Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perencanaan kota dapat diartikan sebagai perencanaan yang berkaitan
dengan pengalokasian lahan dalam berbagai macam fungsi dan kegiatan
(Hariyono 2010). Salah satu bentuknya adalah perencanaan penggunaan lahan
(land use planning). Dalam tata ruang dan perencanaan daerah biasanya memiliki
jangka waktu dan diperbaharui setiap 20 tahun sekali, dimana dalam jangka waktu
tersebut perlu dilakukan review-review dan penyesuaian kembali terutama daerah
yang mengalami perkembangan pesat. Review ini dimaksudkan untuk melihat
sejauh mana penyimpangannya dimana dalam hal ini adalah penyimpangan
penggunaan lahan yang telah ditetapkan pada rencana tata ruang, apakah
penggunaan lahan saat ini sudah selaras dengan penggunaan lahan yang ada pada
rencana tata ruang kota.
Proses perubahan penggunaan lahan akan berlangsung terus menerus
sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan semakin meningkatnya
aktivitas masyarakat setempat. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat
mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan ruang, baik itu sebagai tempat
tinggal maupun untuk fungsi lain, sehingga penggunaan lahan yang tidak
terencana akan menimbulkan dampak kerusakan dimasa mendatang.
Perencanaan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan yang
menghasilkan keputusan-keputusan, atau pilihan-pilihan, tentang alternatif cara
penggunaan sumberdaya yang memungkinkan, dengan tujuan untuk mencapai
suatu bagian dari tujuan dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang
(Conyers dan Hill 1984:3) dalam (Hariyono 2010). Oleh karena itu, sangat
diperlukan suatu kegiatan perencanaan dan pengawasan yang baik dan efisien
agar pertumbuhan dan pembanguan suatu wilayah dapat terarah sesuai dengan
yang direncanakan sehingga mencapai hasil yang optimal dan kelestarian
lingkungan tetap terjaga.

1
Wilayah Kota Magelang secara regional terletak di posisi yang sangat
strategis. Kota Magelang berada di tengah (pusat) wilayah Jawa Tengah. Lokasi
kota berada di jalur arteri yang menghubungkan kota Propinsi yaitu Yogyakarta-
Semarang. Kota Magelang tumbuh dan berkembang dengan pesat baik fungsi
maupun aktivitas kota, migrasi sirkuler/perpindahan penduduk secara lokal dari
daerah-daerah lain diluar Kota Magelang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan Kota Magelang. Seiring pertumbuhan penduduk,
Kota Magelang mengalami berbagai masalah tata ruang dan penggunaan lahan
perkotaan. Masalah utama Kota Magelang yaitu pada penataan fisik ruang kota
berupa perubahan penggunaan lahan dan fungsinya, serta masalah transportasi
kota, seperti kemacetan dan penempatan lokasi terminal yang tidak optimal dan
fungsioanal secara tata ruang kota (Bagus.A, 2008).

Mengingat pentingnya perencanaan kota diperlukan data yang mempunyai


keakuratan, kemudahan untuk diakses dan kemutakhiran untuk pengolahan. Salah
satu teknologi yang mampu menyediakan data/informasi yang handal, mempunyai
kemampuan yang tinggi dalam pengumpulan data/informasi secara cepat, akurat,
rinci dan mutakhir adalah teknik penginderaan jauh. Teknologi penginderaan jauh
yang semakin berkembang telah menghasilkan berbagai data penginderaan jauh
yang memiliki kualifikasi baik untuk identifikasi penggunaan lahan kota, salah
satunya adalah citra Quickbird.
Quickbird adalah citra dengan resolusi tinggi yang dioperasikan oleh
Digital Globe. Citra Quickbird memiliki resolusi spasial 61 centimeter untuk
pankromatik dan 2,44 meter untuk multispektral. Pada resolusi seperti ini ,
bngunan, jalan, jembatan, dan detail infrastruktur lainnya akan tampak dengan
jelas. Aplikasi citra Quickbird ini meliputi pemetaan kota dan pedesaan serta
sumber daya alam dan bencana, pemetaan objek pajak, pertanian dan analisis
hutan, pertambangan, teknik sipil, konstruksi, dan deteksi perubahan. Ditinjau dari
kemampuan resolusi yang dimiliki, data citra resolusi ini dapat digunakan sebagai
sumber data utama untuk melakukan penyadapan informasi penggunaan lahan.
Pemanfaatan citra Quickbird ini digunakan untuk mengidentifikasi penggunaan
lahan. Proses identifikasi dilakukan secara onscreen dengan memanfaatkan

2
perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG). Dengan data ini obyek yang
luas dapat diteliti tanpa harus mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga
akan efisien dalam waktu. Namun hasil penyadapan data membutuhkan data
lapangan yang memadai untuk memperoleh hasil analisis yang baik.

1.2 Perumusan Masalah


Kota pada dasarnya sebagai lokasi pusat kegiatan ekonomi perlu dikelola
secatra optimal melalui suatu perencanaan dan pengawasan atau pemantauan
untuk mewujudkan efesiensi pemanfaatan ruang. Evaluasi terhadap tata ruang
wilayah perkotaan perlu dilakukan mengingat banyak factor-faktor yang
memungkinkan terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan.
Pertambahan jumlah penduduk yang terjadi terus menerus dan meningkatnya
pelaksanaan pembangunan disegala bidang menyebabkan lahan yang tersedia
akan terus berkurang. Lahan yang seharusnya diprioritas sebagai jalur hijau
dialihfungsikan sebagai area permukiman atau fungsi lain. Hal ini menyebabkan
kota keliatan kurang tertata dengan baik. Banyaknya penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan kemampuan dan potensinya akan menyebabkan lahan menjadi
kritis.
Penelitian ini dilakukan di Kota Magelang. Kota Magelang dapat dikatakan
sebagai kota transit dengan adanya jalur jalan penghubung antar kota. Hal ini
menjadikan kota Magelang mengalami perkembangan yang sangat pesat pada
sektor kependudukan maupun jenis kegiatan yang makin beragam. Kota
Magelang merupakan wilayah Kota Madya yang berada di Provinsi Jawa Tengah,
dengan luas mencapai 1.812,00 Ha, secara administratif Kota Magelang terbagi
menjadi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Magelang Utara, Magelang Tengah dan
Magelang Selatan serta memiliki 17 Kelurahan yang tersebar di tiga kecamatan
tersebut. Pada tahun 2004 jumlah penduduk di Kota magelang adalah 116.839
jiwa kemudian pada tahun 2008 meningkat menjadi 124.627 jiwa. Peningkatan ini
tentunya nanti berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan akan lahan dan
pemanfataan lahan yang terdesak tanpa mempertimbangkan kebijakan yang ada
dalam tata ruang kawasan perkotaan, untuk itu sangat perlu dilakukan

3
pengawasan dan pemantauan kembali penggunaan lahannya terhadap penggunaan
lahan yang sudah direncanakan agar tetap terjadi keselarasannya.
Peran masyarakat sangat penting dalam mensukseskan hasil rencana tata
ruang wilayah. Masyarakat berhak dan berkewajiban dalam penyusunan dan
pelaksanaan tara ruang wilayah. Masyarakat sudah seharusnya mematuhi aturan
dari hasil rencana tata ruang kawasan perkotaan demi terwujudnya kelestarian
lingkungan di masa yang akan datang. Akan tetapi itu semua tidak bisa menjadi
jaminan, banyak masyarakat yang melakukan pelanggaran pemanfataan lahan
semata-mata untuk tujuan tertentu mereka tanpa mempertimbangkan aturan
rencana tata ruang. Mengenai hal ini, diharapkan pihak-pihak yang memiliki
tugas dan wewenang dalam hal ijin mendirikan usaha dan bangunan harus benar-
benar bekerja secara tegas dan professional.
Untuk mengetahui keselarasan penggunaan lahan Kota Magelang terhadap
penggunaan lahan yang ada pada rencana tata ruang wilayah kota dibutuhkan
penggunaan lahan Kota Magelang saat ini. Penggunaan lahan aktual didapatkan
dari identifikasi citra penginderaan jauh yaitu Quickbird. Proses identifikasi
dilakukan secara visual dengan bantuan softwer SIG yaitu ArcGis. Citra
Quickbird diharapkan mampu mengidentifikasi penggunaan lahan Kota Magelang
dengan kedetailan yang sangat tinggi. Hasil pemantauan keselarasan ini dapat
dijadikan input sebagai bahan refrensi dalam pengambilan kebijakan-kebijakan
dalam penyusunan rencana tata ruang berikutnya.

1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui penggunaan lahan tahun aktual Kota magelang dan
mengetahui penggunaan lahan Kota Magelang dalam rencana
penggunaan lahan pada RTRW Kota Magelang tahun 2001-2011
2. Mengkaji keselarasan penggunaan lahan Kota Magelang terhadap
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang

4
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografi bagi
studi evaluasi rencana tata ruang kota
2. Dapat digunakan sebagai salah satu rujukan dan informasi bagi pihak-
pihak yang berkepentingan dalam masalah tata ruang kota, khususnya di
Kota Magelang.

1.5 Tinjauan Pustaka


1.5.1 Konsep Mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota

Penataan ruang merupakan salah satu aspek yang semakin penting dalam
kegiatan pembangunan daerah sebagai alat pengendali pembangunan fisik kota
(lewat perijinan lokasi dan ijin mendirikan bangunan). Hal ini terjadi karena
berbagai permasalahan yang timbul di daerah dan menuntut penyelesaian dari segi
penataan ruang. Pengertian ruang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No.26 Tahun 2007 bab 1 pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa ruang adalah wadah
yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Rencana Tata Ruang Kota merupakan arahan bagi pemanfaatan ruang
untuk tiap wilayah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
penataan ruang, rencana tata ruang dirumuskan secara berjenjang mulai dari
tingkat yang sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci seperti yang
dicerminkan dari tata ruang tingkat Nasional, propinsi, kabupaten, perkotaan,
desa, dan bahkan untuk tata ruang yang bersifat tematis, misalnya untuk kawasan
pesisir, pulau-pulau kecil, dan lain sebagainya.
Rencana tata ruang wilayah kota salah satunya memuat tentang rencana
pola ruang. Sebagaimana yang diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun
2007 bahwa rencana pola ruang wilayah kota yang meliputi kawasan lindung kota
dan kawasan budi daya kota.

5
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas:
a. keterpaduan;
b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
c. keberlanjutan;
d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
e. keterbukaan;
f. kebersamaan dan kemitraan;
g. pelindungan kepentingan umum;
h. kepastian hukum dan keadilan; dan
i. akuntabilitas.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam lingkungan buatan;
b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

1.5.2 RTRW Kota Magelang


Wilayah Kota adalah pusat kegiatan ekonomi dan kegiatan lainnya untuk
mewujudkan efektifitas dan efisiensi pemanfaatan ruang. Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) tidak hanya menggambarkan tata letak dan keterkaitan
hierarkhis ruang, tetapi juga kualitas komponen-komponen yang menjadi
penyusun ruang. RTRW disusun berdasarkan pendekatan wilayah administrasi
dengan muatan substansi yang mencakup rencana struktur dan pola ruang untuk
mewujudkan ruang yang aman, nyaman, sehat, dan serasi.
Tujuan pembangunan Kota Magelang adalah untuk kesejahteraan rakyat.
Pencapaian tujuan dilaksanakan melalui langkah-langkah kebijakan yang tertuang
dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), Rencana Pembangunan

6
Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) yang
merupakan hierarkhis lingkup waktu perencanaan di Kota Magelang. Agar
kebijakan menjadi implementatif, efektif, efisien, maka penyusunan kebijakan dan
strategi pembangunan harus berlandaskan kepada Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Magelang.
RTRW merupakan perencanaan dalam bentuk rencana pola dan struktur
ruang yang perwujudannya dilakukan melalui pelaksanaan indikasi program.
Didukung dengan kenyataan bahwa ruang adalah wadah interaksi sosial, ekonomi,
dan budaya antarmanusia, ekosistem, dan sumberdaya buatan, maka RTRW juga
merupakan perencanaan kota sebagai kerangka kerja untuk mendorong
perwujudan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan perubahan pemanfaatan
ruang yang dapat berdampak pada kesejahteraan rakyat. RTRW juga bermanfaat
menjaga keserasian pembangunan wilayah dan sektor dalam pelaksanaan
program-program pembangunan.
RTRW menjadi acuan instansi pemerintah dan masyarakat untuk
mengarahkan lokasi dan memanfaatkan ruang dalam menyusun program
pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang. Sebagai arahan
pelakasanaan pembangunan wilayah kota dan solusi penanganan permasalahan
kota dalam wilayah pada waktu yang akan datang, penyusunan RTRW harus
memperhatikan :
a. Isu-isu permasalahan tata ruang, sosial budaya, ekonomi, dan sarana prasarana
lingkungan
b. Potensi dan karakteristik wilayah
c. Tuntutan kebutuhan yang akan datang
d. Kelestarian lingkungan sebagai aspek penting dalam pembangunan
berkelanjutan
Sehubungan dengan fungsi dan peran RTRW dalam pembangunan dan
pengembangan wilayah kota, maka penyusunan RTRW harus pula
memperhatikan aturan-aturan atau pedoman-pedoman yang terkait dengan
penyusunan RTRW. Aturan tersebut antara lain adalah :
a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

7
b. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Penataan
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Tengah
d. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten di wilayah perbatasan (RTRW
Kabupaten Magelang)
e. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025
Penyusunan RTRW memerlukan persamaan persepsi sebagai pemahaman
kepentingan dalam kebutuhan pemanfaatan ruang serta implementasinya,
sehingga partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan dengan tujuan:
a. Mengembangkan rasa memiliki terhadap tujuan pembangunan yang ingin
dicapai
b. Menumbuhkan arti penting perencanaan
c. Menjaring isu-isu permasalahan serta memancing aspirasi tentang kondisi
wilayah yang akan datang melalui alternatif pengembangan pola pikir yang
obyektif
Jaring aspirasi masyarakat yang dilaksanakan secara obyektif dalam
bentuk dengar pendapat umum (public hearing) sangat mendorong kualitas
substansi rencana tata ruang sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Dengan berubahnya UU No. 24 Tahun 1992 menjadi Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka produk penataan ruang di
daerah juga harus mengikuti pedoman baru tersebut. Dari sisi spasial
kewilayahan, secara internal Kota Magelang juga mengalami pengembangan
terutama di kawasan strategis yang diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan
baru di masa mendatang. Pengembangan kawasan strategis tersebut tercantum
dalam RPJP Kota Magelang Tahun 2005-2025.

8
Selain dari sisi kebijakan, Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Magelang juga tidak terlepas dari berbagai macam latar belakang masalah internal
Kota Magelamg itu sendiri. Adapun masalah tersebut seperti masalah tata ruang,
masalah sosial budaya, masalah ekonomi dan berbagai masalah penyediaan sarana
prasarana lingkungan yang harus segera dicari solusi pemecahannya (problem
solving). Secara garis besar latar belakang penyusunan RTRW Kota Magelang
dapat digambarkan seperti diagram gambar berikut :

Perubahan UU No. 24
Tahun 1992 menjadi UU RTRWN
No. 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang Produk tata ruang
menyesuaikan dengan pedoman
RTRW Provinsi Jawa Tengah penataan ruang terbaru
Kebijakan Eksternal
Kota Magelang:
RTR Kawasan Kebijakan Internal Kota
GELANGMANTE Magelang:
N Penyusunan RTRW RPJP Kota Magelang
Kawasan PROGO- Kota Magelang RPJM Kota Magelang
OPAK SERANG RKPD Kota Magelang
Kawasan
BOROBUDUR Pengembangan kawasan strategis dan pusat
RIP Pariwisata Jawa pertumbuhan baru Kota Magelang RPJP Kota
Tengah Magelang Tahun 2005-2025:
Rencana Tata Kawasan Sidotopo
Perlunya memperhatikan Arah dan Kawasan Wisata dan Pengembangan Wisata
Kebijakan RTRW Kabupaten Magelang Bangunan Kuno/Heritage
untuk sinkronisasi serta melihat potensi Kawasan Terminal Sukarno Hatta
dan tantangan dalam perencanaan RTRW Kawasan Kebonpolo
Kota Magelang Kawasan Alun-alun dan sekitarnya (Losmenan
dan lain sebagainya)
Berbagai Permasalahan yang terjadi di Kawasan GOR Samapta
Kota Magelang (Eksternal maupun Kawasan Lembah Gunung Tidar
Internal) Kawasan Gunung Tidar (kawasan konservasi)

Sumber : Bappeda Kota Magelang


Gambar 1.1 Diagram Latar Belakang Penyusunan RTRW Kota Magelang

1.5.2 Penginderaan Jauh


Sebelum melakukan analisis, data terlebih dahulu diperoleh dari suatu alat
dengan tidak mengalami kontak langsung dengan obyek, area atau kejadian
tersebut. Dengan menggunakan berbagai sensor kita mengumpulkan data dari
jarak jauh yang dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang obyek,

9
daerah atau fenomena yang diteliti. Pengumpulan data dari jarak jauh dapat
dilaku5kan dengan berbagai bentuk, termasuk variasi agihan daya, agihan
gelombang bunyi, atau agihan energi elektromagnetik (Lillesand, Kiefer &
Chipman, 2004).
Alat utama untuk dapat mengenali dan memahami berbagai kenampakan
atau obyek dipermukaan bumi melalui penginderaan jauh adalah citra. Citra
dihasilkan melaui proses perekaman dengan bantuan sensor. Secara garis besar
sensor dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sensor fotografik (kamera)
dan sensor non fotografik. Masing-masing jenis sensor ini bekerja dengan cara
yang berbeda, sehingga menghasilkan karakteristik citra yang berbeda. Perbedaan
antara citra foto dan citra non foto dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1. Perbedaan antara citra foto dan citra non foto

Variabel Pembeda Citra Foto Citra Non Foto


Non kamera, mendasarkan
Sensor Kamera atas penyiaman. Kamera yang
detektornya bukan film.
Pita magnetik, termistor, foto
Detektor Film
kondusif, foto voltaik, dsb
Proses perekaman Fotografi/kimiawi Elektronik
Mekanisme
Serentak Parsial
perekaman
Spektra tampak dan
Spektrum Spektrum tampak dan
perluasannya, termal, dan
elektromagtik perluasannya
gelombang mikro
Sumber : Sutanto, 1987
1.5.3 Citra Quickbird
Quickbird adalah citra resolusi tinggi yang dioperasikan oleh Digital
Globe. Quickbird mempunyai resolusi spasial 0,61 m atau 61 cm. citra
Quickbird sangat bagus untuk sumber-sumber data lingkungan untuk
menganalisis perubahan penggunaan lahan, pertanian, dan iklim hutan.
Citra Quickbird dapat diterapkan pada bidang industry-industri, termasuk
produksi dan eksplorasi minyak dan gas, infrastruktur dan konstruksi, dan

10
studi lingkungan. Adapun karakteristik sensor citra quickbird adalah
sebgai berikut :
Tabel 1.2. Karekteristik Citra Quickbird
Launch Date October 18, 2001
Launch Vehicle Boeing Delta II
Launch location Vandenberg Air Force Base
California, USA
Orbit Altitude 450 km
Orbit Inclination 97,2, sun-syncrhonous
Speed 7,1 km/second 25,560 km/hour
Equator Crossing Time 10:30 a.m (descending node)
Orbit Time 93,5 minutes
Revisit time 1-3,5 daus depending on Latitude
(30 off nadir)
Swath Width 16,5 km x 16,5 Km at nadir
Metric Accuracy 23 meter horizontal (CE90%)
Digitization 11 bits
Resolution Pancromatic : 61 cm (nadir) to 72
cm (25 off-nadir)
Multispectral : 2,44 m 9nadir) to
2,88 m (25 off nadir)
Image Bands Pan : 450 900 nm
Blue : 450 520 nm
Green : 520 600 nm
Image Bands Red : 630 690 nm
Near IR : 760 900 nm

http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/quickbird.html

11
1.5.4 Interpretasi Citra
Interpretasi adalah proses mengkaji citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi obyek yang tergambar dalam citra (Sutanto, 1986)

1.5.4.1 Interpretasi Manual


Interpretasi secara manual dilakukan dengan cara mengenali karakteristik
obyek berdasarkan 8 unsur interpretasi, yaitu : rona atau warna, bentuk, ukuran,
pola, tekstudr, bayangan, situs, asosiasi ( Sutanto, 1986).
a. Rona (tone)
Rona mengacu pada kecerahan relatif obyek pada citra. Rona
biasanya dinyatakan dalam derajat keabuan (Grey Scala), misalnya sangat
gelap, agak gelap, cerah, sangat cerah. Apabila citra yang digunakan itu
adalah berwarna, maka unsur interpretasi yang digunakan adalah warna
(colour), meskipun penyebutnya masih terkombinasi dengan rona.
Misalnya merah, hijau, biru, coklat kekuningan, biru kehijauan agak gelap
dan sebagainya.
b. Bentuk (shape)
Bentuk merupakan konfigurasi atau kerangka dari suatu obyek.
Bentuk beberapa obyek kadang-kadang begitu mencirikan sehingga obyek
tersebut dapat langsung dikenali hanya berdasarkan kriteria ini.
c. Ukuran (size)
Ukuran merupakan atribut obyek yang antara lain berupa jarak,
luas, tinggi, lereng dan volume. Ukuran obyek pada foto udara atau citra
harus dipertimbangkan dalam konteks skala yang ada. Penyebutan ukuran
juga tidak selalu dapat dilakukan untuk semua jenis obyek
d. Pola (pattern)
Pola adalah hubungan susunan spasial obyek. Pola biasanya terkait
pula dengan adanya pengulangan bentuk umum suatu atau sekelompok
obyek dalam ruang. Istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan pola
misalnya adalah teratur, tidak teratur, kurang teratur, namun kadang-

12
kadang juga digunakan istilah yang lebih ekspresif , misalnya melingkar,
memanjang, terputus-putus, konsentris dan sebagainya.
e. Bayangan (shadow)
Bayangan sangat penting bagi penafsir karena dapat memberikan
dua macam efek yang berlawanan. Pertama, bayangan mampu
menegaskan bentuk obyek pada citra, karena outline obyek menjadi lebih
tajam atau jelas, begitu pula kesan ketinggiannya. Kedua, bayangan justru
kurang memberikan pantulan obyek ke sensor sehingga obyek yang
diamati menjadi tidak jelas.
f. Tekstur (texture)
Tekstur merupakan ukuran frekuansi perubahan rona pada gambar
obyek. Tekstur dapat dihasilkan oleh agregasi atau pengelompokan satuan
kenampakan yang terlalu kecil untuk dapat dibedakan secara individual.
Kesan tekstur juga bersifat relatif, tergantung pada skala dan resolusi citra
yang digunakan.
g. Situs (site)
Situs atau letak merupakan penjelasan tentang lokasi obyek relatif
terhadap obyek atau kenampakan lain yang lebih mudah untuk dikenali
dan dipandang dapat dijadikan dasar untuk identifikasi obyek yang dikaji.
h. Asosiasi (association)
Asosiasi merupakan unsur yang memperhatikan keterkaitan antar
suatu obyek atau fenomena dengan obyek atau fenomena lain yang
digunakan sebagai dasar untuk mengenali obyek yang dikaji.

Dalam mengenali obyek, tidak semua unsur interpretasi digunakan secara


bersama-sama. Ada beberapa jenis fenomena atau obyek yang langsung dapat
dikenali hanya berdasarkan satu jenis unsur interpretasi saja. Ada kecenderungan
pengenalan obyek penutup atau penggunaan lahan pada skala besar untuk wilayah
perkotaan membutuhkan lebih banyak unsur interpretasi dibandingkan pengenalan
penggunaan lahan pada citra skala sedang hingga kecil pada liputan wilayah yang
luas.

13
1.5.5 Sistem Informasi Geografi (SIG)
1.5.5.1 Pengertian Sistem Informasi Geografi (SIG)
Sistem Informasi Geografi adalah sistem yang berbasiskan komputer yang
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi.
SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis obyek-obyek
dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau
kritis untuk dianalisis. Dengan demikian SIG merupakan sistem komputer yang
memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi
geografi : (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data),
(c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran (Arronof, 1989).
Dari pengertian tersebut diketahui bahwa SIG merupakan sistem komputer
yang memiliki empat kemampuan utama untuk menangani data bereferensi
geografis. Keempat kemampuan tersebut adalah pemasukan, pengelolaan atau
manajemen, manipulasi dan analisis data, serta keluaran. SIG digunakan untuk
membantu manusia dalam memahami dunia nyata dengan melakukan proses-
proses manipulasi dan presentasi data yang direalisasikan dengan lokasi-lokasi
geografis di permukaan bumi, seperti terlihat pada gambar berikut yaitu:

Unsur Lokasi Pelanggan

Unsur Bagunan

Unsur Jalan-jalam

Realitas di
Permukaan Bumi

Gambar 1.2. model Dunia Nyata Diredyuksi Menjadi Peta (Prahasta, 2001)

14
Menurut Prahasta, 2001 SIG dibagi menjadi empat sub sistem yaitu :
1. Data masukan
Sub sistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan
data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Sub sistem ini pula yang
bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-
format data aslinya kedalam format yang dapat digunakan oleh SIG. Data
masukan dalam SIG sangat bervariasi, yaitu berupa data spasial maupun
data non spasial. Data spasial merupakan data yang menayangkan
kenampakan-kenampakan lokasi geografis. Data spasial umumnya berupa
kenampakan titik, garis, ataupu area, sedangkan data non spasial
merupakan informasi deskriptif baik dalam bentuk tabel maupun laporan.
Kumpulan informasi spasial dan nonspasial saling terkait satu dengan
yang lain dinamakan basis data (database). Pemasukan data dalam SIG
dapat dilakukan dengan cara digitasi. Digitasi adalah pengubahan data
grafis analog menjadi data grafis digital dalam struktur vektor.
2. Data keluaran
Sub sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh
atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk
hardcopy. Softcopy merupakan data yang ditayangkan berupa tampilan
gambar pada layar monitor komputer dan dalam bentuk data digital berupa
file yang dapat dibaca oleh komputer, sedangkan hardcopy merupakan
bentuk cetakan berupa peta maupun tabel yang dicetak dengan media
kertas.
3. Data manajemen
Sub sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut
ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil,
di-update, dan di-edit. Pengelolaan data memerlukan adanya data yang
telah tersusun kedalam database. Dalam pengelolaan data ini diperlukan
suatu sistem yang dapat melakukan beberapa aplikasi program sekaligus.
Kumpulan program terpadu yang menangani data dinamakan Database
Management System (DBMS). Keuntungan adanya DBMS ini adalah

15
kualitas, kerahasiaan dan keutuhan data dapat dijamin dan dipelihara serta
efisien dalam aplikasinya.
4. Data Manipulasi dan Analisis
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat
dihasilkan oleh Sistem Informasi Geografi (SIG). Selain itu sub sistem ini
juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan.
Raper J., dan Green N. (1984, dalam Prahasta 2001) mengemukakan bahwa
Sistem Informasi Geografi terdiri dari beberapa komponen, diantaranya :
1. Perangkat keras
Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras
mulai dari PC desktop, workstations, hingga multi user host yang dapat
digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer
yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (hard disk)
yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar.
Walaupun demikian, fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap
karakteristik-karakteristik fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan
memori pada PC pun dapat diatasi. Adapun perangkat keras yang sering
digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer,
plotter, dan scanner.
2. Perangkat Lunak
Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sisitem perangkat lunak
yang tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci.
Setiap sub sistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat
lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak mengherankan jika
ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang
masing-masing dapat dieksekusi sendiri.
3. Data dan Informasi Geografi
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang
diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara melakukan import dari
perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan

16
cara melakukan digitasi pada data spasialnya dari peta dan memasukkan
data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan
keyboard.
4. Manajemen
Suatu proyek SIG akan berhasil dengan baik jika di manage dengan baik
dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada
semua tingkatan.

1.5.5.2 ArcGIS
ArcGIS merupakan suatu software yang diciptakan oleh ESRI yang
digunakan dalam Sistem Informasi Geografi. ArcGIS merupakan Software
pengolah data spasial yang mampu mendukung berbagai format data gabungan
dari tiga software yaitu ArcInfo, ArcView dan ArcEdit yang mempunyai
kemampuan lengkap dalam geoprocessing, modelling dan scripting serta mudah
diaplikasikan dalam berbagai tipe data. Dekstop ArcGIS terdiri dari 4 modul yaitu
Arc Map, Arc Catalog, Arc Globe, Arc Toolbox dan model builder.
Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk proses,
analisis peta, proses editing peta, dan juga dapat digunakan untuk
mendesain secara kartografis.
Arc Catalog digunakan untuk management data atau mengatur data-data,
jika dalam Windows fungsinya sama dengan explor.
Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait dengan data yang
universal, untuk tampilan tiga dimensi, dan juga dapat digunkan untuk
menampilkan geogle earth.
Model Builder digunakan untuk membuat model builder / diagram alur.
Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tools tools tambahan.

Modul spatial adjusment merupakan suatu modul tambahan yang


digunakan untuk menggabungkan peta peta yang memiliki cakupan
wilayah yang sama tetapi hasil digitasinya beda. Dalam spasial adjusment
terdapat tiga modul yang digunakan yaitu transformasi koordinat,

17
rubbersheting, dan edge match. Transformasi koordinat merupakan suatu
cara untuk merubah / meminahkan suatu koordinat peta dari asal koordinat
ke koordinat tujuan. Rubber sheeting digunakan untuk mengoreksi
kesalahan koordinat dengan geometrik adjustment. Sama seperti
transformasi koordinat, displacement link yang digunakan dalam rubber
sheeting ini digunakan untuk menggambarkan feature yang dipindah.
Edge match merupakan suatu proses untuk mengatur feature sepanjang
edge dari suatu layer ke feature dari feature addjoint. Layer yang kurang
akurat di-adjust, dan layer lainnya sebagai kontrol.
Tipe layer dalam ArcGIS :
Point
Misalnya bangunan, tempat wisata. Layer point tidak mempunyai
dimensi.
Line atau arc
Misalnya jalan, sungai, jalan kereta api. Layer line mempunyai satu
dimensi.
Polygon
Misalnya batas administrasi, lereng, kerawanan bencana. Layer
polygon mempunyai dua dimensi.
Raster images
Misalnya citra, peta hasil scan.

18
Tabel 1.3. Spesifikasi Software ArcGIS
No Spesifikasi Uraian Keterangan
1 Nama Software ArcGIS Merupakan paket software yang
digunakan oleh masyarakat
geographic imaging (pencitraan
mengenai ilmu bumi),
dirancang untuk pengolahan
citra dan GIS.
2 Versi/Release 9.2 Merupakan versi yang terbaru
dari seri ArcGIS 9.X
3 Diluncurkan tahun 2006 Software ini mulai dipasarkan
dan dipakai oleh banyak
pengguna mulai tahun 2006.
4 Pembuat Environment Perusahaan pembuat software
System Research Sistem Informasi Geografi yang
Institute (ESRI) berasal dari USA.
Produk terkenal lainnya adalah
Arc/Info dan ArcView GIS
5 Minimum Hardware Pentium X 800 Software ini menggunakan
MHz minimum spesifikasi hardware yang besar
- Processor 512 MB karena data yang dapat diolah
800 X 600 @256 merupakan data yang kompleks
- RAM color resolution baik data raster maupun vektor.
- VGA Card 207 MB hard disk Semakin tinggi kapasitas
hardware yang ada maka akan
- Free space lebih mempercepat proses pada
saat analisis data.
6 Operating System Windows server Software ini dapat beroperasi di
2003, NT 4.0, 2000, berbagai macam sistem
XP, Linux windows, minimal windows
2000.
7 Kategori Software GIS Software GIS ini termasuk
- Profesional profesional karena memiliki
berbagai fasilitas input data
hingga output data yang
lengkap.
IP Image processing software ini
- Viewer termasuk hanya viewer saja
karena kurang memiliki fasilitas
format data yang lengkap.
8 Struktur Data/File Raster dan vektor Mampu menampilkan data baik
dari format raster maupun
vektor.
Sangat banyak mendukung
format data raster seperti *.tiff

19
dan lain-lain.
Format data vektor yang
didukung antara lain format data
ErMapper yaitu *.ers.
9 Format Data/File *.shp *.shp format file yang
*.shx menjelaskan feature geometri
*.dbf *.shx format file yang
*.sbn menjelaskan index pada feature
*.sbx geometri
*.prj *.dbf format dBase yang
menjelaskan tentang atribut
feature
*.prj format file hasil output
10 Fasilitas pada
Software Inti (core)
Input + On screen Input (Digitasi on screen), yaitu
editing digitizing dan proses pengubahan data grafis
register and menjadi data grafis digital,
transform tools dalam struktur data vektor yang
Editing : edit theme disimpan dalam bentuk titik,
dan atributnya. garis dan area dengan
mengguna kan mouse langsung
pada komputer.
Kesalahan hasil input dapat
dikoreksi atau diedit dengan
menggunakan fasilitas yang
ada.

Processing Overlay, buffering, Processing merupakan fasilitas


3D scene dan untuk menganalisis data yang
manipulasi analisis ada seperti overlay peta,
data lainnya. buffering dan sebagainya.

Output Peta data grafis dan Fasilitas layout merupakan


(layout) atribut fungsi untuk membuat
komposisi peta untuk dicetak
dalam bentuk hardcopy.
11 Fasilitas paket Database Manager Database manager meng
program yang gunakan query builder dan
terintegrasi dengan fasilitas tabel (*dbf).
software inti
Avenue Avenue merupakan fasilitas
paket program yang berupa
bahasa pemrograman untuk
costumize data.

20
12 Format I/O data Data Raster :
*.tiff Format input data yang
*.prj mendukung software ArcGIS
*.bmp sangat banyak berupa format
*.hdr raster dan format vektor.
Data Vektor :
*.arc
*.pnt
*.shp
*.mif
*.dxf
*.sdl
*.xyz
13 Fasilitas - 3D analyst Fasilitas-fasilitas khusus
khusus/fasilitas - Image analyst lainnya dapat digunakan dengan
lainnya - Spasial analyst terlebih dahulu membuka
- Edit tools extentions yang ada.
- X-tools
- dan sebagainya
Sumber : (www.esri.com)

1.6 Penelitian Sebelumnya


Suryo Bagus (2008) melakukan penelitian tentang Keselarasan
Penggunaan lahan Aktual Kota Yogyakarta terhadap Rencana Pemanfataan Lahan
Pada rencana Umum Tata Ruang Kota Yogyakarta Tahun 1994-2004. Tujuan
penelitian ini adalah mengetahui penggunaan lahan actual Kota Yogyakarta,
mengetahui pemanfataan lahan dalam rencana pemanfaatan lahan pada RUTRK
Yogyakarta tahun 1994-2004, dan mengkaji keselarasan penggunaan lahan actual
Kota Yogyakarta terhadap rencana pemanfaatan lahan pada RUTRK Yogyakarta
tahun 1994-2004. Metode yang digunakan adalah overlay (tumpang susun) dan
pendekatan analisis keruangan (spatial analysis). Data yang digunakan adalah
peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) lembar 1408-224 daerah Timoho dan lembar
1408-223 daerah Yogyakarta skala 1 : 25.000, citra Quickbird wilaah Kota
Yogyakarta perekaman tahun 2003, peta administrasi Kota Yogyakarta skala 1 :
50.000, peta Rencana Pemanfaatan lahan Kota Yogyakarta skala 1 : 50.000 tahun
1994-2004, dan dokumen Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK)
Yogyakarta tahun 1994-2004. Hasil yang diperoeh dari penelitian tersebut adalah

21
peta penggunaan lahan tahun 2003 dan peta keselarasan penggunaan lahan actual
Kota Yogyakarta terhadap rencana pemanfaatan lahan pada (RUTRK)
Yogyakarta tahun 1994-2004.
Hendarjono (2003) melakukan penelitian berjudul Keselarasan Bentuk
Penggunaan Lahan Dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota Kecamatan
Cibinong Tahun 2003 Menggunakan Foto Udara Dan Sistem Sistem Informasi
Geografi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pemetaan bentuk penggunaan
lahan tahun 2003 dan mengevaluasi peruntukan ruang berdasarkan Rencana
Detail Tata Ruang Kota kecamatan Cibinong. Metode yang digunakan adalah
digitasi on screen dan analisisnya dengan metode tumpang susun (overlay). Data-
data yang digunakan adalah foto udara pankromatik hitam putih skala 1 : 15.000
tahun 1994, peta administrasi Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor skala 1:
10.000, peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 25.000 tahun 1993 lembar
1209-421 dan 1209-143, peta penggunaan lahan kota Cibinong skala 1 : 10.000
tahun 1995, dan peta Rencana Detail Tata Ruang Kota Kecamatan Cibinong tahun
1998-2008 skala 1 : 5.000.

1.7 Kerangka Pemikiran


Penggunaan lahan merupakan hasil aktivitas manusia dengan lahan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu jumlah penduduk dan
aktivitasnya semakin meningkat atau bertambah jumlahnya, menyebabkan
terjadinya perubahan penggunaan lahan kota. Perubahan penggunaan lahan
apabila dibiarkan tidak terkendali tentu akan membawa akibat menurunnya
kualitas lingkungan dan kehidupan penduduk kota. Untuk itu rencana penggunaan
lahan kota ditetapkan oleh pemerintah kota sebagai usaha untuk mengatur
perkembangan dan pembangunan fisik kota.
Rencana penggunaan lahan yang merupakan suatu materi dari Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) ditetapkan dalam suatu ketetapan
pemerintah sehingga berkekuatan hukum yang tetap dan dilaksanakan dalam
lingkup perencanaan harus mengacu pada rencana tersebut. RTRWK ini
kemudian dijadikan sebagai alat untuk membantu membuat keputusan dalam

22
menggunakan lahan, sehingga diharapkan dapat mengurangi masalah penggunaan
lahan dan mewujudkan tujuan pembangunan social, ekonomi, dan lingkungan.
Dalam memanfaatkan lahan, fungsi pemanfaatan ruang tersebut harus mengacu
pada kebijakan penataan ruang kawasan. Akan tetapi, dalam kenyataannya ada
yang tidak mengacu pada kebijaksanaan pemanfaatan ruang sehingga
pemanfaatan ruangnya tidak selaras dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota (RTRWK).
Sejauh mana lahan kota telah diarahkan selaras dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota (RTRWK) diwujudkan dalam persentase keselarasan
penggunaan lahan aktual dengan RTRWKnya. Penentuan Keselarasan
Penggunaan lahan aktual terhadap RTRWK dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan Sistem informasi Geografi (SIG). Kelebihan SIG terletak
pada kemudahan, kecepatan dan cara analisis sehingga penggunaan SIG dalam
pengelolaan data penginderaan jauh atau data keruangan lainnya menjadi sangat
penting terutama dalam hal efisiensi pengolahan data. Analisis SIG yang
digunakan adalah menggunakan tumpang susun (overlay) penggunaan lahan saat
ini dengan penggunaan lahan pada RTRWK. Penggunaan lahan aktual
didapatatkan dari interpretasi citra Quickbird tahun 2009 dan penggunaan lahan
pada RTRWK dan didapatkan dengan proses digitasi peta penggunaan lahan pada
RTRWK tahun 2001-2011.

1.8 Batasan Istilah


Citra adalah gambar yang diperoleh dari satelit atau pesawat terbang melalui
bantuan scanner, disimpan, dimanipulasi dan ditampilkan dalam bentuk
basis logika binner (Danoedoro, 1996)
Penginderaan jauh adalah suatu ilmu dan seni untuk memperoleh informasi
mengenai obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah,
atau fenomena yang dikaji (Lillesand, Kiefer & Chipman, 2004).

23
Sistem Informasi Geografi adalah sistem yang berbasiskan komputer yang
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi
geografi (Prahasta, 2001)
Penggunaan Lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara
menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumber daya
daya alam dan sumber daya buatan, yang secara keseluruhan disebut
lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun
spiritual taupun kedua-duanya (Malingreau, 1978 dalam Bagus 2008)
Klasifikasi penggunaan lahan adalah pengelompokan data penggunaan lahan atas
kelas atau kategori tertentu (Sutanto, 1981)
Interpretasi citra adalah proses mengkaji citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi obyek yang tergambar dalam citra (Sutanto, 1986)
Lahan adalah suatu wilayah diprmukaan bumi yang mempunyai sifat-sifat agak
tetap atau pengulangan sifat-sifat dari biosfer secara vertikal diatas
maupun dibawah wilayah tersebut termasuk atmosfer, tanah, geologi,
geomorfologi, hidrologi, vegetasi, dan binatang yang merupakan hasil
aktifitas manusia dimasa lampau maupun masa sekarang, dan perluasan
sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh terhadap penggunaan lahan oleh
manusia disaat sekarang maupun dimasa yang akan datang (FAO, 1976
dalam Hendarjono 2003).
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara
kelangsungan hidupnya (UU No. 26/2007 )
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang (UU No. 26/2007)
Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang (UU No. 26/2007)
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsure
terkait yang batas dan system nya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional (UU No. 26/2007)
Kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alamai
dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup

24
besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogin dan materialistic
dibandingkan dengan daerah belakangnya (Bintarto, 1977)
Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (UU No. 26/2007)
Perencanaan tata ruang Kawasan Perkotaan, secara sederhana dapat diartikan
sebagai kegiatan merencanakan pemanfaatan potensi dan ruang perkotaan
serta pengembangan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk
mengakomodasikan kegiatan sosial ekonomi yang diinginkan (UU No.
26/2007)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota merupakan penjabaran arahan kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional dan provinsi ke dalam
struktur wilayah Daerah dan pola pemanfaatan ruang dearah yang menjadi
pedoamn bagi pengembangan dan pemanfaatan ruang daerah (Peraturan
Daerah Kota Magelang No 4 Tahun 2012)
Selaras yaitu penggunaan lahan aktual yang mendominasi dalam suatu blok
peruntukan lahan sesuai dengan penggunaan lahan yang direncanakan
dalam blok peruntukan tersebut.
Tidak Selaras yaitu penggunaan lahan aktual yang mendominasi dalam suatu blok
peruntukan lahan tidak sesuai dengan pemanfaatan lahan yang
direncanakan dalam blok peruntukan tersebut.
Belum Selaras yaitu penggunaan lahan aktual yang mendominasi dalam suatu
blok peruntukan lahan belum sesuai dengan penggunaan lahan yang
direncakan dalam blok peruntukan tersebut, artinya penggunaan lahan
yang direncanakan belum terlaksana atau masih berfungsi lain tetapi
merupakan tahap perkembangan kebentuk lahan yang direncanakan.

25

Anda mungkin juga menyukai