Anda di halaman 1dari 7

MINI RISET

BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN
PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING SEBAGAI BAHAN
BAKAR ALTERNATIF BIOGAS

OLEH :

1. FABIOLA AMELIA
2. LUSIYANA
3. REZA PEBRIYANA

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan bakar akhir-akhir ini merupakan topik yang ramai diperbincangkan
di berbagai kesempatan. Hal ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan dan
semakin meningkatnya harga jual bahan bakar. Sementara itu sumber bahan bakar
minyak dan gas semakin berkurang. Sebagai konsekuensinya maka suatu
keharusan untuk mencari sumber lain. Salah satu alternatif yaitu pemanfaatan
renewable energy atau energi yang dapat diperbaharui dan digunakan untuk
menggantikan pemakaian bahan bakar minyak atau gas alam.
Biogas merupakan sumber renewal energi yang mampu menyumbangkan
andil dalam usaha memenuhi kebutuhan bahan bakar. Bahan baku sumber energi
ini merupakan bahan non-fosil, umumnya adalah limbah atau kotoran ternak yang
produksinya tergantung atas ketersediaan rumput dan rumput akan selalu tersedia,
karena dapat tumbuh kembali setiap saat selama dipelihara dengan baik. Sebagai
pembanding yaitu gas alam yang tidak diperhitungkan sebagai renewal energy,
gas alam berasal dari fosil ynag pembentukannya memerlukan waktu jutaan
tahun.
Bahan baku yang tidak akan pernah kehabisan dan mudah didapat bagi
para peternak kambing adalah kotoran kambing. Kambing setiap hari akan
mengeluarkan sisa-sisa pencernaan makanan sebagai kotoran kambing. Dalam
pemanfaatan tinja kambing sebagai sumber energi biogas ini merupakan salah
satu potensi energi yang perlu mendapat perhatian, karena bukan saja dapat
menambah suplai energi tetapi dapat menghemat bahan bakar dan mengurangi
pemakaian gas elpiji yang relatif mahal.disamping itu dapat mengurangi
penumpukan tinja kambing dan mengeliminir pembuangan tinja kambing
disembarang tempat. Apabila tinja kambing dapat dimanfaatkan sebagai energi
biogas melalui eksperimen pada suatu mekanisme pemrosesan yang benar dan
berhasil baik, maka akan dapat digunakan sebagai percontohan dan
dipublikasikan.
1.2 Tujuan
a. Mempelajari proses pembuatan biogas dari kotoran kambing.
b. Membuat biogas secara sederhana sebagai pengganti energi alternatif.
1.3 Manfaat
a. Dapat mengetahui cara pembuatan biogas baik dari kotoran hewan
ternak terutama kambing.
b. Dapat memanfaatkan kotoran kambing sebagai bahan pembuatan
biogas.
c. Dapat membuat bahan bakar alternatif sebagai pengganti bahan bakar
fosil sehingga mengurangi pemakaian bahan bakar fosil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kotoran Ternak


Sebagian besar limbah organik alami, seperti kotoran manusia, kotoran
hewan, tanaman, sisa proses makanan dan sampah dapat diproses menjadi biogas
kecuali lignin. Lignin adalah molekul komplek yang memiliki bentuk rigid dan
struktur berkayu dari tanaman dimana bakteri hampir tidak mampu mencernanya.
Jerami mengandung lignin dan dapat menjadi masalah karena akan mengapung
dan membentuk lapisan keras (kerak) (Meynell, 1976).
Kotoran ternak segar dari seluruh populasi ternak di Indonesia tahun 2009
sebanyak 88.714.888.170 juta ton/tahun, apabila diproses menjadi gas bio (asumsi
secara keseluruhan) akan menghasilkan biogas yang setara dengan minyak tanah
sebanyak 4.331 juta liter/tahun dan menghasilkan pupuk organik kering sebanyak
34,6 juta ton/tahun (Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia, 2010). Jumlah
kotoran ternak segar ini akan meningkat setiap tahun seiring meningkatnya laju
pertumbuhan ternak penduduk di Indonesia.
Kotoran hewan lebih sering dipilih sebagai bahan pembuat biogas karena
ketersediaannya sangat besar. Bahan ini memiliki keseimbangan nutrisi, mudah
diencerkan dan relatif dapat diproses secara biologi (Tarigan, 2009). Selain itu,
kotoran segar lebih mudah diproses dibandingkan dengan kotoran yang lama atau
telah dikeringkan, disebabkan karena hilangnya substrat volatil solid selama
waktu pengeringan (Fischer dan Krieg, 2000).
Berikut rincian kandungan zat hara dari beberapa jenis kotoran hewan
dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Kandungan Zat Hara Beberapa Kotoran Ternak Padat dan Cair
Nama Bentuk Nitrogen Fosfor Kalium Air
Ternak Kotoran (%) (%) (%) (%)
Padat 0.55 0.30 0.40 75
Kuda
Cair 1.40 0.02 1.60 90

Padat 0.60 0.30 0.34 85


Kerbau
Cair 1.00 0.15 1.50 52
Padat 0.40 0.20 0.10 85
Sapi
Cair 1.00 0.50 1.50 92
Padat 0.60 0.30 0.17 60
Kambing
Cair 1.50 0.13 1.80 85
Padat 0.75 0.50 0.45 60
Domba
Cair 1.35 0.05 2.10 85
Padat 0.95 0.35 0.40 80
Babi
Cair 0.40 0.10 0.45 87
Ayam Padat dan Cair 1.00 0.80 0.40 55
Kelinci Padat dan Cair 2.72 1.10 0.50 55.3
Sumber: Kartadisastra, 2001
Bahan yang dimasukkan ke dalam digester sebaiknya dalam bentuk slurry.
Pada kondisi tersebut padatan anorganik seperti pasir akan terpisah karena
gravitasi (pengendapan), Hal ini memungkinkan bahan tersebut dipisahkan
sebelum dimasukkan ke dalam digester (Fry, 1974). Jenis kotoran kandang
memiliki sejumlah kelebihan seperti kemampuannya untuk merangsang aktivitas
biologi tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah. Hanya saja kelemahannya adalah
bentuknya yang kamba (bulky) dan tidak steril, bisa mengandung biji bijian
gulma dan berbagai bibit penyakit atau parasit tanaman. Pada Tabel 2.2 dapat
dilihat produksi kotoran dari beberapa jenis hewan ternak.
Tabel 2.2 Potensi Gas Dari Berbagai Tipe Kotoran
Bobot Gas Yang
Kotoran Basah Kotoran
Jenis Ternak Ternak Dihasilkan
(Kg/Hari/Ekor) Kering (%)
(Kg) (M3/Kg)
Sapi pedaging 520 29 17 0,025
Sapi perah 640 50 14 0,025
Babi dewasa 90 7 9 0,044
Kambing 40 2 26 0,025
Ayam petelur 2 0,1 26 0,06
Ayam boiler 1 0,06 20 0,06
manusia 60 0,25 11 0,04
2.2 Biogas
Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh makhluk hidup (bio = hidup),
yaitu: mikroorganisme berupa bakteri yang melakukan aktivitas penguraian
bahan-bahan organik dalam kondisi anaerob (tanpa udara) kemudian
menghasilkan suatu gas. Contoh bahan bahan organik yang dimaksud adalah
kotoran hewan, kotoran manusia, limbah rumah tangga, limbah pertanian
(Tarigan, 2009).
Kandungan utama dari biogas adalah gas metana (CH4) dan karbon
dioksida (CO2). Proporsi kandungan gas metana dalam biogas ditentukan oleh
jenis bahan organik yang dijadikan input (bahan baku) dan tingkat efisiensi dari
proses (metode) pembentukan biogas (Hendriani, 2008). Gas bio termasuk dalam
kategori bahan bakar biologis (biofuel) yang berguna, karena mempunyai nilai
kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800 6700 kkal/m. Hal ini merupakan
konsekuensi dari dominannya kandungan metana dalam gas bio yang merupakan
jenis gas dengan karakteristik mudah terbakar (flammable) dan dapat
mengakibatkan ledakan.
Biogas merupakan energi terbarukan yang dapat dijadikan bahan bakar
alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil seperti minyak
tanah dan gas alam. Melihat kondisi perkembangan dunia peternakan sapi di
Indonesia saat ini, energi biogas sangat potensial untuk dikembangkan. Kenaikan
tarif listrik, kenaikan harga minyak tanah atau gas LPG, kenaikan bensin dan
minyak solar telah mendorong pengembangan sumber energi alternatif yang
murah, berkelanjutan dan ramah lingkungan.
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan biogas ini adalah :
a. Galon atau jerigen
b. Botol plastik air mineral 1500 ml
c. Selang plastik
d. Corong
e. Ember
f. Isolasi
g. Korek api
h. pH meter
i. termometer

3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan biogas ini adalah kotoran
kambing dan air. Kotoran/tinja kambing yang digunakan adalah kotoran kering.

3.3 Prosedur Penelitian


Adapun proses pembuatan biogas dari kotoran kambing yaitu:
a) Menyiapkan wadah atau tempat untuk mengolah kotoran kambing menjadi
biogas. Wadah ini dibuat dengan merakit alat-alat yang telah disiapkan
sebelumnya. Wadah tempat pembuatan biogas ini dibuat tertutup
b) Setelah itu, mencampurkan kotoran kambing yang sudah disiapkan tersebut
dengan air. Air yang ditambahkan jangan terlalu banyak dan jangan terlalu
sedikit karena hasil yang didapatkan tidak akan maksimal.
c) Setelah air dan kotoran tercampur merata, suhu dan pH diukur terlebih dahulu
sebelum dimasukkan kedalam wadah penyimpanan.
d) Kotoran yang ada dalam wadah didiamkan selama kurang lebih 1 minggu.
e) Biogas yang telah terbentuk siap untuk digunakan.

Anda mungkin juga menyukai