Anda di halaman 1dari 13

Nama Peserta : dr.

Dasrina Fela Martelia

Nama Wahana : RSUD Sijunjung

Topik : Depresi

Tanggal (Kasus) : 5 Desember 2015

Nama Pasien : Tn D No. RM :

Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Dewi Sepfourteen dan dr. Meldayeni Busra

Tempat Presentasi : RSUD Sijunjung

Objektif Presentasi

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

3 tahun yang lalu os mengalami perubahan sikap. Kakak os mengatakan os sering melamun sendiri, mudah marah. Os masih bisa melakukan
aktivitas sendiri. Mengamuk (-), melempar barang (-). 1 tahun yang lalu os semakin sering menyendiri, bergumam sendiri (tapi tidak keluar
suara yang jelas sehingga kata-kata tidak dapat dipahami). Os juga sulit tidur, tetapi tidak ada curiga kepada orang lain. Aktivitas sehari-hari os
mulai terganggu. Os makan bila di suruh, mandi jika diingatkan oleh orang tua dan mengerjakan pekerjaan rumah apabila di perintahkan orang
tua. Os susah di ajak berkomunikasi. 3 tahun yang lalu saat os masih SMA os meminta sepeda motor ke orang tua, namun orang tua tidak
sanggup membelikan. Os tidak menerima hingga os tidak mau sekolah lagi dan mengalamai perubahan sikap.
Tujuan : Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, serta terapi dari gangguan depresi.

1
Bahan Bahasan: Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara Membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos

Data Pasien : Nama: Tn D 20 tahun Nomor Registrasi:

Nama RS : RSUD Sijunjung Terdaftar Sejak : 5 Desember 2015

Data utama untuk bahan diskusi :

1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
3 tahun yang lalu os mengalami perubahan sikap. Kakak os mengatakan os sering melamun sendiri, mudah marah. Os masih bisa melakukan
aktivitas sendiri. Mengamuk (-), melempar barang (-). 1 tahun yang lalu os semakin sering menyendiri, bergumam sendiri (tapi tidak keluar
suara yang jelas sehingga kata-kata tidak dapat dipahami). Os juga sulit tidur, tetapi tidak ada curiga kepada orang lain. Aktivitas sehari-hari os
mulai terganggu. Os makan bila di suruh, mandi jika diingatkan oleh orang tua dan mengerjakan pekerjaan rumah apabila di perintahkan orang
tua. Os susah di ajak berkomunikasi. 3 tahun yang lalu saat os masih SMA os meminta sepeda motor ke orang tua, namun orang tua tidak
sanggup membelikan. Os tidak menerima hingga os tidak mau sekolah lagi dan mengalamai perubahan sikap.
2. Riwayat Pengobatan :
-
3. Riwayat Kesehatan/ Penyakit :
-
4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada keluarga pasien yang mengalami keluhan seperti pasien..
5. Riwayat Pekerjaan :
Pasien ex pelajar
6. Riwayat Kebiasaan :
-
Daftar Pustaka :

2
Maslim, Rudi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta: Nuh Jaya

Sadock, Benjamin J. dan Sadock, Virginia A. 2010. Kaplan and Sadock's Pocket th Handbook of Clinical Psychiatry 5 edition. Philadelphia:
Lippincott William & Wilkins.

3
Definisi

Depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan


dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan
tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

Etiologi

Etiologi depresi terdiri dari:

Faktor genetik

Dari penelitian keluarga didapatkan gangguan depresi mayor dan gangguan


bipolar terkait erat dengan hubungan saudara, juga pada anak kembar, suatu bukti adanya
kerentanan biologik, pada genetik keluarga tersebut. Data genetik dengan kuat
menyatakan bahwa suatu faktor penting di dalam perkembangan gangguan mood adalah
genetika.

Faktor Biokmia

Beberapa penelitian telah melaporkan berbagai kelainan di dalam metabolit amin


biogenik yang mencakup neurotransmitter norepinefrin, serotonin dan dopamine. Dalam
penelitian lain juga disebutkan bahwa selain faktor neurotransmitter yang telah
disebutkan di atas, ada beberapa penyebab lain yang dapat mencetuskan timbulnya
depresi yaitu neurotransmitter asam amino khususnya GABA (Gamma-Aminobutyric
Acid) dan peptida neuroaktif, regulasi neurendokrin dan neuroanatomis.

Faktor Kepribadian Premorbid

Personalitas siklotimik menjadi sasaran gangguan afek ringan selama hidupnya,


keadaan ini tidak berhubungan dengan penyebab eksterna. Kepribadian depresi
ditunjukkan dengan perilaku murung, pesimis dan kurang bersemangat. Personalitas
hipomania berperilaku lebih riang, energetik dan lebih ramah dari rata-rata. Mereka
dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia luar dengan
penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar, mereka cenderung akan
mengalami depresi. Para psikolog menyatakan bahwa mereka yang mengalami gangguan
depresif mempunyai riwayat pembelajaran depresi dalam pertumbuhan perkembangan
dirinya. Mereka belajar seperti model yang mereka tiru dalam keluarga, ketika
menghadapi masalah psikologik maka respon mereka meniru perasaan, pikiran dan
perilaku gangguan depresif. Orang belajar dengan proses adaptif dan maladaptif ketika
menghadapi stres kehidupan dalam kehidupannya di keluarga, sekolah, sosial dan
lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan psikologik dan
usaha seseorang mengatasi masalah. Faktor pembelajaran sosial juga menerangkan
4
kepada kita mengapa masalah psikologik kejadiannya lebih sering muncul pada anggota
keluarga dari generasi ke generasi. Jika anak dibesarkan dalam suasana pesimistik,
dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak biasa, maka anak itu akan tumbuh
dan berkembang dengan kerentanan tinggi terhadap gangguan depresif.

Faktor Lingkungan

Kehilangan objek cinta, seperti orang yang dicintai, pekerjaan tempatnya


berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit terminal, sakit kronis dan krisis dalam keluarga
merupakan pemicu episode gangguan depresif. Seringkali kombinasi faktor biologik,
psikologik dan lingkungan merupakan campuran yang membuat gangguan depresif
muncul. Satu pengamatan klinis yang telah lama direplikasi adalah bahwa peristiwa
kehidupan yang menyebabkan stress lebih sering mendahului episode pertama gangguan
mood dari pada episode selanjutnya. Satu teori yang diajukan untuk menjelaskan
pengamatan tersebut adalah bahwa stress yang menyertai episode pertama menyebabkan
perubahan biologi otak yang bertahan lama. Perubahan yang bertahan lama tersebut
dapat meyebabkan perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem
pemberi sinyal intraneuronal. Hasil akhir dari perubahan tersebut akan menyebabkan
seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk menderita episode gangguan mood
selanjutnya, bahkan tanpa adanya stresor external.

Klasifikasi

Berdasarkan PPDGJ-III, gangguan depresi dibedakan menjadi:

F32. Episode Depresif

Tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah ini: ringan,
sedang dan berat, individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang depresif,
kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya
keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata
sesudah kerja sedikit saja. Gejala lazim lainnya adalah:

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang


b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe
ringan sekalipun)
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
f. Tidur terganggu

5
g. Nafsu makan berkurang

F32.0 Episode depresif ringan

Suasana perasaan mood yang depresif, kehilangan minat dan kesenangan, dan
mudah menjadi lelah biasanya dipandang sebagai gejala depresi yang paling khas;
sekurang-kurangnya dua dari ini, ditambah sekurang-kurangnya dua gejala lazim di atas
harus ada untuk menegakkan diagnosis pasti. Tidak boleh ada gejala yang berat di
antaranya. Lamanya seluruh episode berlansung ialah sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu. Individu yang mengalami episode depresif ringan biasanya resah tentang
gejalanya dan agak sukar baginya untuk meneruskan pekerjaan biasa dan kegiatan social,
namun mungkin ia tidak akan berhenti berfungsi sama sekali.

F32.1 Episode depresif sedang

Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala yang paling khas yang ditentukan
untuk episode depresif ringan, ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya empat)
gejala lainnya. Beberapa gejala mungkin tampil amat menyolok, namun ini tidak esensial
apabila secara keseluruhan ada cukup banyak variasi gejalanya. Lamanya seluruh episode
berlangsung minimal sekitar 2 minggu. Individu dengan episode depresif sedang
biasanya menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga.

F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik

Pada episode depresif berat, penderita biasanya menunjukkan ketegangan atau


kegelisahan yang amat nyata, kecuali apabila retardasi merupakan ciri terkemuka.
Kehilangan harga diri dan perasaan dirinya tak berguna mungkin mencolok, dan bunuh
diri merupakan bahaya nyata terutama pada beberapa kasus berat. Anggapan di sini ialah
bahwa sindrom somatik hampir selalu ada pada episode dpresif berat. Semua tiga gejala
khas yang ditentukan untuk episode depresif ringan dan sedang harus ada, ditambah
sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan beberapa diantaranya harus berintensitas
berat. Namun, apabila gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi) menyolok, maka
pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara
terinci. Dalam hal demikian, penentuan menyeluruh dalam subkategori episode berat
masih dapat dibenarkan. Episode depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurang-
kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka
mungkin dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Selama episode depresif berat, sangat tidak mungkin penderita akan mampu meneruskan
kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas. Kategori ini hendaknya digunakan hanya untuk episode depresif berat tunggal
tanpa gejala psikotik; untuk episode selanjutnya, harus digunakan subkategori dari
gangguan depresif berulang.
6
F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik

Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 terssebut di atas,
disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Wahamnya biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien dapat merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara
yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan, waham atau halusinasi
dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan suasana perasaan (mood).

Diagnosis banding. Stupor depresif perlu dibedakan dari skizofrenia katatonik,


stupor disosiatif, dan bentuk stupor organik lainnya. Kategori ini hendaknya hanya
digunakan untuk episode depresif berat tunggal dengan gejala psikotik; untuk episode
selanjutnya harus digunakan subkategori gangguan depresif berulang.

F32.8 Episode depresif lainnya

Episode yang termasuk di sini adalah yang tidak sesuai dengan gambaran yang
diberikan untuk episode deprresif pada F32.0-F32.3, meskipun kesan diagnostik
menyeluruh menunjukkan sifatnya sebagai depresi. Contohnya termasuk campuran gejala
depresif (khususnya jenis somatik) yang berfluktuasi dengan gejala non diagnostik seperti
ketegangan, keresahan dan penderitaan; dan campuran gejala depresif somatik dengan
nyeri atau keletihan menetap yang bukan akibat penyebab organik (seperti yang kadang-
kadang terlihat pada pelayanan rumah sakit umum).

F32.9 Episode depresif YTT

F33. Gangguan Depresif Berulang

Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari depresi sebagaimana


dijabarkan dalam episode depresif ringan, sedang, atau berat, tanpa riwayat adanya
episode tersendiri dari peninggian suasana perasaan dan hiperaktivitas yang memenuhi
kriteria mania dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania segera
sesudah suatu episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan
pengobatan depresi). Usia dari onset, keparahan, lamanya berlangsung, dan frekuensi
episode dari depresi, semunya sangat bervariasi. Umumnya episode pertama terjadi pada
usia lebih tua dibanding dengan gangguan bipolar, dengan usia onset rata-rata lima
puluhan. Episode masing-masing juga lamanya antara 3 dan 12 bulan (rata-rata lamanya
sekitar 6 bulan) akan tetapi frekuensinya lebih jarang. Pemulihan keadaaan biasanya
sempurna di antara episode, namun sebagian kecil pasien mungkin mendapat depresi
yang akhirnya menetap, terutama pada usia lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus
tetap digunakan). Episode masing-masing dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali
dicetuskan oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres; dalam berbagai budaya, baik
7
episode tersendiri maupun depresi menetap dua kali lebih banyak pada wanita daripada
pria. Bagaimanapun seringnya seseorang pasien gangguan depresif berulang mengalami
episode depresif sebagai penderitaan, tidak mustahil baginya akan mengalami episode
manik. Jika ternyata terjadi episode manik, maka diagnosisnya harus diubahmenjadi
gangguan afektif bipolar.

Manifestasi Klinis

Pasien dalam keadaan mood terdepresi akan terlihat kehilangan energi dan
minat, merasa bersalah, sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir mati atau
bunuh diri. Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas,
kemampuan kognitif, bicara dan fungsi vegetative (termasuk tidur, aktivitas seksual dan
ritme biologik yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya
interpersonal, sosial dan fungsi pekerjaan. Pikiran untuk melakukan bunuh diri dapat
timbul pada sekitar dua pertiga pasien depresi, dan 10-15% melakukan bunuh diri.
Mereka yang dirawat dirumah sakit dengan percobaan bunuh diri dan ide bunuh diri
mempunyai umur hidup lebih panjang disbanding yang tidak dirawat. Beberapa pasien
depresi terkadang tidak menyadari ia mengalami depresi dan tidak mengeluh tentang
gangguan mood meskipun mereka menarik diri dari keluarga, teman dan aktifitas yang
sebelumnya menarik bagi dirinya. Hampir semua pasien depresi (97%) mengeluh tentang
penurunan energi dimana mereka mengalami kesulitan menyelesikan tugas, mengalami
kendala disekolah dan pekerjaan, dan menurunnya motivasi untuk terlibat dalam
kegiatan baru. Sekitar 80% pasien mengeluh masalah tidur, khusunya terjaga dini hari
(terminal insomnia) dan sering terbangun dimalam hari karena memikirkan masalh yang
dihadapi. Kebanyakan pasien menunjukkan peningkatan atau penurunan nafsu makan,
demikian pula dengan bertambah dan menurunnya berat badan serta mengalami tidur
lebih lama dari yang biasa.

Diagnosis

Konsep gangguan jiwa yang terdapat dalam PPDGJ III ini merujuk kepada
DSM-IV dan konsep disability berasal dari The ICD-10 Classification of Mental and
Behavioral Disorders. Menurut PPDGJ, gangguan afektif berupa depresi dapat terbagi
menjadi episode depresif dan episode depresif berulang, dimana episode depresif sendiri
terbagi menjadi episode depresif ringan, sedang, dan berat. Sedangkan untuk episode
berulang terbagi menjadi episode berulang episode kini ringan, episode kini sedang,
episode kini berat tanpa gejala psikotik, episode kini berat dengan gejala psikotik dan
episode kini dalam remisi.

DSM-IV mendefinisikan sejumlah gangguan psikiatrik yang dapat diidentifikasi


(meskipun ada kemungkinan tumpang tindih) dan berisi kriteria diagnostik yang spesifik
untuk setiap diagnosis. Diagnosis dibuat berdasarkan kenyataan dari riwayat pasien yang
8
khas dan tampilan klinis yang cocok dan memenuhi sejumlah kriteria diagnostik yang
ditentukan (suatu diagnostik politetik, tidak perlu seluruh kriteria dipenuhi untuk
membuat diagnosa).

DSM-IV telah memperbaiki reabilitas diagnosis (kemungkinan orang yang


berbeda akan membuat diagnosis yang sama pada pasien yang sama), tetapi hanya
mempunyai dampak yang sederhana terhadap validitas. Hal ini boleh jadi karena DSM-
IV telah memecah kondisi psikiatrik menjadi terlalu banyak bagian-bagian dan setiap
bagian tidak mewakili suatu kondisi yang sah. Walaupun DSM-IV dapat dipergunakan
lintas kultural, penggunaannya pada situasi tertentu memerlukan kehati-hatian dalam
menginterpretasikan gejala-gejala. Di samping kriteria yang ditentukan secara
operasional, DSM-IV juga menggunakan sistem klasifikasi multiaksial untuk menangkap
informasi penting lainnya, yaitu:

1. Aksis I : Gangguan-gangguan klinis yang digambarkan di atas.


2. Aksis II : Gangguan-gangguan kepribadian atau retardasi mental
3. Aksis III : Gangguan-gangguan fisik yang berhubungan dengan gangguan mental

4. Aksis IV : Daftar masalah psikososial dan lingkungan, biasanya selama setahun


sebelumnya, tetapi tidak selalu demikian, seperti tidak punya pekerjaan, perceraian,
problem keuangan, korban penelantaran anak dan lain-lain.

DSM-IV telah menyusun gangguan mood. Gangguan-gangguan tersebut adalah


sindrom yang berhubungan dengan depresi, berupa gangguan depresif ringan (minor
depressive diorder), gangguan depresif singkat rekuren, dan gangguan disforik
pramenstruasi. Pada gangguan depresif ringan keparahan gejala tidak mencapai
keparahan yang diperlukan untuk diagnosis gangguan depresif berat. Pada gangguan
depresif singkat rekuren gejala episode depresif memang mencapai keparahan gejala
yang diperlukan untuk diagnosis gangguan depresif berat tetapi hanya untuk waktu
singkat, dengan lama waktu yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan
depresif berat. DSM-IV menuliskan kriteria diagnostik untuk gangguan depresif berat
secara terpisah dari kriteria diagnostik untuk diagnosis berhubungan dengan depresi, dan
juga menuliskan deskriptor keparahan untuk episode depresif berat.

a. Depresif Berat dengan Ciri Psikotik

Adanya ciri psikotik pada gangguan depresif berat mencerminkan penyakit yang parah
dan merupakan indikator prognostik yang buruk.

b. Depresif Berat dengan Ciri Melankolik

Kepentingan yang potensial untuk mengenali ciri melankolik dari gangguan depresif
9
berat adalah untuk mengidentifikasi suatu kelompok pasien yang dinyatakan oleh
beberapa data adalah lebih responsive terhadap terapi farmakologi daripada pasien
nonmelankolik.

c. Depresif Berat dengan Ciri Atipikal

Diperkenalkannya tipe depresi dengan ciri atipikal yang didefinisikan secara resmi adaah
sebagai respons terhadap penelitian dan data klinis yang menyatakan bahwa pasien
atipikal memiliki karakteristik yang spesifik dan dapat diramalkan. Ciri atipikal klasik
adalah makan berlebihan dan tidur berlebihan.

Pemeriksaan

Selain dari klasifikasi yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa instrumen-
instrumen pengukur tingkat depresi dapat digunakan untuk membantu memberikan
penilaian yang objektif terhadap kondisi depresi yang dialami oleh pasien. Berikut ini
adalah beberapa instrumen yang sering digunakan, yaitu:

a. Becks Depression Inventory


b. Hamilton Depression Scale
c. The Zung Self-Rating Depression Scale

Beck Depression Inventory (BDI) adalah tes depresi untuk mengukur keparahan dan
kedalaman dari gejala gejala depresi seperti yang tertera dalam the American
Psychiatric Association's Diagnostik and Statistical Manual of Mental Disorders Fourth
Edition (DSM-IV) pada pasien dengan depresi klinis. BDI dapat digunakan untuk
dewasa ataupun remaja yang berumur 13 tahun ke atas , dan merupakan standar dari
depresi yang digunakan dalam penelitian dan untuk mengevaluasi dari efektivitas
pengobatan dan terapi. BDI tidak dapat digunakan sebagai instrumen untuk
mendiagnosis, tetapi lebih kepada identifikasi dari adanya depresi dan tingkat
keparahannya sesuai dengan kriteria dari DSM-IV. Pertanyaan-pertanyaan yang tertera
pada BDI menilai gejala-gejala khas dari depresi seperti gangguan mood, pesimisme,
perasaan gagal, ketidakpuasan diri, perasaan bersalah, merasa dihukum, ketidaksukaan
terhadap diri sendiri, pendakwaan terhadap diri, pikiran untuk bunuh diri, menangis,
irittabilitas, penarikan diri dari kehidupan sosial, gambaran tubuh, kesulitan bekerja,
insomnia, kelelahan, nafsu makan, kehilangan berat badan dan kehilangan libido.

Diferensial Diagnosis

Anamnesa dan pemeriksaan fisik yang tidak cermat dan teliti pada penderita
depresi, dapat menyebabkan kesalahan diagnostik sehingga menyebabkan terapi tidak
adekuat. Ada beberapa kondisi yang harus benar-benar diperhatikan sebagai diagnosa

10
banding dari depresi, diantaranya adalah:

Penyakit sistem saraf pusat (misal: Parkinson disease, dementia, multiple sclerosis,
neoplasma)
Kelainan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
Kondisi yang berkaitan dengan obat-obatan (cocaine abuse, efek samping obat
antidepressan)
Penyakit infeksi (mononucleosis, pneumonia)
Penyakit tidur

Terapi

Hal yang harus diperhatikan dalam terapi pasien dengan gangguan mood.
Pertama, keamanan pasien harus terjamin. Kedua, pemeriksaan diagnostik yang lengkap
pada pasien harus dilakukan. Ketiga, suatu rencana pengobatan harus dimulai yang
menjawab bukan hanya gejala sementara tetapi juga kesehatan pasien selanjutnya.

Dokter harus mengintegrasikan farmakoterapi dengan intervensi psikoterapeutik. Jika


dokter memandang gangguan mood pada dasarnya berkembang dari masalah
psikodinamika, ambivalensi mengenai kegunaan obat dapat menyebabkan respons yang
buruk, ketidakpatuhan, dan kemungkinan dosis yang tidak adekuat untuk jangka waktu
yang singkat. Sebaliknya, jika dokter mengabaikan kebutuhan psikososial pasien, hasil
dari farmakoterapi mungkin terganggu.

Terapi Farmakologis

a. Trisiklik

Trisiklik merupakan antidepresan yang paling umum digunakan sebagai pengobatan lini
pertama untuk gangguan depresif berat. Golongan trisiklik ini dapat dibagi menjadi
beberapa golongan, yaitu trisiklik primer, tetrasiklik amin sekunder (nortriptyline,
desipramine) dan tetrasiklik tersier (imipramine, amitriptlyne). Dari ketiga golongan obat
tersebut, yang paling sering digunakan adalah tetrasiklik amin sekunder karena
mempunyai efek samping yang lebih minimal. Obat golongan tetrasiklik sering dipilih
karena tingkat kepuasan klinisi dikarenakan harganya yang murah karena sebagian besar
golongan dari obat ini tersedia dalam formulasi generik.

Golongan obat trisiklik bekerja dengan menghambat reuptake neurotransmitter di


otak. Secara biokimia, obat amin sekunder diduga bekerja sebagai penghambat reuptake
norepinefrin, sedangkan amin tersier menghambat reuptake serotonin pada sinaps
neuron.hal ini mempunyai implikasi bahwa depresi akibat kekurangan norepinefrin lebih

11
responsive terhadap amin sekunder, sedangkan depresi akibat kekurangan serotonin akan
lebih responsive terhadap amin tersier.

b. MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitors)

MAOIs telah digunakan sebagai antidepresan sejak 15 tahun yang lalu. Golongan
ini bekerja dalam proses penghambatan deaminasi oksidatif katekolamin di mitokondria,
akibatnya kadar epinefrin, noreprinefrin dan 5-HT dalam otak naik. Obat ini sekarang
jarang digunakan sebagai lini pertama dalam pengobatan depresi karena bersifat sangat
toksik bagi tubuh. Selain karena dapat menyebabkan krisis hipertensif akibat interaksi
dengan tiramin yang berasal dari makanan-makanan tertentu seperti keju, anggur dan
acar, MAOIs juga dapat menghambat enzim-enzim di hati terutama sitokrom P450 yang
akhirnya akan mengganggu metabolisme obat di hati. Contoh obat golongan ini adalah
moclobemide.

c. SSRIs (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors)

SSRIs adalah jenis pengobatan yang juga menjadi pilihan lini pertama pada
gangguan depresif berat selain golongan trisiklik. Obat golongan ini mencakup
fluoxetine, citalopram dan setraline. SSRIs sering dipilih oleh klinisi yang
pengalamannya mendukung data penelitian bahwa SSRIs sama manfaat dengan trisiklik
dan jauh lebih baik ditoleransi oleh tubuh karena mempunyai efek samping yang cukup
minimal karena kurang memperlihatkan pengaruh terhadap sistem kolinergik, adrenergik
dan histaminergik. Interaksi farmakodinamik yang berbahaya akan terjadi bila SSRIs
dikombinasikan dengan MAOIs, karena akan terjadi peningkatan efek serotonin secara
berlebihan yang disebut sindrom serotonin dengan gejala hipertermia, kejang, kolaps
kardiovaskular dan gangguan tanda vital.

d. SNRIs (Serotonin and Norepinephrine Inhibitors )

Golongan antidepresan SNRIs bekerja dengan mekanisme yang hampir sama


dengan golongan SSRIs, hanya saja pada SNRIs juga menghambat dari reuptake
norepinefrin. Contoh obat dari golongan ini adalah desvenlafaxine dan duloxetine. Selain
dari golongan obat yang telah dibahas sebelumnya, masih ada beberapa alternatif yang
digunakan untuk terapi medikamentosa pada pasien depresi dengan keadaan tertentu. Hal
tersebut dapat terlihat lebih jelas pada gambar di bawah ini.

Terapi Non Farmakologis

Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang digunakan dalam pengobatan depresif berat
adalah terapi kognitif, terapi interpersonal dan terapi perilaku.

Prognosis

12
Gangguan mood cenderung memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan pasien
cenderung mengalami kekambuhan. Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6
sampai 13 bulan, sementara sebagian besar episode yang diobati berlangsung kira-kira 3
bulan. Menghentikan antidepresan sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan
kembalinya gejala. Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode pertama gangguan
depresif berat memiliki kemungkinan 50% untuk pulih dalam tahun pertama.

13

Anda mungkin juga menyukai