Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIS TB PARU PADA ANAK


1. Definisi

Tuberculosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis (jarang oleh
Mycobacterium avium) (Ngastiyah, 2005).
Tuberculosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon yang
dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel (Sylvia, 1995).
Tuberculosis adalah penyakit infeksius yang pada umumnya
menyerang parenkim paru (Smeltzer, 2001).
Tuberculosis merupakan peradangan yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium Tuberculosis (Sri Fatimah, 2001).

2. Etiologi
Faktor yang menyebabkan anak mengalami TBC:
a. Mycobacterium Tuberculosa

b. Mycobacterium Bovis

c. Tertular dari ibu saat dalam kandungan

d. Sebelum atau selama persalinan menghirup air ketuban yang


terinfeksi

e. Setelah lahir karena menghirup udara yang terkontaminasi oleh


percikan saliva yang terinfeksi.
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh
Mycobacterium Tuberculosis yaitu:

a. Herediter

Resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan diturunkan secara


genetik.

b. Jenis kelamin

Pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan


kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.

c. Usia

Pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi. Pada masa


puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan yang cepat,
kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang tidak adekuat.

d. Keadaan stress

Situasi yang penuh stress (injury atau penyakit, kurang nutrisi, stress
emosional, kelelahan yang kronik). Meningkatnya sekresi steroid
adrenal yang menekan reaksi inflamasi dan memudahkan untuk
penyebarluasan infeksi. Anak yang mendapatkan terapi
kortikosteroid kemungkinan terinfeksi lebih mudah.

e. Nutrisi

Status nutrisi yang kurang.


f. Kontak dengan penderita TBC

Sumber penularan yang paling berbahaya adalah penderita TB


dewasa dan orang dewasa yang menderita TB paru dengan kavitas.
Kasus seperti ini sangat infeksius dan dapat menularkan penyakit
melalui batuk, bersin dan percakapan. Semakin sering dan lama
kontak, makin besar pula kemungkinan terjadi penularan. Sumber
penularan bagi bayi dan anak yang disebut dengan kontak erat
adalah orang tuanya, orang serumah atau orang yang paling sering
berkunjung.

g. Lingkungan yang tidak sehat

TBC menyebar dengan cepat pada tempat tinggal yang kurang ventilasi,
sempit dan sesak. Angka penularan tinggi juga terjadi pada orang yang
hidup di daerah yang penuh sesak dan kumuh.

(Suriadi, 2006)

TB disebabkan oleh Mikrobakterium tuberkulosis dan anak-anak


sangat rentan untuk terinfeksi bakteri ini (M. Tuberculosis) dan bovin
(Micobacterium bovis). Dalam beberapa bagian di dunia dimana kuman
tuberculosis yang ada dalam tempat untuk memasak tidak terkontrol atau
tidak melakukan pemanasan terhadap susu sebelum dikonsumi maka
bakteri tipe bovin adalah penyebab infeksi yang paling sering ditemukan.
Meskipun agen penyebabnya adalah bacillus tuberkel, namun ada
beberapa faktor lain yang mempengaruhi terjadinya TB paru ini
diantaranya; hereditas (resistensi/ ketahanan terhadap infeksi mungkin
disebabkan karena adanya perpindahan genetik), stres: situasi yang penuh
stress (emosional atau fisik), status nutrisi yang kurang, jenis kelamin
(pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka kematian dan kesakitan
lebih banyak terjadi pada anak perempuan karena pada masa ini terjadi
masa pertumbuhan yang cepat, sehingga kemungkinan infeksi cukup
tinggi karena diit yang tidak adekuat), usia (sangat tinggi pada infant dan
tinggi pada usia ebelum dewasa), dan riwayat penyakit sekarang
(khususnya HIV, meassles dan pertusis). Konsumi obat-obatan yang
banyak juga dapat menyebabkan terinfeksi Mikrobakterium tuberkulosis.
Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi inflamasi
danmemudahkan untuk penyebarluasan infeksi; dan anak yang
mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan untuk terinfeksi lebih
mudah.
(Donna L. Wong, 2001)

3. Klasifikasi
Penemuan ini sangat penting dilakukan karena untuk menetukan paduan
obat anti-tuberculosis yang sesuai sebelum pengobatan dimulai.
Klasifikasi penyakit TBC secara umum meliputi:
a. TBC yang menyerang jaringan paru-paru. TBC jenis ini juga
dibedakan menjadi dua macam yaitu:
1) TBC paru BTA positif (sangat menular)
a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 pemeriksaan dahak,
memberikan hasil yang positif.
b) Satu pemeriksaan dahak memberikan hasil yang positif dan
foto rontgen dada menunjukkan TBC aktif.

2) TBC paru BTA negatif


Pemeriksaan dahak positif negatif/foto rontgen dada
menunjukkan TBC aktif. Positif negatif yang dimaksudkan disini
adalah hasilnya meragukan, jumlah kuman yang ditemukan
pada waktu pemeriksaan belum memenuhi syarat positif.
b. TBC ekstra paru atau TBC yang menyerang organ tubuh yang lain
selain paru-paru, misalnya selaput paru, selaput otak, selaput jantung,
kelenjar getah bening, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran
kemih, dll.

Ada 2 bentuk klasifikasi TB paru pada anak yaitu:


c. TB Primer
Tuberculosis primer merupakan kompleks primer serta
komplikasinya. Permulaan tuberculosis primer biasanya sukar
diketahui secara klinis karena penyakit mulai secara perlahan-lahan.
Kadang-kadang tuberculosis ditemukan pada anak tanpa keluhan atau
gejala. Dengan melakukan uji tuberculin secara rutin, dapat
ditemukan penyakit tuberculosis pada anak. Gejala tuberculosis
primer dapat juga berupa panas yang naik turun selama 1-2 minggu
dengan atau tanpa batuk pilek.

d. TB Pasca Primer
Tuberculosis pasca primer adalah tuberculosis yang terjadi setelah
timbulnya tuberculosis primer dan menimbulkan gejala yang lebih
berat. Tuberculosis dapat juga dapat menunjukkan gejala seperti
bronkopneumonia, sehingga pada anak dengan gejala
bronkopneumonia yang tidak menunjukkan perbaikan dengan
pengobatan bronkopneumonia yang adekuat harus dipikirkan
kemungkinan tuberculosis.
(Yoannes Y Laban,
2008)
4. Manifestasi Klinis
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan
gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran
secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup
sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum
a. Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai
sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang
yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada
kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan
disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah
demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat
terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa.
Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa
memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun
yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan
serologi/darah.
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu
penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang
juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah
penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan
kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik:
a. Gejala respiratorik, meliputi:
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang
paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif
kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada
kerusakan jaringan.
2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah
atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak
terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya batuk
darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang
pecah.
3) Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas
atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,
pneumothorax, anemia dan lain-lain.

4) Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.
Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
b. Gejala sistemik, meliputi:
1) Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan
makin lama makin panjang serangannya sedang masa bebas
serangan makin pendek.
2) Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan
berat badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual
dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, sesak napas walaupun jarang dapat juga
timbul menyerupai gejala pneumonia.

5. Patofisiologi
Penyakit TBC biasamya menyerang melalui udara yang tercemar
dengan bakteri mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat
penderita TBC batuk,dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal
dari penderita TBC dewasa.bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul
didalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada
orang yang dengan daya tahan tubuh rendah),dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening.oleh sebab itulah TBC dapat
menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti paru-paru,otak,ginjal,saluran
pencernan,tulang,kelenjar getah bening,dan lain-lain.meskipun demikian
organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat ini
mycobacterium tuberculosa berhasil menginfeksi paru-paru,maka dengan
segera akan
tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat).biasanya
melalui serangkaian reaksi immunologis bakteri ini akan berusaha dihambat
melalui pembentukan dinding itu membuat jaringan disekitarnya menjadi
jaringan parut, terjadi penekakan dinding abdomen lalu menekan gaster, dan
bakteri TBC ini akan menjadi dormant (istirahat).bentuk-bentuk dormant
inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto
rontgen.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan
tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan
sistem kekebalan tubuh yang kurang ,bakteri ini akan mengalami
perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang
banyak ini membentuk sebuah ruang didalam paru-paru.ruang inilah yang
nantinya menjadi sumber produksi sputum(dahak).seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan
tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.
(Halim,2000)
PATHWAY
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Fisik

b. Riwayat Penyakit

Riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi penyakit TBC.

c. Tes Tuberkulin atau Tes Mantoux


Tes Mantoux atau tuberculin adalah tes kulit yang digunakan untuk
menentukan apakah individu telah terinfeksi basil TB. Ekstrak basil
tuberkel (tuberkulin) disuntikkan kedalam lapisan intradermal pada
aspek dalam lengan bawah, sekitar 10 cm dibawah siku. Dengan
menyuntikkan tuberkulin sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit
tuberculin.
Untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimum diperlukan waktu
antara 48-72 jam sesudah penyuntikkan. Reaksi harus dibaca dalam
periode tersebut. Uji tuberkulin positif bila indurasi 10 mm (pada
anak yang mempunyai gizi baik), atau 5 mm (pada anak dengan
gizi buruk). Bila uji tuberkulin positif, menunjukkan adanya infeksi
TBC dan kemungkinan ada TBC aktif pada anak.
d. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Merupakan uji serologi immunoperoksidase memakai alat histogen
immunoperoksidase Staining untuk menentukan adanya IgG spesifik
terhadap basil TB.
e. Pemeriksaan Sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun
pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30-70% pasien TB yang
dapat di diagnosis berdasarkan pemeriksaan ini, namun pemeriksaan
sputum ini agak sulit dilakukan pada anak dan hasilnya kurang
memastikan.
f. Pemeriksaan LED (Laju Endap Darah)
Biasanya pemeriksaan darah yang dimaksudkan untuk TB adalah
LED (laju endap darah) dan hitung jenis limfosit, Kedua pemeriksaan
ini nilai diagnostiknya untuk TB rendah, jauh lebih rendah dibanding
foto Rontgen, sehingga hanya digunakan sebagai data tambahan.
g. Foto Toraks PA (postero-anterior)
TB paru dapat memberikan gambaran infiltrat yang lebih khusus
pada foto Rontgen, istilahnya gambaran yang sugestif TB. Misalnya
gambaran miller (bercak kecil putih merata di seluruh paru), atau
gambaran atelektasis (gambaran putih padat akibat pengerutan
sebagian paru), dll. Sekalipun gambarannya sugestif TB, foto
Rontgensaja tidak bisa dijadikan dasar tunggal diagnosis TB, tetap
harus disertai gejala dan tanda sakit TB, dan pemeriksaan penunjang
lain.
h. Tehnik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui aplikasi dalam berbagai
tahap sehingga dapat mendeteksi meskipun hanya ada 1
mikroorganisme dalam spesimen. Juga dapat mendeteksi adanya
resistensi.
i. Pemeriksaan bakterioligis
Pemeriksaan Bakteriologik (Sputum): Ditemukannya kuman
micobakterium TBC dari dahak penderita memastikan diagnosis TB
paru. Pemeriksaan biasanya lebih sensitive daripada sediaan apus
(mikroskopis). Pengambilan dahak yang benar sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Pada pemeriksaan pertama.
sebaiknya 3 kali pemeriksaan dahak. Uji resistensi harus dilakukan
apabila ada dugaan resistensi terhadap pengobatan. Pemeriksaan
sputum adalah diagnostik yang terpenting dalam prograrn
pemberantasan TBC paru di Indonesia.
j. Uji BCG
Penyuntikan BCG akan menyebabkan konversi uji tuberkulin
sehingga dapat mengacaukan penilaian uji tuberkulin. Bila anak telah
mendapat BCG kemudian dilakukan uji tuberkulin dengan PPD-RT
23 2 TU/PPD-S 5 TU atau OT 1/2000 menimbulkan indurasi lebih
dari 15 mm, harus dicurigai adanya superinfeksi tuberkulosis. Bila
BCG diberikan pada masa neonatus, setelah 1 tahun hanya 10% yang
mempunyai indurasi dengan indurasi 5 mm atau lebih terhadap PPD-
RT 23 2 TU/PPD-S 5 TU dan tidak ada yang bereaksi dengan
indurasi 10 mm ke atas.

7. Komplikasi
a. Penyebaran infeksi Tuberkulosis
Penyebaran infeksi tuberculosis ke bagian tubuh nonpulmonal
dikenal dengan TB miliaris. Yang terjadi pada anak-anak, selain di
paru-paru, juga terdapat penyebaran ke seluruh tubuh. Hal ini terjadi
karena belum ada kekebalan alami dari tubuh, saat basil TB jenis
primer masuk ke dalam paru-paru. Akibatnya basil ini tidak tinggal
diam di paru-paru saja. Tetapi akan melalui saluran limfa ke kelenjar
dan masuk ke aliran darah, kemudian menyebar ke seluruh tubuh,
sehingga terkadang ditemui TB tulang dalam 1-5 tahun setelah
terbentuknya kompleks perimer,TB hati,TB limfa dapat terjadi 6
bulan setelah terbentuknya kompleks primer, TB selaput otak atau
meningitis dapt terjadi dalm 3 bulan.komplikasi pada traktus
urogenitalis dapt terjadi setelah bertahun-tahun.
b. Penyakit paru primer progesif
komplikasi infeksi tuberculosis serius tetapi jarang terjadi pada anak
bila focus primer membesar dengan mantap dan terjadi pusat
perkejuan yang besar. Pencairan dapat menyebabkan pembentukan
kaverna primer yang disertai dengan sejumlah besar basil tuberkel.
Pembesaran focus dapat melepaskan debris nekrotik kedalam
bronkus yang berdekatan, menyebabkan penyebaran intrapulmonal
lebih lanjut.
c. Efusi pleura
Efusi pleura tuberculosis, yang dapat local atau menyeluruh, mula-
mula padakeluarnya basili kedalam sela pleura dari focus paru
subpleura atau perkejuan limfonodi.efusi yang lebih banyak dan
secara klinis berarti terjadi beberapa bulan sampai beberapa tahun
sesudah infeksi primer.efusi pleura dapat terjadi 6-12 bulan setelah
terbentuk kompleks primer
d. Penyakit pericardium
Bentuk tuberculosis jantung yang paling sering adalah
perikarditis.penyakit ini jarang,terjadi pada 0,5-4% kasus
tuberculosis pada anak. Perikarditis biasanya berasal dari invasi
langsung atau aliran limfe dari limfonodi subkranial.gejala-gejala
yang biasanya nonspesifik termasuk demam ringan,malaise dan
kehilangan berat badan. Nyeri dada tidak lazim pada anak.bising
gesek pericardium atau suara jantung yang jauh dengan pulsus
paradoksus.
e. Penyakit saluran pernafasan atas
Tuberculosis saluran pernafasan atas misalnya anak dengan tuberculosis
laring menderita batuk karena radang tenggoring, nyeri tenggorok,parau,
dan disfagia. Kebanyakan anak dengan tuberculosis laring menderita
penyakit laring primer dengan radiografi dada normal.
f. Penyakit system saraf sentral
Tuberculosis SSS merupakan komplikasi yang paling serius pada anak
dan mematikan tanpa pengobatan efekyif. Meningitis tuberkulosa
biasanya berasal dari pembentukan lesi perkejuan metastatik di dalam
korteks serebri atau meninges yang berkembang selam penyebaran
limfohematogen infeksi primer.
(Donna L. Wong,
2001)

8. Penatalaksanaan Medis
a. Obat Anti TB (OAT)
OAT harus diberikan dalam kombinasi sedikitnya dua obat yang
bersifat bakterisid dengan atau tanpa obat ketiga. Tujuan pemberian
OAT, antara lain :
1) Membuat konversi sputum BTA positif menjadi negatif secepat
mungkin melalui bakterisid.

2) Mencegah kekambuhan dalam tahun pertama setelah pengobatan


dengan kegiatan sterilisasi.

3) Menghilangkan atau mengurangi gejala dan lesi melalui


perbaikan daya tahan imunologis.

Maka pengobatan TB dilakukan melalui 2 fase, yaitu :


1) Fase awal intensif, dengan kegiatan bakterisid untuk
memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat.

2) Fase lanjutan, melalui kegiatan sterilisasi kuman pada


pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakterostatik pada
pengobatan konvensional.

OAT yang biasa digunakan antara lain isoniazid (INH),


rifampisin (R), pirazinamid (Z),dan streptomisin (S) yang bersifat
bakterisid dan etambutol (E) yang bersifat bakteriostatik.
Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil
pemeriksaan bakteriologi, dan klinis. Kesembuhan TB paru yang
baik akan memperlihatkan sputum BTA (-), adanya perbaikan
radiology, dan menghilangnya gejala.
Etambutol tidak dianjurkan untuk anak-anak usia< 6 tahun,
karena gangguan penglihatan sulit dipantau (kecuali bila kuman
penyebabnya resisten terhadap obat TB lain.
Isoniazid mempunyai dua pengaruh toksik utama, keduanya
jarang pada anak. Neuritis perifer akibat dari hambatan kompetitif
penggunaan piridoksin. Kadar piroksidin mengurang pada anak yang
sedang minum INH tetapi manifestasi klinis jarang ada dan
pemberian piroksidin biasanya tidak dianjurkan. Namun remaja
dengan diet yang tidak cukup, kelompok anak-anak dengan kadar
susu dan masukan daging rendah, serta bayi yang sedang menyusu
sering memerlukan penambahan piroksidin. Pengaruh toksik utama
INH adalah Hepatotoksisitas yang berarti secara klinis jarang pada
anak tetapi meningkat sesuai usia . Tiga sampai 10% anak yang
minum INH mengalami kenaikan kadar serum transaminase
sementara.Manifestasi alergi atau reaksihipersensitivitas yang
disebabkan oleh INH amat jarang. Inh dapat menaikkan kadar
fenitoin dan menyebabkan toksisitas denagan memblokade
metabolismenya. Kadang-kadang INH berinteraksi dengan teofilin,
sehingga memerlukan modifikasi dosis.
Rifampisin obat ini adalah obat kunci pada manejemen
tuberculosis moderen. Ia diserap dengan baik dari saluran cerna
selama puasa, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 2 jam.Efek
samping lebih sering daripada dengan INH dan termasuk perubahan
warna urin dan air mata menjadi oranye ( dengan pewarnaan
permanen lensa kontak), gangguan saluran cerna, dan
hepatotoksisitas, biasanya ditampakkan sebagai kenaikan kadar
transminase serum tidak bergejala.
Pirazinamid dosis optimum pada anak belum diketahui, tetapi
dosis yang sama ini menyebabkan kadar CSS tinggi, ditoleransi
dengan baik pada anak dan berkolerasi dengan keberhasilan klinis
pada trial pengobatan tuberculosis pada anak. Pengalaman yang luas
dengan PZA pada anak telah membuktikan keamanannya. Satu-
satunya bentuk dosis PZA adalah tablet agak besar 500 mg, yang
menimbulkan beberapa masalah dosis pada anak terutam bayi. Tablet
ini dihancurkan dan diberikan bersama makanan dengan cara yang
sama dengan pemberian INH, tetapi penelitian farmakokinetik resmi
denagan menggunakan metode ini belum dilaporkan.
Streptomisin kurang sering digunakan daripada yang
disebutkan lebih dahulu pada pengobatan atau pencegahan penyakit
resisten obat. Harus diberikan secara intramuskular. Streptomisin
menembus meningen yang radang dengan sangat baik tetapi tidak
melewati meningen yang tidak radang. Penggunaan utamanya
sekarang adalah bila dicurigai resistensi INH awal atau bila anak
menderita tuberculosis yang membahayakan jiwa.Pengobatan TB
pada bayi dan anak pada dasarnya sama dengan pengobatan TB
dewasa. OAT diberikandalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat,
dalam jumlah dan dosis yang tepat selam 6-9 bulan supaya kuman
dapat dibunuh. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap
intensif dan tahap lanjutan. Tahap intensif dimaksudkan untuk
menghentikan proses penyakit. Tahap ini harus dilaksanakan dengan
pengawasan ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan obat selama
2 bulan. Sedangkan tahap lanjutan dimaksudkan agar semua kuman
yang dorman (tidur) terbunuh.pemberian obat kombinasi lebih sedikit
tetapi dalam jangka waktu lebih panjang yaitu 4 bulan. Semua tahap
OAT diberikan setiap hari dalam satu dosis sebelum makan pagi.
Jika anak terkena TB, dokter akan memberi obat anti TB dan
obat kombinasi. Ada tiga jenis obat standar TB yaitu, INH yang
dipakai sebagai obat pencegahan. Kemudian ditambah Rifamoisin,
dan Pirazinamide. Pemberian obat minimum selam 6 bulan. Jika TB
yang diderita berat atau hebat sekali, misalnya sampai meningitis,
pengobatan bisamemakan waktu 9-12 bulan. Dan ini pun bisa dicapai
berkat perkembangan obat-obatan yang lebih baik. Sebelumnya bisa
mencapai 18-24 bulan dengan dosis yang banyak. Jika pengobatan
tersebut belum memadai, masih akan dilanjutkan dengan menambah
obat etambutol dan suntikan Streptomisin selama 4-5 bulan yang
disuntikkan setiap hari. Bahkan bisa sampai menjalani rawat inap,
yang paling penting, pemberian obat sesuai dosis yang diberikan
dokter dan diberikan dengan jadual teratur.
Check Up usai pengobatan akan dilakukan evaluasi. Biasanya
pada dua bulan pertama sudah kelihatan ada perubahan, misalnya
berat badan naik, demam reda maka akan berkurang juga. Jangan
menghentikan pengobatan, kendati kondisi si anak mulai membaik.
Tujuannya untuk mencegah agar tidak kambuh kembali. Karena jika
lambuh lagi, basilnya akan kebal dan pengobatannya sangat sulit.
Dengan demikian pengobatan TB harus dilakukan tuntas. Karena itu
orang tua harus bisa memotivasi anak agar mau berobat secara
teratur. Kemungkinan kambuh tetap ada kendati sudah sembuh benar.
Misalnya, ketika kecil terkena TB kemudian kambuh saat sudah
dewasa. Karena itu perlu dilakukan check up rutin setiap tahun.
Terutama pada usia rawan, yaitu saat balita dan masa akil balik.
Tetap bersosialisasi Jangan mengisolasi anak karena ia
menderita TB. Perlu diketahui TB pada anak tidak menular. Biarkan
ia sekolah dan bermain sebagaimana mestinya. Biarkan pula
iamemiliki pergaulan yang wajar agar tetap memiliki pertumbuhan
dan perkembangan yang normal.

b. Pembedahan pada TB paru


Peranan pembedahan dengan adanya OAT yang poten telah
berkurang. Indikasi pembedahan dibedakan menjadi indikasi mutlak
dan indikasi relatif.
Indiksi mutlak pembedahan adalah :
1) semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi sputum
tetap positif.
2) Pasien batuk darah masif tidak dapat diatasi dengan cara
konservatif.
3) Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yamg tidak
dapat diatasi secara konservatif.

Indikasi relatif pembedahan adalah :


1) Pasien dengan sputum negatif dan batuk-batuk darah berulang
2) Kerusakan 1 paru atau lobus dengan keluhan.
3) Sisa kavitas yang menetap.

c. Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)


Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) adalah nama
untuk suatu strategi yang dilaksanakan di pelayanan kesehatan dasar
di dunia untuk mendeteksi dan menyembuhkan pasien TB. Strategi
ini terdiri dari 5 komponen, yaitu :
1) Dukungan politik para pimpinan wilayah di setiap jenjang
sehingga program ini menjadi salah satu prioritas dan pendanaan
pun akan tersedia.
2) Mikroskop sebagai komponen utama untuk mendiagnosa TB
melaui pemeriksaan sputum langsung pasien tersangka dengan
penemuan secara pasif.
3) Pengawas Minum Obat (PMO) yaitu orang yang dikenal dan
dipercaya baik oleh pasien maupun petugas kesehatan yang akan
ikut mengawasi pasien minum seluruh obatnya sehingga dapat
dipastikan bahwa pasien betul minum obatnya dan diharapkan
sembuh pada akhir masa pengobatannya.
4) Pencatatan dan pelaporan dengan baik dan benar sebagai bagian
dari system surveilans penyakit ini sehingga pemantauan pasien
dapat berjalan.
5) Panduan obat anti TB jangka pendek yang benar, termasuk dosis
dan jangka waktu yang tepat, sangat penting untuk keberhasilan
pengobatan. Termasuk terjaminnya kelangsungan persediaan
panduan obat ini. Panduan yang berlaku di Indonesia sesuai
dengan anjuran WHO terdapat dalam tabel.
(Nelson, 1999)

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN TB PARU PADA ANAK


1. Pengkajian
Menurut Soemantri (2008), pengkajian keperawatan pada
tuberkulosis adalah:
a. Data pasien: Penyakit tuberkulosis (TB) dapat menyerang
manusia mulai dari usia anak sampai dewasa dengan perbandingan
yang hampir sama antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini
biasanya banyak ditemukan pada pasien yang tinggal 11 di daerah
dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya cahaya matahari
ke dalam rumah sangat minim.Tuberkulosis pada anak dapat terjadi di
usia berapa pun, namun usia paling umum adalah 1 4 tahun. Anak-
anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru (extrapulmonary)
dibanding TB paru-paru dengan perbandingan 3 : 1. Tuberkulosis luar
paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia< 3
tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun
cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja di mana TB
paru-paru menyerupai kasus pada pasien dewasa (sering disertai
lubang/kavitas pada paru-paru).

b. Riwayat kesehatan
Keluhan yang sering muncul antara lain:
1) Demam: subfebris, febris (40-410C) hilang timbul.
2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkhus.
3) Sesak napas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru-paru.
4) Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan akan timbul bila
infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis.
5) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun,
berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot dan keringat malam.
6) Sianosis, sesak napas, dan kolaps: merupakan gejala atelektasis.
7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya
penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit infeksi menular.

c. Pemeriksaan Fisik
Pada tahapan dini sulit diketahui, ronchi basah kasar dan nyaring,
hipersonor/timpani bila terdapat kavitas yang cukup dan pada
auskultasi memberikan suara umforik, pada keadaan lanjut terjadi
atropi, retraksi interkostal dan fibrosa.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Sputum Kultur
Yaitu untuk memastikan apakah keberadaan Mycrobacterium
Tuberculossepada stadium aktif.
2) Skin test: mantoux, tine, and vollmer patch yaitu reaksi positif
mengindikasi infeksi lama dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan infeksi lam dan adanya antibody, tetapi tidak
mengindikasikan penyakit yang sedang aktif.
3) Darah: leukositosis, LED meningkat.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul.


a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
kental atau sekresi yang berlebihan.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat anoreksia.
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber
energi akibat malnutrisi.

3. Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
kental atau sekresi yang berlebihan.
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan diharapkan pada anak
tercapai bersihan jalan nafas normal,dengan
Kriteria hasil:
1) Anak akan
2) Tidak mengalami aspirasi.
3) Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran
udara dalam paru-paru.
Intervensi Rasional
1. Kaji pola, kedalaman, 1. Untuk dapat menentukan
fekuensi napas. intervensi selanjutnya.
2. Isap sekresi dari jalan nafas 2. Mencegah obstruksi/aspirasi.
sesuai kebutuhan, misalnya : Penghisapan dapat diperlukan
Bersihkan sekret dari mulut bila anak tak mampu
dan trakea; suction sesuai mengeluarkan sekret.
dengan indikasi.
3. Lakukan fisioterapi dada
atau postural drainase 3. Dapat dilakukan jika anak
tidak mampu mengeluarkan
4. Posisi untuk mencegah sekret sendiri
aspirasi. Bantu anak dalam 4. Posisi membantu
posisi semi atau fowler memaksimalkan ekspansi paru
tinggi. dan menurunkan upaya
5. Berikan lingkungan yang pernafasan
lembab 5. Mencegah pengeringan
membrane mukosa, membantu
pengenceran secret

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


penurunan keinginan untuk makan sekunder akibat anoreksia.
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatn diharapkan anak
menunjukkan pola nutrisi yang adekuat dengan
Kriteria hasil :
1) BB normal
2) IMT normal
3) Intake dan Output seimbang

Intervensi Rasional
1. Ukur BB tiap hari 1. Berguna dalam
mendefinisikan
derajat/luasnya masalah dan
pilihan intervensi, berguna
dalam mengukur keefektifan
nutrisi dan dukungan cairan.
2. Pastikan pola diet anak, 2. Membantu mengidentifikasi
makanan yang disukai/tidak kebutuhan khusus.
disukai. Modifikasi pemberian Pertimbangan keinginan
makanan pada anak misalnya individu dapat memperbaiki
dengan: masukan diet.
a. Menghias makanan
b. Menggunakan piring atau
gelas yang menarik
3. Berikan perawatan mulut
sebelum dan sesudah tindakan 3. Menurunkan rasa tidak enak
pernafasan karena sisa sputum atau obat
untuk pengobatan
respirasimerangsang pusat
4. Dorong makan sedikit dan muntah.
sering dengan makanan tinggi
protein dan karbohidrat. 4. Memaksimalkan masukan
nutrisi tanpa kelemahan
yang tak perlu/kebutuhan
5. Kolaborasi. energi dari makan makanan
Rujuk ahli gizi untuk banyak dan menurunkan
menentukan komposisi diet iritasi gaster
5. Memberikan bantuan dalam
perencanaan diet dengan
nutrisi adekuat untuk
kebutuhan metabolik dan
diet

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber


energi akibat malnutrisi.
1) Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleran aktivitas.
2) Memperlihatkan kemajuan (khususnyatingkat yang lebih tinggi
dari mobilitas yang mungkin).
3) Melaporkan penurunan gejala-gejala intoleran aktivitas.
Intervensi Rasional
1. Berikan permainan dan 1. Meningkatkan antusiasme
aktivitas sesuai usia yang anak dalam melakukan
tenang dan menantang: aktivitas
a. Petualanagan sensori 2. Menetapkan
(seperti apa bau, bunyi, kemampuan/kebutuhan anak
atau pemandanganrumah dan memudahkan pilihan
sakit?) intervensi
b. Menceritakan dan menulis 3. Meningkatkan istirahat
cerita, membuat susunan 4. Pembatasan aktivitas
benda, bermain dengan ditentukan dengan respons
boneka, bermain drama. anak terhadap aktivitas dan
2. Evaluasi respons anak perbaikan kegagalan
terhadap aktivitas pernafasan
5. Anak mungkin nyaman
dengan kepala tinggi atau
3. Berikan lingkungan tenang menunduk ke bantal
4. Jelaskan pentingnya istirahat 6. Meminimalkan kelelahan dan
pada orang tua dalam rencana membantu keseimbangan
pengobatan dan perlunya suplai dan kebutuhan oksigen
keseimbangan aktivitas dan
istirahat
5. Bantu anak pada posisi yang
nyaman untuk istirahat
dan/atau tidur
6. Anjurkan orang tua untuk
Bantu aktivitas perawatan diri
yang diperlukan.berikan
aktivitas kemajuan
peningkatan aktivitas selam
masa penyembuhan

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab III Obesitas Anak
    Bab III Obesitas Anak
    Dokumen2 halaman
    Bab III Obesitas Anak
    vita
    Belum ada peringkat
  • Bab I Obesitas Anak
    Bab I Obesitas Anak
    Dokumen4 halaman
    Bab I Obesitas Anak
    vita
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii TBC Anak
    Bab Iii TBC Anak
    Dokumen3 halaman
    Bab Iii TBC Anak
    vita
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen25 halaman
    Bab Ii
    vita
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen23 halaman
    Bab 2
    vita
    Belum ada peringkat
  • Askep HIV/ AIDS
    Askep HIV/ AIDS
    Dokumen13 halaman
    Askep HIV/ AIDS
    Ebby Dira Pratama
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen1 halaman
    Bab Iii
    vita
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen3 halaman
    Bab 1
    vita
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen23 halaman
    Bab 2
    vita
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen30 halaman
    Bab Ii
    vita
    Belum ada peringkat
  • Proposal PKMD
    Proposal PKMD
    Dokumen13 halaman
    Proposal PKMD
    vita
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen2 halaman
    Bab I
    vita
    Belum ada peringkat