Anda di halaman 1dari 4

Nama : Finka Yuqianti

Nim : 03071181419031
Kelompok :6

Initian Development of South Sumatera Basin

Effects of sea level drops during late early miocene


To the reservoirs in south palembang sub basin,
South sumatra, indonesia
Sitompul et al., 1992

No. Finding Sumber


1. Permukaan air laut mengalami penurunan di Sub Sitompul et al., 1992
Cekungan Palembang Selatan selama Late Early
Miocene
2. Penurunan muka air laut pada N-6 membentuk Sitompul et al., 1992
lapisan batupasir yang tebal yang potensial sebagai
reservoar dan pada akhir N-7 proses tersebut
memproduksi porositas sekunder untuk
hidrokarbon reservoar yang karbonatan pada
daerah N-7
3. Proses subduksi dari lempeng India-Australia Sitompul et al., 1992
selama pertengahan Mesozoikum menghasilkan
sesar dengan arah NW-SE seperti sesar Sumatera
dan sesar Malaka.
4. Gaya tektonik membentuk sesar normal denga arah Sitompul et al., 1992
N-S pada Late Crestacous seperti sesar Lembak
dan sesar Talang Babat
5. Sesar terbaru NE-SW telah terbentuk selama intra Sitompul et al., 1992
basin yang diaktifkan oleh gaya tektonik Plio
Pleistosen seperti sesar Lematang dan sesar
Merbau
6. Basement sub cekungan Palembang Selatan terdiri Sardjito et al., 1991
dari batuan metamorf dengan litologi slate dan filit dalam Sitompul et al.,
serta intrusi granit sebagai basement cekungan 1992
Tersier. Basement terbentuk pada Early
Crestaceous sebagai sumber sedimentasi Tersier
yang memiliki porositas sekunder sebagai potensial
reservoar hidrokarbon
7. Formasi Lahat mengalami ketidakselarasan dengan Sitompul et al., 1992
dengan basement dan terdiri dari litologi
konglomerat, batupasir, batupasir tufaan, dan tuff
pada bagian bawah serta shale (shale Benakat) di
bagian atas. Shale tersebut dapat menjadi batuan
induk. Berumur Eosen dan Oligosen dengan
lingkungan pengendapan aluvial fan.
8. Formasi Talang Akar pada bagian bawah diisi oleh Sitompul et al., 1992
kelompok Gritsand (GRM) yang tidak selaras
dengan Formasi Lahat . Formasi tersebut berlitologi
medium coarse sand dan ditutup lapisan batubara.
Sedangkan pada bagian atas diisi kelompok transisi
(TRM) yang terdiri dari clay, serpih, dan ditutup
lapisan batubara. Formasi ini terbentuk selama
Akhir Oligosen hingga Awal Miosen
9. Formasi Baturaja terbentuk tidak selaras dengan Sitompul et al., 1992
Formasi Talang Akar yang terdiri dari limestone ,
klastik limestone, yang terbentuk selama awal
hingga tengah Miosen. Limestone tersebut
merupakan reservoir hidrokarbon yang baik.
10. Formasi Gumai terdiri dari litologi shale, sand dan Sitompul et al., 1992
clay yang terbentuk selama pertengahan Miosen
pada saat fase transgresi maksimum
11. Formasi Air Benakat terbentuk selama pertengahan Sitompul et al., 1992
hingga atas Miosen dan terdiri dari litologi clay.
Pada bagian atas formasi ini ditemukan claystone
dan sandstone
12. Formasi Muara Enim mengalami pengendapan Sitompul et al., 1992
sedimentasi pada daerah fluvial hingga laut dangkal
yang berlangsung selama Miosen Atas. Formasi ini
terdiri dari litologi shalestone, claystone, sandstone
dan coal
13. Formasi Kasai terbentuk di daerah fluvial hingga Sitompul et al., 1992
terestrial yang mengalami ketidakselarasan dengan
Formasi Muara Enim. Formasi ini terdiri dari litologi
batulempung, batupasir tufaan pada masa Pliosen.
14. Urutan stratigrafi pada sub cekungan Palembang Sitompul et al., 1992
Selatan berlangsung selama akhir hingga awal
Miosen yaitu batas akhir N-6 (15,5 juta tahun lalu)
dan akhir N7 (16,5 juta tahun lalu) dan daerah yang
sangat terkena dampak akibat proses sedimentasi
ini Formasi Talang Akar dan Formasi Baturaja.
15. Sequence pertama yaitu N-6 dimulai dengan Sitompul et al., 1992
sedimentasi lowstand yang menumpang tindih
Formasi Lahat dengan lingkungan pengendapan
danau. Kemudian terjadi fase kenaikan muka air
laut di pantai dan muara yang kemudian
terendapkan sedimentasi progradasi delta selama
High Stand Periode (HST). Sequence ini kemudian
membentuk GRM di Formasi Talang Akar.
16. Proses sedimentasi N-6 berakhir dengan fase Sitompul et al., 1992
penurunan muka air laut yang sekaligus
membentuk perbatasan N-6 dan N-7. Sedimentasi
lowstand terjadi diatas batas cekungan N-6 yang
juga berperan sebagai indikasi sequence N-7 yang
membentuk pengendapan TRM dari Formasi
Talang Akar di beberapa tempat, kemudian
berlanjut ke fase transgresi sehingga menghasilkan
serpih dan pasir di lingkungan muara dan pantai.
Serpih Pendopo merupakan produk dari fase
transgresi.
17. Terdapat dua jenis reservoir yang potensial di sub Sitompul et al., 1992
cekungan Palembang Selatan yaitu sandstone
pada sequence N-6 dan N-7 dengan lingkungan
pengendapan delta plain dan front delta serta
sandstone dengan lingkungan pengendapan pantai
dan muara hasil fase transgresi. Kemudian terdapat
reservoir karbonat berupa limestone yang terbentuk
selama lingkungan pengendapan shelf selama
highstand periode N-7
18. Urutan pengendapan N-6 menghasilkan lapisan Sitompul et al., 1992
GRM dengan hasil studi pada core dari GRM
batupasir di wellBRG-3A yang diambil dari kedalam
2232.5 2235 m menunjukkan porositas utama
23.9 hingga 26.2%. Analisa petrografi menunjukkan
hasil very poor to moderately sorted and angular to
sub rounded. Sedangkan porositas sekundernya
yaitu 65% yang menunjukkan kualitas buruk hingga
baik. Dari data well KRG-9, TLJ-204 terdapat
kehadiran minyak pada lapisan batupasir GRM
pada Formasi Talang Akar.
19. Sedimentasi sequence N7 menghasilkan reservoir Sitompul et al., 1992
klastik yaitu sandstone TRM di atas Formasi Talang
Akar dan reservoir karbonat berupa limestone di
BRF di Formasi Gumai. Analisa dari sampel Core
dari batupasir TRM di well Beringin 3A dengan
kedalaman 2151.3 2154.3 m menunjukkan
pengembangan porositas sangat baik (15 25.6%).
Analisa petrografi menunjukkan porositas sekunder
60% dan sortasi kebundaran baik.
20. Reservoar dengan litologi limestone telah teruji Wahana Karsa Mulia,
dengan sampel di Merbau-Talang Babat Area 1980 dalam Sitompul
dengan porositas 14%, Tasim 12%, dan et al., 1992
Prabumenang 16% dan Pagardewa 15%. Hal ini
menunjukkan bahwa porositas tersebut baik.
21. Batuan karbonat dengan porositas kisaran 5-20% Sumber Daya Bumi
mengindikasi kemampuan menghasilkan gas yang 1991 dalam Sitompul
dibuktikan dengan penilitian data dari lembak A-1 et al., 1992
dengan sampel pada kedalaman 1334 1350
memiliki rata rata porositas 35,9% sebagai
reservoar penghasil gas.
21. Reservoir limestone dipengaruhi oleh penurunan Sitompul et al., 1992
muka air laut di akhir N7. Proses penurunan muka
air laut juga membentuk urutan batas akhir N7 yang
dihasilkan sub area 1 yang telah terekspos dan
terindikasi oleh pola onlap batuan serpih Formasi
Gumai.

Anda mungkin juga menyukai