Disusun Oleh :
Kelompok II
Kelas 3 D IV B
c. Proses tersier yang merupakan tahap lanjutan dengan penambahan bahan kimia.
Melalui upaya pengelolaan yang telah dilakukan, maka air limbah yang dibuang
tidak akan mencemari lingkungan. Biaya investasi pembangunan instalasi ini hanya
sekitar 2% dari total investasi atau sekitar 2,5 milyard rupiah. Sistem pengolah
limbah yang digunakan merupakan perpaduan antara proses fisika, kimia, dan
biologi. Proses yang berperan dalam pengurangan bahan pencemar adalah proses
biologi yang menggunakan sistem lumpur aktif dengan aerasi lanjutan (extended
aeration).
Selain limbah cair terdapat pula limbah padat yang berupa lumpur, hasil
samping dari sistem pengolahan yang digunakan. Lumpur hasil olahan digunakan
sebagai bahan campuran pembuatan conblock dan batako press serta pupuk
organik. Hal ini merupakan salah satu alternatif dan langkah lebih maju dari PT.
Unitek dalam memanfaatkan kembali limbah padat.
Pada proses pengolahan ini ditambah bahan kimia, yaitu Alumunium Sulfat
(Al2(SO4)3), Polimer dan Antifoam (Silicon Base); untuk mengurangi padatan
tersuspensi yang masih terdapat dalam air. Tahap lanjutan ini diperlukan untuk
memperoleh kualitas air yang lebih baik sebelum air tersebut dibuang ke perairan.
Air hasil proses biologi dan sedimentasi selanjutnya ditampung dalam bak
interdiet (Volume 2m3) yang dilengkapi dengan alat yang disebut inverter untuk
mengukur level air, kemudian dipompakan ke dalam tangki koagulasi (volume 3,6
m3) dengan menggunakan pompa sentrifugal. Pada tangki koagulasi ditambahkan
alumunium sulfat (konsentrasi antara 150 300 ppm) dan polimer (konsentrasi
antara 0,5 2 ppm), sehingga terbentuk flok yang mudah mengendap. Selain kedua
bahan koagulan tersebut juga ditambahkan tanah yang berasal pengolahan air baku
(water teratment) yang bertujuan menambah partikel padatan tersuspensi untuk
memudahkan terbentuknya flok.
Pada tangki koagulasi ini terdapat mixer (pengaduk) untuk mempercepat proses
persenyawaan kimia antara air dan bahan koagulan, juga terdapat pH kontrol yang
berfungsi untuk memantau pH effluent sebelum dikeluarkan ke perairan. Setelah
penambahan koagulan dan proses flokulasi berjalan dengan sempurna, maka
gumpalan-gumpalan yang berupa lumpur akan diendapkan pada tangki sedimentasi
III (volume = 178 m3). Hasil endapan kemudian dipompakan ke tangki penampungan
lumpur yang selanjutnya akan diolah dengan belt press filter machine.
Berikut adalah diagram proses pengolahan limbah cair di PT Unitex
Gambar 1.1 Contoh air baku sampai dengan air hasil olahan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
PT Unitex adalah sebuah perusahaan yang bergerang dalam bidang tekstil terpadu
yang memproduksi bahan atau kain untuk kemeja pria polos, bergaris, atau motif kotak.
Dari hasil produksi yang dilakukan, PT Unitex dapat menghasilkan limbah. Limbah yang
dihasilkan oleh PT Unitex berasal dari unit kegiatan pembuatan tekstil/kain. Dengan
adanya limbah yang dihasilkan, maka PT Unitex membangun Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) dengan luas 4000m2 pada tahun 1988 yang tetap beroperasi hingga
sekarang. Kapasitas IPAL PT Unitex saat ini mampu mengolah limbah cair sebanyak 3000
m3 per hari (dalam kondisi maksimum). PT. UNITEX merupakan salah satu industri tekstil
di Indonesia yang telah melakukan pengolahan air limbahnya sebelum dilepaskan ke
perairan, yaitu melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan metoda fisik, kimia
dan biologi.
4.2 Saran
a. Dipertahankan kinerja yang sudah berjalan dalam proses pengolahan air
limbah.
b. Ditingkatkan kinerja yang masih dianggap kurang dalam proses pengolahan air
limbah.
c. Dipertahankan untuk tetap tidak mencemari lingkungan sekitar.