Anda di halaman 1dari 22

PENELITIAN ETNOGRAFI

A. Pengertian Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti orang dan
graphein yang berarti tulisan. Istilah itu kemudian diartikan sebagai jenis
tulisan yang menggunakan bahan-bahan dari penelitian lapangan untuk
menggambarkan kebudayaan manusia.Menurut Spradley (1980: 6-8)
kebudayaan merupakan seluruh pengetahuan yang dipelajari manusia dan
digunakan untuk menginterpretasi pengalaman dan membentuk tingkah laku,
dan etnografi merupakan penelitian yang membahas kebudayaan, baik yang
eksplisit maupun implisit.
Menurut Duranti (1997: 85), Etnografi adalah deskripsi tertulis
mengenai organisasi social, aktivitas social, symbol dan sumber material dan
karakteristik praktik interpretasi suatu kelompok manusia tertentu. Mengacu
pada pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa penelitian etnografi
merupakan penelitian menganai aktivitas social dan perilaku masyarakat atau
kelompok masyarakat tertentu.Etnografi merupakan salah satu model
penelitian yang lebih banyak terkait dengan antropologi, yang memperlajari
dan mendeskripsikan peristiwa budaya, dan menyajikan pandangan hidup
subjek yang menjadi objek studi.Definisi itu diperoleh oleh peneliti melalui
partisipasi secara langsung dan lama terhadap kehidupan social suatu
masyarakat.
Secara bahasa etnografi berarti potret suatu masyarakat. Menurut
marvin Harris dan Orna Johson penelitian etnografi adalah gambaran tertulis
tentang suatu budaya, yaitu adat, kepercayaan, dan perilaku berdasarkan
pengamatan peneliti yang terjun langsung kelapangan. Sedangkan menurut
Emzir (2008: 153-154) peneliti etnografer bias dianalogikan dengan seorang
penjelajah hutan. Tujuan utamanya bukan untuk menemukan sesuatu yang
tedapat di dalam hutan tetapi membuat deskripsi suatu wilayah hutan
tersebut.

1
3
Dalam pendidikan matematika etnografi merupakan metode penelitian
yang tepat digunakan untuk menyelidiki apa yang tepat digunakan untuk
menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi dalam proses pembelajaran
matematika di kelas. Etnografi mensyaratkan peneliti menjadi insider
instead of outsider dengan menggunakan etnografi, ide-ide perbaikan
pengajaran matematika dimungkinkan muncul sejalan dengan proses
penelitian.
Etnografi merupakan metode penelitian yang dikembangkan dalam
bidang antropologi yang merupakan pelukisan dan analisis tentang
kebudayaan suatu masyarakat atau suku bangsa.Etnografi merupakan salah
satu metode penelitian kualitatif. Terdapat beberapa etnografi yaitu Etnografi
Versi Awal yaitu menggambarkan unsur kebudayaan suatu masyarakat seperti
bahasa, mata pencaharian, system teknologi, organisasi social, kesenian,
system pengetahuan, dan religi yang diperoleh dari sumber0sumber tidak
langsung seperti naskah atau peninggalah zaman dahulu. Etnografi baru yaitu
penggambaran kehidupan masyarakat yang diperoleh dari anggota
masyarakat tersebut berdasarkan pola-pola kehidupan masyarakat yang
dimiliki oleh peneliti.Dalam etnografi modern para peneliti meneliti tentang
the way of life masyarakat tersebut dan mengenali pola-pola masyarakat
tersebut.
Objek penelitian etnografi adalah kebudayaan yang memiliki unsur
eksplisit dan implisit.Penelitian tentang unsur-unsur kebudayaan yang
eksplisit dapat dilakukan dengan mudah karena unsur-unsur kebudayaan
seperti itu relative terungkap oleh partisipan secara sadar.Sebaliknya,
penelitian berhubungan dengan unsur-unsur kebudayaan yang implisit, yang
tercipta dan dipahami secara tidak sadar oleh pemiliknya, maka data dan
makna harus disimpulkan secara hati-hati berdasarkan penuturan dan tingkah
laku para partisipan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa etnografi adalah
metode atau riset yang menggunakan observasi secara langsung terhadap
kegiatan manusia dalam konteks social dan budaya sehari-hari. Etnografi
berusaha mengetahui kekuatan-kekuatan apa saja yang membuat manusia

2
melakukan sesuatu. Objek etnografi adalah manusia dan kebudayaan baik
secara eksplisit maupun implisit.

B. Jenis-Jenis Etnografi
Menurut Creswell (2008: 475) penelitian etnografi memiliki beragam
bentuk.Akan tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan
penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
1. Etnografi Realis
Etnografi realis merupakan pendekatan yang popular dikalangan
antropolog.Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para
partisipan secara obyektif berdasarkan informasi yang diperoleh langsung
dari para partisipan di lapangan penelitian dan dipaparkan dengan
menggunkan sudut pandang orang ketiga (third person point of view).
Tiga ciri khas etnografi realis menurut Creswell (2008: 457) yaitu:
1) Peneliti mengungkapkan laporan penelitiannya melalui pandangan
orang ketiga berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan atas
pertisipan dan pandangan-pandangan mereka.peneliti tidak melihat
refleksi pribadinya dan berupaya bertindak hanya sebagai peliput fakta-
fakta. 2) peneliti memaparkan data-data obyektif dalam bentuk informasi
yang terukur dan bebas dari afiliasi politik dan penilaian personal.
Peneliti boleh mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari
para partisipan yang disusun dalam kategori standar penggambaran
kultural, seperti keluarga, system status, jaringan social, dan lain-lain. 3)
peneliti mengungkapkan pandangan para partisipan melalui kutipan
penuturan mereka yang diedit tanpa merubah makna. Peneliti
menyatakan interpretasinya tentang gambaran kedua budaya yang diteliti
pada bagian akhir laporan.
2. Studi Kasus
Sebagai bentuk etnografi, studi kasus didefinisikan sebagai an in-
depth exploration of a bounded system (e.g. an activity, even process or
individuals) based on extensive collection (creswell: 2008: 476). Istilah
bounded atau identitas dalam definisi ini berarti bahwa kasus yang

3
diteliti terpisah dari hal-hal lain dalam dimensi waktu, tempat, dan batas-
batas fisik tertentu. Artinya, hasil penelitian yang diperoleh hanya berlalu
bagi objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasikan sebagai an in-
depth study of one person (Wagner, 2009).Kebanyakan karya terusi
Freud dikembangkan berdasarkan berbagai studi kasus terhadap individu
yang dilakukan dengan menganalisis setiap aspek dan pengalaman hidup
seseorang untuk menemukan pola-pola dan penyebab tingkah laku orang
tersebut.
Objek yang biasanya diteliti dengan prosedur ini memiliki
karakteristik: kasus bias berbentuk individu tunggal, beberapa individu
yang terpisah dalam sebuah kelompok khusus, sebuah program,
peristiwa-peristiwa yang berhubungan erat, atau aktivitas-aktivitas. Jadi,
dalam konteks pendidikan kaus yang diteliti bias berbentuk Kehidupan
Seorang Guru Teladan Nasional Sebagai Pendidik.
3. Etnografi Kritis
Etnografi kritis merupakan pendekatan penelitian yang digunakan
untuk membantu dan memberdayakan kelompok masyarakatyang
termarjinalisasi.Etnografi kritis biasanya dilakukan oleh individu
berpikiran kritis yang melalui penelitiannya ingin memberikan bantuan
melawan ketidakadilan dan penindasan.
Menurut Creswell (2008: 478) ciri khas etnografi kritis adalah: 1)
mempelajari isu-isu social tentang kekuasaan. 2) penenlitian diarahkan
untuk menghentikan marginalisasi terhadap individu-individu yang
diteliti. 3) etnografer kritis menyadari bahwa interpretasinya dipengaruhi
oleh kebudayaannya sendiri. 4)etnografer menempatkan dirinya sebagai
pemberdaya para partisipan sehingga laporan penelitiannya memuat
orientasi pada nilai-nilai, pemberdayaan partisipan melalui peningkatan
otoritas, dan tantangan kepada status-quo. 5)posisi etnografer yang tidak
netral memungkinkan baginya untuk menyarankan perubahan dalam
masyarakat agar kelompok yang selama ini terpinggirkan tidak lagi
dimarginalkan. 6) laporan penelitian memuat daya yang variatif,
berjenjang, fan kontradiktif yang diperoleh dengan beragam metode.

4
C. Karakteristik Pokok Etnografi
Ada dua pijakan teoritis yang memberikan penjelasan tentang model
etnografi, yaitu interaksi simbolik dan aliran fenoronologi, termasuk
konstruksi sosial dan etnometodologi. Selama ini pemahaman etnografi selalu
dilandasi oleh pemikiran James P. Spradley (1979: 5). Pemikirannya dilandasi
oleh teori interaksi simbolik. Di dalam teori itu, budaya dipandang sebagai
sistem simbolik yang bisa diartikan bahwa makna tidak berada dalam
benakmanusia, tetapi simbol dan makna itu terbagi di antara actor sosial,
bukan di dalam dan bersifat umum buakn bersifat pribadi.
Mengingat begitu beragamnya ciri-ciri khas yang dimiliki masing-
masing jenis etnografi seperti terlihat pada etnografi realis, studi kasus, dan
etnografi kritis, sulit menentukan karakteristik umum yang terdapat dalam
semua jenis itu. Akan tetapi, untuk tujuan mengenal penelitian etnografi agar
penelitian ini dapat dibedakan dari penelitian kualitatif lainnya, terdapat tujuh
karakteristik penelitian etnografi, antara lain sebagai berikut:
1. Tema-tema Bersifat Kultural
Etnografer pada umumnya meneliti tema-tema budaya yang
diadopsi dari bidang antropologi kultural. Dalam etnografi tema kultural
didefinisikan sebagai sebuah pandangan umum yang didukung oleh
sebuah masyarakat, baik secara langsung atau tersirat (Creswell, 2008:
480). Tujuan etnografer bukanlah mencari pola-pola tingkah laku,
keyakinan yang mungkin sudah terlihat tetapi menambah pengetahuan
tentang bagian-bagian dari kebudayaan dan meneliti tema-tema
kebudayaan yang spesifik.
2. Sebuah Kelompok
Etnografer umumnya meneliti suatu unsur budaya yang secara
bersama-sama dimiliki sekelompok individu pada sebuah lapangan
penelitian (seperti guru-guru matematika SD di sebuah kecamatan, siswa
sebuah kelas, sekelompok mahasiswa yang sedang melaksanakan PPL).
Dengan demikian, partisipan yang diteliti biasanya terdiri dari beberapa
ndividu yang terikat oleh satu atau lebih unsur kebudayaan. Meskipun
demikian, etnografkhususnya studi kasusbisa juga diterapkan kepada

5
seorang individu (seperti seorang kepala sekolah, seorang penerjemah
profesional, dan lain-lain).
3. Kepemilikan Bersama Atas Pola Tingkah Laku, keyakinan dan
Bahasa
Etnografer bertujuan menemukan pola-pola tingkah laku,
keyakinan, dan bahasa yang dimiliki atau diadopsi secara bersama-sama
oleh sekelompok individu dalam kurun waktu tertentu. Yang dimaksud
dengan tingkah laku dalam etnografi adalah tindakanyang dilakukan oleh
individu dalam sebuah latar kultural. Sedangkan keyakinan berhubungan
dengan bagaimana individu berpikir atau memahami sesuatu dalam
sebuah latar kultural. Bahasa dalam etnogafi merujuk pada bagaimana
individu berbicara dengan individu lain dalam sebuah latar kultural.
Tujuan untuk menemukan pola-pola tingkah laku, keyakinan, dan bahasa
yang dimiliki bersama ini mengimplikasikan dua poin penting. Pertama,
kelompok yang diteliti harus memiliki/menganut pola-pola bersama yang
dapat dideteksi oleh peneliti. Kedua, setiap anggota kelompok yang
diteliti sama-sama mengadopsi setiap tingkah laku, keyakinan, dan
bahasa maupun kombinasi ketiga unsur itu.
4. Penelitian Lapangan
Penelitan lapangan dalam konteks etnografi berarti peneliti
menjaring data di lokasi tempat partisipan dan pola-pola kultural yang
diteliti berada. Etnografer menjaring data dengan cara tinggal bersama
dengan para partisipan untuk mengamati bagaimana pola-pola yang
mereka gunakan ketika bekerja, bersantai, beribadah, dan lain-lain.
Untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam, peneliti bisa turut
serta bekerja, bermain, atau beribadah dengan para partisipan. Bukan
tidak mungkin seorang etnografer yang sedang meneliti sistem
pernikahan di sebuah komunitas juga menikahi salah seorang partisipan
untuk memeroleh pemahaman yang mendalam.
Data-data yang dijaring etnografer dibedakan ke dalam tiga jenis:
data emik, data etik, dan data negosiasi. Datai emik merupakan informasi
yang diberikan langsung oleh para partisipan. Data ini sering disebut

6
sebagai konsep-konsep tingkat pertama, yang berbentuk bahasa lokal,
pemikiran-pemikiran, cara-cara berekspresi yang dimiliki/digunakan
secara bersama-sama oleh para partisipan. Data etik merupakan
informasi berbentuk interprelasi peneliti yang dibuat sesuai dengan
perspektif para partisipan. Data ini sering disebut sebagai konsep-konsep
tingkat kedua, yaitu ungkapan-ungkapan atau terminologi yang dibuat
peneliti untuk menyatakan fenomena yang sama dengan yang
diungkapkan para partisipan. Data negoisasi merupakan informasi yang
disetujui bersama oleh para partisipan dan peneliti untuk digunakan
dalam penelitian. Negoisasi dapat erjadi dalam tahapan yang berbeda-
beda selama pelaksanaan penelitian. Di awal penelitian, misalnya, para
partisipan dan peneliti meyepakati bidang-bidang apa saja yang akan
digali oleh peneliti, bagaimana memperlakukan setiap individu di
lapangan penelitian, dan lain sebagainya, dan sebagainya. Pada saat
penelitian berlangsung, peneliti dapat mengklaifikasi makna,
penggunaan,dan ruang lingkup sebuah ungkapan.
5. Deskripsi, Tema-Tema, dan Interpretasi
Tujuan penelitian etnografi adalah menggambarkan dan
menganalisis budaya yang dimiliki bersama oleh sekelompok individu
serta membuat interpretasi tentang pola-pola yang terlihat maupun
didengar. Sewaktu mengumpulkan data, etnografer pada hakikatnya
sudah mulai mengerjakan penelitiannya karena pada saat itu dia telah
melakukan analisis data untuk mendeskripsikan para partisipan dan
lapangan tempat budaya yang dimiliki bersama itu berada. Pada saat
yang sama peneliti juga secara simultan menganalisis pola-pola tingkah
laku, keyakinan, dan bahasa serta menarik kesimpulan tentang makna
yang diperoleh dari pengamatan terhadap partisipan dan lapangan
penelitian.
Dalam etnografi deskripsi diartikan sebagai uraian terperinci
tentang individu-individu atau lapangan penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan fenomena yang terjadi pada kelompok yang diteliti.
Deskripsi tersebut harus terperinci dan menyeluruh. Deskripsi harus

7
mampu menggugah seluruh indera pembaca sehingga mereka merasa
seolah-olah hadir di lapangan penelitian dan berinteraksi dengan para
partisipan.
Perbedaan antara deskripsi dan tema kadang kadang sulit dibuat.
Yang dapat dijadikan untuk menentukan tema adalah bahwa tema
dihasilkan dari interpretasi atas fakta-fakta tentang orang dan aktivitas.
Fungsi tema adalah untuk membuat informasi atau fakta bermakna.
Dailam etnografi, tema-tema yang dihasilkan selalu mengungkapkan
pola-pola tingkah laku, pikiran, atau bahasa yang dimiliki secara
bersama-sama oleh para partisipan.
6. Konteks atau Latar
Dalam etnografikonteks berarti latar, situasi, atau lingkungan
yang menaungi kelompok individu yang ditelili. Konteks ini dibentuk
oleh berbagai unsur yang saling berhubungan, sepeiti sejarah, agama,
politik, ekonomi, dan lingkungan sekitar. Konteks bisa berbentuk sebuah
lokasi fisik (seperti wilayah sebuah desa, gedung-gedung sebuah sekolah,
warna tembok sebuah ruangan kelas, dan sebagainya), konteks historis
para individu dalam kelompok dimaksud (seperti pengalaman
sekelompok prajurit selama menjalani latihan perang di sebuah hutan),
kondisi sosial (seperti mobilitas perpindahan antar provinsi stalus
profesonalisme, dan lain sebagainya, atau kondisi ekonomi (seperti
tingkatan penghasilan atau sistem distribusi penghasilan yang tidak dapat
merubah nasib kaum miskin.
7. Refleksivitas Peneliti
Dalam etnografi, refleksivitas merujuk pada kesadaran dan
keterbukaan peneliti utuk membahas bagaimana dia dapat menjalankan
perannya sambil tetap menghargai dan menghormati lapangan dan para
partisipan. Karena penelitian etnografi menuntut peneliti tinggal dalam
jangka waktu yang relatif lama di lapangan, peneliti harus memikirkan
dampaknya terhadap lapangan dan para partisipan. Itulah sebabnya
mengapa peneliti harus bernegoisasi dengan orang-orang penting di
lapangan ketika akan memasuki lapangan itu Dalam penulisan laporan,

8
peneliti juga menyadari bahwa interpretasi yang dibuatnya dipengaruhi
oleh latar belakang budayanya sendiri sehingga interpretasi dan
kesimpulannya bersifat tentatif sehingga tetap terbuka untuk
didiskusikan kembali. Oleh karena itu, dalam laporan itu peneliti perlu
menunjukkan posisi dan sudut pandang yang digunakannya dalam
menginterpretasi. Sebagai contoh, seorang etnografer yang meneliti
majalah-majalah remaja untuk mempelajari perkembagan identitas
remaja-remaja wanita menyatakan posisinya sebagai berikut: "Saya tidak
mau dipandang sebagai guru atau orang yang memiliki otoritas,
Mereka mempercayai saya dan kami menegoisasikan sejenis hubungan
yang menunjukkan kesenjangan antara pola identitas mereka dengan
wanita dewasa (Creswell, 2008:480).

D. Prosedur Penelitian Etnografi

Collecting ethnographic
data

Asking ethnographic Making an ethnographic


question record

Analyzing ethnographic
data

Selecting an
ethnographic project

Writing an ethnography

Gambar 2.1 Siklus Penelitian Etnografi (Spradley, 1990:29)


Penelitian etnografer berlangsung tidak secara linear, melainkan
dalam bentuk siklus. Berbagai tahapan, seperti pengumpulan data, analisis
data, dan interpretasi, dilakukan secara simultan dan tidak diulang-ulang.
Menurut Spradley (1980: 22-35) siklus penelitian etnografi mencakup enam

9
langkah: (1) pemilihan proyek etnografi, (2) pengajuan pertanyaan, (3)
pengumpulan data, (4) perekaman data, (5) analisis data, dan (6) penulisan
laporan.
1. Pemilihan Proyek Etnografi
Menurut Creswell (2C08: 486), langkah-langkah utama
pelaksanaan penelitian adalah mengidentifikasi tujuan penelitian, desain
apa yang akan digunakan, dan bagaimana tujuan itu dihubungkan dengan
masalah penelitian. Ketiga hal ini akan menentukan apakah proyek
penelitian yang akan dilaksanakan merupakan desain etnografi realis,
studi kasus, atau etnografi kritis. Setelah itu, apapun desain yang dipilih,
peneliti perlu meminta izin dari otoritas lembaga atau kelompok yang
akan diteliti.
2. Pengajuan Pertanyaan
Pekerjaan lapangan etnografi dimulai dengan pengajuan
pertanyaan etnografi. Walaupun pengajuan dilaksanakan secara intensif
pada saat wawancara, aktivitas ini pada dasarnya sudah dilakukan pada
saat observasi. Tiga pertanyaan utama yang diajukan pada saat observasi
adalah: "Siapa yang ada di latar penelitian?", "Apa yang mereka
lakukan?" dan "Apa latar fisik situasi sosial tersebut?". Setelah itu,
peneliti melanjutkan observasinya dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang lebih terfokus.
3. Pengumpulan Data
Tugas utama kedua seorang etnografer adalah mengumpulkan data
etnografi. Dalam etnografi, pengumpulan data dilakukan dengan
prosedur beragam (multiple procedures), dan intensitas prosedur-
prosedur itu bervariasi sesuai tipe etnografi yang dilakukan.
Dalam penelitian etnografi realis, peneliti akan tinggal bersama
dengan para partisipan dalam waktu yang relatif lama. Dia akan membuat
catatan-catatan lapangan berdasarkan data yang diperoleh dari
wawancara, pengamatan langsung terhadap kegiatan-kegiatan
kebudayaan para partsisipan, dan pengamatan atas artefak, dan simbol-
simbol.

10
Dalam penelitian studi kasus, sesuai dengan tujuan untuk
memeroleh pemahaman mendalam tentang suatu fenomena atau kasus,
peneliti dapat mengumpulkan data melalui wawancara, pengamatan,
dokumen, dan rekaman-rekaman audiovisual.
Dalam perelitian etnografi kritis, pengumpulan data lebih terfokus
pada kolaborasi antara peneliti dan partisipan dengan agenda
meningkatkan pemahaman para partisipan tentang situasi tertentu dalam
hidup mereka dan langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk
memperbaiki situasi itu. Kerjasama ini bisa berbentuk penglihatan
partisipan dalam membuat desain penelitian, perumusan pertanyaan-
pertanyaan penelitian, pengumpulan data, dan analisis data. Bahkan
partisipan mungkin saja dilibatkan secara aktif dalam penulisan laporan
akhir.
4. Perekaman Data
Data etnografi yang diperoleh melalui berbagai prosedur tersebut
direkam dan diorganisasikan sebaik mungkin sesuai dengan jenis dan
bentuknya. Sebagian data dapat direkam dalam bentuk catatan lapangan.
Sebagian lagi direkam dalam bentuk foto, peta, video, dan cara-cara lain.
Yang penting rekaman-rekaman data tersebut dapat dipahami dengan
mudah ketika mengadakan analisis.
5. Analisis Data
Dalan penelitian etnografi, analisis data dilakukan secara simultan
dengan pengumpulan data, karena salah satu tujuan analisis data adalah
untuk menemukan dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan spesifik yang
jawabannya dicari dalam rekaman-rekaman data yang sudah ada atau
dalam pengumpulan data berikutnya. Seiring dengan diperolehnya
jawaban atas pertanyaan tersebut maka pengembangan deskripsi, analisis
tema-tema, dan penginterpretasian makna informasi juga telah
berlangsung.
Dilihat dari tahapannya, data dianalisis melalui empat bentuk:
analisis domain, analisis taksonomi, analisis komponensial, dan analisis
tema kultural. Analisis domain digunakan untuk memeroleh gambaran

11
umum atau pengertian menyeluruh tentang objek penelitan atau situasi
sosial. Hasil yang diharapkan adalah pengertian di tingkat permukaan
mengenai domain atau kategori-kategori konseptual tertentu. Analisis ini
dilakukan dalam enam tahap: (1) memilih salah satu dari sembilan
hubungan semantis yang bersifat universal jenis, spasial, sebab-akibat,
rasional/alasan, lokasi, fungsi, cara mencapai tujuan, urutan/tahap, dan
karakteristik/pelabelan/pemberian nama; (2) menyiapkan lembar analisis
domain; (3) memilih salah satu sampel catatan lapangan terakhir untuk
memulai analisis; (4) memberi istilah acuan dan istilah bagian yang
cocok dengan hubungan semantis dari catatan lapangan; (5) mengulangi
usaha pencarian domain hingga semua hubungan semantis habis; dan (6)
membuat daftar domain yang telah teridentiukasi. (Moleong, 2004: 149-
150).
Analisis taksonomi digunakan untuk menjabarkan domain-domain
yang dipilih menjadi lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya.
Hal ini dilakukan melalui pengamatan yang lebih terfokus. Analisis ini
dilakukan dalam tujuh tahap: (1) memilih satu domain untuk dianalisis;
(2) mencari kesamaan atas dasar hubungan semantis yang sama yang
digunakan untuk domain itu; (3) mencari tambahan istilah bagian; (4)
mencari domain yang lebih besar dan lebih inklusif yang dapat
dimasukkan sebagai sub bagian dari domain yang sedang dianalisis; (5)
membentuk taksonomi sementara; (6) mengadakan wawancara terfokus
untuk mencek analisis yang telah dilakukan; dan (7) membangun
taksonomi secara lengkap (Moleong, 2004: 149-150).
Setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan
terpilih untuk memperdalam data (mencari ciri spesifik setiap struktur
internal) yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan
kontras atau mengontraskan antar elemen dalam suatu domain. Analisis
inilah yang disebuat sebagai analisis komponensial.
Analisis tema kultural dilakukan dengan cara mencari benang
merah di antara domain untuk memeroleh tema-tema seperti nilai-nilai,
premis, etos, pandangan dunia, atau orientasi kognitif (Sarwono, 2006:

12
243). Analisis ini berpangkal pada pandangan bahwa segala sesuatu yang
diteliti pada dasarnya merupakan sesuatu yang utuh atau tidak terpecah-
pecah. Analisis ini dilakukan dalam tujuh tahap: (1) melebur diri; (2)
melakukan analisis komponen terhadap istilah acuan; (3) menemukan
perspektif yang lebih luas melalui pencarian domain dalam pandangan
budaya; (4) menguji dimensi kontras seluruh domain yang telah
dianalisis; (5) mengidentifikasi domain terorganisir; (6) membuat
gambar untu memvisualisasikan hubungan antar domain; dan (7) mencari
tema universal, yang biasanya dipilih satu dari enam topik berikut:
konflik sosial, kontradiksi budaya, teknik kontrol sosial, hubungan sosial
pribadi, pemerolehan dan pemeliharaan status, dan pemecahan masalah
(Moleong, 2004: 149-150).
6. Penulisan Laporan
Penuisan laporan merupakan tugas utama terakhir seorang peneliti
etnografi. Karena penelitian etnografi melibatkan suatu open-ended
enquiry, mungkin saja peneliti diharuskan mengadakan analisis yang
lebih intensif jika pada saat menulis laporan dia menemukan pertanyaan-
pertanyaan baru yang membutuhkan observasi lebih lanjut.
Laporan penelitian haus disesuaikan dengan tipe penelitian yang
dilakukan. Etnografi realis ditulis sebagai laporan yang objektif tentang
kelompok sosial yang dieliti. Pandangan-pandangan biasanya harus
diletakkan hanya pada bagian latar belakang. Diskusi yang dipaparkan
pada bagian akhir laporan harus mengindikasikan bahwa peneliti
membantu mensistematiskan pengetahuan tentang kebudayaan yang
diteliti. Pengetahuan itu sendiri benar-benar didasarkan pada sikap,
pemikiran, atau bahasa yang dimiliki bersama oleh para partisipan.
Sebuah studi kasus mungkin saja lebih terfokus pada
penggambaran terperinci tentang kasus yang diteliti, bukan pada
pengembangan tema kultural. Sedangkan studi kasus lain mungkin saja
menyeimbangkan laporan pada deskripsi dan tema kasus yang diteliti.
Dalam etnografi realis, peneliti biasanya menyimpulkan laporannya
dengan mengutarakar isu-isu kritis yang menjadi titik-tolak pelaksanaan

13
penelitian, yang kemudian diikuti oleh saran untuk tindak lanjut (call for
action) dan pemaparan tentang perubahan atau keuntungan yang telah
diperoleh peneliti dan para partisipan.

E. Hal-Hal yang Perlu Diperhatika Dalam Penelitian Etnografi


1. Mempersiapkan Instrumen
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi alat penelitian adalah
peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrument juga harus
divalidasi seberapa jauh penelit kualitatif siap melakukan penelitian yang
selanjutnya terjun ke lapangan (Sugiyono, 2010: 222). Validasi terhadap
peneliti sebagai instrument meliputi validasi terhadap perencanaan
metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang
diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara
akademik maupun logistik. Yang melakukan validasi adalah peneliti
sendiri melalui evaluasi diri seberapa jauh pemahaman terhadap metode
kualitatif, penguasaan teori dan wawasan terhadap bidang yang diteliti,
sertai kesiapan dan bekal memasuki lapangan.
Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti
sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka
kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitan sederhana, yang
diharapkan melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah
ditentukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun di
lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and
selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat
kesimpulan.
Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpul data, maka teknik
pengumpul data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan),
interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi, dan gabungan
keempatnya.
2. Teknik Pengumpulan Data dengan Observasi
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2010: 226) mengklasifikasikan
observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant observation),

14
observasi terus terang atau tersamar (overt observation dart covert
observation), dan observasi yang tak berstruktur (unstructured
observation). Spadly (1988) membagi observasi berpartisipasi menjadi
empat, yaitu Observasi pasif (pasive participation), Observasi yang
moderat (moderate participation), Observasi yang aktif (active
participation), dan Obeservasi yang lengkap (complete participation).
3. Menetapkan Seorang Informan
Menurut Spedley (1997: 35) Seorang informan adalah seorang
pembicara asli yang berbicara dengan mengulang kata-kata, frasa dan
kalimat dalam bahasa atau dialeknya sebagai model imitasi dan sumber
informasi. Informan merupakan pembicara asli (native speaker). Informan
memberikan model untuk dicontoh oleh etnografer. Etnografer ingin
belajar menggunakan bahasa asli dengan cara yang dilakukan oleh
informan. Informan merupakan sumber informasi. Secara harfiah, mereka
menjadi guru bagi etnografer. Informan merupakan sumber informasi
mengenai apa yang mereka ketahui tentang budaya atau kehidupannya,
dan tugas peneliti adalah mendeskripsikan apa yang diketahui informan
untuk disampaikan kepada sejawat.
Hampir semua orang dapat menjadi informan, tetapi tidak setiap
orang dapat menjadi informan yang baik. Hubungan antara etnografer
dengan informan penuh dengan kesulitan. Salah satu tantangan besar
dalam melakukan etnografi adalah untuk memulai, mengembangkan, dan
mempertahankan hubungan dengan informan yang produktif
(Spredley:1997: 59). Mengacu pada uraian tersebut dapat dikemukakan
bahwa dalam melaksanakan penelitian etnografi, kita harus mencari
informan yang betul-betul mampu memberikan data yang lengkap.
Seorang etnografer mencari orang awam dengan pengetahuan
awam dan membangun di atas pengalaman umum mereka. Perlahan-
lahan, melalui serangkaian wawancara, dengan berbagai penjelasan yang
diulang-ulang, serta dengan menggunakan berbagai pertanyaan yang
spesifik, orang awam dapat menjadi in forman yang baik.

15
Keberhasilan sebuah penelitian etnografi bergantung banyak fakor.
Salah satunya adalah informan. Pemilihan seorang informan sangat
penting karena ia yang akan diajak bekerja sama untuk mengumpulkan
data. Banyak peneliti yang tidak berhasil karena kegagalannya dalam
menemukan informan yang baik, yaitu seorang yang membantu
etnografer dalam mempelajari budaya informan pada waktu yang sama
juga belajar mengenai keterampilan mewawancarai.
Untuk menghasilkan data yang baik, informan yang dipilih harus
memenuhi syarat. Spredly (1997: 11) mengemukakan, persyaratan
minimal untuk memilih informan yang baik antara lain:
a. Enkulturasi penuh
b. Keterlibatan langsung
c. Suasana budaya yang tidak dikenal
d. Cukup waktu
e. Nonanalitis
Besarnya variasi dan kompleksitasa situasi penelitian lapangan,
menyulitkan etnografer untuk mengadopsi suatu standar tertentu. Oleh
karena itu, terdapat prinsip-prinsip etika. Salah satu prinsip-prinsip etika
menurut The American Anthropological Association adalah sebagai
berikut:
a. Mempertimbangkan informan terlebih dahulu. Seorang informan
harus memperhatikan kesejahteraan fisik, sosisl, psikologi, dan
menghormati informantersebut.
b. Mengamankan hak-hak, kepe ntingan, dan Sensivisitas In forman
c. Menyampaikan Tujuan Penelitian
d. Melindungi Pivasi Informan
e. Jangan Mengeksploitasi Informan
f. Memberikan Laporan kepada Informan
4. Pelaku/Subjek
Seorang pelakui adalah seseorang yang menjadi objek pengamatan
dalam suatu setting alam. Etnografer seringkali menggunakan
pengamatan terlibat sebagai suatu strategi untuk mendengarkan

16
masyarakat dan menyaksikan mereka dalam setting yang wajar. Dengan
demikian, orang-orang yang mempelajari menjadi pelaku dan pada saat
yang sama menjadi informan. Wawancara informan dapat dilakukan
ambil melakukan pengamatan. Subjek merupakan pelaku utama, dan dari
data ini peneliti menguji hipotesisnya, dia merupakan pelaku utama dan
biasanya digunakan untuk menguji.
5. Enkulturasi Penuh
Enkulturasi merupakan proses alami dalam mempelajari suatu
budaya tertentu . Informan yang potensial tingkat enkulturasi mereka
bervariasi. Informan yang baik mengetahui budayanya yang baik.
Semakin terenkulturasi secara penuh, maka semakin baik informan itu
Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai masinis selama dua puluh lima
tahun merupakan pilihan terbaik dibandingkan dengan seorang yang
bekerja selama dua tahun.
6. Mewawancarai Seorang Informan
Wawancara etnografis merupakan jenis peristiwa percakapan
(speech even) yang khusus. Setiap kebudayaan mempunyai banyak
kesempatan sosial yang terutama diidentifikasikan dengan jenis
percakapan yang terjadi. Menurut Spredly (1997: 71) terdapat perbedaan
wawancara persahabatan dengan wawancara etnografi.
1. Wawancara Persahabatan :
a. Sapaan
b. Tidak ada sapaan yang eksplisit
c. Menghindari pengulangan
d. Mengajukan pertanyaan
e. Menunjukkan minat
f. Menunjukkan ketidaktahuan
g. Bergiliran
h. Penyingkatan
i. Waktu sela
j . Penutupan
2. Wawancara Etnografis

17
a. Tujuan yang efektif
b. Penjelasan etnografis
1) Penjelasan proyek
2) Penjelasan perekaman
3) Penjelasan bahasa asli
4) Penjelasan wawancara
5) Penjelasan pertanyaan
3. Penjelasan Etnografis
a. Pertanyaan deskriptif
b. Pertanyaan structural
c. Pertanyaan kontras
7. Membuat Catatan Etnografis
Dalam melakukan penelitian etnografi dengan pendekatan "Alur
Penelitian Maju Bertahap" adalah mulai mengumpulkan catatan
penelitian. Bahkan sebelum melakukan kontak dengan informan,
etnografer akan mempunyai berbagai kesan, pengamatan, dan keputusan
untuk dicatat. Ketika melakukan penelitian pada suatu komunitas asing,
maka dibutuhkan waktu beminggu-minggu atau berbulan-bulan sebelum
melakukan wawancara sistematis dengan seorang informan. Ketika
mempelajari suatu suasana budaya dalam masyarakat kita sendiri,
etnografer paling tidak sudah mempunyai suatu pilihan dan kemungkinan
sudah menyaksikan suatu budaya itu dan pencatatan kesan-kesan pertama
ini akan terbukti mempunyai makna penting nantinya. Yang pasti, kontak
pertama dengan seorang informan pantas untuk didokumentasikan.
8. Bahasa dan catatan Etnografis
Sebuah catatan etnografis meliputi catatan lapangan, alat perekam,
gambar, artefak, dan benda lain yang mendokumentasikan suasana
budaya yang dipelajari. Sebagaimanan diungkapkan oleh Frake (1964:1
11) Sebuah deskripsi suatu kebudayaan etnografi dihasilkan oleh sebuah
catatan etnografis dari berbagai peristiwa yang terjadi dalam suatu
masyarakat dalam suatu periode.

18
Terdapat dua prinsip yang yang harus diperhatikan dalam membuat
sebuah catatan etnografis: a. prinsip identifikasi bahasa, 2. prinsip harfiah.
Prinsip ini mempunyai tujuan tunggal yaitu, untuk mengurangi pengaruh
kepandaian etnografer untuk menerjemahkan ketika membuat catatan
etnografer.
Prinsip Identifikasi bahasa, prinsip ini dapat ditegaskan secara
sederhana untuk mengidentifikasikan bahasa yang digunakan pada
masing-masing judul catatan lapangan. Karena pentingnya memilih
bahasa, maka bila etnografer menuliskan sesuatu dalam catatan lapangan,
ada beberapa metode identifikasi yang harus digunakan. Metode ini
meliputi penulisan beberapa hal dalam kurung, tanda kutip, tanda kurung
besar, Metode ini harus meliputi identifikasi bahasa. Tujuannya adalah
agar didapatkan catatan etnografi yang menggambarkan berbagai
perbedaan yang sama dalam penggunaan bahasa sebagaimana situasi
lapangan yang actual.
Prinsip Harfiah, yaitu mencatat kata-kata/kalimat-kalimat yang
diucapkan oleh masyarakat. Kata-kata yang dikatakan oleh masyarakat
dalam konteks alami ataupun wawancara harus dipahami oleh etnografer
mengenai makna kata tersebut. Etnografer harus berusaha
menerjemahkan kata-kata tersebut. Agar etnografer mendapatkan kata
/kalimat secara lengkap yang diucapkan oleh masyarakat, ia perlu
membawa alat perekam. Agar alat perekam tidak mengganngu aktivitas
informan, pemakaiannya harus dengan persetujuan informan. Beberapa
aturan penggunaan perekam antara lain: a) Gunakan sebuah alat perekam
berukuran kecil bila ada kesempatan untuk menggunakannya; b)
Lakukanlah secara perlahan jika Anda ingin segera menggunakan alat
perekam. Hal ini dilakukan untuk menjaga perasaan dan hubungan baik
dengan informan; c) Perhatikan kesempatan untuk merekam walaupun
hanya wawancara pendek.
9. Jenis-Jenis Catatan Etnografi
Ada beberapa catatan lapangan yang berbeda yang akan menjadi
sebuah catatan etnografis. Masing-masing peneliti akan mengembangkan

19
suatu cara yang unik untuk menyusun sebuah arsip dan sebuah catatan
lapangan.
a. Laporan Ringkas
Semua catatan yang dilakukan selama wawancara aktual atau
observasi lapangan menunjukkan sebuah versi ringkas yang
sesungguhnya terjadi. Misalnya peneliti mengamati informan yang
sedang melakukan pekerjaannya, peneliti mencatat hal-hal yang
dilakuakn oleh seorang informan. Tentu saja catatan peneliti ini
merupakan pokok-pokoknya saja yang akan diperluas nanti setelah
melakukan pengamatan.
b. Laporan yang Diperluas
Setelah etnografer melakukan catatan lapangan ringkas,
secepat mungkin ia harus menuliskan secarai detail dan mengingat
kembali berbagai hal yang tidak tercatat secara cepat. Kata-kata
dalam kalimat kunci yang tercatat dapat berperan sebagai pengingat
yang sangat bermanfaat untuk membuat suatu laporan yang
diperluas. Ketika memperluas laporan, pembicara yang berbeda
harus diidentifikasikan dan statemen harfiah harus dimasukkan.
Wawancara yang telah direkam dengan alat perekam perlu
dijabarkan secara penuh. Penjabaran dan uraian dari catatan
lapangan dan wawancara tersebut itulah yang disebut laporan yang
diperluas.
c. Jurnal Penelitian Lapangan
Etnografer perlu membuat jurna, jurnal tersebut berisi tentang
suatu catatan mengenai pengalaman, kekuatan-kekuatan, kesalahan,
kebingungan, terobosan-terobosan, dan berbagai pemasalahan yang
muncul selama penelitian lapangan. Jurnal ini meliputi berbagai
reaksi terhadap informan dan perasaan yang dirasakan peneliti
terhadap orang lain. Tiap jurnal sebaiknya diberi tanggal. Jurnal akan
menjadi sumber ketika etnografer mulai menuliskan studi itu, jurnal
akan menjadi sumber data yang sangat penting.
d. Analisis dan Irterpretasi

20
Data-data yang diperoleh malalui wawancara, catatan lapangan
dan telah dimasukkan dalam jurnal, dianalisis dan dan dijadikan
dasar untuk menginterpretasikan mengenai pandangan budaya yang
dipelajari.

F. Kelebihan dan Kekurangan Etnografi


Gall (2003:494-495) menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan dari
penelitian etnografi.
1. Kelebihan
Salah satu aspek yang paling berharga yang dihasilkan dari
penelitian etnografi adalah kedalamannya. Karena peneliti berada
untuk waktu yang lama, peneliti melihat apa yang dilakukan orang
serta apa yang mereka katakan. Peneliti dapat memperoleh
pemahaman yang mendalam tentang orang-orang, organisasi, dan
konteks yang lebih luas. Peneliti lapangan mengembangkan keakraban
yang intim dengan dilema, frustrasi, rutinitas, hubungan, dan risiko
yang merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Kekuatan yang
mendalam dari etnografi adalah yang paling mendalam atau
intensif. Dari pengetahuan tentang apa yang terjadi di lapangan
dapat memberikan informasi penting untuk perumusan asumsi
penelitian. Secara singkat kelebihan pengunaan penelitian etnografi
dijelaskan di bawah ini, sebagai berikut:
a. Menghasilkan pemahaman yang mendalam. Karena yang dicari
dalam penelitian ini bukan hal yang tampak, melainkan yang
terkandung dalam hal yang nampak tersebut
b. Mendapatkan atau memperoleh data dari sumber utama yang
berarti memiliki tingkat falidasi yang tinggi.
c. Menghasilkan deskripsi yang kaya, penjelasan yang spesifik dan
rinci
d. Peneliti berinteraksi langsung dengan masyarakat sosial yang
akan diteliti.

21
e. Membantu kemampuan beinteraksi karena menuntut kemampuan
bersosialisasi dalam budaya yang ia coba untuk dijelaskan.

2. Kelemahan
Salah satu kelemahan utama penelitian etnografi adalah bahwa
dibutuhkan lebih lama waktu daripada bentuk penelitian lainnya.
Tidak hanya membutuhkan waktu lama untuk melakukan kerja
lapangan, tetapi juga memakan waktu lama untuk menganalisis materi
yang diperoleh dari penelitian. Bagi kebanyakan orang, ini berarti
tambahan waktu. Kelemahan lain dari penelitian etnografi adalah
bahwa lingkup penelitiannya tidak luas. Etnografi sebuah studi
biasanya hanya satu organisasi budaya. Bahkan keterbatasan ini
adalah kritik umum dari penelitian etnografi, penelitian ini hanya
mengarah ke pengetahuan yang mendalam konteks dan situasi
tertentu. Secara singkat kelemahan pengunaan penelitian etnografi
dijelaskan di bawah ini, sebagai berikut:
a. Perspektif pengkajian kemungkinan dipengaruhi oleh
kecenderungan budaya peneliti.
b. Membutuhkan jangka waktu yang panjang untuk mengumpulkan
data dan mengelola data.
c. Pengaruh budaya yang diteliti dapat mepengaruhi psikologis
peneliti, ketika peneliti kembali kebudaya asalnya.
d. Peneliti yang tidak memiliki kemampuan sosialisasi, terdapat
kemungkinan penolakan, dari masyarakat yang akan diteliti.

22

Anda mungkin juga menyukai