PENDAHULUAN
1
Wilayah Kota Magelang secara regional terletak di posisi yang sangat
strategis. Kota Magelang berada di tengah (pusat) wilayah Jawa Tengah. Lokasi
kota berada di jalur arteri yang menghubungkan kota Propinsi yaitu Yogyakarta-
Semarang. Kota Magelang tumbuh dan berkembang dengan pesat baik fungsi
maupun aktivitas kota, migrasi sirkuler/perpindahan penduduk secara lokal dari
daerah-daerah lain diluar Kota Magelang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perkembangan Kota Magelang. Seiring pertumbuhan penduduk,
Kota Magelang mengalami berbagai masalah tata ruang dan penggunaan lahan
perkotaan. Masalah utama Kota Magelang yaitu pada penataan fisik ruang kota
berupa perubahan penggunaan lahan dan fungsinya, serta masalah transportasi
kota, seperti kemacetan dan penempatan lokasi terminal yang tidak optimal dan
fungsioanal secara tata ruang kota (Bagus.A, 2008).
2
perangkat lunak Sistem Informasi Geografis (SIG). Dengan data ini obyek yang
luas dapat diteliti tanpa harus mengadakan penjelajahan seluruh areal, sehingga
akan efisien dalam waktu. Namun hasil penyadapan data membutuhkan data
lapangan yang memadai untuk memperoleh hasil analisis yang baik.
3
pengawasan dan pemantauan kembali penggunaan lahannya terhadap penggunaan
lahan yang sudah direncanakan agar tetap terjadi keselarasannya.
Peran masyarakat sangat penting dalam mensukseskan hasil rencana tata
ruang wilayah. Masyarakat berhak dan berkewajiban dalam penyusunan dan
pelaksanaan tara ruang wilayah. Masyarakat sudah seharusnya mematuhi aturan
dari hasil rencana tata ruang kawasan perkotaan demi terwujudnya kelestarian
lingkungan di masa yang akan datang. Akan tetapi itu semua tidak bisa menjadi
jaminan, banyak masyarakat yang melakukan pelanggaran pemanfataan lahan
semata-mata untuk tujuan tertentu mereka tanpa mempertimbangkan aturan
rencana tata ruang. Mengenai hal ini, diharapkan pihak-pihak yang memiliki
tugas dan wewenang dalam hal ijin mendirikan usaha dan bangunan harus benar-
benar bekerja secara tegas dan professional.
Untuk mengetahui keselarasan penggunaan lahan Kota Magelang terhadap
penggunaan lahan yang ada pada rencana tata ruang wilayah kota dibutuhkan
penggunaan lahan Kota Magelang saat ini. Penggunaan lahan aktual didapatkan
dari identifikasi citra penginderaan jauh yaitu Quickbird. Proses identifikasi
dilakukan secara visual dengan bantuan softwer SIG yaitu ArcGis. Citra
Quickbird diharapkan mampu mengidentifikasi penggunaan lahan Kota Magelang
dengan kedetailan yang sangat tinggi. Hasil pemantauan keselarasan ini dapat
dijadikan input sebagai bahan refrensi dalam pengambilan kebijakan-kebijakan
dalam penyusunan rencana tata ruang berikutnya.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Mengetahui penggunaan lahan tahun aktual Kota magelang dan
mengetahui penggunaan lahan Kota Magelang dalam rencana
penggunaan lahan pada RTRW Kota Magelang tahun 2001-2011
2. Mengkaji keselarasan penggunaan lahan Kota Magelang terhadap
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang
4
1.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Pemanfaatan citra penginderaan jauh dan sistem informasi geografi bagi
studi evaluasi rencana tata ruang kota
2. Dapat digunakan sebagai salah satu rujukan dan informasi bagi pihak-
pihak yang berkepentingan dalam masalah tata ruang kota, khususnya di
Kota Magelang.
Penataan ruang merupakan salah satu aspek yang semakin penting dalam
kegiatan pembangunan daerah sebagai alat pengendali pembangunan fisik kota
(lewat perijinan lokasi dan ijin mendirikan bangunan). Hal ini terjadi karena
berbagai permasalahan yang timbul di daerah dan menuntut penyelesaian dari segi
penataan ruang. Pengertian ruang dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No.26 Tahun 2007 bab 1 pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa ruang adalah wadah
yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam
bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup,
melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.
Rencana Tata Ruang Kota merupakan arahan bagi pemanfaatan ruang
untuk tiap wilayah. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang
penataan ruang, rencana tata ruang dirumuskan secara berjenjang mulai dari
tingkat yang sangat umum sampai tingkat yang sangat rinci seperti yang
dicerminkan dari tata ruang tingkat Nasional, propinsi, kabupaten, perkotaan,
desa, dan bahkan untuk tata ruang yang bersifat tematis, misalnya untuk kawasan
pesisir, pulau-pulau kecil, dan lain sebagainya.
Rencana tata ruang wilayah kota salah satunya memuat tentang rencana
pola ruang. Sebagaimana yang diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun
2007 bahwa rencana pola ruang wilayah kota yang meliputi kawasan lindung kota
dan kawasan budi daya kota.
5
Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang
diselenggarakan berdasarkan asas:
a. keterpaduan;
b. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;
c. keberlanjutan;
d. keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;
e. keterbukaan;
f. kebersamaan dan kemitraan;
g. pelindungan kepentingan umum;
h. kepastian hukum dan keadilan; dan
i. akuntabilitas.
Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah
nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan
Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
a. terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam lingkungan buatan;
b. terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber
daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan
c. terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negative
terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
6
Jangka Menengah (RPJM), dan Rencana Kerja Perangkat Daerah (RKPD) yang
merupakan hierarkhis lingkup waktu perencanaan di Kota Magelang. Agar
kebijakan menjadi implementatif, efektif, efisien, maka penyusunan kebijakan dan
strategi pembangunan harus berlandaskan kepada Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Magelang.
RTRW merupakan perencanaan dalam bentuk rencana pola dan struktur
ruang yang perwujudannya dilakukan melalui pelaksanaan indikasi program.
Didukung dengan kenyataan bahwa ruang adalah wadah interaksi sosial, ekonomi,
dan budaya antarmanusia, ekosistem, dan sumberdaya buatan, maka RTRW juga
merupakan perencanaan kota sebagai kerangka kerja untuk mendorong
perwujudan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan perubahan pemanfaatan
ruang yang dapat berdampak pada kesejahteraan rakyat. RTRW juga bermanfaat
menjaga keserasian pembangunan wilayah dan sektor dalam pelaksanaan
program-program pembangunan.
RTRW menjadi acuan instansi pemerintah dan masyarakat untuk
mengarahkan lokasi dan memanfaatkan ruang dalam menyusun program
pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang. Sebagai arahan
pelakasanaan pembangunan wilayah kota dan solusi penanganan permasalahan
kota dalam wilayah pada waktu yang akan datang, penyusunan RTRW harus
memperhatikan :
a. Isu-isu permasalahan tata ruang, sosial budaya, ekonomi, dan sarana prasarana
lingkungan
b. Potensi dan karakteristik wilayah
c. Tuntutan kebutuhan yang akan datang
d. Kelestarian lingkungan sebagai aspek penting dalam pembangunan
berkelanjutan
Sehubungan dengan fungsi dan peran RTRW dalam pembangunan dan
pengembangan wilayah kota, maka penyusunan RTRW harus pula
memperhatikan aturan-aturan atau pedoman-pedoman yang terkait dengan
penyusunan RTRW. Aturan tersebut antara lain adalah :
a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
7
b. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Penataan
Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Tengah
d. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten di wilayah perbatasan (RTRW
Kabupaten Magelang)
e. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Magelang Tahun 2005-2025
Penyusunan RTRW memerlukan persamaan persepsi sebagai pemahaman
kepentingan dalam kebutuhan pemanfaatan ruang serta implementasinya,
sehingga partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan dengan tujuan:
a. Mengembangkan rasa memiliki terhadap tujuan pembangunan yang ingin
dicapai
b. Menumbuhkan arti penting perencanaan
c. Menjaring isu-isu permasalahan serta memancing aspirasi tentang kondisi
wilayah yang akan datang melalui alternatif pengembangan pola pikir yang
obyektif
Jaring aspirasi masyarakat yang dilaksanakan secara obyektif dalam
bentuk dengar pendapat umum (public hearing) sangat mendorong kualitas
substansi rencana tata ruang sehingga dapat dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Dengan berubahnya UU No. 24 Tahun 1992 menjadi Undang-undang
Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, maka produk penataan ruang di
daerah juga harus mengikuti pedoman baru tersebut. Dari sisi spasial
kewilayahan, secara internal Kota Magelang juga mengalami pengembangan
terutama di kawasan strategis yang diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan
baru di masa mendatang. Pengembangan kawasan strategis tersebut tercantum
dalam RPJP Kota Magelang Tahun 2005-2025.
8
Selain dari sisi kebijakan, Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota
Magelang juga tidak terlepas dari berbagai macam latar belakang masalah internal
Kota Magelamg itu sendiri. Adapun masalah tersebut seperti masalah tata ruang,
masalah sosial budaya, masalah ekonomi dan berbagai masalah penyediaan sarana
prasarana lingkungan yang harus segera dicari solusi pemecahannya (problem
solving). Secara garis besar latar belakang penyusunan RTRW Kota Magelang
dapat digambarkan seperti diagram gambar berikut :
Perubahan UU No. 24
Tahun 1992 menjadi UU RTRWN
No. 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang Produk tata ruang
menyesuaikan dengan pedoman
RTRW Provinsi Jawa Tengah penataan ruang terbaru
Kebijakan Eksternal
Kota Magelang:
RTR Kawasan Kebijakan Internal Kota
GELANGMANTE Magelang:
N Penyusunan RTRW RPJP Kota Magelang
Kawasan PROGO- Kota Magelang RPJM Kota Magelang
OPAK SERANG RKPD Kota Magelang
Kawasan
BOROBUDUR Pengembangan kawasan strategis dan pusat
RIP Pariwisata Jawa pertumbuhan baru Kota Magelang RPJP Kota
Tengah Magelang Tahun 2005-2025:
Rencana Tata Kawasan Sidotopo
Perlunya memperhatikan Arah dan Kawasan Wisata dan Pengembangan Wisata
Kebijakan RTRW Kabupaten Magelang Bangunan Kuno/Heritage
untuk sinkronisasi serta melihat potensi Kawasan Terminal Sukarno Hatta
dan tantangan dalam perencanaan RTRW Kawasan Kebonpolo
Kota Magelang Kawasan Alun-alun dan sekitarnya (Losmenan
dan lain sebagainya)
Berbagai Permasalahan yang terjadi di Kawasan GOR Samapta
Kota Magelang (Eksternal maupun Kawasan Lembah Gunung Tidar
Internal) Kawasan Gunung Tidar (kawasan konservasi)
9
daerah atau fenomena yang diteliti. Pengumpulan data dari jarak jauh dapat
dilaku5kan dengan berbagai bentuk, termasuk variasi agihan daya, agihan
gelombang bunyi, atau agihan energi elektromagnetik (Lillesand, Kiefer &
Chipman, 2004).
Alat utama untuk dapat mengenali dan memahami berbagai kenampakan
atau obyek dipermukaan bumi melalui penginderaan jauh adalah citra. Citra
dihasilkan melaui proses perekaman dengan bantuan sensor. Secara garis besar
sensor dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sensor fotografik (kamera)
dan sensor non fotografik. Masing-masing jenis sensor ini bekerja dengan cara
yang berbeda, sehingga menghasilkan karakteristik citra yang berbeda. Perbedaan
antara citra foto dan citra non foto dapat dilihat pada tabel 1.1.
Tabel 1.1. Perbedaan antara citra foto dan citra non foto
10
studi lingkungan. Adapun karakteristik sensor citra quickbird adalah
sebgai berikut :
Tabel 1.2. Karekteristik Citra Quickbird
Launch Date October 18, 2001
Launch Vehicle Boeing Delta II
Launch location Vandenberg Air Force Base
California, USA
Orbit Altitude 450 km
Orbit Inclination 97,2, sun-syncrhonous
Speed 7,1 km/second 25,560 km/hour
Equator Crossing Time 10:30 a.m (descending node)
Orbit Time 93,5 minutes
Revisit time 1-3,5 daus depending on Latitude
(30 off nadir)
Swath Width 16,5 km x 16,5 Km at nadir
Metric Accuracy 23 meter horizontal (CE90%)
Digitization 11 bits
Resolution Pancromatic : 61 cm (nadir) to 72
cm (25 off-nadir)
Multispectral : 2,44 m 9nadir) to
2,88 m (25 off nadir)
Image Bands Pan : 450 900 nm
Blue : 450 520 nm
Green : 520 600 nm
Image Bands Red : 630 690 nm
Near IR : 760 900 nm
http://www.satimagingcorp.com/satellite-sensors/quickbird.html
11
1.5.4 Interpretasi Citra
Interpretasi adalah proses mengkaji citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi obyek yang tergambar dalam citra (Sutanto, 1986)
12
kadang juga digunakan istilah yang lebih ekspresif , misalnya melingkar,
memanjang, terputus-putus, konsentris dan sebagainya.
e. Bayangan (shadow)
Bayangan sangat penting bagi penafsir karena dapat memberikan
dua macam efek yang berlawanan. Pertama, bayangan mampu
menegaskan bentuk obyek pada citra, karena outline obyek menjadi lebih
tajam atau jelas, begitu pula kesan ketinggiannya. Kedua, bayangan justru
kurang memberikan pantulan obyek ke sensor sehingga obyek yang
diamati menjadi tidak jelas.
f. Tekstur (texture)
Tekstur merupakan ukuran frekuansi perubahan rona pada gambar
obyek. Tekstur dapat dihasilkan oleh agregasi atau pengelompokan satuan
kenampakan yang terlalu kecil untuk dapat dibedakan secara individual.
Kesan tekstur juga bersifat relatif, tergantung pada skala dan resolusi citra
yang digunakan.
g. Situs (site)
Situs atau letak merupakan penjelasan tentang lokasi obyek relatif
terhadap obyek atau kenampakan lain yang lebih mudah untuk dikenali
dan dipandang dapat dijadikan dasar untuk identifikasi obyek yang dikaji.
h. Asosiasi (association)
Asosiasi merupakan unsur yang memperhatikan keterkaitan antar
suatu obyek atau fenomena dengan obyek atau fenomena lain yang
digunakan sebagai dasar untuk mengenali obyek yang dikaji.
13
1.5.5 Sistem Informasi Geografi (SIG)
1.5.5.1 Pengertian Sistem Informasi Geografi (SIG)
Sistem Informasi Geografi adalah sistem yang berbasiskan komputer yang
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi geografi.
SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis obyek-obyek
dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik yang penting atau
kritis untuk dianalisis. Dengan demikian SIG merupakan sistem komputer yang
memiliki empat kemampuan berikut dalam menangani data yang bereferensi
geografi : (a) masukan, (b) manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan data),
(c) analisis dan manipulasi data, (d) keluaran (Arronof, 1989).
Dari pengertian tersebut diketahui bahwa SIG merupakan sistem komputer
yang memiliki empat kemampuan utama untuk menangani data bereferensi
geografis. Keempat kemampuan tersebut adalah pemasukan, pengelolaan atau
manajemen, manipulasi dan analisis data, serta keluaran. SIG digunakan untuk
membantu manusia dalam memahami dunia nyata dengan melakukan proses-
proses manipulasi dan presentasi data yang direalisasikan dengan lokasi-lokasi
geografis di permukaan bumi, seperti terlihat pada gambar berikut yaitu:
Unsur Bagunan
Unsur Jalan-jalam
Realitas di
Permukaan Bumi
Gambar 1.2. model Dunia Nyata Diredyuksi Menjadi Peta (Prahasta, 2001)
14
Menurut Prahasta, 2001 SIG dibagi menjadi empat sub sistem yaitu :
1. Data masukan
Sub sistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan
data spasial dan atribut dari berbagai sumber. Sub sistem ini pula yang
bertanggung jawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan format-
format data aslinya kedalam format yang dapat digunakan oleh SIG. Data
masukan dalam SIG sangat bervariasi, yaitu berupa data spasial maupun
data non spasial. Data spasial merupakan data yang menayangkan
kenampakan-kenampakan lokasi geografis. Data spasial umumnya berupa
kenampakan titik, garis, ataupu area, sedangkan data non spasial
merupakan informasi deskriptif baik dalam bentuk tabel maupun laporan.
Kumpulan informasi spasial dan nonspasial saling terkait satu dengan
yang lain dinamakan basis data (database). Pemasukan data dalam SIG
dapat dilakukan dengan cara digitasi. Digitasi adalah pengubahan data
grafis analog menjadi data grafis digital dalam struktur vektor.
2. Data keluaran
Sub sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh
atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun bentuk
hardcopy. Softcopy merupakan data yang ditayangkan berupa tampilan
gambar pada layar monitor komputer dan dalam bentuk data digital berupa
file yang dapat dibaca oleh komputer, sedangkan hardcopy merupakan
bentuk cetakan berupa peta maupun tabel yang dicetak dengan media
kertas.
3. Data manajemen
Sub sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun atribut
ke dalam sebuah basis data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil,
di-update, dan di-edit. Pengelolaan data memerlukan adanya data yang
telah tersusun kedalam database. Dalam pengelolaan data ini diperlukan
suatu sistem yang dapat melakukan beberapa aplikasi program sekaligus.
Kumpulan program terpadu yang menangani data dinamakan Database
Management System (DBMS). Keuntungan adanya DBMS ini adalah
15
kualitas, kerahasiaan dan keutuhan data dapat dijamin dan dipelihara serta
efisien dalam aplikasinya.
4. Data Manipulasi dan Analisis
Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat
dihasilkan oleh Sistem Informasi Geografi (SIG). Selain itu sub sistem ini
juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan
informasi yang diharapkan.
Raper J., dan Green N. (1984, dalam Prahasta 2001) mengemukakan bahwa
Sistem Informasi Geografi terdiri dari beberapa komponen, diantaranya :
1. Perangkat keras
Pada saat ini SIG tersedia untuk berbagai platform perangkat keras
mulai dari PC desktop, workstations, hingga multi user host yang dapat
digunakan oleh banyak orang secara bersamaan dalam jaringan komputer
yang luas, berkemampuan tinggi, memiliki ruang penyimpanan (hard disk)
yang besar, dan mempunyai kapasitas memori (RAM) yang besar.
Walaupun demikian, fungsionalitas SIG tidak terikat secara ketat terhadap
karakteristik-karakteristik fisik perangkat keras ini sehingga keterbatasan
memori pada PC pun dapat diatasi. Adapun perangkat keras yang sering
digunakan untuk SIG adalah komputer (PC), mouse, digitizer, printer,
plotter, dan scanner.
2. Perangkat Lunak
Bila dipandang dari sisi lain, SIG juga merupakan sisitem perangkat lunak
yang tersusun secara modular dimana basis data memegang peranan kunci.
Setiap sub sistem diimplementasikan dengan menggunakan perangkat
lunak yang terdiri dari beberapa modul, hingga tidak mengherankan jika
ada perangkat SIG yang terdiri dari ratusan modul program (*.exe) yang
masing-masing dapat dieksekusi sendiri.
3. Data dan Informasi Geografi
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan informasi yang
diperlukan baik secara tidak langsung dengan cara melakukan import dari
perangkat-perangkat lunak SIG yang lain maupun secara langsung dengan
16
cara melakukan digitasi pada data spasialnya dari peta dan memasukkan
data atributnya dari tabel-tabel dan laporan dengan menggunakan
keyboard.
4. Manajemen
Suatu proyek SIG akan berhasil dengan baik jika di manage dengan baik
dan dikerjakan oleh orang-orang yang memiliki keahlian yang tepat pada
semua tingkatan.
1.5.5.2 ArcGIS
ArcGIS merupakan suatu software yang diciptakan oleh ESRI yang
digunakan dalam Sistem Informasi Geografi. ArcGIS merupakan Software
pengolah data spasial yang mampu mendukung berbagai format data gabungan
dari tiga software yaitu ArcInfo, ArcView dan ArcEdit yang mempunyai
kemampuan lengkap dalam geoprocessing, modelling dan scripting serta mudah
diaplikasikan dalam berbagai tipe data. Dekstop ArcGIS terdiri dari 4 modul yaitu
Arc Map, Arc Catalog, Arc Globe, Arc Toolbox dan model builder.
Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk proses,
analisis peta, proses editing peta, dan juga dapat digunakan untuk
mendesain secara kartografis.
Arc Catalog digunakan untuk management data atau mengatur data-data,
jika dalam Windows fungsinya sama dengan explor.
Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait dengan data yang
universal, untuk tampilan tiga dimensi, dan juga dapat digunkan untuk
menampilkan geogle earth.
Model Builder digunakan untuk membuat model builder / diagram alur.
Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tools tools tambahan.
17
rubbersheting, dan edge match. Transformasi koordinat merupakan suatu
cara untuk merubah / meminahkan suatu koordinat peta dari asal koordinat
ke koordinat tujuan. Rubber sheeting digunakan untuk mengoreksi
kesalahan koordinat dengan geometrik adjustment. Sama seperti
transformasi koordinat, displacement link yang digunakan dalam rubber
sheeting ini digunakan untuk menggambarkan feature yang dipindah.
Edge match merupakan suatu proses untuk mengatur feature sepanjang
edge dari suatu layer ke feature dari feature addjoint. Layer yang kurang
akurat di-adjust, dan layer lainnya sebagai kontrol.
Tipe layer dalam ArcGIS :
Point
Misalnya bangunan, tempat wisata. Layer point tidak mempunyai
dimensi.
Line atau arc
Misalnya jalan, sungai, jalan kereta api. Layer line mempunyai satu
dimensi.
Polygon
Misalnya batas administrasi, lereng, kerawanan bencana. Layer
polygon mempunyai dua dimensi.
Raster images
Misalnya citra, peta hasil scan.
18
Tabel 1.3. Spesifikasi Software ArcGIS
No Spesifikasi Uraian Keterangan
1 Nama Software ArcGIS Merupakan paket software yang
digunakan oleh masyarakat
geographic imaging (pencitraan
mengenai ilmu bumi),
dirancang untuk pengolahan
citra dan GIS.
2 Versi/Release 9.2 Merupakan versi yang terbaru
dari seri ArcGIS 9.X
3 Diluncurkan tahun 2006 Software ini mulai dipasarkan
dan dipakai oleh banyak
pengguna mulai tahun 2006.
4 Pembuat Environment Perusahaan pembuat software
System Research Sistem Informasi Geografi yang
Institute (ESRI) berasal dari USA.
Produk terkenal lainnya adalah
Arc/Info dan ArcView GIS
5 Minimum Hardware Pentium X 800 Software ini menggunakan
MHz minimum spesifikasi hardware yang besar
- Processor 512 MB karena data yang dapat diolah
800 X 600 @256 merupakan data yang kompleks
- RAM color resolution baik data raster maupun vektor.
- VGA Card 207 MB hard disk Semakin tinggi kapasitas
hardware yang ada maka akan
- Free space lebih mempercepat proses pada
saat analisis data.
6 Operating System Windows server Software ini dapat beroperasi di
2003, NT 4.0, 2000, berbagai macam sistem
XP, Linux windows, minimal windows
2000.
7 Kategori Software GIS Software GIS ini termasuk
- Profesional profesional karena memiliki
berbagai fasilitas input data
hingga output data yang
lengkap.
IP Image processing software ini
- Viewer termasuk hanya viewer saja
karena kurang memiliki fasilitas
format data yang lengkap.
8 Struktur Data/File Raster dan vektor Mampu menampilkan data baik
dari format raster maupun
vektor.
Sangat banyak mendukung
format data raster seperti *.tiff
19
dan lain-lain.
Format data vektor yang
didukung antara lain format data
ErMapper yaitu *.ers.
9 Format Data/File *.shp *.shp format file yang
*.shx menjelaskan feature geometri
*.dbf *.shx format file yang
*.sbn menjelaskan index pada feature
*.sbx geometri
*.prj *.dbf format dBase yang
menjelaskan tentang atribut
feature
*.prj format file hasil output
10 Fasilitas pada
Software Inti (core)
Input + On screen Input (Digitasi on screen), yaitu
editing digitizing dan proses pengubahan data grafis
register and menjadi data grafis digital,
transform tools dalam struktur data vektor yang
Editing : edit theme disimpan dalam bentuk titik,
dan atributnya. garis dan area dengan
mengguna kan mouse langsung
pada komputer.
Kesalahan hasil input dapat
dikoreksi atau diedit dengan
menggunakan fasilitas yang
ada.
20
12 Format I/O data Data Raster :
*.tiff Format input data yang
*.prj mendukung software ArcGIS
*.bmp sangat banyak berupa format
*.hdr raster dan format vektor.
Data Vektor :
*.arc
*.pnt
*.shp
*.mif
*.dxf
*.sdl
*.xyz
13 Fasilitas - 3D analyst Fasilitas-fasilitas khusus
khusus/fasilitas - Image analyst lainnya dapat digunakan dengan
lainnya - Spasial analyst terlebih dahulu membuka
- Edit tools extentions yang ada.
- X-tools
- dan sebagainya
Sumber : (www.esri.com)
21
peta penggunaan lahan tahun 2003 dan peta keselarasan penggunaan lahan actual
Kota Yogyakarta terhadap rencana pemanfaatan lahan pada (RUTRK)
Yogyakarta tahun 1994-2004.
Hendarjono (2003) melakukan penelitian berjudul Keselarasan Bentuk
Penggunaan Lahan Dengan Rencana Detail Tata Ruang Kota Kecamatan
Cibinong Tahun 2003 Menggunakan Foto Udara Dan Sistem Sistem Informasi
Geografi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk pemetaan bentuk penggunaan
lahan tahun 2003 dan mengevaluasi peruntukan ruang berdasarkan Rencana
Detail Tata Ruang Kota kecamatan Cibinong. Metode yang digunakan adalah
digitasi on screen dan analisisnya dengan metode tumpang susun (overlay). Data-
data yang digunakan adalah foto udara pankromatik hitam putih skala 1 : 15.000
tahun 1994, peta administrasi Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor skala 1:
10.000, peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 25.000 tahun 1993 lembar
1209-421 dan 1209-143, peta penggunaan lahan kota Cibinong skala 1 : 10.000
tahun 1995, dan peta Rencana Detail Tata Ruang Kota Kecamatan Cibinong tahun
1998-2008 skala 1 : 5.000.
22
menggunakan lahan, sehingga diharapkan dapat mengurangi masalah penggunaan
lahan dan mewujudkan tujuan pembangunan social, ekonomi, dan lingkungan.
Dalam memanfaatkan lahan, fungsi pemanfaatan ruang tersebut harus mengacu
pada kebijakan penataan ruang kawasan. Akan tetapi, dalam kenyataannya ada
yang tidak mengacu pada kebijaksanaan pemanfaatan ruang sehingga
pemanfaatan ruangnya tidak selaras dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota (RTRWK).
Sejauh mana lahan kota telah diarahkan selaras dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota (RTRWK) diwujudkan dalam persentase keselarasan
penggunaan lahan aktual dengan RTRWKnya. Penentuan Keselarasan
Penggunaan lahan aktual terhadap RTRWK dapat dilakukan dengan
menggunakan bantuan Sistem informasi Geografi (SIG). Kelebihan SIG terletak
pada kemudahan, kecepatan dan cara analisis sehingga penggunaan SIG dalam
pengelolaan data penginderaan jauh atau data keruangan lainnya menjadi sangat
penting terutama dalam hal efisiensi pengolahan data. Analisis SIG yang
digunakan adalah menggunakan tumpang susun (overlay) penggunaan lahan saat
ini dengan penggunaan lahan pada RTRWK. Penggunaan lahan aktual
didapatatkan dari interpretasi citra Quickbird tahun 2009 dan penggunaan lahan
pada RTRWK dan didapatkan dengan proses digitasi peta penggunaan lahan pada
RTRWK tahun 2001-2011.
23
Sistem Informasi Geografi adalah sistem yang berbasiskan komputer yang
digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi informasi-informasi
geografi (Prahasta, 2001)
Penggunaan Lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara
menetap ataupun berpindah-pindah terhadap suatu kelompok sumber daya
daya alam dan sumber daya buatan, yang secara keseluruhan disebut
lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun
spiritual taupun kedua-duanya (Malingreau, 1978 dalam Bagus 2008)
Klasifikasi penggunaan lahan adalah pengelompokan data penggunaan lahan atas
kelas atau kategori tertentu (Sutanto, 1981)
Interpretasi citra adalah proses mengkaji citra dengan maksud untuk
mengidentifikasi obyek yang tergambar dalam citra (Sutanto, 1986)
Lahan adalah suatu wilayah diprmukaan bumi yang mempunyai sifat-sifat agak
tetap atau pengulangan sifat-sifat dari biosfer secara vertikal diatas
maupun dibawah wilayah tersebut termasuk atmosfer, tanah, geologi,
geomorfologi, hidrologi, vegetasi, dan binatang yang merupakan hasil
aktifitas manusia dimasa lampau maupun masa sekarang, dan perluasan
sifat-sifat tersebut mempunyai pengaruh terhadap penggunaan lahan oleh
manusia disaat sekarang maupun dimasa yang akan datang (FAO, 1976
dalam Hendarjono 2003).
Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat
manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara
kelangsungan hidupnya (UU No. 26/2007 )
Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang (UU No. 26/2007)
Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang (UU No. 26/2007)
Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsure
terkait yang batas dan system nya ditentukan berdasarkan aspek
administratif dan atau aspek fungsional (UU No. 26/2007)
Kota adalah sebuah bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alamai
dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup
24
besar dan corak kehidupan yang bersifat heterogin dan materialistic
dibandingkan dengan daerah belakangnya (Bintarto, 1977)
Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi (UU No. 26/2007)
Perencanaan tata ruang Kawasan Perkotaan, secara sederhana dapat diartikan
sebagai kegiatan merencanakan pemanfaatan potensi dan ruang perkotaan
serta pengembangan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk
mengakomodasikan kegiatan sosial ekonomi yang diinginkan (UU No.
26/2007)
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota merupakan penjabaran arahan kebijakan dan
strategi pemanfaatan ruang wilayah nasional dan provinsi ke dalam
struktur wilayah Daerah dan pola pemanfaatan ruang dearah yang menjadi
pedoamn bagi pengembangan dan pemanfaatan ruang daerah (Peraturan
Daerah Kota Magelang No 4 Tahun 2012)
Selaras yaitu penggunaan lahan aktual yang mendominasi dalam suatu blok
peruntukan lahan sesuai dengan penggunaan lahan yang direncanakan
dalam blok peruntukan tersebut.
Tidak Selaras yaitu penggunaan lahan aktual yang mendominasi dalam suatu blok
peruntukan lahan tidak sesuai dengan pemanfaatan lahan yang
direncanakan dalam blok peruntukan tersebut.
Belum Selaras yaitu penggunaan lahan aktual yang mendominasi dalam suatu
blok peruntukan lahan belum sesuai dengan penggunaan lahan yang
direncakan dalam blok peruntukan tersebut, artinya penggunaan lahan
yang direncanakan belum terlaksana atau masih berfungsi lain tetapi
merupakan tahap perkembangan kebentuk lahan yang direncanakan.
25