Anda di halaman 1dari 10

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR - B

Proses Pengolahan Air Limbah PT Unitex Bogor

Disusun Oleh :
Kelompok II
Kelas 3 D IV B

Novia Humairoh (P2.31.33.1.14.045)


Rosyanda Diaputri (P2.31.33.1.14.054)
Widaghda Rijalullah (P2.31.33.1.14.065)
Yunita Saraswat (P2.31.33.1.14.068)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II
Jalan Hang Jebat III/F3. Kebayoran Baru
Jakarta Selatan
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini kebutuhan air semakin meningkat, diantaranya penggunaan air pada
proses - proses industri. Industri tekstil merupakan jenis industri yang memanfaatkan air
dalam setiap unit proses produksinya. Air yang masuk dalam proses produksi akan
dikeluarkan dalam bentuk air limbah yang mengandung zat- zat atau materi baik dalam
bentuk terlarut, koloid maupun tersuspensi, dan akhirnya akan menurunkan kualitas
perairan alami jika langsung dilepaskan ke alam tanpa melalui proses pengolahan
terlebih dahulu.
Upaya pengendalian kualitas air limbah buangan terus dilakukan agar tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap sumberdaya alam dan lingkungannya. Terkait
dengan hal ini pemerintah mengeluarkan PP RI No.20 tahun 1990 mengenai
pengendalian pencemaran yang menjelaskan bahwa agar air dapat bermanfaat secara
berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan, maka pengendalian pencemaran
menjadi sangat penting dan merupakan salah satu segi upaya pengelolaan lingkungan
hidup.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pengolahan limbah cair. Dalam
proses industri, pengolahan limbah cair bertujuan untuk menghilangkan atau
meminimumkan kadar bahan pencemar yang terkandung, sehingga memenuhi syarat
untuk dibuang. PT. UNITEX merupakan salah satu industri tekstil di Indonesia yang telah
melakukan pengolahan air limbahnya sebelum dilepaskan ke perairan, yaitu melalui
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan metoda fisik, kimia dan biologi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari kunjungan ini adalah :
Mengetahui proses pengolahan limbah cair di PT Unitex Tbk
BAB II
LOKASI DAN WAKTU

2.1 Waktu Kunjungan


Hari/Tanggal: Selasa, 18 April 2017
Jam: 09.00 WIB 12.00 WIB
2.2 Lokasi Perusahaan
PT. Unitex berada di kawasan Bogor Provinsi Jawa Barat tepatnya di Jl. Raya Tajur
NO. 1, PO BOX 103, Bogor, 16001
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengolahan Limbah Tekstl PT Unitex Tbk


Indonesia dalam satu dasa warsa ini dikenal sebagai penghasil tekstil yang besar
disamping India dan Pakistan. Dalam proses produksi industri tekstil banyak
menggunakan bahan kimia dan air. Bahan kimia yang digunakan antara lain untuk proses
pencucian, pemutihan, dan pewarnaan. Akibat dari itu pencemaran lingkungan menjadi
masalah bagi masyarakat yang tinggal disekitar industri tekstil. Mengingat pentingnya
industri tekstil sebagai penghasil devisa negara dan perlunya perlindungan lingkungan,
maka diperlukan adanya teknologi pengolah limbah tekstil yang handal. Salah satu
contoh pengolahan limbah tekstil yang hingga saat ini beroperasi adalah pengolahan
limbah tekstil milik P.T. Unitex di Bogor.
Gagasan unit pengolah limbah tekstil di PT. Unitek lahir dari Presiden Direktur Mr. S.
Okabe karena pada tahun tersebut belum ada perusahaan yang dapat dijadikan contoh
dalam pengolahan air limbah. Kemudian rancang bangunnya dilaksanakan oleh
perusahaan induknya di Jepang, yaitu Unitika Ltd. Dalam perkembangan selanjutnya
terus mengalami perbaikan dan penambahan sejalan dengan peningkatan produksi. PT.
Unitek merupakan pabrik tekstil terpadu. Proses produksinya meliputi pemintalan
(spinning), pertenunan (weaving), pencelupan (dyeing) dan penyelesaian akhir
(finishing). Pada umumnya polutan yang terkandung dalam limbah industri tekstil dapat
berupa padatan tersuspensi, padatan terlarut serta gas terlarut. Karakteristik limbah
pada umumnya bersifat alkalis (pH = 7), suhunya tinggi serta berwarna pekat. Untuk
menghilangkan polutan tersebut, diperlukan pengolahan yang dapat memisahkan dan
menghancurkan polutan yang terkandung didalamnya
Instalasi Pengelolaan Air Limbah PT. Unitek dibangun Tahun 1988 di atas tanah
seluas 4000 m2, dan mampu mengolah limbah tekstil lebih dari 2000 m 3/hari.
Pengolahan limbah tektil ini diterapkan di PT Unitek, Jalan Pajajaran Tajur, Bogor. Jawa
Barat
3.2 Proses pengolahan air limbah PT. Unitex Tbk
Proses pengolahan air limbah PT. Unitex terbagi atas tiga tahap pemrosesan, yaitu :
a. Proses primer yang meliputi :
1) Penyaringan Kasar
Air limbah dari proses pencelupan dan pembilasan dibuang melalui saluran
pembuangan terbuka menuju pengolahan air limbah. Saluran tersebut terbagi
menjadi dua bagian, yakni saluran air berwarna dan saluran air tidak berwarna.
Untuk mencegah agar sisa-sisa benang atau kain dalam air limbah terbawa pada
saat proses, maka air limbah disaring dengan menggunakan saringan kasar
berdiameter 50 mm dan 20 mm.
2) Penghilangan Warna
Limbah cair berwarna yang berasal dari proses pencelupan setelah
melewati tahap penyaringan ditampung dalam dua bak penampungan, masing-
masing berkapasitas 64 m3 dan 48 m3, air tersebut kemudian dipompakan ke
dalam tangki koagulasi pertama (volume 3,1 m3) yang terdiri atas tiga buah
tangki, yaitu : Pada tangki pertama ditambahkan koagulasi FeSO 4 (Fero Sulfat)
konsentrasinya 600 700 ppm untuk pengikatan warna. Selanjutnya
dimasukkan ke dalam tangki kedua dengan ditambahkan kapur (lime)
konsentrasinya 150 300 ppm, gunanya untuk menaikkan pH yang turun
setelah penambahan FeSO4. Dari tangki kedua limbah dimasukkan ke dalam
tangki ketiga pada kedua tangki tersebut ditambahkan polimer berkonsentrasi
0,5 0,2 ppm, sehingga akan terbentuk gumpalan-gumpalan besar (flok) dan
mempercepat proses pengendapan.
Setelah gumpalan-gumpalan terbentuk, akan terjadi pemisahan antara
padatan hasil pengikatan warna dengan cairan secara gravitasi dalam tangki
sedimentasi. Meskipun air hasil proses penghilangan warna ini sudah jernih,
tetapi pH-nya masih tinggi yaitu 10, sehingga tidak bisa langsung dibuang ke
perairan. Untuk menghilangkan unsur-unsur yang masih terkandung
didalamnya, air yang berasal dri koagulasi I diproses dengan sistem lumpur aktif.
Cara tersebut merupakan perkembangan baru yang dinilai lebih efektif
dibandingkan cara lama yaitu air yang berasal dari koagulasi I digabung dalam
bak ekualisasi.
3) Ekualisasi
Bak ekualisasi atau disebut juga bak air umum memiliki volume 650 m 3
menampung dua sumber pembuangan yaitu limbah cair tidak berwarna dan air
yang berasal dari mesin pengepres lumpur. Kedua sumber pembuangan
pengeluarkan air dengan karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu untuk
memperlancar proses selanjutnya air dari kedua sumber ini diaduk dengan
menggunakan blower hingga mempunyai karakteristik yang sama yaitu pH 7
dan suhunya 32oC. Sebelum kontak dengan sistem lumpur aktif, terlebih dahulu
air melewati saringan halus dan cooling tower, karena untuk proses aerasi
memerlukan suhu 32oC. Untuk mengalirkan air dari bak ekualisasi ke bak aerasi
digunakan dua buah submerble pump atau pompa celup.
4) Saringan Halus
Air hasil ekualisasi dipompakan menuju saringan halus untuk memisahkan
padatan dan larutan, sehingga air limbah yang akan diolah bebas dari padatan
kasar berupa sisa-sisa serat benang yang masih terbawa.
5) Cooling Tower
Karakteristik limbah produksi tekstil umumnya mempunyai suhu antara 35-
40oC, sehingga memerlukan pendinginan untuk menurunkan suhu yang
bertujuan mengoptimalkan kerja bakteri dalam sistem lumpur aktif. Karena
suhu yang diinginkan adalah berkisar 29-30oC.

b. Proses sekunder yang meliputi :


1) Proses Biologi
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Unitek memiliki tiga bak aerasi
dengan sistem lumpur aktif, yang pertama berbentuk oval mempunyai
beberapa kelebihan dibandingkan dengan bentuk persegi panjang. Karena pada
bak oval tidak memerlukan blower sehingga dapat menghemat biaya listrik,
selain itu perputaran air lebih sempurna dan waktu kontak bakteri dengan
limbah lebih merata serta tidak terjadi pengendapan 1lumpur seperti layaknya
terjadi pada bak persegi panjg. Kapatas dari ketiga bak aerasi adalah 2175 m 3.
Pada masing-masing bak aerasi ini terdapat sparator yang mutlak diperlukan
untuk memasok oksigen ke dalam air bagi kehidupan bakteri. Parameter yang
diukur dalam bak aerasi dengan sistem lumpur aktif adalah DO, MLSS, dan suhu.
Dari pengalaman yang telah dijalani, parameter-parameter tersebut dijaga
sehingga penguraian polutan yang terdapat dalam limbah dapat diuraikan
semaksimal mungkin oleh bakteri. Oksigen terlarut yang diperlukan berkisar 0,5
2,5 ppm, MLSS berkisar 4000 6000 mg/l, dan suhu berkisar 29 30 oC.
2) Proses Sedimentasi
Bak sedimentasi II (volume 407 m3) mempunyai bentuk bundar pada bagian
atasnya dan bagian bawahnya berbentuk kronis yang dilengkapi dengan
pengaduk (agitator) dengan putaran 2 rph. Desain ini dimaksudkan untuk
mempermudah pengeluaran endapan dari dasar bak. Pada bak sedimentasi ini
akan terjadi settling lumpur yang berasal dari bak aerasi dan endapan lumpur
ini harus segera dikembalikan lagi ke bak aerasi (return sludge=RS), karena
kondisi pada bak sedimentasi hampir mendekati anaerob. Besarnya RS
ditentukan berdasarkan perbandingan nilai MLSS dan debit RS itu sendiri. Pada
bak sedimentasi ini juga dilakukan pemantauan kaiment (ketinggian lumpur dari
permukaan air) dan MLSS dengan menggunakan alat MLSS meter.

c. Proses tersier yang merupakan tahap lanjutan dengan penambahan bahan kimia.
Melalui upaya pengelolaan yang telah dilakukan, maka air limbah yang dibuang
tidak akan mencemari lingkungan. Biaya investasi pembangunan instalasi ini hanya
sekitar 2% dari total investasi atau sekitar 2,5 milyard rupiah. Sistem pengolah
limbah yang digunakan merupakan perpaduan antara proses fisika, kimia, dan
biologi. Proses yang berperan dalam pengurangan bahan pencemar adalah proses
biologi yang menggunakan sistem lumpur aktif dengan aerasi lanjutan (extended
aeration).
Selain limbah cair terdapat pula limbah padat yang berupa lumpur, hasil
samping dari sistem pengolahan yang digunakan. Lumpur hasil olahan digunakan
sebagai bahan campuran pembuatan conblock dan batako press serta pupuk
organik. Hal ini merupakan salah satu alternatif dan langkah lebih maju dari PT.
Unitek dalam memanfaatkan kembali limbah padat.
Pada proses pengolahan ini ditambah bahan kimia, yaitu Alumunium Sulfat
(Al2(SO4)3), Polimer dan Antifoam (Silicon Base); untuk mengurangi padatan
tersuspensi yang masih terdapat dalam air. Tahap lanjutan ini diperlukan untuk
memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut dibuang ke perairan.
Air hasil proses biologi dan sedimentasi selanjutnya ditampung dalam bak
interdiet (Volume 2m3) yang dilengkapi dengan alat yang disebut inverter untuk
mengukur level air, kemudian dipompakan ke dalam tangki koagulasi (volume 3,6
m3) dengan menggunakan pompa sentrifugal. Pada tangki koagulasi ditambahkan
alumunium sulfat (konsentrasi antara 150 300 ppm) dan polimer (konsentrasi
antara 0,5 2 ppm), sehingga terbentuk flok yang mudah mengendap. Selain kedua
bahan koagulan tersebut juga ditambahkan tanah yang berasal pengolahan air baku
(water teratment) yang bertujuan menambah partikel padatan tersuspensi untuk
memudahkan terbentuknya flok.
Pada tangki koagulasi ini terdapat mixer (pengaduk) untuk mempercepat proses
persenyawaan kimia antara air dan bahan koagulan, juga terdapat pH kontrol yang
berfungsi untuk memantau pH effluent sebelum dikeluarkan ke perairan. Setelah
penambahan koagulan dan proses flokulasi berjalan dengan sempurna, maka
gumpalan-gumpalan yang berupa lumpur akan diendapkan pada tangki sedimentasi
III (volume = 178 m3). Hasil endapan kemudian dipompakan ke tangki penampungan
lumpur yang selanjutnya akan diolah dengan belt press filter machine.
Berikut adalah diagram proses pengolahan limbah cair di PT Unitex
Gambar 1.1 Contoh air baku sampai dengan air hasil olahan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
PT Unitex adalah sebuah perusahaan yang bergerang dalam bidang tekstil terpadu
yang memproduksi bahan atau kain untuk kemeja pria polos, bergaris, atau motif kotak.
Dari hasil produksi yang dilakukan, PT Unitex dapat menghasilkan limbah. Limbah yang
dihasilkan oleh PT Unitex berasal dari unit kegiatan pembuatan tekstil/kain. Dengan
adanya limbah yang dihasilkan, maka PT Unitex membangun Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dengan luas 4000m2 pada tahun 1988 yang tetap beroperasi hingga
sekarang. Kapasitas IPAL PT Unitex saat ini mampu mengolah limbah cair sebanyak 3000
m3 per hari (dalam kondisi maksimum). PT. UNITEX merupakan salah satu industri tekstil
di Indonesia yang telah melakukan pengolahan air limbahnya sebelum dilepaskan ke
perairan, yaitu melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan metoda fisik, kimia
dan biologi.
4.2 Saran
a. Dipertahankan kinerja yang sudah berjalan dalam proses pengolahan air
limbah.
b. Ditingkatkan kinerja yang masih dianggap kurang dalam proses pengolahan air
limbah.
c. Dipertahankan untuk tetap tidak mencemari lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai