TINJAUN TEORITIS
2. Etiologi
Faktor yang menyebabkan anak mengalami TBC:
a. Mycobacterium Tuberculosa
b. Mycobacterium Bovis
a. Herediter
b. Jenis kelamin
c. Usia
d. Keadaan stress
Situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress
emosional, kelelahan yang kronik). Meningkatnya sekresi steroid
adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk
penyebarluasan infeksi. Anak yang mendapatkan terapi
kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.
e. Nutrisi
TBC menyebar dengan cepat pada tempat tinggal yang kurang ventilasi,
sempit dan sesak. Angka penularan tinggi juga terjadi pada orang yang
hidup di daerah yang penuh sesak dan kumuh.
(Suriadi, 2006)
3. Klasifikasi
Penemuan ini sangat penting dilakukan karena untuk menetukan paduan
obat anti-tuberculosis yang sesuai sebelum pengobatan dimulai.
Klasifikasi penyakit TBC secara umum meliputi:
a. TBC yang menyerang jaringan paru-paru. TBC jenis ini juga
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) TBC paru BTA positif (sangat menular)
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak,
memberikan hasil yang positif.
b) Satu pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif dan
foto rontgen dada menunjukkan TBC aktif.
d. TB Pasca Primer
Tuberculosis pasca primer adalah tuberculosis yang terjadi setelah
timbulnya tuberculosis primer dan menimbulkan gejala yang lebih
berat. Tuberculosis dapat juga dapat menunjukkan gejala seperti
bronkopneumonia, sehingga pada anak dengan gejala
bronkopneumonia yang tidak menunjukkan perbaikan dengan
pengobatan bronkopneumonia yang adekuat harus dipikirkan
kemungkinan tuberculosis.
(Yoannes Y Laban,
2008)
4. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan
gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran
secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup
sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai
sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.
Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa
memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun
yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu
penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang
juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan
kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah
atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak
terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk
darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
3) Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothorax, anemia dan lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik, meliputi:
1) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan
makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek.
2) Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual
dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.
5. Patofisiologi
Penyakit TBC biasamya menyerang melalui udara yang tercemar
dengan bakteri mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk,dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal
dari penderita TBC dewasa.bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul
didalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada
orang yang dengan daya tahan tubuh rendah),dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening.oleh sebab itulah TBC dapat
menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paru-paru,otak,ginjal,saluran
pencernan,tulang,kelenjar getah bening,dan lain-lain.meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat ini
mycobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru,maka dengan
segera akan
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).biasanya
melalui serangkaian reaksi immunologis bakteri ini akan berusaha dihambat
melalui pembentukan dinding itu membuat jaringan disekitarnya menjadi
jaringan parut, terjadi penekakan dinding abdomen lalu menekan gaster, dan
bakteri TBC ini akan menjadi dormant (istirahat).bentuk-bentuk dormant
inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto
rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan
tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang kurang ,bakteri ini akan mengalami
perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang didalam paru-paru.ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum(dahak).seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan
tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
(Halim,2000)
PATHWAY
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Fisik
b. Riwayat Penyakit
7. Komplikasi
a. Penyebaran infeksi Tuberkulosis
Penyebaran infeksi tuberculosis ke bagian tubuh nonpulmonal
dikenal dengan TB miliaris. Yang terjadi pada anak-anak, selain di
paru-paru, juga terdapat penyebaran ke seluruh tubuh. Hal ini terjadi
karena belum ada kekebalan alami dari tubuh, saat basil TB jenis
primer masuk ke dalam paru-paru. Akibatnya basil ini tidak tinggal
diam di paru-paru saja. Tetapi akan melalui saluran limfa ke kelenjar
dan masuk ke aliran darah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh,
sehingga terkadang ditemui TB tulang dalam 1-5 tahun setelah
terbentuknya kompleks perimer,TB hati,TB limfa dapat terjadi 6
bulan setelah terbentuknya kompleks primer, TB selaput otak atau
meningitis dapt terjadi dalm 3 bulan.komplikasi pada traktus
urogenitalis dapt terjadi setelah bertahun-tahun.
b. Penyakit paru primer progesif
komplikasi infeksi tuberculosis serius tetapi jarang terjadi pada anak
bila focus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat
perkejuan yang besar. Pencairan dapat menyebabkan pembentukan
kaverna primer yang disertai dengan sejumlah besar basil tuberkel.
Pembesaran focus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam
bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal
lebih lanjut.
c. Efusi pleura
Efusi pleura tuberculosis, yang dapat local atau menyeluruh, mula-
mula padakeluarnya basili kedalam sela pleura dari focus paru
subpleura atau perkejuan limfonodi.efusi yang lebih banyak dan
secara klinis berarti terjadi beberapa bulan sampai beberapa tahun
sesudah infeksi primer.efusi pleura dapat terjadi 6-12 bulan setelah
terbentuk kompleks primer
d. Penyakit pericardium
Bentuk tuberculosis jantung yang paling sering adalah
perikarditis.penyakit ini jarang,terjadi pada 0,5-4% kasus
tuberculosis pada anak. Perikarditis biasanya berasal dari invasi
langsung atau aliran limfe dari limfonodi subkranial.gejala-gejala
yang biasanya nonspesifik termasuk demam ringan,malaise dan
kehilangan berat badan. Nyeri dada tidak lazim pada anak.bising
gesek pericardium atau suara jantung yang jauh dengan pulsus
paradoksus.
e. Penyakit saluran pernafasan atas
Tuberculosis saluran pernafasan atas misalnya anak dengan tuberculosis
laring menderita batuk karena radang tenggoring, nyeri tenggorok,parau,
dan disfagia. Kebanyakan anak dengan tuberculosis laring menderita
penyakit laring primer dengan radiografi dada normal.
f. Penyakit system saraf sentral
Tuberculosis SSS merupakan komplikasi yang paling serius pada anak
dan mematikan tanpa pengobatan efekyif. Meningitis tuberkulosa
biasanya berasal dari pembentukan lesi perkejuan metastatik di dalam
korteks serebri atau meninges yang berkembang selam penyebaran
limfohematogen infeksi primer.
(Donna L. Wong,
2001)
8. Penatalaksanaan Medis
a. Obat Anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian
OAT, antara lain :
1) Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat
mungkin melalui bakterisid.
b. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-410C) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus.
3) Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
4) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam.
6) Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelektasis.
7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular.
c. Pemeriksaan Fisik
Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi
atropi, retraksi interkostal dan fibrosa.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Sputum Kultur
Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan Mycrobacterium
Tuberculossepada stadium aktif.
2) Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif
mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan infeksi lam dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
3) Darah: leukositosis, LED meningkat.
3. Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
kental atau sekresi yang berlebihan.
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan pada anak
tercapai bersihan jalan nafas normal,dengan
Kriteria hasil:
1) Anak akan
2) Tidak mengalami aspirasi.
3) Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran
udara dalam paru-paru.
Intervensi Rasional
1. Kaji pola, kedalaman, 1. Untuk dapat menentukan
fekuensi napas. intervensi selanjutnya.
2. Isap sekresi dari jalan nafas 2. Mencegah obstruksi/aspirasi.
sesuai kebutuhan, misalnya : Penghisapan dapat diperlukan
Bersihkan sekret dari mulut bila anak tak mampu
dan trakea; suction sesuai mengeluarkan sekret.
dengan indikasi.
3. Lakukan fisioterapi dada
atau postural drainase 3. Dapat dilakukan jika anak
tidak mampu mengeluarkan
4. Posisi untuk mencegah sekret sendiri
aspirasi. Bantu anak dalam 4. Posisi membantu
posisi semi atau fowler memaksimalkan ekspansi paru
tinggi. dan menurunkan upaya
5. Berikan lingkungan yang pernafasan
lembab 5. Mencegah pengeringan
membrane mukosa, membantu
pengenceran secret
Intervensi Rasional
1. Ukur BB tiap hari 1. Berguna dalam
mendefinisikan
derajat/luasnya masalah dan
pilihan intervensi, berguna
dalam mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan cairan.
2. Pastikan pola diet anak, 2. Membantu mengidentifikasi
makanan yang disukai/tidak kebutuhan khusus.
disukai. Modifikasi pemberian Pertimbangan keinginan
makanan pada anak misalnya individu dapat memperbaiki
dengan: masukan diet.
a. Menghias makanan
b. Menggunakan piring atau
gelas yang menarik
3. Berikan perawatan mulut
sebelum dan sesudah tindakan 3. Menurunkan rasa tidak enak
pernafasan karena sisa sputum atau obat
untuk pengobatan
respirasimerangsang pusat
4. Dorong makan sedikit dan muntah.
sering dengan makanan tinggi
protein dan karbohidrat. 4. Memaksimalkan masukan
nutrisi tanpa kelemahan
yang tak perlu/kebutuhan
5. Kolaborasi. energi dari makan makanan
Rujuk ahli gizi untuk banyak dan menurunkan
menentukan komposisi diet iritasi gaster
5. Memberikan bantuan dalam
perencanaan diet dengan
nutrisi adekuat untuk
kebutuhan metabolik dan
diet