Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Lebih dari satu dasawarsa terakhir ini, kematian ibu menempati agenda
utama masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan tetapi
tingkat kematian ibu masih tetap tinggi. Menurut Azrul Azwar, angka kematian
ibu melahirkan di Indonesia yaitu sebanyak 334 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab kematian ibu, sebagian besar disebabkan oleh perdarahan (40%
- 60%), toksemia gravidarum 30% - 40% dan infeksi (20% - 30%) (Profil
Kesehatan Indonesia, 2000). Kematian ini umumnya dapat dicegah bila
komplikasi kehamilan tersebut dan resiko tinggi lainnya dapat dideteksi sejak
dini, kemudian mendapatkan penanganan yang tepat dan adekuat pada saat yang
paling kritis yaitu pada masa sekitar persalinan. Jadi, dalam hal ini, toksemia
garvidarum (preeklampsia dan eklampsia) menempati urutan kedua penyebab
kematian ibu.
Preeklampsia sebagai salah satu penyebab kematian ibu adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, proteinuria dan edema
yang timbul selama kehamilan sampai 24 jam post. Preeklampsia dapat menjadi
berat dan berkembang menjadi eklampsia yaitu klien mengalami koma dan
kejang. Sebenarnya kejadian preeklampsia dan eklampsia dapat ditekan apabila
ibu memperoleh pelayanan kesehatan yang tepat dan cepat. Pendidikan kesehatan
yang cukup diperlukan agar ibu dan keluarga dapat mengenali, mengatasi dan
mencari pertolongan pada tenaga kesehatan sebelum keadaan menjadi buruk.

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari preeklampsia dan eklampsia ?
2. Bagaimana etiologi preeklampsia dan eklampsia ?
3. Bagaimana manifestasi klinis preeklampsia dan eklampsia ?
4. Apa komplikasi yang bisa timbul dari pre-eklampsia dan eklampsia ?

1
5. Bagaimana penatalaksanaan serta pemeriksaan penunjang yang digunakan
?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari preeklampsia dan eklampsia
2. Mengetahui etiologi preeklampsia dan eklampsia
3. Mengetahui bagaimana manifestasi klinis preeklampsia dan eklampsia
4. Mengetahui komplikasi yang bisa timbul dari preeklampsia dan eklampsia
5. Mengetahui penatalaksanaan serta pemeriksaan penunjang yang digunakan

2
BAB II

LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
Preeklampsia adalah kelainan malfungsi endotel pembuluh darah yang
menyebar luas sehingga terjadi vasospasme setelah usia kehamilan 20 minggu,
mengakibatkan terjadinya penurunan perfusi organ dan pengaktifan endotel
yang menimbulkan terjadinya hipertensi, edema nondependen dan dijumpai
proteinuria 300 mg per 24 jam atau 30 mg/dl (+1 pada dipstick) saat
pengambilan urine sewaktu. (Brooks MD, 2011).
Preeklampsia (toksemia gravidarum) adalah tekanan darah tinggi disertai
dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan),
yang terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
kelahiran. (Nanda NIC NOC, 2012).
Preeklampsia adalah suatu sindroma klinis dalam kehamilan viable (usia
kehamilan > 20 minggu dan / atau berat janin 500gram) yang ditandai dengan
hipertensi, proteinuria dan edema. (Achadiat, 2004).
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Sebelumnya, wanita
tersebut menunjukkan gejala-gejala preeklampsia (kejang-kejang timbul bukan
akibat kelainan neurologik). (Fadlun, dkk. 2012)
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam masa persalinan
atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau demam. (Mary
Billington, 2010).
Klasifikasi preeklamsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a. Preeklampsia ringan adalah suatu keadaan pada ibu hamil disertai
kenaikan tekanan darah > 140/90 mmHg, tetapi < 160/110 mmHg dan
adanya proteurinaria kuantitatif > 300 mg/liter atau kualitatif +1 dipstik.
b. Preeklampsia berat adalah suatu keadaan pada ibu hamil bila disertai
kenaikan tekanan darah > 160/110 mmHg sedikitnya enam jam pada dua
kali pemeriksaan dan tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil

3
telah dirawat di rumah sakit dan telah menjalani tirah baring, adanya
proteinuria > 5 gr/liter dalam 24 jam atau > +2 dipstik pada sampel urin
sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali, adanya
oliguria (jumlah urin < 500 ml/24 jam), dapat disertai keluhan subjektif
seperti nyeri epigastrium, sakit kepala, gangguan penglihatan.

Preeklamsia ringan, preeklamsia berat dan eklamsia. Dahulu disebut PE jika


dijumpai trias tanda klinik yaitu tekanan darah > 140/110 mmHg, proteinuria,
dan edema. Akan tetapi, sekarang edema tidak lagi dimasukkan dalam kriteria
diagnostik karena edema juga dijumpai pada kehamilan normal. Pengukuran
tekanan darah harus diulang berselang 4 jam, tekanan darah > 90 mmHg
digunakan sebagai pedoman.

2. ETILOGI
Etiologi dari preeklampsia hingga kini belum diketahui, namun ada beberapa
teori yang menjelaskan tentang faktor resiko terjadinya preeklampsia, yaitu :
a. Primigravida
Primigravida diartikan sebagai wanita yang hamil untuk pertama kalinya.
Preeklampsia tidak jarang dikatakan sebagai penyakit primigravida karena
memang lebih banyak terjadi pada primigravida daripada multigravida.
b. Umur yang ekstrim
Kejadian preeklampsia berdasarkan usia banyak ditemukan pada kelompok
usia ibu yang ekstrim yaitu < 20 tahun dan > 35 tahun, karena tekanan
darah meningkat seiring dengan pertambahan usia sehingga pada usia > 35
tahun lebih terjadi peningkatan resiko preeklampsia.
c. Hiperplasentosis
Hiperplasentosis ini misalnya terjadi pada mola hidatidosa, kehamilan
multiple, diabetes mellitus, hidrops fetalis dan bayi besar.

4
d. Riwayat pernah mengalami preeklampsia
Wanita dengan riwayat preeklampsia pada kehamilan pertamanya memiliki
resiko 5-8 kali untuk mengalami preeklampsia lagi pada kehamilan
keduanya.
e. Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia
Riwayat keluarga yang pernah mengalami preeklampsia akan
meningkatkan resiko tiga kali lipat bagi ibu hamil. Wanita dengan
preeklampsia berat cenderung memiliki ibu dengan riwayat preeklampsia
pada kehamilannya terdahulu.
f. Hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Wanita dengan hipertensi kronik memiliki jumlah yang lebih banyak untuk
mengalami preeklampsia dibandingkan dengan yang tidak memiliki
riwayat penyakit ini.
g. Obesitas

5
3. PATOFISIOLOGI
Primigravida, kehamilan ganda, mola hidatosa, umur ibu yang
ekstrim, hipertensi yang ada sebelum kehamilan, riwayat
pernah mengalami preeklampsia

Preeklampsia

Vasospasme Penurunan osmotik Kerusakan vaskuler Penanganan kurang


koloid

Hipertensi Edema Eklampsia

Gangguan Perfusi Gangguan


keseimbangan cairan Koma, kejang
dan elektrolit

Otak : nyeri kepala, penurunan kesadaran Resiko Tinggi Asidosis


Jantung : syok

Ginjal : peningkatan BUN, proteinuria

Resiko Tinggi Cidera

Maternal Janin

6
4. TANDA GEJALA
a. Preeklampsia ringan
- Tekanan darah > 140/90 mmHg dengan pengukuran tekanan darah
sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selang 4 jam.
- Adanya proteinuria kuantitatif > 300 mg/liter dalam 24 jam atau
kualitatif +1 dipstik.
b. Preeklampsia berat
- Tekanan darah > 160/110 mmHg, diukur minimal dua kali dengan
jarak waktu enam jam pada keadaan istirahat.
- Proteinuria > 5 gr/liter dalam 24 jam atau > +2 dipstik pada sampel
urin sewaktu yang dikumpulkan paling sedikit empat jam sekali.
- Oliguria, urin < 400 ml/24 jam.
- Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali diketahui meningkat sebelumnya.
- Trombositopeni ( < 100.000/mm3 )
- Gangguan serebral dan visual
- Nyeri epigastric atau kuadran kanan atas
- Sakit kepala persisten
- Pertumbuhan fetus terhambat
- Kegagalan fungsi hepar
- Peningkatan ALT/AST

Kriteria menentukan adanya edema adalah : niali positif jika pitting edema di
daerah tibia, wajah, (kelopak mata), dan tangan, terutama setelah malam tirah
baring.

Bila sulit menentukan tingkat edema, maka metode yang digunakan adalah sebgai
berikut :

+ = sedikit edema pada daerah kaki pertibia

++ = edema ditentukan pada ekstremitas bawah

+++ = edema pada muka, tangan, abdomen bagian bawah

7
++++ = anasarka disertai asites

Protein positif artinya jumlah protein lebih dari 0,3gram per liter urine 24jam atau
lebih dari 2gram per liter sewaktu. Urine diambil dengan penyadapan / kateter.

+ = 0,3gram protein per liter

++ = 1gram protein per liter

+++ = 3gram protein per liter

++++ = > 10gram per liter

Kenaikan berat badan berlebih jika berat badan naik dari 500gram per minggu
atau 2000gram per bulan.

c. Eklampsia
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan
terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual yang hebat, nyeri di epigastrium dan hiper-refleksi. Bila keadaan ini
tidak segera diobati akan timbul kejang. Terutama pada persalinan, bahaya ini
besar.
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 (empat) tingakt :
- Tingkat awal (aura). Keadaan ini berlangsung kira-kira 30 detik, mata
penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar. Demikian pula
tangannya dan kepala berputar ke kiri atau ke kanan.
- Tingkat kejang tonik. Berlangsung kurang dari 30 detik. Dalam tingkat ini
seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatannya kaku, tangan
menggenggam, kaki membengkok ke dalam, pernafsan berhenti, muka
mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.
- Tingkat kejang klonik, berlangsung antara 1-2 menit. Semua otot
berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat, mulut membuka
dan menutup, lidah dapat tergigit, bola mata menonjol, dari mulut keluar
ludah yang berbusa, muka menunjukkan kongesti dan sianosis, klien
menjadi tidak sadar.

8
- Tingkat koma. Lama kesadaran tidak selalu sama, secara perlahan-lahan
penderita mulai sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum
itu timbul serangan baru dan berulang sehingga ia tetap dalam koma.
Selama serangan, tekanan darah meningkat, nadi cepat dan suhu
meningkat sampai 40C.

5. KOMPLIKASI
a. Preeklampsia
Komplikasi ibu dengan preeklampsia : cerebral vaskular accident,
kardiopulmonari edema, insufisiensi Renal Shutdown, retardasi
pertumbuhan, kematian janin intraurine yang disebabkan hipoksia dan
prematur. Preeklampsia dapat berkembang secara progresif menjadi
eklampsia yaitu preeklampsia ditambah dengan kejang dan koma.
b. Eklampsia
- Solusio plasenta
Karena adanya tekanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah
pecah, sehingga terjadi hematom retroplasenta yang dapat menyebabkan
sebagian plasenta dapat terlepas.
- Hipofibrinogemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah, biasanya
dibawah 100 mg persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus
secara berkala.
- Hemolisis
Kerusakan atau destruksi SDM karena gangguan integritas membran
SDM yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala
klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
- Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada
penderita eklampsia.

9
- Kelainan mata
Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung sampai
seminggu. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina yang
merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
- Kelainan ginjal
Fungsi ginjal umumnya dipertahankan sampai stadium lanjut, namun
mengalami kerusakan pada preeklampsia berat akibat vasokontriksi dan
penurunan perfusi.
- Sindroma HELLP
Merupakan satu singkatan untuk komplikasi kehamilan yang
dimanifestasikan dengan (H = Haemolysis, ELL = Elevated Liver Enzim,
P = Low Platelet Count ). Sindrom HELLP umumnya dianggap sebagai
varian preeklamsia berat atau eklampsia yang mengakibatkan disfungsi
multisistem akibat vasospasme arteri, kerusakan endotel dan agregasi
trombosit.
- Komplikasi lain yaitu lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh
akibat kejang, pneumonia, aspirasi.
- Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra uterin.

6. PENATALAKSANAAN
a. Preeklampsia
Prinsip penatalaksanaan preeklampsia :
1. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
2. Mencegah progesifitas penyakit menjadi eklampsia
3. Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta,
pertumbuhan janin terhambat, hipoksia sampai kematian janin).
4. Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat sesegera
mungkin setelah matur atau imatur jika diketahui bahwa resiko janin
atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama.

10
a) Pelaksanaan preeklampsia ringan (TD < 140/90mmHg) :
- Dapat dikatakan tidak beresiko bagi ibu dan janin
- Tidak perlu segera diberi obat antihipertensi dan tidak perlu dirawat,
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman : 140-150 / 90-
100mmHg).
- Istirahat yang cukup (berbaring 4jam pada siang hari dan 8jam pada
malam hari).
- Diaet rendah garam, tinggi protein.
- Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1
minggu.
- Indikasi dirawat, jika ada pemburukan, tekanan darah tidak turun
setelah 2 minggu rawat jalan.
- Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan tatalaksana sebagai
preeklampsia berat.

b) Penatalaksanaan pre-eklampsia berat (TD > 160/90mmHg) :


Dapat ditangani secara koservasi atau aktif.

- Konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan


pemberian pengobatan medicinal (untuk kehamilan < 35 minggu tanpa
disertai tanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik).
- Penanganan aktif :
Apabila ibu memiliki satu atau lebih kriteria berikut :
Ada tanda-tanda impending eklampsia
Ada HELLP Syndrome
Ada kegagalan penanganan konservatif
Ada tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat
Usia kehamilan > 35 minggu
Maka ibu harus dirawat dirumah sakit, khususnya kamar bersalin.
Pemberian pengobatan medicinal : anti kejang
Terminasi kehamilan : bila pasien belum impartu dilakukan induksi
persalinan

11
Persalinan SC dilakukan apabila syarat induksi persalinan tidak
terpenuhi atau ada kontraindikasi persalinan pervaginam.
b. Penatalaksanaan eklampsia
Prinsip penatalaksanaan eklampsia :
1. Menghentikan / mencegah kejang
2. Mempertahankan fungsi organ vital
3. Koreksi hipoksia / asidosis
4. Mengendalikan tekanan darah dalam batas aman
5. Pengakhiran kehamilan
6. Mencegah / mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi, untuk
mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin.

Penatalaksanaan umum yang dilakukan pada ibu dengan eklampsia, adalah


sebagai berikut :

- Melindungi jalan napas dan meminimalkan resiko aspirasi dengan


cara suction dan pemberian oksigen.
- Observasi sesering mungkin.
- Gunakan penghalang ranjang untuk mencegah trauma akibat aktivitas
kejang.
- Pemberian obat anti kejang :
MgSO4 adalah obat pilihan utama karena lebih efektif dalam
mencegah kejang berulang dibandingkan dengan fenitoin (Dilantin)
atau diazepam (Valium). Jika pasien sudah dipasang infus berisi
MgSO4, maka berikan tambahan 2 magnesium sulfat secara IV. Jika
tidak, berikan magnesium sulfat dosis 6 gr secara IV setiap 25 atau 20
menit, diikuti dengan infus 2 gr per jam. Total 8 gr magnesium sulfat
tidak boleh terlewatkan selama masa periode singkat.

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Identitas pasien dan penanggung jawab. Umur biasanya terjadi pada
primigravida, < 20 tahun atau > 35 tahun.
b. Keluhan utama
Merupakan hal yang diungkapkan ibu yang berhubungan dengan keadaan
dan masalah yang timbul. Keluhan yang timbul biasanya sakit kepala,
mata berkunang kunang, bengkak pada kaki dan tangan, nyeri
epigastrium.
c. Riwayat kesehatan ibu sekarang
Terjadi peningkatan tekanan darah, edema, pusing, nyeri epigastrium,
mual muntah, penglihatan kabur.
d. Riwayat kesehatan ibu sebelumnya
Adanya hipertensi kronik, DM, penyakit ginjal.
e. Riwayat penyakit keluarga
Ditanyakan untuk melihat kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu
bersalin serta mengupayakan pencegahan dan penanganannya, terutama
pihak keluarga yang tinggal bersama klien. Kemungkinan mempunyai
riwayat preeklampsia dan eklampsia dalam keluarga.
f. Riwayat kehamilan sebelumnya
Adanya riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa serta riwayat kehamilan
dengan preeklamsia atau eklamsia sebelumnya.
g. Riwayat kehamilan sekarang
- G . . . .P . . . .A . . . . UK . . . . .minggu
- ANC ( tempat, berap kali, imunisasi TT, terapi )
- Keluhan hamil muda
- Keluhan hamil tua
- Gerakan anak dirasakan sejak usia kehamilan . . . .bulan.

13
h. Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang faal alat kandungan yang perlu diketahui adalah
menarche, siklus haid, lama haid, dysminorhoe, flour albus.
i. Riwayat perkawinan
Yang dikaji yaitu lama kawin dan usia saat kawin. Biasanya terjadi pada
wanita yang menikah di bawah usia 20 tahun atau di atas 35 tahun.
j. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah atau tidak megikuti KB. Jika ibu
pernah ikut KB maka yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek
samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi (bila tidak memakai lagi)
serta lamanya menggunakan kontrasepsi.
k. Pemeriksaan umum
- Keadaan umum : baik, cukup, lemah
- Kesadaran : composmentis, samnolen, delirium, koma
- TD : 140 / 110 mmHg
l. Pemeriksaan khusus
1. Sistem pernapasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang
dari 14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan
aktifitas.

2. Sistem cardiovaskuler
- Inspeksi : Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
- Palpasi :
Tekanan darah :Ukur tekanan darah, biasanya terjadi
peningkatan tekanan darah menetap melebihi tingkat dasar
setetah 20 minggu kehamilan,
Nadi : Nadi mungkin meningkat atau menurun
Leher : Pemeriksaan JVP apakah ada bendungan atau
tidak, jika ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu

14
mengalami gangguan. Edema periorbital yang tidak hilang
dalam kurun waktu 24 jam
- Auskultasi : mendengarkan Detak Jantung Janin untuk mengetahui
adanya fetal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan
janin melemah.
3. Sistem reproduksi
- Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur
darah, adakah pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
- Abdomen
Palpasi : untuk mengetahui Tinggi Fundus Uteri , letak janin, lokasi
edema.
Periksa bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus.
4. Sistem integumen perkemihan
- Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat
gangguan filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium,
(Fungsi ginjal menurun).
- Oliguria
- Proteinuria
5. Pencernaan
Palpasi : Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium, anoreksia,
mual dan muntah.
m. Pemeriksaan Penunjang
Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan adanya pre-
eklampsia sebaiknya diperiksa juga :
1. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah urium kreatinin, SGOT, LDH,
bilirubin.
2. Pemeriksaan urine : protein urine ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt
atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ
urine meningkat, serum kreatinin meningkat, urin acid biasanya > 7
mg/100 ml

15
3. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat dengan konfirmasi
USG (bila tersedia).
4. Kardiotokografi untuk menilai kesejahteraan janin.

2. DIAGNOSA

a. Perubahan perfusi uteroplasental dan jaringan ginjal berhubungan dengan


hipertensi pada kehamilan
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan retensi urine
dan edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan
c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi
darah ke plasenta
d. Resiko tinggi terjadi asidosis respirasi berhubungan dengan kejang-kejang
berulang

3. INTERVENSI

Diagnosa 1 :Perubahan perfusi uteroplasental dan jaringan ginjal b.d


hipertensi pada kehamilan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ..x24 jam


diharapkan Perfusi Uteroplasental dan jaringan ginjal baik.

Kriteria hasil :

a. Tingkat kesadaran baik dan tidak berubah


b. Janin tidak menunjukkan tanda-tanda distress
c. Perfusi maksimal
d. Tekanan darah normal
Intervensi Rasional

1. Pantau TTV 1. Untuk mengetahui keadaan umum


2. Letakkan pasien pada lingkungan pasien
yang tenang 2. Memberikan kenyamanan dan

16
ketenangan pada pasien

3. Auskultasi irama jantung janin


3. Untuk mengetahui perkembangan
janin

4. Meminimal stimulasi dan


4. Anjurkan tirah baring
meningkatkan relaksasi

5. Anjurkan periksa urine 24 jam 5. Untuk menentukan intervensi lebih


lanjut

6. Monitor TD tiap 4 jam


6. Untuk mengetahui keadaan umum
klien

Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan b.d peningkatan retensi urine dan


edema berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ...x24 jam


diharapkan volume cairan kembali normal.

Kriteria hasil :

a. Volume cairan sesuai kebutuhan


b. Edema minimal
c. Tanda dan gejala bukan indikasi gagal jantung
Intervensi Rasional

1. Timbang berat badan pasien setiap 1. Untuk menentukan intervensi


hari lebih lanjut
2. Pantau intake cairan 2. Membantu mengidentivikasi
kebutuhan
3. Meminimalkan komplikasi

17
3. Periksa protein urine 4. Agar dapat mengontrol
4. Monitor intake dan output klien keseimbangan antara intake yang
amsuk dan output yang keluar

5. Agar tidak tejadi kesalahan dalam


5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat
pemberian obat.

Diagnosa 3 : Resiko tinggi cedera pada janin berhubungan dengan tidak


adekuatnya perfusi darah ke plasenta

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ...x24 jam cedera


pada janin tidak terjadi

Kiteria hasil :

a. Kebutuhan nutrisi janin terpenuhi


b. Meminimalisir cidera janin dan ibu

Intervensi Rasional

1. Istirahatkan ibu 1. dengan mengistirahatan ibu diharapkan


metabolisme tubuh menurun dan
eredaran darah ke plasenta menjadi
adekuat, sehingga kebutuhan oksigen
untuk janin dapat dipenuhi.

2. Ajurkan ibu agar tidur miring 2. dengan tidur miring kekiri diharapkan
kekiri vena kava di bagian kanan tidka tertekan
uterus yang memesar, sehingga aliran

18
darah ke plasenta menjadi lancer.

3. Pantau tekanan darah ibu


3. dengan memantau tekanan darah ibu
dapat diketahui keadaan aliran darah ke
plasenta seperti tekanan darah tinggi ,
aliran darah ke plasenta berkurang,
sehingga suplai oksigen ke janin
berkurang.

4. Pantau bunyi jantung ibu 4. dengan memantua buyi jantung janin


dapat diketahui keadaan jantung janin
menurun dan melemah menandakan
supali oksigen ke plasenta berkurang
sehingga dapat direncanakan tindkaan
selanjutnya.

5. dengna memberikan anthipertensi akan


5. Beri obat hipertensi setelah menurunkan tonus arteri dan
kolaborasi dnegan dokter menyebabkan penurunan afterload
jantung dnegan vasodilatasi pembuluh
darah,sehingga tekanan darah menurun,
dengan menurnnya takanan darah maka
aliran darah ke plasenta menjadi adekuat.

Diagnosa 4 : Resiko tinggi asisdosis berhunbungan dengan kejang-kejang


berulang.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan selama ...x24 jam resiko


Asidosis respirasi tidak terjadi

19
Kriteria hasil : Kejang berkurang, sianosis tidak ada, nafas 20 x/menit

Intervensi Rasional

1. Berikan Obat anti kejang 1. Memberikan ruang gerak bagi paru untuk
sesuai terapi Medis mengembang
2. Berikan Oksigen 2-6 liter/ 2. Membantu suplai oksigen sel jaringan
menit tubuh
3. Observasi RR dan Nadi 3. Menilai pola nafas dan kerja jantung

20
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Eklamsia adalah kejang yang dialami oleh ibu hamil pada usia kehamilan 8-9
bulan atau dalam masa nifas. Eklamsia disebabkan oleh beberapa faktor di
antaranya keracunan pada saat mengkonsumsi obat-obatan dan penyakit darah
tinggi yang diderita oleh ibu hamil. Selain faktor medisa tersebut, eklamsia bisa
disebabkan juga oleh faktor psikis dari sang ibu yaitu, faktor trauma atau
ketakutan saat kehamilan sebelumnya.

B. Saran
Kami menyadari bahwa penyusuna makalah ini sangatlah kurang dari
kesempurnaan, maka dari itu kami mengaharapkan kritik dan saran yang
membangun agar dalam penyusunan makalah selanjutnya dapat lebih baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Billington, Marry. 2010. Kegawatan dalam Kehamilan-Persalinan. Jakarta : EGC

Fauziyah, Yulia. 2012. Obsetri Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika

Feryanto, Ahmad. 2012. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika

Dutton lauren A, dkk. 2010. Rujukan Cepat Kebidanan. Jakarta : EGC.

Manjoer, dkk. 2007. Dalam Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan.


Jakarta : Media Aesculapius.
Maryunani A Y. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan. Jakarta :
Trans Info Media.

22

Anda mungkin juga menyukai