Anda di halaman 1dari 23

13.

1 Membuat Analisis Vertikal dan Horizontal

Analisis laporan keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar

dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan

perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta

kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan

keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan dan juga dalam melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-

rasio laporan keuangan, dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat

menentukan suatu keputusan yang akan diambil.Menurut Harahap (2009:195), kegunaan

analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat

dari laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari

suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.

4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya

dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern maupun

kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model

dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan.

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan.

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang

sudah dikenal dalam dunia bisnis.


Menurut Kasmir (2011:68), tujuan dari analisis laporan keuangan adalah:

Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik

aset, kewajiban, ekuitas, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa

periode.

Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan

perusahaan.

Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke

depan berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.

Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu

penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang

hasil yang mereka capai.

Menurut Munawir (2010:36), ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap

penganalisis laporan keuangan, yaitu analisis vertikal dan analisis horisontal.

1. Analisis Vertikal membandingkan masing-masing pos dalam periode berjalan dengan

jumlah total pada laporan yang sama dapat bermanfaat untuk menyoroti hubungan yang

signifikan dalam laporan keuangan. Analisis vertikal (vertical analisys) adalah istilah yang

digunakan untuk menjelaskan perbandingan semacam itu. Dalam analisis vertikal terhadap

neraca, masing-masing pos aktiva dinyatakan sebagai persen dari total aktiva. Masing-masing

pos kewajiban dan ekuitas pemilik dinyatakan sebagai persen dari total kewajiban dan ekuitas

pemilik. Dalam analisis vertikal terhadap laporan laba-rugi, masing-masing pos dinyatakan

sebagai persen dari total pendapatan atau penghasilan. Analisis vertikal juga bisa diterapkan
untuk beberapa periode guna menyoroti perubahan hubungan sepanjang waktu. Berikut

adalah contoh analisis vertikal untuk dua tahun periode pada PT. Jasa Akuntansi.

PT. Jasa Akuntansi


Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2010 dan 2011 (dalam 000)

2011 2010

Jumlah Persen Jumlah Persen

Pendapatan Honor 187.500 100,0% 150.000 100,0%

Beban Operasi:
Beban Upah 60.000 32,0% 45.000 30,0%
Beban Sewa 15.000 8,0% 12.000 8,0%
Beban Utilitas 12.500 6,7% 9.000 6,0%
Beban Perlengkapan 2.700 1,4% 3.000 2,0%
Beban Rupa-rupa 2.300 1,2% 1.800 1,2%

Total Beban Operasi 92.500 49,3% 70.800 47,2%

Laba Bersih 95.000 50,7% 79.200 52,8%

Tabel di atas menunjukkan tren yang baik maupun tren yang kurang baik yang
mempengaruhi laporan laba-rugi PT. Jasa Akuntansi. Peningkatan beban upah sebesar 2%
(32% 30%) adalah tren yang kurang baik, seperti halnya kenaikan beban utilitas sebesar
0,7% (6,7% 6,0%). Tren yang baik adalah menurunnya beban perlengkapan sebesar 0,6%
(2,0% 1,4%. Beban sewa dan beban rupa-rupa sebagai persen dari pendapatan jasa
akuntansi adalah konstan. Hasil bersih dari tren ini adalah bahwa laba bersih sebagai persen
dari pendapatan jasa akuntansi turun dari 52,8% menjadi 50,7%.Analisis terhadap berbagai
persentase yang diperlihatkan untuk PT. Jasa Akuntansi, dapat diperkuat dengan
membandingkannya terhadap rata-rata industri yang diterbitkan oleh asosiasi dagang dan jasa
informasi keuangan.Setiap perbedaan besar dengan rata-rata industri harus ditelusuri untuk
kemajuan perusahaan kedepan.
2. Analisis Horizontaladalah analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan
untuk beberapa periode atau beberapa saat sehingga akan diketahui perkembangannya. Dalam
melakukan analisis horisontal, sutau akun laporan keuangan tahun berjalan dibandingkan
dengan akun yang sama pada periode sebelumnya. Kenaikan atau penurunan jumlah pos
tersebut dihitung sebagai persentase kenaikan atau penurunan. Dalam membandingkan
laporan dari dua periode yang berbeda, laporan keuangan yang lebih awal selalu dijadikan
dasar perhitungan untuk analisis horisontal.Sebagai contoh, berikut ini ditunjukkan analisis
horisontal atas laporan keuangan PT. Angin Ribut yang memperlihatkan trend yang baik
maupun yang buruk yang mempengaruhi laporan laba rugi perusahaan.

PT. Angin Ribut


Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2011 (dalam ribuan 000)

Kenaikan (Penurunan)
2011 2010 Jumlah Persen
Pendapatan Penjualan 187.500 150.000 37.500 25,0%
Beban Opersi :
Beban Upah 60.000 45.000 15.000 33,3%
Beban Sewa 15.000 12.000 3.000 25,0%
Beban Utilitas 12.500 9.000 3.500 38,9%
Beban Perlengkapan 2.700 3.000 (300) (10,0)%
Beban Lain-lain 2.300 1.800 500 27,8%
Total Beban Operasi 92.500 70.800 21.700 30,6%
Laba Bersih 95.000 79.200 15.800 19,9%

Pada analisis horisontal di atas, kenaikan pendapatan penjualan adalah trend yang baik,
demikian pula penurunan beban perlengkapan. Trend yang buruk adalah peningkatan beban
upah, beban utilitas, dan beban rupa-rupa. Beban ini meningkat lebih cepat dibanding
pendapatan penjualan, dengan total beban operasi yang meningkat sebesar 30,6%.

Secara keseluruhan, laba bersih meningkat sebesar Rp 15.800.000,- atau 19,9%, yaitu
kecenderungan atau trend yang menunujukkan peningkatan dari trend sebelumnya. Besarnya
peningkatan (penurunan) dari berbagai akun laporan keuangan dan penyebabnya harus
ditelusuri (tracing) lebih jauh untuk mengetahui apakah operasi perusahaan masih dapat
ditingkatkan efisiensinya.Contoh, salah satunya pada peningkatan beban utilitas adalah akibat
dari penambahan kapasitas produksi dari sebelumnya sehingga membutuhkan beban listrik
yang lebih besar. Hal ini menjelaskan peningkatan beban utilitas sebesar 38,9% dan
peningkatan beban upah sebesar 33,3% akibat adanya penambahan karyawan.Demikian pula
dengan meningkatnya pendapatan, peningkatan pendapatan ini berasal dari hasil penambahan
penjualan yang terjadi pada periode berjalan.Jadi, keputusan untuk menambah karyawan
merupakan keputusan yang sangat tepat.Contoh di atas memberikan gambaran mengenai
kegunaan analisis horisontal (horizontal analysis) dalam menginterpretasikan dan
menganalisis laporan keuangan. Analisis horisontal yang diperlihatkan di atas juga dapat
digunakan untuk analisis pada laporan neraca, laporan ekuitas pemilik, dan laporan arus kas.

13.2 Analisis Rasio


Seorang manajer perusahaan jasa pelayanan (hospitality industry) seperti hotel, secara
rutin sangat membutuhkan informasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja dan
kondisi bisnis yang sedang dijalankan. Informasi mengenai perkembangan keuangan
perusahaan dapat diperoleh dari Laporan keuangan (Financial Statement).
Melakukan interpretasi terhadap neraca dan laporan laba rugi akan sangat bermanfaat
untuk mengetahui perkembangan keuangan perusahaan. Interpretasi tersebut dapat disusun
berdasarkan ukuran yang berupa rasio rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi usaha
dan pengambilan keputusan untuk masa yang akan datang.
Rasio Likuiditas dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
melunasi hutanghutang jangka pendeknya. Rasio Solvabilitas mengukur seberapa besar
hutang jika dibandingkan dengan harta yang dimilikinya. Rasio Solvabilitas juga
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjamin hutang hutangnya terhadap kreditor,
baik jangka pendek maupun jangka panjang.Rasio Aktivitas menunjukkan efisiensi aktivitas
penggunaan harta perusahaan dalam kegiatan usahanya. Sedangkan Profitabilitas, merupakan
rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Pembahasan perhitungan perhitungan rasio di atas kita gunakan contoh neraca dan
laporan laba rugi Star Hotel tahun 2007 dan 2008
Balance Sheet
Star Hotel
December 31, 2007 and 2008

2007 2008
Assets
Current Assets
Cash 503.000 520.000
Account Receivable (net) 190.000 160.000
Inventories 120.000 150.000
Prepaid Expenses 48.000 40.000

Total Current Assets 861.000 870.000


Invesment 50.000 50.000
Property and Equipment (net) 7.483.000 7.490.000

Total Assets 8.394.000 8.410.000

Liabilities and Owners Equity


Current Liabilities
Account Payable 192.000 225.000
Notes Payable 40.000 25.000
Taxes Payable 20.000 15.000
Advance deposit 30.000 50.000
Accrued Expenses 6.000 5.000
Current portion of mortgage 120.000 124.000

Total Current Liabilities 408.000 444.000


Long Term Debt Mortgage Payable 4.120.000 4.000.000

Total Liabilities 4.528.000 4.444.000


Owners Equity
Commond Stock 3.312.000 3.312.000
Retained Earnings 554.000 654.000
Total Owners Equity 3.866.000 3.966.000

Total Liabilities and Owners Equity 8.394.000 8.410.000

Income Statement
Star Hotel
For Years Ended December 31, 2007 and 2008
Description 2007 2008
Total Revenue 1.430.500 2.062.000
Rooms:

Revenue 906.500 1.220.000


Payroll and related expenses (175.500) (295.000)
Other Direct Expenses (95.000) (215.000)

Departmental Income 636.000 710.000


Food and Beverage :

Revenue 512.000 817.000


Cost of Sales (180.000) (310.000)
Payroll and Related Expenses (169.000) (245.000)
Others Direct Expenses (55.000) (90.000)

Departmental Income 108.000 172.000


Rental and Other Income Revenue 12.000 25.000
Gross Operating Profit 756.000 907.000
Undistributed Operating Expenses
Administrative and General 100.000 90.000
Marketing 65.000 64.000
Property Operation and Maintenance 80.000 70.000
Energy Cost 105.000 80.000

Total Undistributed Operating Expenses 350.000 304.000


Income Before Fixed Charge 406.000 603.000
Fixed Charge:
Rent 0 0
Insurance 75.000 95.000
Interest 25.000 25.000
Depreciation 245.000 295.000

Total Fixed Charge 345.000 415.000


Income Before Taxes 61.000 188.000
Income Taxes (0) (0)

Net Income 61.000 188.000

1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk melunasi
atau menjamin hutang jangka pendeknya dengan aktiva lancar.
Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Ratio = Current Assets
Current Liabilities

= 870.000
444.000

= 1,96

Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp.1, hutang lancar dijamin dengan Rp.1,96
aktiva lancar. Untuk menilai apakah rasio tersebut baik atau tidak, perlu dibandingkan
dengan standar rata-rata industri hotel. Misal standar rata-rata industri current ratio untuk
hotel sebesar 2:1, maka rasio 1,96 : 1 lebih kecil dari 2:1. Dapat disimpulkan bahwa Star
Hotel kemungkinan akan kesulitan untuk melunasi hutang hutang jangka pendeknya.

Akan tetapi, rasio tersebut tidak mutlak karena banyak hotel yang beroperasi tanpa
kesulitan meskipun mempunyai current rasio di bawah 2:1 .Hal tersebut dikarenakan pada
umumnya aktiva lancar hotel dalam bentuk persediaan jumlahnya relatif kecil.

Pada perusahaan hotel, meskipun memiliki current ratio yang relatif lebih besar akan
tetapi komposisi persediaannya cukup besar, justru akan menyebabkan ketidak efisienan
operasional. Jenis persediaan di hotel ( bahan makanan, minuman dan supplies) , tidak
mudah di jual/dicairkan untuk membayar hutang.

Rasio Cepat (Accid Test Ratio)


Rasio cepat mengukur likuiditas berdasarkan aktiva lancar yang dapat secara cepat
dicairkan menjadi alat pembayaran saja, yaitu Kas, Surat Berharga dan Piutang. Dalam
operasional hotel, meskipun persediaan termasuk sebagai aktiva lancar akan tetapi
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencairkannya menjadi kas.

Acid Test Ratio =Cash + Marketable Securities + Account Receicvable


Current Liabilities

=520.000 + 0 +160.000
444.000

=1,53

Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,- hutang lancar dijamin dengan
Rp.1,53 aset lancar yang dapat dengan cepat dicairkan. Rasio tersebut dapat dinyatakan
dalam angka 1,53:1 atau 153%. Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini , perlu
dibandingkan dengan standar rata rata industri. Misal, rata rata industri acid test rasio
sebesar 1:1 , maka 1,53:1 lebih besar dari 1:1. Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
tidak kesulitan untuk melunasi hutang hutang jangka pendeknya.Acid test rasio
merupakan metode yang paling sesuai untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan hotel.
2. Rasio Solvabilitas (Solvability)
Rasio Solvabilitas mengukur tingkat keuangan hotel yang dibiayai dengan hutang dan
seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh hutangnya baik jangka
pendek maupun jangka panjang.Secara umum, perusahaan dapat membayar atau menjamin
seluruh hutangnya apabila hartanya lebih besar dibandingkan dengan seluruh hutangnya
Assets To Liabilities Ratio
Assets to total liabilities ratio merupakan rasio perbandingan antara total harta
dengan total hutang. Rasio ini bermanfaat untuk melihat seberapa besar harta yang
dimiliki untuk menjamin seluruh hutangnya.

Assets to Liabilities Ratio= Total Assets


Total Liabilities

= 8.410.000
4.444.000

= 1,89

Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap hutang sebesar Rp.1,- dijamin


dengan harta (assets) sebesar Rp. 1,89,- . Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini
perlu diperbandingkan dengan rasio rata rata industri. Jika rata-rata industri untuk
Assets to Liabilities Ratio sebesar 2:1, maka rasio 1,89 :1 lebih kecil dari2:1 . Hasil
Rasio tersebut berarti bahwa harta yang dimiliki perusahaan masih belum dapat untuk
menjamin hutangnya secara penuh.

Debt To Equity Ratio


Debt to Equity Ratio merupakan ratio total hutang terhadap modal sendiri.
Total aktiva yang dimiliki oleh hotel dapat didanai dari sumber hutang (creditor)
maupun dari modal sendiri (investor/owner). Rasio ini menggambarkan hubungan
antara kedua sumber pendanaan tersebut.Rasio ini memberikan informasi seberapa
besar pembelian aktiva yang dibiayai hutang dibandingkan dengan modal sendiri.

Debt to Equity Ratio = Total Liabilities


Total Equity
= 4.444.000
3.966.000

= 1,12

Rasio tersebut menunjukkan bahwa setiap Rp.1,- investasi yang dilakukan


investor (pemilik), para kreditor telah mendanai sebesar Rp.1,12. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam pembelian aktiva, lebih banyak dibiayai dari hutang
dibandingkan dengan modal sendiri.Untuk menentukan baik tidaknya rasio ini perlu
diperbandingkan dengan rasio rata rata industri. Jika rasio rata rata industri sebesar
0,60:1 , maka 1,12 : 1 lebih besar dari 0,60 : 1.

Bagi kreditor, makin tinggi angka rasio ini berarti makin tinggi risiko yang
dihadapi oleh para kreditor (pihak pemberi pinjaman), karena makin tinggi hutang
yang ditanggung sebuah hotel.

3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas mengukur efektivitas manajemen dalam menggunakan sumber
daya perusahaan.Efektifitas manajemen dalam penggunaan sumber daya tersebut
misalnya mempercepat pengumpulan piutang yang dapat segera digunakan untuk
membiayai operasional dan pemakaian persediaan untuk menghasilkan pendapatan dari
penjualan.

Tingkat Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)


Transaksi penjualan yang dilakukan hotel sebagian besar merupakan
penjualan secara kredit, sehingga piutang dalam usaha hotel merupakan aktiva lancar
yang jumlahnya cukup besar jika dibandingkan dengan lainnya.Piutang dari penjualan
secara kredit kepada tamu diharapkan dapat segera dicairkan menjadi kas.
(diasumsikan bahwa seluruh penjualan merupakan penjualan kredit,) maka Tingkat
Perputaran Piutang dapat dihitung sebagai berikut :

Account Receivable Turnover = Total Credit Sales


Average A. Receivable
= 2.062.000
175.000

= 11,78 kali

Average Account Receivable = Beginning + Ending


2

= 190.000+160.000
2

= 175.000

Semakin besar angka ini atau semakin cepat perputaran, maka akan semakin
baik, karena ada kemungkinan semakin cepat piutang dicairkan menjadi kas.
Sebaliknya semakin kecil angka ini semakin lambat piutang dicairkan menjadi kas.
Jika rata rata industri sebesar 20 kali, maka 11,78 kali lebih kecil dari 20 kali. Hal
ini menandakan bahwa manajemen belum cukup efektif dalam memanfaatkan piutang
untuk membiaya operasional.

Inventory Turnover (Perputaran Persediaan)


Tingkat perputaran persediaan atau inventory turnover, mengukur seberapa
cepat persediaan berputar dalam operasional.Secara umum, semakin cepat persediaan
berputar akan semakin baik pengaruhnya terhadap operasional. Hal tesebut dapat
berarti bahwa persediaan banyak diambil untuk dijual dan biaya penyimpanan dan
pemeliharaan dapat dikurangi. Biayabiaya pemeliharaan dan penyimpanan
persediaan antara lain yaitu: sewa gudang, asuransi, listrik, alat pendingin, karyawan
dan dana yang digunakan untuk membeli persediaan.

Food and Beverage Department Income Statement


Star Hotel

For the Years Ended December ,31 , 2008

Food Beverage
Sales 665.000 152.000
Cost of Sales :
Beginning Inventory 10.000 4.000
Purchase 275.000 66.000
Less : Ending Inventory (30.000) (10.000)
Cost Of Goods Used 255.000 60.000
Less : Employee Meals (5.000) (0)

Cost Of Goods Sold 250.000 60.000


Gross Profit 415.000 92.000
Expenses:
Payroll and Related Expenses 200.000 45.000
Other Direct Expenses 60.000 30.000

Total Expenses 260.000 70.000


Departmental Income 155.000 22.000

Food Inventory Turnover = Cost of Food Used


Average Food Inventory

= 255.000
20.000

=12,75 kali

Average Food Inventory = Beginning + Ending


2

= 10.000+30.000
2

= 20.000

Perputaran persediaan makanan sebesar 12,75 kali selama satu tahun dapat
diartikan bahwa terjadi perputaran pesediaan 1 kali sebulan. Angka tersebut berarti
bahwa secara keseluruhan pembelian (pengisian ) persediaan dilakukan selama
sebulan. Jika standar yang ditetapkan manajemen sebesar 24 kali , maka 12,75 kali <
24 kali, yang berarti tingkat perputaran makanan sangat lambat. Perputaran makanan
yang lambat mengindikasikan bahwa banyak persediaan yang menumpuk di gudang.

Sedangkan untuk tingkat perputaran persediaan minuman dari Star Hotel


tahun 2008 dapat dihitung sebagai berikut :

Beverage Inventory Turnover = Cost of Bevg. Used


Average Bevg Inventory
= 60.000
7.000

=8,57 kali

Average Bevg Inventory = Beginning + Ending


2

= 4.000 +10.000
2

= 7.000

Tingkat perputaran persediaan minuman sebesar 8,57 kali berarti bahwa


dalam satu tahun akan dilakukan pengisian/ pembelian kembali sebanyak 8,57 kali
atau setiap 43 hari. Tidak semua item beverage selalu habis terjual pada periode itu,
akan tetapi beberapa item lainnya di-stock kembali pada periode tersebut. Secara
umum, industri hotel yang memiliki beberapa bar dan lounge, beverage inventory
turnovernya mencapai 15 kali pertahun atau 1,25 kali perbulan.

Rasio perputaran yang lambat merupakan pemborosan ( persediaan rusak di


gudang) atau kualitas menurun, berdampak juga pembiayaan (cost) tinggi karena
hanya sebagian yang dapat digunakan.

4. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas atau Profitability Ratio menggambarkan prestasi dan
pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola hotel.
Margin Laba (Profit Margin)
Manajemen sering mengevaluasi kemampuan mereka dalam menghasilkan
laba ( keuntungan) dari seluruh pendapatan dari penjualan yang dilakukan. Margin
laba dihitung dengan cara laba bersih ( net income) dibagi dengan total pendapatan
( Total revenue).

Profit Margin = Net Income x100%


Total Revenue

= 188.000 x100%
2.062.000

= 9,12%

Rasio tersebut menunjukkan bahwa Star Hotel memperoleh 9,12%


keuntungan bersih dari total pendapatan dari penjualan. Rasio tersebut lebih besar
jika dibandingkan dengan rata rata margin laba industri perhotelan sebesar 5 %.

Rasio Efisiensi Operasional (Operating Efficiency Ratio)


Operating Efficiency Ratio disebut juga Gross Operating Profit Ratio. Rasio
ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen sesungguhnya tanpa dipengaruhi
oleh biayabiaya yang timbul akibat keputusan pemilik atau investor, seperti :
penyusutan, bunga pinjaman bank dan asuransi. Sedangkan, pendapatan dan biaya
yang terjadi dalam operasional dari revenue center maupun support center
sepenuhnya dapat dikendalikan manajemen. Sehingga pengukuran operating
efficiency ratio merupakan pengukuran kemampuan manajemen dalam menghasilkan
keutungan tanpa dipengaruhi keputusan pemilik.

Operating Efficiency Ratio = Income Before Fixed Charge x100%


Total Revenue

= 603.000 x100%
2.062.000

=29,24 %

Operating Efficiency Ratio sebesar 29,24% menunjukkan bahwa setiap


Rp.0,29 dari penjualan Rp.1,- tersedia untuk menutup beban tetap (fixed charge) atau
setiap 29,24% dari 100% penjualan tersedia untuk menutup beban tetap. Hal tersebut
menunjukkan bahwa manajemen dapat mengelola pendapatan dan biaya yang
terkendali (controllable revenue and expenses), sehingga tersedia 29,24% untuk
menutup beban tetap.

Return On Assets (ROA)


Return On Assets merupakan ratio yang mengukur seberapa besar keuntungan
yang dihasilkan dari penggunaan assets hotel. ROA diperoleh dengan cara net
income dibagi dengan total assets. Rreturn on assets Star Hotel dapat dihitung sebagai
berikut :

ROA = Net Income x100%


Average Total Assets
= 188.000 x100%
8.402.000

= 2,23 %

Average Total Assets = Beginning + Ending


2

= 8.394.000 +8.410.000
2

= 8.402.000

ROA sebesar 2,23 % menunjukkan bahwa setiap Rp.1 dari assets akan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp.0,021 atau dari 100% assets akan menghasikan
keuntungan sebersar 2,23% nya. ROA yang rendah merupakan indikasi bahwa
keuntungan yang diperoleh terlalu rendah atau assets yang digunakan tidak
dimanfaatkan secara efisien, untuk menghasilkan tingkat keuntungan yang
diharapkan.

13.3 Analisis Informasi Keuangan Berdasarkan USALI (UNIFORM SYSTEM OF


ACCOUNTS FOR LODGING INDUSTRIES)
Pengertian

Uniform System of Accounts for Lodging Industries merupakan penetapan format


standar dan klasifikasi perkiraan yang mengarah pada kepemilikan individu dalam
penyiapan dan penyajian laporan keuangan pada bidang perhotelan.

Standarisasi tersebut membantu pemakai laporan keuangan internal dan eksternal


untuk membandingkan posisi keuangan dan kinerja operasi pada jenis kepemilikan yang
sama dalam industri hotel.
Ada beberapa konsep penting dari Uniform System of Accounts for Lodging
Industries, yaitu :
1. Membagi departemen fungsional menjadi 3 jenis yaitu :
Departemen operasi, merupakan departemen yang memberikan kontribusi
pendapatan seperti room, F & B, telephone, laundry dan lain-lain.
Departemen overhead, merupakan departemen pendukung, seperti administration
& general, marketing.
Departemen alokasi, merupakan departemen yang berfungsi mengalokasikan beban
pada masing-masing departemen, seperti departemen personalia mengalokasikan
beban gaji karyawan.
2. Setiap departemen dalam organisasi akan dibebani oleh gaji karyawan dan
pengeluaran departemennya.
3. Memberikan keseragaman dalam departemen dan dalam klasifikasi aktiva,
hutang, penghasilan dan biaya.
4. Memberi kemampuan untuk membandingkan hasil operasi.
5. Memberikan kemampuan untuk melatih pengendalian anggaran yang kuat
dimana pengendalian anggaran merupakan alat untuk mengendalikan hasil departemen.

Sejarah Uniform System of Account


Edisi pertama dari Uniform System of Account diterbitkan oleh Asosiasi Hotel
New York pada tahun 1925/1926.
Tahun 1961, the American Hotel & Motel Association menetapkan The National
Association of Accountants untuk mengembangkan Uniform System of Account untuk
hotel dan motel kecil.
Tahun 1979, The Committee on Financial Management of the American Hotel &
Motel Association merevisi uniform system of accounts original, guna untuk
merefleksikan perubahan dalam penggunaan terminology untuk industri penginapan
(lodging industry).
Tahun 1986 dilakukan revisi lagi yang merupakan edisi ke delapan, dengan
perubahan spesifik pada distribusi pengeluaran, meningkatkan fungsi marketing,
pemrosesan data, sumber daya manusia dan transportasi.Edisi ini diterbitkan oleh The
Hotel Association of New York City.
Tahun 1996 dikeluarkan lagi edisi ke sembilan yang dterbitkan oleh The Education
Institute of The American Hotel & Motel Association, dengan sebutan baru yaitu
Uniform System of Accounts for the Lodging Industry dan Chart of Accounts. Disamping
itu hal lain yang dibahas dalam edisi adalah penjelasan dan rumus analisa rasio, informasi
statistic departemental, pengendalian anggaran operasi serta analisa breakeven.
Adapun hal-hal yang dibahas dalam Uniform system of accounts yang diterbitkan
oleh Hotel Association of New York (1996), meliputi :
Bagian I Financial Statements
Seksi 1 : Balance sheet
Seksi 2 : Statement of income
Seksi 3 : Statement of owners equity
Seksi 4 : Statement of cash flows
Seksi 5 : Notes to the financial statements
Seksi 6 : Departemental statements
Skedul 1 : Rooms
Skedul 2 : Food
Skedul 3 : Beverage
Skedul 4 : Telecomunications
Skedul 5 : Garage and Parking
Skedul 6 : Golf Course
Skedul 7 : Golf Pro Shop
Skedul 8 : Guest Laundry
Skedul 9 : Health Centre
Skedul 10 : Swimming Pool
Skedul 11 : Tennis
Skedul 12 : Tennis Pro Shop
Skedul 13 : Other Operated Departements
Skedul 14 : Tentals and Other Income
Skedul 15 : Administrative and General
Skedul 16 : Human Resources
Skedul 17 : Information System
Skedul 18 : Security
Skedul 19 : Marketing
Skedul 20 : Franchise Fees
Skedul 21 : Tranportation
Skedul 22 : Property Operation and Maintenance
Skedul 23 : Utility Costs
Skedul 24 : Management Fees
Skedul 25 : Rent, Property Taxes and Insurance
Skedul 26 : Interest expense
Skedul 27 : Depreciation and Amortization
Skedul 28 : Income Taxes
Skedul 29 : House Laundry
Skedul 30 : Salaries and Wages
Seksi 7 : Statement For Gaming Operations
Seksi 8 : Statement for Properties Operated by a Management Company

Bagian II : Financial Analysis


Seksi 9 : Financial Statement Formats
Seksi 10 : Rasio Analysis and Statistics
Seksi 11 : Breakeven Analysis
Seksi 12 : Operation Budgeting and Budgetary Control
Seksi 13 : Guidelines for Allocating Expenses to Operated Departements
( Responsibility Accounting )

Bagian III : Recording Financial Information


Seksi 14 : Sample Chart of Accounts
Seksi 15 : Simplified Bookkeeping for Limited Services Properties

Bagian IV : Expense Dictionary


Bagian V : Sample Set of Uniform System Statements
Uniform System of Accounts for the Lodging Industry berisi lima bagian yang terbagi
lagi dalam 15 seksi. Adapun yang dibahas meliputi penyusunan laporan keuangan industri
perhotelan, analisa keuangan, format laporan keuangan, petunjuk dalam mengalokasikan biaya -
biaya operasional, penyusunan dan pengendalian anggaran operasional.Contohnya penyusunan
bagan arus, contoh pencatatan sederhana pada industri perhotelan, dan kamus pengeluaran/biaya,
serta contoh laporan yang dihasilkan dari penerapan Uniform System of Accounts.

Chart of Account
Bagan akun (chart of account) digunakan dalam sistem akuntansi untuk pencatatan
transaksi usaha.Bagan akun disusun berdasarkan pada standar pelaporan yang diinginkan oleh
manajemen. Adapun penyusunan bagan akun biasanya memperhatikan beberapa spesifikasi atas
akun itu sendiri, seperti :
XXX - XXX - XXX XXX
Sub akun dengan kegunakan untuk analisa dan pengendalian
Akun utama pada neraca atau laba rugi
Departemen pendapatan atau biaya
Nomor property

Contoh penyusunan 3 digit kedua dari bagian akun :


100 Rooms department
120 Front office
140 Reservations
160 Housekeeping
200 Food department
210 Coffee Shop
220 Banquet department
240 Room Service dan seterusnya

Contoh penyusunan 3 digit ke tiga dari bagan akun :


100 199 Assets
200 279 Liabilities
280 299 Equity
300 399 Revenue
400 499 Cost of Sales
500 599 Payroll
600 699 Other expenses
700 799 Fixed charges
DAFTAR PUSTAKA

.2013. Analisis Keuangan Analisis Vertikal Analisis Horisontal. Dapat diakses pada URL:
http://www.akuntansiitumudah.com/analisisis-keuangan-analisis-vertikal-analisis-horisontal//
(Diakses pada tanggal 23 November 2013 pukul 16.00)

2013. ANALISIS RASIO. Dapat diakses pada URL:


http://budiampta2.blogspot.com/2013/02/analisis-rasio-seorang-manajer.html(diakses pada 20
November 2013 pukul 19.00)

2013. Uniform System of Accounts for Lodging Industries. Dapat diakses pada URL:
http://www.scribd.com/doc/174012609/Uniform-System-of-Accounts-for-Lodging-
Industries(diakses pada 24 November 2013 pukul 18.00)

Anda mungkin juga menyukai