Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN MAGANG I

DI PT. SUBUR ARUM MAKMUR II


KECAMATAN KUNTO DARUSALAM, KABUPATEN ROKAN
HULU
PROVINSI RIAU

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :
Nama : RABIAL PRATAMA
NIM : 12/14750/BP/SPKS

MINAT MANAJEMEN PRODUKSI KELAPA SAWIT


JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN STIPER


YOGYAKARTA
2015

1
HALAMAN PENGESAHAN MAGANG
DI PT. SUBUR ARUM MAKMUR II
KECAMATAN KUNTO DARUSALAM, KABUPATEN ROKAN HULU
PROVINSI RIAU

Disusun Oleh :

RABIAL PRATAMA
12/14750/BP-SPKS
Laporan pelaksanaan magang ini diajukan kepada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Stiper Yogyakarta
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai mata kuliah Magang pada
minat Sarjana Perkebunan Kelapa Sawit dan telah dipertahankan dihadapan
dewan penguji pada tanggal

Yogyakarta, 20 November 2015

Dosen Pembimbing Penyusun

(Ir. Neny Andayani,MP) (Rabial Pratama)

Mengetahui dan Menyetujui


Dekan

(Ir. Enny Rahayu, MP)

2
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Magang yang dilaksanakan 13 Agustus 13 November 2015 di PT.
SUBUR ARUM MAKMUR II, memiliki beberapa tujuan umum yaitu agar
mahasiswa mengetahui dan memahami pekerjaan-pekerjaan teknis di perusahaan
perkebunan kelapa sawit dan pekerjaan-pekerjaan administrasi di perusahaan
perkebunan kelapa sawit, memahami persoalan-persoalan yang timbul di lapangan
serta bagaimana solusinya, memahami hidup bermasyarakat dan lingkungan sosial
di perusahaan perkebunan kelapa sawit.
Dalam menyelesaikan laporan Magang ini, penulis banyak menerima
masukan dari berbagai belah pihak baik moril maupun materil. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya dalam
penyelesaian laporan Magang beserta kedua orang tua yang selalu
mendukung untuk keberhasilan anaknya.
2. Ibu Ir. Enny Rahayu, M.P selaku Dekan Fakultas Pertanian INSTIPER
Yogyakarta.
3. Segenap jajaran manajemen dan staff PT. SUBUR ARUM MAKMUR II
4. Ibu Ir. Neny Andayani, MP selaku pembimbing laporan Magang.
5. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang secara
langsung maupun tidak langsung membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.
Penulis menyadari bahwa keseluruhan laporan ini masih jauh dari
sempurna, baik isi maupun penyusunannya, oleh sebab itu penulis sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun. Semoga laporan ini
berguna untuk pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Yogyakarta, 20 November 2015

Penulis

3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.
HALAMANPENGESAHAN. ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN. vii
ISI :
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MAGANG... 1
B. DESKRIPSI PERUSAHAAN ........... 3
C. TUJUAN MAGANG ............ 4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. LAND CLEARING 5
B. PEMBIBITAN......................................... 7
C. PERAWATAN TBM DAN TM 10
D. PANEN............. 19
III. TATA LAKSANA MAGANG
A. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN... 23
B. ALAT DAN BAHAN KEGIATAN 24
C. PROSEDURE PELAKSANAAN...... 24
1. Pemupukan ............ 24
2. Pengendalian Hama dan Gulma ... 25
3. Panen .. 25
IV. PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG DAN PEMBAHASANNYA
A. PEMPUPUKAN............. 26
B. PENGENDALIAN GULMA DAN HAMA 27
C. PANEN............................................................................. 34
V. KESIMPULAN
A. Perawatan TM............. 41

4
B. Panen 41
DAFTAR PUSTAKA.... 42

5
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Luas Areal PT SAM II Berdasarkan Tahun Tanam..... 4


Tabel 2. Dosis pemupukan untuk pembibitan awal (Pre Nursery).......... 10
Tabel 3. Kekurangan dan Defisiensi Hara.............................................. 13
Tabel 4. Agenda kegiatan....................................................................... 23
Tabel 5. Type Nozle Polijet.................................................................... 29
Tabel 6. Volume Semprot....................................................................... 39
Tabel 7. Contoh Perhitungan Taksasi..................................................... 36

6
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Kebun PT. Subur Arum Makmur II (PT. SAM II)....... 3
Gambar 2. Pengendalian Rayap......................................................... .... 33
Gambar 3. Menghitung tandan matang................................................... 35
Gambar 4. Panen..................................................................................... 37
Gambar 5. Mengangkut buah ke truk......................................................... 40

7
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yang sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian di bidang pertanian. Indonesia merupakan
negara penghasil berbagai komoditi yang bersifat komersial.
Pembangunan ekonomi jangka panjang secara terpadu akan
mengembangkan sumber daya yang dapat diperbarui (renewable resources)
melalui sektor pertanian, sektor agroindustri, sektor perdagangan dan sektor
jasa pendukung dalam kerangka pembangunan modal insane (human capital)
Indonesia yang seluas luasnya.
Bidang perkebunan merupakan salah satu sumber devisa Indonesia.
Kelapa sawit adalah salah satu komoditas yang paling berpeluang.
Meningkatnya permintaan akan kelapa sawit menjadikan Indonesia
berpeluang sebagai negara produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Peningkatan produktivitas perlu dipertahankan untuk itu dibutuhkan SDM
yang professional (Risza,1995).
Program magang Institut Pertanian Stiper (INSTIPER) Yogyakarta
diadakan untuk mendidik mahasiswa yang berkompeten dan berkarakter
dibidangnya serta menciptakan SDM yang unggul dibidang perkebunan
terutama Kelapa Sawit. Bukan hanya berkutat pada teori namun juga realitas
keadaan perkebunan dan pekerjaan didalamnya. Pengembangan perkebunan
mulai diarahkan pada keterpaduan sektor hulu dan hilir (on-farm dan off-
farm) dengan pendekatan industri yang berbasis komoditas. Kelapa Sawit
merupakan komoditas andalan perkebunan Indonesia dan berdasarkan potensi
sumber daya alam yang dimiliki, maka wajar pemerintah mempunyai target
areal dan produksi Kelapa Sawit (CPO dan PKO) Indonesia melampaui
Negara-negara lain.
Sebagai perguruan tinggi yang kelahirannya merupakan tanggapan akan
kebutuhan tenaga kerja (sumber daya manusia) di bidang perkebunan,
penyelenggaraan pendidikan tinggi di INSTIPER Yogyakarta didasarkan

8
pada pola ilmiah pokok perkebunan. Perkebunan dalam konsep pendidikan
ini dimaknai sebagai suatu sistem pemanfaatan energi sinar matahari dan
sumber daya tanaman dan tanah untuk menghasilkan biomassa yang
dimanfaatkan untuk menunjang sistem industri secara berkelanjutan. Pilihan
dan konsistensi pada perkebunan ini didasarkan pada dinamika yang terjadi
dalam sistem industri perkebunan (antara lain ditunjukkan oleh
konstribusinya dalam perolehan devisa negara non migas). Multi
dimensionalitas peran dan fungsi (ekonomi, sosial, ekologi dan
pengembangan wilayah) nya. Dalam pembangunan bangsa menghadapkan
perkebunan pada kompleksitas dan silang kepentingan, baik dalam perspektif
lokal, regional, bahkan global, seperti tersurat dalam sistem perdagangan
bebas komoditi perkebunan.
Keberhasilan pengembangan atau pembangunan perkebunan dicirikan
antara lain oleh keseimbangan antara peran dan fungsi perkebunan tersebut
dan hal ini mempersyaratkan adanya sumber daya manusia yang handal.
Lembaga Pendidikan (terutama perguruan tinggi) menjadi bagian penting
dalam menghasilkan SDM yang berkompeten untuk pengembangan
perkebunan. Sehingga SDM yang tersedia perlu waktu penyesuaian untuk
siap bekerja di perkebunan. Pola ilmiah pokok perkebunan yang diterapkan
pada penyelenggaraan pendidikan di INSTIPER Yogyakarta ditunjukkan
antara lain untuk menyiapkan sumber daya manusia yang mempunyai
karakter (sikap mental), kemampuan akademik dan skill yang memadai untuk
berkarya di perkebunan.

9
B. Deskripsi Perusahaan
PT. Subur Arum Makmur II (PT. SAM II) merupakan perusahaan swasta
yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dibawah naungan First
Resources Group. PT. Subur Arum Makmur II (PT. SAM II) terletak di
kelurahan Kota Lama, Desa Muara Dilam, Kecamatan Kunto Darussalam,
Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Wilayah kebun PT. SAM II dibagi
menjadi 16 (enam belas) afdeling Inti, 1 (satu) KKPA. Topografi kebun
termasuk dalam kategori areal datar, sebagian tanah mineral (Rayon A & B)
dan gambut (Rayon C, D dan E).

Gambar 1. Peta Kebun PT. Subur Arum Makmur II (PT. SAM II)

10
Tabel 1. Rincian Luas Areal PT SAM II Berdasarkan Tahun Tanam
TANAMAN Luas (Ha) NON TANAMAN Luas (Ha)
2005 1.305,25 Bangunan/Emplasment 36,61
2006 3.986,33 PKS 19,82
2007 2.983,98 Jalan, Parit, Sungai 747,92
2008 2.298,43 Total Non Tanaman 804,35
2009 984,47 Total Diusahakan 12.478,37
2010 115,56
Total Tanaman 11.674,02

Adapun batas administrasi PT. Subur Arum Makmur II adalah sebagai berikut:
Sebelah utara berbatasan dengan PT. Hutahaean
Sebelah selatan berbatasan dengan PT. SAM I
Sebelah timur berbatasan dengan PT. BSP
Sebelah barat berbatasan dengan PT. ASTRA

B. Tujuan Magang
1. Menghasilkan sarjana sebagai penerus pembangunan yang memahami dan
menghayati masalah komplek yang dihadapi oleh masyarakat, sehingga
mampu menanggulangi masalah masalah tersebut secara pragmatis dan
interdisipliner.
2. Mendekatkan Lembaga Pendidikan Tinggi terhadap tuntutan pembangunan.
3. Memberikan wawasan dan nuansa pada bidang profesi yang diminati oleh
mahasiswa.
4. Menghasilkan sarjana yang memiliki pengalaman kerja di Industri
perkebunan sehingga siap berkompetisi pada instansi sejenis atau mampu
mandiri sebagai wirausaha.
5. Menjalin hubungan kerjasama yang erat dan harmonis INSTIPER dengan
Industri perkebunan.

11
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kelapa sawit merupakan salah satu produk perkebunan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi. Manfaat dari kandungan minyak Kelapa Sawit sendiri sangat
bervariasi. Cukup banyak industri lain yang dapat menggunakan sebagai bahan
baku produknya, seperti minyak goreng, makanan, kosmetik dan lain-lain.
Dewasa ini industri Kelapa Sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia
saat ini sedang mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi yang
cadangannya semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut adalah
energi biodiesel dimana bahan baku utamanya adalah minyak mentah Kelapa
Sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO). Biodiesel ini
merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan, selain itu sumber energinya
dapat terus dikembangkan. Sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika
cadangannya sudah habis tidak dapat dikembangkan kembali.
Pertumbuhan permintaan CPO tidak hanya disebabkan dengan adanya
pengembangan energi alternatif tersebut, tetapi juga disebabkan kenaikan
permintaan yang disebabkan oleh pertumbuhan industri hilirnya. Sehingga seluruh
kegiatan di dalam perkebunan harus diperhatikan secara detail, baik mulai dari
persiapan dan pembukaan lahan hingga pelaksanaan panen (Lubis & Widanarko,
2011)

A. Pembukaan Lahan (Land Clearing)


Merupakan kegiatan pembukaan dan pengolahan lahan hingga siap
ditanami tanaman kelapa sawit. Berdasarkan jenis pekerjaan pembukaan
lahan (LC) dilakukan menurut tahapan sebagai berikut:
1. Imas
2. Tumbang
3. Perun
4. Pembuatan jalan / jembatan

12
1. Imas
Imas merupakan kegiatan pemotongan kayu kayu kecil yang memiliki
diameter kurang dari 15 cm dan memiliki tujuan untuk memberikan jalan
kepada pekerja yang akan melakukan pekerjaan tumbang. Selain itu yang
harus diperhatikan pula adalah bekas tebangan harus mepet dengan
permukaan tanah (maksimum 20 cm) dan dilakukan hingga bersih.
Dilaksanakan sebelum pekerjaan tumbang.

2. Tumbang
Tumbang merupakan kegiatan penebangan kayu yang berukuran besar
atau yang memiliki diameter lebih dari 15 cm. penumbangan harus
dilakukan terhadap semua kayu tanpa terkecuali (tidak boleh ada kayu yang
berdiri tegak) dan bebas tebangan maksimum 125 cm dari permukaan tanah.
Dilakukan setelah pekerjaan imas selesai.

3. Perun
Perun merupakan kegiatan merencek atau memotong kayu kayu yang
sudah ditumbang dan mengumpulkannya. Kayu kayu tersebut dipotong
dengan panjang 2 3 m dan potongan potongan dikumpulkan atau
ditumpuk.

4. Pembuatan jalan atau jembatan


Jalan atau jembatan merupakan prasarana untuk memudahkan
penanaman, terutama dalam pengangkutan bibit, alat alat dan tenaga kerja
serta pengawasan seluruh pekerjaan di lapangan. Jalan utama didalam kebun
dibagi menjadi 4, yaitu jalan akses (Access Road) merupakan jalan yang
menghubungkan jalan negara ke kebun atau pabrik kelapa sawit (PKS)
dengan lebar jalan sekitar 20 m, jalan transport (Main Road) merupakan
jalan yang dibangun dengan arah Utara Selatan yang memiliki lebar jalan
sekitar 9 m, jalan pengumpul (Collection Road) merupakan jalan yang
dibangun dengan arah Timur Barat yang memiliki lebar sekitar 7 m dan

13
jalan kontur merupakan jalan yang dibangun pada areal berbukit dan dibuat
memotong kontur dengan lebar sekitar 5 7 m. Adapun persentase panjang
jalan yaitu Panjang jalan utama adalah 5 % dari total panjang jalan, panjang
jalan transport adalah 25 % dari total panjang jalan dan Panjang jalan
pengumpul adalah 70 % dari total panjang jalan (Lubis & Widanarko, 2011)

5. Pembuatan tapak kuda atau teras


Tapak kuda atau teras merupakan tempat dudukan tanaman kelapa
sawit yang dibuat pada areal berbukit dan memiliki tujuan agar tanaman
memiliki ruang tempat tumbuh yang baik. Standar pembuatan tapak
kuda/teras adalah dibual bila areal berbukit (kemiringan >5), ukuran tapak
kuda 4x3,5 m dan lantai tapak kuda harus rata dan sedikit miring ke dalam. (
Pahan, 2006).

B. Pembibitan
Pembibitan merupakan kegiatan pengecambahan benih Kelapa Sawit
hingga menjadi bibit yang siap tanam di lapangan. Adapun sistem yang
digunakan adalah single stage (satu tahap) dan double stage (dua tahap).
Pembibitan satu tahap (single stage) memiliki ciri-ciri yaitu tidak
memerlukan kantong plastik kecil, tidak memerlukan bedengan dan atap
pelindung, tidak memerlukan biaya pemindahan ke plastik besar, perlu
persiapan untuk pengisian kantong plastik yang memerlukan tanah atas yang
baik dalam waktu singkat, sortasi bibit harus dilakukan secara bertahap dan
secara keseluruhan sistem ini lebih mahal.
Pembibitan dua tahap (double stage) memiliki ciri - ciri yaitu karena
ditanam dalam kantong yang kecil, bibit tahap awal berkumpul dalam suatu
luas yang lebih kecil, sehingga memudahkan pengawasan, pemupukan, dan
pengendalian hama penyakit. Penggunaan kantong plastik besar lebih
sedikit karena seleksi awal (sekitar 10 %) telah dilakukan, dan lama
pembibitan dalam kantong plastik besar lebih singkat, kebutuhan tanah lebih

14
sedikit, biaya penyiraman lebih murah namun memerlukan biaya tambahan
untuk pemindahan bibit dari kantong plastik kecil yang besar.
Pembibitan dua tahap dipandang lebih tepat yaitu dengan pembibitan
awal (pre nursery) dan pembibitan utama (main nursery). Pembibitan pre
nursery memiliki ciri yaitu memiliki bedengan yang berukuran 1,20m x
10m x 2.5 cm (tergantung lokasi), ukuran polybag dalam pre nursery adalah
lebar 15 cm tinggi 22 cm dan tebal 0,07 mm. Usia umur bibit pada pre
nursery yaitu 3 4 bulan. Pada pre nursey pemupukan dilakukan melalui
daun. Kriteria bibit yang mengalami penyeleksian pada pre nursery adalah
bibit yang akarnya melingkar akibat ditanam terbalik, bibit yang daunnya
menggulung, bibit yang daunnya sempit atau seperti jarum, bibit yang
berdaun keriput atau keriting, bibit yang berdaun menciut, bibit yang kurus
dan kerdil dan bibit yang daunnya menguning.
Pembibitan utama (main nursery) harus memiliki lokasi atau tempat
yang relatif rata, dekat dengan sumber air, tidak tergenang air dan mudah
diawasi serta dekat dengan pre nursery, lokasi main nursery harus memiliki
drainase yang teratur, jalan yang diatur sebaik-baiknya untuk kemudahan
pengeluaran atau pengiriman bibit. Sekeliling main nursery sebaiknya
dipagar untuk mencegah gangguan ternak dan sebagainya. Ukuran polybag
pada main nursery adalah 40 x 50 cm dan tebal 0,12 mm. Pembibitan pada
main nursey dimulai pada umur 4 24 bulan. Penyeleksian bibit abnormal
pada main nursery adalah anak daun sempit dan menggulung, tumbuh tegak
dan kaku, pertumbuhan tajuk rata, bibit loyo dan bibit juvenile (daun tetap
mengumpul atau tidak pecah).
Kebutuhan kecambah per ha ditentukan oleh jarak tanam yang dipilih,
atau populasi pohon per ha. Jumlah kecambah yang dibutuhkan lebih besar
dari jumlah populasi, mengingat pada saat seleksi sebagian harus dibuang
karena tidak memenuhi syarat. Jumlah kecambah yang dibutuhkan dalam
pembibitan adalah 140 % dari populasi pohon per ha, dengan perincian
yaitu :
Seleksi kecambah = 2,5 %

15
Seleksi di pre nursery = 10 %
Seleksi di main nursery = 15 %
Cadangan penyisipan =5%
Perawatan dalam pembibitan adalah tahap pertama yaitu penyiraman
dilakukan setiap pagi dan sore hari selama 30 menit atau setara dengan 6
mm curah hujan untuk setiap penyiraman. Bila malam hari pukul 19:00
05:00 WIB ada curah hujan lebih besar dari 10 mm, tidak perlu dilakukan
penyiraman pada keesokan pagi hari dan penyiraman pada sore hari
bergantung pada kelembapan tanah di polybag dan bila pagi hari turun hujan
lebih besar dari 10 mm, maka tidak perlu dilakukan penyiraman pagi dan
sore hari.
Tahap kedua adalah pemupukan, pada pembibitan dilakukan secara
teratur sesuai dengan jadwal yang telah ada, standar pemupukan dalam
pembibitan adalah pupuk harus tersebar merata, tidak boleh menggumpal
dan tidak boleh mengenai pohon atau daun, pemupukan pada pembibitan
bisa dilakukan dengan pupuk cair dengan cara menyemprot, pemupukan
pada pembibitan umumnya menggunakan pupuk majemuk (compound
fertilizer).
Tahap ketiga adalah weeding yaitu membuang semua gulma baik yang
ada pada polybag maupun diluar polybag, weeding gulma dalam polybag
harus dilakukan dengan cara manual yaitu dicabut dengan tangan, weeding
dilakukan secara rutin dengan rotasi 30 hari, weeding gulma digawangan
(diluar polybag) dilakukan secara manual atau khemis dengan rotasi 60 hari.
Dan perawatan terakhir dalam pembibitan adalam penyeleksian pada pre
nursery dan main nursery.
Pada pembibitan harus dilakukan pengendalian hama dan penyakit,
pengendalian hama dan penyakit dilakukan rutin satu bulan sekali secara
khemis. Jenis hama yang sering menyerang bibitan adalah belalang, tungau,
apogonia dan lain - lain. Penyakit yang sering dijumpai pada pembibitan
adalah pertumbuhan bibit abnormal karena kelainan bawaan atau kelainan
gen. Penanggulangan bibit yang terserang penyakit adalah dengan cara

16
mencabut bibit yang sakit atau mengisolasinya ke tempat yang lain agar
tidak menginfeksi bibit yang lain dan kemudian dilakukan penanggulangan
secara khemis yaitu dengan fungisida apabila bibit terinfeksi jamur, namun
apabila serangan jamur telah maksimal maka bibit harus dibuang atau
dimusnahkan.
Tabel 2. Dosis pemupukan untuk pembibitan awal (Pre Nursery)
Nursery PUPUK
(Umur Minggu) UREA NPK 15:15:6:4
4 25g/10L/200BIBIT
5 25g/10L/200BIBIT
6 25g/10L/200BIBIT
7 25g/10L/200BIBIT
8 25g/10L/200BIBIT
9 25g/10L/200BIBIT
10 25g/10L/200BIBIT
11 25g/10L/200BIBIT

C. Perawatan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman


Menghasilkan (TM)
1. Perawatan Tanaman belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman belum menghasilkan adalah tahapan sejak tanaman
Kelapa Sawit selesai ditanam sampai tanaman memasuki masa panen
pertama. Pada umumnya tanaman belum menghasilkan berumur
maksimal 3 tahun. Rawat tanaman belum menghasilkan (TBM) adalah
setiap pekerjan yang ditujukan untuk mendorong pertumbuhan tanaman
sehingga mempercepat masa TM. Periode pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan adalah periode TBM I yang berarti tanaman yang
dipelihara pada tahun I atau tahun penanaman, kemudian periode TBM II
yaitu tanaman yang dipelihara pada tahun II setelah tahun penanaman
(12 bulan) dan yang terakhir adalah periode TBM III yaitu tanaman yang
dipelihara pada tahun III setelah tahun penanaman. Pada periode tahun
III umur 30 bulan sudah mulai buah pasir (scout harvesting).

17
Standard pemeliharaan di TBM adalah standard M I dan M III.
Standard pemeliharaan M I adalah penutup tanah terdiri dari leguminose
menjalar dan bebas dari rumputan sedangkan standard pemeliharaan M II
adalah penutup tanah terdiri dari leguminose menjalar ditambah gulma
yang mengntungkan. Berdasarkan jenis pekerjaan, rawat TBM dibagi
dalam beberapa kelompok kegiatan yaitu :
a. Rawat Piringan
Piringan pokok digaruk bersih dengan pusingan 1 x sebulan yaitu
pada TBM I pada radius 1 meter, pada TBM II radius 1,5 meter dan pada
TBM III radius 2 meter. Rawat piringan bertujuan agar areal di sekeliling
pohon dibersihkan guna memberikan ruang untuk pertumbuhan tanaman
maupun sebagai tempat menaburkan pupuk.
b. Rawat Jalan tikus
Jalan tikus adalah jalan yang dibuat diantara dua barisan tanaman
yang berfungsi sebagai jalan para pekerja rawat maupun jalan untuk
memudahkan pengawasan pekerjaan secara keseluruhan. Pada masa
TBM III menjelang scoth harvesting (panen buah pasir) sudah harus
dibuat jalan tikus atau pasar pikul untuk mengeluarkan buah, lebar 1-1,5
meter dengan rotasi 1 x sebulan.
c. Rawat Gawangan (DAK)
Rawat gawangan adalah membersihkan gulma dari kelompok anak
kayu yang ada di gawangan pohon termasuk path, piringan dan sekitar
parit atau sungai. Pada umumnya rawat gawangan dilakukan dengan cara
dongkel anak kayu (DAK) dan gulma yang sering didongkel adalah
Putihan (Chromolaena odorata), Merahan (Melastoma malabathricum)
dan krisan (Schleria sumatrensis).
d. Pemberantasan lalang
Lalang adalah jenis gulma yang berbahaya sehingga harus
diberantas sampai tuntas. Jalan yang harus diberantas adalah yang
termasuk kategori sheet sheet, spordis maupun kategori wiping.
Pengendalian lalang kategori wiping dilakukan rutin dan secara khemis

18
dengan rotasi 60 hari. Bila memberantas lalang kategori sheet dan
sporadis dengan penyemprotan harus menggunakan air bersih (bukan air
yang berlumpur dan keruh) dan dilakukan pada pagi atau siang hari saat
cuaca cerah.
e. Sensus Pohon
Pengertian sensus pohon adalah menghitung jumlah pohon Kelapa
Sawit tiap blok pada areal afdeling. Dengan sensus pohon akan diketahui
apakah jumlah pohon tiap blok telah sesuai atau belum terhadap standar.
Pada perkebunan Kelapa Sawit dilakukan beberapa sensus pada tanaman
yaitu sensus un produktif dan sensus panjang pelepah. Sensus un-
produktif dilakukan agar mengetahui persentase atau banyaknya pohon
yang sudah dapat dipanen, sensus un produktif dilakukan dengan cara
mengamati setiap pohon yang telah memiliki jumlah bunga jantan dan
betina sebanyak 4 bunga per tandan. Sedangkan sensus panjang pelepah
dilakukan agar mengetahui pertambahan pertumbuhan tanaman.
f. Kastrasi dan Sanitasi
Kastrasi adalah suatu kegiatan memotong dan menbuang bunga
betina dan bunga jantan, dilakukan pada umur 14 - 24 bulan dengan
selang interval setiap 2 bulan. Tujuan kastrasi adalah agar
memaksimalkan pertumbuhan tanaman terlebih dahulu baru kemudian ke
pertumbuhan buah. Sedangkan sanitasi adalah pembersihan pada pokok
dan piringan agar memudahkan dalam perawatan tanaman dan persiapan
panen, kegiatan sanitasi adalah membuang buah partenocarphy,
membuang buah busuk atau thirataba dan pemotongan pelepah kering.
g. Pemupukan
Pemupukan merupakan faktor yang sangat dibutuhkan dalam
perawatan tanaman kelapa sawit agar tanaman dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik, karena faktor ini setiap perusahaan perkebunan
kelapa sawit harus menyediakan budget atau anggaran dana yang lebih
sekitar > 60 %. Pupuk yang sering digunakan pada tanaman yang belum
menghasilkan adalah Urea, Kieserit, TSP, MOP dan HGFB. Di bawah

19
ini akan dijelaskan tentang unsur yang dikandung suatu pupuk dan gejala
kekurangnya atau defisiensi hara bagi tanaman yaitu :

Tabel 3. Kekurangan dan Defisiensi Hara

Unsur yang
No Jenis Gejala Kekurangan
Dikandung
(1) (2) (4)
(3)
1 UREA Nitrogen 46 % - Daun menjadi kuning dan layu mulai
daun
muda sampai daun tua.
- Gejala pertama nampak pada cabang
atau
pelepah yang paling bawah.
- Pada tanaman muda akan terjadi
keterlambatan pertumbuhan (kerdil).
2 ZA Nitrogen 21 % - Daun menjadi kuning dan layu mulai
Belerang 27 % daun
muda sampai daun tua.
- Gejala pertama nampak pada cabang
atau
pelepah yang paling bawah.
- Pada tanaman muda akan terjadi
keterlambatan pertumbuhan (kerdil).
3 Rock Phospor 38 % - Gejala tidak jelas hanya tanaman
Phosphate menjadi
( RP ) kerdil.
- Kalau sudah akut, warna daun keungu
unguan dan kerdil.

4 TSP Phospor 48 % - Gejala tidak jelas hanya tanaman


menjadi
kerdil.
- Kalau sudah akut, warna daun keungu
unguan dan kerdil.
5 Moriate Kalium 62 % - Pelepah daun bagian bawah (tua)
Of Potash Clorin 47 % berwarna kuning tua kecokelatan dan
(MOP) berbintik orange (orange spot).
6 - Hampir sama dengan kalium tetapi
Kieserite Magnesium 27% daun yang berwarna kuning lebih cerah
Belerang 23% mulai dari pelepah yang terbawah.
Bagian tulang daun berwarna hijau dan
daun yang terlindung tetap berwarna
hijau akhirnya daun menjadi kering .

20
Unsur yang
No Jenis Gejala Kekurangan
Dikandung
(1) (2) (4)
(3)
7 Pupuk NPK ( 12 : 12 : 17 : - Daun menjadi kuning dan layu mulai
Majemuk 2) daun
NPK NPK ( 15 : 15 : 6 : muda sampai daun tua.
4) - Gejala pertama nampak pada cabang
atau
pelepah yang paling bawah.
- Pada tanaman muda akan terjadi
keterlambatan pertumbuhan (kerdil).
- Gejala tidak jelas hanya tanaman
menjadi
kerdil.
- Kalau sudah akut, warna daun keungu
unguan dan kerdil.
- Pelepah daun bagian bawah (tua)
berwarna kuning tua kecokelatan dan
berbintik orange (orange spot).
- Bagian pinggir ujung daun berkerut
berwarna abu-abu keperakan (nekrosis).
8 Dolomite Magnesium 22 % - Hampir sama dengan kalium tetapi
CaO 40 % daun berwarna kuning lebih cerah
mulai dari pelepah yang terbawah.
Bagian tulang daun berwarna hijau dan
daun yang terlindung tetap berwarna
hijau.
9 HGF Boron 45% - Tanaman menjadi kerdil atau kecil yang
Borat disebut little leaf diease dengan pinggir
daun berkerut dan terlipat.
- Pelepah daun menjadi pendek.

h. Konsolidasi
Konsolidasi adalah kegiatan memperbaiki penyimpangan yang
dialami pohon baik sebagai akibat kesalahan dalam penanaman maupun
akibat gangguan alam. Yang diperbaiki dalam pekerjaan konsolidasi adalah
kondisi tanaman yang condong, penimbunan kurang, timbunan cekung,
timbunan berlebihan dan sejenisnya. Setiap tanaman atau tegakan yang
telah ditanami di lapangan tidak boleh condong atau miring , timbunan
kurang (cekung) dan longsor (pada areal kontur). (Pahan,2006).

21
i. Hama dan Penyakit
Hama utama tanaman kelapa sawit belum menghasilkan adalah
rayap, ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS), Oryctes rhinoceros
yaitu hama penggerek pucuk (titik tumbuh) kelapa sawit dan penyakit
yang sering dijumpai adalah penyakit Tajuk (Crown Deseases).
Pengendalianya dilakukan secara manual, kimia dan hayati.
Rayap sering menyerang tanaman muda TBM umur 0-2 tahun dan
dapat menyebabkan kematian. Areal yang rawan terhadap serangan
rayap adalah areal bukaan baru terutama areal lahan gambut. Rayap
sangat menyukai umbut (titik tumbuh) tanaman kelapa sawit yang masih
muda sehingga dapat menyebabkan kematian.
Ada dua jenis Ulat pemakan daun kelapa sawit, yaitu ulat kantong
dan ulat api. Serangan ulat ini menyebabkan helaian daun berlubang
atau habis sama sekali sehingga hanya tinggal tulang daun. Gejala ini
dimulai dari helaian daun paling bawah. Dalam kondisi yang parah,
tanaman akan kehilangan daun sekitar 90% pada tahun pertama sehingga
dapat menurunkan produksi sekitar 69%. (Fauzi, Dkk.2012)
Kumbang tanduk sering dijumpai pada tanaman belum
menghasilkan sampai umur 2 tahun, dan sedikit sekali menyerang
tanaman tua. Tanda serangan terlihat pada bekas lubang gerekan pada
pangkal batang mengarah pada titik tumbuh tanaman selanjutnya
mengakibatkan pelepah daun muda putus dan membusuk atau kering jika
titik tumbuhnnya habis maka tanaman akan mati.
Penyakit tajuk adalah penyakit yang menyerang tanaman belum
menghasilkan 0-3 tahun dan sangat sedikit menyerang tanaman
menghasilkan. Serangan penyakit ini dapat ditandai dengan munculnya
pelepah yang tidak membuka sempurna dan cabangnya membengkok
membentuk mahkota yang tidak teratur dan pada daun tombak yang
belum membuka terlihat pembusukan berwarna coklat. (Risza, 1995).

22
2. Perawatan Tanaman Menghasilkan (TM)
Tanaman menghasilkan atau TM adalah tanaman yang sudah di
panen (diambil hasilnya secara rutin). Umumnya, Tanaman ini berumur
diatas 3 sampai 25 tahun atau sampai diremajakan kembali (replanting).
Kegiatan Pemeliharaan tanaman menghasilkan antara lain :
a. Rawat Jalan Panen
Jalan panen adalah jalan ditengah-tengah barisan tanaman
yang diperuntukan bagi orang panen agar mudah mencari tandan
buah yang masak dan mengangkut hasilnya. Rawat jalan panen
dialakukan dengan cara menyemprot pasar pikul apabila pasar pikul
ditutupi dengan gulma-gulma. Pembuatan tapak timbun juga
merupakan kegiatan dalam rawat jalan panen karena tapak timbun
dapat membantu atau mempermudah pemanen dalam transportai
panen pada daerah rawa atau rendahan.
b. Rawat pringan
Piringan adalah daerah sekeliling pohon yang dibersihkan
untuk mempermudah pengumpulan brondolan sewaktu panen
maupun untuk tempat penaburan pupuk. Piringan berbentuk
lingkaran dan memiliki jari-jari minimal 15 cm dari ujung daun
terluar. Rawat piringan dilakukan dengan dua cara yaitu cara manual
dan khemis. Cara manual adalah dengan menggaruk piringan,
piringan pokok digaruk bersih dengan pusingan 1 bulan sekali
dengan radius 2 meter, rawat piringan secara manual juga
melakukan aktivitas menarik kacangan atau LCC apabila telah
merambat ke daun kelapa sawit. Sedangkan rawat piringan dengan
cara khemis yaitu melakukan penyemprotan dengan herbisida, rawat
piringan secara khemis dilakukan dengan rotasi 90 hari (4 kali
setahun). Jika keadaan tenaga kerja sulit diperoleh maka rawat
piringan dilakukan dengan sistem khemis.

23
c. Pengendalian Lalang
Pengendalian Lalang adalah kegiatan mengendalikan setiap
lalang (Imperata cylindrica) yang tumbuh diareal tanaman dan
sekitarnya, misalnya jalan, parit dan gawangan. Pengendalian lalang
bertujuan agar mempermudah pemanen atau tenaga kerja perawatan
dalam melakukan aktivitas kerja. Pengendalian lalang dilakukan
dengan cara khemis. Apabila lalang dalam jumlah banyak maka
dilakukan semprot lalang total, sedangkan apabila lalang dalam
jumlah banyak namun hanya pada tempat-tempat tertentu maka
dilakukan spot spraying dan jika ditemukan lalang dalam jumlah
sedikit dan pertumbuhannya jarang atau sedikit maka dilakukan
wiping lalang yaitu kegitan memberantas lalang dengan cara
mengelus lalang satu per satu dengan menggunakan cairan herbisida
seperti ROLlL Up yang mengandung bahan aktif paraquat diklorida.
d. Rawat Gawangan
Rawat gawangan adalah pembersihan gulma kelompok anak
kayu di gawangan yang dianggap merugikan tanaman maupun
mengganggu pekerjaan. Gulma yang dibersihkan pada gawangan
yang termasuk kelompok anak kayu adalah Melastoma
malabathricum, Chromolaena odorata, Clidemia hirta dan Schleria
sumatrensis.
Pengendalian gulma tersebut tidak menggunakan sistem
khemis karena gulma gulma tersebut tidak begitu sensitif dengan
herbisida. Oleh karena itu penanggulangan gulma ini dengan cara
mendongkel gulma (DAK), Gulma harus didongkel sampai akar
terangkat ke atas, akar gulma yang telah di dongkel tidak boleh
langsung menyentuh tanah karena akan mengakibatkan gulma dapat
tumbuh kembali. Bila pada waktu mengerjakan rawat gawangan
ditemukan lalang, maka lalang tersebut tidak boleh dibabat atau
didongkel tetapi harus dibiarkan agar bisa dikerjakan khusus pekerja
pemberantas lalang. Gulma kelompok kayu-kayuan biasanya

24
tumbuh lebih cepat pada daerah rendahan atau sekitar daerah yang
kosong.
e. Pemupukan
Jenis dan cara pada tanaman menghasilkan sama saja dengan
TBM. Hanya saja sebaran, dosis, waktu, aplikasi dan rotasinya
berbeda. Adapun pupuk yang digunakan bisa menggunakan pupuk
tunggal dan pupuk majemuk.
Adapun pupuk yang sering digunakan adalah NPK, UREA,
MOP, KIESRIET, TSP, ZINCOP dll. Adapun kandungan unsur hara
disebutkan pada tabel 2.
f. Pruning ( Penunasan)
Pruning adalah pekerjaan memotong pelepah dengan tujun
menjaga standar jumlah pelepah tiap pohon Kelapa Sawit. Jika
tanaman terlambat di pruning maka pelepah akan tumbuh lebat dan
akan menyulitkan pekerjaan panen sehingga buah akan banyak yang
tidak terpanen. Pada saat penunasan harus diusahakan sampai batas
songgo 2 (dua pelepah dibawah tandan paling bawah harus
ditinggalkan) sehingga setelah ditunas jumlah pelepah daun masih
tersisa 48 54 pelepah.
Apabila terlalu cepat ditunas melewati batas songgo dua,
pohon akan kekurangan daun sehingga berat tandan buah turun.
Bekas potongan tunas harus mepet atau dekat dengan pokok. Setelah
dilakukan penunasan, pelepah disusun digawangan mati dan tidak
boleh dibuang ke piringan, parit atau pasar pikul.
g. Tempat Pengumpulan Hasil (TPH)
Tempat Pengumpulan hasil adalah suatu tempat yang dibuat
khusus untuk mengumpulkan hasil panen (TBS dan brondolan) dari
dalam blok sehingga hasil panen terkumpul, hasil per pemanen bisa
diketahui dan mempercepat pengangkutan. Tempat pengumpulan
hasil harus bersih dari gulma, tidak tergenang dengan air dan tempat
pengumpulan hasil harus rata atau datar. Umumnya tempat

25
pengumpulan hasil berbentuk persegi panjang dan terletak dipinggir
jalan pada pasar pikul atau setiap dua gawangan ada satu pasar
pikul.

C. Panen
Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah
matang kemudian mengutip tandan buah dan brondolan yang tercecer di
dalam dan diluar piringan. Selanjutnya menyusun tandan buah ditempat
pengumpulan hasil (TPH). Pengalihan dari TBM ke TM biasanya pada umur
3 tahun dan 60 % dari jumlah tandan sudah dapat dipanen serta berat rata-rata
tandan sudah diatas 3 kg. Buah Kelapa Sawit tersebut matang panen apabila
brondolannya telah lepas dan jatuh secara alami dari tandannya, Pelaksanaan
panen buah Kelapa Sawit dan pengangkutannya ke pabrik Kelapa Sawit
menyangkut sejumlah aspek yang berpengaruh nyata baik terhadap kuantitas
maupun kualitas minyak yang akan diperoleh. Setiap aspek bersifat
kompleks, aspek aspek tersebut antara lain :
a. Kriteria matang panen
Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak
dalam dalam daging buah maksimal dan kandungan asam lemak bebas
rendah. Berdasarkan penyelidikan, kriteria matang panen yang paling
baik adalah 2 brondolan/Kg berat tandan. Tandan yang mentah akan
mencapai tahap yang matang dalam waktu 3 7 hari dan tandan matang
menjadi lewat matang juga dalam waktu 3 7 hari. Kandungan minyak
sawit meningkat dari tahap mentah ke matang, kemudian menurun lagi
pada tahap lewat matang. Sedangkan kandungan ALB meningkat terus
dari matang ke lewat matang. Dengan demikian panen tandan pada tahap
lewat matang menimbulkan kerugian, baik dalam produktivitas maupun
kualitas minyak.
Tanaman disebut matang panen tandan bila tandan telah
memberondol, yaitu terlepasnya buah dari tandan secara alami atau
dengan istilah menghasilkan berondolan.Matang panen tandan ditandai

26
dengan jatuhnya dua berondolan untuk setiap kg berat TBS di
pinggiran/piringan pokok.Pada TM tahun ke-1 harus terdapat paling
sedikit 5 berondolan di pinggiran pokok. Kriteria berondolan per kg
adalah:
- Berat tandan 6 8 kg : Berondolan 8 buah
- Berat tandan 9 15 kg : Berondolan 15 buah
- Berat tandan >15 kg : Berondolan 20 buah.
Agar lebih mudah, dapat juga dipakai kriteria bahwa untuk
tanaman yang berumur di bawah 10 tahun, jumlah berondolan sekurang-
kurangnya 10 buah, sedangkan yang di atas 10 tahun, jumlah
berondolannya sekurang-kurangnya 20 buah.
b. Taksasi
Taksasi ialah perkiraan menghitung buah dengan kerteria buah
matang, yang dilakukan dengan cara tembak lurus atau zigzag,
pengambilan sempel dilakukan satu hari sebelum panen (H-1), dalam
pengambilan sempel satu bloknya diambil 10 %. Selain untuk
memperkirakan buah kriteria matang, taksasi juga bertujuan untuk
merencanakan atau menghitung jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk panen.
c. Persiapan Panen
Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan
sebelum TBM dimutasikan menjadi TM. Persiapan panen yang baik
akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya panen
seminimal mungkin. Hal-hal yang perlu dilakukan didalam
mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah yaitu persiapan
kondisi areal, penyediaan tenaga potong buah, pembagian seksi potong
buah dan penyediaan alat-alat kerja.
Persiapan areal panen berhubungan dengan adanya mutasi dari
tanaman belum menghasilkan (TBM) ke tanaman menghasilkan (TM).
Dalam keadaan normal, perubahan TBM ke TM terjadi pada tahun ketiga
sesudah tanaman ditanam.

27
d. Frekuensi Panen atau Rotasi Panen
Panen dilaksanakan setiap hari pada areal (ancak) yang berbeda,
agar pabrik dapat berjalan tiap hari atau mnimal lima hari kerja
seminggu. Luas areal panen harian harus disesuaikan dengan tenaga
pemanen, efisiensi pengangkutan, dan kapasitas oleh pabrik. Tiap areal
panen dapat dibagi menjadi 3 atau 4 hari panen, namun rotasi atau
pusingan panen harus tetap 7 hari.
Hari panen perlu diatur agar tersedia hari istirahat untuk pabrik.
Dalam keadaan normal, panen dilakukan 5 kali seminggu, yakni hari
senin sampai jumat, atau disebut sistem 5/7. Rotasi panen dapat diubah
menjadi 9 12 hari pada panen rendah dan panen puncak 5 7 hari.
e. Pelaksanaan Panen
Pelaksanaan panen terdiri atas langkah-langkah sebagai berikut :
1) Persiapan peralatan panen. Peralalatan harus tersedia lengkap.
Alat-alat yang berfungsi sebagai pemotong, seperti dodos, kampak
atau egrek harus selalu tajam.
2) Pemanen memeriksa areal atau path yang akan dipanen,
menentukan tandan tandan yang harus dipanen dengan
menggunakan kriteria panen brondol 5 yang jatuh di tanah untuk
setiap 1 tandan.
3) Memangkas daun yang terletak di bawah tandan yang akan
dipanen. Daun dipotong menjadi tiga bagian dan diletakkan
diantara barisan sedemikian rupa sehingga tidak akan mengganggu
kelancaran pengangkutan tandan ke TPH.
4) Pemanen tandan dengan jalan memotong tangkainya. Kemudian
tangkai tandan dipotong mepet menjadi berbentuk V.
5) Tandan-tandan hasil panen berikut buah-buah yang lepas diangkut
ke TPH dengan menggunakan keranjang atau goni plastik.
Pengumpulan buah dan tandan di TPH dilakukan di tempat yang
ternaungi, karena sinar matahari berpengaruh terhadap kandungan
ALB.

28
6) Menaikan buah dan tandan ke kendaraan pengangkut yang akan
mengangkut ke pabrik. Diupayakan agar buah Kelapa Sawit tidak
ada yang tergores atau memar.
f. Pengangkutan Tandan Buah
Pengangkutan tandan buah dapat dibagi atas dua bagian yaitu
pengangkutan dari pohon yang dipanen ke tempat pengumpulan hasil
(TPH) dan pengangkutan dari TPH ke Pabrik Kelapa Sawit.
Pengangkutan dari pohon ke TPH merupakan tugas pemanen atau tim
pemanen, sedang pengangkutan dari TPH ke Pabrik dilakukan oleh
petugas transport. Buah mencapai titik tepat matang, kandungan asam
lemak bebas (ALB) minyak kelapa sawit hanya sekitar 0,1 % tetapi
waktu sampai dilokasi pabrik kandungan ALB tersebut telah melampaui
2 %, bahkan kadang-kadang melampaui 3 %, atau setara dengan
peningkatan lebih dari 20 kali lipat.
Meningkatnya kandungan ALB ini disebabkan oleh tiga peristiwa.
Pertama, terjadi peningkatan dalam skala kecil akibat terjadi degradasi
biologis dalam buah (yaitu proses buah menjadi lewat matang, atau
mulai membusuk). Peristiwa ini timbul karena pada saat tandan
mencapai titik optimal untuk dipanen, buah-buah yang berada diujung
tandan sudah lewat matang.
Penyebab kedua merupakan penyebab yang lebih besar dari
penyebab yang pertama yaitu jatuh tandan buah ke tanah waktu dipanen.
Penyebab yang terbesar adalah timbul sebagai akibat penanganan buah
dalam rangka pengankutan ke TPH dan kemudian dari TPH ke Pabrik.
Dalam hal penggunaan jalan sebagai sarana transportasi, sarana
transportasi dapat menggunakan traktor atau truk.

29
III. PROGRAM KERJA DAN TATA LAKSANA MAGANG

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Magang dilaksanakan di First Resource Grup, PT. Subur Arum
Makmur II, Kecamatan Kunto Darusalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi
Riau. Waktu pelaksanakan mulai tanggal 13 Agustus 13 November 2015.
Kegiatan Magang dilaksanakan selama 90 hari. Adapun tata laksana
Magang, disusun dalam jadwal kegiatan dibawah ini.
Tabel 4. Agenda kegiatan

TANGGAL
NAMA KEGIATAN LOKASI KEGIATAN
KEGIATAN
13 15 Agustus
Pemberangkatan Magang
2015

16 Agustus 2015 Istirahat Perumahan Rayon D

19 Agustus - 11 Panen
AFD 9 PT. SAM II
September 2015
AFD 9 PT. SAM II
Pemupukkan
11 20 September
2015 AFD 9 PT. SAM II

21 September 15 AFD 9 PT. SAM II


Pengendalian Gulma
Oktober 2015
16 Oktober 5 AFD 9 PT. SAM II
Pengendalian Hama
November 2015
AFD 9 PT. SAM II
6 10 November
Pabrik
2015 AFD 9 PT. SAM II

PT. SAM II
Presentasi Magang
11 November 2015

12 November 2014 Presentasi Magang Training center

30
B. Alat dan Bahan Kegiatan
1. Perawatan TM
a. Pemupukan
Alat : karung goni, angkong dan mangkok
Bahan : pupuk MOP
b. Pengendalian Gulma
Alat : Sprayer
Bahan : Herbisida Glifosat
c. Pengendalian Hama
Alat : Pena, buku, sprayer
Bahan : Insektisida
2. Panen
a. Pelaksanaan panen
Alat : egrek, gancu, angkong, karung, kampak dan garuk
Bahan : TBS dan brondolan
b. Pengangkutan TBS ke pabrik
Alat : ponton, Bargas, tojok, garuk, Slip SPB dan goni/karung
Bahan : TBS dan brondolan

C. Prosedur Pelaksanaan
1. Perawatan TM
a. Pemupukkan
- Sebelum dilakukan pemupukan pupuk harus sudah diecerkan di
tempat yang sudah ditentukan
- Pemupukan dilakukan secara manual dengan tenaga manusia
- Pemupukan harus tepat dosis sesuai yang telah direkomendasikan
dan alat penabur harus dikalibrasi sebelum digunakan agar dosis
perpokoknya tepat.
- Setelah pemupukan selesai karung dibersihkan dan dikumpulkan
ke gudang.
b. Pengendalian Gulma dan Hama

31
- Menyediakan bahan dan peralatan/perlengkapan untuk
penyemprotan di gudang divisi, kemudian membawanya ke
lapangan.
- Menuangkan larutan ke dalam sprayer dengan dosis dan
menambahkan air sampai penuh.
- Memompa alat untuk memberi tekanan, kemudian mulai
menyemprot piringan, pasar pikul, dan TPH pada blok yang telah
ditentukan.
- Penyemprotan tidak dilakukan apabila cuaca tidak mendukung
(hujan maupun mendung yang diperkirakan akan hujan).
- Hasil semprotan akan terlihat setelah 2 minggu, yaitu ditandai
dengan menguningnya tumbuhan / gulma yang terkena semprotan.
- Untuk mengetahui kelayakan semprot dari alat sebaiknya dilakukan
uji verifikasi yang dilakukan minimal 1 kali seminggu dengan
diawasi oleh assisten divisi dan mandor semprot. Penyemprotan
harus selalu di bawah pengawasan mandor semprot.

2. Panen
a. Pelaksanaan Panen
- Mengetahui standar kematangan buah yaitu brondol 10 per tandan.
- mengambil buah sampai pasar tengah dan mengumpulkannya dipasar
pikul dan kemudian dikumpulkan di TPH.
- Potong tangkai buah berbentuk V dengan panjang kurang dari 2 cm
- Susun rapi pelepah dengan lebar 1,5 meter memanjang.
- TBS di TPH diberi nomor pemanen dan jumlah TBS.
- Brondolan di alasi dengan Karung
- Pemeriksaan TBS di TPH oleh krani panen.
b. Pengangkutan tandan buah ke PKS
- TBS yang telah diperiksa krani panen diangkut ke ponton.
- Potongan bonggol tidak boleh masuk ke dalam ponton.
- Brondolan terangkut dan harus bersih di TPH

32
IV. HASIL PELAKSANAAN MAGANG DAN PEMBAHASAN

A. Perawatan TM
1. Pemupukkan (TM)
Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman
yang sangat penting dan sangat menentukan produktivitas tanaman.
Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara yang dibutuhkan oleh
tanaman pada proses pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Kegiatan
pemupukan juga menjadi sangat penting karena biaya pemupukan adalah
yang paling besar bila dibadingkan biaya rawat lainnya (50 60% dari
biaya produksi).
Prinsip utama dalam aplikasi/penaburan pupuk di perkebunan
kelapa sawit adalah bahwa setiap pokok harus menerima tiap jenis pupuk
sesuai dosis yang telah direkomendasikan oleh induk perusahaan (HO) di
Jakarta, untuk mencapai produktifitas tanaman yang menjadi tujuan akhir
dari bisnis perkebunan.
Pemupukan pada periode tanaman belum menghasilkan (TBM)
bertujuan untuk membangun organ vegetatif tanaman yang kokoh untuk
menunjang sasaran produksi yang optimal pada masa TM. Pemupukan
yang tepat dan interval yang teratur akan memperpendek masa TBM.
Sedangkan pemupukan pada masa TM bertujuan untuk mencapai status
hara tanah dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produksi yang
optimal pula.
Di Afdeling 9 pupuk yang di aplikasikan adalah pupuk MOP.
Dosis pupuk MOP paling banyak dari pupuk yang lainya hal ini
dikarenakan tanah gambut sangat miskin akan unsur K2O maka dari itu
hasil rekomendasi pupuk MOP 2-4 Kg /pokok tergantung ke dalaman
gambutnya.
Pemupukkan dilahan gambut harus benar-benar memperhatikan
cuaca karena curah hujan cukup tinggi sehingga kemungkinan kehilangan
pupuk cukup besar serta harus dibawah pengawasan ekstra hal ini

33
disebabkan karena karyawan yang sembarangan menabur pupuk dan
sering membuang pupuk yang menggumpal ke kanal.
2. Pengendalian Gulma
Gulma adalah vegetasi yang tumbuh secara alami dan menjadi
pesaing bagi tanaman utama, sehingga keberadaannya tidak
dikehendaki karena merugikan pertumbuhan dan produksi kelapa sawit
serta dapat menghambat kelancaran aktivitas lainnya. Sebagai
tumbuhan , gulma selalu berada disekitar tanaman yang dibudidayakan
dan berasosiasi dengannya secara khas. Gulma mudah tumbuh pada
tempat yang miskin nutrisi sampai kaya nutrisi. Umumnya, gulma
mudah melakukan regenerasi sehingga ungggul dalam persaingan
dengan tanaman budidaya. Sifat umum tumbuhan sebagai gulma yaitu :
1) Daya saing penyerapan unsur hara tinggi.
2) Pertumbuhan cepat dan toleran terhadap lingkungan ekstrim..
3) Biji bersifat dorman dan dapat tumbuh pada kondisi terburuk.
4) Akar atau daun memiliki zat alelopati (zat penghambat
pertumbuhan).
Gulma sering dikonotasikan ke dalam kompetisi terhadap
terhadap aktivitas manusia dan pertanian. Kehadiran gulma dalam
perkebunan kelapa sawit tidak dikehendaki karena dapat
mengakibatkan hal berikut :
1) Menurunkan produksi akibat bersaing dalam pengambilan unsur
hara, air, sinar matahari, ruang hidup.
2) Menurunkan mutu produksi akibat terkontaminasi oleh bagian-
bagian gulma.
3) Mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman.
4) Menjadi inang bagi hama, di samping bersifat patogen yang
menyerang tanaman.
5) Mengganggu tata guna air.

34
Beberapa gulma yang diharapkan (A), gulma yang diperbolehkan
(B), gulma beracun (C) dan gulma inang APH (I).
a. Semprot piringan, Pasar pikul dan TPH
Pengendalian gulma dipiringan dan pasar pikul dilakukan dengan
cara chemis. Pengendalian gulma dengan chemis bertujuan hasil yang
diperoleh cepat dan biaya tenaga yang di butuhkan sedikit. Pada
penyemprotan ini menggunakan nozzle polijet hijau dengan merek
dagang luxmark. Sebelum penyemprotan, dilakukan kalibrasi yang
bertujuan untuk mengetahui nozle masih bekerja dengan baik atau
tidak juga terhadap kecepatan jalan penyemprotan terhadap kondisi
areal yang akan disemprot. Adapun beberapa type nozle polijet sebagai
berikut:

Tabel 5. Type Nozle Polijet

Type nozzle Swouth (meter) flowrate (ml/menit)

Merah 2 2400

Biru 1.5 1800

Hijau 1.0 1200

Kuning 1.0 1.2 600

Sumber : Panduan Kelapa Sawit Iyung Pahan

Dari tabel diatas, maka diketahui bahwa berapa volume cairan


yang dikeluarkan oleh nozzle dalam 1 menit (flourate) juga diketahui
lebar semprotnya (swouth). Nozle harus diganti, jika flourate pada saat
kalibrasi lebih dari 10 %. Karena berpengaruh pada pemakaian
herbisida yang berlebihan. Ada 5 kategori volume semprot yang umum
digunakan untuk pengendalian gulma dengan herbisida, sebagai berikut:

35
Tabel 6. Volume Semprot
Volume semprot
Kategori volume semprot (liter / Ha blanket)

Hight Volume (HV) >600

Medium Volume (MV) 400 600

Low Volume (LV) 200 400

Very Low Volume (VLV) 50 200

Ultra Low Volume (ULV) < 50

Sumber: Panduan Kelapa Sawit Iyung Pahan

Tujuan penyemprotan piringan, pasar pikul adalah untuk merawat


piringan, pasar pikul dan TPH agar bersih dari gulma.

1) Piringan
Mempermudah pengutipan berondolan diwaktu panen, dan
tempat penaburan pupuk untuk mengurangi persaingan penyerapan
unsur hara antara tanaman dan gulma.
2) Pasar pikul

Untuk memudahkan semua aktifitas produksi dan perawatan.

3) TPH
Untuk mempermudah penyusunan TBS dan pemuatan TBS
ke dalam mobil, juga agar pengutipann berondolan lebih bersih
ketika tandan buah segar dinagkut.
Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma kadang-kadang lebih besar
dari pada kerugian yang diakibatkan oleh jasad pengganggu lain atau
pengaruh lingkunga. Meski demikian, upaya mengendalikan gulma semua
atau sebagian gulma membutuhkan biaya yang besar terutama pada areal
yang luas. Prisip pengendalian gulma adalah menekan jumlah populasi
gulma sampai tingkat yang ekonomi tidak merugikan. Diantara gulma

36
yang ada diperkebunan kelapa sawit, Mikania sp. pakis + krisan,
merupakan musuh utama karena dapat menurunkan produksi sekitar 10-
15%. Tipe Herbisida yang dipakai pada saat pemberantasan gulma
1) Herbisida bersifat kontak kontak yakni: Merupakan herbisida yang
paling aman, karena hanya membunuh jaringan tanaman yang terkena
semprotan herbsida, sehingga tidak mempengaruhi perkembangan
pertumbuhan tanaman utama.
2) Herbisida bersifat sistemik yakni herbisida ini masuk kedalam
jaringan tanaman melalui daun maupun akar, dan ditranslokasikan
keseluruh jaringan tanaman dan mengganggu physiologi tanaman
sehingga menyebabkan kematian gulma.
Lalang adalah jenis gulma yang berbahaya sehingga harus
diberantas sampai tuntas. Lalang tidak bisa hanya dilakukan dengan sekali
perlakuan saja karena ia masi memiliki zat alelopati sehingga untuk
pengendalian lalang dilakukan dengan beberapa tahapan. Jalan yang harus
diberantas adalah yang termasuk kategori sheet sheet, sporadis maupun
kategori wiping. Pemberantasan lalang kategori wiping dilakukan rutin
dan secara khemis dengan rotasi 60 hari. Bila memberantas lalang kategori
sheet dan sporadis dengan penyemprotan harus menggunakan air bersih
(bukan air yang berlumpur dan keruh) dan dilakukan pada pagi atau siang
hari saat cuaca cerah. Tujuan agar mengendalikan pertumbuhan lalang
karena ia dapat menghambat pertumbuhan kelapa sawit. Herbisida yang
digunakan adalah Glisat dengan bahan aktif isopropilamina glifosat
dengan konsentrasi 0,9 % per kepp.

37
3. Pengendalian Hama
Hama adalah binatang pengganggu tanaman yang di budidayakan oleh
manusia. Macam macam hama dan penyakit serta pengendaliannya :
1) Ulat api dan ulat kantong
Serangan hama ulat api dan ulat kantong (ulat pemakan daun
kelapa sawit) telah banyak menimbulkan masalah yang berkepanjangan
dengan terjadinya eksplosi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan
kehilangan daun (defoliasi) tanaman yang berdampak langsung
terhadap penurunan produksi. Kehilangan daun yang mencapai 100%
pada TM berdampak langsung terhadap penurunan produksi hingga
70% (1 kali serangan) dan 93% (terjadi serangan ulangan dalam tahun
yang sama). Hal ini menerangkan betapa seriusnya serangan ulat api
yang tidak dapat dikendalikan.
Metode Pengendaliannya :
Umur tanaman Metode pengendalian
< 3 tahun Bila rata rata populasi larva < 10 ekor/pelepah dan
arealnya terbatas maka dilakukan handpicking, bila
rata rata populasi larva > 10 ekor maka dilakukan
penyemprotan insektisida atau virus dengan
knapsack sprayer atau mist blower
3-7 tahun Semprot insektisida atau virus menggunakan mist
blower, infuse akar dengan insektisida sistemik bila
areal serangannya terbatas
7-15 tahun Semprot insektisida atau virus menggunakan pulsfog,
infus akar dengan insektisida sistemik bila areal
serangannya terbatas
> 15 tahun Semprot insektisida atau virus menggunakan pulsfog,
Infus akar/trunk injection dengan insektisida
sistemik bila areal serangannya terbatas
Sumber: Pahan dan Gunawan

38
2) Tikus
Pada TBM, tikus menyerang umbut/titik tumbuh. Gejala
serangannya berupa bekas gerekan, lubang lubang pada pangkal
pelepah, bahkan sering ditemui pelepah yang putus. Biasanya serangan
hama ini dijumpai sampai ke titik tumbuh, terutama pada tanaman umur
sekitar satu tahun sehingga menyebabkan kematian pada tanaman.
Pada TM, selain menyerang bunga betina dan bunga jantan, tikus
juga memakan mesocarp buah (daging buah), baik pada tandan muda
maupun yang sudah matang. Pada areal yang terserang dengan kategori
serangan berat populasi tikus dapat mencapai 300 ekor/hektar. Dari
hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor tikus dapat mengonsumsi
mesocarp + 4 g/hari sehingga kehilangan produksi mencapai 5% dari
produksi normal.
Pengendaliannya :
Dilakukan empat kali setahun pada semua areal tanpa memperhatikan
ada atau tidaknya serangan di areal tersebut (rotasi mati). Pengendalian
hama ini dilakukan dengan cara pemberian umpan Klerat RM-B atau
umpan jenis lainnya yang direkomendasikan oleh Lembaga Penelitian
Kelapa Sawit.
3) Rayap
Selain menyerang bibit dipembibitan, rayap juga menyerang
tanaman kelapa sawit TBM maupun TM. Serangan hama rayap
merupakan problem yang serius diareal gambut dan perlu
penanggulangan secara rutin. Rayap pekerja menggerek dan memakan
pangkal akar,daun, serta titik tumbuh tanaman kelapa sawit. Serangan
berat dapat menyebabkan kematian bibit maupun tanaman di lapangan.
Pengamatan/sensus perlu segera dilakukan diseluruh blok setelah
diketahui adanya gejala serangan diblok yang bersangkutan. Sensus
dilakukan setiap bulan sekali dengan cara mendatangi setiap pohon di
masing-masing blok tanaman. Kriteria serangan rayap didasarkan atas
gejala luar, sebagai berikut :

39
a. Serangan ringan
Serangan ringan ditandai oleh adanya lorong rayap yang
terbuat dari tanah yang berada dipermukaan batang dan mengarah ke
bagian atas. Semua pelepah daun masih berwarna hijau dan normal.
b. Serangan sedang/berat
Serangan sedang/berat ditandai oleh adanya beberapa daun
pupus yang layu atau kering, sedangkan pelepah bagian bawah
masih terlihat segar/hijau dan normal.
c. Serangan sangat berat/mati
Serangan rayap dikatakan berat jika sudah sampai ke titik
tumbuh. Hanya beberapa pelepah di bagian bawah saja yang masih
tertinggal dengan warna kuning pucat atau sudah mengering.
Pengendaliannya :
Pengendalian rayap dilakukan pada pohon yang terserang
dengan kategori serangan ringan dan sedang/berat. Caranya dengan
menyiramkan larutan insektisida 0,5% Lentrek 400 EC. Penyiraman
dilakukan dengan gembor, penyiraman diusahakan mengelilingi
batang sampai merata dengan lebar jari-jari 10-25 cm dari pangkal
batang. Tanaman yang terserang dengan kategori sangat berat/mati
tidak perlu dikendalikan karena tanaman tersebut tidak dapat
berkembang lagi akibat titik tumbuhnya sudah mati.

Gambar 2. Pengendalian Rayap

40
B .Panen

Panen adalah proses pemotongan buah yang telah sesuai dengan kriteria
pematangan. Panen merupakan pekerjaan utama dalam budidaya perkebunan
kelapa sawit karena dari pekerjaan inilah uang dihasilkan untuk keberlangsungan
perusahaan tersebut. Sebelum dilakukan panen seharusnya terlebih dahulu
dilakukan taksasi sehari sebelum pemanenan yang bertujuan untuk meramalkan
atau memperkirakan produksi esok hari dan menyiapkan berapa tenaga panen
yang dibutuhkan, serta mempersiapkan berapa transportasi yang dibutuhkan.
Tetapi di perusahaan dimana saya magang taksasi tidak dilakukan dan bahkan
mandor panen sendiri tidak tahu bagaimana caranya melakukan taksasi padahal
taksasi ini merupakan pekerjaan yang cukup penting. Hal ini terjadi karena
perusahaan tersebut memiliki manajemen yang buruk dan belum memiliki
standard tersendiri atau sop.

Sebelum pekerjaan panen dilakukan karyawan terlebih dahulu apel pagi


atau sering disebut disana cek roll, pada saat apel inilah dibacakan hasil pekerjaan
kemarin dan kesalahan - kesalahan yang karyawan lakukan tujuanya dibacakan
agar pemanen tidak melakukan kesalahan lagi dan semakin termotivasi untuk
bekerja. Apel pagi ini juga untuk menyiapkan dan membagi hancak masing-
masing pemanen. Pekerjaan potong buah dimulai dari potong buah matang, kutip
brondol, susun pelepah, potong bonggol panjang dan susun buah di TPH.

Kriteria buah matang yang siap dipanen adalah 10 brondol jatuh di


piringan, karena BJR TBS 10 kg, Perbandinganya apabila 1 kg berat TBS maka
terdapat 1 Brondol yang gugur.

1. Taksasi
Taksasi yang umumnya dikatakan sensus buah matang adalah
mendata pokok dalam suatu blok dengan cara melihat tandan buah segar
yang memenuhi kriteria matang panen. tiap blok diwakili 3 Ha untuk
penghitungan taksasi. Taksasi dilakukan 1 hari sebelum panen (H-1).
Sedangkan taksasi yang digunakan yaitu dengan cara memeriksa buah

41
matang dengan jumlah pohon minimal 2 pasar rintis atau sekitar 64 sampel
tanaman untuk mewakili jumlah tanaman dalam 1 blok.
a. Tujuan taksasi :
1) Memperkirakan angka kerapatan buah dalam satuan %
2) Untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam
melakukan pemanenan.
3) Untuk menentukan berapa jumlah TBS yang akan di panen esok
hari
4) Untuk menentukan jumlah tonase dan jumlah unit untuk
pengangkutan TBS ke Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PPKS)

Gambar 3. Menghitung tandan matang

b. Cara Pelaksanaan taksasi


1) Dalam 1 blok (30 Ha) hanya akan dimasuki 1 Ha saja.
2) Dicatat berapa pohon yang membrondol sesuai standar yaitu 1
brondol/Kg.
Contoh :
Misal dalam 1 ha (SPH 136) ada 21 pokok yang membrondol
sesuai BJRnya maka kerapatannya adalah (21 136) x 100 % = 15 %

42
Tabel 7. contoh perhitungan taksasi

Maka dari table diatas didapatkan perhitungan sebagai berikut :

a. Kebutuhan Pemanen
Kebutuhan Pemanen = Jumlah Janjang Panen Basis Pemanen
= 1678 125
= 14 Pemanen
b. Kebutuhan Transportasi
Jika tonase panen hari itu adalah 10.068 kg serta untuk mencapai 1 rit
kapasitas truk ialah 7 ton maka = 10.068 7000 kg
= 2 rit

2. Panen
Panen adalah proses kegiatan memotong buah tanaman kelapa
sawit yag telah memenuhi kriteria matang panen yaitu 2 brondolan per
kg, dan memindahkan buah dari areal sampai ke TPH (Tempat
Pengumpulan Hasil) Masing- masing pemanen dan gerdang (pengutip
berondolan) basis yang harus diperoleh yaitu sebesar 2 ton TBS pada
TM <8 pada tanah mineral sedangkan pemanen pada tanah gambut
basis yang harus diperoleh yaitu 1 ton TBS tanpa gerdang karena
kondisi tanah yang sulit dalam proses pemanenan maupun
pengangkutan TBS ke TPH. Basis yang harus dicapai pemanen yaitu

43
sebanyak 145 janjang dengan upah Rp. 76.341, dan jika lebih dari basis
dihitung premi dengan upah Rp.200/kg.

Gambar 4. Panen

a. Teknis Panen
Ada kegiatan panen ini hal penting yang tidak boleh dilupakan
dalam proses pemanenan yaitu teknis panen. Adapun cara melakukan
teknis panen sebagai berikut :
1) Mengambil buah matang
Yaitu buah yang siap panen yang telah membrondol antara
3-5 brondolan pada setiap pokok.
2) Memotong tangkai buah atau tandan sampai mepet ke batang.
Sehingga tidak meninggalkan bekas pantat monyet atau
bunga matahari.
3) Setelah janjangan di turunkan, Brondolan yang terlepas dari
janjangan & berserak di piringan harus di kutip hingga bersih & di
kumpulkan dalam karung.
4) Buah / janjang yang telah terkumpul kemudian di susun di TPH &
tangkai tandan yang masih panjang harus di potong.
5) Tandan buah yang telah tersusun di TPH harus di hitung sebelum
pengangkutan ke PKS.

44
Dalam suatu blok yang di panen biasanya rotasi normal potongan
buah adalah 6/7. Pada kegiatan panen para pemanen harus mampu
mencapai basis (target) dalam suatu hektaran panen (hancak). Basis
merupakan target buah (janjangan) yang harus di panen oleh setiap
pemanen, target tersebut harus di sesuaikan dengan kerapatan buah
pada suatu blok. Setelah kegiatan panen selesai perlu dilakukannya
pemeriksaan hancak, dengan tujuan untuk mengetahui ketuntasan
hancak panen yang telah di targetkan.
Ancak perlu di periksa untuk memastikan tidak ada buah tinggal di
pokok maupun di gawangan, serta brondolan yang belum di kutip.
Dalam proses pemanenan perlu adanya organisasi panen yang
bertujuan untuk memudahkan dalam pengawasan & pembagian /
distribusi kerja.
Petugas yang terkait dalam pelaksanaan panen adalah :
1) Mandor panen
Adalah jabatan mandor dalam pelaksanaan panen dengan
tugas,sebagai berikut :
- Seorang mandor panen membawahi 15-20 pemanen.
- Mengatur ancak pemanen sehingga dalam setiap hari panen
ancak dapat di selesaikan.
- Memeriksa ketuntasan ancak dan buah setiap hari.
2) Pemanen
Adalah petugas yang melaksanakan pemotongan tandan
(panen) di areal yang telah di tetapkan sesuai ancak.

b. Pasca Panen
Setelah kegiatan panen selesai dilaksanakan, masih terdapat
kegiatan yang lainnya yaitu; Pasca Panen. Hal hal yang dilakukan
pada kegiatan panen ini yaitu:

45
1) Perhitungan Buah di TPH
Setelah buah atau janjang yang telah di panen &terkumpul ,
buah kemudian di susun & dihitung di TPH (Tempat
Pengumpulan Hasil ). Tujuan dari perhitungan buah ini yaitu :
untuk mengetahui jumlah janjang yang telah di panen.
Perhitungan buah mulai di lakukan pada saat buah mulai di
susun oleh para pemanen. Buah dari setiap TPH pemanen
harus di hitung kemudian dari hasil setiap TPH , dijumlahkan
untuk mengetahui hasil janjang yang telah di panen.
2) Pengangkutan buah dari TPH ke PKS
Buah yang sudah terkumpul di TPH perlu di lakukan
pengangkutan ke PKS. Pengangkutan buah ini di lakukan
dengan tujuan : Agar buah yang telah di panen dapat segera
diproses sesegera mungkin dalam waktu 1 x 24 jam setelah di
panen agar FFA rendah sehingga kualitas CPO terjaga.
Teknis pengangkutan dilakkukan dengan cara :
a. Buah yang berada di tiap TPH di muat dalam truck.
b. Menaikkan janjangan satu persatu ke dalam truck.
c. Menyusun janjangan yang telah dinaikkan

3. Sarana Angkut
Angkut adalah suatu kegiatan dalam pemuatan buah di TPH, baik
buah yang baru dipanen ataupun buah restan yang kemudian akan di
tujukan ke pabrik. Alat angkut adalah dump truck, truck, dan john deer
(merk kendaraan). Alat muat adalah tojok, karung, penggaruk
berondolan.
Sarana angkutan adalah alat yang digunakan untuk mengangkut
hasil panen ( TBS ) dari afdeling ke pabrik.
Alat angkut yang di gunakan :
Alat angkut yang digunakan adalah truk dengan kapasitas 8 ton.
kioti dengan kapasitas 2-3 ton.

46
Basis pengangkutan : 4 ton/hk dan jika lewat basis pemuat
mendapatkan premi Rp.200/kg.

Gambar 5. Mengangkut buah ke truk

47
V. KESIMPULAN

A. Perawatan
1. Pemupukkan dilahan gambut harus benar-benar memperhatikan cuaca
karena curah hujan cukup tinggi sehingga kemungkinan kehilangan
pupuk cukup besar serta harus dibawah pengawasan ekstra hal ini
disebabkan karena karyawan yang sembarangan menabur pupuk dan
sering membuang pupuk yang menggumpal ke kanal.
2. Titi panen sebelum dipasang harus benar-benar di ukur berapa
panjang yang dibutuhkan dilapangan, karena standar dari parit itu 4
meter dan ternyata ketika sampai dilapangan panjangnya lebih dari 4
meter di karenakan longsor.
3. Pruning rotasi 9 bulan pertahun, dan jangan terlambat karena akan
menggangu dalam proses penyerbukan serta hama dan penyakit
berkembang disebabkan kelembaban yang tinggi.
B. Panen
1. Proses potong buah sesuai dengan kriteria matang panen 10 brondol
apabila BJR 10 kg.
2. Pemanen harus mengutip semua brondol untuk menekan losess
seminimal mungkin.
3. Potong buah harus dilakukan dengan cara yang cepat dan waktu yamg
tepat.
4. Cara yang cepat akan meningkatkan produktivitas dan waktu yang
tepat akan menghasilkan CPO yang tinggi serta berkualitas baik.

48
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Buku panduan praktek kerja lapangan (PKL). INSTIPER :


Yogyakarta

Lubis, E., Rustam dan Agus Widanarko. 2011. Buku pintar Kelapa Sawit.
AgroMedia Pustaka. Jakarta

Pahan, I. 2006. Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar


Suadaya : Surabaya.

Risza, S. 1995. Upaya Peningkatan Produktivitas Kelapa Sawit. Kanisius.


Yogyakarta

Sutarta, E. S. 2005. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit.


Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) : Bengkulu.

49

Anda mungkin juga menyukai