Makalah Perdagangan Anak: Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakanga

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 12

Makalah Perdagangan Anak

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakanga
Anak sebagai manusia yang masih kecil, sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik
mental maupun intelektualnya. Pada masa perkembangan tersebut setiap anak sedang berusaha
mengenal dan mempelajari nilai-nilai yang berlaku di masyarakat serta berusaha meyakininya
sebagai bagian dari dirinya. Kondisi anak-anak tersebut sangat rentan untuk disalahgunakan oleh
orang yang lebih dewasa. Salah satu penyalahgunaan terhadap anak adalah dengan
memperdagangkan mereka.
Data UNICEF menyebutkan setiap tahun ada sekitar 1,2 juta anak di dunia menjadi
korban perdagangan anak. Di Indonesia, sebanyak 100.000 anak menjadi korban perdagangan
anak setiap tahun, dan dari jumlah tersebut, 40.000 hingga 70.000 di antaranya menjadi korban
prostitusi. Anak-anak yang terjebak dalam lembah prostitusi itu tersebar di 75.106 lokasi di
Indonesia. Ini tidak mengherankan, karena di dunia ada sekitar 3.000 organisasi perdagangan
anak, yang setiap waktu bisa mengancam keselamatan anak-anak,
Perdagangan anak adalah permasalahan yang harus segera ditangani bukan hanya pada
permukaannya saja, tetapi penanganannya harus tuntas sampai kepada akarnya. Anak-anak
diperdagangkan dengan berbagai tujuan, banyak dari mereka yang berada pada kondisi yang
mirip dengan perbudakan dimana anak tersebut tidak diberikan kebebasan oleh pemiliknya.
Pengetahuan tentang perdagangan anak di Indonesia masih terbatas. Namun demikian ada
indikasi kuat bahwa hal tersebut menjadi perhatian utama, tidak hanya menyangkut perdagangan
didalam batas negara saja tetapi juga ada yang diperdagangkan antar negara.
Orang tua, keluarga dan masyarakat bertanggung jawab untuk menjaga dan memelihara
hak anak sesuai kewajiban yang dibebankan oleh hukum. Demikian juga dalam rangka
penyelenggaraan perlindungan anak, negara bertanggung jawab menyediakan fasilitas dan
aksesbilitas bagi anak, terutama dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya secara
optimal dan terarah baik fisik, mental, spiritual maupun sosial yang dimaksudkan untuk
mewujudkan kehidupan terbaik bagi anak sebagai penerus bangsa.
Indonesia telah mengambil kebijakan untuk meniadakan perdagangan anak, namun
implementasi kebijakan tersebut masih dirasa kurang dan memang belum secara maksimal dalam
mencegah masalah perdagangan anak ini.
2.1 Rumusan Masalah
Dari permasalahan tersebut maka dalam penelitian Studi kasus ini dapat di jabarkan dalam
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Trafficking?
2. Apa kebijakan yang terkait dengan anak yang diperdagangkan ?
3. Bagaimana karakteristik anak yang diperdagangkan?
4. Apa saja yang terkait dalam mengurangi perdagangan anak ini?
2.2 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa itu Trafficking
2. Memahami seperti apakah perdagangan anak bisa terjadi
3. Memahami karakter seperti apakah anak-anak yang diperdagangkan
4. Pencegahan yang harus dilakukan dalam menangani Trafficking
2.3 Manfaat Penulisan
1. Memberi sumbangan pengetahuan tentang implementasi kebijakan pemerintah mengenai anak
yang diperdagangkan.
2. Memberi gambaran mengenai anak yang diperdagangkan untuk menjadi bahan perhatian bagi
pemerhati masalah kesejahteraan sosial khususnya tentang permasalahan anak.
2.4 Metode Penulisan
1. Kajian Pustaka
2. Internet

BAB 2
LANDASAN TEORI
Sejarah perdagangan manusia pertama kali tercatatkan dalam Quran surat Yusuf ayat 20
Dan mereka menjual Yusuf dengan harga murah
Perbudakan dan perdagangan budak adalah salah satu bentuk pelanggaran hak asasi
manusia yang pertama, yang diakui merupakan kejahatan internasional, walaupun kejahatan itu
baru merupakan subyek dan perjanjian internasional yang komprehensif ketika konvensi
perbudakan tahun 1926 diadopsi. Bentuk tradisional dari perbudakan dan perdagangan budak
memang hampir tidak ada lagi, namun bentuk lain dari perbudakan tetap ada seperti
perhambaan (servitude), kerja paksa (forced labour) dan perdagangan manusia khususnya wanita
dan anak-anak juga termasuk didalamnya perdagangan organ-organ tubuh manusia seperti
belakngan ini sedang marak dibicarakan.
Perdagangan anak, Child Trafficking di Indonesia telah mendapat perhatian dari berbagai
kalangan, antara lain para peneliti, sebagaimana kita temukan dari beberapa literatur hasil
penelitian mereka. Irwanto, Ph.D, Psikolog Universitas Atmajaya, Fentiny
Nugroho dan Johanna Debora Imelda, melakukan penelitian pada tahun 2001 di empat lokasi
Pulau Bali, Jakarta, Medan, dan Pulau Batam tentang perdagangan anak yang bertujuan antara
lain: menggambarkan kebijakan-kebijakan nasional yang relevan dengan masalah perdagangan
anak, dan menjelaskan gejala-gejala yang dijumpai dalam perdagangan anak di Indonesia
terutama Jakarta, Medan, Bali, dan Batam. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif dengan informan meliputi pejabat pemerintah, penegak hukum, aktivis LSM, pendidik,
dan akademisi, serta wartawan.
Kesimpulan penelitian yang dituangkan dalam buku Perdagangan Anak di Indonesia,
2001 (Irwanto, 2001:126-134) adalah: Karena kompleksnya masalah perdagangan anak, maka
perlu upaya menggalang kerja sama melalui kemitraan yang menjadi satu-satunya cara yang
harus dikembangkan di masa datang supaya penanganan masalah ini menjadi lebih efektif.
Mengatasi permasalahan perdagangan anak tidak hanya melibatkan satu lembaga, akan
tetapi harus melibatkan semua pemangku kepentingan yang ada di masyarakat, yaitu instansi-
instansi pemerintah, LSM, organisasi kemasyarakatan yang tergabung dalam sebuah kemitraan
yang diperkuat oleh peraturan pemerintah, paling tidak keputusan menteri untuk bersama-sama
menangani masalah perdagangan anak.
Penelitian International Labor Organization (ILO) tentang Pekerja Rumah Tangga Anak
di Indonesia pada tahun 2002, yang kemudian hasilnya dipublikasikan melalui buku Bunga-
Bunga Di Atas Padas : Fenomena Pekerja Rumah Tangga Di Indonesia, menyimpulkan tidak
tertutup kemungkinan pada penyaluran Pekerja Rumah Tangga Anak terjadi trafiking anak.
Hal ini setidaknya diindikasikan dengan terdapatnya Pekerja Rumah Tangga Anak yang
ketika berangkat dari kampungnya, tidak untuk dijadikan sebagai Pekerja Rumah Tangga, tetapi
dipekerjakan di tempat lain yang tidak sesuai dengan perjanjian semula (Pandji Putranto, dkk.,
2004:190) .
Masalah kemiskinan dan kurangnya koordinasi pemerintah didalam memberikan
penyuluhan terhadap seluruh rakyat indonesia tentang betapa berbahayanya dampak atau akibat
yang ditimbulkan dari human trafficking itu sendiri. Pemerintah harusnya memberikan
pengarahan baik dari segi agama, moral, hukum dan juga ekonomi.
Industri seks sebagai salah satu contohnya, selain menimbulkan human, social and
economic cost yang tinggi, juga menyebarkan penyakit kelamin dan HIV/AIDS. Bagi anak yang
dilacurkan, terampaslah peluang mereka untuk memperoleh pendidikan dan untuk mencapai
potensi pengembangan sepenuhnya, yang berarti merusak sumber daya manusia yang vital untuk
pembangunan bangsa.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Definisi Konsep
Perdagangan anak yang dipahami dalam makalah ini perdagangan manusia:
Perdagangan manusia berarti pengerahan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau
penerimaan orang dengan menggunakan berbagai ancaman atau paksaan atau bentuk-bentuk lain
dari kekerasan, penculikan, penipuan, muslihat, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan
berupa pemberian atau penerimaan pembayaran atau keuntungan untuk mendapatkan izin dari
orang yang memiliki kendali atas orang lain untuk tujuan eksploitasi.
Trafiking, menurut ICMC/ACIL tidak hanya merampas hak asasi tapi juga membuat
mereka rentan terhadap pemukulan, penyakit, trauma dan bahkan kematian. Pelaku trafiking
menipu, mengancam, mengintimidasi dan melakukan tindak kekerasan untuk menjerumuskan
korban ke dalam prostitusi.
Pelaku trafiking menggunakan berbagai teknik untuk menanamkan rasa takut pada
korban supaya bisa terus diperbudak oleh mereka. Menurut ICMC/ACIL, beberapa cara yang
dilakukan oleh pelaku terhadap korban antara lain (ICMC/ACIL-Mimpi Yang Terkoyak, 2005):
1. Menahan gaji agar korban tidak memiliki uang untuk melarikan diri
2. Menahan paspor, visa dan dokumen penting lainnya agar korban tidak dapat bergerak leluasa
karena takut ditangkap polisi;
3. Memberitahu korban bahwa status mereka ilegal dan akan dipenjara serta dideportasi jika
mereka berusaha kabur
4. Mengancam akan menyakiti korban dan/atau keluarganya
5. Membatasi hubungan dengan pihak luar agar korban terisolasi dari mereka yang dapat menolong
6. Membuat korban tergantung pada pelaku trafiking dalam hal makanan, tempat tinggal,
komunikasi jika mereka di tempat di mana mereka tidak paham bahasanya, dan dalam
perlindungan dari yang berwajib
7. Memutus hubungan antara pekerja dengan keluarga dan teman

3.2 Anak dan Hak Anak


Anak adalah manusia yang belum matang, didefinisikan dalam hukum internasional
adalah mereka yang berusia dibawah 18 tahun. Masa kanak-kanak adalah suatu tahapan dalam
siklus kehidupan anak sebelum mereka mendapat peran dan bertanggung jawab penuh sebagai
orang dewasa. Masa anak masih memerlukan perhatian dan perlindungan khusus, seiring dengan
persiapan menuju pada kehidupan mereka menjadi orang dewasa. Meskipun demikian, setiap
kebudayaan memiliki kata yang berbeda untuk berbagai tahapan dalam masa kanak-kanak, dan
harapan tentang apa yang dapat dilakukan anak pada masing-masing tahapan.
Anak bukanlah obyek namun subyek dari hak-hak asasi manusia. Sebagaimana
dijelaskan dalam seluruh dokumen Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa. Seorang
anak memiliki kebutuhan atas kesehatan, pendidikan dan pengalaman. Mereka juga pengguna
dari pelayanan seperti perumahan air dan sanitasi. Oleh karena itu penelitian seluruh kehidupan
anak dan bukan hanya berkonsentrasi pada satu aspek saja.
Indonesia telah meratifikasi KHA (CRC). Ini berarti bahwa bekerja dengan anak
mencakup mereka yang berusia antara 0 18 tahun. Hak-hak dalam CRC juga berarti bahwa
seluruh keputusan yang diambil oleh orang dewasa atas nama anak-anak harus diperhitungkan
bagi kepentingan terbaik anak, dengan mempertimbangkan pendapat-pendapat mereka secara
berkelanjutan karena mereka mengembangkan kemampuan untuk mengekspresikan dirinya
sendiri. Penelitian ini harus memperhitungkan pendapat anak, dengan menggunakan metode
yang membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasan sehingga mereka tidak
dirugikan.
3.3 Anak Yang Di Perdagangkan
Perdagangan anak adalah suatu permasalahan yang berdampak pada negara diseluruh
dunia. Pada umumnya alur perdagangan adalah dari megara-negara yang kurang berkembang
menuju negara-negara industri, termasuk amerika serikat atau menuju negara-negara tetangga
yang secara marjinal mempunyai standard hidup yang lebih baik. Perdagangan anak merupakan
tindak kejahatan yang bergerak dibawah tanah maka tidak ada data statistik yang pasti mengenai
batasan permasalahan dan perkiraan-perkiraan yang tepat.
Definisi pemerintah Amerika Serikat mengenai perdagangan manusia khususnya anak
meliputi : Semua tindakan yang terlibat dalam memindahkan, menahan atau menjual manusia
didalam suatu bangsa atau perbatasan internasional melalui pemasaan, penculikan, atau
dengan penipuan dengan tujuan menempatkan orang-orang dalam situasi kerja paksa atau
pelayanan seperti prostitusi yang terpaksa, pembantu rumah tangga, alat pembayar hutang, atau
praktek-praktek perbudakan sejenis.
Ada beberapa bentuk perdagangan manusia yang terjadi pada perempuan dan anak :
a. Kerja paksa seks dan ekploitasi Seks baik diluar maupun di dalam negeri.
Dalam banyak kasus, perempuan dan anak-anak dijanjikan bekerja sebagai buruh migran, PRT,
pekerja restoran, penjaga toko, atau pekerjaan tanpa keahlian tetapi kemudian dipaksa bekerja
pada industri seks saat mereka tiba di daerah tujuan. Kasus lain menyebutkan, beberapa
perempuan tahu bahwa mereka akan memasuki industri seks tetapi mereka ditipu dengan kondisi
kerja dan mereka dikekang dibawah paksaan dan tidak diperbolehkan menolak bekerja.
b. Pembantu Rumah Tangga (PRT).
Baik diluar maupun didalam negeri, anak yang diperdagangkan ke dalam kondisi kerja yang
sewenang-wenang termasuk jam kerja wajib yang sangat panjang, penyekapan illegal, upah yang
tidak dibayar atau dikurangi, kerja karena jeratan utang, penyiksaan fisik ataupun psikoligis,
penyerangan seksual, tidak diberi makan atau kurang makanan, dan tidak boleh menjalankan
agamanya atau diperintah untuk melanggar agamanya. Beberapa majikan dan agen menyita
paspor dan dokumen lain untuk memastiklan para pembantu tersebut tidak mencoba melarikan
diri.
c. Bentuk lain dari kerja migran .
Baik diluar maupun dalam negeri, meskipun banyak orang Indonensia yang bermigrasi sebagai
PRT , yang lainnya dijanjikan mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian dipabrik,
restoran, industri cottage, atau toko kecil. Beberapa dari buruh migran ini ditarik kedalam
kondisi kerja yang sewenang-wenang dan berbahaya dengan bayaran sedikit atau bahkan tidak
dibayar sama sekali. Banyak juga yang dijebak ketempat kerja seperti melalui jeratan utang,
paksaan atau kekerasan.
Perdagangan anak terjadi di seluruh Indonesia dengan beberapa ditenggarai sebagai
daerah pengirim/asal, penerima dan transit, secara umum daerah-daerah itu terkait dengan
daerah-daerah pengirim/asal, penerima dan transit untuk buruh migran, karena biasanya trafiking
akan memangsa orang-orang yang mencari kerja jauh dari rumah/tempat asal mereka.
a. Daerah pengirim/asal : daerah pengirim/asal adalah daerah asal korban, Daerah pengirim
cenderung merupakan daerah yang minim dan biasanya pedesaan dan relatif miskin. Daerah-
daerah pengirim ini biasanya berlokasi di Jawa, miskipun Lombok, Sulawesi Utara dan Lampung
juga dikenal sebagai daerah pengirim.
b. Daerah penerima : daerah penerima adalah daerah-daerah kemana para korban
dikirim. Tujuan tertentu mempunyai ciri trafiking tertentu. Misalnya ;
Kerja seks secara paksa : Batam, Jakarta, Bali, Surabaya, Papua dan daerah lainnya
dimana industri seks dan pariwisata ditemukan di Indoensia, Jepang, Malaysia, Singapura dan
Korea Selatan dikenal sebagai daerah tujuan Internasional.
Indonesia sebagai negara penerima : Ada beberapa bukti bahwa para perempuan juga
ditrafik ke Indonesia dari Asia dan Eropa untuk bekerja di industri seks. Daerah Transit, Daerah
transit adalah daerah-daerah yang dilewati oleh para korban sebelum sampai ketempat tujuan,
kebanyakan daerah transit adalah daerah-daerah yang memiliki pelabuhan, bandara, terminal
transportasi darat yang besar dan daerah-daerah perbatasan International, ini termasuk Jakarta,
Batam, Surabaya, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat dan Lampung.
3.4 Unsur-Unsur Perdagangan Anak
Adapun unsur-unsur yang bisa menjadi indikasi adanya perdagangan anak adalah
1. Unsur kegiatan /aksi yang meliputi perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penampungan atau
penerimaan orang (manusia)
2. Unsur sarana menjamin kegiatan/aksi yang meliputi ancaman, atau paksaan dengan kekerasan
atau dengan cara-cara kekerasan lain, penculikan, penipuan, penyiksaan / penganiayaan,
pemberian atau penerimaan pembayaran, atau tindakan penyewaan untuk mendapatkan
keuntungan atau pembayaran tertentu untuk persetujuan atau mengendalikan orang lain
3. Unsur maksud kegiatan/aksi yang meliputi eksploitasi pada anak dengan cara-cara tertentu

3.5 Faktor-faktor Penyebab


Terdapat banyak penyebab perdagangan anak. Sebab-sebab ini rumit dan seringkali
saling memperkuat satu sama lain. Jika melihat perdagangan anak sebagai pasar global, para
korban merupakan persediannya, dan para majikan yang kejam atau pelaku eksploitasi seksual
mewakili permintaan.
1. Penyediaan korban didorong oleh banyak faktor termasuk kemiskinan, daya tarik standar hidup
di tempat lain yang dirasakan lebih tinggi, lemahnya strukur sosial dan ekonomi, kurangnya
kesempatan bekerja, kejahatan yang terorganisir, kekerasan terhadap wanita dan anak-anak,
diskriminasi terhadapt wanita, korupsi pemerintah, ketidakstabilan politik, konflit bersenjata, dan
tradisi-tradisi budaya seperti perbudakan tradisional. Di beberapa masyarakat, sebuah tradisi
memungkinkan anak ketiga atau keempat dikirim untuk hidup dan bekerja di kota dengan
seorang anggota keluarga jauh (seringkali seorang "paman"), dengan janji akan memberi
pendidikan dan pelajaran berdagang kepada anak. Dengan mengambil keuntungan dari tradisi
ini, para pelaku perdagangan seringkali memposisikan diri mereka sebagai agen pekerjaan, yang
membujuk para orang tua untuk berpisah dengan seorang anak, tetapi kemudian
memperdagangkan anak tersebut untuk bekerja sebagai pekerja seks, pelayan rumah, atau
perusahaan komersil. Akhirnya, keluarga tersebut hanya menerima sedikit upah kalaupun ada,
sedangkan anak tersebut tetap tidak bersekolah dan tidak mendapatkan pelatihan, serta terpisah
dari keluarganya, dan harapan akan kesempatan ekonomi pun tidak pernah terwujud.
2. Di sisi permintaan, faktor-faktor yang membawa pada perdagangan manusia mencakup industri
seks, dan permintaan akan tenaga kerja yang dapat dieksploitasi. Pariwisata seks dan pronografi
anak telah menjadi industri dunia luas, yang difasilitasi oleh teknologi seperti internet, yang
secara berlebihan memperluas pilihan-pilihan yang tersedia bagi para pelanggan dan
memungkinkan adanya transaksi yang cepat dan hampir tidak terdeteksi. Perdagangan manusia
juga ditimbulkan oleh adanya permintaan global atas tenaga kerja yang murah, rentan, dan ilegal.
Misalnya, salah satu permintaan terbesar di negara-negara makmur Asia Timur adalah pelayan
rumah tangga yang terkadang menjadi korban eksploitasi atau kerjapaksa.

3.6 Modus Operandi


Para pelaku perdagangan mencari orang-orang yang rentan sebagai mangsanya. Sasaran
mereka seringkali adalah anak-anak dan wanita muda, dan cara mereka sangat kreatif dan kejam,
direncanakan untuk menipu, mencurangi, dan memenangkan kepercayaan diri korban-korban
potensial. Seringkali kelicikan ini dilakukan dengan memberikan janji-janji pernikahan,
pekerjaan, kesempatan mendapat pendidikan, atau kehidupan yang lebih baik.
Misalnya, pelaku perdagangan dapat berpura-pura sebagai pedagang yang sukses,
membujuk orang tua sang gadis dengan mengatakan bahwa dia adalah pasangan yang cocok.
Setelah menikah, gadis tersebut disiksa secara seksual dan dijual sebagai pekerja seks. Beberapa
pria diketahui telah "menikahi" lebih dari selusin wanita dari desa yang berbeda dengan
menggunakan taktik ini.
3.7 Temuan Peristiwa
Pemenuhan dan perlindungan hak anak merupakan pusat dari seluruh upaya untuk
mencegah dan memberantas perdagangan anak. Anak-anak yang menjadi korban harus
diidentifikasi sebagaimana mestinya. Kepentingan anak tentunya menjadi pertimbangan utama
dalam memberikan bantuan dan perlindungan secara tepat. Semua pihak terutama negara dan
masyarakat memiliki tanggung jawab untuk bertindak segera guna mencegah perdagangan anak,
menuntut para oknum pelaku perdaganyan anak, serta membantu dan melindungi korban.
Langkah-langkah anti perdagangan anak haruslah digalakkan dengan mengatasi akar
permasalahan, membasmi keterlibatan atau keterkaitan sektor publik, memberikan bantuan
hukum, menjamin korban memperoleh perawatan fisik dan psikologis yang memadahi
dan mengembalikan ke daerah/negara asal. Dalam mengatasi permasalahan ini Departemen
Sosial mengembangkan pelayanan melalui Rumah Perlindungan Sementara Anak (RPSA).
Menurut informan yang kesehariannya adalah pengurus RPSA ada terdapat 112 kasus
yang ditangani oleh Rumah Rerlindungan Sementara Anak (th 2006). Beberapa kasus yang
menyangkut anak yang diperdagangkan antara lain ;
Kasus 1
Tsunami menyebabkan terpisahnya anak dengan orang tuanya (sparate children). Pada
waktu terjadi Tsunami di aceh dan sekitarnya, termasuk daerah Nias ada beberapa oknum yang
memanfaatkan kondisi tersebut yaitu dengan membawa anak-anak tersebut ke Jakarta. Kasus
anak nias ketika terjadi korban tsunami yang di bawa ke Jakarta tanpa dokumen yang jelas dan
ketika dimintai penjelasan argumennya ada unsur kebohongan. Anak tersebut akan diperjual
belikan kepada orang lain yang dengan memobilisasi dan ada motif ekonomi.
Kasus 2
Anak sulung dari tiga bersaudara. Ayahnya meninggalkan ia dan ibunya ketika ia masih
kecil. Karena tidak tahan menjanda ibunya menikah lagi dengan seorang laki-kali yang lebih
muda yang tidak mempunyai pekerjaan tetap. Ibunya sering disakiti oleh suaminya. B
memutuskan bekerja setelah tamat SMA untuk membantu ekonomi keluarga. Setelah tamat
SMA, melalui calo ia dijanjikan bekerja disebuah pabrik elektronik di Malaysia dengan gaji
RM.600/bulan. Agency memalsu identitas dan menjualnya ke perusahaan pengalengan dengan
gaji RM 350 dan potongan RM 150 selama 6 bulan. Ia diharuskan lembur 5 jam perhari untuk
mencapai target produksi. Semua dokumen dirampas oleh perusahaan. Karena tidak kuat bekerja,
pada bulan ke tujuh ia lari dari perusahaan tersebut dan bertemu dengan seorang laki-laki dan
memperlakukan tidak wajar.
Dari kedua kasus diatas terdapat banyak alasan mengapa jumlah perdagangan anak
semakin meningkat. Secara umum bisnis kejahatan didasari oleh kemiskinan, penderitaan,
bencana alam, krisis dan terabaikan. Globalisasi ekonomi dunia telah meningkatnya jumlah
perpindahan orang-orang hingga melintasi perbatasan negara baik secara legal maupun ilegal
khususnya negara miskin menuju negara makmur. Kejahatan yang terorganisir secara
internasional mengambil keuntungan dengan adanya lalu lintas orang-orang, uang barang
sehingga mereka dapat memperluas jaringan internasional.
Faktor penawaran dan permintaan merupakan penyebab terjadinya perdagangan terhadap
anak. Kegiatan yang kontradiksi dengan martabat kemanusiaan ini berlangsung dengan
melibatkan berbagai pihak, seperti orang tua, tetangga, teman, saudara, broker, pimpinan formal
dan informalbaik di daerah maupun daerah tujuan. Keterlibatannya terorganisir dalam jaringan
yang rapi baik lokal, nasional maupun internasional. Korban dijanjikan pekerjaan di kota besar
atau luar negeri dengan gaji tinggi dan diiming-imingi pekerjaan, seperti model, penari, pelayan
hotel, pelayan supermarket, dll.Berbagai cara ditempuh menjebak korbannya, bahkan dilakukan
dengan mengikat orang tuanya dengan jeratan hutang atau menculik korbannya langsung untuk
dibawa ke daerah tujuan.
Dampak terhadap anak korban perdagangan dari segi fisik anak masih berada pada masa
pertumbuhan dan belum sepenuhnya terbentuk. Menjadi korban perdagangan
dalam kegiatan prostitusi jelas mempengaruhi perkembangan fisik karena pekerjaan yang
dilakukan dapat merusak alat reproduksi dan tertular penyakit menular seksual. Sedangkan
secara kejiwaan anak korban perdagangan dimungkinkan mengalami gangguan yang disebabkan
oleh kekerasan fisik, isolasi sosial, kekerasan seksual dan rasa takut atau malu. Kondisi ini
berdampak menimbulkan rasa takut, trauma dan depresi pada korban. begitu juga gangguan
psikososial, dimana korban akan mengalami ketakutan, agresif, penarikan diri dan berbagai
kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, seperti berbagai kesulitan untuk belajar, bergaul
dan lain-lainnya adalah reaksi normal terhadap situasi sulit yang dihadapi. Semestinya anak-anak
patut dilindungi psikososialnya, karena mereka berada pada masa pertumbuhan dan
perkembangan, serta membutuhkan bantuan orang lain untuk mengatasi kesulitannya.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Solusi Bagaimana Pencegahan Perdagangan Anak
Undang-undang dan kebijakan berikut relevan untuk memberikan perlindungan kepada
korban trafiking, UU No.37/1997 tentang Hubungan Luar Negeri : Undang-undang ini dapat
digunakan untuk melindungi orang Indonesia yang tertrafik diluar negeri .
Pasal 19 : pasal ini menyatakan bahwa Perwakikan Republik Indonesia berkewajiban
untuk memberikan pengayoman, perlindungan dan bantuan hukum kepada warga negara
Indonesia di Luar negeri.
Pasal 21: Pasal ini menyatakan bahwa perwakilan Republik Indonesia berkewajiban
memberikan perlindungan serta memulangkan warga negara Indoensia yang terancam oleh
bahaya yang nyata atas biaya negara.
Tidak ada sanksi yang dinyatakan undang-undang ini bagi aparat Deplu yang gagal
menunaikan kewajiban-kewajiban ini. Pembuat kebijakan idealnya harus memperjelas peran dan
mengembangkan peran konsulat serta kedutaan untuk memberikan layanan dan perlindungan
bagi orang Indonesia korban trafiking diluar negeri. Ada juga bagi staf kedutaan untuk menerima
pelatihan serta sumber-sumber yang perlu untuk memenuhi tanggungjawab ini. Definisi
Trafiking Indonesia (dari RUU Anti Trafiking) Indonesia belum memeliki definisi trafiking
yang melindungi hokum, namun hal ini telah dinyatakan sejak lama di dalam KUHP tahun
2002, Indonesia mendefinisikan trafiking dalam Rencana Aksi Nasional (RAN) yang tidak
memilik kekuatan hokum dalam KUHP (hanya bertujuan untuk membantu orang membaca
Rencana Aksi Nasional ). DPR kini sedang membahas RUU Anti Trafiking yang akan
mendinisikan trafiking dan cocok dengan KUHP. Definisi dalam lembar pegangan berasal dari
RUU ini dan belum disahkan. Kemungkinan besar pembuat kebijakan akan memodifikasikan
bahasannya sebelum mengesahkan RUU ini akhir tahun 2005 atau 2006 ini.
Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksudkan dengan:
1. Perdagangan Orang adalah : tindakan secara melawan hukum merekrut, mengirim
dan menyerahterimakan orang untuk tujuan eksploitasi baik fisik, seksual maupun tenaga
dan menimbulkan keuntungan baik materiil maupun immateriil.
2. Tindak pidana perdagangan orang adalah setiap tindakan perdagangan orang yang
memenuhi unsur tindak pidana yang ditentukan dalam undang-undang ini.
Program untuk pengurangan WTS disebutkan dilaksanakan dari tahun 2001 2005.
Kegiatan-kegiatannya terbatas pada pemberikan konsultasi dan pelatihan keterampilan. Pen-
didikan merupakan prioritas pertama pada 2001 2005 untuk melaksanakan misi
mengembangkan sumber daya manusia.
1. Pemerataan memperoleh pendidikan,
2. Kualitas dan relevansi pendidikan,
3. Manajemen pendidikan, dan
4. Efektivitas penyelenggaraan pendidikan
Upaya Masyarakat
Salah satu upaya masyarakat dilakukan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI)
atas dukungan ILO dalam Program Prevention of Child Trafficking for Labor and Sexual
Exploitation di Kabupaten Indramayu. Menurut Action Program Summary Outline (ILO, 2004:
5), tujuan dari program ini adalah:

1. Memperbaiki kualitas pendidikan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menegah Atas
untuk memperluas angka partisipasi anak laki-laki dan anak perempuan di dua kecamatan;
2. Mendukung keberlanjutan pendidikan dasar untuk anak perempuan setelah lulus
sekolah dasar;
3. Menyediakan pelatihan keterampilan dasar untuk memfasilitasi kenaikan
penghasilan;
4. Menyediakan pelatihan kewirausahaan dan akses ke kredit keuangan untuk
memfasilitasi usaha sendiri;
5. Merubah sikap dan pola fikir keluarga dan masyarakat terhadap trafiking anak.
Inti program ini mencegah anak-anak perempuan dilacurkan dengan mengupayakan:
1. Peningkatan partisipasi pendidikan anak-anak baik formal maupun non formal,
2. Pemberian peluang kerja, dan
3. Penyadaran masyarakat untuk mencegah perdagangan anak untuk pelacuran.
Kegiatan-Kegiatan
Program menggunakan basis masyarakat karena dilakukan di tengah-tengah masyarakat.
Kegiatan-kegiatan program yang dimaksud adalah:
1. Sanggar belajar dan tempat pendampingan bagi anak dan masyarakat.
2. Catch-up Education (CE), yaitu kegiatan persiapan masuk kembali sekolah bagi
anak-anak yang telah putus sekolah maupun mereka yang rawan putus sekolah, baik di
SD maupun SLTP. Kegiatan ini berlangsung dalam dua bulan sebanyak 24 sesi pada
bulan Mei dan Juni menjelang tahun ajaran baru.
3. Program beasiswa untuk anak-anak peserta CE.
4. Penyelenggaraan Pendidikan SMP Terbuka. Program ini bekerjasama dengan
SMP induk.
5. Perpustakaan Keliling juga untuk meningkatkan minat baca anak dari Bank Niaga
menyediakan buku-buku pelajaran dan bacaan untuk anak-anak SD dan SLTP.
6. Pelatihan keterampilan kerja
7. Pelatihan guru SD dan SLTP untuk meningkatkan sensivitas dan responsivitas
mereka terhadap masalah trafiking dengan meningkatkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas mendidik dan mengajar.
8. Radio Komunitas yang bertujuan untuk menyebarluaskan informasi pendidikan
untuk penyadaran masyarakat. Isi acara adalah 60% pendidikan dan 40% hiburan. Radio
ini dikelola oleh Sanggar dengan para penyiarnya adalah warga setempat dan anak-anak
binaan.
4.2 Kesimpulan
Akibat dari permasalahan perdagangan anak adalah anak berada dalam situasi yang buruk
yaitu dipekerjakan mirip dengan perbudakan, sebagai pembantu rumah tangga, dijadikan
pengemis, untuk perdagangan obat terlarang, bahkan tidak sedikit yang dilacurkan. Perdagangan
anak dilakukan dengan berbagai motif dan bahkan orang yang melakukan perdagangan anak
sendiri terkadang tidak tahu bahwa itu sebenarnya adalah perdagangan anak. Berbagai alasan
dipakai untuk membujuk korbannya dan kebanyakan bermotif ekonomi.
Perdagangan anak merupakan segala tindakan pelaku trafiking yang mengandung salah
satu atau lebih tindakan perekrutan, pengangkutan antar daerah dan atau antar negara,
pemindahtanganan, pemberangkatan, penerimaan dan penampungan sementara atau ditempat
tujuan, perempuan dan anak dengan cara ancaman, penggunaan kekerasan verbal dan fisik,
penculikan, penipuan, tipu muslihat, memanfaatkan posisi kerentanan (misal ketika seseorang
tidak memiliki pilihan lain, terisolasi, ketergantungan obat, jebakan hutang dan lain-lain),
memberikan atau menerima pembayaran atau keuntungan, dimana perempuan dan anak
digunakan untuk tujuan pelacuran dan eksploitasi seksual (termasuk phaedopili), buruh migran
legal mau pun ilegal, adopsi anak, pekerjaan jermal, pengantin pesanan, pembantu rumah tangga,
mengemis, industri pornografi, pengedaran obat terlarang dan penjualan organ tubuh, serta
bentuk-bentuk eksploitasi lainnya.
Seiring perubahan aktu dan zaman yang berubah, harus adanya keterpaduan antara aparat
penegakan hukum dan masyarakat untuk bisa menimal kan perdagangan anak ini. Walau
sebenarnya masih harus bekerja kerasnya seluruh aspek dalam menanggulangi permasalahan ini,
karena sesungguhnya fakta dilapangan kasus seperti ini bukannya mengurang, namun malah
bertambah, dan tidak membuat jera para pelakunya.
Kesadaran setiap individu harus benar-benar tinggi, jagalah keluarga kita sendiri, karena
keluarga adalah sesuatu yang berharga dihidup kita. Tanpa adanya kesadaran kita bersama takan
ada penyelesaian yang berarti dalam permasalahan ini.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang No 4 (1979) Tentang Kesejahteraan Anak.


Undang-undang No 23 Tahun 2005 Tentang Perlindungan Anak.
http://www.ykai.net/index.php?view=article&id=89%3Aperdagangan-
anak&option=com_content&Itemid=121
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/hi/article/viewFile/3067/1780
http://www.indosiar.com/ragam/pencegahan-trafiking-anak-apa-mengapa-dan-
bagaimana_47681.html
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan, 2008. Buku Pegangan Pemberantasan
Perdagangan Orang

Anda mungkin juga menyukai