Anda di halaman 1dari 41

Prematuritas Murni(NKB-SMK) dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)

Case Report

Pembimbing

DR.Dr. Prambudi Rukmono, Sp. A (K)

Dr. Etty Widiastuti, Sp.A

Disusun Oleh

Cantika Tara Sabila

Putri Ria Ariyanti

Uliana Nur Melin

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ABDOEL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

2017
BAB I

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

- Tanggal masuk : 04 Juli 2017

- Pukul : 20.50 WIB

- No. RM : 51.09.57

- Nama : By.Ny. S

- Jenis Kelamin : Laki-laki

- Tanggal Lahir : 04/07/2017

- Umur : 0 hari

- Agama : Islam

- Suku Bangsa : Jawa

- Alamat : Jati agung, lampung selatan

IDENTITAS ORANG TUA

Ayah

- Nama : Tn. W

- Umur :28 tahun

- Pekerjaan : Wirawasta

- Pendidikan : SMP

Ibu

- Nama : Ny. S

- Umur : 26 tahun

3
- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

- Pendidikan : SMP

ANAMNESIS

Dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 04/07/2017 dengan orang tua

pasien.

1. Keluhan Utama : Bayi lahir kurang bulan

2. Keluhan Tambahan : Berat bayi lahir rendah

3. Riwayat penyakit sekarang : (aloanamnesis dengan ibu pasien)

Lahir bayi laki-laki pervaginam secara spontan dari ibu hamil G2P1A0

dengan usia kehamilan 32 minggu pada 04 Juli 2017 pukul 16.00WIB.

Berat badan lahir 2100 gram dan panjang badan lahir 44 cm. Bayi lahir

dibantu oleh bidan tidak langsung menangis dan bergerak pasif. Dilakukan

rangsang dengan menepuk punggung bayi dan bayi mulai menangis lemah

di kamar bersalin. Apgar score 4/5. Tidak ada kelainan bawaan dan anus

(+). Saat tiba di perinatologi, usaha bernafas bayi semakin membaik, bayi

menangis, gerak aktif, sesak (-). Menurut ibu, saat bayi lahir, ketuban

berwarna hijau.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Orang tua os menyangkal adanya penyakit dahulu.

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada riwayat keluarga yang mempunyai penyakit berat (DM, jantung,

penyakit kuning, tekanan darah tinggi, kelainan darah). Tidak ada riwayat

keluarga yang melahirkan bayi kecil prematur sebelumnya.

4
6. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Ibu pasien mengaku ini adalah kehamilannya yang kedua. Ibu pasien biasa

melakukan pemeriksaan kehamilan rutin di puskesmas dan diperiksa oleh

bidan. ibu pasien tidak mengingat kapan hari pertama haid terakhirnya.

sebelum melahirkan, ibu mengalami riwayat keluar air yang banyak,

jernih, dan tidak bau, disertai dengan perut yang mules. Selama hamil, ibu

pasien tidak pernah sakit atau pun minum obat-obatan. Pasien merupakan

anak kedua dari ibu (G2P1A0). Selama hamil ibu kontrol sebanyak 3 kali

ke bidan. Pasien lahir secara spontan, kurang bulan (sekitar 32 minggu),

langsung menangis, berat badan lahir 2100 gram, panjang badan lahir 44

cm.

7. Riwayat Sosial Ekonomi dan Kondisi Lingkungan

Pasien berasal dari golongan sosial ekonomi sedang. Pendidikan ayah dan

ibu tamat SMP. Ayah bekerja sebagai Wiraswata, sedangkan ibu pasien

hanya sebagai ibu rumah tangga.

8. Riwayat Imunisasi

BCG :-

DPT :-

Polio :-

Campak :-

Hepatitis B :-

5
PEMERIKSAAN FISIK

Status Present

- Keadaan umum : tampak sakit sedang, menangis kuat, gerak letargi

- Nadi : 140 x/menit, isi dan tegangan cukup

- Nafas : 102 x/menit

- Suhu : 36,2 0 C

- Berat badan : 2100 gram

- Panjang badan : 44cm

- Lingkar kepala :26 cm

- Downe score :2

- Ballard score : 20

- Maturitas fisik : 21

Status Generalis

Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh:

- Pucat : tidak ada

- Sianosis :tidak ada

- Ikterus : tidak ada

- Oedem : - -

- -

- Turgor kulit : baik

6
KEPALA

- Muka : Normal, bulat simetris

- Rambut : Hitam tipis, persebaran merata

- Ubun-ubun besar : Datar, belum menutup

- Mata : Konjungtiva ananemis, sklera anikterik

- Telinga : Daun telinga rata, serumen (-)

- Hidung : Deviasi (-), sekret (-/-), nafas cuping hidung(-)

- Mulut : Bibir kering, sianosis(-)

LEHER

- Bentuk : Simetris

- Trachea : Di tengah

- KGB : Tidak teraba pembesaran

THORAKS

- Bentuk : Normothoraks

- Warna kulit : Terang

- Retraksi : Subcostal -/-, intercostals -/-

JANTUNG

- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi : Tidak dilakukan

- Perkusi : Tidak dilakukan

- Auskultasi : Bunyi jantung I II jelas, normal, murmur (-), gallop (-)

7
PARU-PARU

Anterior Posterior

Sinistra Dextra Sinistra Dextra

Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan

Inspeksi nafas = dextra nafas = sinistra nafas = dextra nafas = sinistra

Retraksi (-) Retraksi (-)

Palpasi - - - -

Perkusi - - - -

Vesikuler +/+ Vesikuler +/+ Vesikuler +/+ Vesikuler +/+

Auskultasi Wheezing -/- Wheezing -/- Wheezing -/- Wheezing -/-

Ronkhi -/- Ronkhi -/- Ronkhi -/- Ronkhi -/-

ABDOMEN

- Inspeksi : Perut datar

- Palpasi : Lemas

- Perkusi : Tidak dilakukan

- Auskultasi : Bising usus (+) 5x / menit

GENITALIA EKSTERNA

Tidak ada kelainan

EKSTREMITAS

- Superior : akral hangat, sianosis (-/-)

8
- Inferior : akral hangat, sianosis (-/-)

Status Neurologis

- Aktivitas : tenang

- Gerakan : spontan

- Tonus : normal

- Refleks primitif :

Refleks moro (+)

Refleks isap (+)

Refleks rooting (+)

Refleks genggam (+)

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tanggal 05/07/2017 pukul 15.30& 16.00

Gula Darah Sewaktu: 283 mg/dL

Darah Lengkap :

- Hemoglobin : 18,6 mg/dL

- Leukosit : 9.240 /L

- Eritrosit : 5,5 x 106 /L

- Hematokrit : 56%

- Trombosit : 177.000 /L

- Hitung Jenis

Eosinofil :0

Batang :2

Segmen :0

9
Limfosit : 74

Monosit : 15

- CRP : negatif

Tanggal 05/07/2017 pukul 15.38

Kimia :

Bilirubin total : 6,7 mg/dl

Bilirubin direk : 0,3 mg/dl

Bilirubin indirek : 6,4 mg/dl

SGOT : 73 U/L

SGPT : 13 U/L

Natrium : 134 mmol/L

Kalium : 4,3 mmol/L

Calsium : 7,2 mg/dl

Chlorida : 100 mmol/L :

DIAGNOSIS KERJA

Prematuritas dengan Bayi Berat LahirRendah (BBLR)

PENATALAKSANAAN

1. Rawat dalam inkubator, suhu pertahankan 36,5 37,50C

2. D10% 124,6 cc + Kcl 4,2 cc + Nacl 3% 8,4 cc + Ca Glukonas 6,3 cc +

Aminosteril 35 cc + vitalipid 8,4 cc + soluvid 2,1 cc Kec : 7,9 cc/jam

3. Puasa

4. Ceftazidim 105 mg/12 jam

10
5. Omeprazol 1,5 mg/24 jam

6. Aminofilin loading 12,6 mg, maintenance 5,3 mg/12 jam

7. Monitor tanda-tanda vital

PEMERIKSAAN ANJURAN

PROGNOSIS

- Quo ad Vitam : dubia ad bonam

- Quo ad Fungtionam : dubia ad bonam

- Quo ad Sanationam : dubia ad bonam

RESUME

By. Ny. S usia 1 hari, berat badan 2100 gram dengan bayi lahir kurang

bulan. Bayi laki-laki lahir pervaginam secara spontan dari ibu hamil G2P1A0

dengan usia kehamilan 32 minggu pada 04 Juli 2017 pukul 16.00 WIB. Berat

badan lahir 2100 gram dan panjang badan lahir 44 cm. Bayi lahir tidak langsung

menangis dan bergerak pasif. Dilakukan rangsang dengan menepuk punggung

bayi dan bayi mulai menangis lemah di kamar bersalin. Apgar score 4/5. Tidak

ada kelainan bawaan dan anus (+).Saat tiba di perinatologi, usaha bernafas bayi

semakin membaik, bayi menangis, gerak aktif, sesak (-). Menurut ibu, saat bayi

lahir, ketuban berwarna hijau.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU tampak sakit sedang, nadi 140

x/menit, pernafasan 93 x/menit, dan suhu 36,2 C. Kepala normal, hitam tipis,

ubun-ubun besar datar, belum menutup, konjungtiva ananemis, sklera anikterik,

11
bibir asianosis. Pada pemeriksaan thorak, paru dan jantung dalam batas normal.

Pada pemeriksaan abdomen terlihat cembung, bising usus normal. Genitalia tidak

tampak kelainan. Ekstremitas edema tidak ada, akral hangat. Pemeriksaan

neurologis kesan dalam batas normal.

12
FOLLOW UP

Tanggal/Jam Hasil Pemeriksaan Instruksi Dokter

05 juli 2017 S/ terpasang cpap 1. Rawat dalam inkubator suhu


09.00 O/ dipertahankan 36,5-37,5
BBL : 2100 g Ku : Menangis kuat, gerak aktif, 2. Puasa
BB : 2100 g OGT (+), retraksi (+) sesak (-), 3. D10% 124,6 cc + Kcl 4,2 cc
P:1 muntah (-) + Nacl 3% 8,4 cc + Ca
UG : 32 HR : 152 x/ menit Glukonas 6,3 cc +
UK : 32 +0 RR : 102 x/menit Aminosteril 35 cc + vitalipid
T : 36,70C/32,0 0C 8,4 cc + soluvid 2,1 cc
Gds: 98 Kec : 7,9 cc/jam
4. Cpap terpasang fio2 35 %,
PEEP 7.
5. Inj. Ceftazidime 70 mg/12
jam
6. Inj. Omeprazole 1 mg/24
jam
7. Aminofilin loading 12,6
mg, maintenance 5,3
mg/12 jam

R/ Cek DL, kimia darah


06 juli 2017 S/ terpasang cpap 1. Puasa
09.00 O/ 2. D10% 170 cc + Nacl 8,4 +
BBL : 2100 g Ku : Menangis kuat, gerak aktif, kcl 4,7 cc+ ca glukonas 6,3
BB : 2100 g OGT (+), sesak (-), muntah (-) cc Glukonas 4,2 cc (Kec :
P:2 HR : 161 x/ menit 7,8 cc/jam)
UG : 32 RR : 89 x/menit 3. Cpap terpasang fio2 35 %,
UK : 32 +1 T : 37,10C/33,0 0C flow 8 PEEP 7
-Hemoglobin : 18,6 mg/dL 4. Inj. Ceftazidime 105mg/12
-Leukosit : 9.240 /L jam
-Eritrosit : 5,5 x 106 /L 5. Inj. Omeprazole 1,5 mg/24
-Hematokrit : 56% jam
-Trombosit : 177.000 /L 6. Aminopilin 5,3 mg/24 jam
Hitung Jenis
Eosinofil :0
Batang :2
Segmen :0
Limfosit : 74
Monosit : 15
-CRP : negatif
Bilirubin total : 6,7 mg/dl
Bilirubin direk : 0,3 mg/dl
Bilirubin indirek : 6,4 mg/dl
SGOT : 73 U/L
SGPT : 13 U/L
Natrium : 134 mmol/L
Kalium : 4,3 mmol/L
Calsium : 7,2 mg/dl
Chlorida : 100 mmol/L
A/Premature + BBLR

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PREMATURITAS

2.1.1 Definisi

Persalinan prematur adalah suatu persalinan dari hasil konsepsi yang

dapat hidup tetapi belum aterm (cukup bulan). Berat janin antara 1000-

2500 gram atau tua kehamilan antara 28 minggu sampai 36 minggu

(Wiknjosastro, 2007).

2.1.2 Klasifikasi

Menurut usia kehamilannya maka prematur dibedakan menjadi

beberapa, yaitu:

a. Usia kehamilan 32 36 minggu disebut persalinan prematur (preterm)

b. Usia kehamilan 28 32 minggu disebut persalinan sangat prematur

(very preterm)

c. Usia kehamilan 20 27 minggu disebut persalinan ekstrim prematur

(extremely preterm)

Menurut berat badan lahir, bayi prematur dibagi dalam kelompok:

a. Berat badan bayi 1500 2500 gram disebut bayi dengan Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR)

b. Berat badan bayi 1000 1500 gram disebut bayi dengan Berat Badan

Lahir Sangat Rendah (BBLSR)

14
c. Berat badan bayi < 1000 gram disebut bayi dengan Berat Badan Lahir

Ekstrim Rendah (BBLER) (Krisnadi, 2009)

2.1.3 Etiologi

Keadaan yang berkaitan erat dengan prematuritas, antara lain:

a. Maternal

Penyakit sistemik berat, infeksi, penyalahgunaan obat,

preekamplasia berat, trauma

b. Uterus

Malformasi, overdistensi, mioma besar

c. Plasenta

Solusio plasenta, plasenta previa

d. Cairanamnion

Oligohidramnion, ketuban pecah dini, polihidramnion, infeksi

intraamnion, korioamnionitis

e. Janin

Malformasi janin, kelahiran majemuk, janin hidrops, gawat janin,

pertumbuhan janin terhambat

f. Serviks

Inkompetensia serviks, servisitis/vaginitis (Rukmono, 2013).

2.1.4 Tanda dan Gejala Prematuritas

Tanda dan gejala bayi premature adalah :

a. Berat badan 2500 gram, panjang badan 45 cm, lingkaran dada <30

cm, lingkaran kepala <33 cm, usia kehamilan <37 minggu

15
b. Kepala relatif besar dari badan, kulit tipis, transparan, lanugonya

banyak, lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus

c. Tangisnya lemah dan jarang, pernapasan tidak teratur dan sering

timbul apnea

d. Otot-otot masih hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan

kedua paha dalam abduksi, sendi lutut dan pergelangan kaki dalam

fleksi atau lurus dan kepala mengarah ke satu sisi

e. Refleks tonik-leher lemah dan refleks Moro (+). Daya isap lemah

terutama dalam hari-hari pertama. Bayi yang lapar akan menangis,

gelisah dan menggerak-gerakan tangannya.

f. Edema biasanya sudah terlihat segera sesudah lahir dan makin

bertambah jelas dalam 24-48 jam berikutnya. Kulit mengkilat, licin,

pitting edema dan edema ini dapat berpindah dengan perubahan

posisi. Edema yang hebat merupakan tanda bahaya, sering

berhubungan dengan perdarahan antepartum, toksemia gravidarum

dan diabetes mellitus.

g. Frekuensi nadi berkisar 100-140 per menit. Pada hari pertama,

frekuensi pernapasan 40-50 per menit. Hari-hari berikutnya 35-45

per menit. Bila meningkat dan selalu diatas 60 per menit, harus

waspada terhadap kemungkinan adanya sindroma gangguan

pernapasan seperti membrana hialin, pneumonia, gangguan

metabolik atau gangguan susunan saraf pusat. Untuk menemukan

penyebabnya, dapat dilakukan rontgen thoraks atau pemeriksaan

ultrasonografi (USG) (Maryunani, 2009).

16
2.1.5 Masalah Pada Bayi Prematur

Bayi premature memiliki alat tubuh yang masih imatur baik secara

anatomik maupun fisiologik, oleh karena itu pada bayi premature

mudah timbul beberapa kelainan seperti :

a. Suhu tubuh

suhu tubuh bayi premature cenderung tidak stabil oleh karena

kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh

penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak

subkutan, permukaan tubuh yang lelatif lebih luas dibandingkan

dengan berat badan, otot yang tidak aktif, produksi panas yang

berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat) yang belum cukup

serta pusat pengaturan suhu yang belum berfungsi sebagaimana

mestinya.

b. Pernafasan

Gangguan pernafasan sering menimbulkan penyakit berat pada bayi

prematur. Hal ini disebabkan oleh kekurangan surfatan (rasio

lesitin/sfingomielin <2), pertumbuhan dan pengembangan paru yang

belum sempurna, otot pernafasan yang masih lemah dan tulang iga

yang mudah melengkung (pliable thorax), kondisi thorax pada bayi

premature masih lemah. Penyakit gangguan pernafasan yang sering

diderita bayi prematur adalah penyakit membran hialin dan aspirasi

pneumonia. Di samping itu sering timbul pernafasan periodik

(pheriodic breathimh) dan apnea yang disebabkan oleh pusat

pernafasan di medulla belum matur.

17
c. Gastrointestinal dan nutrisional

Gangguan alat pencernaan dan masalah nutrisi yang dapat terjadi

seperti distensi abdomen akibat dari motilitas usus berkurang,

volume lambung berkurang sehingga waktu pengosongan lambung

bertambah, daya untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak, laktosa,

vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu

berkurang, kerja dari sfingter kardio-esofagus yang belum sempurna

memudahkan terjadinya regurgitasi isi lambung ke esofagus dan

mudah terjadi aspirasi, selain itu terjadi defisiensi enzim lactase pada

brush border usus, penurunan simpanan kalsium, fosfor, protein, dan

besi dalam tubuh. Pada bayi premature juga dapat meningkatkan

risiko terjadinya NEC yang diakibatkan trauma hipoksik iskemia

pada saluran cerna yang imatur, kolonisasi bakteri pathogen pada

lumen usus.

d. Hati

Immatur hati memudahkan terjadinya hiperbillirubinemia akibat

konyugasi dan ekskresi bilirubin terganggu dan defisiensi faktor

pembekuan yang bergantung pada vitamin K.

e. Ginjal

Ginjal yang immatur baik secara anatomis maupun fungsinya

mengakibatkan produksi urin sedikit, urea clearance yang rendah,

tidak sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari

badan dengan akibat mudahnya terjadi edema dan asidosis

metabolik.

18
f. Hematologis

Perdarahan mudah terjadi karena pembuluh darah yang rapuh,

kekurangan faktor pembekuan seperti protrombin, dan faktor

Chrismas, selain itu bayi premature juga mudah mengalami anemia.

g. Imunologik

Gangguan imunologik, daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang

karena rendahnya kadar IgG gamma glubolin, bayi prematur relatif

belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi

terhadap peradangan masih belum baik.

h. Perdarahan intraventrikuler

Lebih dari 50% bayi prematur menderita perdarahan intraventrikuler.

Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita

apnea, asfiksia berat dan sindroma gangguan pernafasan. Akibatnya

bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnia. Keadaan ini

menyebabkan aliran darah ke otak akan lebih banyak lagi karena

tidak adanya otoregulas, sereblar pada bayi prematur, sehingga

mudah terjadi perdarahan dari pembuluh darah kapiler yang rapuh

dan iskemia di lapisan germinal yang terletak di dasar ventrikel

lateralis antara nukleus dan ependim. Luasnya perdarahan

intraventrikuler ini dapat didiagnosis dengan ultrasonografi atau CT

scan

i. Kardiovaskuler

Duktus arteriosus paten umum terjadi pada bayi preterm akibat

sensitivitas pembuluh darah terhadap prostaglandin endogen yang

19
meningkat dengan gambaran klinis takikardia, sindroma gawat

nafas, gagal jantung, edema paru berdarah

j. Metabolisme

Pada bayi premature mudah terjadi gangguan metabolism seperti

hipokalsemia, hipoglikemia atau hiperglikemia

k. Neurologis

Pada bayi premature, reflex hisap dan menelan masih kurang

berkembang, motilitas usus juga menurun, dan sering terjadi apneu

dan bradikardi berulang (Prawirohardjo, 2006; Rukmono, 2013).

2.2 BBLR

2.2.1 Definisi

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi

pada bayi kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan

(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, 2010). Bayi berat lahir

rendah bisa terjadi akibat persalinan preterm (usia gestasi <37 minggu)

atau terjadi akibat dari terhambatnya pertumbuhan janin intrauterine

(WHO, 2004).

2.2.2 Klasifikasi

a. Berdasarkan Usia Gestasi

- Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37 minggu

dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi

20
atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa

kehamilan (NKB-SMK).

- Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk

masa kehamilannya (KMK).

b. Menurut harapan hidupnya

- Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir

1500-2500 gram.

- Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat

lahir 1000- 1500 gram.

- Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) adalah bayi dengan

berat lahir kurang dari 1000 gram. (Proverawati dan Ismawati,

2010).

2.2.3 Etiologi

a. Faktor ibu

- Faktor demografi

Berdasarkan ras, diketahui bahwa perbandingan kelahiran BBLR

ras kulit hitam dibandingkan dengan ras kulit putih adalah 2:1.

Berdasarkan usia, ibu dengan usia <20 tahun dan usia >35 tahun

memiliki risiko lebih tinggi untuk melahirkan dengan BBLR.

Status sosial ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya

BBLR karena orangtua dengan sosio ekonomi rendah memiliki

21
risiko lebih tinggi untuk melahirkan bblr yang biasanya

disebabkan karena kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan kalori,

disamping juga karena ibu-ibu yang miskin sebelumnya juga

kurang gizi (Suriani, 2010).

- Penyakit menahun yang diderita

- Gizi ibu hamil

Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses

pertumbuhan janin dan dapat meningkatkan risiko untuk

terjadinya BBLR. Oleh karena itu, supaya dapat melahirkan bayi

yang normal, ibu perlu mendapatkan asupan gizi yang cukup.

b. Faktor kehamilan

- Hidroamnion

Hidroamnion adalah cairan amnion yang lebih dari 2000 ml. Pada

sebagian besar kasus, yang terjadi adalah hidroamnion kronik

yaitu peningkatan cairan berlebihan secara bertahap. Pada

hidroamnion akut, uterus mengalami peregangan yang jelas

dalam beberapa hari. Hidroamnion dapat menimbulkan persalinan

sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga dapat menyebabkan

kelahiran prematur dan dapat meningkatkan kejadian BBLR

(Chandra, 2011).

- Kehamilan ganda/kembar

Kehamilan ganda dapat didefinisikan sebagai suatu kehamilan

dimana terdapat dua atau lebih embrio atau janin sekaligus.

Kehamilan ganda dibagi menjadi dua yaitu, kehamilan dizigotik

22
dan monozigotik. Kehamilan ganda terjadi apabila dua atau lebih

ovum dilepaskan dan dibuahi atau apabila satu ovum yang

dibuahi membelah secara dini hingga membentuk dua embrio

yang sama. Kehamilan ganda dapat memberikan resiko yang

tinggi terhadap ibu dan janin. Oleh karena itu, harus dilakukan

perawatan antenatal yang intensif untuk menghadapi kehamilan

ganda (Mandriwati, 2008).

- Komplikasi selama kehamilan

Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan seperti,

infeksi selama kehamilan, perdarahan antepartum, preeklampsia,

eklampsia, hipoksia ibu, riwayat obstetric, dan multiple

pregnancy.

c. Faktor janin

Infeksi dalam kandungan (toksoplasmosis, rubella, sitomegalovirus,

herpes, sifillis, TORCH ) dan cacat bawaan.

2.2.4 Masalah Pada BBLR

BBLR memerlukan perawatan khusus yang disebabkan oleh kondisi

tubuh yang belum stabil (Surasmi, 2002).

a. Ketidakstabilan suhu tubuh

Bayi berada pada suhu lingkungan 36C- 37C selama didalam

kandungan dan segera setelah lahir bayi, mereka akan dihadapkan

pada suhu lingkungan yang umumnya lebih rendah dibandingkan

suhu intrauterin. Perbedaan suhu ini memberi pengaruh pada

23
kehilangan panas tubuh bayi. Hipotermia juga terjadi karena

kemampuan untuk mempertahankan panas dan kesanggupan

menambah produksi panas sangat terbatas karena pertumbuhan otot-

otot yang belum cukup memadai, ketidakmampuan untuk menggigil,

sedikitnya lemak subkutan, produksi panas berkurang akibat lemak

coklat yang tidak memadai, belum matangnya sistem saraf pengatur

suhu tubuh, rasio luas permukaan tubuh relatif lebih besar dibanding

berat badan sehingga mudah kehilangan panas.

b. Gangguan pernafasan

Akibat dari defisiensi surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot

respirasi yang lemah sehingga mudah terjadi periodik apneu.

Disamping itu lemahnya reflek batuk, hisap, dan menelan dapat

mengakibatkan resiko terjadinya aspirasi.

c. Imaturitas imunologis

Pada bayi kurang bulan tidak mengalami transfer IgG maternal

melalui plasenta selama trimester ketiga kehamilan karena

pemindahan substansi kekebalan dari ibu ke janin terjadi pada

minggu terakhir masa kehamilan. Akibatnya, fagositosis dan

pembentukan antibodi menjadi terganggu. Selain itu kulit dan

selaput lendir membran tidak memiliki perlindungan seperti bayi

cukup bulan sehingga bayi mudah menderita infeksi.

d. Masalah gastrointestinal dan nutrisi

Lemahnya reflek menghisap dan menelan, motilitas usus yang

menurun, lambatnya pengosongan lambung, absorbsi vitamin yang

24
larut dalam lemak berkurang, defisiensi enzim laktase pada jonjot

usus, menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein, dan zat besi

dalam tubuh, meningkatnya resiko NEC (Necrotizing Enterocolitis).

Hal ini menyebabkan nutrisi yang tidak adekuat dan penurunan berat

badan bayi.

e. Imaturitas hati

Adanya gangguan konjugasi dan ekskresi bilirubin menyebabkan

timbulnya hiperbilirubin, defisiensi vitamin K sehingga mudah

terjadi perdarahan. Kurangnya enzim glukoronil transferase sehingga

konjugasi bilirubin direk belum sempurna dan kadar albumin darah

yang berperan dalam transportasi bilirubin dari jaringan ke hepar

berkurang.

f. Hipoglikemi

Kecepatan glukosa yang diambil janin tergantung dari kadar gula

darah ibu karena terputusnya hubungan plasenta dan janin

menyebabkan terhentinya pemberian glukosa. Bayi berat lahir

rendah dapat mempertahankan kadar gula darah selama 72 jam

pertama dalam kadar 40 mg/dl. Hal ini disebabkan cadangan

glikogen yang belum mencukupi. Keadaan hipotermi juga dapat

menyebabkan hipoglikemi karena stress dingin akan direspon bayi

dengan melepaskan noreepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi

paru. Efektifitas ventilasi paru menurun sehingga kadar oksigen

darah berkurang. Hal ini menghambat metabolisme glukosa dan

menimbulkan glikolisis anaerob yang berakibat pada penghilangan

25
glikogen lebih banyak sehingga terjadi hipoglikemi. Nutrisi yang tak

adekuat dapat menyebabkan pemasukan kalori yang rendah juga

dapat memicu timbulnya hipoglikemi.

2.2.5 Penatalaksanaan BBLR

Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003):

a. Dukungan respirasi

Tujuan utama dalam asuhan BBLR adalah mempertahankan

respirasi yang adekuat. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif,

diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR

beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periodik apneu. Dalam

kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang

pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi, posisikan

tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan oksigenasi

yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan dan

penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat memberikan efek

edema paru dan retinopathy of prematurity.

b. Termoregulasi

Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya

respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan

kehilangan panas pada bayi sangat diperlukan karena produksi panas

merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular,

neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu

lingkungan yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi

26
oksigen dan pengeluaran kalori minimal. Pertahankan suhu aksilar

bayi dalam kisaran 36,5C - 37,5C. Menghangatkan dan

mempertahankan suhu tubuh bayi dapat dilakukan melalui beberapa

cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :

- Kangaroo Mother Care

- Pemancar pemanas

- Ruangan yang hangat

- Inkubator

c. Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan

semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada

bayi BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga

sangat rentan denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan

untuk mencegah infeksi antara lain :

- Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus

melakukan cuci tangan terlebih dahulu.

- Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan

secara teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga

kebersihannya.

- Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh

memasuki ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan

sembuh atau disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti

masker ataupun sarung tangan untuk mencegah penularan.

d. Hidrasi

27
BBLR kebanyakan membutuhan cairan tambahan berupa cairan

parenteral untuk asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi

yang adekuat sangat penting pada bayi preterm karena kandungan air

ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan

sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan

tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis terbatas pada

ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi

tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.

e. Nutrisi

Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR

tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka

karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum

sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian

nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat

diberikan melalui parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi

keduanya.Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi

mengisap, menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea,

bradikardi, dan penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek

menghisap dan menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui

sonde ke lambung. Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas

dan mudah mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi

pernafasan.

28
BAB III

ANALISIS KASUS

Diagnosa kerja pada pasien ini adalah prematur dengan BBLR sudah tepat.

Berdasarkan hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien ini adalah bayi lahir

kurang bulan dengan berat bayi lahir rendah. Pasien lahir dalam usia gestasi 32

minggu dengan berat lahir 2100 gram. Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU

tampak sakit sedang, nadi 140 x/menit, pernafasan 102 x/menit, dan suhu 36,7 C.

Kepala normal, hitam tipis, ubun-ubun besar datar, belum menutup, konjungtiva

ananemis, sklera anikterik, bibir asianosis. Pada pemeriksaan thorak, paru dan

jantung dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen terlihat cembung, bising

usus normal. Genitalia tidak tampak kelainan. Ekstremitas edema tidak ada, akral

hangat. Pemeriksaan neurologis kesan dalam batas normal.

Pada pasien dilakukan pemeriksaan penunjang gula darah sewaktu, darah lengkap

dan kimia darah. Hasilnya menunjukkan : gula darah sewaktu (98 mg/dL) ; darah

lengkap : Hemoglobin (8,6 mg/dL) Leukosit (9.240 /L) Eritrosit ( 5,5 x 106 /L)

Hematokrit (56%) Trombosit (177.000 /L) Hitung Jenis Eosinofil,

batang,segmen, limfosit, monosit ( 0/2/0/74/15) CRP(negatif) Bilirubin total (6,7

mg/dl), Bilirubin direk (0,3 mg/dl), Bilirubin indirek ( 6,4 mg/dl), SGOT (73

U/L), SGPT (13 U/L), Natrium(134 mmol/L), Kalium (4,3 mmol/L), Calsium (7,2

mg/dl), Chlorida (100 mmol/L)

26
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang dilahirkan dengan berat

lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi.Pada kasus ini,

pasien merupakan BBLR, karena berdasarkan harapan hidupnya, BBLR terbagi

menjadi bayi berat lahir rendah (BBLR) jika berat lahir 1500 - 2500 gram, bayi

berat lahir sangat rendah (BBLSR) jika berat lahir 1000 - 1500 gram dan bayi

berat lahir ekstrim rendah (BBLER) jika berat lahir kurang dari 1000 gram

(Dalmanik, 2008). Berdasarkan usia gestasi, BBLR diklasifikan sebagai

prematuritas murni dan dismaturitas. Prematuritas murni yaitu masa gestasinya

kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa

gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan

(NKB-SMK), sedangkan dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang

dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu dimana bayi mengalami

retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk masa

kehamilannya (KMK) (Proverawati & Ismawati, 2010). Pada kasus ini, pasien

merupakan prematuritas murni karena masa gestasinya 32 minggu dan berat

badan 2100 gram sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi 32 minggu.

Gambar 1. Grafik Lubchenko (Proverawati & Ismawati, 2010)

27
SMK = sesuai masa kehamilan, berada diantara percentile 10 90.KMK = bayi kecil masa kehamilan,

berada dibawah percentile 10.BMK = bayi besar masa kehamilan, berada diatas percentile 90.

Untuk menentukan usia gestasi bayi juga dilakukan menggunakan penilaian

Ballard Score yang dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard, MD melalui

penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur,

squarewindow, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver.

Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara,

mata/telinga, dan genitalia (Hapsara, 2010). Berdasarkan hasil penilaian

didapatkan score neuromuscular adalah 20 dan penilaian fisik adalah 21. Hal ini

menunjukkan bahwa usia gestasi bayi benar 32 minggu.

28
Gambar 2.Ballard Score (Hapsara, 2010)

Pada pemeriksaan fisik didapatkan suhu pasien 36,70C, RR: 102 x/menit, HR: 140

x/menit. Suhu normal pada bayi neonatus adalah 36,5-37,5 0C (suhu ketiak). Pada

kasus ini, suhu tubuh 36,7 0C menandakan bahwa suhu tubuh bayi normal.

Meskipun saat ini suhu tubuh bayi normal, namun kemampuan tubuh bayi BBLR

dalam menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas agar

29
dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal (thermoregulasi) belum

begitu baik, maka sangat penting untuk selalu dijaga suhu tubuh bayi dalam

kondisi normal. Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini adalah perawatan

dalam incubator dengan suhu dipertahankan 36,5-37,50C.Tubuh bayi dapat

kehilangan panas secara radiasi,konduksi, konveksi, dan evaporasi. Proses

thermoregulasi yang kurang baik dapat menyebabkan hipotermia dimana hal

tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan,gangguan pertumbuhan serta

kecerdasan hingga kematian pada bayi. Bayi preterm termasuk ke dalambayi

resiko tinggi yang mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menderita sakit.

Perawatan bayi di inkubator dapat dilakukan untuk menghemat energi,

sehinggaenergi dapat digunakan bayi preterm untuk pertumbuhan dan

perkembangan (Andriati & Romlah, 2015). Penggunaan inkubator sudah tepat

karena inkubator memiliki perananpenting dalam menjaga kehangatan tubuh

pasien dengan prematur dan BBLR sehingga proses termoregulasi dapat berjalan

dengan baik. Pasien harus diletakkan sesegera mungkin untuk meminimalkan

kehilangan cairan melalui evaporasi dan mempertahankan suhu 36,5-37,5 0C.

Setelah bayi prematur lebih stabil, dapat diperkenalkan kontak kulit dengan kulit

dengan metode Kanguru (skin to skin contact). Bayi prematur atau bayi dengan

berat lahir rendah (BBLR) dikeluarkan dari inkubator dan diletakkan pada dada

terbuka dari ayah atau ibu, lalu ditutup oleh selimut atau pakaian khusus (Roesli,

2001). BBLR atau bayi prematur yang tanpa masalah dapat segera dilakukan

metode Kanguru segera setelah lahir. Namun, BBLR khususnya prematur sering

dihadapkan dengan berbagai komplikasi seriusseperti asfiksia, respiratory distress

30
syndrome, infeksidan masalah pemberian minum, maka metode Kanguru

sebaiknya ditunda sampai kondisi bayi stabil : suhutubuh stabil, nafas teratur,

koordinasi mengisapmenelan dan bernafas baik (Margaretha, 2006).

Laju pernapasan normal pada bayi neonatus adalah 60-80x/menit. Pada kasus ini,

bayi mengalami sedikit peningkatan laju pernapasan dan dilakukan penilaian

gangguan pernapasan dengan Downe Score. Derajat beratnya distress nafas dapat

dinilai dengan menggunakan skor Silverman-Anderson dan skor Downes. Skor

Silverman-Anderson lebih sesuai digunakan untuk bayi prematur yang menderita

hyaline membrane disease (HMD), sedangkan skor Downes merupakan sistem

skoring yang lebih komprehensif dan dapat digunakan pada semua usia kehamilan

(Firdaus, 2010). Berdasarkan hasil Downe score, didapatkan hasil sebanyak 2,

yaitu adanya gangguan pernapasan ringan.

Gambar 3.Downes Score (Firdaus, 2010)

Masalah pernafasan pada prematuritas dalam sistem respirasi condong dengan

kedalaman dan kecepatan irregular dan periode apnea selama beberapa detik,

refleks batuk yang rendah menyebabkan bayi prematur mudah terkena infeksi dan

31
rendahnya kadar surfaktan dapat menyebabkan terjadinya respiratory distress

syndrome. Surfaktan merupakan lipoprotein paru-paru yang bila terjadi defisiensi

menyebabkan tegangan pada paru-paru tidak dapat menurun (Hapsara, 2010).

Pada pasien ini dipasang Cpap dengan fio2 35 % PEEP 7 dimana pemasangan

cpap apabila bayi sudah bernafas spontan, cpap sendiri berfungsi untuk membuka

jalan nafas, meningkatkan compliance, meningkatkan oksigenasi, mencegah

alveolus kolaps dan atelektasis, meningkatkan volume residual paru, mengurangi

work of breathing, menghemat surfaktan endogen, mengurangi resistensi saluran

nafas dan menstabilkan pola nafas. Fio2 sebaiknya dibawah 0,5 (50%) dan PEEP

umumnya 5-8 cmH2O (Rukmono, 2013). sehingga pada pasien ini terapi

oksigennya sudah benar.

Penatalaksanaan cairan yang diberikan pada pasien ini adalah dengan memberikan

intravena fluid drug yang terdiri dari D10% 124,6 cc + Kcl 4,2 cc + Nacl 3% 8,4

cc + Ca Glukonas 6,3 cc + Aminosteril 35 cc + vitalipid 8,4 cc + soluvid 2,1 cc

Kec : 7,9 cc/jam, Namun hal ini tidak sesuai pasien seharusnya di hari pertama

hanya diberikan glukosa d 10 %, aminosteril infant, lipid dan ca glukonas karena.

Pada hari pertama perawatan, pasien dipuasakan, lalu os diberikan obat injeksi

ceftazidim 105 mg/12 jam dan omeprazol 1,5 mg/24 jam. Hari berikutnya pasien

diberikan masih dipuasakan lalu diberikan D10% 170 cc + Nacl 8,4 + kcl 4,7 cc+

ca glukonas 6,3 cc Glukonas 4,2 cc (Kec : 7,8 cc/jam)

Kematangan fungsi organ khususnya saluran cerna,sangat menentukan jenis dan

cara pemberian nutrisi pada BBLR, apakah nutrisi enteral atau parenteral yang

32
akan diberikan. Ketersediaan enzim pencernaan baik untuk karbohidrat, protein,

maupun lemak sangatberkaitan dengan masa gestasi. Aktivitas enzim sukrase dan

laktase lebih rendah pada BBLR dan sukrase lebih cepat meningkat daripada

laktase. Selain itu, kemampuan pengosongan lambung (gastric emptying time)

lebih lambat pada bayi BBLR dari pada bayi cukup bulan, demikian pula fungsi

mengisap dan menelan (suck andswallow) masih belum sempurna, terlebih bila

bayi dengan masa gestasi kurang dari 34 minggu. Toleransi terhadap osmolaritas

formula yang diberikan masih rendah, sehingga kemungkinan terjadinya

komplikasi seperti NEC (neoritising enterocolitis) ataupun diare lebih besar

(Nasar, 2004).

Hal ini lah yang mendasari mengapa pada pasien ini dilakukan puasa pada hari

pertama dan kedua untuk menghindari masalah yang dapat terjadi. Setelah bayi

stabil dapat diberikan ASI sebagai trophic feeding. Bila sudah ada toleransi

minum, jumlah minum lewat mulut boleh dinaikkan sambil menurunkan cairan

infus. Kebutuhan cairan bayi preterm pada hari pertama adalah 80cc/kgbb/hari,

hari kedua adalah 80-100cc/kgbb/hari (BB 800-1000 gram), hari ketiga adalah

100-160cc/kgbb/hari (BB <800 gram), dan hari ketujuh adalah 120-

150cc/kgbb/hari. Kebutuhan cairan diperhitungkan dari faktor lingkungan, panas

infant warmer, inkubator, suhu lingkungan, penyakit penyerta seperti respiratory

distress syndrome atau penyakit jantung bawaan (Gomella, 2009).

Parenteral nutrisi terdiri atas glukosa, protein, lipid dan elektrolit. Glukosa yang

biasa digunakan adalah Dextrosa 10%, untuk mencukupi kebutuhan glokosa di

dalam darah 50-120 gr/dl. Protein yang dapat diberikan adalah aminosteril infant,

33
dapat dimulai pada hari pertama. Dalam setiap 1gr nya terdapat 20cc aminosteril

infant. Aminosteril dapat dihentikan bila bayi sudah minum ASI/PASI 30-

50cc/kgbb/hari. Untuk neonatus dengan BB >1000 gram dapat diberikan

aminosteril infant pada hari pertama dengan dosis 3 gr/kgBB/hari, hari kedua

dinaikkan 0,5g/kgBB/hari sampai maksimal 3,5 g/kgb/hari. Lipid yang digunakan

pada neonatus adalah Ivelid dengan konsentrasi 20%, dimana 1gr ivelid

mengandung 5cc dan diberikan kontinyu selama 24 jam. Dosis hari 1 adalah

1gr/kgbb, hari 2 adalah 2gr/kgbb, hari 3 adalah 3gr/kgbb. Elektrolit terdiri atas

KCl (1-2 ml/kgbb per hari), Ca glukonas (1-2 cc/kgBB/hari) dan NaCl (2-

4meq/kg/hr, bila memakai NaCl 3% dosisnya adalah 4-6cc/kgbb) (Rahmanoe,

2014).

Pada pasien ini diberikan terapi antibiotik ceftazidime 105 mg/12 jam. Pemberian

ini sudah tepat, dengan dosis yang direkomendasikan pada bayi kurang dari 2

bulan adalah 25 60 mg/kg BB/hari, dalam 2 dosis terbagi. BBLR memiliki

resiko tinggi terhadap infeksi disebabkan karena bayi kurang bulan tidak

mengalami transfer transplasental igGmaternal selama trismester tiga, fagositosis

terganggu, penurunan berbagai faktorkomplemen. Selain itu, angka kematian

neonatus di unit perinatologi hampir menyumbang 60% dari total kematian bayi.

Pseudomonas selalu muncul di unit perawatan neonatologi dan dihubungkan

dengan tingginya angka kematian pada neonatus di unit perawatan intensif.

Reservoir potensial untuk pseudomonas meliputi alat-alat resusitasi, humidifier,

inkubator, susu formula, pompa payudara, bayi dengan perawatan lama, dan

tangan petugas kesehatan (Ayu & Rahmanoe, 2014; Johanes, 2007). Sehingga

34
pada keadaan ini terapi antibiotik secara empiris dengan penggunaan ceftazidime

dinilai tepat karena ceftazidime dinilai tepat mengatasi infeksi pseudomonas dan

mampu melewati sawar darah otak.

Pada pasien ini diberikan aminofilin 10,2 mg loading dose dan 5mg/ 12 jam untuk

maintenance selama 14 hari. Mengingat usia gestasi 32 minggu (yaitu < 34

minggu) maka aminofilin harus diberikan hingga ia mencapai usia gestasi 34

minggu sehingga diberikan selama 2 minggu (14 hari). Jika usia gestasi < 34

minggu akan menimbulkan masalah pernafasan akibat dari defisiensi surfaktan

paru yang mengarah ke syndrome gawat pernafasan, resiko aspirasi tersedak dan

batu yang buruk, pengisapan dan penelanan yang tidak terkoordinasi, thorak yang

dapat menekuk dan otot pernafasan yang lemah serta pernafasan periodic dan

apnoe (Ayu & Rahmanoe, 2014). Sehingga pada kasus ini pemberian aminofilin

sudah tepat karena dapat merangsang pusat napas dengan meningkatkan kepekaan

terhadap CO2, meningkatkan frekuensi napas, menyebabkan relaksasi otot

termasuk otot polos bronkus, menurunkan hipoksia akibat depresi napas,

meningkatkan aktivitas diafragma (Anonim, 2012).

Pada pasien, tatalaksana pengosongan isi lambung untuk menghindari aspirasi

telah dilakukan dengan pemasangan pipa orogastric (OGT), namun ternyata

memiliki residu, sehingga neonatus tersebut dicurigai memiliki refluks

gastroesofageal yang terjadi karena waktu pengosongan lambung yang cukup

lama,ditambah dengan masih lemahnya Lower Esophagus Sphincter (LES). Pada

keadaan ini dapat dilakukan pemberian proton pump inhibitor atau H2 reseptor

antagonis untuk mengurangi terjadinya gastroesophagel reflux. Pemberian terapi

tambahan berupa omeprazole pada pasien inidapat mengurangi risiko terjadinya

35
refleks gastroesofageal. Adapun mekanisme kerja dari obat omeprazol

yaitumenghambat kerja dari enzim H+/K+ATPase(pompa proton) sehingga dapat

menghambat sekresi asam lambung tersebut (Putra & Mutiara, 2017).Pada

pasientelah diberikan terapi omeprazole dengandosis 1,5 mg/24 jam, hal ini dinilai

sudah tepat karena pemberian dosis omeprazol yang direkomendasikan pada

pasien kurang dari 2tahun adalah 0,7 mg/kgBB/hari.

36
DAFTAR PUSTAKA

Andriati R, Romlah SN. 2015. Hubungan lama rawat dalam inkubator dengan

rata-rata kenaikanberat badan bayi dalam inkubator pada persalinan

prematur dan bayiberat lahir rendah (bblr) di rsab harapan kita jakarta tahun

2014. J Stikes. 1(2).

Ayu AM, Rahmanoe M. 2014. Drug therapy of infant with low birth weight (lbw).

Medula. 2(3).

Dalmanik SM. 2008. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi.

Dalam: Kosim E, Yunanto A, Dewi R, Sarosa G, Usman A. Buku Ajar

Neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 11-30.

Firdaus A. 2010. Diagnosis dan penatalaksanaan kegagalan nafas pada neonatus.

Bandung: Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNPAD/RS Hasan Sadikin

Bandung.

Gomella LT. 2009. Neonatology: Management, Procedures, On-Call. Problems,

Diseases, and Drugs. United States of America: The McGraw-Hill.

Hapsara PS. 2010. Referat penggunaan skor the new ballard dalam menilai usia

kehamilan bayi lahir prematur. Purwokerto: Universitas Jenderal

Soedirman.

Johanes ES, Ferdy H, Latre B. 2007. Pola mikroorganisme dan sensitivitas dari

spesimen klinikdi upin dan intermediates ward. 67-74.

37
Margaretha SL. 2006. Metoda kanguru pada perawatan bayi berat lahir metoda

kanguru pada perawatan bayi berat lahirrendah. Sari Pediatri. 8(3): 181- 7.

Nasar SS. 2004. Tata laksana nutrisi pada bayi berat lahir rendah. Sari Pediatri.

5(4): 165-170.

Proverawati A, Ismawati C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).

Yogyakarta: Nuha Medika.

Putra TR, Mutiara H. 2017. Sindroma aspirasi mekonium. 7(1): 74-9. Roesli U.

2001. Pedoman Pijat Bayi Prematur: Bayi Usia 0-3 Bulan. Jakarta: Trubus

Agriwidya. Hlm 24.

Rohsiswatmo R. 2010. Terapi oksigen pada neonatus. Jakarta: Divisi Perinatologi

Ilmu Kesehatan Anak FKUI.

38

Anda mungkin juga menyukai