Anda di halaman 1dari 44

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tumor ovarium adalah salah satu neoplasma yang dijumpai pada sistem
genitalia wanita, tumor ini berasal dari sel-sel ovarium yang dapat bersifat jinak
ataupun ganas (Lester dkk, 2005). Tumor ovarium terbagi menjadi tumor ovarium
epithelial, tumor ovarium germinal, dan tumor ovarium stroma (Nordin, 2013).
Teratoma ovarium merupakan germ cell neoplasma yang berasal dari primordial
germ cell dan tersusun dari tiga lapisan embrional, yaitu ektoderm, endoderm, dan
mesoderm (Singhal S, 2008; Taufik dkk, 2010). Teratoma dapat terbagi menjadi
matur, immatur dan monodermal (Ellison LR, 2011).
Insiden teratoma matur ovarium berkisar 10%-20% dari seluruh neoplasma
ovarium, teratoma ovarium adalah tumor sel germinal yang paling umum pada
pasien yang lebih muda dari 20 tahun (Hamilton dkk, 2015). Insiden teratoma
imatur berkisar 3% dari seluruh tumor teratoma, 1% dari seluruh kanker ovarium
dan 20% dari tumor ganas germinal cell sedangkan teratoma matur berkisar 27% -
44% dari seluruh tumor ovarium dan bisa sampai 58% dari seluruh tumor jinak
ovarium (Nogales dkk, 2003). Tumor ganas ovarium sel germinal ditemukan 5%
dari semua kanker ovarium di negara-negara barat, sedangkan di negara-negara
oriental dan masyarakat kulit hitam, tumor ganas ini ditemukan lebih sering yaitu
15% dari semua kasus (Berek JS dkk , 1996).
Hasil penelitian Cakmak dkk tahun 2015 di Turki menyatakan rata-rata usia
yang terkena tumor teratoma matur adalah pasien berusia 20-40 tahun (53,1%),
ukuran tumor terbanyak dengan diameter 2-15 cm, dan paling banyak terjadi
teratoma matur di ovarium sebelah kanan (56,3%). Penelitian serupa juga dilakukan
oleh Uysal dkk tahun 2014 di Turki menyatakan rata-rata usia yang terkena
teratoma matur adalah pasien berusia 35-45 tahun, ukuran tumor terbanyak dengan
diameter 4,32-11,56 cm, dan paling banyak terjadi teratoma matur di ovarium
sebelah kanan (46,3%).
2

Hasil penelitian di Provinsi Riau menunjukan jenis histopatologi penderita


tumor ovarium germinal didapatkan bahwa teratoma matur merupakan jenis tumor
ovarium germinal terbanyak didapatkan 55 kasus (76,39%) (Pratama dkk, 2014).
Penelitian Panteli dkk tahun 2009 di Inggris menunjukan bahwa di antara 40 kasus
tumor ovarium germinal paling banyak adalah teratoma matur yaitu 29 kasus.
Di Indonesia masih sangat sedikit penelitian mengenai teratoma ovarium dan
penelitian serupa belum pernah dilakukan di Palembang. Oleh karena itu maka
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara usia, lateralitas
dan ukuran tumor dengan gambaran histopatologi teratoma ovarium di RSUP Dr.
Moh Hoesin Palembang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia dengan
gambaran histopatologi teratoma ovarium ?
2. Apakah terdapat hubungan yang bermakna antara ukuran tumor dengan
gambaran histopatologi teratoma ovarium ?
3. Apakah terdapat hubungan yang bermakna antara lateralisasi dengan
gambaran histopatologi teratoma ovarium ?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan karakteristik klinis (usia, ukuran tumor dan lateralitas)
dengan gambaran histopatologi teratoma ovarium di bagian Patologi Anatomi
RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang pada tahun 2010-2015.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Mengetahui hubungan antara usia dengan gambaran histopatologi teratoma
ovarium di Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang pada tahun 2010-2015.
3

1.3.2.2 Mengetahui hubungan antara ukuran tumor dengan gambaran


histopatologi teratoma ovarium di Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2010-2015.
1.3.2.3 Mengetahui hubungan antara lateralisasi dengan gambaran histopatologi
teratoma ovarium di Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang pada tahun 2010-2015.

1.4 Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia, lateralitas dan ukuran
tumor dengan gambaran histopatologi teratoma ovarium
H1 : Terdapat hubungan yang bermakna antara usia, lateralitas dan ukuran tumor
dengan gambaran histopatologi teratoma ovarium

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat secara teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hubungan karakteristik
klinis (usia, ukuran tumor dan lateralitas) dengan gambaran histopatologi teratoma
ovarium di RSUP DR. MOH. HOESIN pada tahun 2015.

1.5.2 Manfaat secara praktis


1.5.2.1 Hasil yang diperoleh dapat menjadi database tumor teratoma ovarium di
Bagian Patologi Anatomi RSUP DR. MOH. HOESIN.
1.5.2.2 Memberikan informasi kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan
kesadaran dan kewaspadaan terhadap tumor ovarium, khususnya tumor
teratoma ovarium.
1.5.2.3 Sebagai informasi data dan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya
yang serupa atau yang berhubungan.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Ovarium


Ovarium masing-masing berbentuk oval, berukuran 1 X inci (4X2 cm),
dan diletakkan pada bagian belakang ligamentum latum oleh mesovarium. Bagian
ligamentum latum yang terletak di antara perlekatan mesovarium dan dinding
lateral pelvis disebut ligamentum suspensorium ovarii (Snell, 2012).
Ligamentum ovarii proprium, yang merupakan sisa bagian atas
gubernaculum, menghubungkan pinggir lateral uterus dengan ovarium. Ovarium
biasanya terletak di depan dinding lateral pelvis, pada lekukan yang disebut fossa
ovarica. Fossa ini dibatasi di atas oleh arteria dan vena iliaca externa serta di
belakang oleh arteria dan vena iliaca interna (Snell, 2012).
Walupun demikian, letak ovarium sangat bervariasi dan sering ditemukan
tergantung ke bawah ke dalam excavatio rectouterina (cavum Douglasi). Selama
kehamilan, uterus yang membesar menarik ovarium ke atas masuk ke dalam cavitas
abdominalis. Setelah persalinan, waktu ligamentum latum relaksasi, ovarium
mengambil posisi yang bervariasi di dalam pelvis (Snell, 2012).
Ovarium dikelilingi oleh capsula fibrosa tipis, disebut tunica albugenia.
Bagian luar capsula ini dibungkus oleh lapisan peritoneum yang mengalami
modifikasi disebut epitelium germinativum. Istilah epitelium germinativum ini
salah karena lapisan ini tidak menghasilkan ovum. Oogonia berkembang pada masa
janin dari sel benih primordial (Snell, 2012).
Arteria ovaria yang berasal dari aorta abdominalis setinggi vertebra lumbalis
I. Vena ovarica dextra bermuara ke vena cava inferior sedangkan vena ovarica
sinistra ke vena renalis sinistra (Snell, 2012).
Persarafan ovarium berasal dari plexus aorticus dan mengikuti perjalanan arterial
ovarica. Perdarahan, aliran limf, dan persarafan ovarium berjalan melalui apertura
5

pelvis superior dan menyilang arteria iliaca externa (Snell, 2012). Pembuluh-
pembuluh dan saraf tersebut mencapai ovarium dengan melewati bagian lateral
ligamentum latum yang dikenal dengan nama ligamentum suspensorium ovarii.
Pembuluh darah dan saraf akhirnya masuk ke hilum ovarii melalui mesovarium
Snell, 2012).

Gambar.1 Anatomi Ovarium


Dikutip: Atlas Anatomi Sobotta, 2010

2.2 Histologi Ovarium


Ovarium terdiri dari epitel permukaan, stroma mesenkim yang memproduksi
steroid dan sel germinal. Epitel permukaan yang melapisi ovarium merupakan
epitel serosa. Epitel tersebut berasal mesotel dari rongga selom selama masa
kehidupan embrio. Selama melapisi ovarium, mesotel pada masa kehidupan embrio
juga akan melapisi tuba falopii, uterus dan vagina tetapi mengalami diferensiasi
yang berbeda (Robboy dkk, 2008).
Setiap ovarium memiliki korteks pada bagian luar dan medulla pada bagian
dalam (Robboy dkk, 2008). Korteks, atau lapisan luar, bervariasi ketebalannya
sesuai dengan usia dan menjadi semakin tipis dengan bertambahnya usia
(Cunningham dkk, 2001). Sel masenkim di korteks ovarium terdiri dari sel-sel
6

seperti fibroblast yang berbentuk gelendong. Sel ini membentuk sel-sel granulosa
dan sel-sel teka yang merupakan unit fungsional dari setiap ovum. Komplek dari
sel germinal dan sel granulosa dikenal sebagai folikel primordial. Selama masa
reproduksi, folikel dominan berkembang setiap bulan menjadi folikel graafian yang
kemudian pecah selama ovulasi. Setelah ovulasi, folikelnya kolaps. Sel-sel
granulosa di dalam folikel mengalami luteinize, perubahan yang ditandai dengan
hipertrofi dan akumulasi lipid. Sel-sel ini mulai memproduksi progesterone di
samping esterogen. Folikel yang kolaps berubah menjadi kuning yang disebut
korpus luteum (Robboy dkk, 2008).
Sel-sel yang berasal stroma ovarium terdiri dari sel hilus dan sel luteinized.
Kedua sel tersebut berespon terhadap hormon hipofisis. Sel-sel ini membentuk dan
mensekresi androgen dan esterogen yang merangsang proliferasi pada organ akhir.
Sel-sel ini juga menghambat hipotalamus melalui umpan negative (Robboy dkk,
2008).
Medula, atau bagian tengah dari ovarium, terdiri dari jaringan ikat longgar
yang merupakan kelanjutan dari yang di mesovarium. Terdapat sejumlah besar
arteri dan vena dalam medulla dan sejumlah kecil serat otot polos yang
berkesinambungan dengan yang berasal dari ligamentum supensorium, serat-serat
ototnya mungkin bersifat fungsional dalam pergerakan ovarium (Cunningham
dkk,2001).
7

Gambar 2. Ovarium pandangan menyeluruh


Dikutip: Eroschenko, 2010

2.3 Embriologi Ovarium


Pada mundigah wanita dengan komplemen kromosom seks XX tanpa
kromosom Y, korda seks primitif berdisosiasi menjadi kelompok-kelompok sel
irregular (Gambar 3). Kelompok-kelompok ini, yang mengandung sel-sel
germinativum primitif, menempati bagian medula ovarium. Kemudian sel-sel ini
lenyap dan digantikan oleh stroma vaskular yang membentuk medulla ovarium
(Gambar 3).
Epitel permukaan gonad wanita, tidak seperti pada pria, terus berpoliferasi.
Pada minggu ketujuh, epitel ini membentuk generasi kedua korda, korda kortikalis
yang menembus mesenkim dibawahnya tetapi tetap berdekatan dengan permukaan
(Gambar 3A). pada bulan keempat, korda-korda ini terpisah menjadi kelompok-
kelompok sel tersendiri dengan masing-masing mengelilingi satu atau lebih sel
germinativum primitif (Gambar 3B). Sel-sel germinativum kemudian berkembang
menjadi oogonia, dan epitel di sekitarnya, turunan dari epitel permukaan
membentuk sel folikular.
Pada mundigah dengan konfigurasi kromosom seks XX, korda medularis
gonad mengalami regresi, dan terbentuk generasi kedua korda kortikalis (Gambar
3) (Sadler, 2009).
8

Gambar 3. A. Potongan melintang ovarium pada minggu ketujuh,


yang memperlihatkan degenrasi korda seks primitif (medularis) dan
pembentukan korda kortikalis. B. Duktus Genitalis dan ovarium pada
bulan kelima. Zona korteks ovarium mengandung kelompok-
kelompok oogonia yang dikelilingi oleh sel folikular
Dikutip: Sadler, 2009
9

2.4 Tumor Sel Germinal Ovarium


2.4.1 Definisi dan Klasifikasi Tumor Germinal
Tumor sel germinal merupakan tumor yang terdiri dari sejumlah jenis tumor
yang berbeda secara histologis, berasal dari sel germinal primitif dan gonad
embrionik. Tumor sel germinal terbagi menjadi beberapa kelompok dan juga
mencakup neoplasma yang terdiri dari campuran sel germinal dan derivat sex cord-
stromal.

Gambar 4. Histogenesis Hypothetical model tumor sel germinal


Dikutip : Kumar dkk, 2011
10

2.5 Tumor Teratoma Ovarium


2.5.1 Definisi dan Klasifikasi Teratoma ovarium
Teratoma ovarium merupakan germ cell neoplasma yang berasal dari
primordial germ cell dan tersusun dari tiga lapisan embrional, yaitu ectoderm,
endoderm, dan mesoderm (Singhal S, 2008; Taufik dkk , 2010). Teratoma berasal
dari bahasa yunani dari teras yang berarti monster, yang pertama kali disebutkan
oleh Virchow pada edisi pertama bukunya yang diterbitkan pada tahun 1863
(Hamilton dkk, 2015).
Teratoma dibagi dalam tiga kategori yaitu teratoma matur (jinak), teratoma
imatur dan teratoma monodermal dengan diferensiasi khusus tergantung dari
kuantitas derajat jaringan imatur menunjukan potensi timbulnya keganasan.
Umumnya teratoma matur (kistik) adalah jinak dan yang imatur (padat) adalah
ganas. Teratoma bervariasi dari bentuk yang jinak yaitu lesi kistik well
differentiated (mature) sampai bentuk yang solid dan maligna (immature).
Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke tiga tersering setelah
disgerminoma dan tumor sinus endodermal. Selain itu, ada juga yang memiliki
komponen tertentu (umumnya squamous) yang mengalami transformasi maligna,
namun jarang ditemukan (Hamilton dkk,2015).
11

Gambar 5. Klasifikasi WHO tumor sel germinal ovarium


Dikutip : Kumar dkk, 2011

Klasifikasi dari Teratoma Ovarium dapat terbagi menjadi :


- Imatur
Teratoma imatur terdiri dari jaringan yang berasal dari tiga lapisan germinal
- ektoderm, mesoderm, dan endoderm yang mengandung struktur imatur atau
embrional. Jaringan matur yang sering ditemukan dan kadang-kadang mungkin
mendominasi. Kehadiran unsur-unsur imatur atau embrional yang bertentangan
dengan transformasi neoplastik jaringan mature membedakan antara kedua jenis
neoplasma (Kurman, dkk 2011).
12

Teratoma Imatur merupakan bentuk ganas teratoma yang jarang ditemukan,


kebanyakan ditemukan pada remaja prapubertas dan wanita muda. usia rata-rata
adalah 18 tahun (Nayak, 2015).

- Matur
Teratoma Matur adalah suatu tumor kistik yang tersusun oleh derivate dari
germ cell (paling tidak dua lapis dari tiga lapis germ cell) yang berdiferensiasi baik
ectoderm, mesoderm, dan endoderm - dengan elemen ektodermal mendominasi.
(Knipe dkk, 2014). Teratoma kistik matur dari ovarium, atau kista dermoid, telah
dikenal sejak jaman dahulu. Teratoma mature selalu jinak, tapi kadang-kadang
mungkin mengalami perubahan ganas di salah satu unsurnya, kebanyakan dari
epitel unsur skuamous (Kurman, dkk 2011). Teratoma matur kebanyakan berasal
dari sel telur yang telah mengalami pembelahan meiosis pertama berkembang
secara partenogenesis (Taufik dkk, 2010). Biasanya terdeteksi pada wanita muda
selama masa reproduksi aktif dengan kejadian puncak pada dekade ketiga. secara
klinis mereka bisa ditemukan secara kebetulan (Nayak, 2015).
Semakin tingginya tingkat estrogen dan progesteron dapat menjelaskan
peningkatan ukuran teratoma kistik matur setelah pubertas, dan pertumbuhan
mereka ditahan setelah menopause (Chang dkk, 2014). Beberapa temuan klinis
seperti kelompok usia lanjut dan ukuran tumor besar merupakan faktor risiko yang
signifikan dari transformasi keganasan (Oranratanaphan dkk, 2013). Faktor-faktor
seperti usia, ukuran tumor, membantu dalam penilaian risiko pra operasi
(Krishnendu dkk, 2014).

- Monodermal
Monodermal teratoma merupakan salah satu tipe dari teratoma ovarii yang
berasal dari hanya satu elemen sel germinal. Berdasarkan klasifikasi tumor sel
germinal monodermal teratoma merupakan klasifikasi tersendiri yang terpisah dari
teratoma jenis terbnyak dari monodermal teratoma adalah struma ovarii yaitu suatu
teratoma matur yang terdiri dari hanya atau predominan jaringan thyroid. Struma
ovarii merupakan jenis terbanyak dari monodermal teratoma terjadi pada usia
13

reproduktif dapat merupakan lesi jinak maupun malignan. Struma ovarii biasanya
unilateral dan solid. Ukuran bervariasi tetapi kebanyakan berukuran kurang dari 10
cm. permukaan potongan berwarna seperti daging merah sampai coklat atau
kehijauan. Beberapa tumor namun jarang membentuk kista berisi massa berwarna
hijau kecoklatan dan lembut. Struma ovarii terdiri dari folikel thyroid yang berisi
massa koloid seperti pada jaringan thyroid normal. Struma ovarii bisa berkembang
menjadi karsinoma thyroid, jenis kapiler atau folikuler. (Nogales dkk, 2014)
Jenis lain dari monodermal teratoma adalah karsinoid yang berasal dari
komponen neuroendokrin. Karsinoid ovarium sangat jarnag biasnaya terjadi pada
usia 14-79 tahun dan ditemukan secara kebetulan. Tumor biasanya unilateral
bentuk solid, bentuk mucinous dapat mengandung material seperti jelly yang
mengkilat. Secara mikroskopik strumal karsinoid membentuk struktur insular atau
trabekular. (Nogales dkk, 2014)
Jenis lain dari monodermal teratoma adalah tumor neuroektodermal yang
terdiri dari jaringan neuroektodermal saja. Selain itu juga jenis sebaceous tumor
dan prolactinoma serta corticotroph adenoma (Nogales dkk, 2014)

2.5.2 Epidemiologi Teratoma Ovarium


Teratoma ovarium merupakan salah satu dari tumor yang berasal dari sel
germinal ovarium. Menurut Quirk untuk germ sel dan sex- cord tumor ovarium
berkisar 5 sampai 10% dari seluruh tumor ovarium, dimana 90% merupakan tumor
epitelial. teratoma ovarium adalah tipe yang paling banyak dari tumor sel germinal.
Insiden teratoma matur ovarium berkisar 10%-20% dari seluruh neoplasma
ovarium, teratoma ovarium adalah tumor sel germinalyang paling umum pada
pasien yang lebih muda dari 20 tahun (Hamilton dkk, 2015). Insiden teratoma
imatur berkisar 3% dari seluruh tumor teratoma, 1% dari seluruh kanker ovarium
dan 20% dari tumor ganas germinal cell sedangkan teratoma matur berkisar 27% -
44% dari seluruh tumor ovarium hingga 58% dari seluruh tumor jinak ovarium
(Nogales dkk, 2003). Di Indonesia teratoma matur merupakan subtipe terbanyak
sedangkan teratoma imatur hanya berkisar 2% dari seluruh teratoma (Pratama dkk,
2014).
14

Meskipun teratoma matur banyak terjadi pada masa reproduktif, tetapi


teratoma matur memiliki distribusi usia yang luas dari 2 80 tahun ( rata-rata 32),
dan 5% terjadi pada wanita pasca post-menopausal (Nogales dkk,2003).
Teratoma matur biasanya terdeteksi pada wanita muda selama tahun-tahun
reproduksi aktif dengan kejadian puncak pada dekade ketiga. secara klinis mereka
bisa ditemukan secara kebetulan (Nayak, 2015). Teratoma imatur merupakan
bentuk ganas teratoma yang jarang ditemukan, kebanyakan ditemukan pada remaja
prapubertas dan wanita muda. usia rata-rata adalah 18 tahun (Nayak, 2015).

2.5.3 Etiologi Teratoma Ovarium


Keberadaan teratoma telah diakui selama berabad-abad, selama itu pula asal
penyebabnya masih berupa spekulasi dan perdebatan. Dahulu masyarakat
mempercayai penyebabnya adalah karena menelan gigi dan rambut, kutukan dari
penyihir, mimpi buruk, atau berhubungan dengan setan (Hamilton dkk, 2015).
Teori Teori parthenogenik, yang menyarankan asalnya dari sel germinal primordial
(Kurman dkk, 2011).
Dua teori lain menunjukkan, (1) asalnya dari blastomer yang dipisahkan pada
tahap awal perkembangan embrio dan yang (2) menunjukan asalnya dari sisa
embrional (Kurman dkk, 2011). Teori sel germinal berasal dari distribusi anatomi
dari tumor yang berlangsung sepanjang garis migrasi sel germinal primordial dari
yolk sac ke gonad primitif dan terjadi paling umum saat masa aktivitas reproduksi
(Kurman dkk, 2011). Histogenesis dari teratoma ovarium telah dipelajari
menggunakan kedua teknik sitogenik dan pola elektroforesis empat enzim dalam
sel normal maupun pada sel teratoma. Studi ini menunjukkan bahwa teratoma
berasal dari sel germinal dan timbul dari sel germinal tunggal setelah pembelahan
meiosis pertama (Kurman dkk, 2011).
15

2.5.4 Gejala Klinis Teratoma Ovarium


Pasien teratoma matur datang dengan nyeri perut , terdapat massa di abdomen
atau pembengkakan dan perdarahan uterus abnormal. Nyeri perut biasanya konstan,
sedikit, atau moderat tapi, dalam sejumlah kasus, bisa berat dan akut karena torsi
atau pecahnya tumor (Kurman dkk, 2011). Pasien teratoma imatur biasanya datang
dengan tanpa gejala sampai mencapai ukuran tumor yg sudah besar. Tumornya
cenderung tumbuh dengan cepat dan dapat memanifestasikan dirinya sebagai
panggul atau massa perut bagian bawah, dapat menyebabkan gejala
tekanan,kekakuan perut, nyeri tumpul, atau mungkin mengalami torsi,
menyebabkan sakit perut yang akut (Kurman dkk, 2011).
Gejala pada kandung kemih, gangguan pencernaan dan sakit punggung
namun jarang terjadi (Hosokawa dkk, 2010).

2.5.5 Histogenesis dan Sitogenetik Teratoma Ovarium


Teratoma matur kistik adalah tumor yang diploid mempunyai kariotipe
normal 46 XX dan berasal dari sel germinal setelah pembelahan meiosis pertama.
Sedangkan teratoma imatur yang merupakan teratoma ganas adalah aneuploid
mempunyai abnormalitas sitogenetik yang komplek mencakup amplifikasi 12p dan
biasanya berasal dari berbagai macam bentuk sel germinal (Kumar dkk, 2011)
Ada beberapa teori mengenai terjadinya teratoma namun teori yang banyak
dianut untuk menjelaskannya adalah teori parthenogenesis yaitu yang menyatakan
bahwa teratoma berasal dari sel germinal primordial. Teratoma timbul dari suatu
ovum setelah pembelahan meiosis dan berasal dari sel-sel totipoten. Lokasi
teratoma terdapat di gonadal (ovarium, testis) dan extragonadal pada garis tengah
sisa embrio seperti di mediastinum, retroperitoneum (Nayak, 2015). Berdasarkan
profil genetik teratoma imatur kemungkinan berasal dari sel germinal pre- meiosis
dan tidak berhubungan dengan kromosom 12p. (Nogales dkk, 2014)
Pada monodermal teratoma mutasi BRAF dan rearrangements RET /PTC
berperan penting seperti pada terjaidnya karsinoma thyroid. Pada tipe lain dari
monodermal teratoma juga berperan mutasi pada t(11;22)(q24;q12) yaitu pada
16

peripheral PNET. Histogenesis dari banyak teratoma monodermal tergantung dari


asal germ cell tumornya seperti pada karsinoid yang berasal dari neuroendokrin
(Nogales dkk, 2014).

2.5.6 Pemeriksaan Penunjang


- Laboratorium
Peningkatan serum alpha-fetoprotein (AFP) dan beta-human chorionic
gonadotropin (HCG) tingkat mungkin menunjukkan keganasan (Hamilton dkk,
2015).
- Radiologi
Pemeriksaan penunjang untuk teratoma sebagian besar radiografi, dan
gambarannya hampir sama meskipun pada lokasi yang bervariasi (Hamilton
dkk,2015). Jika teratoma ditemuan di dalam uterus, harus dilakukan pemeriksaan
USG serial pada janin untuk mengawasi kemngkinan terjadinya hidropfetaliss.
Dalam kasus teratoma sacrococcygeal, pemeriksaan USG dapat menunjukkan
komponen kistik dan perluasan tumor ke dalam pelvis atau abdomen, seperti yang
digambarkan pada gambar di bawah. USG menggambarkan pergeseran vesica
urinaria dan rektum, dengan kompresi ureter yang mengakibatkan hidronefrosis
atau hydroureter (Hedrick dkk, 2004). CT scan berguna dalam mendiagnosa
teratoma ovarium dan dapat mendeteksi keterlibatan hepar dan kelenlar lymph
dalam kasus maligna. Dalam sebuah studi ultrasonografi transvaginal memiliki
tinggi untuk membedakan teratoma dari massa ovarium lainnya (Outwater dkk,
2001).
MRI dapat membedakan kepadatan lipid dengan cairan lain dan darah dan
mungkin sebagai pemeriksaan tambahan yang berguna untuk diagnosis teratoma
ovarium, dengan akurasi 99% (Hamilton dkk,2015).

2.5.7 Penatalaksanaan Teratoma Ovarium


Pasien teratoma matur biasanya memiliki sakit perut akut, dan kondisi darurat
perut akut. eksisi ovarium yang terkena atau salpingo-ooforektomi adalah terapi
pilihan. Terapi pilihan untuk pasien teratoma matur tanpa komplikasi pada pasien
17

muda adalah eksisi kista dengan konservasi bagian dari ovarium jika
memungkinkan. Pengobatan ini biasanya menghasilkan kesembuhan total (Kurman
dkk, 2011). Bagi sebagian besar pasien dengan teratoma matur, laparoskopi atau
eksisi bedah laparotomic dapat memberikan diagnosis definitif, mampu
meringankan gejala, dan mencegah timbulnya komplikasi (Laberge, 2006).
manajemen laparoskopi tumor ovarium adalah alternatif yang berpotensi lebih
aman bagi perempuan muda di antaranya kesuburan adalah hasil yang diinginkan
(Chang dkk, 2014).
Teratoma imatur adalah neoplasma ganas yang biasanya tumbuh pesat,
menembus kapsul, serta membentuk adhesi pada struktur sekitarnya. menyebar ke
seluruh rongga peritoneum oleh implantasi dan menyebar pertama ke
retroperitoneal, para-aorta, dan kelenjar getah bening yang lebih jauh dan kemudian
ke paru-paru, hati, dan organ lainnya. pengobatan yang dianjurkan untuk pasien
dengan grade I (derajat rendah) teratoma imatur terbatas pada satu ovarium adalah
unilateral salpingo-ooforektomi dan hati-hati tindak lanjut. pengobatan ini kuratif
dalam hampir semua kasus. untuk grade 2 dan 3 (derajat berat) tumor, kemoterapi
adjuvan diberikan berikut unilateral salpingo-ooforektomi, sehingga
menyembuhkan secara total di sebagian besar pasien. teratoma imatur ovarium dan
metastasis mereka yang harus dinilai karena grade berkorelasi dengan hasil dan
menentukan pasien menerima kemoterapi (Kurman dkk, 2011).

2.5.8 Komplikasi Teratoma Ovarium


Komplikasi dari teratoma ovarium meliputi torsi, ruptur, infeksi dan
degenerasi malignan (Hamilton dkk, 2015). Torsi adalah penyebab paling
signifikan terjadi di 3% - 11% pada kasus. Banyak yang telah menunjukan bahwa
peningkatan ukuran tumor berhubungan dengan peningkatan risiko torsi
(Benjapibal dkk, 2000).
Ruptur dapat terjadi tiba-tiba, menyababkan shock atau pendarahan dengan
chemical peritonitis acute. Kasus yang kronis bisa juga terjadi, yang akan
mneyebabkan peritonitis granulomatosa. Prognosisi setelah kejadian ruptur
biasanya baik, tetapi ruptur sering kali menyebabkan adanya perlekatan tebal
18

(Hamilton dkk, 2015). Tumpahan isi kista keluar ke dalam peritoneum


menghasilkan peritonitis kimiawi (steril) disertai dengan nodul granulomatosa yang
gambarannya mirip dengan tuberkulosis atau karsinomatosis. Ruptur teratoma
matur mengandung elemen neuroglial yang bertanggung jawab untuk gliomatosis
peritonei yang dikenali dengan implan peritoneal yang tersusun dari jaringan
saraf matur dan tidak mempengaruhi prognosisnya (Nogales dkk, 2003).
Infeksi jarang terjadi dan terjadi dalam waktu kurang dari1%-2% pada kasus.
Bakteri coliform adalah organisme yang paling sering terlibat (Benjapibal
dkk,2000; Ayhan dkk, 2000).
Anemia hemolitik autoimmune telah dihubungkan dengan kasus teratoma
kistik matur. Pada kasus ini, pengeluaran tumor menyebabkan kesembuhan dari
gejala ini. Teori yang membelakangi mekanisme patogenesis dari kejadian ini
adalah (1) zat dari tumor yang merupakan antigen bagi host, sehingga menyebabkan
pembentukan antibodi yang bereaksi silang dengan sel darah merah host, (2) adanya
produksi antibodi dari tumor yang secara langsung melawan sel darah merah host,
(3) terlapisnya sel darah merah oleh substansi tumor sehingga menyebabkan
perubahan antigenisitas sel darah merah. Dalam lingkup ini, imaging radiologis dari
pelvis diperlukan pada kasus anemia hemolitik refrakter (Kurman dkk, 2011).

2.5.9 Prognosis Teratoma Ovarium


Imatur
Pada teratoma imatur ditetapkan derajat dan stadium sebagai upaya untuk
meramalkan perilakunya. Tumor dengan derajat I, stadium I dapat disembuhkan
dengan terapi yang tepat, sedangkan yang derajat tinggi dan stadium lanjut
dikaitkan dengan keadaan harus lebih diawasi (Kumar dkk, 2013). Walaupun
kemoterapi telah meningkatkan prognosis dari teratoma imatur, stage dan grade
dari tumor primer dan metastasis tetap menajdi faktor prediktif penting (J.Prat,
2014).
Matur
Tumor ini jinak kecuali jika terjadi transformasi ke maligna, jarang terjadi,
fokal mikroskopik dari jaringan saraf yang belum matang dikaitkan dengan hasil
19

yang baik. Implan peritoneal seluruhnya terdiri dari jaringan glial dewasa , kadang-
kadang dapat diamati pada penyebab teratoma matur yang padat tetapi tidak
mempengaruhi prognosis. Jarang terdapat teratoma imatur mengembangkan sisa
model di ovarium setelah eksisi. Kecuali jika terdapat kista dermoid tertentu seperti
yang terakhir dan telah pecah (J.Prat, 2014).
20

2.6 Teratoma Imatur Ovarium


2.6.1 Makroskopik teratoma imatur
Teratoma imatur biasanya unilateral, besar, beraneka ragam (6-35 cm; rata-
rata, 18.5). Didominasi padat, berdaging dan Pada pembelahan tumor berwarna
abu-abu dengan pendarahan dan nekrosis (Nogales dkk, 2003).

2.6.2 Mikroskopik teratoma imatur


Teratoma imatur terdiri dari jumlah jaringan embrional tipe imatur sebagian
besar dalam bentuk neuroectodermal rosettes dan tubulus, campuran dengan
jaringan matur. Neuroepitheliat rosettes dilapisi oleh banyaknya sel basophilic
dengan berbagai mitosis dan berpigmen. Mesenkim imatur alam bentuk longgar,
stroma myxoid dengan diferensiasi fokus ke tulang rawan imatur, lemak, osteoid
dan juga sering terdapat rhabdomyoblasts (Nogales dkk,2003).
Teratoma imatur terdiri dari berbagai jaringan yang belum matang dan
dewasa berasal dari tiga lapisan germinal meskipun biasanya turunan dari semua
tiga lapisan germinal yang hadir. kadang-kadang tumor dapat terdiri dari sejumlah
kecil jaringan. Ektoderm biasanya diwakili oleh jaringan saraf glia, sel-sel
ganglion, jaringan neuroblastic, neuroepithelium, batang saraf, dan structuresare
mata sering diwakili (gambar 5 dan gambar 6). Elemen kulit, termasuk unit
pilosebaceous, kelenjar keringat ekrin, dan rambut, yang sering hadir. Elemen
mesoderm termasuk jaringan fibrosa ikat, tulang rawan, tulang, otot, biasanya halus
tapi kadang-kadang lurik (gambar 7). jaringan limfoid dan Mesenkim embrionik
berdiferensiasi. elemen endoderm biasanya diwakili oleh tubulus dilapisi oleh
columnar, bersilia, dan epitelium (Kurman, dkk 2011).
21

Gambar 6. A. Teratoma imatur, derajat berat. Neuroectodermal


rosettes terletak pada dasar jaringan glial. B. Mitosis
menggambarkan jelas dalam jaringan imatur neuroectodermal.
Dikutip: Nogales dkk, 2003

Gambar 7. Teratoma Imatur. Neuroepithelium imatur terdiri dari


pola padat diselingi oleh rosette
Dikutip: Kurman dkk, 2011.
22

Gambar 8. Teratoma Imatur. Tumor menunjukkan baik elemen


neuroepithelial dan mesenkimal imatur
Dikutip: Kurman dkk, 2011.

Gambar 9. Teratoma Imatur. Tumor menunjukkan tulang rawan


imatur dan komponen rhabdomyoblastic
Dikutip: Kurman dkk, 2011.
23

2.6.3 Grading teratoma imatur

Tabel 1. Grading teratoma imatur ovarium


Dikutip: Kurman dkk, 2011.
Grade Kriteria Histologis
Grade 1 Terdapat sedikit fokus jaringan neuroepitel imatur pada
1 lapangan pandang kecil (pembesaran 40x).
Grade 2 Terdapat jaringan neuroepitelial imatur pada 1-3
lapangan pandang kecil (perbesaran 40x).
Grade 3 Terdapat jaringan neuroepiteliel imatur yang banyak
pada lebih dari 3 lapangan pandang kecil (perbesaran
40x).

2.7 Teratoma Matur Ovarium


2.7.1 Makroskopi teratoma matur
Teratoma matur berbentuk seperti telur bulat, dengan permukaan halus, abu-
abu putih, dan berkilau (gambar 8 dan 9 ),bilateral (5%-18% pada kasus) ukuran
massa berkisar 0,5 cm - 40 cm (rata-rata 15 cm) (Nogales, 2003). tumor bervariasi
dalam ukuran dari dari 40 cm) dan berat hingga beberapa kilogram (Kurman dkk,
2011) dengan permukaan luar yang halus dan diisi dengan material sebaceous dan
rambut. Nodul terdiri dari jaringan lemak dengan gigi atau tulang yang menjorok
ke luar kista dan disebut sebagai Rokitansky protuberance. Teratoma matur padat
berbentuk besar, terdapat massa yang padat dengan beberapa kista dengan ukuran
yang bervariasi berbentuk cerebroid dan terdapat fokal pendarahan yang kecil
(Nogales dkk, 2003).
24

Gambar 10. Gambaran teratoma matur dengan rambut hitam. The


Rokitansky protuberance tersusun dari jaringan lemak, tulang, dan gigi
menonjol ke lumen
Dikutip: Nogales dkk, 2003.

Gambar 11. Teratoma matur yang mengandung rambut


Dikutip: Kurman dkk, 2011.

2.7.2 Mikroskopi teratoma matur


Teratoma matur terdiri dari tipe jaringan dewasa yang berasal dari dua atau
tiga lapisan embrionik. Tumor jinak seperti struma ovarii, karsinoid, adenoma sel
corticotroph, prolactinoma, nevus, dan tumor glomus mungkin timbul dalam kista
dermoid yang khas (Nogales dkk, 2003). Rongga kista dilapisi terutama oleh kulit
25

dan tumor kecil struktur kulit dapat membentuk seluruh lapisan. kulit terdiri dari
epitel skuamosa keratin dan biasanya berisi banyak sebasea dan accrine kelenjar
yang berhubungan dengan lemak (gambar 10). Rambut dan pelengkap kulit lainnya
biasanya ada. kadang-kadang, dinding kista dapat dilapisi oleh epitel bronkus atau
gastrointestinal atau epitel jenis kolumnar atau kuboid (gambar 11). Daerah sekitar
tonjolan dermoid dapat berisi berbagai macam jaringan yang berasal dari tiga
lapisan germinal. jaringan ektodermal, ditunjukkan oleh epitel skuamosa dan
turunannya kulit lainnya, biasanya paling banyak ditemukan. jaringan mesodermal
ditunjukkan oleh tulang, tulang rawan, otot polos, dan jaringan fibrosa dan lemak.
jaringan endodermal ditunjukkan oleh epitel gastrointestinal dan bronkial dan
kelenjar, tiroid, dan jaringan kelenjar ludah. (Kurman dkk, 2011).

Gambar 12. A. Teratoma matur. Jaringan tipe dewasa seperti usus


cenderung memiliki organoid yang menyusun ment dengan dua lapisan
otot polos di bawah kelenjar mukosa. B. Perhatikan epitel retina
berpigmen dan jaringan glial matur yang bercampur
Dikutip: Nogales dkk, 2003.
26

Gambar 13. Teratoma Matur. Lapisan kista terdiri dari kulit dengan
pelengkap Dikutip: Kurman dkk, 2011.

Gambar 14. Teratoma Matur. teratoma matur kistik dilapisi oleh


epitel pernapasan matur yang berdiferensiasi baik. struktur adneksa
matur terlihat di bawah lapisan
Dikutip: Kurman dkk, 2011.
27

2.8 Kerangka Teori

Faktor Genetik Sel Kariotipe 46XX

Gonad Ekstra Gonad

Ovarium/Testis Pada midline Sisa Embrio


(Mediastinum,
Retroperitoneum
Partenogenesis
Oosit

Pembelahan
Meiosis I

Sel Totipotensial

Ektoderm Mesoderm Endoderm

Teratoma

Monodermal Matur Imatur

Neuroepitelial Neuroepitelial
Rosette (-) Rossete (+)

Usia, Ukuran Tumor


dan Lateralitas
28

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan studi cross
sectional untuk mengetahui adanya hubungan antara usia, ukuran tumor, dan
lateralisasi dengan gambaran histopatologi pada teratoma ovarium.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Departemen Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya/RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
periode September 2016 Desember 2016.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien tumor teratoma ovarium
yang menjalani pemeriksaan Patologi Anatomi di Departemen Patologi Anatomi
RSUP Dr.Moh. Hoesin Palembang periode 1 Juni 2010 1 Juni 2015.

3.3.2 Sampel Penelitian


Sampel dalam penelitian ini adalah arsip tersimpan dari seluruh pasien
yang memenuhi kriteria inklusi yang berada di Departemen Patologi Anatomi
RSMH pada periode 1 Juni 2010 1 Juni 2015.

3.3.3 Besar Sampel


Penghitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus
(Tjekyan, 2015):
n= Z2p (1-p)

d2
29

Keterangan:

n : Jumlah sampel

Z : Tingkat kemaknaan 0,005 = 1,96

p : Proporsi kejadian teratoma ovarium di dalam populasi = 20% =


0,20 (Hamilton dkk, 2015)

d : Limit dari error atau presisi absolut =0,10

n=Z2p (1-p) = (1.96)2.0,20(1-0,20)

d2 (0,10)2

= (1.96)2.0,20.0,8
0.01
= 0,6146 = 61,46 = 62
0.01

Besar sampel minimal pada penelitian berdasarkan perhitungan rumus adalah


62 orang.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah consecutive sampling.
Pada consecutive sampling, semua responden diambil secara berurutan sampai
jumlah minimum terpenuhi.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.5.1 Kriteria Inklusi
- Seluruh data rekam medik pasien yang telah didiagnosis tumor teratoma
ovarium yang diperiksa di Departemen Patologi Anatomi RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Palembang
- Data sampel penelitian lengkap untuk memenuhi variable penelitian.
30

3.5.2 Kriteria Eksklusi


- Data rekam medik yang masih meragukan (diagnose tidak jelas/ belum pasti/
masih berupa diagnosis banding)

3.6 Variabel Penelitian


3.6.1 Variabel Bebas
Usia
Ukuran tumor
Lateralisasi

3.6.2 Variabel Terikat


Teratoma imatur (Neuroepitelial rosette(+)dan atau komponen
imatur(+)).
Teratoma matur (Neuroepitelial rosette (-) dan atau komponen imatur
(-)).

3.7 Definisi Operasional


3.7.1 Usia
Definisi
Usia pasien teratoma ovarium yang tercantum di dalam rekam medik di
Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Periode Juni 2010 Juni 2015
Alat ukur
Arsip (rekam medik)
Cara ukur
- Mencatat data umur dalam tahun dari rekam medis.
- Membentuk tabel distribusi umur berdasarkan tahun menggunakan
kaidah sturgess.
Hasil ukur
Usia responden dinyatakan dalam variabel katagorik, yaitu:
31

Tabel 2. Rentan Usia Penderita Teratoma Ovarium


0 10 tahun
11 20 tahun
21 30 tahun
30 40 tahun
41 50 tahun
50 tahun

3.7.2 Ukuran tumor


Definisi
Data ukuran makroskopik tumor pasien teratoma ovarium yang
tercantum di dalam rekam medik di Bagian Patologi Anatomi RSUP
Dr. Moh Hoesin Palembang Periode 1 Juni 2010 1 Juni 2015.
Alat ukur
Arsip (rekam medik) yang dikur dalam centimeter.
Cara ukur
Mencatat data ukuran tumor dalam centimeter diambil data ukuran
diameter terpanjang tumor .
Hasil ukur
Ukuran tumor diameter terpanjang dalam centimeter dinyatakan dalam
variabel katagorik, yaitu :

Tabel 3. Ukuran Tumor Penderita Teratoma Ovarium


0 5 cm
5 10 cm
10 cm
32

3.3.3 Lateralisasi
Definisi
Data lateralisasi tumor pasien tertoma ovarium yang tercantum di dalam
rekam medik di Bagian Patologi Anatomi RSUP Dr. moh Hoesin
Palembang Periode Juni 2010 Juni 2015.
Alat ukur
Arsip (rekam medik)
Cara ukur
Mencatat lokasi tumor dari rekam medik.
Hasil ukur
- Ovarium unilateral ( kanan/kiri)
- Ovarium bilateral (kanan dan kiri)

3.8 Cara Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan data
sekunder, yaitu data yang dikumpulkan dari rekam medik Departemen Patologi
Anatomi RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Juni 2010 1 Juni
2015.

3.9 Rencana Cara Pengolahan dan Analisis Data


Data sampel penelitian dikumpulkan dalam sebuah tabel induk penelitian.
Dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS ver.20. Analisa univariat
akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Analisa bivariat akan menggunakan
uji Chi Square atau T.Test untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan
terikat dengan skala data interval/rasio dengan distribusi data normal.

3.10 Analisis data


Variabel dianalisis dan dikelompokkan menjadi:
1. Analisis Univariat
33

Analisis ini digunakan untuk mengetahui frekuensi masing-masing


variabel tunggal diantaranya angka kejadian, usia, jenis kelamin, dan
jenis histopatologi yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

a. Distribusi Penderita Teratoma Ovarium Berdasarkan Kategori Usia


Tabel 4. Cara analisis data penderita teratoma ovarium berdasarkan
kategori usia.

Kelompok Usia Jumlah Prevalensi (%)

Total

b. Distribusi Penderita Teratoma Ovarium Berdasarkan Kategori


Lateralisasi
Tabel 5. Cara analisis data penderita teratoma ovarium berdasarkan
kategori lateralisasi.

Lateralisasi Jumlah Prevalensi (%)

Unilateral
Bilateral
Total

c. Distribusi Penderita Teratoma Ovarium Berdasarkan Ukuran tumor


Tabel 6. Cara analisis data penderita teratoma ovarium berdasarkan
ukuran tumor.

Ukuran Tumor (cm) Populasi Prevalensi (%)

Total
34

2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
dan terikat dengan skala data interval/rasio dengan distribusi data normal.

a. Hubungan Antara Usia dengan Gambaran Histopatologi Teratoma


Ovarium
Tabel 7. Cara analisis data hubungan antara usia dengan gambaran
histopatologi.
Gambaran Histopatologi
Teratoma Teratoma Total PR
Usia P
Matur Immatur (%) CI
N % N %

Total

b. Hubungan Antara Lateralisasi dengan Gambaran histopatologi


Teratoma Ovarium
Tabel 8. Cara analisis data hubungan antara lateralisasi dengan
gambaran histopatologi.
Gambaran Histopatologi
Teratoma Teratoma Total PR
Lateralitas P
Matur Immatur (%) CI
N % N %
Unilateral
Bilateral
Total

c. Hubungan Antara Ukuran Tumor dengan Gambaran histopatologi


Teratoma Ovarium
Tabel 9. Cara analisis data hubungan antara ukuran tumor dengan
gambaran histopatologi.
35

Gambaran Histopatologi
Ukuran
Teratoma Teratoma Total PR
Tumor P
Matur Immatur (%) CI
(cm)
N % N %

Total
36

3.11 Rencana/Jadwal Kegiatan


Tabel 10. Jadwal kegiatan penelitian
2016
Kegiatan
Mei Juni Juli Agust. Sept. Okt. Nov. Des.

Pengajuan judul

Penyusunan proposal Type equation here.

Ujian proposal

Pengumpulan data

Penelitian dan pengolahan


data

Penyusunan laporan skripsi

Ujian skripsi

3.12 Anggaran
Tabel 11. Anggaran biaya penelitian
No. Kebutuhan Jumlah Harga
1. Buku/Literatur 4 buah Rp 1.000.000
2. Kertas A4 70 gram 1 rim Rp 40.000
3. Kertas A4 80 gram 1 rim Rp 40.000
4. Tinta printer 4 botol Rp 100.000
5. Fotokopi Rp 100.000
6. Transportasi Rp 200.000
7. Map kertas 2 buah Rp 6.000
8. Map plastik 2 buah Rp 10.000
Jumlah Rp 1.496.000
37

3.12Kerangka Operasional

Populasi Penelitian

Kriteria Inklusi Kriteria Eksklusi

Sampel

Pengumpulan Data

Pasien Teratoma
Ovarium

Usia Ukuran Lateralisasi


Tumor i

Pengolahan dan Analisis Data

Hasil dan Kesimpulan


38

BAB IV
JUSTIFIKASI ETIK

4.1 Rangkuman Karateristik Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian analisis kategori tidak berpasangan dan
menggunakan pendekatan retrospektif dengan menggunakan data sekunder.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik klinik
dengan gambaran histopatologi teratoma ovarium pada pasien di Departemen
Patologi Anatomi RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pasien yang didiagnosis teratoma ovarium di
Departemen Patologi Anatomi RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang
sejak bulan Juni 2010 sampai Juni 2015. Hasil penelitian akan diolah dengan
SPSS ver.20. Analisa univariat akan disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi. Selanjutnya hasil penelitian akan dibahas secara narasi dan
dibandingkan dengan teori yang sudah ada.

4.2 Analisis Kelayakan Etik


Penelitian yang dilakukan menggunakan data sekunder pasien di Bagian
Patologi Anatomi RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Identitas pasien
tidak dicantumkan, hanya variabel penelitian yang berhubungan dengan
penelitian saja yang akan disampaikan. Penelitian ini tidak melanggar 4
prinsip etik yaitu justice, autonomy, beneficience, dan non-malficience.

4.3 Prosedur Informed Consent


Informed consent tidak dilakukan karena data yang diambil merupakan data
sekunder dari rekam medik pasien teratoma ovarium di Departemen Patologi
Anatomi RSUP. Dr. Mohammad Hoesin Palembang sejak bulan Juni 2010
sampai Juni 2015.
39

4.4 Kesimpulan
Peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini dapat dilaksanakan berdasarkan
landasan scientific yang kuat, bermanfaat dan akan dilakukan sesuai prosedur
kerja yang telah ditetapkan serta akan dilaksanakan sepenuhnya dengan
memegang etika penelitian. Maka penelitian ini layak etik untuk dapat
dilaksanakan.
40

Daftar Pustaka

Ayhan A, Bukulmez O, Genc C, et all. 2000. Mature cystic teratomas of the ovary:
case series from one institution over 34 years. Eur J Obstet Gynecol Reprod
Biol. 88(2). (http://www.ncbi.nlm.nih.goc/pubmed/10690675, diakses 07
agustus 2016).

Benjapibal M, et all. 2000. Benign cystic teratoma of the ovary : a review of 608
patients. J Med Assoc Thai 83(9).
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11075967, diakses 07 agustus 2016).

Cakmak B, M Nacar, Z Ozsoy, et all. 2015. Mature Cystic Teratomas: Relationship


Between Histopathologic Contents and Clinical Features. Nigerian Journal of
Clinical Practice. 18(2). (http://www.njcponline.com/article.asp?issn=1119-
3077;year=2015;volume=18;issue=2;spage=236;epage=239;aulast=Cakmak
, diakses 01 agustus 2016).

Chang Che-Fu dan Lin Chen-Kuo. 2014. A Case Recurent, Bilateral Ovarian
Mature Teratoma in A Young Woman. Bio Med Central. 14(57).
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3996130/, diakses 04
agustus 2016).

Cunningham dan Garry F. 2001. Obstetri Williams (edisi ke-21). Buku Kedokteran
EGC. Jakarta, Indonesia.

Ellison LR, Pirog EC. 2011. The Female Genital Tract. Dalam: Kumar, Abbas,
Fausto, Aster. Robins and Cotran Pathologic Basis of Disease (edisi ke-8).
Elsevier: Philadelphia, Pennsylvania, hal. 1048.

Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore: dengan Korelasi Fungsional


(edisi ke-11). Terjemahan oleh: Pendit, Brahm U. EGC. Jakarta, Indonesia,
hal 457.

Hamilton Chad A, Chief MD. 2015. Cystic Teratoma. Medscape.


(http://emedicine.medscape.com/article/281850-overview, diakses 25 juli
2016).

Hedrick HL, Flake AW, Crombleholme TM, et all. 2004. Sacrococcygeal


Teratoma: Prenatal Assessment, Fetal Intervention, and Outcome. J Pediatr
41

Surg. 39(3). (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15017565, diakses 05


agustus 2016).

Hosokawa T, Sato Y, Seki T, et all. 2010. Malignant Transformation Of a Mature


Cystic Teratoma Of the Ovary With Rupture. Japanes Journal of Radiology.
28(5). (http://link.springer.com/article/10.1007/s11604-010-0434-0, diakses
04 agustus 2016).

Kurman Robert J, Ellonson Lora Hedrick, Ronnette Brigitte M. 2011. Blausteins


Pathology of the Female Genital Tract. Springer. New York. Hal. 869-877.

Krishnendu Das, Karmakar A, Bhattacharjee D, et all. 2014. Mature Cystic


Teratoma Harbouring Squamous Cell Carcinoma A Case Report. IJCRR.
6(11).
(http://crawl.prod.proquest.com.s3.amazonaws.com/fpcache/323a69b27c95
e144fb62e41444a8b11b.pdf?AWSAccessKeyId=AKIAJF7V7KNV2KKY2
NUQ&Expires=1472437737&Signature=Qw40ZuggPlPFmHI9VpU2%2F
%2FG09lg%3D, diakses 04 agustus 2016).

Laberge PY, Levesque S. 2006. Short-Term Morbidity and Long-Term Recurrence


Rate of Ovarian Dermoid Cysts Treated by Laparoscopy Versus Laparotomy.
J. Obstet. Gynaecol. Can. 28(9).
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17022919, diakses 04 agustus 2016).

Langman, Sadler T.W. 2009. Embriologi Kedokteran (edisi ke-10). EGC. Jakarta,
Indonesia.

Oranratanaphan Shina, Khemapech Nipon. 2013. Characteristics and Treatment


Outcomes of Patient with Malignant Transformation Arising from Matur
Cystic Teratoma of the Ovary: Experience at a Single Institution. Asian
pasific Journal of Cancer Prevention. 14(8).
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24083728, diakses 04 agustus 2016).

Lester, Susan C. 2005. The Breast. Dalam: Kumar V, Abbas Ak, Fausto N. Robbins
and Cotran Pathologic Basis of Disease (edisi ke-7). Elsevier: Singapore.

Nayak, Ramadas. 2015. Exam Preparatory Manual for Undergraduate: General and
Systemic Pathology. Jaype Medical Inc: London. Hal. 607-608.
42

Nogales F, Talerman A, Tavasolli F.A, et all. 2003. World Health Organization and
Clasification of Tumors. Pathology and Genetics of Tumors of The Breast
and Female Genital Organs. IARC Press: Lyon.

Outwater EK, Siegelman ES, Hunt JL, et all. 2001. Ovarian Teratomas: Tumor
Types and Imaging Characteristics. RSNA RadioGraphics. 21(2).
(http://pubs.rsna.org/doi/full/10.1148/radiographics.21.2.g01mr09475,
diakses 25 agustu 2016).

Panteli C. et all. 2009. Ovarian Germ Cell Tumours: A 17 Years Study in A Single
Unit. Eur J Pediatr Surg 2009 Apr. 19(2). (https://www.thieme-
connect.com/products/ejournals/abstract/10.1055/s-0029-1202372, diakses
26 juli 2016).

Paulsen F, Waschke J. 2013. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia Organ-organ Dalam


(edisi ke-2). EGC. Jakarta, Indonesia, hal. 207.

Pratama G, Sofian A, Chandra F, et all. 2014. Profil Penderita Tumor Ovarium


Germinal di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau Periode Januari 2008
Desember 2012. JOM FK. 1(2).
(http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFDOK/article/view/2949, diakses 26
juli 2016).

Prat J, Cao D, Carinelli S.G, Nogales F.F, Vang R, Zaloudek C.J. 2014. Germ Cell
Tumours. Dalam: Kurman Robert J, Carcangiu Maria Luisa, Herrington C.
Simun, Young Robert H. 2014. WHO Classification of Tumours of Female
Reproductive Organs. IARC: Lyon, France.

Robboy S.J. et all. 2008. The Female Reproductive System. Dalam: Rubin R,
Strayer D.A. Rubins Pathology: Clinicopathologic Foundation of Medicine
(edisi ke-5). Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.

Singhal S. 2008. Struma Ovarii A Rare Ovarian Tumor. The Internet Jurnal of
Gynecology and Obstetric. 12(1). (http://print.ispub.com/api/0/ispub-
article/11058, diakses 25 juli 2016).

Snell, Richard S. 2012. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Buku


Kedokteran EGC. Jakarta, Indonesia, hal. 353-354.
43

Uysal F, Balsak D, Uysal A, et all. 2014. Clinical, Diagnostic and Anatomical


Aspects of Mature Cystic Teratomas. Austin Journal of Radiology. 1(1).
(http://www.austinpublishinggroup.com/radiology/download.php?file=fullte
xt/ajr-v1-id1005.pdf. Diakses 02 agustus 2016).
44

BIODATA
Foto
Nama : Anggia Fabelita Berwarna
3x4
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 25 januari 1996

Alamat : Jalan sukabangun I komp. Villa bangun indah

Blok A No. 11

Telp/Hp : 082175597237

Email : anggiafab@yahoo.com

Agama : Islam
Nama Orang Tua
Ayah : Pahri Azhari

Ibu : Lucyanti

Jumlah Saudara : 3

Anak Ke : 2

Riwayat Pendidikan : TK ST. Agatha Palembang


SD Islam Az-Zahrah Palembang
SMP Negeri 6 Unggul Sekayu
SMA President Cikarang

Palembang,

(Anggia Fabelita)

Anda mungkin juga menyukai