Bahan Ajar Microteaching

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 7

MICROTEACHING

KONSEP DASAR KALA III

NAMA : HUSNUL ANSAR


NIM : 173145 301 230
KELAS :G

PROGRAM STUDI D.1V BIDAN PENDIDIK


STIKES MEGA REZKY MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2017 2018
KONSEP DASAR KALA III

1. Konsep Dasar Kala III


Kala tiga disebut juga dengan kala uri atau kala pengeluaran
plasenta, kala tiga merupakan lanjutan dari kala satu(kala pembukaan) dan
kala dua(kala pengeluaran bayi). Persalinan kala III (tiga) di mulai setelah
bayi lahir sampai plasenta lahir. Normalnya pelepasan plasenta berkisar
15-30 menit setelah bayi lahir.Dengan demikian, berbagai aspek yang akan
dihadapi pada kala tiga sangat berkaitan dengan apa yang telah dikerjakan
pada tahap-tahap sebelumnya.Kala tiga dimulai setelah bayi lahir dan
berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.
2. Fisiologi Kala III
Otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti penyusutan
volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Tempat
perlekatan menjadi semakin mengecil, ukuran plasenta tidak berubah
maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding
uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke
dalam vagina.
Setelah plasenta lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan
menekan semua pembuluh darah sehingga akan menghentikan perdarahan
dari tempat melekatnya plasenta. Sebelum uterus berkontraksi, dapat
terjadi kehilangan darah 350-560 cc/menit dari tempat pelekatan plasenta.
3. Tanda-tanda Pelepasan Plasenta
a. Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum
miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan
tinggi fundus biasanya di bawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan
plasenta terdorong ke bawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti
buah pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
b. Tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui
vulva.
c. Semburan darah mendadak dan singkat. Darah yang terkumpul di
belakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar di bantu
oleh gaya gravitasi. Apabila kumpulan darah (retroplasental pooling)
dalam ruang di antara dinding uterus dan permukaan dalam plasenta
melebihi kapasitas tampungnya maka darah tersembur keluar dari tepi
plasenta yang terlepas. Tanda ini kadang kadang terlihat dalam
waktu satu menit setelah bayi lahir dan biasanya dalam 5 menit.
4. Manajemen Aktif Kala III
Manajemen aktif III: Mengupayakan kontraksi yang adekuat dari
uterus dan mempersingkat waktu kala III, mengurangi jumlah kehilangan
darah, menurunkan angka kejadian retensio plasenta.
5. Tujuan manajemen aktif kala tiga
untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga
dapat mempersingkat waktu dan mencegah pendarahan. Sebagian besar
kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan
pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan
retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan
managemen aktif kala tiga.
Penatalaksanaan manajemen aktif kala III (tiga) dapat mencegah
terjadinya kasus perdarahan pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia
uteri dan retensio plasenta.
6. Tiga langkah utama manajemen aktif kala III:
a. Pemberian Suntikan Oksitosin
Pemberian suntikan oksitosin dilakukan dalam 1 menit pertama
setelah bayi lahir. Namun perlu diperhatikan dalam pemberian suntikan
oksitosin adalah memastikan tidak ada bayi lain (undiagnosed twin) di
dalam uterus. Mengapa demikian? Oksitosin dapat menyebabkan uterus
berkontraksi yang dapat menurunkan pasokan oksigen pada bayi.
Suntikan oksitosin dengan dosis 10 unit diberikan secara
intramuskuler (IM) pada sepertiga bagian atas paha bagian luar (aspektus
lateralis). Tujuan pemberian suntikan oksitosin dapat menyebabkan uterus
berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan
plasenta dan mengurangi kehilangan darah.
b. Penegangan tali pusat terkendali
Penegangan tali pusat terkendali: Berdiri disamping ibu, Klem
pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm dari vulva dikarenakan dengan
memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah evulsi tali pusat.
Meletakkan satu tangan di atas simpisis pubis dan tangan yang satu
memegang klem di dekat vulva. Tujuannya agar bisa merasakan uterus
berkontraksi saat plasenta lepas. Segera setelah tanda-tanda pelepasan
plasenta terlihat dan uterus mulai berkontraksi tegangkan tali pusat dengan
satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus
ke arah lumbal dan kepala ibu (dorso-kranial). Lakukan secara hati-hati
untuk mencegah terjadinya inversio uteri. Lahirkan plasenta dengan
peregangan yang lembut mengikuti kurva alamiah panggul (posterior
kemudian anterior).
Ketika plasenta tampak di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan mengangkat pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan
lainnya. Putar plasenta secara lembut hingga selaput ketuban terpilin
menjadi satu.
c. Masase fundus uteri
Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan
tangan kiri sedangkan tangan kanan memastikan bahwa kotiledon dan
selaput plasenta dalam keadaan lengkap. Periksa sisi maternal dan fetal.
Periksa kembali uterus setelah satu hingga dua menit untuk memastikan
uterus berkontraksi. Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu
jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua
pasca persalinan.
7. Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III
Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia
disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dimana sebagian besar
disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat
dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III. (APN, 2008)
Keuntungan-keuntungan Manajemen Aktif kala III:
a. Persalinan kala III yang lebih singkat
b. Mengurangi jumlah kehilangan darah
c. Mengurangi kejadian Retensio Plasenta
8. Pemeriksaan Pada Kala III
Pemeriksaan Plasenta,Selaput Ketuban dan Tali Pusat
A. Plasenta
Pastikan bahwa seluruh plasenta telah lahir lengkap dengan
memeriksa jumlah kotiledonnya (rata-rata 20 kotiledon). Periksa dengan
seksama pada bagian pinggir plasenta apakah kemungkinan masih ada
hubungan dengan plasenta lain (plasenta suksenturiata. Amati apakah ada
bagian tertentu yang seperti tertinggal atau tidak utuh, jika kemungkinan
itu ada maka segera lakukan eksplorasi untuk membersihkan sisa plasenta.
UKURAN:
Berat plasenta sesuai dengan usia kehamilan dan umumnya adalah 1/6
berat janin yaitu 450 650 gram pada kehamilan aterm.
B. Selaput Ketuban
Setelah plasenta lahir, periksa kelengkapan selaput ketuban untuk
memastikan tidak ada bagian yang tertinggal di dalam uterus. Caranya
dengan meletakkan plasenta di atas bagian yang datar dan pertemukan
setiap tepi selaput ketuban sambil mengamati apakah ada tanda-tanda
robekan dari tepi selaput ketuban.
Jika ditemukan kemungkinan ada bagian yang robek, maka segera
lakukan eksplorasi uterus untuk mengeluarkan sisa selaput ketuban karena
sisa selaput ketuban atau bagian plasenta yang tertinggal di dalam uterus
akan menyebabkan perdarahan dan infeksi.
C. Tali Pusat
Setelah plasenta lahir, periksa mengenai data yang berhubungan
dengan tali pusat.
a. Panjang tali pusat
b. Bentuk tali pusat (besar,kecil, atau terpilin-piliin)
c. Insersio tali pusat
d. Jumlah vena dan arteri pada tali pusat
e. Adakah lilitan tali pusat
9. Pemamtauan Kala III
A. Pemeriksaan Tanda vital,
Adalah tindakan yang harus dilakukan dalam asuhan
kebidanan kala III untuk mendeteksi bila ada komplikasi yaang
mungkin terjadi.
B. Kontraksi
Pemantauan kontraksi pada kala III dilakukan selama
melakukan manejemen aktif kala III (ketika PTT), sampai dengan
sesaat setelah plasenta lahir. Pemantauan kontraksi dilanjutkan
selama satu jam berikutnya dalam kala 1V.
C. Robekan Jalan Lahir dan Perineum
Selama melakukan PTT ketika tidak ada kontraksi, bidan
melakukan pengkajian terhadap robekan jalan lahir dan perineum.
Pengkajian ini dilakukan seawal mungkin sehingga bidan segera
menentukan derajat robekan dan teknik jahitan yang tepat yang
akan digunakan sesuai kondisi pasien. Bidan memastikan apakah
jumlah darah yang keluar adalah akibat robekan jalan lahir atau
karena pelepasan plasenta.
D. Hygiene
Menjaga kebersihan tubuh pasien terutama di daerah
genitalia sangat penting dilakukan untuk mengurangi kemungkinan
kontaminasi terhadap luka robekan jalan lahir dan kemungkinan
infeksi intrauterus. Pada kala III ini kondisi pasien sangat kotor
akibat pengeluaran air ketuban, darah, atau feses saat proses
kelahiran janin.
Selama plasenta lahir lengkap dan dipastikan tidak ada
perdarahan, segera keringkan bagian bawah pasien dari air ketuban
dan darah. Pasang pengalas bokong yang sekaligus berfungsi
sebagai penampung darah (under pad). Jika memang
dipertimbangkan perlu untuk menampung darah yang keluar untuk
kepentingan perhitungan volume darah, maka pasang bengkok
dibawah bokong pasien.
10. Kebutuhan Ibu Pada Kala III
A. Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau pendamping
B. Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang telah dilalui
C. Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien sekarang dan
tindakan apa yang akan dilakukan
D. Penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan untuk membantu
mempercepat kelahiran plasenta, yaitu kapan saat meneran dan
posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan kelahiran
plasenta.
E. Bebas dari rasa risih akibat bagian bawah yang basah oleh darah
dan air ketuban.
F. Hidrasi

Anda mungkin juga menyukai