Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari pembuatan laporan prktikum elektromagnetik Very Low
Frequency ini adalah agar memahami prinsip, konsep-konsep dasar dalam
metode VLF, cara akuisisi, pengolahan, serta interpretasi dari metode
lektromagnetik VLF. Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk
mendapatkan grafik Tilt vs Elipt hasil pengukuran dilapangan, grafik MA tilt vs
MA elipt, Penampang Rapat Arus Equivalen (RAE) pengolahan secara manual
dengan menggunakan software Microsoft Excel, Penampang RAE hasul
pengolahan menggunakan Software KHFilt, dan Penampang RAE hasil
pengolahan menggunakan Software Matlab.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1. Sketsa peta fisiografi sebagian Pulau Jawa dan Madura (modifikasi dari van
Bemmelen, 1949).
3
Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah selatan oleh Lautan
India.Di sebelah barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran
Yogyakarta dibatasi oleh aliran K. Opak, sedangkan di bagian utara
berupa gawir Baturagung.
Zona Pegunungan Selatan dapat dibagi menjadi tiga subzona, yaitu
Subzona Baturagung, Subzona Wonosari dan Subzona Gunung Sewu
(Harsolumekso dkk., 1997 dalam Bronto dan Hartono, 2001). Subzona
Baturagung terutama terletak di bagian utara, namun membentang dari
barat (tinggian G. Sudimoro, 507 m, antara Imogiri-Patuk), utara (G.
Baturagung, 828 m), hingga ke sebelah timur (G. Gajahmungkur,
737 m).
B. Stratigrafi
Penamaan satuan litostratigrafi Pegunungan Selatan telah banyak
dikemukakan oleh beberapa peneliti yang membedakan stratigrafi
wilayah bagian barat (Parangtritis Wonosari) dan wilayah bagian
timur (Wonosari Pacitan). Urutan stratigrafi Pegunungan Selatan
bagian barat telah diteliti antara lain oleh Bothe (1929), van Bemmelen
(1949), Sumarso dan Ismoyowati (1975), Sartono (1964), Nahrowi, dkk
(1978) dan Suyoto (1992) serta Wartono dan Surono dengan perubahan
(1994) (Tabel 3.1).
4
Tabel 2.1. Tatanan Stratigrafi Pegunungan Selatan dari beberapa penulis.
2. Formasi Kebo-Butak
Lokasi tipe formasi ini terletak di G. Kebo dan G. Butak yang
terletak di lereng dan kaki utara gawir Baturagung.Litologi
penyusun formasi ini di bagian bawah berupa batupasir berlapis
5
baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat.
Lingkungan pengendapannya adalah laut terbuka yang
dipengaruhi oleh arus turbid. Ketebalan dari formasi ini lebih
dari 650 meter.
3. Formasi Semilir
Formasi ini berlokasi tipe di G. Semilir, sebelah selatan
Klaten.Litologi penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili
batuapung, breksi batuapung dan serpih serta terdapat andesit
basal sebagai aliran lava bantal. Penyebaran lateral Formasi
Semilir ini memanjang dari ujung barat Pegunungan
Selatan.Ketebalan formasi ini diperkirakan lebih dari 460
meter.
Formasi Semilir ini menindih secara selaras Formasi Kebo-
Butak, namun secara setempat tidak selaras (van Bemmelen,
1949). Formasi ini menjemari dengan Formasi Nglanggran dan
Formasi Sambipitu, namun tertindih secara tidak selaras oleh
Formasi Oyo (Surono, dkk., 1992).
4. Formasi Nglanggran
Lokasi tipe formasi ini adalah di Desa Nglanggran di sebelah
selatan Desa Semilir. Batuan penyusunnya terdiri dari breksi
gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava
andesit serta kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal,
berukuran 2 50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada
breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang
membentuk lensa atau berupa kepingan.
Formasi ini juga tersebar luas dan memanjang dari Parangtritis
di sebelah barat hingga tinggian G. Panggung di sebelah timur.
Ketebalan formasi ini di dekat Nglipar sekitar 530 meter.
Formasi ini menjemari dengan Formasi Semilir dan Formasi
Sambipitu dan secara tidak selaras ditindih oleh Formasi Oyo
6
dan Formasi Wonosari.Sementara itu, dengan ditemukannya
fragmen batugamping terumbu, maka lingkungan pengendapan
Formasi Nglanggran ini diperkirakan di dalam laut.
5. Formasi Sambipitu
Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu.Secara
lateral, penyebaran formasi ini sejajar di sebelah selatan
Formasi Nglanggran, di kaki selatan Subzona Baturagung,
namun menyempit dan kemudian menghilang di sebelah timur.
Ketebalan Formasi Sambipitu ini mencapai 230 meter.
Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari
batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir
halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan
batulempung.Kandungan fosil bentoniknya menunjukkan
adanya percampuran antara endapan lingkungan laut dangkal
dan laut dalam.Dengan hanya tersusun oleh batupasir tuf serta
meningkatnya kandungan karbonat di dalam Formasi
Sambipitu ini diperkirakan sebagai fase penurunan dari
kegiatan gunungapi di Pegunungan Selatan pada waktu itu
(Bronto dan Hartono, 2001).
6. Formasi Oyo
Lokasi tipe formasi ini berada di K. Oyo.Batuan penyusunnya
pada bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan.Sedangkan
ke atas secara berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis
dengan sisipan batulempung karbonatan.Ketebalan formasi ini
lebih dari 140 meter dan kedudukannya menindih secara tidak
selaras di atas Formasi Semilir, Formasi Nglanggran dan
Formasi Sambipitu serta menjemari dengan Formasi
Oyo.Lingkungan pengendapannya pada laut dangkal (zona
neritik) yang dipengaruhi kegiatan gunungapi.
7
7. Formasi Wonosari
Formasi ini oleh Surono dkk., (1992) dijadikan satu dengan
Formasi Punung yang terletak di Pegunungan Selatan bagian
timur karena di lapangan keduanya sulit untuk dipisahkan,
sehingga namanya Formasi Wonosari-Punung. Ketebalan
formasi ini diduga lebih dari 800 meter. Kedudukan
stratigrafinya di bagian bawah menjemari dengan Formasi Oyo,
sedangkan di bagian atas menjemari dengan Formasi
Kepek.Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang
terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu.
Lingkungan pengendapannya adalah laut dangkal (zona neritik)
yang mendangkal ke arah selatan (Surono dkk, 1992).
8. Formasi Kepek
Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek.Batuan
penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal
satuan ini lebih kurang 200 meter. Formasi Kepek umumnya
berlapis baik dengan kemiringan kurang dari 10o dan kaya
akan fosil foraminifera kecil. Lingkungan pengendapannya
adalah laut dangkal (zona neritik).
9. Endapan Permukaan
Endapan permukaan ini sebagai hasil dari rombakan batuan
yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa
kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir
lempung hingga kerakal. Surono dkk. (1992) membagi endapan
ini menjadi Formasi Baturetno (Qb), Aluvium Tua (Qt) dan
Aluvium (Qa).
C. Tektonik
Struktur geologi di daerah Pegunungan Selatan bagian barat berupa
perlapisan homoklin, sesar, kekar dan lipatan. Pada Formasi Semilir di
8
sebelah barat, antara Prambanan-Patuk, perlapisan batuan secara umum
miring ke arah baratdaya. Sementara itu, di sebelah timur, pada
tanjakan Sambeng dan Dusun Jentir, perlapisan batuan miring ke arah
timur. Perbedaan jurus dan kemiringan batuan ini mungkin disebabkan
oleh sesar blok (anthithetic fault blocks; Bemmelen, 1949) atau sebab
lain, misalnya pengkubahan (updoming) yang berpusat di Perbukitan
Jiwo atau merupakan kemiringan asli (original dip) dari bentang alam
kerucut gunungapi dan lingkungan sedimentasi Zaman Tersier (Bronto
dan Hartono, 2001).
Struktur sesar pada umumnya berupa sesar turun dengan pola
anthithetic fault blocks (van Bemmelen,1949). Sesar utama berarah
baratlaut-tenggara dan setempat berarah timurlaut-barat daya. Di kaki
selatan dan kaki timur Pegunungan Baturagung dijumpai sesar geser
mengkiri.
9
(Miocine dan oligo-micine) pada bagian timur. Struktur-struktur ini sudah berumur
cukup tua (0,8-2,85 juta tahun yang lalu). Secara struktural Kabupaten Bantul
diapit oleh bukit patahan, yaitu lereng barat Pegunungan Batur Agung (Batur
Agung Ranges) pada bagian timur dan bagian Barat berupa bekas laguna. Wilayah
yang berada pada apitan bukit patahan ini disebut dengan graben, maka wilayah
Kabupaten Bantul dalam toponim geologi dan geomorfologi disebut Graben
Bantul. Graben ini terbentuk dari proses diatrofisme tektonisme yang dipengaruhi
oleh aktivitas gunung merapi dan gunung api tua. Selain berada pada apitan bukit
patahan, wilayah Kabupaten Bantul juga berada pada bentang lahan Fluvio-
Marin yang memiliki banyak potensi dan masalah (pada wilayah Bantul Selatan).
Hal ini terjadi karena wilayah Kabupaten Bantul juga merupakan wilayah transisi
antara asal lahan fluvial (proses yang mengerjai air-sungai) dan asal lahan marin
(proses yang mengerjai angin dan gelombang dari Samudra Hindia).
Selain berada pada apitan bukit patahan dan bentuk lahan dataran fluvio-
marin, Kabupaten Bantul juga berada pada wilayah transisi yaitu dataran yang
asal prosesnya dari aktivitas Vulkanis dan endapan sungai (Fluvio-Vulcan).
Bentuklahan fluvial disebabkan oleh akibat aktivitas aliran sungai. Aktivitas
aliran sungai tersebut berupa pengikisan, pengangkutan dan pengendapan
(sedimentasi) sehingga membentuk bentangan dataran aluvial dan bentukan lain
dengan struktur horisontal yang tersusun oleh material sedimen . Bentukan-
bentukan ini berhubungan dengan daerah-daerah penimbunan seperti lembah-
lembah sungai besar dan dataran aluvial. Bentukan-bentukan lain dalam skala
kecil yang mungkin terjadi dapat berupa dataran banjir, tanggul alam, teras
sungai dan kipas aluvial.
10
1995. Namun sesar ini menjadi lebih populer setelah kejadian gempa bumi di
Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006, karena sebagian ahli kebumian
(Sulaiman, C, 2008, Natawijaya, 2007) beranggapan gempa tersebut
penyebabnya adalah aktivitas dari sesar Opak.
Sesar Opak keberadaannya telah diketahui melalui penyelidikan gaya berat
oleh Untung dkk (penelitian terdahulu) dan ditelaah lebih lanjut jenis dan
perkembangannya oleh Sudarno terletak di sepanjang aliran sungai Opak yang
membentang dari Prambanan sampai muaranya di sebelah barat Parangtritis
(Pantai Depok). Struktur geologi utama yang berupa sesar Opak merupakan sesar
turun yang merupakan reaktifasi dari sesar mendatar yang telah ada lebih dulu.
11
diperkirakan berada disebelah timur lokasi Sesar Opak yang digambarkan pada
peta geologi. Perkiraan sementara Sesar Opak merupakan jenis sesar normal atau
sesar turun karena keberadaannya dapat terdeteksi dengan metode gravity .
12
BAB III
DASAR TEORI
13
3.2.Perambatan Medan Elektromagnetik
Medan elektromagnetik dinyatakan dalam 4 vektor-vektor medan.
Yaitu; E = intensitas medan listrik (V/m), H = intensitas medan
magnetisasi (A/m), B = induksi magnetik, atau rapat fluks (Wb/m2 atau
tesla) dan D = pergeseran listrik (C/m2). Keempat persamaan tersebut
dikaitkan dalam 4 persamaan maxwell (pers. 1).
=
=+ (II.1)
=0
=
14
3.3.Segitiga Fase
Pada saat gelombang primer masuk ke dalam medium, gaya gerak
listrik (ggl) induksi es akan muncul dengan frekuensi yang sama, tetapi
fasenya tertinggal 90o. Gambar 3 menunjukkan diagram vektor antara
medan primer P dan ggl induksinya.
S S cos
R R sin
P
0
R cos S sin
15
Pers (5) menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan Re/Im
(semakin besar pula sudut fasenya), maka konduktor semakin baik, dan
semakin kecil maka konduktor semakin buruk.
3.4.Polarisasi Elipt
Dalam pengukurannya, alat T-VLF akan menghitung parameter
sudut tilt dan eliptisitas dari pengukuran komponen in-phase dan out-of
phase medan magnet vertikal terhadap komponen horisontalnya. Besarnya
sudut tilt (%) akan sama dengan perbandingan Hz/Hx dari komponen in-
phase-nya, sedangkan besarnya eliptisitas (%) sama dengan
perbandingan komponen kuadraturnya.
Jika medan magnet horisontal adalah Hx dan medan vertikalnya
sebesar Hx ei (gambar 2), maka besar sudut tilt diberikan sebagai;
H
2 z cos
tan( 2 ) x 2
H
H
1 z
Hx (II.3)
dan eliptisitasnya diberikan sebagai;
b H z H x sin
a H z e i sin H x cos
2
(II.4)
a
H
b
x
H
Gambar II.2. Parameter polarisasi elips
16
3.5.Rapat Arus Ekuivalent
Rapat arus ekuivalen terdiri dari arus yang menginduksi konduktor
dan arus yang terkonsentrasi dalam konduktor dari daerah sekelilingnya
yang kurang konduktif. Asumsi untuk menentukan rapat arus yang
menghasilkan medan magnetik yang identik dengan medan magnetik yang
diukur. Secara teori, kedalaman semu rapat arus ekuivalen memberikan
gambaran indikasi tiap-tiap kedalaman variasi konsentrasi arus.
( ) = 0.2052 + 0.3231 1.4460 + 1.446+1 0.323+2 + 0.205+3
2 2
3.6.Moving Average
Moving average adalah nilai rata rata pengolahan data yang di
jumlahkan kemudian dibagi 4. Biasanya data yang diolah yaitu data tilt
dan elipt. Dengan perhitungan sebagai berikut :
Dimana :
MA tilt : moving average tilt
MA elipt : moving average elipt
Elipt : data elipt
Tilt : data tilt
(n-1) : data sebelumnya
(n+1) : data selanjutnya
17
3.7.Karous Filter
Filter dari Karous dan Hjelt (1983) ini dapat menentukan nilai dari rapat
arus terhadap kedalaman sehingga interpretasi kualitatif VLF-EM dapat
dilakukan dengan menggunakan filter Karous-Hjelt. Penerapan hasil filter ini
berupa distribusi kerapatan arus yang dapat memberi informasi mengenai
daerah konduktif.
Filter Karous-Hjelt menggunakan apparent depth dan rapat arus H0 yang
berasal dari turunan magnitudo komponen vertikal dan medan magnetik pada
lokasi tertentu. Kedalaman ditentukan dari jarak spasi yang digunakan dalam
perhitungan.
0 = 0.1021 0.0592 + 0.5613 0.5615 + 0.0596
0.1027
Keterangan :
0 = sinyal output hasil filter karous-hjelt
= data ke-i
18
BAB IV
METODOLOGI
19
4.3. Peralatan dan Perlengkapan
- 1 buah payung
- 1 buah GPS
20
4.4. Diagram Alir Pengambilan Data
Mulai
Persiapan Alat
Set-up Alat
Akuisisi Data
Mencatat Hasil
Packing Alat
Selesai
21
mode resistivitas. Selanjutnya adalah melakukan pengaturan titik awal,
dan panjang lintasan. Setelah itu melakukan pemilihan frekuensi.
Pemilihan frekuensi ini dilakukan karena setiap pemancar EM
memiliki frekuensi yang bermacam-macam dan alat perlu diatur agar
bisa menerima frekuensi yang dipancarkan oleh sumber.
- Bersamaan dengan dilakukannya setup alat, ada beberapa anggota
team yang bertugas untuk mencari lokasi titik pengukuran. Jika lokasi
sudah ditemukan, maka lokasi tersebut diberi tanda dan alat serta
operator akan menuju lokasi tersebut untuk melakukan akuisisi.
- Saat melakukan akuisisi data, perlu juga dilakukan quality control dari
data yang diukur. Cara melakukan quality control adalah dengan
melihat pada layar alat. Pada layar alat ada 3 buah indicator sebagai
kualiti control. Indicator pertama adalah arah pemancar. Arah
pemancar ini tidak boleh memiliki sudut lebih dari 45 derajat. Yang
bar kualitas data, usahakan agar bar ini terisi penuh ketika data
diambil, lalu yang ketiga adalah indicator SH. Jika indicator SH ini
menyala berarti pengukuran sedang banyak noise dan harus diulang
sampai indicator SH ini hilang. Indicator SH ini terjadi karena nilai
maksimum dan nilai minimum komponen medan magnet memiliki
jarak yang sangat jauh.
- Saat melakukan akuisisi ini, dicatat nilai tilt dan elipt titik pengukuran
karena pengukuran vlf kita menggunakan mode tilt. Pengukuran disatu
titik dilakukan sebanyak 3 kali agar bisa dibandingkan mana hasil
pengukuran yang paling bagus.
- Setelah dilakukan pengukuran disemua titik, selanjutnya adalah
mematikan alat dan merapikan alat. Tekan tombol off pada console,
lalu lepas kabel penghubung antara konsol dengan sensor. Selanjutnya
kemas sensor dengan baik agar lebih mudah dibawa.
- Jika sudah maka langkah akuisiis data selesai
22
4.6. Diagram Alir Pengolahan Data
Data Pengukuran
Ms. Excel
KHFfilt
Grafik Notepad Matlab
Surfer
Surfer
Analisis Penampang
Penampang Grafik RAE
RAE Penampang
RAE
Kesimpulan
Selesai
23
4.7. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data
Setelah melakukan tahap akuisisi, selanjutnya dilakukan tahap pengolahan
data. Pengolahan data ini bertujuan agar data hasil akuisisi lapangan bisa
menunjukkan kondisi bawah permukaan dengan lebih jelas dan memiliki noise
membuat data input untuk software. Data input ini memiliki format file
.dat dan berisi nilai tilt dan elipt rata-rata dari titik pengukuran.
proses filter ini adalah file dalam format .out. kemudian agar bisa
penampang dengan menggunakan menu new plot >new contour map >
24
- Proses pengolahan data yang kedua adalah dengan melakukan
dengan membuat nilai rata-rata tilt dan elipt tiap satu titik pengukuran.
dan elipt rata-rata, serta tilt dan elipt hasil filter moving average dibuat
matlab. Data yang dimasukkan dalam software matlab ini adalah data
stasiun (titik pengukuran), dan data tilt. Dari data tersebut kemudian
25
- Setelah ketiga buah penampang didapat, selanjutnya dilakukan
26
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
27
28
5.2. Tabel Perhitungan RAE Jepang Lintasan 6
Tabel 5.2. Tabel Perhitungan RAE Jepang lintasan 6
29
30
5.3. Grafik Analisis Lintasan 6
5.3.1. Grafik Tilt VS Elipt Australia Lintasan 6
TilT vs Elipt
4
2
0
0 50 100 150 200 250
-2
-4
-6
-8
-10
-12
-14
-16
-18
Grafik diatas merupaan grafik yang menggambarkan kondisi Tilt dan Elipt
dari titik-titik pengukuran pada line 6 yang diambil dengan menggunakan
pemancar dari Australia. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa selama
pengukuran pada line ke 6 dengan panjang line 200 m, nilai dari tilt dan elit
cendereung fluktuatif. Nilai tilt terendah ada pada jarak ke 0 dengan nilai sebesar
-7,6 dan nilai tilt tertinggi ada pada jarak ke 10 dengan nilai sebesar 2. Sedangkan
untuk Elipt, nilai terendah juga terdapat pada jarak ke 0 m dengan nilai -15,3 dan
tertinggi pada jarak 190 m dan 200 m dengan nilai elipt -0,3.
Niai tilt dan elipt ini menggambarkan komponen in phase dan komponen
out of phase medan magnet yang diterima alat. Ketika nilai tilt dan elipt semakin
besar,maka hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi bawah permukaan titik
pengukuran memiliki nilai konduktivitas yang besar pula. Kondisi dengan nilai
konduktivitas tinggi berdasarkan dari nilai grafik diatas diperkirakan berada pada
jarak ke 10 m 30 m dan jarak ke 160-180 m.
31
5.3.2. Grafik MA Tilt VS MA Elipt Australia Lintasan 6
MA Tilt vs MA Elipt
2
0
0 50 100 150 200 250
-2
-4
-6
-8
-10
-12
MA Tilt MA Elipt
Grafik diatas merupaan grafik yang menggambarkan kondisi data Tilt dan
Elipt yang telah dilakukan proses moving average. Proses moving average sendiri
adalah proses untuk memperhalus grafik data karena data yang terukur masih
mengandung noise.
Dari titik-titik pengukuran pada line 6 yang diambil dengan menggunakan
pemancar dari Australia dapat dilihat bahwa selama pengukuran pada line ke 6
dengan panjang line 200 m, nilai dari MA Tilt dan MA Elipt cendereung
fluktuatif. Nilai TIlt terendah ada pada jarak ke 90 dan 100 m dengan nilai sebesar
-4,83 dan nilai tilt tertinggi ada pada jarak ke 20 dengan nilai sebesar 0,91.
Sedangkan untuk Elipt, nilai terendah juga terdapat pada jarak ke 0 m dengan nilai
-10,25 dan tertinggi pada jarak 190 m dengan nilai elipt -0,95
Dari data grafik diatas, kemungkinan daerah dengan nilai konduktivitas
tinggi diperkirakan berada pada jarak ke 170m sampai 190 m karena memiliki
nilai tilt dan elipt yang cenderung besar.
32
5.3.3. Grafik Tilt VS Elipt Jepang Lintasan 6
Tilt VS ELipt
25
20
15
10
0
0 50 100 150 200 250
-5
-10
Grafik diatas merupaan grafik yang menggambarkan kondisi Tilt dan Elipt
dari titik-titik pengukuran pada line 6 yang diambil dengan menggunakan
pemancar dari Jepang. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa selama pengukuran
pada line ke 6 dengan panjang line 200 m, nilai dari tilt dan elit cendereung
fluktuatif. Nilai tilt terendah ada pada jarak ke 0 dengan nilai sbesar -8,33 dan
nilai tilt tertinggi ada pada jarak ke 200 dengan nilai sebesar 2,33. Sedangkan
untuk Elipt, nilai terendah terdapat pada jarak ke 70 m dan 80 m dengan nilai 13
dan tertinggi pada jarak 20 m dengan nilai elipt 22
Niai tilt dan elipt ini menggambarkan komponen in phase dan komponen
out of phase medan magnet yang diterima alat. Ketika nilai tilt dan elipt semakin
besar,maka hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi bawah permukaan titik
pengukuran memiliki nilai konduktivitas yang besar pula. Kondisi dengan nilai
konduktivitas besar berdasarkan dari nilai grafik diatas diperkirakan berada pada
jarak ke 10 m 20 m.
33
5.3.4. Grafik MA Tilt VS MA Elipt Jepang Lintasan 6
MA Tilt vs MA Elipt
25
20
15
10
0
0 50 100 150 200 250
-5
MA Tilt MA Elipt
Grafik diatas merupaan grafik yang menggambarkan data Tilt dan Elipt
yang telah dilakukan proses moving average. Proses moving average sendiri
adalah proses untuk memperhalus grafik data karena data yang terukur masih
mengandung noise.
Dari titik-titik pengukuran pada line 6 yang diambil dengan menggunakan
pemancar dari Australia dapat dilihat bahwa selama pengukuran pada line ke 6
dengan panjang line 200 m, nilai dari MA Tilt dan MA Elipt cendereung
fluktuatif. Nilai MA TIlt terendah ada pada jarak ke 10 m dengan nilai sebesar -
3,58 dan nilai tilt tertinggi ada pada jarak ke 190 dengan nilai sebesar 3,83.
Sedangkan untuk MA Elipt, nilai terendah juga terdapat pada jarak ke 70 m dan
80 m dengan nilai 13,5 dan 13,4. Nilai MA Elipt tertinggi pada jarak 20 m
dengan nilai elipt 20,83
Dari data grafik diatas, kemungkinan daerah dengan nilai konduktivitas
tinggi diperkirakan berada pada jarak ke 20 m karena memiliki nilai tilt dan elipt
yang cenderung besar.
34
5.4. Pembahasan Penampang
5.4.1. Penampang RAE Software Matlab
5.4.1.1. Penampang RAE Sofware Matlab Australia Lintasan 6
35
Nilai RAE memiliki hubungan linier dengan nilai konduktivitas, sehingga
apabila suatu daerah memiliki nilai RAE yang tinggi, hal tersebut menunjukkan
bahwa daerah tersebut cenderung mengandung material dengan sifat
konduktivitas yang tinggi. Nilai konduktivitas tinggi ini dapat ditafsirkan sebagai
batuan beku, endapan logam, maupun sebuah struktur yang didalamnya terdapat
konsentrasi air yang tinggi. Penentuan penafsiran ini perlu didukung oleh data
geologi daerah penelitian.
36
5.4.1.2.Penampang RAE Sofware Matlab Jepang Lintasan 6
37
Nilai RAE memiliki hubungan linier dengan nilai konduktivitas,
sehingga apabila suatu daerah memiliki nilai RAE yang tinggi, hal tersebut
menunjukkan bahwa daerah tersebut cenderung mengandung material
dengan sifat konduktivitas yang tinggi. Nilai konduktivitas tinggi ini
dapat ditafsirkan sebagai batuan beku, endapan logam, maupun sebuah
struktur yang didalamnya terdapat konsentrasi air yang tinggi. Penentuan
penafsiran ini perlu didukung oleh data geologi daerah penelitian.
Perbedaan antara data yang dihasilkan ini dipengaruhi oleh faktor
penjalaran gelombang EM dari stasiun ke penerima dan factor medium
penghasil gelombang elektromagnetik sekunder. Kemungkinan medium
konduktif terletak di sebelah selatan dan dekat dengan pemancar Australia
sehingga citra penampang Australia lebih menggambarkan anomaly yang
melebar.
38
5.4.2. Penampang RAE Software KHFilt
5.4.2.1. Penampang RAE Software KHFilt Australia Lintasan 6
39
5.4.2.2.Penampang RAE Software KHFilt Jepang Lintasan 6
40
5.4.3. Penampang RAE Perhitungan Manual
5.4.3.1.Penampang RAE Perhitungan Manual Australia
Lintasan 6
41
5.4.3.2.Penampang RAE Perhitungan Manual Jepang Lintasan 6
42
Daerah yang memiliki nilai RAE rendah, sesuai dengan kondisi geologi
daerah penelitian diinerpretasikan sebagai daerah dengan batuan penyusun berupa
tuff, karena material tuf merupakan material yang miskin akan mineral logam
sehingga nilai RAE nya rendah, sedangkan daerah dengan nilai RAE tinggi
diinterpretasikan sebagai daerah dengan material penyusun masih berupa
tuff,namun mengandung fluida berupa air, sehingga nilai konduktivitasnya
mengalami peningkatan. Air ini bisa masuk kedalam tubuh batuan karena tubuh
batuan mengalami pensesaran. Karena proses pensesaran ini, nilai porositas
sekunder batuan akan naik dan memunculkan jalan yang dapat di lalui dan diisi
oleh air.
43
5.5. Korelasi Penampang RAE
44
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa :
- Nilai tilt terendah setelah dilakukan MA untuk pemancar Australia
ada pada jarak 90 dan 100 m dengan nilai -4,83 dan nilai tilt tertinggi
ada pada jarak 20 dengan nilai 0,91.
- Nilai tilt terendah setelah dilakukan MA untuk pemancar Jepang ada
pada jarak 90 dan 100 m dengan nilai -4,83 dan nilai tilt tertinggi ada
pada jarak 20 dengan nilai 0,91.
- Pada penampang RAE Australia, anomaly RAE tinggi berada pada
jarak 100 160 meter, dengan kedalaman antara 20 40 meter.
- Pada penampang RAE Jepang, anomaly RAE tinggi berada terpusat di
jarak 90 110 , dengan kedalaman 30 40 meter
- Berdasarkan geologi daerah penelitian dan penelitian sebelumnya,
daerah dengan nilai RAE tinggi ditafsirkan sebagai struktur sesar opak.
Nilai konduktivitas tinggi dari sesar berasal dari air yang mengisi zona
lemah sesar. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya beberapa
kubangan air pada beberapa lokasi dekat sesar padahal beberapa bulan
sebelum pengukuran dilakukan, belum pernah ada hujan yang turun.
- Sedangkan nilai RAE rendah ditafsirkan sebagai batuan tuff yang
merupakan litostatigrafi lokaldari daerah penelitian.
6.2. Saran
- Saat proses akuisisi, sebaiknya pengambilan data dilakukan di daerah
yang tidak banyak mengandung noise seperti tiang listrik, mobil,
motor, dll.
- Saat berada dilapangan, pastikan untuk mengambil data geologi
seinformatif mungkin sebagai pendukung dalam interpretasi geofisika
45