Anda di halaman 1dari 29

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Status :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Tanggal masuk :
No CM :

II. SUBYEKTIF
Autoanamnesis tanggal

Keluhan Utama
Kepala pusing berputar

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan kepala terasa pusing
berputar sejak 3 hari SMRS. Pusing dirasakan selama kurang lebih 20
detik. Pusing yang dirasakan timbul secara tiba-tiba dan dirasakan hilang
timbul. Pasien merasa dirinya melayang mengitari ruangan, terutama jika
pasien membuka mata dan mengubah posisi kepala, dari posisi tidur ke
posisi duduk atau tegak/berdiri.
Tidak dirasakan rasa penuh dan suara berdenging pada kedua
telinga. Penurunan pendengaran tidak dirasakan selama serangan.

1
Sebelumnya pasien tidak pernah merasakan pusing yang sehebat ini.
Keluhan juga disertai dengan mual dan muntah selama kepala terasa
pusing. Pasien akan merasakan pusing jika berubah posisi ke arah kanan
ataupun kiri. Pasien lebih nyaman jika memejamkan matanya. Tidak ada
gangguan penglihatan selama keluhan ini dirasakan. Tidak ada riwayat
trauma/terjatuh dan demam sebelumnya. Tidak ada riwayat kejang dan
penurunan kesadaran. Di keluarga pasien tidak ada yang merasakan
keluhan yang seperti dirasakan pasien saat ini. Keluhan seperti ini baru
dirasakan pertama kali.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat merokok disangkal
Riwayat darah tinggi disangkal
Riwayat penyakit DM disangkal
Riwayat penyakit paru tidak ada
Riwayat penyakit jantung tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga pasien yang mengeluh adanya keluhan yang sama
seperti yang dirasakan pasien.

Riwayat Sosial Ekonomi dan Pribadi


Cukup

III. OBJEKTIF ( 5 September 2012 )


Status Present
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E4.M6.V5)
Tekanan darah :
Nadi : x/ menit
Respirasi : x/ menit
Suhu : 36,7 oC

2
Kepala : dalam batas normal
Leher : dalam batas normal

Status Interna
Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi : Batas jantung kanan : ICS 4 parasternal kanan
Batas jantung atas : ICS 2 parasternal
Batas jantung kiri : ICS 5 midclavicula kiri
Auskultasi : BJ I II murni reguler

Paru

Inspeksi : Simetris hemitoraks kanan-kiri saat statis dan dinamis


Palpasi : Simetris hemitorak kanan-kiri pada fremitus fokal dan
taktil
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen

Inspeksi : Permukaan cembung


Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani pada keempat quadran abdomen
Palpasi : NT/NK/NL : -/-/-. Hepar, lien, ginjal sulit diraba.

1. Status Psikis

Cara berfikir : baik


Perasaan hati : baik
Tingkah laku : baik

3
Ingatan : baik
Kecerdasan : baik

2. Status Neurologis

A. Kepala

Bentuk : normocephalus
Nyeri tekan : tidak ada
Simetris : (+)
Pulsasi : (-)

B. Leher

Sikap : dalam batas normal


Pergerakan : dalam batas normal
Kaku kuduk : (-)

C. Nervus kranialis

N. I (olfaktorius)
Subyektif : tidak dilakukan
Dengan bahan : tidak dilakukan
N. II (optikus)
Tajam penglihatan : baik
Lapang peglihatan : baik
Melihat warna & fundus okuli : tidak dilakukan
N. III (oculomotor)
Sela mata : simetri kanan kiri sama
Pergerakan bulbus : baik ke segala arah
Strabismus : (-)
Nistagmus : (+/+) horizontal
Eksopftalmus : (-)

4
Pupil
Besar : 3 mm
Bentuk : simetris bulat isokor
Refleks cahaya : (+/+)
Refleks konsensual : (+/+)
Refleks konvergensi : tidak dilakukan
Melihat kembar : tidak dilakukan
N. IV (trochlearis)

Pergerakan mata (bawah-dalam) : tidak dapat dinilai


Sikap bulbus : simetris
Melihat kembar : tidak ada
N. V (trigeminus)

Membuka mulut : baik


Menguyah : baik
Mengigit : baik
Reflek kornea : tidak dilakukan
Sensibilitas muka : tidak dilakukan
N.VI (abducens)

Pergerakan mata (ke lateral) : baik


Sikap bulbus : simetris
Melihat kembar : tidak ada
N.VII (fascialis)

Mengerutkan dahi : baik


Menutup mata : baik
Memperlihatkan gigi : baik
Bersiul : tidak dilakukan
Perasaan lidah
2/3 bagian depan lidah : tidak dilakukan

5
N.VIII ( vestibulo cochlear)
Detik arloji : tidak dilakukan
Suara berbisik : baik
Tes Weber : tidak dilakukan
Tes Rinne : tidak dilakukan
Tes Swabach : tidak dilakukan
N.IX (glosofaringeus)

Perasaan lidah
(1/3 bagian belakang) : tidak dilakukan
Sensibilitas faring : tidak dilakukan
N.X (vagus)

Arkus faring : dalam batas normal


Uvula : tidak dilakukan
Berbicara : baik
Menelan : baik
N.XI (asesorius)

Menengok : baik
Mengangkat bahu : baik
N.XII (hipoglosus)

Pergerakan lidah : baik


Lidah deviasi : tidak ada
Artikulasi : baik

D. Fungsi luhur

Baik

E. Badan dan anggota gerak

6
1. Badan

Respirasi : torako abdominal


Bentuk kolumna vetebralis : dalam batas normal
Pergerakan kolumna vetebralis : dalam batas normal
Refleks kulit perut atas : tidak dilakukan
Refleks kulit perut tengah : tidak dilakukan
Refleks kulit perut bawah : tidak dilakukan
2. Anggota gerak atas
Motorik : 5/5
Pergerakan : +/+
Kekuatan : 5/5
Tonus : baik
Atropi : (-)
Refleks
Biceps : +/+
Trisep : +/+
Brakio Radialis : +/+
Radius : +/+
Hoffman/trommer : tidak dilakukan
Sensibilitas : baik
Taktil : baik
Nyeri : baik
Suhu : 36,7
Diskriminasi 2 titik : tidak dilakukan
Lokalis : tidak dilakukan
Getar : tidak dilakukan
3. Anggota gerak bawah
Motorik : +/+
Pergerakan : +/+
Kekuatan : 5/5
Tonus : baik

7
Atropi : (-)
Sensibilitas
Taktil : baik
Nyeri : baik
Suhu : baik
Diskriminasi 2 titik : tidak dilakukan
Lokalis : tidak dilakukan
Getar : tidak dilakukan
Refleks fisiologis
Patella : +/+
Achilles : +/+
Refleks patologis
Babinsky : (-/-)
Chaddock : (-/-)
Openhaeim : (-/-)
Gordon : (-/-)
Schaefer : (-/-)
Mendel Bechtrew : tidak dilakukan
Rosolimo : tidak dilakukan
Klonus paha : (-/-)
Klonus kaki : (-/-)
Test Laseque : (-)
Test brudzinsky I/II/III : (-)
Test kernig : (-)
Meningial Sign : kaku kuduk (-)
Patrick : tidak dilakukan
Kontra patrick : tidak dilakukan

F. Koordinasi, Gait dan Keseimbangan


Cara berjalan : tidak dilakukan

8
Test Romberg : tidak dilakukan
Disdiadokokinesis : baik
Test finger to nose : baik
Test hell to knee : baik
Ataksia : tidak dilakukan
Rebound phenomen : tidak dilakukan

G. Gerakan gerakan abnormal

Tremor : (-)
Athetosis : (-)
Mioklonik : (-)
Khorea : (-)

H. Fungsi vegetatif
Miksi : lancar
Defekasi : lancar

IV. Ringkasan
Subyektif
- Pasien mengalami pusing berputar kurang lebih 3 hari SMRS
- Pusing dirasakan selama kurang lebih 20 detik
- Pusing dirasakan mendadak dan hilang timbul
- Mual dan muntah pada saat sedang pusing
- Lebih nyaman memejamkan mata atau memandang lurus kedepan
- Tidak ada telinga berdengung dan infeksi telinga
- Tidak ada gangguan penglihatan
- Trauma tidak ada

Obyektif
Status Presens
Kesadaran : Composmentis
GCS : 15 (E4.M6.V5)

9
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36,7 oC
Jantung : dalam batas normal
Paru dan abdomen : dalam batas normal

Status Psikis
Tidak dapat dinilai

Status Neurologis
Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (-)
Saraf Otak : Pupil bulat isokor, RC +/+
Motorik : baik, tidak ada parese
Sensorik : baik ,tidak ada hemihipestesia
Fungsi Luhur : baik
Fungsi vegetatif : BAK BAB normal lancar
Refleks fisiologis : (+ / + )
Refleks patologis : Refleks patologis Babinsky (-/-), test
lasegue (-), Test kernig (-), Brudzinsky I/II/III(-)

V. Diagnosis
Benign Paroxysmal Positional Vertigo

VI. Rencana Awal


Rencana Diagnostik
Lab darah rutin (Hb, Ht, eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit)
Cek ureum, kreatinin, GDS, SGOT, SGPT

10
Cek kadar elektrolit
EKG
Rencana terapi
Medikamentosa

VII.Rencana edukasi
Minum obat sesuai anjuran
Istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas yang dapat
menimbulkan keluhan tersebut di atas
Menerapkan pola hidup sehat (makan makanan yang bergizi, tidur
cukup, dan olahraga teratur)

VIII. Prognosis
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGO

11
1. DEFINISI
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah salah satu jenis
vertigo vestibular tipe perifer yang paling sering dijumpai dalam praktek sehari-
hari, ditandai dengan serangan-serangan yang menghilang spontan. Benign
Paroxysmal Positional Vetigo didefinisikan sebagai kelainan pada telinga bagian
dalam yang mana ada pengulangan episodic dari vertigo posisional. BPPV juga
sering dikenal dengan kelainan pada bagian vestibular.1,2
BPPV bukan suatu penyakit, melainkan suatu sindroma sebagai gejala sisa
dari penyakit pada telinga dalam.3
Penelitian Baloh mendapatkan usia rata-rata penderita BPPV adalah 54
tahun, dengan rentang usia 11-84 tahun. Wanita : pria 1.6 : 1.0, sedangkan pada
yang idiopatik 2:1. Insidensi dari BPPV berkisar 10.7-64 per 100.000 orang dan
meningkat 38% setiap dekadenya.1,4

2. ETIOLOGI

a. Idiopatik
Sekitar 50% penderita BPPV tidak diketahui penyebabnya.4
b. Simtomatik
Pasca trauma, pasca-labirinitis virus, insufisiensi vertebrobasilaris,
Meniere, pasca-operasi, ototoksisitas, mastoiditis kronik.5
Pada orang tua, penyebab paling umum adalah degenerasi dari sistem
vestibular dari telinga bagian dalam.6

3. PATOFISIOLOGI

Terdapat 2 hipotesa yang menerangkan patofisiologi BPPV, yaitu:4,7


1. Hipotesa kupulotiasis
2. Hipotesa kanalitiasis

12
Hipotesa Kupulotiasis
Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia
yang terlepas dari macula utrikulus yang berdegenerasi, menempel pada
permukaan kupula semisirkularis posterior yang letaknya langsung di bawah
makula urtikulus. Debris ini menyebabkannya lebih berat daripada endolimfe
sekitarnya, dengan demikian menjadi lebih sensitif terhadap perubahan arah
gravitasi. Bilamana pasien berubah posisi dari duduk ke berbaring dengan kepala
tergantung, seperti pada tes Dix Hallpike, kanalis posterior berubah posisi dari
inferior ke superior, kupula bergerak secara utrikulofugal, dengan demikian timbul
nistagmus dan keluhan vertigo.
Pergeseran massa otokonia tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang
menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya nistagmus dan keluhan
vertigo.
Gerakan posisi kepala yang berulang akan menyebabkan otokonia terlepas
dan masuk ke dalam endolimfe, hal ini yang menyebabkan timbulnya fatigue,

13
yaitu berkurangnya atau menghilangnya nistagmus/vertigo, disamping adanya
mekanisme kompensasi sentral.
Nistagmus tersebut timbul secara paroksismal pada bidang kanalis
posterior telinga yang berada pada bidang kanalis posterior telinga yang berada
pada posisi di bawah, dengan arah komponen cepat ke atas.

Hipotesa Kanalitiasis
Menurut hipotesa ini debris otokonia tidak melekat pada kupula,
melainkan mengambang di dalam endolimfe kanalisis posterior. Pada perubahan
posisi kepala debris tersebut akan bergerak ke posisi paling bawah, endolimfe
bergerak menjauhi ampula dan merangsang nervus ampularis. Bila kepala
digerakkan tertentu debris akan ke luar dari kanalis posterior ke dalam krus
komunis, lalu masuk ke dalam vestibulum, dan vertigo/nistagmus menghilang.

4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala umum yang didapatkan yaitu pusing biasanya muncul setelah
beberapa gerakan kepala, bermasalah dengan keseimbangan, dan rasa ingin
muntah (mual).8
Vertigo muncul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke satu
sisi pada waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu
menegakkan kembali badan, menunduk atau menengadah. Serangan berlangsung
dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 30 detik.4
Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-
kadang muntah. Setelah rasa berputar menghilang pasien bisa merasa
melayang.9,10
Umumnya BPPV menghilang sendiri dalam beberapa hari sampai minggu
dan kadang-kadang bisa kambuh lagi.10

5. DIAGNOSIS
Diagnosis BPPV ditegakkan secara klinis berdasarkan:4,10
a. Anamnesis

14
Adanya vertigo yang terasa berputar, timbul mendadak pada
perubahan posisi kepala atau badan, lamanya kurang dari 30 detik, bisa
disertai oleh rasa mual, kadang-kadang muntah.
b. Pemeriksaan fisik
Pada yang idiopatik tidak ditemukan kelainan. Pada yang
sistomatik bisa ditemukan kelainan neurologic fokal, atau kelainan
sistemik.
1. Tes Dix Hallpike
Tes ini dilakukan sebagai berikut:2,4
a. Sebelumnya pasien diberi penjelasan dulu mengenai prosedur
pemeriksaan supaya tidak tegang.
b. Pasien duduk dekat bagian ujung pemeriksa.
c. Dengan mata terbuka dan berkedip sedikit mungkin selama
pemeriksaan, pada posisi duduk kepala menengok ke kiri atau ke
kanan, lalu dengan cepat badan pasien dibaringkan sehingga kepala
tergantung pada ujung meja pemeriksa, lalu dilihat adanya
nistagmus dan keluhan vertigo, pertahankan posisi tersebut selama
10 sampai 15 detik, setelah itu pasien dengan cepat didudukkan
kembali. Berikutnya maneuver tersebut diulang dengan kepala
menunjuk kesisi lain. Untuk melihat adanya fatigue maneuver ini
diulang 2-3 kali.
Interpretasi Tes Dix Hallpike11,12
a. Normal : tidak timbul vertigo dan nistagmus dengan mata
terbuka. Kadang-kadang dengan mata tertutup bisa terekam
dengan elektronistagmografi adanya beberapa detak nistagmus.
b. Abnormal : timbulnya nistagmus posisional yang pada BPPV
mempunyai 4 ciri, yaitu: ada masa laten, lamanya kurang dari
30 detk, disertai vertigo yang lamanya sama dengan nistagmus,
dan adanya fatigue, yaitu nistagmus dan vertigo yang makin
berkurang setiap kali manuver diulang

15
Gambar 1. Tes Dix Hallpike bagian I.

Gambar 2. Tes Dix Hallpike bagian II.

16
Gambar 3. Tes Dix Hallpike bagian III.

2. Electronystagmography (ENG) pengujian mungkin diperlukan


untuk mencari karakteristik nistagmus yang disebabkan oleh Dix-

17
Hallpike tes. Telah diklaim bahwa BPPV disertai dengan
kelumpuhan unilateral kanal lateral adalah sugestif dari etiologi
vaskuler. Untuk diagnosis BPPV dengan tes laboratorium, adalah
penting untuk memiliki tes ENG dilakukan oleh laboratorium yang
dapat mengukur gerakan mata vertikal. Sebuah Magnetic
Resonance Imaging (MRI) scan akan dilakukan jika tumor otak
stroke atau dicurigai. Sebuah tes kursi berputar dapat digunakan
untuk masalah diagnostik sulit.. Hal ini mungkin tetapi jarang (5%)
untuk memiliki BPPV di kedua telinga (bilateral BPPV).7,12

6. PENATALAKSANAAN
Komunikasi dan Informasi
Oleh karena BPPV menimbulkan vertigo yang hebat, pasien menjadi
cemas dan khawatir akan adanya penyakit berat seperti stroke atau tumor otak.
Maka itu perlu diberikan penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya
dan prognosisnya baik, dapat hilang spontan setelah beberapa waktu, walaupun
kadang-kadang berlangsung lama dan sewaktu-waktu bisa kambuh lagi.4

Medikamentosa
Beberapa kategori dari medikasi vestibular suppresan yang biasa digunakan
yaitu benzodiazepine dan antihistamine. Benzodiazepine seperti diazepam dan
clonazepam yang memiliki efek anxiolitik, sedatif, muscle relaksan, anti konvulsi
derivate dari efek inhibitor potensial sistem asam gamma-amino butirat. Dalam
mengatasi dizziness, medikasi ini bisa mengurangi sensasi rasa berputar, tetapi
juga dengan kompensasi pada kondisi vestibular perifer. Antihistamin, di sisi lain
untuk menekan rasa mual dan muntah. Contoh antihistamin yaitu meclizine dan
diphenhydramine. Akan tetapi belum ada bukti dari literature yang menyarankan
medikasi vestibular suppresan efektif sebagai pengobatan primer dari BPPV atau
subsitusi dari manuver reposisi.
Obat-obatan anti vertigo seringkali tidak dibutuhkan, oleh karena vertigo-
nya berlangsung sebentar saja. Lagipula serangan akut vertigonya tidak
dapat sepenuhnya ditekan dengan obat antivertigo.9

18
Latihan
a. Metoda Brandt Daroff
Pasien duduk tegak ditepi tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung.
Lalu dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi,
pertahankan selama 30 detik, setelah itu duduk tegak kembali. Setelah 30 detik
baringkan dengan cepat ke sisi lain, perahankan selama 30 detik, lalu duduk
tegak kembali. Lakukan latihan ini 3 kali pada pagi hari sebelum bangun tidur,
dan 3 kali pada malam hari sebelum tidur, sampai 2 hari berturut-turut tidak
timbul vertigo.1,10,13

Gambar 4. Metoda Brandt Daroff

19
Gambar 4. Metoda Brandt Daroff

b. Vibrasi
Metoda ini diperkenalkan oleh Epley dan disebut Canalith
Repositioning Procedure.
Caranya L vibrator diletakkan pada daerah mastoid telinga
yang diduga ada kelainan. Pasien berbaring terlentang dengan kepala
agak hiperektensi, lalu kepala diputar ke arah telinga tersebut sampai
muka menghadap ke lantai dengan sudut 45o, pertahankan posisi
tersebut selama 15 detik atau sampai nistagmus menghilang.
Kemudian kepala dan badan diputar kea rah berlawanan sampai
muka menghadap ke lantai dengan sudut 45o, pertahankan selama 15
detik. Selanjutnya pasien duduk dengan kepala menunduk selama
15-30 detik, sementara itu vibrasi dilakukan terus pada mastoid.

20
Prosedur ini menyebabkan debris terlepas dari kupula dan
masuk ke dalam endolimfe. Setelah 1 minggu bila vertigo timbul lagi
bisa dilakukan vibrasi ulang.
Komplikasi dari prosedur ini termasuk konversi dari canalith
menjadi canal yang berbeda pada alterasi dari tipe nistagmus dan
atau arah nistagmus. Komplikasi ini dapat dicegah dengan manuver
tambahan selama duduk, Komplikasi lain termasuk yang dilaporkan
yaitu rasa nyeri, berkeringat, demam, dan hipotensi selama manuver
tadi.1,2,4,13

Gambar 5. Epley Manuver.

21
Gambar 6. Canalith Repositioning Procedure (Epley Manuver).

Instruksi untuk pasien setelah perawatan (Manuver Epley):13


1. Tunggu selama 10 menit setelah manuver dilakukan sebelum
pulang ke rumah. Ini mencegah terjadinya putaran cepat atau
serangan vertigo tiba-tiba seperti reposisi debris setelah manuver.
Jangan berkendara sendirian ke rumah; lebih baik seseorang yang
mengantar.

22
2. Tidur dengan kepala ditinggikan dengan 45o. Ini biasanya lebih
mudah dilakukan dengan kursi sandaran atau menggunakan bantal
yang disusun di atas kursi. Selama hari itu, tetap jaga kepala posisi
vertical. TIdak boleh bepergian ke tempat tukang cukur atau dokter
gigi. Jangan beraktifitas yang berhubungan dengan kepala.
3. Untuk sekurangnya 1 minggu, mencegah perubahan posisi kepala
yang memicu BPPV lagi. Gunakan 2 bantal saat tidur, cegah tidur
dalam posisi sisi afektif, dan jangan biarkan kepala terlalu ke atas
atau ke bawah.
4. Selama 1 minggu setelah perawatan, posisikan diri biasanya yang
membuat pusing. Posisikan dengan tanpa mencederai diri. Biarkan
dokter tahu bagaimana dirimu melakukannya.

Manuver ini efektif dalam 80% pasien dengan BPPV. Jika manuver
ini bekerja dengan baik tetapi gejala muncul atau berespon parsial,
manuver lain disarankan dilakukan.2,13

Gambar 7. Posisi tidur setelah Manuver Epley.


Terapi Bedah
Pada sebagian kecil penderita BPPV yang berkepanjangan dan tidak
sembuh dengan terapi konservatif bisa dilakukan operasi neurektomi

23
atau cannal plugging. Akan tetapi tindakan operatif tersebut bisa
menimbulakn komplikasi berupa tuli sensorineural pada 10% kasus.10
Hanya sekitar 1 / 200 BPPV kami pasien akhirnya memiliki prosedur
ini dilakukan. Operasi tidak harus dipertimbangkan sampai ketiga
manuver / latihan (manuver epley, semont, dan brandt daroff) telah
dicoba dan gagal.
Pengobatan bedah BPPV tidak mudah - dokter THT Anda mungkin
akan tidak memiliki pengalaman sama sekali dengan operasi ini. Tentu
saja, selalu dianjurkan saat merencanakan operasi untuk memilih ahli
bedah yang telah selebar pengalaman mungkin. Komplikasi jarang
terjadi, namun demikian kita masih harus berpikir hati-hati tentang
menjalani prosedur yang memiliki resiko 3% dari kehilangan
pendengaran unilateral.10,13

Indikasi untuk operasi:

Jika latihan yang dijelaskan di atas tidak efektif dalam mengendalikan


gejala, gejala telah berlangsung selama satu tahun atau lebih, dan
diagnosis sangat jelas, prosedur bedah yang disebut "Canal plugging
blocks" mungkin disarankan. Canal memasukkan sebagian besar blok
fungsi kanal posterior tanpa mempengaruhi fungsi dari saluran lain atau
bagian dari telinga. Prosedur ini menimbulkan risiko kecil untuk
mendengar - sekitar 3%, tetapi efektif pada sekitar 85-90% dari
individu yang tidak memiliki respon terhadap pengobatan lain. Risiko
operasi untuk mendengar berasal dari melanggar sengaja ke dalam
kompartemen endolimfatik ketika mencoba untuk membuka labirin
tulang dengan bor.10,13

BAB III

PEMBAHASAN

24
1. Lesi Sentral, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala:
- Onset bertahap dan berlangsung - Onsetnya mendadak dan
dalam hari sampai minggu berlangsung beberapa detik
(permanen) sampai beberapa menit.
- Pusing tidak tergantung - Pusing tergantung perubahan
perubahan posisi dan gerakan posisi dan gerakan kepala.
- Serangan berat.
kepala.
- Nystagmus (+) arah horizontal
- Serangan ringan
- Tidak ada gejala gangguan
- Nystagmus bisa (-) dan bila (+)
batang otak, serebelum dan
arah vertical atau multidireksi
- Terdapat gejala gangguan korteks serebral.
batang otak: diplopia,
disartria, disfagia, disfonia
serebelum: gangguan
koordinasi, kesulitan
melakukan pergerakan yang
butuh ketrampilan.
korteks serebral: gejala
iritatif, gejala fokal, deficit
sensori dan motorik.

Jadi kemungkinan lesi sentral dapat disingkirkan.

2. Lesi Perifer, gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala:


- Organ yang terkena bisa: - Gejalanya berlangsung dalam
- gejalanya berlangsung dalam
beberapa beberapa detik serta
beberapa detik sampai beberapa diperberat oleh perubahan posisi
menit dan intermiten serta dan gerakan kepala.
tergantung posisi dan gerakan - Serangan berat.
- Nystagmus (+) horizontal.
kepala.
- Terdapat mual dan muntah.
- Serangan berat
- Tidak ada gangguan pendengaran.
- Selalu disertai nystagmus (+) arah
horisontal.
- Terdapat gejala otonom, seperti
mual, muntah, keringatan.
- Biasanya ada disfungsi
pendengaran.

25
Jadi kemungkinan lesi perifer belum dapat disingkirkan.

Etiologi
Etiologi dan gejalanya: Pada penderita ditemukan gejala:
1. Trauma Kepala - Tidak terdapat riwayat trauma kepala.
- Terdapat riwayat trauma
kepala sebelumnya
2. Infeksi Telinga Tengah - Tidak terdapat riwayat keluar cairan
- Terdapat riwayat keluar cairan
berbau dari telinga.
berbau dari telinga - Tidak terdapat riwayat rasa penuh
- Terdapat riwayat rasa penuh
dalam telinga.
dalam telinga.
3. Idiopatik - Tidak terdapat riwayat trauma kepala.
- Tidak terdapat riwayat trauma - Tidak terdapat riwayat keluar cairan
kepala berbau dari telinga dan rasa penuh
- Tidak terdapat riwayat keluar
dalam telinga.
cairan berbau dari telinga dan - Terjadi tanpa diketahui penyebabnya.
rasa penuh dalam telinga.
- Terjadi tanpa diketahui
penyebabnya.

Jadi kemungkinan etiologi trauma kepala dan infeksi telinga tengah dapat
disingkirkan,
Kemungkinan etiologi idiopatik belum dapat disingkirkan.

BAB IV
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Benign Paroxysmal Positional Vetigo didefinisikan sebagai kelainan pada

telinga bagian dalam yang mana ada pengulangan episodic dari vertigo posisional.

Penyebab dari BPPV yaitu Idiopatik dan simtomatik (pasca trauma, pasca-

labirinitis virus, degenerasi dari sistem vestibular dari telinga bagian dalam).

26
Terdapat 2 hipotesa yang menerangkan patofisiologi BPPV, yaitu: hipotesa

kupulotiasis dan hipotesa kanalitiasis.

Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-

kadang muntah. Setelah rasa berputar menghilang pasien bisa merasa melayang.

Umumnya BPPV menghilang sendiri dalam beberapa hari sampai minggu

dan kadang-kadang bisa kambuh lagi.

Diagnosa BPPV didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, tes Dix

Hallpike dan Elektronistagmografi.

Terapi dari BPPV yaitu komunikasi dan informasi, medikamentosa, latihan

(manuver Brandt Daroff, Manuver Epley), terapi pembedahan (Cannal Plugging).

3.2 Saran

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas maka kita sebagai praktisi

klinis diharapkan dapat mengikuti perkembangan ilmu terbaru khususnya dalam

bidang pengobatan sehingga dapat memberikan terapi yang lebih lengkap dan

terbaru sesuai dengan bukti-bukti klinis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Weber Peter. Vertigo and disequilibrium: a practical guide to diagnose and


management. United Kingdom: Thieme Medical Publishers, 2012.

2. Solomon David. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Current Science


Inc. 2014: 2:417427.

27
3. Von Brevern M, Radtke A, Lezius F, et al. Epidemiology of benign
baroxysmal positional vertigo: a population based study. J Neurol
Neurosurg Psychiatry. 2012;78:710-715.

4. Fife D, Fitzgerald JE. Do patients with benign paroxysmal positional


vertigo receive prompt treatment? Analysis of waiting times and human
and financial costs associated with current practice. Int J Audiol.
2015;44: 50-57.

5. Amar A, Kurnia K. Neuro-otologi klinis vertigo. Surabaya: Airlangga


University Press, 2012

6. Oghalai JS, Manolidis S, Barth JL, et al. Unrecognized benign


paroxysmal positional vertigo in elderly patients. Otolaryngol Head Neck
Surg. 2012;122:630-4.

7. Aw ST, Todd MJ, Aw GE, McGarvie LA, Halmagyi GM. Benign


positional nystagmus: A study of its three-dimensional spatio-temporal
characteristics. Neurology. 2015;64:1897-1905.

8. Tomaz A, Gananca MM, Gananca CF, et al. Benign Paroxysmal


Positional Vertigo: Concomitant Involvement of Different Semicurcular
Canals. Ann Oto Rhinol Laryn. 2012;118: 113-117.

9. Herdman SJ. Advances in the treatment of vestibular disorders. Phys


Ther. 2010;77:602-618.

10. Battacharyya N, et al. Clinical practice guideline: benign positional


vertigo. Otolaryn Head Neck Surg. 2011;139:S47-S81.

11. Imbaud Genieys S. Vertigo, dizziness and falls in the elderly. Annales d
Oto-Laryngologie et de Chirurgie Cervico-Faciale 2013;124:18996.

12. Sakaida M, Takeuchi K, Ishinaga H, et al. Long-term outcome of benign


paroxysmal positional vertigo. Neurology 2003;60:15324.

28
13. Simhadri S, Panda N, Raghunathan M. Efcacy of particle repositioning
maneuver in BPPV: a prospective study. Am J Otolaryngol. 2012;24:355
60.

29

Anda mungkin juga menyukai