Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T, shalawat dan salam
kepada nabi besar Muhammad S.A.W karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan eksplorasi praktikum Geologi
Struktur
Ucapan terimakasih kami juga tertuju kepada :
1. Orang tua kami yang senantiasa selalu mendukung kami.
2. Yang terhormat Bapak Dr.Ir..Yunus Ashari.,M.T selaku kasie Laboratorium
Geologi Universitas Islam Bandung.
3. Yang terhormat Adi Sutrisno selaku General Manager laboratorium
geologi.
4. Yang terhormat Akhfa Fatwa Famma selaku assisten pembimbibng
kelompok 5.
5. Staff asisten Laboratorium Geologi yang telah membimbing penyusun
laporan ini.
Penulis sadar bahwa laporan ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis untuk menjadi pelajaran
dalam pembuatan laporan selanjutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Bandung, 16 Juni 2016

Kelompok 3
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL : LAPORAN EKSPLORASI BATUBARA KABUPATEN


YAKOHIMO PROVINSI PAPUA

Kelompok : 5 (Lima), Shift 4 (Empat)


Anggota : Nashrullah Sumardi (10070114039)
Deriansa Hamdani (10070114014)
M.Saefulmilah A. (10070114041)

Bandung, Juni 2016


Menyetujui,

Akhfa Fatwa Famma Adi Sutrisno


Asisten Pembimbing General Manager

Mengetahui,
Kasie Laboratorium Geologi

Dr.Ir. Yunus Ashari., MT


NIK : D.92.0.158
Pendahuluan
Latar Belakang

Endapan suatu mineral ataupun batuan merupakan salah satu kekayaan


alam yang berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Oleh karena itu
berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkani kuantitas dan kualitas dari suatu
endapan bahan galian dilakukan dengan tingkat kepastian yang lebih tinggi.
Semakin rinci eksplorasi, maka semakin besar pula tingkat keyakinan yang akan
dihasilkan berupa kuantitas dan kualitas sumber daya atau cadangan yang akan
dilakukan usaha penambangan. Berdasarkan tahapan eksplorasi yang dilakukan,
maka akan menggambarkan pula tingkat kayakinan terhadap sumberdayanya.
Dilakukan suatu usaha pengklasifikasian sumber daya mineral dan cadangan
untuk meningkatkan potensi suatu bahan galian. Klasifikasi sumber daya mineral
dan cadangan merupakan suatu proses pengumpulan, penyaringan serta
pengolahan data dan informasi yang di dapatkan dari suatu endapan mineral
dengan tujuan untuk memperoleh gambaran yang ringkas mengenai endapan
yang diperkirakan dengan mengacu kepada kriteria keyakinan geologi dan
kelayakan tambang.

Maksud dan Tujuan

Maksud
Praktikan dapat menganalisa berdasarkan struktur dari bentuk morfometri
dilihat dari pola aliran sungai, ataupun peta morfologinya, sehingga dapat
mengkorelasikan dengan peta bentuk lahan. Dan juga untuk mengetahui
sebaran batuan, khususnya sebaran batubara, serta kemenerusan dari suatu
lapisan batubara tersebut dan mengetahui perhitungan estimasi sumberdaya dari
data bor..
Tujuan
Mengetahui pola aliran sungai yang terdapat didaerah tersebut
Mengetahui persen lereng yang terdapat didaerah tersebut
Mengetahui bentuk lahan pada daerah tersebut
Mengetahui sebaran dan kemenerusan batuan pada daerah penelitian.
Mengetahui distribusi tebal batubara berdasarkan pengolahan statistik.
Mengetahui kondisi geologi daerah penelitian berdasarkan beberapa
parameter.
Praktikan dapat menentukan luas sumberdaya daerah pengamatan.
Dapat menentukan volume dan tonase sumberdaya masing-masing seam
daerah pengamatan.

Lokasi Daerah Penyelidikan


Lokasi kegiatan penelitian berada di Kabupaten Yakohimo Provinsi
Papua. Daerah ini terletak pada 138,45 140,14 BT dan 3,39 5,02 LS
dengan luas 17.152 Km2 . Daerah Ini berbatasan dengan beberapa kabupaten
yaitu :
Sebelah Utara : Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Tolikara
Sebelah Timur : Kabupaten Asmat dan Kabupaten Mappi
Sebelah Barat : Kabupaten Mimika
Sebelah Selatan : Kabupaten Pegunungan Bintang

Keadaan Lingkungan
Kabupaten Yahukimo memiliki keadaan topografi yang cuckup bervariasi
100 3000 Mdpl. Sedangkan berdasarkan keadaan morfologi daerah tersebut
merupakan dataran rendah, dataran tinggi, bergunung dan perbukitan.dengan
tingkat kemiringan dari mulai 0-1%, 15-40%, dan >40% dari total luas daerah
Yahukimo.
Dari iklim daerah Yahukimo selama 3 tahun terakhir memiliki suhu rata-
rata 20,50 derajat. Yahukimo juga memiliki intensitas hujan berlangsung setiap
tahun sehingga perbedaan musim tidak jelas.
Jenis tanah di daerah Yahukimo terdiri dari alluvial, litosol, podsolik dan
batu karang metaforfik sebagai bagian dari lempengan pasifik.
Waktu
Kegiatan lapangan dilakukan pada tanggal 13 Mei sampai dengan 03
Juni 2016. Pada waktu yang telah ditentukan didapatkan output berupa peta
mengenai keadaan daerah penelitian. Berikut tahapan kegiatan yaitu :
Tabel 1
Kegiatan Eksplorasi
Tanggal
Kegiatan Mei 2016 Juni 2016
13 20 27 2
Peta Morfologi, Pola Aliran Sungai, Pola
Kelurusan, Peta Bentuk Laahan

Pemetaan Geologi

Peta Batubara seam 13, 15 dan 19

Penentuan Estimasi Sumberdaya

Pelaksana dan Peralatan


Kegiatan eksplorasi di daerah Yahukimo, Provinsi Papua ini dilakukan
oleh tiga tukang tahu bulat dari Universitas Islam Bandung dengan kemampuan
dan keahlian masing-masing. Alat alat yang digunakan dalam kegiatan
eksplorasi juga sama seperti kegiatan lapangan lainnya dalam pembuatan peta
seperti kompas, GPS, alat tulis, loope dan alat lainnya.
Tabel 2
Peralatn Lapangan
Nama Alat Foto Alat

Kompas
GPS

Palu Geologi

Loope

Sumber : galerianaktambang.blogspot.com

Penyelidikan Terdahulu
Dalam kegiatan eksplorasi sebelumnya yang telah dilakukandi daerah
Yahukimo, Provinsi Papua terdapat banyak bahan galian yang ekonimos untuk
ditambang seperti batubara, besi, emas, tembaga.
Saat kegiatan eksplorasi di kompleks pegunungan ditemukan batuan
induk pembawa logam mulia seperti mas, perak dan tembaga. Di daerah puncak
Yahukimo cadangan mencapai 2.878.626 juta ton.

Geologi Umum
Berdasarkan keadaan geologi pada daerah Yahukimo terdapat jenis
batuan batuan sedimen sseperti batu pasir, batu lanau, dan batu lempung. Serta
terdapat sisipan batubara yang menyesip diantara batuan lain. Struktur pada
daerah Yahukimo yaitu terdapat sesar mendatar

Persiapan
Tahapan kegiatan eksplorasi dilakukan untuk pencarian potensi bahan
galian yang akan dicari dan memiliki nilai ekonomis untuk keperluan tertentu.
Proses kegiatan eksplorasi yang dilakukan berdasarkan peta dasar berupa peta
topografi dan peta geologi daerah yang dilakukan penelitian. Dari kedua peta
tersebut dapat diketahui kondisi daerah yang dilakukan penelitian, berdasarkan
pengamatan terhadap elevasi, sungai dan danau, sebelum melakukan kunjungan
langsung ke lapangan.
Tahapan yang harus dilakukan pada kegiatan eksplorasi yaitu survey
tinjau, prospeksi umum, eksplorasi awal, sampai ekplorasi rinci. Tahapan ini
dilakukan untuk mengidentifikasi daerah yang berpotensi terdapat adanya bahan
galian.
Pada tahap eksplorasi survey tinjau sangat dianjurkan dengan membawa
peralatan berupa peta topografi untuk mengetahui kondisi kondisi ketinggian
daerah tersebut, peta geologi untuk mengetahui sebaran batuan pada daerah
tersebut, serta plastic sampel untuk menyimpan sampel yang akan diteliti.
PETA TOPOGRAFI
Analisa

Berdasarkan peta topografi, bila dilihat dari pola kontur yang memiliki ciri
rapat secara menerus, maka dapat dianalisakan bahwa ada pengaruh struktur
geologi yang bekerja pada daerah tersebut sehingga merubah roman muka bumi
dan tergambarkan oleh kontur.. Untuk struktur sesar, ada beberapa ciri pada
kontur yang menandakan bahwa di daerah tersebut terdapat struktur geologi
seperti sesar mendatar yang memiliki pola rapat kemudian bergeser. Sedangkan
untuk sesar normal memiliki pola kontur rapat dan terdapat jejang dan untuk
sesar naik polanya hampir sama dengan sesar normal hanya saja berbeda pada
arah jenjang konturnya. Karena setiap kontur memiliki ciri sendiri untuk
menentukan keadaan pada daerah tersebut. Peta topografi juga merupakan peta
yang paing utama sebelum pembuatan peta lainnya. Hal ini karena dari kontur
kita bisa menganalisa keadaan lereng suatu daerah kemudian aliran sungai
sampai penentuan bentuk lahan. Semakin rapat pola topografi maka menunjukan
daerah tersebut semakin curam sedangkan semakin renggang maka daerah
semakin landau. Selain itu setelah mengetahui keadaan topografi daerah
tersebut juga dapat menjadi persiapan awal sebelum ke lapangan sehingga
peralatan yang dibawa ke lapangan sesuai dengan keadaan pada topografi
daerah itu sendiri.
PETA POLA ALIRAN SUNGAI
ANALISA

Dari peta topografi dapat dianalisa pola aliran sungai yang yang terdapat
pada daerah tertentu. Elevasi merupakan faktor penting juga untuk menganalisa
pola aliran sungai. Elevasi maksimum pada daerah ini adalah 400 mdpl dan
elevasi terendah adalah 100 mdpl. Bila dilihat di arah utara pola aliran sungai
trellis yang merupakan pola dengan anak sungai hampir tegak lurus dengan
sungai utama. Pola aliran trellis biasanya terbentuk pada jenis batuan sedimen
dan sudah terkontrol oleh struktur seperti lipatan dengan batuan dengan sifat
lunak dan resisten. Maka bila dilihat dari pola konturnya biasanya terbentuk pada
kontur yang cukup rapat karena sudah terkontrol struktur.
Bila dilihat pada arah timur pola aliran sungai yang terbentuk adalah pola
aliran sungai sub dendritic. Pola sub dendritik terbentuk yaitu dimana pola aliran
utama berbentuk trellis namun mengalami pola modifikasi yang disebabkan oleh
banyaknya struktur yang terbentuk serta bergantung juga dengan jenis batuan
atau variasi batuan yang ada pada daerah tersebut. Pola konturnya biasanya
berbentuk rapat karena banyaknya struktur yang mempengaruhi. Sedangkan
Pada daerah barat pola aliran sungai yang terbentuk adalah parallel hal ini dapat
dilihat dari pola sungai yang terbentuk sejajar dengan sungai utama. Pola parallel
juga biasanya terbentuk di daerah lereng dengan adanya variasi batuan serta
sudah terkontrol oleh struktur . Bila dilihat dari pola aliran sungainya itu maka
diindikasikan juga bahwa daerah tersebut di dominasi oleh batuan sedimen dan
memiliki variasi batuan yang tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan output berupa
peta sebaran batuan yang memiliki litologi seluruhnya adalah batuan sedimen.
Selain itu dari pembelokan sungai utama juga bisa diindikasikan adanya suatu
struktur yang mempengaruhi pola aliran dari sungai tersebut.
PETA MORFOLOGI
ANALISA
Dilihat dari morfologi daerah yukohimo didominasi oleh klasifikasi lahan
yang bergelombang kuat dengan tandda warna hijau tua berdasarkan
persentase 14 20% dengan beda tinggi 50 200m. Selain itu terdapat juga
daeraha bergelombang lemah dengan tanda warna hijau muda dengan
persentase 8 14%. Bila dilihat pada daerah utara tptografi tidak terlalu curam
atau bergelombang lemah dengan pesrsentase 8 13%. Maka batuan
diindikasikan adalah batuan sedimen , karena lokasi juga berada didekat zona
pengendapan yaitu sekitar sungai. Sedangkan untuk morfologi di daerah timur
didominasi oleh topografi bergelombang kuat yaitu perbukitan hal ini dapat
terlihat dari kontur yang rapat. Sedangkan batuan yang diindikasikan adalah
batuan yang memiliki kekerasan lebih tinggi dan telah terpengaruh oleh struktur.
Setelah itu dari keadaan lereng itu sendiri dapat diindikasikan batuan yang
tersebar pada daerah tersebut.
PETA POLA KELURUSAN
Analisa

Pada peta kelurusan dapat dianalisa bahwa setiap pola kontur


mengindikasikan adanya struktur ataupun terjadinya deformasi. Peta kelurusan
dipengaruhi oleh ketinggian atau elevasi dan jenis batuan pada daerah dengan
pola kelurusan tertentu. Batuan pada pola kelurusan yang terpatah-patah atau
tidak berkelurusan diindikasikan batuan keras karena batuan yang keras ketika
terdeformasi akan patah karena memiliki elastisitas yang kurang baik.
Sedangkan pada pola kelurusan yang rapat atau tersebar diindikasikan sudah
banyak dipengaruhi oleh struktur sehingga terbentuk banyak punggungan dan
lembah. Makan dari pola kelurusan akan sedikit tergambarkan arah pergeseran
ataupun keadaan struktur di daerah tersebut. Semakin banyak struktur maka
akan semakin banyak pola kontur yang membentuk suatu punggungan karena
adanya gaya geologi sehingga permukaan tidak rata. Sehingga bila pada kontur
rapat bentuk pola kelurusan akan tidak beraturan karena mengikuti arah dan
panjang dari punggungan yang terbentuk.
PETA BENTUK LAHAN
Analisa

Bentuk lahan pada daerah ini juga dinyatakan termasuk kedalam bentuk
lahan struktural dikarenakan terdapatnya blok sesar, perbukitan dome,
perbukitan anticlinal, lembah sinklinal dan gawier sesar yang merupakan ciri-ciri
dari bentuk lahan struktural. Sebenarnya pada daerah yang lebih dekat ke sungai
lebih memungkinkna terbentuknya bentuk lahan fluvial karena adanya gerak
laminar yang bergerak secara lurus dan gerak turbulen yang bergerak secara
memutar dari air sungai sehingga banyak mempengaruhi daerah-daerah pinggir
sungai. Tetapi mungkin karena banyaknya struktur pada daerah tersebut
sehingga lahan fluvial sudah tertutupi oleh bentuk lahan struktural, sehingga
tidak Nampak bentuk lahan fluvial pada daerah tersebut.
PETA SEBARAN BATUAN,
PENAMPANG DAN LOG PROFILE
Sumber : Data Eksplorasi Yahukimo Tahun 2016
Gambar 1
Log Profile 1
Sumber : Data Eksplorasi Yahukimo Tahun 2016
Gambar 2
Log profile 2
Sumber : Data Eksplorasi Yahukimo Tahun 2016
Gambar 3
Log profile 3
Sumber : Data Eksplorasi Yahukimo Tahun 2016
Gambar 4
Log profile 4
Sumber : Data Eksplorasi Yahukimo Tahun 2016
Gambar 5
Log profile 5
ANALISA
Bila dikorelasikan pada daerah ini didominasioleh batuan sedimen yang
terbentuk karena proses pelapukan, transportasi dan pengendapan. Pada
daerah ini terdapat singkapan batubara yang terendapkan ntara lanau dan pasir,
pasir dan lempung serta lempung dan laau. Maka setiap batua bara yang
mengendap akan memiliki kualitas yang berbeda yang dipengaruhi oleh batuan
diatas dan dibawahnya. Bila batubara tersebut berlapis dengan lempung maka
diindikasikan batubara tersebut sudah banyak tercampur dengan materil lain
karena tertransportasi jauh dari induknya. Sedangkan bila berlapisan dengan
pasir berarti belum tertransportasi dengan jauh sehingga belum banyak
terpengaruh oleh material lain. Kemudian bila dilihat dari kadar airnya bila
berlapis dengan material yang memiliki ukuran butir kasar atau relative besar
yang memiliki permeabilitas tinggi dan lapisan dibawahnya material yang kecil
sehingga dapat menampung air maka proses penggambutan akan lebih baik.
Bila dilihat dari sebaran batuan pada wilayah tersebut, batuan lanau
berada dipaling bawah atau dengan kata lain merupakan material yang pertama
kali terendapkan, kemudian di atasnya terdapat lempung, lanau dan yang paling
muda adalah batu pasir. Bila dilihat dari ukuran butirnya, seharusnya lempung
terendapkan dipaling bawah. Hal tersebut membuktikan bahwa pada wilayan
tersebut berlaku suatu hukum uncomformity atau ketidakselarasan. Dilihat dari
penampang ukuran sungai ada yang melebar dan menyempit, hal ini
dikarenakan adanya kontrol struktur . Dari penampang juga dapat dilihat
kemenerusan dari lapissan batuan serta sungai yang terpotog offset.
PETA KONTUR STRUKTUR
SEAM 13
PETA KONTUR STRUKTUR
SEAM 15
PETA KONTUR STRUKTUR
SEAM 19
Analisa

Sumber : SNI Tahun 1998


Gambar 6
Parameter Kondisi Geologi

Gambar 7
Diagram Distribusi Ketebalan
Gambar 8
Persamaan Linear

Pada pembuatan peta struktur kontur, dilakukan suatu smoothing kontur


yang membuat kontur tersebut memiliki pola-pola yang hampir sama satu sama
lain. Hal tersebut dimaksudkan agar bentuk kontur strukturnya mendekati dengan
bentuk aslinya. Kemudian untuk melakukan smooting berpatokan pada elevasi
tertinggi. Hal tersebut dikarenakan data elevasi tertinggi dapat dikatakan
kedudukan yang paling akurat karena datanya dekat dengan permukaan
sehingga kemungkinan untuk lost core sangat kecil. Sehingga semakin kecil
elevasi batubara semakin kecil keakuratan datanya. Selain itu dengan metode
smoothing ini, dapat di ukur jarak datar antara dua interval kontur sehingga dapat
juga di tentukan kemiringan dari batu bara tersebut dengan menggunakan rumus
tan dip. Dari peta hasil smooting tersebut didapatkan jarak data sekitar 0,2 cm
dengan interval kontur 10m yang berarti kemiringan atau dip pada daerah
tersebut berkisar 24.7015 dan menunjukan bahwa daerah tersebut memiliki
kondisi geologi moderat.
Kemudian dari data-data lubang bor yang diperoleh, dapat juga diolah
menjadi suatu grafik diagram linear yang menunjukan variasi ketebalan batu bara
daerah tersebut. Dari diagram linear tersebut didapat nilai R yang merupakan
nilai keragaman atau kenambungan antar tiap ketebalan batubara pada daerah
tersebut. Daerah tersebut memiliki nilai R yaitu 0.44795 yang dimana nilai
tersebut merupakan ciri ciri d
PETA SUMBERDAYA
Analisa

Dalam penentuan tonase setiap sumberdaya terukur, terunjuk, maupun


tereka, dalam penentuan tonase ini dikalikan dengan masaa jenis batubara
bituminus padat yaitu 1.346 ton/m3. Massa jenis setiap batubara berbeda-beda.
Hal ini tergantun jenis dari batubaranya sendiri. Penentuan jenis batubara juga
bisa dilihat dari kondisi geologi, genesa maupun kadar dari batubara itu sendiri.
Batubara yang memiliki massa jenis paling besar adalah jenis batubara antrasit
padat dengan massa jenis 1.506 ton/m3. Perbedaan massa jenis ini biasanya
dipengaruhi oleh faktor yang mempengaruhi pembentukan batubaranya itu
sendiri. Seperti batubara jenis antrasit massa jenisnya lebih besar di bandingkan
batubara jenis bitumen padat, hal ini dapat dilihat bahwa antrasit merupakan
jenis batubara kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan metalik,
mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) kurang dari 8%. Sedangkan
batubara jenis bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar
air 8-10% dari beratnya.
Bersangkutan dengan pembahasan estimasi sumber daya. Perhitungan
sumber daya terukur, tereka, dan terujuk ini dimaksudkan karena pada saat
eksplorasi pemboran pada jarak 1000 m belum mendapatkan tanda-tanda
keberadaan sumberdaya, lalu di dilakukan memperkecil luasan wilayah menjadi
500 m dan masih belum mendapatkan apa-apa, sehingga diperkecil kembali
menjadi 250 m dengan tujuan untuk mendapatkan endapan batubara yang
terukur. Manfaat dari sumberdaya terukurjuga yaitu menjjadi acuan paling valid
karena daerah yang ditinjau masih memiliki jarak yang lebih kecil, sehingga
dapat menjadi pertimbangan awal untuk proses selanjutnya. Sumberdaya terukur
itu sendiri merupakan sumberdaya yang kualitas dn kuantitasnya didapatkan dari
hasil eksplorasi rinci. Sedangkan sumberdaya terunjuk yaitu yang kualitas dan
kuantitasnya didapat dari tahap eksplorasi umum. Sedangkan sumberdaya
tereka kualitas dan kuantitasnya didapatkan dari proses prospeksi. Sehingga
setelah didapat sumberdaya tereka maka dicari kembali sumberdaya terunjuk
sampai dengan sumberdaya terukur.
Dari hasil perhitungan estimasi sumberdaya di daerah penelitianmemiliki
total berat 40.269.457,01 ton. Berat tersebut terbagi dari seam 13, seam 15 dan
seam 19. Pada seam 13 memiliki estimasi sumberdaya terukur sebesar
17.923.380,7 ton, kemudian sumberdaya terunjuk sebesar 3.657.792,07 ton dan
sumberdaya tereka sebesar 1.849.829,57 ton. Selain itu dari seam 15 estimasi
sumberdaya terukur sebesar 9.962..676,69 ton, lalu sumberdaya terunjuknya
sebesar 1.695.480,62 ton. Kemudian sumberdaya tereka pada seam 15 sebesar
780.943,76 ton. Terakhir yaitu seam 19 memiliki estimasi sumberdaya terukur
sebesar 2.629.561,74 ton, lalu sumberdaya terunjuk sebesar 813.839,91 ton dan
sumberdaya tereka sebesar 1.025.751,95 ton.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011, Estimasi Sumber Daya Mineral, http://jurnalkesimpulan.


blosgpot.com/2011/05/estimasi-sumberdaya/html. Diakses pada 08 Juni
2016 pukul 23.00 WIB
Farhan, 2011, Pemetaan Geologi, http://primaedu.wordpress.com/2011
/08/05/pendahuluan-geologi-struktur/. Diakses tanggal 25 Mei 2016.
Pukul 17.00 WIB

Indra, 2012, Peta Geologi, http://geplogicalblogscience.blogspot. com/2012/03


/geostruk.html. Diakses tanggal 26 Mei 2016. Pukul 17.00 WIB

Tim Asisten, 2016, Diktat Praktikum Geologi Struktur, Laboratorium Geologi


Universitas Islam Bandung, Bandung.
Wijaya, Hadi, 2011, Estimasi Sumber Daya Mineral, http://hadiwijay
atambang-blosgpot.com/2011/05/estimasi-sumberdaya/. Diakses pada 09
Juni pukul 23.50 WIB

Anda mungkin juga menyukai