ESTAT
Diajukan kepada Sidang Program Studi Magister Manajemen Program Pasca Sarjana
Sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Magister Manajemen
Oleh :
NAMA : NAMORA
NIM : 19040012
Dengan ini menyatakan bahwa karya tugas akhir yang saya buat dengan judul
“PERBANDINGAN MARKET PERFORMANCE DAN KARAKTERISTIK
KEUANGAN PERUSAHAAN SEKTOR ANEKA INDUSTRI DENGAN
SEKTOR PROPERTI – REAL ESTAT”, adalah :
Kalau terbukti saya tidak memenuhi apa yang telah dinyatakan di atas, maka karya
akhir ini batal.
Namora
LEMBAR PERSETUJUAN
Nama : Namora
NIM : 19040012
Program Studi : Magister Manajemen
Dosen Pembimbing : Dr. Titik Indrawati, S.E.,M.E.
Judul Tesis : Perbandingan Market Performance dan Karakteristik
Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri dengan
Sektor Properti – Real Estat
Dosen Pembimbing,
Telah diuji dan dinyatakan lulus oleh panitia penguji pada tanggal 16 Agustus 2006.
Panitia Penguji :
Ketua Penguji
vi
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah, berkat rahmat dan ridlo Allah SWT, akhirnya selesai
sudah penyusunan tesis ini yang berjudul “Perbandingan Market Performance dan
Karakteristik Keuangan Perusahaan Sektor Aneka Industri dengan Sektor
Properti – Real Estat”. Tesis ini merupakan tugas akhir dalam memenuhi kurikulum
program studi Magister Manajemen program Pasca Sarjana Universitas Pelita
Harapan.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis tidak terlepas dari hambatan dan
tantangan. Namun demikian, berkat bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai
pihak, penulis akhirnya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis secara khusus
mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ibu Titik Indrawati, S.E.,
M.E., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu dan
pemikirannya dalam penyusunan tesis ini. Tanpa kesabaran dan ketelitian Bu Titik
selama proses pembimbingan, niscaya penulis tidak akan mampun menyusun tesis ini
dengan baik.
Selain itu, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih sebesar-
besarnya kepada :
1) Ibu Juanna Judith Huliselan, M.A, Ph.D., selaku Ketua Program Studi
Magister Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Pelita Harapan.
2) Seluruh dosen dan staf administrasi Program Pasca Sarjana Universitas Pelita
Harapan yang telah banyak membantu penulis dalam mengikuti perkuliahan
dan penyusunan tesis ini.
3) Rekan-rekan di Batch XXIV yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan
kerjasama semasa mengikuti kuliah maupun dalam penyusunan tesis ini,
terutama untuk Andy Djojo Budiman dan Gunawan sebagai teman bertukar
pikiran dalam penyusunan tesis ini.
vii
4) Rekan-rekan kerja penulis di ex-office (PT Multipolar Corporation Tbk.) yang
telah banyak memberikan kenangan, dukungan dan semangat kepada penulis.
I’ve had many years of grace with all of you. You are the great team I’ve ever
met.
5) Rekan-rekan kerja penulis di PT Panin Bank Tbk, terutama untuk Bapak
Karmin Syarifudin yang telah memberikan pengertian ketika penulis harus
“berurusan” dengan kampus selama jam kerja. Juga kepada rekan-rekan yang
lain, terima kasih untuk label “Mister five-thirty “ sehingga penulis menjadi
lebih bersemangat untuk tepat waktu dalam segala hal.
6) Orang tua dan kakak-adik penulis yang selalu memberikan doa dan semangat
kepada penulis dalam menghadapi segala hal.
7) Istri tercinta, Ngesti Windayani dan juga kedua permata kecilku, Ammar &
Salma yang telah melengkapi hidup dengan hari-hari yang menyenangkan.
8) Rekan-rekan mailing list di id-gmail@googlegroups.com yang selalu dapat
memberikan inspirasi, jokes, dan ide-ide “gila” yang mampu mencairkan
kebuntuan pemikiran dalam penyusunan tesis ini. Terima kasih juga untuk
rekan-rekan dunia maya dengan tulisan-tulisannya yang indah, inspiratif, dan
menjadikan blog-walking lebih menyenangkan.
9) Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang secara langsung
maupun tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis
ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam tesis ini, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan tesis
ini. Akhir kata, penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan, terutama bagi almamater.
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
PERNYATAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ………………………………………………………………………..…vi
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………..vii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..…....ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………....xii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………xiii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….....xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................. 7
1.5 Batasan Permasalahan............................................................................................ 7
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................................ 8
ix
2.6 Karakteristik Keuangan........................................................................................ 24
2.7 Analisis Sekuritas................................................................................................. 25
2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Perumusan Hipotesis...................................... 29
2.8.1 Perbedaan Karekteristik Keuangan ........................................................... 30
2.8.3 Pengaruh leverage terhadap Shape’s measure.......................................... 33
2.8.4 Pengaruh PER dan PBV terhadap Sharpe’s measure ............................... 35
x
4.3.3 Uji Beda Dua Rata-rata PER..................................................................... 65
4.3.4 Uji Beda Dua Rata-rata PBV .................................................................... 66
4.3.5 Uji Beda Dua Rata-rata DER .................................................................... 68
4.4. Uji Asumsi Persamaan Regresi........................................................................... 70
4.4.1 Uji Asumsi Multikolinieritas .................................................................... 70
4.4.2 Uji Asumsi Heteroskedastisitas ................................................................ 71
4.4.3 Uji Asumsi Normalitas.............................................................................. 73
4.4.4 Uji Asumsi Otokorelasi............................................................................. 75
4.5 Hasil Regresi ........................................................................................................ 76
4.5.1 Uji Kecukupan Model ............................................................................... 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR GAMBAR
Hal
xii
DAFTAR TABEL
Hal
xiii
Tabel 4.26 Output Uji-t ............................................................................................... 80
Tabel 4.27 Keputusan Hipotesis lima - Hipotesis tujuh ............................................ 81
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian ini menganalisis kinerja pasar (market performance) pada dua kelompok
sektor saham di bursa efek Jakarta (BEJ), yaitu sektor aneka industri dan sektor
properti. Antara kedua sektor tersebut, juga dilakukan analisis perbedaan karakteritik
keuangan berdasarkan pada beberapa rasio yang terdapat pada laporan keuangan.
Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi. Salah satunya
adalah dengan melakukan investasi di pasar modal. Dalam hal ini pasar modal
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (UU
No. 8/1995 Tentang Pasar Modal). Dengan pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa pasar modal mempunyai peran yang strategis sebagai salah satu sumber
di Indonesia, karena melalui pasar modal, dana dapat diperoleh dalam jumlah besar
dibanding dana dari perbankan. Perusahaan yang membutuhkan dana, menjual surat
berharganya dalam bentuk saham di pasar modal, melalui penawaran perdana kepada
1
publik atau initial public offering (IPO) di pasar primer yang selanjutnya
diperdagangkan di pasar sekunder. Bagi investor sendiri, pasar modal selain sebagai
wahana investasi juga merupakan upaya diversifikasi. Setiap investor dapat memilih
berbagai investasi yang ada, di mana setiap jenis investasi memiliki karakteristik
beberapa deregulasi pemerintah pada tahun 1987-1988 yang berkaitan dengan pasar
modal, aktivitas pasar modal menjadi meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh
peningkatan jumlah perusahaan yang bergabung ke dalam pasar modal, dan juga
meningkatnya besar dana yang dihimpun. Sejak Januari 1996, dalam rangka
memberikan informasi yang lebih lengkap kepada publik, bursa efek Jakarta (BEJ)
mengelompokkan semua saham yang tercatat di BEJ ke dalam sembilan sektor yang
didasarkan pada klasifikasi industri, yaitu sektor (1) pertanian, (2) pertambangan, (3)
industri dasar dan kimia, (4) aneka industri, (5) industri barang konsumsi, (6) properti
dan real estat, (7) transportasi dan infrastruktur, (8) keuangan, dan (9) perdagangan,
Bagi investor, terdapat dua hal yang sering menjadi perhatian dalam
memutuskan investasinya, yaitu return dan juga risiko dari investasi tersebut. Untuk
2
sekuritas-sekuritas yang memiliki return yang sama, mereka mencari risiko yang
mereka memilih return yang tinggi. Dengan melakukan investasi saham di pasar
dengan return pada investasi lain. Besarnya return tergantung dari kesediaan investor
untuk menanggung risiko. Semakin besar risiko yang diambil maka semakin besar
harapan return yang akan diterima, sesuai dengan karakteristik saham yakni high
industri dengan menggunakan indeks harga saham sektoral (IHSS) yang dikeluarkan
oleh BEJ, dan disimpulkan bahwa volatilitas return memiliki kesamaan pola di mana
pada awal terjadinya krisis ekonomi mempunyai volatilitas yang tinggi dan kemudian
diikuti dengan volatilitas yang makin rendah pada tahun 1999 sampai dengan 2001.
Penelitian Pakpahan (2002) juga menunjukkan bahwa sektor aneka industri memiliki
volatilitas return yang paling rendah, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan.
Sedangkan sektor properti dan pertanian merupakan dua sektor yang paling tinggi
dan sektor properti - real estat merupakan dua sektor yang berbeda volatilitas return-
nya sehingga menarik untuk diamati. Volatilitas return diukur menggunakan deviasi
3
standar dari return saham atau menggunakan beta saham. Semakin tinggi volatilitas
Dengan mengetahui return dan risiko suatu saham, investor dapat mengetahui
tingkat market performance saham tersebut. Market performance saham adalah risk-
adjusted return. Market performance yang menggabungkan return dan risiko dapat
dijadikan acuan dalam menentukan saham mana yang mempunyai kinerja yang baik.
perusahaan yang berdasarkan pada rasio-rasio dari laporan keuangan, dapat pula
4
Dalam mengambil keputusannya, investor kerap kali juga dapat menggunakan
dan menganalisis laporan keuangan (financial statement) yang telah dikeluarkan oleh
kinerja tersebut terhadap risiko (Collins, 1990; DeFusco, 1990), dan sedikit sekali
Lev dan Thiagarajan (1993) melakukan penelitian dengan menggunakan analisis dari
aneka industri dengan sektor properti - real estat. Selanjutnya sektor properti - real
Mengacu pada penelitian Ou dan Penman (1989) juga Lev dan Thiagarajan
leverage, PER dan PBV per 31 Desember 2004 diperoleh dari Fact Book 2005,
sedangkan harga penutupan saham bulanan, IHSG bulanan, dan dividen selama tahun
5
2005 diperoleh dari situs internet BEJ (www.jsx.co.id). Data SBI yang digunakan
dalam menghitung market performance diperoleh dari situs internet Bank Indonesia
(www.bi.go.id).
Berdasarkan uraian pada latar berlakang maka dapat disusun perumusan masalah
sebagai berikut:
PER, dan PBV antara sektor aneka industri dan sektor properti;
4) saham-saham mana saja yang lebih unggul atau kalah unggul dibandingkan
keuangan di antara kedua sektor industri tersebut. Dari hasil penelitian ini, diharapkan
6
1) menunjukkan perbedaan market performance sektor aneka industri dan sektor
properti;
sektor properti;
4) menunjukkan saham yang lebih unggul atau kalah unggul dibandingkan IHSG
keputusan investasi;
sebagai berikut:
7
2) dalam menghitung market performance, penelitian ini menitikberatkan pada
karena itu risiko yang relevan bagi kebanyakan investor di Indonesia adalah
standar deviasi.
Susunan dari tulisan ini terdiri dari 5 bab di mana masing-masing bab berisikan
Bab I Pendahuluan
penelitian, metode penelitian dan sistimatika penulisan tulisan ini. Maksud dari bab
ini adalah memberikan gambaran umum mengenai isi keseluruhan dari tulisan ini.
Pada bab ini menjelaskan landasan-landasan teori yang dipakai dalam kerangka
konseptual agar dapat merumuskan hipotesis penelitian. Baik teori maupun penelitian
Beberapa variabel seperti return dan deviasi standarnya harus dihitung terlebih
8
metode yang digunakan dalam pengolahan data. Penggunaan metode ekonometrik
OLS (ordinary least square) harus didahului dengan pengujian asumsi-asumsi klasik
OLS.
Pada bab ini dilakukan analisis terhadap hasil pengolahan data yang dilakukan pada
bab III, beserta pembahasannya yang merupakan interpretasi dari hasil analisis
Bab ini merupakan penutup dari tulisan ini. Seluruh hasil perhitungan dan analisis
data pada bab-bab terdahulu dirangkum dalam bab ini. Saran-saran diberikan sebagai
solusi dan kemungkinan pengembangan lebih lanjut dari hasil penelitian ini.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dibahas beberapa dasar teori yang akan dipergunakan dalam penyusunan
hipotesis penelitian. Dasar teori yang akan disajikan adalah teori investasi dan
Pada dasarnya investasi merupakan penundaan konsumsi atas sejumlah dana yang
dilakukan pada saat ini untuk digunakan dalam produksi atau ditanam dalam bidang
tertentu selama suatu periode waktu, dengan tujuan memperoleh keuntungan yang
akan diterima di masa mendatang. Contohnya, seorang investor membeli saham pada
saat ini dengan perkiraan di masa yang akan datang akan memperoleh keuntungan
atau manfaat yang lebih besar melalui penerimaan dividen atau kenaikan harga saham
(capital gain). Keuntungan ini merupakan imbalan atas waktu dan risiko yang terkait
dengan investasi, akibat ketidakpastian aliran dana pada masa yang akan datang.
Investasi pada real invesment dilakukan melalui barang modal yang digunakan dalam
proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa. Real invesment berupa tanah,
10
mesin, bangunan, dan lain-lain. Investasi pada financial invesment dilakukan dengan
invesment tidak memberi kontribusi secara langsung terhadap proses produksi, tetapi
tersebut. Financial invesment adalah klaim berbentuk surat berharga atas sejumlah
aset dari penerbit surat berharga. Investasi dalam financial invesment dapat berupa
suatu perusahaan, baik melalui perantara ataupun tidak. Investasi langsung ada yang
tidak dapat diperjual-belikan seperti tabungan, deposito, dan lain-lain. Namun ada
pula yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (T-bill), di pasar modal (obligasi,
saham), atau pasar turunan (opsi dan future). Aset di pasar uang ini risiko gagalnya
kecil, jatuh tempo pendek, dan likuiditas tinggi. Sedangkan aset di pasar modal
sebaliknya. Investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat berharga dari
lain.
adalah :
11
tingkat keuntungan (return) maupun risiko. Jumlah dana yang diinvestasikan
juga mempengaruhi return dan risiko yang ditanggung. Di samping itu dalam
ini mempengaruhi jenis sekuritas yang dipilih untuk alokasi dana yang ada
a) Untuk sekuritas yang mispriced (harga terlalu tinggi atau terlalu rendah)
3) membentuk portofolio
12
4) merevisi portofolio
Revisi atas portfolio berarti merubah portfolio dengan cara menambah atau
mengurangi saham dalam portfolio yang dianggap menarik atau tidak lagi
Risiko terjadi akibat adanya unsur ketidakpastian dalam semua investasi saham.
Berapa hasil yang akan diperoleh dari investasi tidak diketahui dengan pasti, sehingga
kemungkinan hasil yang sebenarnya akan menyimpang dari yang diharapkan. Jadi
risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan return yang diperoleh menyimpang dari
return yang diharapkan. Perbedaan antara return yang diharapkan (return yang
(return yang diperoleh investor) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan
antaranya adalah:
13
1) risiko suku bunga
Jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga,
misalnya deposito akan naik. Ini dapat menarik minat investor saham untuk
dan harga saham akan turun. Oleh karena itu perubahan suku bunga
2) risiko pasar
3) risiko inflasi
Perubahan nilai investasi yang disebabkan oleh nilai tukar mata uang asing
5) risiko likuiditas
Semakin tidak likuid suatu sekuritas, semakin besar risiko yang dihadapi
perusahaan.
6) risiko negara
14
Semua risiko yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat pengembalian
1) systematic risk
Systematic risk disebut juga risiko pasar, karena berkaitan dengan perubahan
yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Risiko ini terjadi karena kejadian di
luar kegiatan perusahaan, seperti inflasi, resesi, tingkat bunga pasar, dan lain-
lain. Systematic risk disebut juga undiversifiable risk karena risiko ini tidak
2) unsystematic risk
kondisi mikro perusahaan. Contoh unsystemic risk antara lain risiko industri,
financial leverage risk, operating leverage risk, dan lain-lain. Risiko ini dapat
pada banyak sekuritas (portofolio), karena itu disebut juga diversifiable risk.
diperoleh atau diharapkan dari suatu investasi selama satu periode waktu, yang akan
diperoleh di masa mendatang. Return merupakan kompensasi atas risiko yang harus
yang merupakan faktor motivasi bagi investor dalam berinvestasi adalah dividen,
yaitu pendapatan yang diperoleh secara periodik dari suatu investasi saham dan
15
capital gain, yaitu perubahan harga sekuritas berupa kenaikan harga saham yang
sebesar mungkin. Akan tetapi harus dipahami adanya hubungan antara return dan
risiko yang terkandung dalam suatu investasi. Hubungan return dan risiko searah dan
linier, artinya semakin besar return yang diharapkan, maka semakin besar pula risiko
yang harus ditanggung. Dengan kata lain investor yang berharap memperoleh tingkat
keuntungan yang tinggi, berarti bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Oleh
investasi pada aset yang menawarkan return paling tinggi, karena harus juga
Return
Risiko Kecil
Return Kecil Risiko Besar
Return Besar
Risiko
16
2.3 Estimasi Risiko dan Return
Menurut Radcliffe (1997, 217-218), beberapa ukuran statistik yang dapat digunakan
1) range
range tidak dapat dipakai untuk membandingkan risiko antara dua portofolio,
karena portofolio yang memiliki range yang sama tidak berarti memiliki
yang mungkin diterima dengan expected return-nya. Meskipun cara ini cukup
masuk akal untuk menunjukkan tingkat risiko suatu portofolio, namun secara
statistik cukup sulit digunakan. Selain itu sangat sulit untuk mengetahui
17
3) probability of negative return
yang berada di bawah nilai nol. Meskipun sangat mudah dilakukan, namun
perhitungan dengan cara ini tidak dapat mengetahui secara menyeluruh aspek-
4) semivariance
5) standard deviation
Standard deviation mengukur volatilitas dari return, cara ini sering digunakan
expected return). Di samping itu standar deviasi juga dapat digunakan dengan
menggunakan data aktual return masa lalu (ex post standard deviation) atau
yaitu return yang telah terjadi dan return ekspetasi (expected return) yaitu return
18
yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Return
realisasi yang dihitung berdasarkan data historis penting sebagai salah satu ukuran
kinerja suatu perusahaan. Rate of return saham yang merupakan keuntungan dari
capital gain dan dividen dalam periode tertentu diperoleh dengan persamaan berikut :
( Pt − Pt −1 ) + Dt
Rt = ……………………... (2.1)
Pt −1
Di mana:
Return realisasi ini berguna sebagai dasar penentuan tingkat keuntungan yang
persamaan berikut :
n
Ri
E ( Ri ) = ∑ ……………………………………(2.2)
i =1 n
19
Penggunaan perhitungan rata-rata aritmatik dan rata-rata geometrik adalah
kinerja rata-rata selama satu periode, dan merupakan cara yang bagus untuk
rate of growth) selama periode yang ditentukan. Hal ini sering digunakan dalam
investasi dan keuangan untuk merefleksikan tingkat pertumbuhan (growth rate) yang
Capital asset pricing model (CAPM) dapat digunakan untuk menghitung besarnya
risiko investasi dan return yang diisyaratkan (required return). Model tersebut
berdasarkan pada anggapan bahwa hanya systematic risk yang merupakan risiko yang
relevan.
20
Kenyataan bahwa dalam setiap investasi terdapat dua jenis risiko yaitu
systematic risk dan unsystematic risk. Teori portofolio modern menunjukkan bahwa
portofolio tersusun dari semua saham yang ada, tetap tidak dapat menghilangkan
systemic risk.
ra = r f + β a (r m − r f ) ……………………………..(2.4)
Di mana:
Dalam CAPM, beta merupakan satu-satunya ukuran risiko yang relevan dari
saham. Beta mengukur volatilitas relatif dari saham, yaitu yang ditunjukkan oleh
seberapa besar harga saham tersebut naik atau turun, dibandingkan dengan naik atau
turunnya harga-harga saham di pasar secara keseluruhan. Jika harga sebuah saham
21
bergerak tepat mengikuti pasar, maka nilai beta saham tersebut adalah 1. Sebuah
saham dengan beta 1,5 akan naik harganya 15% jika indeks pasar naik 10%.
banyak metode yang dapat digunakan. Salah satu contoh dari beberapa metode
Sharpe’s measure dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut
dengan membagi rata-rata excess return sampel terhadap standar deviasi return
(r p − rf )
S= ……………………………(2.5)
σp
Di mana :
22
Sharpe’s measure membagi excess return dengan standar deviasi dari
yang dihasilkan karena berubah-ubahnya return yang dihasilkan dari sub periode
berikutnya selama seluruh periode. Dalam teori portofolio, standar deviasi merupakan
risiko total sebagai penjumlahan dari systematic risk atau market risk dan
unsystematic risk.
measure, semakin baik kinerja portofolio tersebut, namun tanpa informasi lain tetap
sulit bagi investor untuk mengetahui apakah nilai Sharpe’s measure 1,5 baik atau
buruk. Oleh karena itu perlu membandingkannya dengan portofolio lain sehingga
baru dapat diketahui bagaimana risk- adjusted return relatif terhadap pilihan investasi
lain. Di samping itu Sharpe’s measure pada dasarnya hanya menghasilkan ranking
relatif kinerja portofolio, bukan ranking absolut, sehingga tidak dapat dikatakan
dengan pasti apakah perbedaan tersebut signifikan secara statistik atau tidak. Oleh
karena itu, sebagai benchmark akan digunakan Sharpe’s measure dari IHSG. Dan
untuk membedakan market performance antara sektor aneka industri dan sektor
properti digunakan statistik parametrik, yakni uji beda dua rata-rata independent
samples.
23
2.6 Karakteristik Keuangan
keuangan, yaitu suatu nilai yang merupakan hasil bagi dari dua elemen yang ada di
laporan keuangan. Banyaknya rasio keuangan yang dapat dibuat adalah sangat
banyak, tetapi pada umumnya digunakan beberapa rasio yang penting. Rasio-rasio
tersebut dikelompokkan ke dalam enam kategori, yaitu liquidity ratio, leverage ratio,
Dalam penelitian ini tidak semua kelompok rasio tersebut digunakan untuk
1) leverage ratio
Financial leverage atau Debt-equity ratio (DER) merupakan salah satu rasio
pengaruh positif dan juga negatif terhadap nilai perusahaan dan biaya modal.
2) market-based ratio
Earning Ratio (PER) dan Price-Book Value (PBV) ratio. PER merupakan
rasio perbandingan antara harga pasar saham dengan laba per lembar saham
pada periode yang sama. Rasio ini merupakan salah satu variabel yang dapat
digunakan untuk menilai kewajaran harga sebuah saham. Rasio PBV dihitung
24
dengan membagi harga pasar per saham dengan nilai buku perusahaan. Rasio
rasio, semakin besar nilai pasar (market value) dibandingkan nilai buku (book
value).
Analisis sekuritas termasuk ke dalam salah satu langkah dalam proses investasi.
beberapa kelompok sekuritas) yang masuk ke dalam kategori luas aset keuangan yang
Dalam bentuk yang paling sederhana, analisis teknikal meliputi studi harga
pasar saham dalam upaya meramalkan pergerakan harga masa depan untuk saham
trend atau pola pergerakan harga. Lalu harga saham sekarang dianalisis untuk
mengidentifikasi trend atau pola yang muncul yang mirip dengan pola masa lalu.
Pola sekarang yang cocok dengan masa lalu diharapkan akan terulang kembali. Jadi
25
Dalam pengertian yang sederhana, analisis fundamental dimulai dengan
menaksir bahwa nilai sebenarnya (atau intrinsic) aset keuangan itu sama dengan nilai
sekarang (present value) dari semua aliran tunai yang diharapkan diterima oleh
pemilik aset itu. Jadi, analis saham fundamental berupaya meramalkan saat dan
besarnya aliran tunai dan kemudian mengkonversikan menjadi nilai sekarang (present
value) dengan menggunakan tingkat diskonto yang tepat. Lebih spesifik lagi, analis
tidak hanya harus memperkirakan tingkat diskonto saja, tetapi juga aliran dividen dari
suatu saham di masa depan, yang artinya meramalkan pendapatan per lembar saham
dan pembayaran dividen tunai (pay out ratio). Lebih jauh lagi, tingkat diskonto harus
diestimasi.
ditentukan, nilai tersebut dibandingkan dengan harga pasar dari saham tersebut
dengan tujuan untuk melihat apakah saham dihargai dengan tepat. Saham yang
memiliki true value lebih rendah dari harga pasar disebut overvalued atau overpriced.
Saham yang true value-nya lebih tinggi dari harga pasar disebut undervalued atau
underpriced. Besarnya perbedaan antara true value dengan harga pasar juga
merupakan informasi yang penting karena keyakinan pendapat seorang analis bahwa
harga saham tertentu tidak tepat. Analis fundamental percaya bahwa kasus kesalahan
dalam penentuan harga akan dikoreksi oleh pasar pada masa depan, artinya harga
saham yang undervalued akan mengalami kenaikan nilai (appreciation) yang luar
biasa, sedangkan harga saham yang overvalued akan mengalami penurunan nilai
26
Analisis fundamental memberikan perhatian terhadap kinerja masa lalu
perubahan ekonomi secara luas. Hal ini umumnya berbeda sekali dengan analisis
teknikal yang menganalisis pergerakan harga sekuritas tanpa mengacu kepada faktor-
Teori dasar dari analisis fundamental ini adalah bahwa untuk memperoleh
keuntungan (make money) dalam jangka panjang, seorang investor harus fokus
kepada perusahaan itu sendiri, bukan kepada pergerakan harga saham. Benjamin
Graham dan David Dodd menyatakan bahwa dalam jangka pendek, pasar merupakan
sebuah mesin voting (voting machine), bukan mesin yang digunakan untuk
mengevaluasi (weighing machine). Warren Buffet, orang terkaya kedua di dunia saat
ini, bahkan percaya hanya pada analisis fundamental sebagai dasar dalam mengambil
keputusan investasi.
Analisis fundamental dalam hal ini percaya bahwa nilai intrinsik (intrinsic
value) suatu perusahaan akan direfleksikan dalam harga saham melalui mekanisme
pasar, tetapi dengan syarat bahwa pasar tersebut benar-benar efisien. Beberapa
27
saham, dengan beberapa alasan, kemungkinan dapat overvalued atau undervalued
umumnya meliputi :
pertumbuhan gross domestic product (GDP), inflasi, tingkat suku bunga, nilai
tukar mata uang, produktivitas, dan harga energi atau bahan bakar minyak
(BBM).
2) analisis terhadap industri yang meliputi total sales, tingkat harga, pengaruh
dalam industri.
ekuitas baru.
28
2.8 Kerangka Pemikiran Teoritis dan Perumusan Hipotesis
Saham-saham perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu yang bergerak
di sektor aneka industri dan properti, pasti memiliki karakteristik yang tertentu, yang
antaranya meliputi return dan risiko, yang keduanya merupakan komponen pengukur
market performance.
Pakpahan (2002) meneliti profil risiko saham pada berbagai sektor industri,
dan menyimpulkan bahwa sektor aneka industri memiliki risiko yang paling kecil
menggunakan data 20 saham properti di BEJ, selama masa krisis moneter tahun
adjusted performace), semakin kecil risiko maka semakin besar market performance
tersebut dengan asumsi nilai return yang tetap, dan demikian pula sebaliknya.
volatilitas return saham sektor properti lebih besar daripada sektor aneka industri,
namun Sharpe’s measure kedua sektor tersebut perlu diuji, mengingat nilai Sharpe’s
measure bukan terdiri dari volatilitas return saja, melainkan terdapat excess return.
29
Penelitian yang berhubungan dengan Sharpe’s measure telah dilakukan oleh
Michel dan Shaked (1986), maupun oleh Indra Wijaya Kusuma (1999). Kedua
Amerika Serikat dengan periode penelitian yang berbeda. Michel dan Shaked (1986)
Sedangkan penelitian Indra Wijaya Kusuma (1999) menunjukkan hasil yang bertolak
belakang dengan Michel dan Shaked (1986), yaitu bahwa perusahaan multinasional
bahwa sektor aneka industri memiliki Sharpe’s measure yang berbeda dibandingkan
sektor properti.
Dalam CAPM, required return tergantung hanya pada risiko yang tidak
yang ditanggung oleh pemegang saham dapat dibagi menjadi dua bagian. Bagian
utama dari nondiversifiable risk sering disebut sebagai risiko bisnis (business risk)
30
atau risiko operasi (operating risk). Sedangkan bagian kedua dari nondiversifiable
Dalam beberapa kasus, perusahaan tidak dapat mengontrol business risk yang mereka
miliki, karena business risk selain ditentukan oleh operating risk juga dipengaruhi
industry, bisa jadi berbeda dengan operating risk pada cyclical industry. Defensive
industry, dengan salah satu contoh produknya berupa makanan, merupakan industri
yang sedikit sekali dipengaruhi oleh faktor resesi dan kesulitan ekonomi (economic
pemakaiannya dapat bertahan lama, misalnya kendaraan dan peralatan rumah tangga.
Pada saat kondisi perekonomian bagus, penjualan produk tersebut dapat meningkat
beberapa kali lipat. Sedangkan pada masa kesulitan ekonomi, biasanya pelanggan
menunda pembeliannya, karena masih dapat menggunakan barang yang lama sebagai
pengganti.
yang tercermin pada struktur modal (capital structure) yang dimiliki. Capital
31
structure mengandung pengertian pada bagaimana cara perusahaan melakukan
DER, dan PBV merupakan rasio-rasio yang nilainya tergantung pada risiko yang
dihadapi oleh sektor aneka industri dan sektor properti. Risiko yang dimaksud adalah
systematic risk (nondiversifiable risk) dan unsystematic risk (diversiable risk). Sektor
aneka industri dan sektor properti merupakan dua sektor industri yang berbeda dalam
hal domain bisnisnya termasuk risiko yang dimilikinya. Sehingga dari uraian tentang
risiko di atas dan dengan didukung hasil penelitian Pakpahan (2002) serta Johannes
Hipotesis dua : Sektor aneka industri memiliki DER yang berbeda dengan
sektor properti.
terhadap faktor perekonomian, di mana suatu saat penjualan produk properti akan
tinggi, dan di waktu yang lain penjualan produknya akan menurun dipengaruhi
kondisi perekonomian.
Sektor aneka industri terdiri dari berbagai industri yang berbeda, dan
menghasilkan produk yang berbeda-beda pula, misalnya produk barang tekstil, sepatu
dan otomotif serta komponennya. Dengan demikian pada sektor tersebut ada
32
beberapa perusahaan yang termasuk ke dalam cyclical industy, dan ada pula yang
termasuk ke dalam defensive industry. Sehingga dapat dikatakan bahwa sektor aneka
mengakibatkan perbedaan laba antara kedua sektor industri tersebut. Harga suatu
saham ditentukan arus kas yang diharapkan untuk waktu mendatang. Analis saham
akan memprediksi perbedaan arus kas yang diharapkan berkaitan dengan perbedaan
sektor industri. Sehingga dari uraian-uraian di atas dapat susun hipotesis sebagai
berikut :
Hipotesis tiga : Sektor aneka industri memiliki PER yang berbeda dengan
sektor properti.
Hipotesis empat : Sektor aneka industri memiliki PBV yang berbeda dengan
sektor properti.
besarnya required return suatu saham dan nilai perusahaan. Penggunaan utang akan
meningkatkan nilai perusahaan karena sifat dari biaya bunga yang berfungsi sebagai
biaya untuk mengurangi pajak (tax shield). Namun jika kewajiban membayar bunga
33
Kondisi keuangan perusahaan yang terancam bangkrut cenderung akan
financial distress dapat mengurangi laba perusahaan sebagai akibat dari besarnya
kewajiban bunga yang harus dibayarkan kepada pemegang bond. Dalam hal
shield sehingga dapat menaikkan excess return. Namun jika leverage makin tinggi,
maka manfaat tax shield dikalahkan oleh financial distress dan bankcruptcy cost
risiko perusahaan sehingga akan menaikkan deviasi standar dari return, yang berarti
yakni pengaruh positif atau negatif terhadap Sharpe’s measure. Sehingga dapat
measure.
34
2.8.4 Pengaruh PER dan PBV terhadap Sharpe’s measure
Pendekatan yang biasa digunakan dalam memilih saham adalah pendekatan yang
menggolongkan suatu saham sebagai growth stock atau value stock. Saham-saham
pertumbuhan nilai (harga) dan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan saham
lain.
Investor berharap agar growth stock mempunyai kinerja yang bagus di masa
mendatang, sehingga investor bersedia untuk membayar beberapa kali lipat untuk itu.
Contoh saham yang tergolong growth stock saat ini di antaranya Microsoft, Cisco
System dan Intel. Perusahaan yang termasuk growth stock, umumnya tidak
saham-saham yang sejenis dalam industri yang sama. Harga yang lebih rendah
diragukannya prospek perusahaan di masa yang akan datang. Perusahaan yang masih
baru dan relatif belum dikenal oleh investor, termasuk ke dalam kelompok value
stock.
35
Ukuran utama yang biasanya digunakan mendefinisikan growth stock dan
value stock adalah PER dan PBV. Growth stock umumnya memiliki PER dan PBV
yang tinggi, yang artinya harga saham tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan nilai
net asset perusahaan. Sebaliknya, value stock mempunyai PER dan PBV yang
rendah.
kerugian yang lebih besar dibandingkan investor value stock. Risiko ini dikarenakan
harga saham tersebut tinggi, dan dapat turun dengan tajam sehingga menyebabkan
mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap growth stock dan value stock. Value
(economic recovery), sedangkan growth stock memberikan hasil yang bagus pada
36
Dalam gambar tersebut, growth stock menggambarkan rata-rata tahunan total
return S&P 500/Bara Growth Index. Sedangkan value stock menggambarkan rata-rata
tahunan total return S&P 500/Bara Value Index. Kedua indeks tersebut, yakni S&P
500 / Bara Growth Index dan S&P 500/Bara Value Index, merupakan indeks yang
menggambarkan saham-saham S&P 500 yang memiliki PER di atas dan di bawah
rata-rata return S&P 500. Dari gambar 2.1 dapat disimpulkan bahwa nilai PER
Penelitian yang berkaitan dengan PER dan PBV telah banyak dilakukan.
(1985) menyimpulkan bahwa return rata-rata saham berkorelasi positif dengan book
to market ratio. Jika hal tersebut dikonversi ke dalam market to book ratio atau PBV,
maka PBV berkorelasi negatif dengan return saham. Penelitian yang dilakukan Fama
return dengan E/P ratio (korelasi negatif dengan PER), dan korelasi positif yang kuat
antara return dengan Book to Market ratio (hubungan negatif dengan PBV).
Dari uraian di atas, yakni tentang growth stock dan value stock, serta dari
hasil-hasil penelitian yang ada, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :
measure.
37
Hipotesis tujuh : PBV mempunyai “pengaruh tambahan” terhadap Sharpe’s
measure.
38
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
berdasarkan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penaksiran kuantitatif
yang kuat. Penelitian tahap pertama menggunakan metode yang bersifat komparatif,
sektor saham, yakni saham sektor aneka industri dan saham properti. Penelitian tahap
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang
telah disediakan oleh pihak ketiga, dalam arti tidak berasal dari sumber langsung.
Data yang diperoleh berasal dari berbagai sumber, dan merupakan data cross
sectional yakni data sejumlah saham yang termasuk ke dalam dua sektor saham,
selama satu periode penelitian . Sebagian besar data yang digunakan didapatkan dari
bursa efek Jakarta. Data tersebut adalah harga penutupan saham, IHSG dan dividen.
Data lainnya yaitu data suku bunga bebas risiko (risk-free rate), didapatkan
dari tingkat suku bunga sertifikat bank Indonesia (SBI) yang diterbitkan oleh Bank
39
data yang berupa rasio-rasio keuangan (DER, PER, PBV) untuk kedua sektor saham
Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini, adalah pada tahun 2004,
dan April 2005 – Maret 2006. Data yang diambil dari periode per 31 Desember 2004
adalah data karakteristik keuangan yang berupa rasio DER, PER, dan PBV.
measure), yaitu harga saham, dividen, dan tingkat suku bunga SBI didapatkan dari
periode tahun 2005/2006. Penggunaan dua periode ini bertujuan untuk memastikan
bahwa karakteristik keuangan sudah menjadi informasi yang digunakan oleh publik.
saham per 31 Desember 2004. Peraturan BEJ mengenai laporan keuangan tahunan
perusahaan-perusahaan yang go public harus diaudit oleh akuntan publik dan harus
sudah dipublikasikan pada 31 Maret 2005. Oleh karena itu, perhitungan market
performance menggunakan harga saham, dividen, IHSG dan bunga SBI bulanan
tergolong ke dalam sektor aneka industri dan properti. Dari populasi tersebut
selanjutnya diambil beberapa sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
40
1) perusahaan-perusahaan tersebut terdaftar di BEJ dan termasuk ke dalam
2004;
Dari sampel yang memenui kriteria di atas, diambil 50 saham (perusahaan) sebagai
sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam hal ini, masing-masing sektor
cara pengukurannya :
leverage, yang dihitung dari total debt dibagi ekuitas pada periode yang sama.
suatu saham dengan laba per lembar saham pada periode yang sama.
41
3) Price-Book Value (PBV) ratio dihitung dengan membagi harga pasar per
saham dengan nilai buku per saham pada periode yang sama.
sebagai berikut :
3) Menghitung rata-rata risk-free rate, dalam hal ini suku bunga bulanan SBI
42
6) Membagi excess return saham dengan standar deviasi saham, sehingga
sampel, baik yang tergolong ke dalam sektor aneka industri maupun sektor properti.
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu penelitian tahap pertama membandingkan
market performance dan karakteristik keuangan antara sektor aneka industri dengan
2) dilakukan uji statistik, yaitu uji rata-rata dua sampel independen (t-test);
3) dari hasil uji statistik tersebut, selanjutnya diambil kesimpulan tentang market
43
X 1 − X 2 − ( µ1 − µ 2 )
t= …………………………………… (3.1)
1 1
S +
n1 n 2
Di mana :
2 2
S1 (n1 − 1) + S 2 (n 2 − 1)
S= ………………………………….. (3.2)
n1 + n 2 − 2
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang berarti dari dua rata-rata Sharpe’s
H0 : µ1 − µ 2 = 0
H1 : µ1 − µ 2 ≠ 0
pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan
antara variabel terikat (yakni market performance) dengan variabel bebas (yakni
Variabel terikat (Sharpe’s measure) tidak begitu lazim digunakan oleh para
fokus pada Sharpe’s measure sudah dijalankan oleh Michel dan Shaked (1986), serta
44
Nilai Sharpe’s measure sangat bervariasi antara satu kelas sekuritas dengan
kelas sekuritas yang lain, misalnya antara saham dan obligasi. Sekuritas-sekuritas di
dalam satu kelaspun sangat bervariasi antara satu dengan yang lain, misalnya antara
satu saham dengan saham yang lain. Oleh karena itu kinerja saham yang diukur
dengan Sharpe’s measure sering diranking untuk membedakan kinerja saham yang
Dalam penelitian ini, regresi dilakukan pada kedua sektor saham dengan
Dimana :
α = intercept
i = saham i
terikat, dalam hal ini Sharpe’s measure masing-masing sektor saham, terhadap
45
perubahan masing-masing variabel bebas yang terdiri dari PER, PBV dan DER.
Variabel terikat (Sharpe’s measure) akan meningkat atau menurun sebesar β1 unit jika
variabel PER meningkat atau menurun sebesar satu unit. Hal yang sama akan terjadi
jika variabel bebas lainnya meningkat atau menurun satu unit, maka variabel terikat
akan meningkat atau menurun sebesar koefisien regresi variabel yang bersangkutan.
Uji signifikansi keseluruhan variabel secara serentak ditunjukkan oleh bilangan F (F-
Dalam uji kecukupan model ini (uji F), dipergunakan hipotesis sebagai berikut :
Ha : H0 tidak benar, artinya tidak semua variabel bebas secara simultan tidak
lebih besar dari F-tabel, maka H0 ditolak dan berarti pada tingkat kepercayaan tertentu
(dalam penelitian ini digunakan tingkat kepercayaan dengan α = 0,05) variabel bebas
46
secara simultan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap market performance.
R 2 /(k − 1)
Fhitung = ………… (3.4)
(1 − R 2 ) /(n − k )
k = jumlah sampel.
Berdasarkan rumus (3.4) jelaslah bahwa uji kecukupan model juga merupakan uji
koefisien determinasi.
Uji koefisien regresi (uji t) mengasumsikan bahwa pada saat dilakukan pengujian
suatu variabel bebas, tidak terjadi perubahan pada variabel bebas lainnya. Di dalam
H0 : βi = 0
Ha : βi ≠ 0
besarnya koefisien regresi dinyatakan nol yang berarti tidak ada hubungan yang
signifikan antara variabel bebas ke-i dengan variabel terikatnya. Bilangan t atau
47
βi
t hitung = ……………(3.1)
Seβ i
Jika t-hitung lebih besar dari tα/2 atau t-hitung lebih kecil dari - tα/2 maka pada tingkat
kepercayaan tertentu (α) H0 ditolak, yang berarti variabel bebas yang diuji
48
BAB IV
Pada bagian ini dilakukan analisis menggunakan metode penelitian yang telah
Pemilihan sampel dalam penelitian ini dimulai dari pemilihan populasi, yang
1) Populasi dari penelitian ini adalah semua saham yang terdaftar di BEJ dan
49
Tabel 4.1 Tahapan Pemilihan Sampel
Dari tahapan-tahapan tersebut, diperoleh sampel untuk aneka industri dan properti
saham.
saham kapitalisasi terbesar sebagai sampel yang mewakili sektor aneka industri,
50
Tabel 4.2 Sampel Saham Sektor Aneka Industri
51
Tabel 4.3 Sampel Saham Sektor Properti
performance masing-masing saham selama tahun 2005. Data yang digunakan dalam
52
perhitungan Sharpe’s measure ini adalah harga penutupan saham, dividen, dan suku
bunga SBI.
tahapan-tahapan sebagaimana dijelaskan pada sub bab 3.5. Berikut ini diberikan
contoh perhitungan Sharpe’s measure untuk salah satu saham, yakni saham PT. Astra
International Tbk (ASII). Data harga penutupan saham dan dividen disajikan pada
Tabel 4.4.
53
4.2.1 Return Saham
Dengan menggunakan data yang ada di Tabel 4.4, return saham dihitung dengan
menggunakan rumus 2.1, sehingga return saham ASII untuk bulan Juni 2005, dapat
Dengan cara yang sama, dihitung return pada bulan lainnya, sehingga
diperoleh return perbulan secara lengkap dalam satu tahun sebagaimana disajikan
54
Data harga, dividen dan return bulanan untuk semua saham secara lengkap tersaji
12
∏ (R
i =1
i + 1) = 100,48% * 110,90% * 110,85% * 103,94% * 76,89% * 96,06%
55
12
(∏ ( Ri + 1))1 / 12 =(109,42)1 / 12 = 100,75%
i =1
12
(∏ ( Ri + 1))1 / 12 − 1 = 100,75% − 1 = 0,75%
i =1
Dengan demikian, dari perhitungan di atas diperoleh expected return untuk saham
ASII adalah 0,75%. Data expected return untuk semua saham secara lengkap tersaji
Dengan menggunakan data SBI pada Tabel 4.7 dan menggunakan cara perhitungan
yang sama dengan perhitungan expected return pada bagian 4.2.2, diperoleh rata-rata
Tabel 4.7 Tingkat Suku Bunga 1 Bulan SBI (Maret 2005 – Maret 2006)
56
16 Dikeluarkan Tanggal : 7/27/2005 8,49% 0,71%
17 Dikeluarkan Tanggal : 8/3/2005 8,50% 0,71%
18 Dikeluarkan Tanggal : 8/10/2005 8,71% 0,73%
19 Dikeluarkan Tanggal : 8/16/2005 8,75% 0,73%
20 Dikeluarkan Tanggal : 8/24/2005 8,75% 0,73%
21 Dikeluarkan Tanggal : 8/31/2005 9,51% 0,79%
22 Dikeluarkan Tanggal : 9/7/2005 10,00% 0,83%
23 Dikeluarkan Tanggal : 9/14/2005 10,00% 0,83%
24 Dikeluarkan Tanggal : 9/21/2005 10,00% 0,83%
25 Dikeluarkan Tanggal : 9/28/2005 10,00% 0,83%
26 Dikeluarkan Tanggal : 10/5/2005 11,00% 0,92%
27 Dikeluarkan Tanggal : 10/12/2005 11,00% 0,92%
28 Dikeluarkan Tanggal : 10/19/2005 11,00% 0,92%
29 Dikeluarkan Tanggal : 10/26/2005 11,00% 0,92%
30 Dikeluarkan Tanggal : 11/9/2005 12,25% 1,02%
31 Dikeluarkan Tanggal : 11/16/2005 12,25% 1,02%
32 Dikeluarkan Tanggal : 11/23/2005 12,25% 1,02%
33 Dikeluarkan Tanggal : 11/30/2005 12,25% 1,02%
34 Dikeluarkan Tanggal : 12/7/2005 12,75% 1,06%
35 Dikeluarkan Tanggal : 12/14/2005 12,75% 1,06%
36 Dikeluarkan Tanggal : 12/28/2005 12,75% 1,06%
37 Dikeluarkan Tanggal : 1/4/2006 12,74% 1,06%
38 Dikeluarkan Tanggal : 1/11/2006 12,75% 1,06%
39 Dikeluarkan Tanggal : 1/18/2006 12,75% 1,06%
40 Dikeluarkan Tanggal : 1/25/2006 12,75% 1,06%
41 Dikeluarkan Tanggal : 2/1/2006 12,74% 1,06%
42 Dikeluarkan Tanggal : 2/8/2006 12,75% 1,06%
43 Dikeluarkan Tanggal : 2/15/2006 12,74% 1,06%
44 Dikeluarkan Tanggal : 2/22/2006 12,74% 1,06%
45 Dikeluarkan Tanggal : 3/1/2006 12,73% 1,06%
46 Dikeluarkan Tanggal : 3/8/2006 12,74% 1,06%
47 Dikeluarkan Tanggal : 3/15/2006 12,70% 1,06%
48 Dikeluarkan Tanggal : 3/22/2006 12,73% 1,06%
49 Dikeluarkan Tanggal : 3/29/2006 12,73% 1,06%
Sumber: Bank Indonesia
57
4.2.4 Excess Return
Excess return merupakan selisih antara expected return terhadap rata-rata risk-free
Microsoft Excel, diperoleh standar deviasi return saham ASII sebesar 0,1049,
diperoleh dengan membagi excess return dengan standar deviasi return, sehingga
diperoleh :
− 0,12%
Sharpe’s measure (ASII) = = -0,0122
0,1049
Lampiran G dan H.
measure dari IHSG, beberapa saham dapat dikatakan lebih unggul atau kalah unggul
58
IHSG sebagai tolok ukur (benchmark), diketahui bahwa untuk kategori saham aneka
industri, saham BRAM dengan nilai Sharpe’s measure sebesar 0,2405 merupakan
measure paling kecil dibandingkan saham yang lain dalam sektor tersebut, yakni -
1,7025.
Dalam sektor properti, saham LPKR merupakan saham yang paling unggul
dalam hal Sharpe’s measure dibandingkan saham-saham lain di sektor yang sama,
dengan nilai Sharpe’s measure sebesar 0,8553. Sedangkan saham BKSL merupakan
saham yang paling kecil nilai Sharpe’s measure-nya yakni -0,6201, yang berarti
BKLS merupakan saham yang kalah unggul dalam Sharpe’s measure dibandingkan
Industri, Properti dan IHSG. Dengan menggunakan IHSG sebagai benchmark, dari
lampiran tersebut terlihat bahwa hampir semua saham, baik dalam sektor aneka
dengan Sharpe’s measure benchmark. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara umum,
kedua sektor saham tersebut memiliki market performance yang tidak bagus.
59
4.3 Statistik Inferensi (Uji t)
Pada bagian ini, akan dilakukan pengujian terhadap rata-rata Sharpe’s measure,
excess return, return volatility, PER, DER, dan PBV untuk sektor aneka industri dan
sektor properti. Nilai dari variabel-variabel tersebut dapat dilihat pada Lampiran G,
H, K dan L.
Tabel 4.8 berisi ringkasan statistik deskriptif Sharpe’s measure untuk kedua sektor
saham tersebut.
Std. Error
Sector N Mean Std. Deviation Mean
Sharpe Aneka industri 25 -.271816 .3954740 .0790948
Properti 25 -.218668 .2223656 .0444731
Pada Tabel 4.8 terlihat bahwa rata-rata Sharpe’s measure untuk sektor aneka
industri, yakni -0,271816 relatif berbeda dengan rata-rata Sharpe’s measure untuk
sekor properti yakni -0,218668. Dalam hal ini rata-rata Sharpe’s measure aneka
perbedaan Sharpe’s measure ini perlu diuji secara statistik untuk mengetahui apakah
pengujian beda dua rata-rata independent samples, seperti terlihat pada Tabel 4.9.
60
Tabel 4.9 Hasil Uji Rata-rata Sampel Independen
Untuk mengetahui apakah rata-rata Sharpe’s measure aneka industri dan properti
adalah berbeda secara signifikan atau tidak, digunakan hipotesis sebagai berikut :
Dalam hal ini dilakukan uji dua sisi, karena akan diuji apakah “berbeda” atau “tidak
berbeda”.
Pada Tabel 4.9 terlihat bahwa t-hitung untuk Sharpe’s measure dengan equal
variance assumed adalah -0,926 dengan nilai-p 0,359. Oleh karena nilai-p untuk uji
dua sisi 0,359 > 0,05, maka H0 diterima, artinya sektor aneka industri mempunyai
61
4.3.2 Uji Beda Dua Rata-rata Excess Return dan Return Volatility
Sharpe’s measure terdiri dari komponen pembilang yakni excess return dan
berbeda antara kedua sektor industri, perlu dilakukan pengujian baik terhadap excess
Tabel 4.10 berisi ringkasan statistik deskriptif excess return untuk kedua
Group Statistics
Std. Error
Sector N Mean Std. Deviation Mean
Excess return Aneka industri 25 -.019276 .0271826 .0054365
Properti 25 -.031264 .0251895 .0050379
Sumber: Pengolahan data dengan SPSS
Pada Tabel 4.10 terlihat bahwa rata-rata excess return untuk sektor aneka industri,
yakni -0.019276 relatif lebih besar dibandingkan rata-rata excess return untuk sektor
properti, yakni -0.031264. Adapun output pengujian uji rata-rata sampel independen
tersebut tersaji pada Tabel 4.11. Angka rata-rata negatif disebabkan oleh dua hal
yakni : (1) return asset bebas risiko mengungguli return saham, (2) hampir semua
saham dalam sampel memberikan return negatif. Akibatnya angka rata-rata excess
return makin besar negatifnya. Hal ini menyebabkan Sharpe’s measure juga hampir
semuanya negatif karena volatilitas return selalu dinyatakan dalam angka positif.
62
Sharpe’s measure negatif menunjukkan bahwa strategi market-timing tidak
berhasil. Kejadian seperti ini timbul karena dampak krisis ekonomi terhadap kedua
Tabel 4.11 Hasil Uji Rata-rata Sampel Independen untuk Excess Return
Pada Tabel 4.11 terlihat bahwa t-hitung untuk excess return dengan equal
variance assumed adalah 1,617 dengan probabilitas 0,112. Oleh karena nilai-p untuk
uji dua sisi 0,112 > 0,05, maka H0 diterima, atau kedua rata-rata excess return sektor
aneka industri dan properti adalah sama, artinya excess return sektor aneka industri
Berikut ini disajikan rata-rata standar deviasi return (return volatility) untuk
Group Statistics
Std. Error
Sector N Mean Std. Deviation Mean
Return Volatility Aneka industri 25 .081344 .0522235 .0104447
Properti 25 .149696 .1094496 .0218899
63
Pada Tabel 4.12 terlihat bahwa rata-rata return volatility untuk sektor aneka
industri, yakni 0,081344 relatif lebih kecil dibandingkan rata-rata return volatility
untuk sektor properti, yakni 0,149696. Adapun output pengujian rata-rata tersebut
Tabel 4.13 Hasil Uji Rata-rata Sampel Independen untuk Return volatility
Selanjutnya dilakukan analisis apakah rata-rata return volatility aneka industri dan
properti adalah berbeda secara signifikan atau tidak. Dalam hal ini digunakan
hipotesis yang sama dengan hipotesis pengujian beda dua rata-rata sample
Pada Tabel 4.13 terlihat bahwa t-hitung untuk return volatility dengan equal
variance assumed adalah -2,818 dengan probabilitas 0,007. Oleh karena nilai-p untuk
uji dua sisi 0,007 < 0,05, maka H0 ditolak, artinya return volatility sektor aneka
menggabung Tabel 4.12 dan 4.13 maka diperoleh hasil bahwa return volatility sektor
64
properti lebih besar daripada sektor aneka industri. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Ringkasan statistik deskriptif untuk nilai PER dapat dilihat pada Tabel 4.14 berikut
ini :
Group Statistics
Std. Error
Sector N Mean Std. Deviation Mean
PER Aneka
25 5.658400 24.5620560 4.9124112
industri
Properti 25 5.980800 40.7014746 8.1402949
Sumber : Pengolahan data dengan SPSS
Pada Tabel 4.14 terlihat bahwa rata-rata PER untuk sektor aneka industri,
yakni 5,6584 relatif lebih kecil dibandingkan rata-rata PER untuk sektor properti,
yakni 5,9808. Adapun output pengujian rata-rata sampel independen tersaji pada
Tabel 4.15.
65
Selanjutnya dilakukan analisis apakah rata-rata PER aneka industri dan properti
adalah berbeda secara signifikan atau tidak. Dalam hal ini digunakan hipotesis yang
sama dengan hipotesis pengujian beda dua rata-rata sample independent untuk
Sharpe’s measure.
Pada Tabel 4.15 terlihat bahwa t-hitung untuk PER dengan equal variance
assumed adalah -0,034 dengan nilai-p 0,973. Oleh karena nilai-p untuk uji dua sisi
0,973 > 0,05, maka H0 diterima, artinya PER sektor aneka industri mempunyai rata-
Ringkasan statistik deskriptif untuk nilai PBV dapat dilihat pada Tabel 4.16 berikut
ini :
Group Statistics
Std. Error
Sector N Mean Std. Deviation Mean
PBV Aneka industri 25 4.671200 22.9034245 4.5806849
Properti 25 .117600 1.4597753 .2919551
Pada Tabel 4.16 terlihat bahwa rata-rata PBV untuk sektor aneka industri,
yakni 4,6712 relatif lebih besar dibandingkan rata-rata PBV untuk sektor properti,
66
yakni 0,1176. Adapun output pengujian rata-rata sampel independen tersaji pada
Tabel 4.17.
properti adalah berbeda secara signifikan atau tidak. Dalam hal ini digunakan
hipotesis yang sama dengan hipotesis pengujian beda dua rata-rata sample
Pada Tabel 4.17 terlihat bahwa t hitung untuk PBV dengan equal variance
assumed adalah 0,992 dengan nilai-p 0,326. Oleh karena nilai-p untuk uji dua sisi
0,326 > 0,05, maka H0 diterima, artinya PBV sektor aneka industri mempunyai rata-
67
4.3.5 Uji Beda Dua Rata-rata DER
Ringkasan statistik deskriptif untuk nilai DER dapat dilihat pada Tabel 4.18.
Std. Error
Sector N Mean Std. Deviation Mean
DER Aneka industri 25 .607600 6.7556355 1.3511271
Properti 25 -2.866800 9.5783361 1.9156672
Pada Tabel 4.18 terlihat bahwa rata-rata DER untuk sektor aneka industri,
yakni 0,6076 relatif lebih besar dibandingkan rata-rata DER untuk sektor properti,
yakni -2,8668. Adapun output pengujian rata-rata tersebut tersaji pada Tabel 4.19.
Selanjutnya dilakukan analisis apakah rata-rata DER aneka industri dan properti
adalah berbeda secara signifikan atau tidak. Dalam hal ini digunakan hipotesis yang
68
sama dengan hipotesis pengujian beda dua rata-rata sampel independen untuk
Sharpe’s measure.
Pada Tabel 4.19 terlihat bahwa t hitung untuk DER dengan equal variance
assumed adalah 1,482 dengan nilai-p 0,145. Oleh karena nilai-p untuk uji dua sisi
0,145 / 2 > 0,025, maka H0 diterima, artinya DER sektor aneka industri mempunyai
variabel yang diuji disajikan pada tabel 4.20. Dari hasil pengujian dua rata-rata,
diperoleh bahwa semua variabel yang diuji (yakni Sharpe’s measure, excess return,
return volatility, PER, PBV dan DER) mempunyai rata-rata yang sama, antara sektor
Hasil Uji
Dua Rata-Rata Keterangan
Sharpe’s Measure H0 diterima Tidak mendukung hipotesis satu
DER H0 diterima Tidak mendukung hipotesis dua
PER H0 diterima Tidak mendukung hipotesis tiga
PBV H0 diterima Tidak mendukung hipotesis empat
Sumber : Pengolahan data dengan SPSS
Return volatility untuk aneka industri memiliki rata-rata yang berbeda dengan
return volatility properti. Hal ini mirip dengan hasil penelitian Pakpahan (2002) yang
menyatakan bahwa return volatility properti lebih besar dibandingkan dengan return
69
4.4. Uji Asumsi Persamaan Regresi
Menurut Gujarati (1995), asumsi yang mendasari model regresi adalah sebagai
berikut :
Pada bagian ini akan dilakukan uji persamaan regresi, menggunakan asumsi-asumsi
tersebut.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk melihat apakah pada model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi di antara variabel bebasnya. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel
4.21.
70
Tabel 4.21 Nilai Varians Inflation Factor (VIF)
Coefficients(a)
Collinearity Statistics
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah nilai VIF (Varians
Inflation Factor) dan tolerance yang mendekati satu. Nilai VIF mendekati satu
maka terdapat persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya. Nilai VIF
Pada model persamaan regresi tersebut, terlihat bahwa nilai VIF dan tolerance
dari setiap variabel nilainya mendekati satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa di
antara dua variabel bebas tidak saling berhubungan satu sama lain.
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi yang
yang lain. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke pengamatan lainnya
71
heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.
Pengujian asumsi ini dilakukan dengan analisis grafik scatterplot dengan Sharpe’s
tidaknya pola tertentu pada grafik tersebut, di mana sumbu X adalah Y (Sharpe’s
measure) yang telah diprediksi, dan sumbu Y adalah nilai residualnya (Y prediksi – Y
tersebut membentuk suatu pola tertentu yang teratur maka terjadi heterokedastisitas.
Dari analisis Gambar 4.1 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak
membentuk pola yang jelas, dan tersebar di atas maupun di bawah angka nol pada
sumbu Y. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi,
sehingga model regresi yang dibentuk layak untuk memprediksi market performance
72
Scatterplot
LPKR
2
BRAM
Regression Standardized Residual
SCCO IMAS
ARGOMLND OMRE
POLY
BATA
AUTO
ASII
1
PWON
MDLN DART
CTRA KBLM
ESTI GDYRIKBI
JRPT
ADHI
DILD JAKA KIJA
0 KBLI
HDTX KPIG
CITA GJTL
GMTD
KARK
DUTI
RODABMSR RDTX
PTRA
RBMS RICY
BIPP PBRX ARTI
CTRS
INDR
-1 PWSI LPCK MYRX
ACAP BKSL
-2 MYTX
-3
-4
BIMA
-5
-4 -2 0 2 4
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah dalam sebuah model regresi, variabel
bebas, variabel terikat atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model
regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Pengujian ini dilakukan dengan analisis grafik Normal P-P Plot of Regression
73
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah
Seperti terlihat pada Gambar 4.2, titik-titik tersebar di sekitar garis diagonal, dan
penyebarannya sangat mengikuti arah garis diagonal tersebut. Maka dapat dikatakan
bahwa model yang dibentuk memenuhi asumsi normalitas dan layak digunakan untuk
0.8
Expected Cum Prob
0.6
0.4
0.2
0.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
74
4.4.4 Uji Asumsi Otokorelasi
Pada bagian ini pengujian ditujukan untuk melihat apakah sebuah model regresi linier
ada korelasi antara kesalahan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
∑ (e
t =1
t +1 − et ) 2
d= T
……………………………………. (4.3)
∑e
t =1
2
t
T = jumlah observasi.
75
Pengujian asumsi terlihat dari nilai Durbin-Watson pada Tabel Model
Summary (Tabel 4.23), dan diperoleh nilai d = 2,385. Sedangkan dari tabel Durbin-
Watson dengan k = 3, n=50 dan α = 0,05, diperoleh nilai dL = 1,421 dan dU = 1,674.
Model Summaryb
Change Statistics
Adjusted Std. Error of R Square Durbin-
Model R R Square R Square the Estimate Change F Change df1 df2 Sig. F Change Watson
1 .129a .017 -.047 .323773308 .017 .261 3 46 .853 2.385
a. Predictors: (Constant), DER, PER, PBV
b. Dependent Variable: Sharpe
Dari angka-angka tersebut dapat diketahui bahwa nilai d berada pada daerah
4-dU ≤ d ≤ 4-dL karena 2,326 < 2,385 < 2,579, sehingga dapat diambil kesimpulan
didapatkan suatu keputusan tentang adanya otokorelasi. Artinya bisa saja terdapat
menjalankan run-test, tetapi karena masalah otokorelasi jarang terjadi pada data
Hasil analisis regresi linier berganda dengan variabel terikat Sharpe’s measure dan
tiga variabel bebas yang terdiri dari PER, PBV, DER menghasilkan intercept dan
76
Tabel 4.24 Koefisien regresi
Coefficientsa
Pada bagian selanjutnya, akan dilakukan pengujian kecukupan model atas persamaan
regresi tersebut. Jika dari uji kecukupan model didapatkan hasil bahwa Sharpe’s
measure dapat dijelaskan oleh variabel PER, PBV dan DER, maka persamaan regresi
bebasnya bernilai nol, maka besarnya Sharpe’s measure adalah sama dengan nilai
Koefisien regresi PER sebesar 0,0004 memberikan gambaran bahwa jika PER
meningkat satu unit, dengan asumsi variabel lain konstan (ceterus paribus), maka
Sharpe’s measure yang ditunjukkan oleh saham yang bersangkutan akan meningkat
sebesar 0,04 unit. Sebaliknya, jika PER turun sebesar satu unit maka Sharpe’s
77
Nilai koefisien regresi untuk PBV sebesar -0,0081, artinya PBV mempunyai
pengaruh yang negatif terhadap Sharpe’s measure. Dalam hal ini, jika variabel PBV
meningkat satu unit, dengan asumsi variabel lainnya konstan (ceterus paribus), maka
nilai Sharpe’s measure akan turun sebesar -0,81 unit. Sebaliknya jika variabel PBV
turun satu unit, maka Sharpe’s measure naik sebesar 0,81 unit.
Nilai koefisien regresi untuk DER adalah 0,0043, artinya bahwa jika DER
meningkat satu unit, dengan asumsi variabel yang lainnya konstan (ceterus paribus),
maka Sharpe’s measure akan meningkat sebesar 0,43 unit. Jika DER turun satu unit
Pada bagian ini akan diuji nilai R2 , standard error, F-statistic dan significant level.
dibentuk.
Pada bagian model summary seperti terlihat pada Tabel 4.23, nilai R2 sebesar
0,017. Hal ini menunjukkan 1,7 persen Sharpe’s measure dapat dijelaskan oleh
variabel PER, PBV dan DER. Sedangkan sisanya (100%-1,7% = 98,3%) dijelaskan
78
Nilai tes F dan significant level bertujuan menguji apakah variabel-variabel
variabel terikat.
Uji hipotesis dilakukan dengan melihat F-hitung atau p-value sebagai daerah
kritis yang dapat dilihat pada Tabel 4.25. Jika F-hitung > F-tabel atau nilai-p < 0,05
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .082 3 .027 .261 .853a
Residual 4.822 46 .105
Total 4.904 49
a. Predictors: (Constant), DER, PER, PBV
b. Dependent Variable: Sharpe
Pada Tabel 4.25 terlihat bahwa nilai F-hitung adalah 0,261, dengan tingkat
probabilitas (nilai-p) sebesar 0,853. Karena nilai-p > 0,05 maka H0 diterima. Artinya
model yang dibentuk adalah tidak signifikan. Dalam hal ini, variabel-variabel bebas
(PER, PBV, dan DER) secara simultan tidak berpengaruh terhadap market
performance.
model regresi. Dari uji statistik t tersebut, pada Tabel 4.26 terlihat bahwa nilai-p
PER, PBV dan DER masing-masing adalah 0,764; 0,534; 0,511. Nilai-p masing-
79
Tabel 4.26 Output Uji-t
Coefficients(a)
t Sig.
Model
1 (Constant) -4.406 .000
PER .302 .764
PBV -.626 .534
DER .663 .511
a Dependent Variable: Sharpe
Sumber : Pengolahan data dengan SPSS
Dengan demikian hipotesis H0 pada uji statistik-t gagal ditolak, atau dengan
kata lain masing-masing variabel PER, PBV, dan DER tidak dapat digunakan untuk
atau parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap market performance
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model regresi yang mengaitkan
PER, PBV dan DER dengan Sharpe’s measure memberikan hasil pengujian yang
menyatakan bahwa variabel PER, PBV dan DER secara bersama-sama maupun
dinyatakan bahwa hasil penelitian tidak mendukung hipotesis lima, hipotesis enam,
80
Tabel 4.27 Keputusan Hipotesis lima - Hipotesis tujuh
Hasil penelitian ini mirip dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan
(2002) dalam menganalisis pengaruh variabel PER, size dan leverage terhadap return
saham LQ-45. Setiawan (2002) menyimpulkan bahwa PER, size dan leverage tidak
jumlahnya lebih banyak (pooled regression), hanya variabel PER yang berpengaruh
secara signifikan terhadap return, namun dengan koefisien yang relatif kecil yakni
0,0192.
Lebih lanjut, jika dilakukan analisis terhadap hasil penelitian ini dan didukung
oleh hasil penelitian Setiawan (2002), maka dapat diperkirakan bahwa rasio-rasio
81
BAB V
Bab ini merupakan bab penutup di mana seluruh hasil perhitungan dan analisis data
sebagai solusi dan kemungkinan pengembangan lebih lanjut dari hasil penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil analisis terhadap market
performance dan karakteristik keuangan perusahaan aneka industri dan properti ini
1) Market performance yang diukur dengan Sharpe's measure terdiri dari dua
komponen, yakni excess return dan return volatility. Pada penelitian ini
didapatkan hasil bahwa baik Sharpe’s measure maupun excess return pada
menunjukkan excess return bernilai negatif, yang berarti return saham lebih
82
2) Penelitian ini juga meneliti perbedaan karakteristik keuangan perusahaan
karakteristik keuangan tersebut adalah PER, PBV dan DER. Dari hasil uji dua
a) PER sektor aneka industri mempunyai rata-rata yang tidak berbeda dengan
PBV dan DER), baik secara parsial maupun bersama-sama, tidak mampu
properti.
83
d) Saham BKSL memiliki Sharpe’s measure yang paling rendah
5.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil analisis dan pembahasan
data yang diuji sebagai akibat penggunaan jangka waktu penelitian yang
terlalu pendek yakni satu tahun. Sehingga agar dapat diketahui perbedaan
yang lebih lama, dengan jumlah data yang lebih banyak, misalnya
2) Penelitian ini menggunakan rasio PER, PBV dan DER untuk menjelaskan
84
variabel penjelas yang dapat digunakan antara lain liquidity ratio, profitability
85
DAFTAR PUSTAKA
Bodie, Zvi ; Alex Kane ; Alan J Marcus. Investment, 6th ed. Boston : McGraw-Hill,
2002.
Jones, Charles Parker. Investments : Analysis and Management, 9th ed. John Willey &
Sons, Inc., 2004.
86
Lev, Baruch and S. Ramu Thiagarajan. “Fundamental Information Analysis”, Journal
of Accounting Research, Vol. 31, No.2, 1993 : 190-215.
Ou, Jane A. and Stephen H. Penman. “Financial Statement Analysis and the
Prediction of Stock returns”, Journal of Accounting and Economics 11, 1989:
295-329.
Santoso, Singgih. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Elex Media
Komputindo, 2000.
Santoso, Singgih. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 14. Elex Media
Komputindo, 2006.
Setiawan Wijono. “Analisis Pengaruh Variabel PER, Size dan Leverage terhadap
Return Saham (Studi pada Saham-saham LQ-45 di Bursa Efek Jakarta)”, Thesis
Program Studi Magister Managament Universitas Indonesia, 2002.
Widaryanto, Agus. Ekonometrika, Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Penerbit Ekonosia, 2005.
87
Website Bursa Efek Jakarta (BEJ). http://www.jsx.co.id
88
Lampiran A Saham-saham Sektor Aneka Industri
A-1
38 BIMA Primarindo Asia Infrastr.Tbk
39 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk
40 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk
41 JECC Jembo Cable Company Tbk
42 KBLI GT Kabel Indonesia Tbk
43 KBLM Kabelindo Murni Tbk
44 SCCO Sucaco Tbk
45 VOKS Voksel Electric Tbk
46 ARTI Arona Binasejati Tbk
47 ASIA Asia Grain International Tbk
48 CITA Cipta Panelutama Tbk
Sumber : BEJ
A-2
Lampiran B Saham-saham Sektor Properti dan Real Estate
B
Lampiran C Nilai Kapitalisasi Pasar Saham Sektor Aneka Industri
C
Lampiran D Nilai Kapitalisasi Pasar Saham Sektor Properti dan Real Estate
D
Lampiran E Harga, Dividen dan Return Bulanan Saham Aneka Industri
Periode Kode Harga Dividen Return Periode Kode Harga Dividen Return
Mar-05 ACAP 450 Mar-05 ASII 10,500
Apr-05 ACAP 445 -1.11% Apr-05 ASII 10,550 0.48%
May-05 ACAP 440 -1.12% May-05 ASII 11,700 10.90%
Jun-05 ACAP 440 10 2.27% Jun-05 ASII 12,700 270 10.85%
Jul-05 ACAP 425 -3.41% Jul-05 ASII 13,200 3.94%
Aug-05 ACAP 425 0.00% Aug-05 ASII 10,150 -23.11%
Sep-05 ACAP 425 0.00% Sep-05 ASII 9,750 -3.94%
Oct-05 ACAP 425 0.00% Oct-05 ASII 9,300 -4.62%
Nov-05 ACAP 425 0.00% Nov-05 ASII 9,100 -2.15%
Dec-05 ACAP 425 0.00% Dec-05 ASII 10,200 12.09%
Jan-06 ACAP 350 -17.65% Jan-06 ASII 10,400 1.96%
Feb-06 ACAP 275 -21.43% Feb-06 ASII 9,800 -5.77%
Mar-06 ACAP 270 -1.82% Mar-06 ASII 11,250 14.80%
Mar-05 ARGO 1,300 Mar-05 AUTO 2,650
Apr-05 ARGO 1,300 0.00% Apr-05 AUTO 2,300 -13.21%
May-05 ARGO 1,300 0.00% May-05 AUTO 2,750 19.57%
Jun-05 ARGO 1,300 0.00% Jun-05 AUTO 3,100 60 14.91%
Jul-05 ARGO 1,300 0.00% Jul-05 AUTO 3,225 4.03%
Aug-05 ARGO 1,300 0.00% Aug-05 AUTO 3,325 3.10%
Sep-05 ARGO 1,300 0.00% Sep-05 AUTO 3,150 -5.26%
Oct-05 ARGO 1,300 0.00% Oct-05 AUTO 3,225 2.38%
Nov-05 ARGO 1,300 0.00% Nov-05 AUTO 2,950 -8.53%
Dec-05 ARGO 1,300 0.00% Dec-05 AUTO 2,800 -5.08%
Jan-06 ARGO 1,300 0.00% Jan-06 AUTO 2,750 -1.79%
Feb-06 ARGO 1,300 0.00% Feb-06 AUTO 2,850 3.64%
Mar-06 ARGO 1,300 0.00% Mar-06 AUTO 2,900 1.75%
Mar-05 ARTI 1,470 Mar-05 BATA 14,400
Apr-05 ARTI 1,510 2.72% Apr-05 BATA 16,000 11.11%
May-05 ARTI 750 -50.33% May-05 BATA 14,500 -9.38%
Jun-05 ARTI 750 0.00% Jun-05 BATA 14,600 0.69%
Jul-05 ARTI 750 0.00% Jul-05 BATA 14,800 650 5.82%
Aug-05 ARTI 800 6.67% Aug-05 BATA 14,500 -2.03%
Sep-05 ARTI 800 0.00% Sep-05 BATA 14,500 0.00%
Oct-05 ARTI 810 1.25% Oct-05 BATA 14,500 0.00%
Nov-05 ARTI 800 -1.23% Nov-05 BATA 14,400 -0.69%
Dec-05 ARTI 790 -1.25% Dec-05 BATA 14,500 850 6.60%
Jan-06 ARTI 770 -2.53% Jan-06 BATA 13,100 -9.66%
Feb-06 ARTI 770 0.00% Feb-06 BATA 13,250 1.15%
Mar-06 ARTI 780 1.30% Mar-06 BATA 14,500 9.43%
E-1
Lampiran E Harga, Dividen dan Return Bulanan Saham Aneka Industri (lanjutan)
Periode Kode Harga Dividen Return Periode Kode Harga Dividen Return
Mar-05 BIMA 1,175 Mar-05 ESTI 75
Apr-05 BIMA 1,175 0.00% Apr-05 ESTI 75 0.00%
May-05 BIMA 1,175 0.00% May-05 ESTI 75 0.00%
Jun-05 BIMA 1,150 -2.13% Jun-05 ESTI 75 0.00%
Jul-05 BIMA 1,150 0.00% Jul-05 ESTI 75 0.00%
Aug-05 BIMA 1,150 0.00% Aug-05 ESTI 75 0.00%
Sep-05 BIMA 1,150 0.00% Sep-05 ESTI 75 0.00%
Oct-05 BIMA 1,150 0.00% Oct-05 ESTI 80 6.67%
Nov-05 BIMA 1,150 0.00% Nov-05 ESTI 80 0.00%
Dec-05 BIMA 1,150 0.00% Dec-05 ESTI 80 0.00%
Jan-06 BIMA 1,150 0.00% Jan-06 ESTI 80 0.00%
Feb-06 BIMA 1,150 0.00% Feb-06 ESTI 80 0.00%
Mar-06 BIMA 1,150 0.00% Mar-06 ESTI 80 0.00%
Mar-05 BRAM 800 Mar-05 GDYR 8,050
Apr-05 BRAM 800 0.00% Apr-05 GDYR 7,850 -2.48%
May-05 BRAM 1,000 25.00% May-05 GDYR 8,700 10.83%
Jun-05 BRAM 1,050 25 7.50% Jun-05 GDYR 9,000 3.45%
Jul-05 BRAM 1,100 4.76% Jul-05 GDYR 8,800 234 0.38%
Aug-05 BRAM 1,100 0.00% Aug-05 GDYR 8,100 -7.95%
Sep-05 BRAM 1,250 13.64% Sep-05 GDYR 7,850 -3.09%
Oct-05 BRAM 1,050 -16.00% Oct-05 GDYR 8,050 2.55%
Nov-05 BRAM 1,050 0.00% Nov-05 GDYR 8,050 0.00%
Dec-05 BRAM 940 -10.48% Dec-05 GDYR 8,000 -0.62%
Jan-06 BRAM 1,200 27.66% Jan-06 GDYR 8,400 5.00%
Feb-06 BRAM 1,310 9.17% Feb-06 GDYR 8,300 -1.19%
Mar-06 BRAM 1,250 -4.58% Mar-06 GDYR 8,500 2.41%
Mar-05 CITA 650 Mar-05 GJTL 860
Apr-05 CITA 650 0.00% Apr-05 GJTL 680 -20.93%
May-05 CITA 550 -15.38% May-05 GJTL 740 8.82%
Jun-05 CITA 550 0.00% Jun-05 GJTL 790 6.76%
Jul-05 CITA 400 -27.27% Jul-05 GJTL 740 -6.33%
Aug-05 CITA 400 0.00% Aug-05 GJTL 540 -27.03%
Sep-05 CITA 400 0.00% Sep-05 GJTL 560 3.70%
Oct-05 CITA 400 0.00% Oct-05 GJTL 530 -5.36%
Nov-05 CITA 400 0.00% Nov-05 GJTL 510 -3.77%
Dec-05 CITA 400 0.00% Dec-05 GJTL 560 9.80%
Jan-06 CITA 400 0.00% Jan-06 GJTL 630 12.50%
Feb-06 CITA 400 0.00% Feb-06 GJTL 630 0.00%
Mar-06 CITA 400 0.00% Mar-06 GJTL 650 3.17%
E-2
Lampiran E Harga, Dividen dan Return Bulanan Saham Aneka Industri (lanjutan)
Periode Kode Harga Dividen Return Periode Kode Harga Dividen Return
Mar-05 HDTX 500 Mar-05 INDR 690
Apr-05 HDTX 500 0.00% Apr-05 INDR 610 -11.59%
May-05 HDTX 500 0.00% May-05 INDR 600 -1.64%
Jun-05 HDTX 500 0.00% Jun-05 INDR 580 -3.33%
Jul-05 HDTX 350 -30.00% Jul-05 INDR 570 -1.72%
Aug-05 HDTX 400 14.29% Aug-05 INDR 425 -25.44%
Sep-05 HDTX 400 0.00% Sep-05 INDR 430 1.18%
Oct-05 HDTX 400 0.00% Oct-05 INDR 400 -6.98%
Nov-05 HDTX 450 12.50% Nov-05 INDR 440 10.00%
Dec-05 HDTX 400 -11.11% Dec-05 INDR 470 6.82%
Jan-06 HDTX 400 0.00% Jan-06 INDR 530 12.77%
Feb-06 HDTX 400 0.00% Feb-06 INDR 460 -13.21%
Mar-06 HDTX 400 0.00% Mar-06 INDR 465 1.09%
Mar-05 IKBI 530 Mar-05 KBLI 85
Apr-05 IKBI 530 0.00% Apr-05 KBLI 80 -5.88%
May-05 IKBI 520 -1.89% May-05 KBLI 80 0.00%
Jun-05 IKBI 520 7 1.35% Jun-05 KBLI 80 0.00%
Jul-05 IKBI 420 -19.23% Jul-05 KBLI 80 0.00%
Aug-05 IKBI 355 -15.48% Aug-05 KBLI 70 -12.50%
Sep-05 IKBI 360 1.41% Sep-05 KBLI 70 0.00%
Oct-05 IKBI 540 50.00% Oct-05 KBLI 70 0.00%
Nov-05 IKBI 500 -7.41% Nov-05 KBLI 70 0.00%
Dec-05 IKBI 430 -14.00% Dec-05 KBLI 70 0.00%
Jan-06 IKBI 400 -6.98% Jan-06 KBLI 70 0.00%
Feb-06 IKBI 420 5.00% Feb-06 KBLI 60 -14.29%
Mar-06 IKBI 450 7.14% Mar-06 KBLI 70 16.67%
Mar-05 IMAS 700 Mar-05 KBLM 80
Apr-05 IMAS 710 1.43% Apr-05 KBLM 75 -6.25%
May-05 IMAS 890 25.35% May-05 KBLM 85 13.33%
Jun-05 IMAS 930 4.49% Jun-05 KBLM 85 0.00%
Jul-05 IMAS 870 -6.45% Jul-05 KBLM 80 -5.88%
Aug-05 IMAS 750 -13.79% Aug-05 KBLM 75 -6.25%
Sep-05 IMAS 740 -1.33% Sep-05 KBLM 70 -6.67%
Oct-05 IMAS 730 -1.35% Oct-05 KBLM 70 0.00%
Nov-05 IMAS 720 -1.37% Nov-05 KBLM 75 7.14%
Dec-05 IMAS 1,030 43.06% Dec-05 KBLM 80 6.67%
Jan-06 IMAS 1,030 0.00% Jan-06 KBLM 70 -12.50%
Feb-06 IMAS 1,000 -2.91% Feb-06 KBLM 75 7.14%
Mar-06 IMAS 950 -5.00% Mar-06 KBLM 85 13.33%
E-3
Lampiran E Harga, Dividen dan Return Bulanan Saham Aneka Industri (lanjutan)
Periode Kode Harga Dividen Return Periode Kode Harga Dividen Return
Mar-05 MYRX 30 Mar-05 POLY 45
Apr-05 MYRX 25 -16.67% Apr-05 POLY 45 0.00%
May-05 MYRX 25 0.00% May-05 POLY 45 0.00%
Jun-05 MYRX 25 0.00% Jun-05 POLY 45 0.00%
Jul-05 MYRX 25 0.00% Jul-05 POLY 45 0.00%
Aug-05 MYRX 25 0.00% Aug-05 POLY 45 0.00%
Sep-05 MYRX 25 0.00% Sep-05 POLY 45 0.00%
Oct-05 MYRX 25 0.00% Oct-05 POLY 45 0.00%
Nov-05 MYRX 25 0.00% Nov-05 POLY 45 0.00%
Dec-05 MYRX 25 0.00% Dec-05 POLY 45 0.00%
Jan-06 MYRX 25 0.00% Jan-06 POLY 45 0.00%
Feb-06 MYRX 25 0.00% Feb-06 POLY 45 0.00%
Mar-06 MYRX 25 0.00% Mar-06 POLY 45 0.00%
Mar-05 MYTX 190 Mar-05 RDTX 890
Apr-05 MYTX 195 2.63% Apr-05 RDTX 890 0.00%
May-05 MYTX 180 -7.69% May-05 RDTX 850 -4.49%
Jun-05 MYTX 160 -11.11% Jun-05 RDTX 850 0.00%
Jul-05 MYTX 170 6.25% Jul-05 RDTX 800 -5.88%
Aug-05 MYTX 145 -14.71% Aug-05 RDTX 800 0.00%
Sep-05 MYTX 105 -27.59% Sep-05 RDTX 800 0.00%
Oct-05 MYTX 85 -19.05% Oct-05 RDTX 800 0.00%
Nov-05 MYTX 85 0.00% Nov-05 RDTX 800 0.00%
Dec-05 MYTX 75 -11.76% Dec-05 RDTX 830 3.75%
Jan-06 MYTX 75 0.00% Jan-06 RDTX 830 0.00%
Feb-06 MYTX 70 -6.67% Feb-06 RDTX 900 8.43%
Mar-06 MYTX 75 7.14% Mar-06 RDTX 900 0.00%
Mar-05 PBRX 385 Mar-05 RICY 520
Apr-05 PBRX 365 -5.19% Apr-05 RICY 550 5.77%
May-05 PBRX 370 1.37% May-05 RICY 530 -3.64%
Jun-05 PBRX 370 0.00% Jun-05 RICY 530 0.00%
Jul-05 PBRX 360 -2.70% Jul-05 RICY 500 -5.66%
Aug-05 PBRX 360 0.00% Aug-05 RICY 260 -48.00%
Sep-05 PBRX 350 -2.78% Sep-05 RICY 300 15.38%
Oct-05 PBRX 365 4.29% Oct-05 RICY 300 0.00%
Nov-05 PBRX 370 1.37% Nov-05 RICY 280 -6.67%
Dec-05 PBRX 375 1.35% Dec-05 RICY 255 -8.93%
Jan-06 PBRX 380 1.33% Jan-06 RICY 205 -19.61%
Feb-06 PBRX 380 0.00% Feb-06 RICY 220 7.32%
Mar-06 PBRX 385 1.32% Mar-06 RICY 240 9.09%
Sumber : BEJ
E-4
Lampiran E Harga, Dividen dan Return Bulanan Saham Aneka Industri (lanjutan)
Sumber : BEJ
E-5
Lampiran F Harga, Dividen dan Return Bulanan Saham Properti dan Real Estate
Periode Kode Harga Dividen Return Periode Kode Harga Dividen Return
Mar-05 BIPP 115 Mar-05 CTRA 650
Apr-05 BIPP 95 -17.39% Apr-05 CTRA 550 -15.38%
May-05 BIPP 90 -5.26% May-05 CTRA 550 0.00%
Jun-05 BIPP 80 -11.11% Jun-05 CTRA 620 12.73%
Jul-05 BIPP 85 6.25% Jul-05 CTRA 600 -3.23%
Aug-05 BIPP 65 -23.53% Aug-05 CTRA 350 -41.67%
Sep-05 BIPP 65 0.00% Sep-05 CTRA 320 -8.57%
Oct-05 BIPP 60 -7.69% Oct-05 CTRA 275 -14.06%
Nov-05 BIPP 50 -16.67% Nov-05 CTRA 280 1.82%
Dec-05 BIPP 60 20.00% Dec-05 CTRA 300 7.14%
Jan-06 BIPP 60 0.00% Jan-06 CTRA 445 48.33%
Feb-06 BIPP 60 0.00% Feb-06 CTRA 420 -5.62%
Mar-06 BIPP 60 0.00% Mar-06 CTRA 435 3.57%
Mar-05 BKSL 210 Mar-05 CTRS 1,630
Apr-05 BKSL 220 4.76% Apr-05 CTRS 1,370 -15.95%
May-05 BKSL 185 -15.91% May-05 CTRS 1,380 0.73%
Jun-05 BKSL 140 -24.32% Jun-05 CTRS 1,370 -0.72%
Jul-05 BKSL 140 0.00% Jul-05 CTRS 650 -52.55%
Aug-05 BKSL 115 -17.86% Aug-05 CTRS 385 -40.77%
Sep-05 BKSL 115 0.00% Sep-05 CTRS 360 -6.49%
Oct-05 BKSL 115 0.00% Oct-05 CTRS 320 -11.11%
Nov-05 BKSL 115 0.00% Nov-05 CTRS 370 15.63%
Dec-05 BKSL 115 0.00% Dec-05 CTRS 420 13.51%
Jan-06 BKSL 115 0.00% Jan-06 CTRS 540 28.57%
Feb-06 BKSL 115 0.00% Feb-06 CTRS 490 -9.26%
Mar-06 BKSL 115 0.00% Mar-06 CTRS 590 20.41%
Mar-05 BMSR 95 Mar-05 DART 340
Apr-05 BMSR 80 -15.79% Apr-05 DART 250 -26.47%
May-05 BMSR 85 6.25% May-05 DART 220 -12.00%
Jun-05 BMSR 80 -5.88% Jun-05 DART 220 0.00%
Jul-05 BMSR 80 0.00% Jul-05 DART 220 0.00%
Aug-05 BMSR 75 -6.25% Aug-05 DART 210 -4.55%
Sep-05 BMSR 55 -26.67% Sep-05 DART 270 28.57%
Oct-05 BMSR 80 45.45% Oct-05 DART 270 0.00%
Nov-05 BMSR 80 0.00% Nov-05 DART 245 -9.26%
Dec-05 BMSR 75 -6.25% Dec-05 DART 280 14.29%
Jan-06 BMSR 65 -13.33% Jan-06 DART 260 -7.14%
Feb-06 BMSR 70 7.69% Feb-06 DART 250 -3.85%
Mar-06 BMSR 65 -7.14% Mar-06 DART 300 20.00%
Sumber : BEJ
F-1
Lampiran F Harga, Dividen dan Return Bulanan Saham Properti dan Real Estate (lanjutan)
Periode Kode Harga Dividen Return Periode Kode Harga Dividen Return
Mar-05 DILD 360 Mar-05 JAKA 25
Apr-05 DILD 325 -9.72% Apr-05 JAKA 25 0.00%
May-05 DILD 320 -1.54% May-05 JAKA 25 0.00%
Jun-05 DILD 315 -1.56% Jun-05 JAKA 25 0.00%
Jul-05 DILD 290 -7.94% Jul-05 JAKA 25 0.00%
Aug-05 DILD 205 -29.31% Aug-05 JAKA 25 0.00%
Sep-05 DILD 165 -19.51% Sep-05 JAKA 25 0.00%
Oct-05 DILD 185 12.12% Oct-05 JAKA 25 0.00%
Nov-05 DILD 185 0.00% Nov-05 JAKA 25 0.00%
Dec-05 DILD 185 0.00% Dec-05 JAKA 25 0.00%
Jan-06 DILD 220 18.92% Jan-06 JAKA 25 0.00%
Feb-06 DILD 210 -4.55% Feb-06 JAKA 25 0.00%
Mar-06 DILD 210 0.00% Mar-06 JAKA 25 0.00%
Mar-05 DUTI 1,020 Mar-05 JRPT 2,525
Apr-05 DUTI 940 -7.84% Apr-05 JRPT 2,475 -1.98%
May-05 DUTI 1,030 9.57% May-05 JRPT 2,400 -3.03%
Jun-05 DUTI 1,150 11.65% Jun-05 JRPT 2,350 25 -1.04%
Jul-05 DUTI 1,020 -11.30% Jul-05 JRPT 2,350 0.00%
Aug-05 DUTI 710 -30.39% Aug-05 JRPT 1,730 -26.38%
Sep-05 DUTI 680 -4.23% Sep-05 JRPT 1,900 9.83%
Oct-05 DUTI 670 -1.47% Oct-05 JRPT 1,900 0.00%
Nov-05 DUTI 620 -7.46% Nov-05 JRPT 1,900 0.00%
Dec-05 DUTI 650 4.84% Dec-05 JRPT 1,890 -0.53%
Jan-06 DUTI 840 29.23% Jan-06 JRPT 1,900 0.53%
Feb-06 DUTI 810 -3.57% Feb-06 JRPT 1,900 0.00%
Mar-06 DUTI 830 2.47% Mar-06 JRPT 2,300 21.05%
Mar-05 GMTD 340 Mar-05 KARK 35
Apr-05 GMTD 340 0.00% Apr-05 KARK 25 -28.57%
May-05 GMTD 325 -4.41% May-05 KARK 25 0.00%
Jun-05 GMTD 325 0.00% Jun-05 KARK 30 20.00%
Jul-05 GMTD 325 0.00% Jul-05 KARK 30 0.00%
Aug-05 GMTD 325 0.00% Aug-05 KARK 25 -16.67%
Sep-05 GMTD 325 0.00% Sep-05 KARK 25 0.00%
Oct-05 GMTD 325 0.00% Oct-05 KARK 25 0.00%
Nov-05 GMTD 325 0.00% Nov-05 KARK 30 20.00%
Dec-05 GMTD 365 12.31% Dec-05 KARK 25 -16.67%
Jan-06 GMTD 310 -15.07% Jan-06 KARK 25 0.00%
Feb-06 GMTD 320 3.23% Feb-06 KARK 25 0.00%
Mar-06 GMTD 335 4.69% Mar-06 KARK 25 0.00%
Sumber : BEJ
F-2
Lampiran F Harga, Dividen dan Return Bulanan Saham Properti dan Real Estate (lanjutan)
Periode Kode Harga Dividen Return Periode Kode Harga Dividen Return
Mar-05 KIJA 145 Mar-05 MDLN 370
Apr-05 KIJA 115 -20.69% Apr-05 MDLN 280 -24.32%
May-05 KIJA 125 8.70% May-05 MDLN 290 3.57%
Jun-05 KIJA 125 0.00% Jun-05 MDLN 290 0.00%
Jul-05 KIJA 125 0.00% Jul-05 MDLN 290 0.00%
Aug-05 KIJA 90 -28.00% Aug-05 MDLN 195 -32.76%
Sep-05 KIJA 100 11.11% Sep-05 MDLN 160 -17.95%
Oct-05 KIJA 90 -10.00% Oct-05 MDLN 155 -3.13%
Nov-05 KIJA 85 -5.56% Nov-05 MDLN 150 -3.23%
Dec-05 KIJA 90 5.88% Dec-05 MDLN 165 10.00%
Jan-06 KIJA 90 0.00% Jan-06 MDLN 240 45.45%
Feb-06 KIJA 110 22.22% Feb-06 MDLN 270 12.50%
Mar-06 KIJA 140 27.27% Mar-06 MDLN 285 5.56%
Mar-05 LPCK 360 Mar-05 MLND 675
Apr-05 LPCK 335 -6.94% Apr-05 MLND 675 0.00%
May-05 LPCK 310 -7.46% May-05 MLND 675 0.00%
Jun-05 LPCK 290 -6.45% Jun-05 MLND 675 0.00%
Jul-05 LPCK 300 3.45% Jul-05 MLND 675 0.00%
Aug-05 LPCK 280 -6.67% Aug-05 MLND 675 0.00%
Sep-05 LPCK 320 14.29% Sep-05 MLND 675 0.00%
Oct-05 LPCK 325 1.56% Oct-05 MLND 675 0.00%
Nov-05 LPCK 290 -10.77% Nov-05 MLND 675 0.00%
Dec-05 LPCK 255 -12.07% Dec-05 MLND 675 0.00%
Jan-06 LPCK 270 5.88% Jan-06 MLND 675 0.00%
Feb-06 LPCK 250 -7.41% Feb-06 MLND 675 0.00%
Mar-06 LPCK 245 -2.00% Mar-06 MLND 675 0.00%
Mar-05 LPKR 1,500 Mar-05 OMRE 110
Apr-05 LPKR 1,480 -1.33% Apr-05 OMRE 110 0.00%
May-05 LPKR 1,470 -0.68% May-05 OMRE 110 0.00%
Jun-05 LPKR 1,470 0.00% Jun-05 OMRE 110 0.00%
Jul-05 LPKR 1,630 10.88% Jul-05 OMRE 110 0.00%
Aug-05 LPKR 1,620 -0.61% Aug-05 OMRE 110 0.00%
Sep-05 LPKR 1,630 0.62% Sep-05 OMRE 90 -18.18%
Oct-05 LPKR 1,650 1.23% Oct-05 OMRE 90 0.00%
Nov-05 LPKR 1,680 1.82% Nov-05 OMRE 90 0.00%
Dec-05 LPKR 1,750 4.17% Dec-05 OMRE 75 -16.67%
Jan-06 LPKR 1,800 2.86% Jan-06 OMRE 75 0.00%
Feb-06 LPKR 1,820 1.11% Feb-06 OMRE 75 0.00%
Mar-06 LPKR 1,980 8.79% Mar-06 OMRE 125 66.67%
Sumber : BEJ
F-3
Lampiran F Harga, Dividen dan Return Bulanan Saham Properti dan Real Estate (lanjutan)
Periode Kode Harga Dividen Return Periode Kode Harga Dividen Return
Mar-05 PWON 510 Mar-05 SIIP 400
Apr-05 PWON 440 -13.73% Apr-05 SIIP 335 -16.25%
May-05 PWON 470 6.82% May-05 SIIP 350 4.48%
Jun-05 PWON 500 6.38% Jun-05 SIIP 370 5.71%
Jul-05 PWON 455 -9.00% Jul-05 SIIP 370 0.00%
Aug-05 PWON 450 -1.10% Aug-05 SIIP 255 -31.08%
Sep-05 PWON 485 7.78% Sep-05 SIIP 210 -17.65%
Oct-05 PWON 420 -13.40% Oct-05 SIIP 185 -11.90%
Nov-05 PWON 420 0.00% Nov-05 SIIP 190 2.70%
Dec-05 PWON 465 10.71% Dec-05 SIIP 190 0.00%
Jan-06 PWON 420 -9.68% Jan-06 SIIP 235 23.68%
Feb-06 PWON 500 19.05% Feb-06 SIIP 230 -2.13%
Mar-06 PWON 500 0.00% Mar-06 SIIP 235 2.17%
Mar-05 RBMS 100 Mar-05 SMDM 195
Apr-05 RBMS 95 -5.00% Apr-05 SMDM 150 -23.08%
May-05 RBMS 100 5.26% May-05 SMDM 170 13.33%
Jun-05 RBMS 90 -10.00% Jun-05 SMDM 160 -5.88%
Jul-05 RBMS 90 0.00% Jul-05 SMDM 140 -12.50%
Aug-05 RBMS 85 -5.56% Aug-05 SMDM 100 -28.57%
Sep-05 RBMS 70 -17.65% Sep-05 SMDM 100 0.00%
Oct-05 RBMS 70 0.00% Oct-05 SMDM 65 -35.00%
Nov-05 RBMS 60 -14.29% Nov-05 SMDM 40 -38.46%
Dec-05 RBMS 60 0.00% Dec-05 SMDM 110 175.00%
Jan-06 RBMS 80 33.33% Jan-06 SMDM 120 9.09%
Feb-06 RBMS 70 -12.50% Feb-06 SMDM 140 16.67%
Mar-06 RBMS 65 -7.14% Mar-06 SMDM 125 -10.71%
Mar-05 RODA 90 Mar-05 SMRA 980
Apr-05 RODA 80 -11.11% Apr-05 SMRA 870 -11.22%
May-05 RODA 85 6.25% May-05 SMRA 960 10.34%
Jun-05 RODA 90 5.88% Jun-05 SMRA 1030 7.29%
Jul-05 RODA 85 -5.56% Jul-05 SMRA 1050 18 3.69%
Aug-05 RODA 60 -29.41% Aug-05 SMRA 770 -26.67%
Sep-05 RODA 55 -8.33% Sep-05 SMRA 740 -3.90%
Oct-05 RODA 50 -9.09% Oct-05 SMRA 730 -1.35%
Nov-05 RODA 30 -40.00% Nov-05 SMRA 740 1.37%
Dec-05 RODA 50 66.67% Dec-05 SMRA 750 1.35%
Jan-06 RODA 50 0.00% Jan-06 SMRA 870 16.00%
Feb-06 RODA 35 -30.00% Feb-06 SMRA 850 -2.30%
Mar-06 RODA 40 14.29% Mar-06 SMRA 1030 21.18%
Sumber : BEJ
F-4
Lampiran F Harga, Dividen dan Return Bulanan Saham Properti dan Real Estate (lanjutan)
Sumber : BEJ
F-5
Lampiran G Expected Return, Standar Deviasi Return, dan Sharpe’s Measure Saham Aneka Industri
G
Lampiran H Expected Return, Standar Deviasi Return, dan Sharpe’s Measure Saham Properti dan
Real Estat
H
Lampiran I Perhitungan Sharpe’s Measure IHSG
I
Lampiran J Perbandingan Sharpe’s Measure untuk Aneka Industri, Properti dan IHSG
0.5000000
0.0000000
Sharpe's Measure
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25
-0.5000000
-1.0000000
-1.5000000
-2.0000000
Saham
J
Lampiran K Karakteristik Keuangan Sektor Aneka Industri
K
Lampiran L Karakteristik Keuangan Sektor Properti
L
Lampiran M Tabel Durbin-Watson