DIVERTIKULITIS
DisusunOleh :
NUGRADHYANI JWALITA
42160088
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Istilah "diverticulosis" dan "diverticular disease" digunakan untuk
menggambarkan adanya kantong abnormal pada sisi dalam kolon.Penyakit
divertikular pada kolon juga relative umum menyebabkan adanya perdarahan
akut pada gastrointestinal bagian bawah dan 23% pasien di antara yang
terdiagnosis menunjukkan tanda gejala akut.Sedangkan istilah "divertikulitis"
menunjukkan adanya peradangan pada divertikula yang biasanya disertai
oleh perdarahan dan atau mikro perforasi.
Uncomplicated diverticulitis adalah peradangan local, sedangkan
complicated diverticulitis adalah peradangan diverticula yang menimbulkan
abses, phlegmon, fistula, obstruksi, perdarahan, atau perforasi.
Penyakit divertikular kolon jarang terjadi di negara berkembang
namun umum terjadi di wilayah Barat serta masyarakat industri, terhitung
sekitar 130.000 orang dirawat di rumah sakit setiap tahunnyadi Amerika
Serikat.Kebanyakan pada masyarakat Barat, sebanyak 85% ditemukan
diverticula di bagian sigmoid serta kolon desenden.Namun diverticula biasa
ditemukan di bagian kolon asenden pada populasi Asia.
Prevalensi divertikulosis memiliki perbandingan yang sama antara
pria dan wanita. Namun meningkat seiring dengan bertambahnya usia,
berkisar sekitar 10% pada orang dewasa yang berusia kurang dari 40-50
tahun dan 70% terjadi pada usia lebih dari 80 tahun. 80% pasien dengan
diverticulitis menyerang usia 50 tahun ke atas.
Sejak tahun 1998 hingga 2005, angka kasus diverticulitis mengalami
peningkatan sebanyak 26% di Amerika Serikat.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kolon
1. Anatomi dan histologi
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan
panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum
sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada usus
kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat
anus diameternya makin kecil.
Gambar 2. Divertikula
C. Divertikulitis
1. Definisi
Divertikulitis, didefinisikan sebagai peradangan dan infeksi
dinding usus yang terkait dengan divertikula, yang paling sering
terjadi sebagai komplikasi dari diverticulosis.(Sifri CD, Lawrence
CM.)
2. Patogenesis
Patogenesis divertikulitis dianggap sangat mirip dengan
apendisitis akut: fecalith menghalangi leher atau pintu masuk
divertikulum, kemudian menyebabkan akumulasi lendir meningkat
sehingga mendukung adanya pertumbuhan bakteri, perforasi, dan
pembengkakan dinding usus dan jaringan sekitarnya. (Beer F.)
Mikro perforasi dapat terlokalisasi dengan baik, sehingga
peradangan dinding kolon dapat dibatasi serta memperkecil
pembentukan phlegmon atau abses peridiverticular.Sedangkan
makroperforasi dapat menyebabkan terbentuknya abses yang lebih
besar, menyebar ke organ lain, peritonitis yang luas, massa inflamasi
yang lebih besar, dan fistula. (Ferzoco IB,Raptopoulos V,Silen W.)
Fistula sering terjadi sebagai komplikasi perforasi yang
mengakibatkan fistula colo-vesikular atau kolo-vagina yang
memerlukan intervensi bedah.Perforasi hingga menyebabkan
peritonitis merupakan komplikasi divertikulitis yang jarang terjadi,
namun berpotensi menimbulkan bencana, dengan tingkat kematian
hampir 30%. (Weizman A, Nguyen G.)
4. Manifestasi Klinis
a. Uncomplicated diverticulitis
Pasien mengeluhkan gejala seperti kram, perut kembung, dan
buang air besar yang tidak teratur.Namun, belum jelas apakah
gejala ini disebabkan oleh divertikulitis atau karena manifestasi
dari irritable bowel syndrome. Manifestasi klinis dari
uncomplicated divertikulitis menyerupai apendisitis, namun
biasanya nyeri berada di abdomen kiri.
Divertikulitis sering ditunjukkan dengan awitan nyeri pinggul
hypogastric viseral yang berkembang menjadi nyeri somatik
yang terlokalisasi untuk kelainan pada sigmoid; beralih ke
kuadran kiri bawah. OS akan mengalami mual muntah,
perubahan kebiasaan buang air besar, dan kelainan pola buang
air kecil disamping nyeri yang dirasakan.
b. Complicated diverticulitis
Tipe ini sangat jarang terjadi tetapi cukup
berbahaya.Divertikula dapat mengalami perdarahan, baik secara
cepat (yang menyebabkan perdarahan melalui rektum) atau
perlahan (menyebabkan anemia). Divertikula dapat terinfeksi dan
akan berkembang menjadi abses, atau bahkan perforasi.
Diverticulitis yang telah berkembang menjadi abses bahkan
perforasi membutuhkan penanganan medis yang cukup
serius.(Mustafa, M., Menon, J., et al.)
5. Penegakan Diagnosis
a. Subjective
Pasien sering datang dengan keluhan yang dirasakan beberapa
jam hingga beberapa hari, berupa nyeri, sensitif, dan atau kram
pada bagian kiri bawah perut dan lebih terasa bila tubuh
digerakkan.Selain itudemam, mual muntah atau mungkin juga
mengeluhkan diare, dan sembelit.Beberapa pasien melaporkan
adanya perdarahan dari dubur.
b. Objective
Dilakukan pemeriksaan fisik abdomen dan mungkin akan
didapatkan adanya nyeri tekan pada regio hypogastric yang
kemudian menjalar ke region iliac. Adanya rebound tenderness,
rigiditas atau kekakuan otot tanda peritonitis membuat perkiraan
akan adanya perforasi semakin tinggi. Kemudian adanya darah
pada feses, juga adanya tenderness di kuadran kiri menunjukkan
kemungkinan terjadinya abses. (Tintinalli J.)
Temuan nyeri perut kiri, tanda-tanda sembelit, dan angka
protein C-reaktif yang tinggi ditemukan pada pasien dengan
divertikulitis, Sedangkan muntah dan nyeri perut sisi kanan lebih
sering terjadit pada pasien dengan nyeri perut nonspesifik di
mana etiologinya tidak dapat ditentukan.
i. Staging
Tingkat keparahan divertikulitis sering dinilai dengan
menggunakan kriteria Hinchey, walaupun sistem klasifikasi
ini tidak memperhitungkan efek terhadap outcome.
Risiko kematian pasien dengan divertikulitis stadium 1
atau 2 berada pada angka kurang dari 5%, sedangkan pada
pasien dengan stadium 3 sekitar 13%, dan 43% untuk
mereka yang berada pada stadium 4. Kriteria Hinchey
dibagi sebagai berikut:
c. Assessment
Terdapat beberapa pemeriksaan yang menunjang diagnostik,
di antaranya ialah:
i. Pemeriksaan Lab
Trias yang terdiri dari nyeri abdomen kuadran kiri
bawah, demam, dan leukositosis merupakan tanda klasik
yang menunjukkan adanya diverticulitis.Pada rawat jalan,
panduan praktik perawatan primer, gastroenterologi, dan
bedah umum mendukung penggunaan terapi antibiotik pada
pasien dengan gejala ini dan merekomendasikan
pemeriksaan pencitraan abdomen hanya pada untuk
diagnosis yang belum pasti. Namun kenyataannya, trias ini
kurang sensitive dan hanya dapat ditemukan 47% pasien
dengan temuan CT scan abses dan perforasi yang parah.
(Humes D, Spiller R.)
Pemeriksaan laboratorium rutin seharusnya dapat
digunakan untuk mengetahui sumber nyeri perutnya serta
dapat digunakan untuk persiapan imaging.Misalnya,
hiperkalsemia berhubungan dengan terjadinya nyeri perut
dan dapat menyebabkan konstipasi.Evaluasi fungsi ginjal
juga cukup penting, hal ini dapat ditilik dari angka kreatinin
yang berhubungan dengan pemeriksaan radiologi untuk
pasien.
Leukositosis sering ditunjukkan pada saat adanya
gejala nyeri perut, hal ini meningkatkan kecurigaan akan
peradangan dan infeksi, namun hal ini kurang sensitivitas
atau spesifisitasnya. Leukositosis sendiri tidak bernilai pada
pasien divertikulosis akut untuk membedakan antara
complicated divertikulitis dan uncomplicated divertikulitis.
(Van de Wall B, Draaisma W, Van der Kaaij R, et al.)
Beberapa faktor yang disarankan terkait dengan
tingginya risiko divertikulitis termasuk rasa sakit hanya di
kuadran kiri bawah, tidak adanya muntah, dan protein C-
reaktif lebih besar dari 50 mg/L. dengan adanya faktor
tersebut sehingga meningkatkan reliabilitas diagnostik
menjadi 97%. (Andeweg C, Mulder I, Felt-Bersma R, et
al.)
ii. Radiografi
Beberapa ahli menyarankan pendekatan bertahap
dalam melakukan imaging untuk kasus divertikulitis, hal ini
dilakukan untuk mengurangi paparan radiasi.Mereka
menyarankan untuk dilakukan ultrasonografi terlebih
dahulu, kemudian CT-abdomen hanya dilakukan jika hasil
USG tidak jelas.Selain dapat menurunkan biaya juga dapat
mengurangipaparan yang dapat mengakibatkan induksi-
kontras nefropati.
iii. Ultrasonografi
Ultrasonografi ialah modalitas lain yang harus
dipertimbangkan pada populasi tertentu seperti pada pasien
hamil atau pasien usia muda yang dicurigai divertikulitis.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bahwa ultrasonografi
ini digunakan untuk mengurangi paparan ion. Selain itu,
USG juga digunakan untuk inspeksi struktur lain di dalam
panggul yang mungkin dapat menyebabkan adanya gejala
tertentu pada pasien.Penggunaan ultrasonografi dengan
pendekatan compression graded memiliki sensitivitas
sebesar 90% dalam mendeteksi adanya diverticulitis akut.
Namun, ultrasonografi bukanlah pilihan awal pada pasien
obesitas karena gambar yang ditunjukkan cenderung tidak
optimal.(Hammond N, Nikolaidis P, Miller F.)
vi. Kolonoskopi
Pada fase peradangan akut yang berhubungan dengan
divertikulitis akut, kolonoskopi tidak dianjurkan. Ada
beberapa alasan yang dianjurkan untuk menunggu
setidaknya 4-6 minggu sebelum melakukan
kolonoskopi,termasuk risiko perforasi dengan insufflasi
udara, serta kualitas kolonoskopi yang terbatas yang
disebabkan karena nyeri, persiapan yang tidak memadai,
dan potensi terjadi stenosis usus.
b. Reseksi Bedah
Divertikulitis tanpa komplikasi paling sering ditangani
secara medikamentosa, sementara kecenderungan divertikulitis
dengan komplikasi telah berevolusi selama bertahun-tahun.
Secara historis, pasien yang gagal dalam pengelolaan medis akan
ditawarkan pilihan kolektomi sigmoid untuk mencegah
terulangnya penyakit.Sebaliknya, pasien divertikulitis dengan
komplikasi sering ditangani melalui operasi segera.Namun,
praktik klinis saat ini sedang menerapkan metode baru
menggunakan pengelolaan bedah invasif bahkan pada beberapa
pasien dengan komplikasi.
Sebuah pendekatan menyarankan kolektomi tetap dilakukan
setelah dua episode divertikulitis, sementara ulasan studi terbaru
menemukan bahwa peningkatan jumlah episode divertikulitis
akut tanpa komplikasitidak meningkatkan kebutuhan akan
operasi yang mendesak, risiko kekambuhan, atau risiko
komplikasi. (Wieghard N, Geltzeiler C, Tsikitis V.)
Reseksi bedah merupakan pilihan bagi pasien
divertikulitisdengan komplikasibahkan yang berulang.Urgent
kolostomi bagi pasien dengan sepsis dan peritonitis, sertauntuk
mereka yang tidak membaik dengan manajemen non-operatif,
biasanya terjadi bagi pasien Hinchey III dan IV.
Jika akhirnya memilih tindakan operasi, maka operasi
laparoskopi terbuka akan lebih baik untuk dilakukan.
c. Manajemen Abses
Adanya peningkatan pilihan manajemen bagi divertikulitis
yang non-operatif, seperti drainase abses perkutaneous dan bilas
intraperitoneal, serta dilakukannya prosedur invasif minimal
lainnya.Abses yang berukuran kecil (<4-5cm) dapat diobati
secara medis dengan antibiotic sendiri.Sementara yang
ukurannya lebih besar (> 5cm) biasanya memerlukan drainase
perkutan yang dikombinasikan dengan antibiotik.
Gambar 10. Algoritma penegakan diagnosis hingga penanganan diverticulitis
Sumber: Danny O. Jacobs, M.D., M.P.H. Diverticulitis. N Engl J Med 2007
7. Prognosis
Diverticulitis menyajikan prognosis yang lebih serius daripada
divertikulosis karena komplikasinya bisa berakibat fatal, tetapi jka cepat
didiagnosa dan menjalani perawatan yang tepat (mungkin pembedahan),
dapat disembuhkan.
Sebagian besar pasien sembuh total setelah menjalani pengobatan.
Jika tidak ditangani awal, divertikulitis dapat menyebabkan perforasi dan
pelepasan bakteri dari fekal ke jaringan peridivertikuler.Hasil lanjutannya
berupa abses yang biasanya berisi jaringan apendises apiploika dan
jaringan perikolonik.Perforasi jarang menimbulkan peritonitis.Fibrosis
sebagai respon terhadap episode berulang dapat menekan lumen usus,
menimbulkan obstruksi.Perdarahan intestinal dapat juga terjadi.Fistula
dapat terbentuk antara kolon dan organ sekitar, termasuk kandung kemih,
vagina, usus halus dan kulit abdomen.Komplikasi lainnya adalah
pyeleplebitis dan abses liver.
Individu yang berusia kurang dari 40 tahun yang memiliki
imunitas terdepresi karena medikasi atau penyakit lainnya akan memiliki
kemungkinan leih besar untuk terjadi komplikasi dan menjalani
pembedahan. Sekitar setengah pasien yang memiliki diverticulitis akan
kambuh dalam beberapa tahun setelah ditangani dan dalam masa remisi.
Dari paien yang masuk rumah sakit, sekitar 15-20% mengalami
komplikasi yang membutuhkan pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA