Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi maupun mental.
Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang. Bahkan stress
dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan gangguan-gangguan mental.
Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk ketegangan, baik fisik maupun mental.
Sumber stress disebut dengan stressor dan ketegangan yang di akibatkan karena
stress, disebut strain.

Sedangkan Stresor adalah pengalaman seseorang yang bisa menghasilkan


dan menyebabkan stres, ataupun situasi / pengalaman seseorang yang dapat
menyebabkan tekanan yang dapat kita lihat dalam ketidaknyamanan kehidupan
sehari-hari, misalnya : penyakit flu yang diderita seseorang dalam jangka waktu
lama bahkan tahunan, adanya tugas yang yang berlebihan sehingga bisa
menyebabkan seseorang cemas dan takut untuk menghadapinya, dll.
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP STRESS

Stres adalah segala situasi di mana tuntunan non-spesifik mengharuskan


seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan ( Selye, 1976 ).
Respon atau tindakan ini termasuk respon fisiologis dan psikologis.
Stresor adalah stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan.

1. Stresor internal berasal dari dalam diri seseorang (demam, kondisi seperti
kehamilan, menopause atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah)
2. Stresor eksternal berasal dari luar diri seseorang (perubahan bermakna dalam
suhu lingkungan, perubahan peran dalam keluarga atau sosial, atau tekanan
dari pasangan ).

Berbagai pandangan manusia mengenai stres menghasilkan pengertian yang


berbeda-beda tentang stres itu sendiri. Stres hanyalah sekedar gangguan sistem
syaraf yang menyebabkan tubuh berkeringat, tangan menggenggam, jantung
berdetak kencang,dan wajah memerah. Paham realistik memandang stress sebagai
suatu fenomena jiwa yang terpisah dengan jasmani atau tubuh manusia atau
fenomena tubuh belaka tanpa ada hubungan dengan kejiwaan. Sedangkan paham
idealis menganggap stres adalah murni fenomena jiwa. Hal ini membuat kita sulit
untuk menjelaskan kenapa jika fenomena stres hanyalah fenomena jiwa namun
memberikan dampak pada fisik seseorang seperti dada yang berdebar-debar,
keringat, dan sebagainya.

Tak seorang pun dapat menghindari stres karena untuk


menghilangkannya berarti akan menghancurkan hidupnya sendiri ( Hans Selye,
1978 ). Stres merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan. Pendekatan
ini telah dibatasi sebagai model psikologi. Model psikologi ini menggambarkan
stress sebagai suatu proses yang meliputi stresor dan ketegangan ( strain ). Interaksi
antara individu dengan lingkungannya yang saling mempengaruhi itu dinamakan
dengan interaksi transaksional yang di dalamnya terdapat proses penyesuaian. Stres
bukan hanya stimulus atau respon tetapi juga agen aktif yang dapat mempengaruhi
stresor melalui strategi prilaku, kognitif dan emosional. Individu akan memberikan
reaksi yang berbeda terhadap stresor yang sama.

Definisi tentang stres yang sangat beragam menunjukan bahwa stres bukanlah
suatu hal yang sederhana. Salah satu definisinya adalah stres adalah gangguan pada
tubuh dan pikiran yang disebabkan oleh perubahan dan tuntutan kehidupan (
Vincent Cornelli, dalamMustamir Pedak, 2007 ). Kesimpulan dari para ahli tentang
stres yaitu stres bisa terjadi karena manusia begitu kuat dalam mengejar
keinginannya serta kebutuhannya dengan mengandalkan segala kemampuannya
dan potensinya.

B. MANIFESTASI STRESS

Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat


merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai
dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang.
Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahan-perubahan yang
terjadi pada tubuhnya, antara lain :

1. Perubahan warna rambut kusam, ubanan, kerontokan


2. Wajah tegang, dahi berkerut, mimik nampak serius, tidak santai, bicara berat,
sulit tersenyum/tertawa dan kulit muka kedutan (ticfacialis)
3. Nafas terasa berat dan sesak, timbul asma
4. Jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit (constriksi)
sehingga mukanya nampak merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer)
terutama ujung-ujung jari juga menyempit sehingga terasa dingin dan
kesemutan.
5. Lambung mual, kembung, pedih, mules, sembelit atau diare.
6. Sering berkemih.
7. Otot sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang pada tulang terasa linu atau
kaku bila digerakkan.
8. Kadar gula meningkat, pada wanita mens tidak teratur dan sakit (dysmenorhea)
9. Libido menurun atau bisa juga meningkat.
10. Gangguan makan bisa nafsu makan meningkat atau tidak ada nafsu makan.
11. Tidak bisa tidur
12. Sakit mental-histeris

C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB STRES

Faktor penyebab stres itu ada tiga. Pertama, faktor BIOLOGIS. Kedua, faktor
PSIKOLOGIS dan yang ketiga, faktor SOSIAL. Baiklah, mari kita bahas satu
persatu.

1. Faktor Biologis
a. Gen

Keadaan individu pada masa konsepsi dipengaruhi oleh sikap dan perilaku
Ibu. Bagaimana ibu berperilaku ketika sedang hamil, dan asupan gizinya apakah
sudah terpenuhi atau malah defisiensi. Ketika seorang ibu stress, otomatis bayi yang
dikandungnyapun akan ikut stress pula. Dan kebanyakan hal ini tidak disadari oleh
si Ibu sehingga pada saat melahirkan Ibu malah menyalahkan proses persalinan
ketika anaknya cacat fisik atau cacat mental.

b. Penyakit

Karena mempunyai penyakit langka, sulit disembuhkan bahkan tak ada obatnya,
seseorang bisa saja mengakhiri hidupnya pada tali gantungan atau meminum racun.
Penyakit yang membuat seseorang merasa tak berguna dan tak mungkin sembuh
bisa menjadi sebuah stressor.
c. Tidur

Obat capek yang paling manjur adalah tidur. Ketika porsi tidur seseorang tidak
terpenuhi, maka akan terjadi tekanan dalam diri orang tersebut ditandai dengan
sensitivitas yang lebih tinggi dari biasa, pusing, sulit beradaftasi dengan lingkungan
dan belum menyadari dimana berada. Hal tersebut akan menimbulkan stress baik
pada tingkat ringan atau tinggi.

d. Postur tubuh

Kebanyakan, stressor ini menyebabkan perempuan ingin melakukan apa saja untuk
mendapatkan postur tubuh yang diinginkan. Jika tidak terpenuhi, maka akan terjadi
konflik dan tegangan atau stress.

e. Kelelahan

Faktor ini tidak dapat dipungkiri menjadi salah satu faktor penyebab stress yang
paling utama. Ketika seseorang merasa kelelahan, maka hal yang ingin segera
dipenuhi adalah beristirahat. Ketika keinginannya tidak terpenuhi maka akan terjadi
tegangan dan menimbulkan efek yang berbahaya.

2. Faktor Psikologis
a. Frustasi

Sudah sangat jelas bahwasannya frustasi adalah penyebab seseorang mengalami


stress. Ketika seseorang kecewa dengan apa yang dia dapatkan, atau gagal dalam
meraih apa yang diinginkan maka banyak kemungkinan, orang itu akan
mengalami frustasi. Frustasi ditandai dengan menurunnya semangat hidup.

b. Perasaan dan Emosi

Marah, mudah tersinggung, merasa tidak nyaman, merasa tidak aman, sedih,
merasa bersalah dan lain-lain adalah contoh perasaan dan emosi yang dapat
menimbulkan stress.
c. Pengalaman Hidup

Perpisahan dengan orang yang dicintai adalah stressor dari psikologis yang paling
banyak mempengaruhi tingkat kesadaran sesorang. Segala hal yang terjadi dalam
kehidupan seseorang yang tidak sesuai dengan yang diinginkan biasanya akan
menimbulkan stress.

d. Keputusan Perilaku

Salah mengambil keputusan membuat orang merasa takut dan tak mau lagi
menjalani hidupnya. Salah pengambilan keputusan ini menjadi salah satu faktor
dari segi psikologis yang dapat menyebabkan seseorang terkena stress.

e. Respon Perlawanan

Ketika seseorang melawan hal yang terjadi namun dia tetap tidak merubah keadaan.
Disaat itu, seseorang akan merasa down dan tidak berguna. Stress akan datang pada
orang-orang seperti itu.

3. Faktor Sosial
a. Keluarga

Faktor yang menyebabkan stress dari keluarga misalnya adalah terjadi kesalahan
pada pola asuh yang diberikan, broken home, keadaan sosial ekonomi yang tidak
sesuai harapan serta adanya tradisi juga filsafat keluarga yang dianggap tidak
sejalan dengan filsafat individu.

b. Lingkungan

Peristiwa alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir dan longsor secara langsung
akan membuat seseorang mempunyai tegangan tinggi dalam dirinya, apalagi orang
tersebut menjadi korban bencana tersebut. Gaya hidup yang modern juga membuat
orang mudah terkena stress.
c. Dunia Kerja

Tugas yang menumpuk yang harus dikumpulkan besok, tugas yang jumlahnya
sedikit namun tingkat kesulitannya tinggi, kecelakaan dunia kerja serta
kemonotonan pekerjaan adalah stressor yang berasal dari dunia kerja yang mampu
membuat orang mengambil keputusan untuk mengakhiri hidupnya.

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRESS

Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors.


Meskipun stress dapat diakibatkan oleh hanya satu stressors, biasanya karyawan
mengalami stress karena kombinasi stressors. Menurut Robbins (2001:565-567)
ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya stress yaitu:

1. Faktor Lingkungan

Keadaan lingkungan yang tidak menentu akan dapat menyebabkan pengaruh


pembentukan struktur organisasi yang tidak sehat terhadap karyawan.
Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan stress bagi
karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat
karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang
mengalami ancaman terkena stress. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan
teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan
membuat keahlian seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir
semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat
dengan adanya teknologi yang digunakannya.

2. Faktor Organisasi

Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan stress


yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan
organizational leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Role Demands

Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu
organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan
hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut.

b. Interpersonal Demands

Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam


organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan
karyawan lainnya akan dapat menyebabkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga
pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan
sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang
satu dengan karyawan lainnya.

c. Organizational Structure

Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut


dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau
peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam
organisasi.

d. Organizational Leadership

Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam
suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins,
2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau
menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan
karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau
menekankan pada hal pekerjaan saja.

Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam mengukur
tingginya tingkat stress. Pengertian dari tingkat stress itu sendiri adalah muncul dari
adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak
diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau
permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya
dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting
(Robbins,2001:563).

3. Faktor Individu

Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga,
masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan
pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan
yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan
seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang
tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta
dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari
keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan stress terletak pada watak
dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala stress
yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian
seseorang

MANAJEMEN SETRES

A. Pengertian Manajemen Setres

Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses


berpikir dan kondisi seseorang. Stres yang terlalu besar dapat mengancam
kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada
diri para karyawan berkembang berbagai macam gejala Stres yang dapat
mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Stres dapat juga membantu atau
fungsional, tetapi juga dapat berperan salah atau merusak prestasi kerja. Secara
sederhana hal ini berarti bahwa Stres mempunyai potensi untuk mendorong atau
mengganggu pelaksanaan kerja, tergantung seberapa besar tingkat Stres yang
dialami oleh karyawan tersebut.

Adapun menurut Robbins (2001:563) Stres juga dapat diartikan sebagai


suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu
kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau
penghalang. Dan apabila pengertian Stres dikaitkan dengan penelitian ini maka
Stres itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau psikis
seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri seseorang yang
dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka. Jadi, Stres dapat dilihat dari dua sisi
yaitu sisi positif dan negatif tergantung dari sudut pandang mana seseorang atau
karyawan tersebut dapat mengatasi tiap kondisi yang menekannya untuk dapat
dijadikan acuan sebagai tantangan kerja yang akan memberikan hasil yang baik atau
sebaliknya.

Berbagai defenisi mengenai stres telah dikemukakan oleh para ahli dengan
versinya masing-masing, walaupun pada dasarnya antara satu defenisi dengan
defenisi lainnya terdapat inti persamaannya. Selye (1976) mendefinisikan stres
sebagai the nonspesific response of the body to any demand, sedangkan Lazarus
(1976) mendefinisikan stress occurs where there are demands on the person which
tax or exceed his adjustive resources (Golberger & Breznitz, 1982, hal. 39). Dari
kedua defenisi diatas tampak bahwa stres lebih dianggap sebagai respon individu
terhadap tuntutan yang dihadapinya. Tuntutan-tuntutan tersebut dapat dibedakan
dalam dua bentuk, yaitu tuntutan internal yang timbul sebagai tuntutan fisiologis
dan tuntutan eksternal yang muncul dalam bentuk fisik dan social. Hans Selye juga
menambahkan bahwa tidak ada aspek tunggal dari stimulus lingkungan yang dapat
mengakibatkan stres, tetapi semua itu tergabung dalam suatu susunan total yang
mengancam keseimbangan (homeostatis) individu.

Hans Selye (1950) mengembangkan konsep yang dikenal dengan Sindrom


Adaptasi Umum (General Adaptation Syndrome) yang menjelaskan bila seseorang
pertama kali mengalami kondisi yang mengancamnya, maka mekanisme
pertahanan diri (defence mechanism) pada tubuh diaktifkan. Kelenjar-kelenjar
tubuh memproduksi sejumlah adrenalin cortisone dan hormon-hormon lainnya
serta mengkoordinasikan perubahan-perubahan pada sistem saraf pusat. Jika
tuntutan-tuntutan berlangsung terus, mekanisme pertahanan diri berangsur-angsur
akan melemah, sehingga organ tubuh tidak dapat beroperasi secara adekuat. Jika
reaksi-reaksi tubuh kurang dapat berfungsi dengan baik, maka hal itu merupakan
awal munculnya penyakit gangguan adaptasi. Penyakit-penyakit tersebut muncul
dalam bentuk maag, serangan jantung, tekanan darah tinggi, atau keluhan-keluhan
psikosomatik lainnya.

Lazarus dan Launier (1978) mengemukakan tahapan-tahapan proses stress.


Menurut beliau adalah sebagai berikut :

@Stage of Alarm

Individu mengidendentifikasi suatu stimulus yang memba-hayakan. Hal ini akan


meningkatkan kesiapsiagaan dan orientasinyapun terarah kepada stimulus tersebut.

@Stage of Appraisals

Individu mulai melakukan penilaian terhadap stimulus yang mengenainya.


Penilaian ini dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman individu tersebut.

Tahapan penilaian ini dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Primary Cognitive Appraisal

Adalah proses mental yang berfungsi mengevaluasi suatu situasi atau stimulus dari
sudut implikasinya terhadap individu, yaitu apakah menguntungkan, merugikan,
atau membahayakan individu tersebut.

2. Secondary Cognitive Appraisal

Adalah evaluasi terhadap sumber daya yang dimiliki individu dan berbagai
alternatif cara untuk mengatasi situasi tersebut. Proses ini dipengaruhi oleh
pengalaman individu pada situasi serupa, persepsi individu terhadap kemampuan
dirinya dan lingkungannya serta berbagai sumberdaya pribadi dan lingkungan.

@Stage of Searching for a Coping Strategy

Konsep coping diartikan sebagai usaha-usaha untuk mengelola tuntutan-tuntutan


lingkungan dan tuntutan int internal serta mengelolah konflik antara berbagai
tuntutan tersebut. Tingkat kekacauan yang dibangkitkan oleh satu stresor (sumber
stres) akan menurun jika individu memiliki antisipasi tentang cara mengelola atau
menghadapi stresor tersebut, yaitu dengan menerapkan strategi coping yang tepat.
Strategi yang akan digunakan ini dipengaruhi oleh pengalaman atau informasi yang
dimiliki individu serta konteks situasi dimana stres tersebut berlangsung.

@Stage of The Stress Response

Pada tahap ini individu mengalami kekacauan emosional yang akut, seperti sedih,
cemas, marah, dan panik. Mekanisme pertahanan diri yang digunakan menjadi tidak
adekuat, fungsi-fungsi kognisi menjadi kurang terorganisasikan dengan baik, dan
pola-pola neuroendokrin serta sistem syaraf otonom bekerja terlalu aktif. Reaksi-
reaksi seperti ini timbul akibat adanya pengaktifan yang tidak adekuat dan reaksi-
reaksi untuk menghadapi stres yang berkepanjangan.

Dampak dari keadaan ini adalah bahwa individu mengalami disorganisasi dan
kelelahan baik mental maupun fisik.

Disamping membagi stres kedalam tahap-tahap diatas, Lazarus juga membedakan


istilah-istilah harm-loss, threat, dan challenge. Harm-loss dan threat memiliki
konotasi negatif. Keduanya dibedakan berdasarkan perspektif waktunya. Harm-loss
digunakan untuk menerangkan stres yang timbul akibat antisipasi terhadap suatu
situasi. Baik stres akibat harm-loss maupun threat pada umumnya akan dapat
berupa gangguan fisiologis maupun gangguan psikologis. Di lain pihak, challenge
(tantangan) berkonotasi positif. Artinya, stres yang dipicu oleh situasi-situasi yang
dipersepsikan sebagai tantangan oleh individu tidak diubah menjadi strain.
Dampaknya tehadap tingkah laku individu, misalnya tampilan kerjanya, justru
positif.

B. Tujuan Manajemen Setres

Stress adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir
dan kondisi seseorang, yang apabila terlalu besar dapat mengancam kemampuan
seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Ia merupakan suatu hal yang akan
selalu datang pada diri manusia. Berbagai dampak dapat disebabkan oleh stress,
mulai dari kerugian fisik, mental, maupun kegagalan didalam melakukan proses
adaptasi lingkungan.

stressor adalah semua keadaan, kejadian, atau peristiwa yang dapat menimbulkan
stres. Namun tidak semua stressor menimbulkan stres yang merugikan. Stressor
ringan atau berlangsung singkat, menurutnya justru dibutuhkan untuk
meningkatkan daya tahan mental seseorang. mengatasi stressor dengan cara-cara
sebagai berikut: mengatur waktu, refresing, relaksasi, yoga, mengungkapkan
perasaan pada orang lain, dan mendekatkan diri pada Allah SWT melalui cara
sholat dan berdoa.

Manajemen stres dalam perspektif agama dimulai dari kemampuan untuk mengatur
diri sendiri dengan membiasakan dan mengoptimalkan kemampuan berpikir,
berzikir, bersyukur, bersabar, dan tawaka

TINGKATAN STRESS

Tingkat stress seseorang sendiri agak sulit untuk diukur, penjelasan tingkatan stress
yang memang masih terbilang abstak. Setiap stress yang di alami seseorang
memiliki parameter yang berbeda-beda.

Biasanya ketika seseorang mengalami stress seringkali sesuai dengan kondisi


tubuhnya. Saat stress, seseorang kemungkinan akan mengalami beberapa hal
berikut :

Tidak fokus dalam melakukan aktivitas

Menangis

Psikosomatis

Bahkan bisa melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma


STRESSOR

Stressor adalah pengalaman seseorang yang bisa menghasilkan dan menyebabkan


stres, ataupun situasi / pengalaman seseorang yang dapat menyebabkan tekanan
yang dapat kita lihat dalam ketidaknyamanan kehidupan sehari-hari.

Sumber Stressor

1. Sumber Stres di Dalam Diri

Pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan
berbeda, dalam hal ini adalah bebagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai
dengan dirinya dan tidak mampu diatasi, maka dapat menimbulkan stres.

2. Sumber Stres di Dalam Keluarga

Stres ini bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan
masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara
keluarga. Permasalahan ini akan menimbulkan stres.

3. Sumber Stres di Masyarakat dan Lingkungan

Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya.
Karena kurangnya hubungan interpersonal serta kurang adanya pengakuan di
masyarakat sehinggah tidak dapat berkembang.

GEJALA DAN TANDA-TANDA STRES

Beberapa gejala dan tanda-tanda umum dari stres adalah sebagai peringatan
atau alarm untuk Anda sadari, semakin banyak tanda dan gejala yang terjadi pada
diri Anda, semakin dekat Anda mengalami stres yang berat. Gejala dan tanda-tanda
tersebut antara lain:

1. Gejala Psikis (Kognitif dan Emosi)

o Masalah memori
o Ketidakmampuan atau kurang konsentrasi
o Melihat hanya dari sisi negatif
o Pikiran-pikiran cemas dan tertekan
o Kekhawatiran yang meningkat dan terus menerus
o Murung dan gelisah
o Mudah ??marah
o Ketidakmampuan untuk relaks
o Merasa kewalahan
o Rasa kesepian dan isolasi
o Depresi dan frustrasi
o Mudah menyalahkan orang lain
o Sinis dan kasar
o Perasaan bersalah yang berlebihan
o Kekhawatiran atas kesehatan yang berlebih
o Merasa gagal
o Perasaan takut
o Keputusasaan / ketidakberdayaan
o Kritis diri atau orang lain
o Ketidaksabaran
o Keragu-raguan
o Hilangnya kepercayaan
o Rendah diri dan kurang percaya diri
o Pikiran dalam pusaran
o Perubahan suasana hati
o Berpikir pesimis
o Sensitif terhadap kritik
o Tegang
2. Gejala Fisik

o Sakit kepala
o Sakit dan nyeri otot
o Nyeri dada, denyut jantung cepat
o Kehilangan gairah seks
o Sering pilek/flu
o Sesak napas
o Diare / sembelit
o Ulu hati sakit
o Mulut kering
o Keringat berlebih
o Kelelahan
o Terengah-engah
o Gangguan pencernaan
o Asam lambung tinggi
o Impotensi
o Mual
o Palpitasi
o Pre menstrual syndrome
o Masalah tidur
o Ketegangan sakit kepala
o Kesemutan di tangan/kaki
o Tremor di tangan/kaki
o Berat badan naik atau turun
3. Gejala Perilaku

o Makan terlalu banyak atau terlalu sedikit


o Tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit
o Mengisolasi diri dari orang lain
o Menunda-nunda atau mengabaikan tanggung jawab

o Menggunakan alkohol, rokok, atau obat-obatan untuk


bersantaiKebiasaan saraf (misalnya menggigit kuku, mondar-
mandir)
o Agresif
o Mudah sedih dan menangis
o Penurunan atau peningkatan seksualitas
o Kesulitan menjalin hubungan
o Kegiatan dilakukan dengan terburu-buru
o Perjudian
o Perilaku bermusuhan
o Menghindari Kontak mata
o Kebersihan pribadi kurang
o Tidak memperhatikan penampilan diri
o Manajemen waktu yang buruk
o Penarikan diri dari hubungan
o Penarikan diri dari kegiatan

Anda mungkin juga menyukai