Anda di halaman 1dari 22

PRAKTIKUM BATUBARA

LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL


PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB VIII
ANALISIS TOTAL MOISTURE

8.1. Tujuan

Praktikan mengerti, mampu melaksanakan,


menganalisis, serta membandingankan cara kerja analisis
total moisture pada batubara dengan metode ASTM dan ISO.

8.2. Dasar Teori

Kandungan air yang terdapat dalam batubara secara


umum ada dua, yaitu air permukaan ( free moisture ) dan
kandungan air bawaan (inherent moisture). Moisture batubara
merupakan air yang menguap dari batubara apabila
dipanaskan pada suhu 105o C 110 o C. Berdasrkan bentuk
bentuk air yang dianggap sebagai air batubara, dengan
beberapa istilah, yaitu sebagai berikut :
1. Inherent moisture, ialah air yang secara fisik terikat di
dalam rongga rongga kapiler serta pori pori batubara
yang relatif kecil dan mempunyai tekanan uap lebih rendah
daripada tekanan normal. Kadar air lembab dipakai
sebagai karekteristik dasar batubara, kadar air lembab
bertambah besar dengan turunnya peringkat batubara.
2. Free moisture, yaitu sejumlah air yang menguap apabila
sampel batubara dikeringkan dalam ruang terbuka pada
kondisi tertentu sampai didapat berat konstannya.

Kandungan air permukaan terdapat dalam permukaan


dan retakan retakan batubara. Kandungan air bawaaan ini

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

penting untuk diketahui, karena dapat digunakan untuk


mengidentififkasi peringkat batubara. Makin tinggi kandungan
air bawaan dalam batubara, maka makin rendah peringkat
batubara tersebut.
Tujuan analisa ini untuk mengetahui jumlah air bawaan
yang terkandung dalam batubara setelah dikeringkan dalam
kondisi laboratorium. Pengaruh kadar air dalam
penggunaannya adalah :
1. Pengaruhnya dalam pembakaran adalah akan
berkurangnya kalori akibat adanya panas yang terbuang
dalam penguapan air.
2. Pengaruhnya dalam pengangkutan adalah air akan
menambah berat batubara sehingga akan menambah
biaya di dalam transportasinya.
3. Pengaruhnya dalam penggerusan (grinding mill) akan
mengurangi knapasitas penggerusan.
(Anonim, 2015)
Pada dasarnya air yang terdapat di dalam batubara
maupun terurai dari batubara apabila dipanaskan sampai
kondisi tertentu, terbagi dalam bentuk bentuk yang
menggambarkan ikatan serta asal mula air tersebut di dalam
batubara. Ada dua bentuk atau wujud moisture padfa batubara
yaitu air yang terdapat langsung di dalam batubara serta air
hasil penguraian zat organic karena adanya oksidasi terhadap
batubara tersebut.

Banyaknya jumlah inherent moisture di dalam suatu


batubara dapat dipergunakan sebagai tolak ukur tinggi
rendahnya rank batubara tersebut. Makin tinggi nilai inherent

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

moisture suatu batubara maka semakin rendah tingkat rank


batubara tersebut. Istilah lain yang dipergunakan dari inherent
moisture adalah bed moisture. Air yang terdapat di permukaan
suatu batubara di dalam pori pori batubara yang relatif besar
disebut dengan adherent moisture, air dalam bentuk ini mudah
menguap pada suhu ruang.
Analisis batubara dapat dikelompokkan menjadi 3
kategori yaitu :
1. Analisis Proksimat
2. Analisis Ultimat
3. Analisis lainnya
Termasuk dalam analisis proksimat adalah analisis
moisture, zat terbang, abu dan fixed carbon. Analisis ultimate
meliputi analisis penentuan kandungan karbon, hidrogen,
oksigen, nitrogen, total sulfur dan klor. Analisis lainnya
berkaitan dengan nilai kalori, temperature kelunakan abu,
bentuk sulfur, mineral karbon dioksida, dan uji khusus seperti
free swelling index, grindability, plastis properties dan analisa
ukuran.
Hasil analisis batubara yang mencerminkan parameter
kualitas batubara akan sangat menentukan pemanfaatan dari
batubara tersebut. Ada sekitar 16 atau lebih parameter
penentu kualitas batubara. Walaupun ada sekitar 16 atau lebih
parameter penentu kualitas batubara namun dalam,
pemanfaatannya tidak semua parameter dijadikan suatu
patokan tetapi hanya sebagai parameter yang persyaratannya
harus dipenuhi dan sesuai dengan kebutuhan
pemanfaatannya. Kebanyakan dari uji ini sifatnya empiris.
Sifat yang diuji pada uji empiris tidak mempunyai harga

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

absolute dan sifatnya sangatlah bergantung pada kondisi


kondisi pada saat melakukan uji diperlukan suatu kondisi
arbitrary sebagai standar untuk meyakinkan data yang
diperoleh akan sama bila ujinya diulang. Kondisi ini antara lain
1. Ukuran partikel
2. Temperatur
3. Waktu dan laju pemanasan
4. Kondisi atmosfer
5. Ukuran dan bentuk temkpat sampel
Adanya prosedur standar yang diakui oleh organisasi
yang berkaitan sangat penting. Kebanyakan negara penghasil
dan memperdagangkan batubara menerima dan menerapkan
50 standar (International Organization of Standarization).
Tetapi beberapa negara atau importer masih memakai ASTM
(American Society for testing Material), JIS (Japanese
Industrial Styandard), British Standard.
Untuk tujuan tertentu, hasil analisis dilaporkan atas
dasar yang berbeda yaitu sebagai berikut :
1. Air dried basis (adb)
Hasil ini diperoleh dari analisis batubara setelah
dilakukan pengeringan. Kebanyakan analisis mula mula
dilaporkan atas dasar ini, dan dapat diubah dengan
perhitungan pada dasar lain.
2. Ash Received (ar)
Dihitung atas dasar lokasi dimana sampel diambil.

3. Dry Basis (db)

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Analisis didasarkan atas dasar persen bebas air


untuk menghindari pada analisis proksimat yang
disebabkan dari kandungan air dry.
4. Dry Ash Free basis (daf)
Dasar yang dipakai untuk menunjukkan kondisi
hipotesis di mana batubara tersebut bebas dari air dan
abu. Biasanya digunakan untuk zat terbang, nilai kal;or,
karbon dan hydrogen.
5. Dry Mineral Matter Free basis (dmmf)
Dasar ini juga untuk menunjukkan kondisi hipotesis
dimana batubara bebas dari semua air dan mineral matter.
Dasar ini biasa dipakai pada analisis ultimat, zat terbangn
dan nilai kalor.
Komposisi dari zat terbang berbeda beda menurut
rank dari batuan dengan bagian zat terbang yang tidak
terbakar membesar dengan menaruhnya rank. Zar terbang ini
sangat penting karena zat ini sangat penting karena zat ini
dipakai sebagai parameter dalam klasifikasi dan evaluasi
batubara di dalam pembakaran, karbonisasi (pembuatan
kokas), gasifikasi dan liquid.
Dalam pemanfaatannya batubara sebagai sumber
panas (combustion), zat terbang ini penting untuk dapat
mengendalikan asap dan pembakaran batubara dengan zat
terbang rendah, terbakar secara perlahan dengan nyala yang
pendek dan digunakan untuk pemanasan. Untuk itu batubara
harus dan batubara yang mengandung zat terbang medium
sampai tinggi. Akan tetapi batubara ini juga mengandung asap
yang berlebihan yang perlu diatasi dengan pembakaran yang

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

baik (perlu jumlah udara yang tepat untuk pembakaran


(Anonim, 2015).
Adapun parameter parameter yang terukur dalam
analisis proksimat antara lain sebagai berikut :
1. Kandungan Air (Moisture)
Bentuk air dalam batubara dapat dibedakan menjadi
air permukaan (free/surface moisture), air tertambat
(inherent moisture) dan air total (total moisture).
a. Air permukaan (free/surface moisture)
Surface moisture ini berada pada permukaan
partikel batubara akibat pengaruh dari luar seperti cuaca
atau iklim (hujan). Penyemprotan di stockpile pada saat
penambangan atau transportasi tergantung dari kondisi
penambangan serta keadaan udara pada saat proses
penyimpanan dan dapat hilang dengan penguapan,
misalnya air drying. Kondisi ini tidak tergantung pada
tipe batubara namun dipengaruhi ukuran partikel,
karena kadar air meningkat dengan makin besarnya
luas permukaan luar. Air yang ditambahkan melalui
penyemprotan untuk menekan debu dan mengurangi
abu juga termasuk air permukaan. Air bebas biasanya
akan terlepas ke udara apabila batubara di biarkan di
dalam ruang pada suhu kamar sampai menjadi
kesetimbangan dengan kondisi udara di sekitarnya.
b. Air Tertambat (Inherent Moisture)
Air tertambat adalah kandungan air yang terikat
secara kimiawi dan fisika di dalam batubara pada saat
pembentukan batubara. air ini banyak pengaruhnya
pada suatu pengangkutan, penanganan, penggerusan

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

juga pada pembakaran batubara. Pada umumnya kadar


air terikat semakin tinggi dengan semakin rendahnya
peringkat batubara.
c. Air Total (Total Moisture)
Total moisture adalah banyaknya air yang
terkandung dalam batubara sesuai dengan kondisi
diterima, baik yang terikat secara kimiawi maupun
akibat pengaruh kondisi luar seperti iklim, ukuran
butiran, maupun proses penambangan.
Cara-cara penentuan kadar air ada beberapa macam,
antara lain :
a. Penentuan Kadar Surface Moisture
Surface moisture dari sampel dapat dihitung dari
selisih berat sampel batubara asal dengan sampel
batubara yang telah dikeringkan pada suhu kamar.
Cara penentuannya yaitu :
1). Menimbang seluruh sampel batubara yang diterima
dalam loyang (pan) pengering yang telah diketahui
beratnya.
2). Mengeringkan pada suhu kamar atau dalam oven
pengeringan dengan suhu maksimum 40 C.
3). Menghancurkan sampel sampai lolos ayakan no.8,
campur sampai merata.
4). Mengeringkan kembali sampel seperti diatas sampai
berat tetap (hitung persen kehilangan berat = L).
5). Melakukan pembagian conto dengan coning dan
quartering.
6). Menghitung kadar air bebas.
7). Melakukan penimbangan berat.

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

8). Menggerus sampel hingga diperoleh sampel lolos


ayakan 60 mesh.
Perhitungan kadar surface moisture :

Dimana :
L = % kehilangan berat pada pengeringan sampel
ukuran no.8 mesh.
L = % kehilangan berat pada pengeringan
sampel asal
b. Penentuan kadar Inherent Moisture
Inherent moisture dari sampel batubara dapat
dihitung dari selisih berat sampel setelah pemanasan
pada suhu 110 C. Cara penentuannya yaitu sampel
batubara sebanyak 1 gram berukuran 60 mesh
dipanaskan dalm oven pada suhu 105 C selama 1
jam.
Perhitungan kadar inherent moisture :

Dimana :
W = Berat sampel asal
H = Berat sampel setelah dipanaskan
c. Penentuan Kadar Total Moisture
Total moisture dapat dihitung dengan
menjumlahkan kadar lengas bebas dan kadar ais sisa
pada kondisi sampel asal. Cara penentuannya yaitu :
1). Menimbang sampel batubara yang diterima
secepatnya dalam pan pengering.
M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2). Mengeringkan pada suhu kamar atau dalam oven


pengeringan pada suhu 15 - 20C diatas suhu
kamar.
3). Menimbang sampel setiap 1 jam sekali sampai
beratnya tetap, jadi perbedaan 0,1 % setiap
jamnya.
4). Menggerus sampel sampai lolos dari ayakan no.8 ,
kemudian campur sampai merata (homogen).
5). Mengeringkan kembali pada suhu kamar kemudian
timbang sampai beratnya tetap.
6). Melakukan pembagian sampel dengan cara coning
dan quartering.
7). Memisahkan sampel untuk penetapan kadar
lengas sisa sebanyak 500 gram.
Perhitungan kadar total moisture :

8).
9).

Dimana :
TM = kadar air total
A = kadar air bebas
B = kadar air tertambat
2. Abu ( ash )
Komposisi batubara bersifat heterogen yang terdiri
dari unsur organik dan senyawa anorganik, yang
merupakan hasil rombakan batuan yang ada disekitarnya,
bercampur selama proses transportasi , sedimentasi dan
proses pembatubaraan. Abu hasil dari pembakaran
batubara dikenal sebagai ash content.Abu adalah
kandungan residu non combustible yang umum terdiri dari

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

senyawa senyawa silica oksida (SiO2), Kalsium oksida


( CaO), karbonat dan mineral mineral lainnya.
Bahan sisa dalam bentuk padatan ini anatara lain senyawa
SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O, Na2O,
P2O, SO3 dan oksida unsur lain.
Kadar abu batubara secara sederhana didefinisikan
sebagai residu anorganik yang terjadi setelah batubara
dibakar sempurna. Kadar abu dalam batubara berpengaruh
terhadap nilai kalorinya, makin tinggi kadar abu maka nilai
dari aklornya berkurang.
Terjadinya abu dalam batubara dapat sebagai
inherent mineral atau extraneous mineral matter. Berikut
adalah pengertian keduanya :
a. Inherent mineral matter berhubungan dengan tanaman
atatu tumbuhan asal pembentukkan batubara, mineral
matter ini tidak dapat dihilangkan atau dicuci dari
batubara.
b. Extraneous mineral matter berasal dari tanah penutup
atau lapisan lapisan yang terdapat diantara lapisan
batubara, biasanya terdiri dari slate, shale, sandstone,
clay atau limestone. Mineral matter ini dapat dikurangi
pada saat pencucian batubara.
Mineral matter atatu abu dalam batubara terutama
terdiri dari senyawa Si, Al, Fe, dan sedikit Ti, Mn, Mg, Na,
dan K dalam bentuk silikat, oksida sulfide, sulfat dan fosfat,
sedangkan unsur seperti As, Cu, Pb, Ni, Zn dan uranium
terdapat sangat sedikit sekali yang disebut frace element.
Makin banyak mineral yang terdapat dalam batubara maka
kadar abunya juga makin tinggi.

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Penentuan kadar abu yaitu dengan cara sampel


batubara dibakar sempurna dalam cawan peleburan
didalam furnance pada 815C selama kurang lebih 3 jam
selanjutnya batubara tersebut ditimbang. Maka
perbandingan berat sebelum dan setelah pembakaran
adalah kadar abu dari batubara tersebut.
3. Zat terbang ( volatile matter )
Zat terbang adalah kandungan batubara yang
terbebaskan pada temperatur tinggi sekitar 950C tanpa
keberadaa oksigen (misalnya CxHy, Hz, Sox dan
sebagainya). Zat terbang terdiri dari gasgas yang mudah
terbakar seperti H2, CO, metan dan uapuap yang
mengembun seperti gas CO2 dan H2O.Zat terbang sangat
erat hubungannya dengan peringkat batubara. Makin kecil
kadar zat terbang maka makin tinggi peringkat batubara.
Kandungan bahan yang mudah menguap yang tinggi
menunjukkan mudahnya penyalaan bahan bakar
( Anonim, 2015).
Pada pembakaran batubara, kandungan zat terbang
yang tinggi akan lebih dapat mempercepat pembakaran
karbon padatnya dan sebaliknya zat terbang yang lebih
rendah mempersulit proses pembakaran.
Batubara dengan kadar volatile matter yang tinggi
akan menghasilkan nyala yang panjang diatas grtae fire dan
batubara dengan kadar volatile matter yang rendah akan
menghasilkan nyala yang pendek.
Penentuan kadar zat terbang yaitu dengan cara
sampel batubara dipanaskan tanpa oksidasi pada suhu
10C selama 7 menit. Setelah pemanasan akan tertinggal
residu padat yang sebagian besar terdiri dari karbon
karbon dan mineralmineral yang telah berubah bentuk.

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Kehilangan berat dari sampel yang kemudian dikoreksi


pada kadar air tertambat adalah kadar zat terbang.
4. Karbon tetap / tertambat ( fixed carbon)
Karbon tetap adalah karbon yang terdapat pada
batubara berupa zat padat. Jumlahnya ditentukan oleh
kadar air, abu, dan zat terbang. Pengeluaran zat terbang
dan kandungan air menyebabkan kenaikan karbon tetap,
sehingga makin tinggi kadar karbon padat maka makin
tinggi peringkat batubara dan mutunya.
Penentuan kadar karbon tertambat yaitu dengan cara
karbon tertambat dihitung dari 100% dikurangi jumlah nilai
kadar lengas, kadar abu dari zat terbang. Dalam bentuk
persamaan karbon tertambat dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :

FC = 100 % - ( M + A + VM ) %

Dimana :
FC =fixed carbon
M = moisture ( kadar air )
A = ash ( kadar abu )
Vm = volatile matter ( zat terbang )
Secara kimia, tersusun atas tiga komponen utama,
yaitu :
a. Air yang terikat secara fisika dan dapat dihilangkan
pada suhu 105C ( moisture )
a. Free moisture
b. Residual moisture
b. Senyawa batubara atau coal substance atau coal
matter
a. Volatile matter
b. Fixed carbon
c. Zat mineral atau mineral matter

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

a. Volatile mineral matter


b. Ash
( Nurhakim, 2011 )
Pada basis ash received , berarti semua analisis
dihitung mundur dengan memasukkan kadar air total dan
sampel. Hal ini mungkin dilakukan jika batubara dalam
keadaan sangat basah. Pada basis air dried, sampel
batubara akan dianalisis yang ditempatkan di udara
terbuka, kadar airnya secara perlahan lahan mencapai
kesetimbangan dengan kelembapan udara. Jika ladar air ini
kemudian ditentukan, maka diperoleh kadar air pada basis
air dried. Apabila ada basis pada dry, artinya dalam
keadaan kering maka kadar airnya adalah nol sehingga
dapat diketahui analisis lainnya dihitung dengan mudah.
Pada basis dry ash free, analisis dilakukan dengan
mengabaikan kada rabu dan kadar air yang ada dalam
sampel, artinya kadar abu dari kadar airnya adalah nol.
Kadar abu dan kadar air telah diketahui, maka perhitungan
ini akan menjadi sederhana. Analisis dengan basis dry
material matter free berkaitan dengan adanya material
anorganik yang murni pada basis dry material free, analisis
ini diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai
komposisi organic murni. Kadar abu dapat dihitung dengan
mudah tetapi perhitungan dengan mineral matter
menggunakan dengan metode yang lebih sulit dan
memakan waktu.
Keadaan adherent moisture pada batubara
dimungkinkan terjadi dalam beberapa keadaan diantaranya
sebagai berikut :
1. Bercampurnya air tanah dengan batubara pada waktu
penambangan maupun pada kondisi dalam tanah.

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2. Sisa sisa air yang masih tertinggal pada batubara


yang telah dilakukan proses pencucian.
3. Air yang disemprot untuk mengurangi debu pada
batubara, hal ini memungkinkan adanya kandungan
adherent moisture
( Anonim, 2015 ).
Keberadaan adherent moisture ini dapat dikurangi
atau dihilangkan dengan proses penirisan, pengeringan
diudara terbuka, juga pengeringan dengan proses
pemberian panas. Oleh karena itu sebagian moisture ini
ada pada permukaan batubara, semakin luas
permukaannya maka semakin besar jumlah surface
moisture. Surface moisture merupakan istilah yang
digunakan dalam istilah ISO sedangkan free moisture
merupakan istilah yang digunakan dalam ASTM
dikarenakan adanya ikatan antara moisture yang berada
pada suatu permukaan partikel batubara ( Anonim, 2015).

Ada beberapa macam pengukuran berat jenis,


tergantung pada tujuan penggunaannya diantaranya :
1. Bulk density adalah berat persatuan volume misalnya
volume batubara lepas. Pengetahuan bulk density ini
diperlukan untuk menghitung besarnya stockpile dan bin
untuk menyimpan batubara dengan berat tertentu.
2. Appernt density adalah berat jenis bongkah batubara
termasuk inherent moisture, mineral matter dan udara
didalam pori.
3. True density adalah berat jenis batubara yang bebas
dari udara dan air yang tidak terikat, tetapi termasuk
mineral matter.
( Anonim, 2015).

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

8.3. Alat dan Bahan

8.3.1. Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini, yaitu :
a. Oven berfungsi untuk mengeringkan sampel
batubara yang sudah dipreparasi.

Gambar 8.1
Sketsa Oven

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

b. Cawan berfungsi untuk tempat meletakkan


sampel batubara.

Gambar 8.2
Sketsa Cawan

c. Neraca analitik berfungsi untuk menimbang berat


sampel.

Gambar 8.3.
Skesta Neraca Analitik
d. Sendok berfungsi untuk memindahkan sejumlah
sampel ke cawan.

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 8.4.
Sketsa Sendok

e. Kertas label berfungsi untuk memberi tanda pada


masing masing sampel.

Gambar 8.5
Sketsa Kertas Label
f. Safety tools berfungsi untuk melindungi diri pada
saat praktikum.

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 8.6
Sketsa Safety Tools

g. Kuas
Kuas digunakan untuk membersihkan cawan
dan neraca analitik.

Gambar 8.7
Sketsa Kuas
h. Termometer
Termometer digunakan untuk mengukur
temperature pada oven.

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 8.8
Sketsa Termometer

i. Penjepit
Penjepit digunakan untuk memindahkan cawan
dari oven.

Gambar 8.9
Sketsa Penjepit
j. Stopwatch
Stopwatch digunakan untuk menghitung waktu
pengovenan.

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Gambar 8.10
Sketsa Stopwatch

k. Desikator
Desikator digunakan sebagai tempat
penyimpanan sample agar tidak terkontaminasi oleh
zat lain.

Gambar 8.11
Sketsa Desikator

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

8.3.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah batubara dengan
kalori 5000 kkal/kg yang telah dipreparasi.

M. Azhari Firdaus
H1C113003
PRAKTIKUM BATUBARA
LABORATORIUM TEKNOLOGI MINERAL
PROGRAM STUDI TEKNIK
PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Daus Hal 1,2,3


Nopi Hal 4,5,6
Isur Hal 7,8,9
Robi Hal 10,11
David 12,13
Fajar 14,15.
Dika 16,17.18,19,20, 21, 22,

M. Azhari Firdaus
H1C113003

Anda mungkin juga menyukai