suara radio atau
alat elektronik. Kebiasaan televisi yang terlalu keras, keributan,
penggunaan gadget atau telepon suara kendaraan, dan sebagainya
genggam dapat menjadikan dapat memberikan rangsangan
seseorang mengalami sulit untuk terhadap indera pendengaran,
tertidur. Hal ini terkait dengan kemudian ditangkap oleh otak
kenikmatan yang dijalani saat sehingga akan menimbulkan
menggunakan alat teknologi seperti ketidaknyamanan, yang pada
(12, 13)
gadget yang dapat membuat si akhirnya akan membuat terjaga.
pengguna sibuk dengan sendirinya Alasan dilakukannya
hingga lupa waktu. Sekitar penelitian ini karena sampai saat ini
seperempat responden dalam jajak masih jarang dilakukan penelitian
pendapat mengatakan mereka tidur yang berkaitan dengan tidur
dengan menyimpan ponsel di ranjang seseorang, terutama pada kalangan
dan sekitar 10% mengatakan mereka mahasiswa. Jika seseorang
seringkali terbangun setidaknya mengalami kualitas tidur yang buruk
beberapa menit di tengah malam maka dapat mengganggu tidak hanya
karena harus menjawab telepon, sms kesehatan psikologis, namun juga
atau email. Hal itu lebih sering fisiologis. Oleh karena itu, penting
dilaporkan oleh responden berusia untuk mengetahui kualitas tidur
muda, yakni 18% responden 13-19 seseorang. Dalam hal ini maka
tahun dan 20% responden usia 19-29 peneliti tertarik untuk mengetahui
tahun.(11) kualitas tidur pada mahasiswa di FKM
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

UNDIP Semarang, sehingga pada mahasiswa FKM UNDIP


berdasarkan uraian diatas penulis Semarang
berpendapat bahwa perlu dilakukan 8. Menentukan proporsi perilaku
penelitian mengenai Beberapa faktor merokok pada mahasiswa FKM
yang berhubungan dengan kualitas UNDIP Semarang
tidur pada mahasiswa FKM UNDIP
Semarang. METODE PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah : Jenis penelitian dalam
1. Mengetahui hubungan antara kondisi penulisan ini adalah analitik dengan
suhu kamar tidur dengan kualitas menggunakan pendekatan cross
tidur pada mahasiswa FKM UNDIP sectional.
Semarang Populasi sasaran dalam
2. Mengetahui hubungan antara kondisi penelitian ini adalah mahasiswa
kegaduhan tempat tinggal dengan FKM UNDIP Semarang yang pada
kualitas tidur pada mahasiswa FKM saat penelitian dilakukan masih
UNDIP Semarang berstatus mahasiswa semester II
3. Mengetahui hubungan antara kondisi dan IV, yang berjumlah 742
pencahayaan kamar tidur dengan mahasiswa. Sampel penelitian ini
kualitas tidur pada mahasiswa FKM adalah sebesar 47 mahasiswa
UNDIP Semarang semester II dan 48 mahasiswa
4. Mengetahui hubungan antara semester IV.
kebiasaan olahraga dengan kualitas Beberapa variabel dalam
tidur pada mahasiswa FKM UNDIP penelitian ini adalah kualitas tidur,
Semarang kondisi suhu kamar tidur, kondisi
5. Mengetahui hubungan antara kegaduhan tempat tinggal, kondisi
kebiasaan penggunaan gadget pencahayaan kamar tidur, kebiasaan
dengan kualitas tidur pada olahraga, kebiasaan penggunaan
mahasiswa FKM UNDIP Semarang gadget, beban tugas kuliah, Indeks
6. Mengetahui hubungan antara beban Massa Tubuh, perilaku merokok.
tugas kuliah dengan kualitas tidur Teknik penelitian ini
pada mahasiswa FKM UNDIP menggunakan simple random
Semarang sampling. Penelitian ini dilakukan
7. Mengetahui hubungan antara Indeks dengan wawancara, serta
Massa Tubuh dengan kualitas tidur
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Kondisi Kualitas Tidur Tabel 4.2 Analisis hubungan kondisi


Total
kegaduhan Buruk Baik kegaduhan tempat tinggal dengan
tempat tinggal n % n % n %
Gaduh 20 33,9 39 66,1 59 100,0 kualitas tidur
Tidak gaduh 17 47,2 19 52,8 36 100,0 p=0,196; OR=1,7; CI=95% (0,7-
Total 37 38,9 58 61,1 95 100,0 4,1)
melakukan pengukuran berat badan
Berdasarkan tabel 4.2 dapat
dan tinggi badan responden.
diketahui bahwa kualitas tidur yang
Analisis data dalam
buruk pada responden yang
penelitian ini adalah analisis
mengalami kegaduhan saat tidur
univariat dan bivariat. Data yang
(33,9%).
didapatkan dari hasil penelitian
Dari hasil analisis tersebut
kemudian dianalisis.
nilai p > 0,05 maka dapat
diinterpretasikan bahwa tidak ada
HASIL PENELITIAN
hubungan yang signifikan antara
Tabel 4.1 Analisis hubungan kondisi suhu
kondisi kegaduhan tempat tinggal
kamar tidur dengan kualitas tidur
dengan kualitas tidur.
Kondisi Kualitas Tidur
Total
suhu kamar Buruk Baik
tidur n % n % n %
Tabel 4.3 Analisis hubungan kondisi
Buruk 23 41,8 32 58,2 55 100,0
Baik 14 35,0 26 65,0 40 100,0 pencahayaan kamar tidur dengan
Total 37 38,9 58 61,1 95 100,0 kualitas tidur
p=0,501; OR=0,7; CI=95% (0,3-1,7)
Kondisi Kualitas Tidur
Berdasarkan tabel 4.1 dapat Total
pencahayaan Buruk Baik
diketahui bahwa kualitas tidur yang kamar tidur n % n % n %
Terang 20 39,2 31 60,8 51 100,0
buruk lebih banyak terjadi pada Gelap 18 38,6 27 61,4 44 100,0
responden yang kondisi suhu kamar Total 37 38,9 58 61,1 95 100,0
tidurnya buruk (41,8%), dibandingkan p=0,954; OR=0,9; CI=95% (0,4-2,2)

dengan responden yang kondisi suhu Berdasarkan tabel 4.3 dapat


kamarnya baik (35,0%). diketahui bahwa kualitas tidur yang
Dari hasil analisis tersebut buruk lebih banyak terjadi pada
nilai p > 0,05 maka dapat responden yang pada saat tidur
diinterpretasikan bahwa tidak ada kamar tidurnya dalam kondisi terang
hubungan yang signifikan antara atau masih menggunakan
kondisi suhu kamar tidur dengan penerangan lampu (39,2%),
kualitas tidur. dibandingkan dengan responden
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

yang tidur dalam kondisi gelap gadget n % n % n %


Ya 22 42,3 30 57,7 52 100,0
(38,6%). Tidak 15 34,9 28 65,1 43 100,0
Dari hasil analisis tersebut Total 37 38,9 58 61,1 95 100,0
nilai p > 0,05 maka dapat p=0,460; OR=0,7; CI=95% (0,3-1,7)

diinterpretasikan bahwa tidak ada Berdasarkan tabel 4.5 dapat

hubungan yang signifikan antara diketahui bahwa kualitas tidur yang

kondisi pencahayaan kamar tidur buruk lebih banyak terjadi pada

dengan kualitas tidur. responden yang memiliki kebiasaan


menggunakan gadget saat akan tidur
Tabel 4.4 Analisis hubungan kebiasaan (42,3%), dibandingkan dengan
olahraga dengan kualitas tidur responden yang tidak biasa
Tingkat Kualitas Tidur
Total
menggunakan gadget saat akan tidur
kebiasaan Buruk Baik
olahraga n % n % n (34,9%).
%
Kurang 33 39,3 51 60,7 84 100,0 Dari hasil analisis tersebut
olahraga
Cukup 4 36,4 7 63,6 11 nilai
100,0 p > 0,05 maka dapat
olahraga
Total 37 38,9 58 61,1 95 diinterpretasikan
100,0 bahwa tidak ada
p=0,852; OR=0,9; CI=95% (0,2-3,2) hubungan yang signifikan antara
Berdasarkan tabel 4.4 dapat kebiasaan penggunaan gadget
diketahui bahwa kualitas tidur yang dengan kualitas tidur.
buruk lebih banyak terjadi pada
responden yang kurang olahraga Tabel 4.6 Analisis hubungan beban tugas
(39,3%), dibandingkan dengan kuliah dengan kualitas tidur
responden yang cukup olahraga Kualitas Tidur
Beban tugas Total
Buruk Baik
(36,4%). kuliah
n % n % n %
Dari hasil analisis Ada
tersebut 31 39,7 47 60,3 78 100,0
Tidak ada 6 35,3 11 64,7 17 100,0
nilai p > 0,05 maka dapat
Total 37 38,9 58 61,1 95 100,0
diinterpretasikan bahwa tidak ada p=0,733; OR=0,8; CI=95% (0,3-2,5)
hubungan yang signifikan antara Berdasarkan tabel 4.6 dapat
kebiasaan olahraga dengan kualitas diketahui bahwa kualitas tidur yang
tidur. buruk lebih banyak terjadi pada
responden yang mengalami beban
Tabel 4.5 Analisis hubungan kebiasaan tugas kuliah (39,7%), dibandingkan
penggunaan gadget dengan kualitas tidur dengan responden yang tidak ada
Kebiasaan Kualitas Tidur beban tugas kuliah (35,3%).
Total
penggunaan Buruk Baik
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Dari hasil analisis tersebut


nilai p > 0,05 maka dapat
diinterpretasikan bahwa tidak ada Tabel 4.8 Distribusi status merokok
hubungan yang signifikan antara No Perilaku Frekuensi Persentase
merokok n %
beban tugas kuliah dengan kualitas 1. Tidak pernah 88 92,6
sama sekali
tidur.
2. Tidak, tetapi 6 6,3
dahulu pernah
3. Ya, setiap hari 1 1,1
Tabel 4.7 Analisis hubungan IMT dengan Total 95 100,0
kualitas tidur
Perilaku merokok merupakan
Kualitas Tidur
Status Total faktor yang dapat mempengaruhi
Buruk Baik
IMT
n % n % n %
tidur seseorang. Meski kini telah
Kurus 3 13,0 20 87,0 23 100,0
Normal 31 47,7 34 52,3 65 100,0
menjadi salah satu kebiasaan yang
Obesitas 3 42,9 4 57,1 7 100,0
lazim ditemui di dalam kehidupan
Total 37 38,9 58 61,1 95 100,0
p=0,013; OR1=6,1; CI=95% (1,6- sehari-hari. Namun, penelitian yang
22); OR2=0,8; CI=95% (0,2-3,9)
melibatkan 95 responden
Berdasarkan tabel 4.7 dapat menunjukkan bahwa sebesar 92,6%
diketahui bahwa pada kelompok tidak pernah merokok. Sedangkan,
kualitas tidur yang buruk pada sebesar 1,1% responden saja yang
responden yang termasuk dalam menyatakan bahwa masih merokok
kategori kurus sebesar 13,0%, atau setiap hari merokok (tabel 4.8).
responden yang termasuk dalam
kategori normal sebesar 47,7%, dan PEMBAHASAN
responden yang termasuk dalam 1. Hubungan antara kondisi suhu kamar
kategori obesitas sebesar 42,9%. tidur dengan kualitas tidur
Hasil uji statistik didapatkan Kondisi suhu yang buruk
nilai p=0,013. Sehingga, dari hasil dapat menimbulkan rasa
analisis tersebut nilai p < 0,05 maka ketidaknyamanan pada diri
dapat diinterpretasikan bahwa ada seseorang. Temperatur atau suhu
hubungan antara IMT dengan yang panas maupun dingin, serta
kualitas tidur. Hasil penelitian ventilasi yang buruk dapat
didapatkan OR1 > 1 maka faktor mempengaruhi tidur mereka. Pada
yang diteliti merupakan faktor umumnya, mereka yang merasakan
terjadinya efek. kegerahan maupun kedinginan dapat
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

memicu gangguan pada saat akan tersebut. Namun, dari hasil analisis
tidur bahkan saat mereka sedang bivariat antara kondisi kegaduhan
tidur. Dimana, mereka akan tempat tinggal dengan kualitas tidur
mengalami kesulitan untuk dapat tidak bermakna secara statistik.
tertidur, bahkan mereka akan sering 3. Hubungan antara pencahayaan
terbangun jika merasakan kamar tidur dengan kualitas tidur
ketidaknyamanan tersebut.(14) Dalam suatu ruangan atau
Namun, hasil penelitian ini kamar biasanya menggunakan
menunjukkan bahwa tidak ada penerangan berupa cahaya lampu,
hubungan antara kondisi suhu kamar terutama saat malam hari. Cahaya
tidur dengan kualitas tidur. dari lampu ini dapat menembus
2. Hubungan antara kegaduhan tempat kelopak mata kemudian dapat
tinggal dengan kualitas tidur merangsang otak untuk tetap
Suara yang gaduh dapat beraktivitas, meskipun seseorang
ditimbulkan dari berbagai sumber, dalam kondisi memejamkan mata
seperti suara kendaraan, suara sekalipun. Hal ini dapat
pesawat terbang, dan suara-suara mempengaruhi produksi hormon
lainnya yang dianggap seseorang melatonin. Hormon ini dihasilkan oleh
sebagai suara yang dapat kelenjar pineal yang berada dekat
mengganggu kenyamanan serta dengan otak manusia. Hormon ini
indera pendengaran mereka. Kondisi dapat berperan penting dalam
tempat tinggal yang gaduh dapat mengatur siklus tidur seseorang.
menimbulkan rasa ketidaknyamanan, Hormon melatonin dapat diproduksi
sehingga dapat menjadikan rmereka atau dihasilkan jika ruangan dalam
terganggu tidurnya. Hal ini dapat kamar tidur dalam kondisi yang
terjadi karena bunyi yang ditangkap gelap.(15)
oleh indera pendengaran seseorang Sebagian besar responden
dapat memberikan rangsangan pada dalam penelitian ini menyatakan
otak, sehingga mereka akan bahwa mereka biasa menyalakan
terbangun jika mendengar adanya lampu saat akan tidur, sehingga
suara yang gaduh, bahkan saat mereka tidak biasa tidur dalam
mereka telah memasuki tahap tidur kondisi yang gelap. Sedangkan, dari
pun dapat segera terbangun dengan hasil penelitian ini menunjukan
adanya rangsangan eksternal bahwa tidak ada hubungan antara
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

pencahayaan kamar tidur dengan ini dapat terjadi karena sebagian


kualitas tidur. besar dari mereka sering
4. Hubungan antara kebiasaan olahraga berkomunikasi baik itu via email, sms,
dengan kualitas tidur telepon bahkan searching internet
Kebiasaan olahraga hingga malam hari. Hasil survei
merupakan suatu bentuk aktivitas terdahulu menyatakan bahwa
fisik yang dapat berperan serta kebiasaan menyimpan ponsel yang
mengatur siklus tidur seseorang. masih dalam keadaan aktif juga
Mereka yang kurang dalam merupakan faktor yang dapat
beraktivitas olahraga akan memicu mengganggu tidur seseorang.
seseorang menjadi sulit untuk masuk Sedangkan, dari hasil analisis bivariat
pada fase kedalaman tidur atau tidur antara kebiasaan penggunaan
yang dalam. Selain itu, seseorang gadget dan kualitas tidur tidak
yang biasa berolahraga maka akan bermakna secara statistik.
lebih mudah untuk jatuh tidur. 6. Hubungan antara beban tugas kuliah
Dimana, hal ini juga disebabkan oleh dengan kualitas tidur
keletihan yang biasanya mereka Hasil penelitian ini
rasakan setelah selesai berolahraga. menunjukan bahwa tidak ada
Namun, hasil penelitian ini hubungan antara beban tugas kuliah
menunjukan bahwa tidak ada dengan kualitas tidur.
hubungan antara kebiasaan olahraga Pada umumnya, kebiasaan
dengan kualitas tidur. begadang yang diakibatkan dari
5. Hubungan antara kebiasaan adanya beban tugas kuliah dapat
penggunaan gadget dengan kualitas menjadikan kebutuhan tidur
tidur seseorang tidak dapat tercukupi.
Gadget atau yang biasa lebih Namun, jika seseorang biasa
dikenal sebagai telepon genggam ini begadang mereka akan cenderung
dapat memacu seseorang untuk tetap bangun lebih siang atau tidak dapat
aktif dalam menggunakan perangkat bangun lebih awal.
tersebut hingga larut malam. Dimana, 7. Hubungan antara Indeks Massa
mereka seharusnya membutuhkan Tubuh dengan kualitas tidur
waktu untuk beristirahat yang cukup, Kualitas tidur tidak dapat
tidak hanya fisik namun juga terlepas dari kondisi fisik seseorang.
membutuhkan istirahat bagi otak. Hal Mereka yang tergolong dalam IMT
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

kurus tidak akan mengalami sleep untuk mengalami kualitas tidur yang
apnea, sehingga menjadikan mereka buruk.(10)
lebih mudah jatuh tidur dan merasa 8. Kecenderungan merokok hampir
nyenyak saat tidur, serta dapat tidak ditemukan pada mahasiswa
memberikan efek pada individu Merokok merupakan suatu
tersebut, seperti merasa segar saat kebiasaan yang pada umumnya
bangun, tidak mengantuk saat dapat ditemukan dalam kehidupan
beraktivitas, dan tidak merasakan sehari-hari. Gaya hidup tersebut
keletihan saat beraktivitas. Dimana, menarik untuk dikaji. Namun, fakta di
apnea tidur ini merupakan suatu lapangan hampir tidak ditemukan
kelainan yang memiliki karakteristik kecenderungan merokok pada
pernafasan abnormal berupa mahasiswa FKM UNDIP. Hal tersebut
berhentinya nafas sesaat selama dapat ditunjukkan dari 95 responden,
tidur. Apabila seseorang dalam hanya 1 (1,1%) responden yang
kondisi obesitas maka mereka akan menyatakan bahwa sampai saat ini
menjadi lebih rentan terserang apnea masih memiliki kebiasaan merokok
(16)
tidur. atau setiap hari merokok. Hal ini tidak
Hasil analisis bivariat antara terlepas dari status responden
IMT dan kualitas tidur secara statistik sebagai mahasiswa FKM yang
signifikan atau bermakna. Hal ini dianjurkan dapat menerapkan displin
menunjukkan bahwa mereka yang ilmunya.
termasuk dalam kategori IMT kurus
lebih cenderung memiliki kualitas KESIMPULAN DAN SARAN
tidur yang baik. Sehingga dapat Kesimpulan dari penelitian ini adalah
disimpulkan jika semakin tinggi status :
IMT (obesitas) maka akan semakin 1. Ada hubungan antara Indeks
buruk kualitas tidurnya. Hasil Massa Tubuh dengan kualitas
penelitian tersebut juga tidak bertolak tidur
belakang dengan penelitian yang 2. Dari 95 responden yang terlibat
dilakukan oleh Antczak, dkk (2008) dalam penelitian ini hanya 1
yang telah membuktikan bahwa (1,1%) responden yang sampai
mereka yang mengalami obesitas saat ini masih memiliki kebiasaan
dapat memiliki risiko yang lebih besar merokok.
Saran dari penelitian ini adalah :
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Upaya perlu dilakukan untuk London: Am Psychiatric Publ.


mencegah maupun mengatasi Inc; 2001. p. 643-66.
kualitas tidur yang buruk, sehingga 6. National Sleep Foundation.
disarankan agar mereka mampu Amerika. 2011. (Online),
menjaga Indeks Massa Tubuh (www.sleepfoundation.org
mereka terlebih supaya mereka tidak diakses pada tanggal 1 Maret
sampai mengalami obesitas atau 2012).
kegemukan. 7. Med Express. Bebas Insomnia.
Yogyakarta: Kanisius; 2009. p. 4.
DAFTAR PUSTAKA 8. Freehills, Limited. CA. Australia
1. Craven et al. Fundamental of Master OHS & Environment
Nursing Human Health and Guide. Australia: National Library
Function. Third Edition. of Australia Cataloguing; 2007.
Philadelphia, Lippincott; 2000. 9. Punjabi M, Lin Zhang, Jonathan
2. Alimul Aziz A. Ketrampilan Dasar Samet, Caffo B. Cigarette
Praktik Klinik Kebidanan. 2ed. Smokking and Nocturnal Sleep
Jakarta: Salemba Medika; 2008. Architecture. American Journal of
p. 114-6. Epidemiology. 2006;Vol.164(6).
3. Jenkins S M. Sleep Habits and 10. Antczak J, Horn B, Richter A,
Patterns of College Students and Jernajczyk W, Bodenschatz R,
their Relationship to Selected Schmidt E W. The Influence of
Personality Characteristics. Obesity on Sleep Quality in Male
Doctoral dissertation. LA: Sleep Apne Patiens Before and
Louisiana Tech University; 2005. During Therapy. Journal of
4. Krenek R L. The Impact of Sleep Physiology and Pharmacology.
Quality and Duration on College 2008;Vol.59(6).
Student Adjustment and 11. Rossenberg R. Sleep in Amerika.
Health. Master's thesis. LA: Amerika: National Sleep
Louisiana Tech University; 2006. Foundation; 2011.
5. Frost R. Sleep Disorder. Dalam: 12. Lueckenotte A G. Gerontologic
Introductory Textbook of Nursing. 2nd ed. Missouri:
Psychiatry, Andreasen NC, Black Mosby; 2000.
DW. 3rd ed. Washington DC, 13. Nicola L. Barclay, Thalia C. Eley,
Daniel J. Buysee, Fruhling V.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT,
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 280 - 292
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Rijsdijk, Gregory. AM. Genetic


and Environmental Influences on
Different Components of the
Pittsburgh Sleep Quality Index
and their Overlap. Genetic and
Environmental Influences on the
PSQI. 2010;Vol.33(5).
14. Qimi. Gangguan Pola Tidur.
2009. (Online),
(http://www.kaltimpost.co.id
diakses pada tanggal 7 Maret
2012).
15. Samuel L, Krachman, DO.
Direktur Sleep Disorders Center
in Temple University
Hospital. Philadelphia; 2012.
16. Bannno K, Kryger MH. Sleep
Apnea: Clinical Investigation in
Human. Sleep Medicine.
2007;8:400-26.

Anda mungkin juga menyukai