Topik : Depresi
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Dewi Sepfourteen dan dr. Meldayeni Busra
Objektif Presentasi
3 tahun yang lalu os mengalami perubahan sikap. Kakak os mengatakan os sering melamun sendiri, mudah marah. Os masih bisa melakukan
aktivitas sendiri. Mengamuk (-), melempar barang (-). 1 tahun yang lalu os semakin sering menyendiri, bergumam sendiri (tapi tidak keluar
suara yang jelas sehingga kata-kata tidak dapat dipahami). Os juga sulit tidur, tetapi tidak ada curiga kepada orang lain. Aktivitas sehari-hari os
mulai terganggu. Os makan bila di suruh, mandi jika diingatkan oleh orang tua dan mengerjakan pekerjaan rumah apabila di perintahkan orang
tua. Os susah di ajak berkomunikasi. 3 tahun yang lalu saat os masih SMA os meminta sepeda motor ke orang tua, namun orang tua tidak
sanggup membelikan. Os tidak menerima hingga os tidak mau sekolah lagi dan mengalamai perubahan sikap.
Tujuan : Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta terapi dari gangguan depresi.
1
Bahan Bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
3 tahun yang lalu os mengalami perubahan sikap. Kakak os mengatakan os sering melamun sendiri, mudah marah. Os masih bisa melakukan
aktivitas sendiri. Mengamuk (-), melempar barang (-). 1 tahun yang lalu os semakin sering menyendiri, bergumam sendiri (tapi tidak keluar
suara yang jelas sehingga kata-kata tidak dapat dipahami). Os juga sulit tidur, tetapi tidak ada curiga kepada orang lain. Aktivitas sehari-hari os
mulai terganggu. Os makan bila di suruh, mandi jika diingatkan oleh orang tua dan mengerjakan pekerjaan rumah apabila di perintahkan orang
tua. Os susah di ajak berkomunikasi. 3 tahun yang lalu saat os masih SMA os meminta sepeda motor ke orang tua, namun orang tua tidak
sanggup membelikan. Os tidak menerima hingga os tidak mau sekolah lagi dan mengalamai perubahan sikap.
2. Riwayat Pengobatan :
-
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit :
-
4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien..
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien ex pelajar
6. Riwayat Kebiasaan :
-
Daftar Pustaka :
2
Maslim, Rudi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Nuh Jaya
Sadock, Benjamin J. dan Sadock, Virginia A. 2010. Kaplan and Sadock's Pocket th Handbook of Clinical Psychiatry 5 edition. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins.
3
Definisi
Etiologi
Faktor genetik
Faktor Biokmia
Faktor Lingkungan
Klasifikasi
Tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah ini: ringan,
sedang dan berat, individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata
sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah:
5
g. Nafsu makan berkurang
Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, dan
mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala depresi yang paling khas;
sekurang-kurangnya dua dari ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala lazim di atas
harus ada untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala yang berat di
antaranya. Lamanya seluruh episode berlansung ialah sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu. Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang
gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan social,
namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama sekali.
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala yang paling khas yang ditentukan
untuk episode depresif ringan, ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya empat)
gejala lainnya. Beberapa gejala mungkin tampil amat menyolok, namun ini tidak esensial
apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi gejalanya. Lamanya seluruh episode
berlangsung minimal sekitar 2 minggu. Individu dengan episode depresif sedang
biasanya menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga.
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 terssebut di atas,
disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara
yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi
dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood).
Episode yang termasuk di sini adalah yang tidak sesuai dengan gambaran yang
diberikan untuk episode deprresif pada F32.0-F32.3, meskipun kesan diagnostik
menyeluruh menunjukkan sifatnya sebagai depresi. Contohnya termasuk campuran gejala
depresif (khususnya jenis somatik) yang berfluktuasi dengan gejala non diagnostik seperti
ketegangan, keresahan dan penderitaan; dan campuran gejala depresif somatik dengan
nyeri atau keletihan menetap yang bukan akibat penyebab organik (seperti yang kadang-
kadang terlihat pada pelayanan rumah sakit umum).
Manifestasi Klinis
Pasien dalam keadaan mood terdepresi akan terlihat kehilangan energi dan
minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir mati atau
bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas,
kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative (termasuk tidur, aktivitas seksual dan
ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya
interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan. Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat
timbul pada sekitar dua pertiga pasien depresi, dan 10-15% melakukan bunuh diri.
Mereka yang dirawat dirumah sakit dengan percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri
mempunyai umur hidup lebih panjang disbanding yang tidak dirawat. Beberapa pasien
depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh tentang
gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan aktifitas yang
sebelumnya menarik bagi dirinya. Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang
penurunan energi dimana mereka mengalami kesulitan menyelesikan tugas, mengalami
kendala disekolah dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi untuk terlibat dalam
kegiatan baru. Sekitar 80% pasien mengeluh masalah tidur, khusunya terjaga dini hari
(terminal insomnia) dan sering terbangun dimalam hari karena memikirkan masalh yang
dihadapi. Kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau penurunan nafsu makan,
demikian pula dengan bertambah dan menurunnya berat badan serta mengalami tidur
lebih lama dari yang biasa.
Diagnosis
Konsep gangguan jiwa yang terdapat dalam PPDGJ III ini merujuk kepada
DSM-IV dan konsep disability berasal dari The ICD-10 Classification of Mental and
Behavioral Disorders. Menurut PPDGJ, gangguan afektif berupa depresi dapat terbagi
menjadi episode depresif dan episode depresif berulang, dimana episode depresif sendiri
terbagi menjadi episode depresif ringan, sedang, dan berat. Sedangkan untuk episode
berulang terbagi menjadi episode berulang episode kini ringan, episode kini sedang,
episode kini berat tanpa gejala psikotik, episode kini berat dengan gejala psikotik dan
episode kini dalam remisi.
Adanya ciri psikotik pada gangguan depresif berat mencerminkan penyakit yang parah
dan merupakan indikator prognostik yang buruk.
Kepentingan yang potensial untuk mengenali ciri melankolik dari gangguan depresif
9
berat adalah untuk mengidentifikasi suatu kelompok pasien yang dinyatakan oleh
beberapa data adalah lebih responsive terhadap terapi farmakologi daripada pasien
nonmelankolik.
Diperkenalkannya tipe depresi dengan ciri atipikal yang didefinisikan secara resmi adaah
sebagai respons terhadap penelitian dan data klinis yang menyatakan bahwa pasien
atipikal memiliki karakteristik yang spesifik dan dapat diramalkan. Ciri atipikal klasik
adalah makan berlebihan dan tidur berlebihan.
Pemeriksaan
Selain dari klasifikasi yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa instrumen-
instrumen pengukur tingkat depresi dapat digunakan untuk membantu memberikan
penilaian yang objektif terhadap kondisi depresi yang dialami oleh pasien. Berikut ini
adalah beberapa instrumen yang sering digunakan, yaitu:
Beck Depression Inventory (BDI) adalah tes depresi untuk mengukur keparahan dan
kedalaman dari gejala gejala depresi seperti yang tertera dalam the American
Psychiatric Association's Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth
Edition (DSM-IV) pada pasien dengan depresi klinis. BDI dapat digunakan untuk
dewasa ataupun remaja yang berumur 13 tahun ke atas , dan merupakan standar dari
depresi yang digunakan dalam penelitian dan untuk mengevaluasi dari efektivitas
pengobatan dan terapi. BDI tidak dapat digunakan sebagai instrumen untuk
mendiagnosis, tetapi lebih kepada identifikasi dari adanya depresi dan tingkat
keparahannya sesuai dengan kriteria dari DSM-IV. Pertanyaan-pertanyaan yang tertera
pada BDI menilai gejala-gejala khas dari depresi seperti gangguan mood, pesimisme,
perasaan gagal, ketidakpuasan diri, perasaan bersalah, merasa dihukum, ketidaksukaan
terhadap diri sendiri, pendakwaan terhadap diri, pikiran untuk bunuh diri, menangis,
irittabilitas, penarikan diri dari kehidupan sosial, gambaran tubuh, kesulitan bekerja,
insomnia, kelelahan, nafsu makan, kehilangan berat badan dan kehilangan libido.
Diferensial Diagnosis
Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang tidak cermat dan teliti pada penderita
depresi, dapat menyebabkan kesalahan diagnostik sehingga menyebabkan terapi tidak
adekuat. Ada beberapa kondisi yang harus benar-benar diperhatikan sebagai diagnosa
10
banding dari depresi, diantaranya adalah:
Penyakit sistem saraf pusat (misal: Parkinson disease, dementia, multiple sclerosis,
neoplasma)
Kelainan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
Kondisi yang berkaitan dengan obat-obatan (cocaine abuse, efek samping obat
antidepressan)
Penyakit infeksi (mononucleosis, pneumonia)
Penyakit tidur
Terapi
Hal yang harus diperhatikan dalam terapi pasien dengan gangguan mood.
Pertama, keamanan pasien harus terjamin. Kedua, pemeriksaan diagnostik yang lengkap
pada pasien harus dilakukan. Ketiga, suatu rencana pengobatan harus dimulai yang
menjawab bukan hanya gejala sementara tetapi juga kesehatan pasien selanjutnya.
Terapi Farmakologis
a. Trisiklik
Trisiklik merupakan antidepresan yang paling umum digunakan sebagai pengobatan lini
pertama untuk gangguan depresif berat. Golongan trisiklik ini dapat dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu trisiklik primer, tetrasiklik amin sekunder (nortriptyline,
desipramine) dan tetrasiklik tersier (imipramine, amitriptlyne). Dari ketiga golongan obat
tersebut, yang paling sering digunakan adalah tetrasiklik amin sekunder karena
mempunyai efek samping yang lebih minimal. Obat golongan tetrasiklik sering dipilih
karena tingkat kepuasan klinisi dikarenakan harganya yang murah karena sebagian besar
golongan dari obat ini tersedia dalam formulasi generik.
11
responsive terhadap amin sekunder, sedangkan depresi akibat kekurangan serotonin akan
lebih responsive terhadap amin tersier.
MAOIs telah digunakan sebagai antidepresan sejak 15 tahun yang lalu. Golongan
ini bekerja dalam proses penghambatan deaminasi oksidatif katekolamin di mitokondria,
akibatnya kadar epinefrin, noreprinefrin dan 5-HT dalam otak naik. Obat ini sekarang
jarang digunakan sebagai lini pertama dalam pengobatan depresi karena bersifat sangat
toksik bagi tubuh. Selain karena dapat menyebabkan krisis hipertensif akibat interaksi
dengan tiramin yang berasal dari makanan-makanan tertentu seperti keju, anggur dan
acar, MAOIs juga dapat menghambat enzim-enzim di hati terutama sitokrom P450 yang
akhirnya akan mengganggu metabolisme obat di hati. Contoh obat golongan ini adalah
moclobemide.
SSRIs adalah jenis pengobatan yang juga menjadi pilihan lini pertama pada
gangguan depresif berat selain golongan trisiklik. Obat golongan ini mencakup
fluoxetine, citalopram dan setraline. SSRIs sering dipilih oleh klinisi yang
pengalamannya mendukung data penelitian bahwa SSRIs sama manfaat dengan trisiklik
dan jauh lebih baik ditoleransi oleh tubuh karena mempunyai efek samping yang cukup
minimal karena kurang memperlihatkan pengaruh terhadap sistem kolinergik, adrenergik
dan histaminergik. Interaksi farmakodinamik yang berbahaya akan terjadi bila SSRIs
dikombinasikan dengan MAOIs, karena akan terjadi peningkatan efek serotonin secara
berlebihan yang disebut sindrom serotonin dengan gejala hipertermia, kejang, kolaps
kardiovaskular dan gangguan tanda vital.
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang digunakan dalam pengobatan depresif berat
adalah terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku.
Prognosis
12
Gangguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan pasien
cenderung mengalami kekambuhan. Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6
sampai 13 bulan, sementara sebagian besar episode yang diobati berlangsung kira-kira 3
bulan. Menghentikan antidepresan sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan
kembalinya gejala. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan
depresif berat memiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam tahun pertama.
13