Anda di halaman 1dari 13

Materi Ringkas

Antibiotik atau antibiotika merupakan segolongan senyawa alami atau sintesis

yang memiliki kemampuan untuk menekan atau menghentikan proses biokimiawi di dalam

suatu organisme, khususnya proses infeksi bakteri. Definisi lain tentang antibiotik adalah

substansi yang ampu menghambat pertumbuhan serta reproduksi bakteri dan fungi.

Penggunaan antibiotik dikhususkan untuk mengobati penyakit infeksi atau sebagai alat

seleksi terhadap bakteri yang sudah berubah bentuk dan sifat dalam ilmu genetika.

Antibiotik berasa dari kata anti dan bios yang berarti hidup atau kehidupan.

Antibiotik merupakan suatu zat yang membunuh atau melemahkan suatu mikroorganisme,

seperti bakteri, parasit, atau jamur. Jadi, antibiotik merupakan zat yang dibutuhkan saat

terserang infeksi mikroorganisme tersebut. (Propti utami, 2012)

Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang

memiliki khasiat mematikan ataumenghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya

bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis, juga

termasuk kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri (Tjay &

Rahardja, 2007)

Antibiotika termasuk keluarga besar antiinfeksi yang berasal dari kuman, baik

semisintesis (sebagian dari kuman) maupun sintesis (seluruhnya direkayasa). Antibiotika

beranggotakan delapan keluarga, yaitu Betalaktam, Makrolid, Tetrasiklin, Kuinolon,

Aminoglikosid, Kloramfenikol, obat jamur, dan antibiotika lainnya. Keluarga lainnya yang

bukan berasal dari kuman adalah sulfa, obat tuberkulosa, obat amuba, obat cacing, obat lepra,

obat virus, obat kanker, obat malaria, dan lainnya.


A. Betalaktam

Antibiotik beta laktam merupakan golongan antibiotika yang pertama kali

ditemukan. Golongan antibiotika ini secara umum tidak tahan terhadap pemanasan,

mudah rusak suasana asam dan basa serta dapat diinaktifkan oleh enzim beta

laktamase. Antibiotik beta laktam paling banyak diproduksi dan paling sering

digunakan. Antibiotik ini dibagi menjadi beberapa kelas tergantung struktur dan

fungsi, namun seluruh kelas memiliki struktur cincin beta laktam.

Mekanisme kerja antibiotika betalaktam dapat diringkas dengan urutan

sebagai berikut:

1. Obat bergabung dengan penicillin-binding protein (PBPs) pada kuman.

2. Terjadi hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses transpeptidasi antar

rantai peptidoglikan terganggu.

3. Kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel. Diantara semua

penisilin, penisilin G mempunyai aktivasi terbaik terhadap kuman Gram-positif

yang sensitif.

Obat obat antibiotik beta laktam umumnya bersifat bakterisid, dan sebagian

besar efektif terhadap organisme gram positif dan negatif. Antibiotik beta laktam

mengganggu sintesis dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir

dalam sintesis peptidoglikan yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitas

mekanik pada dinding sel bakteri (kemenkes,2011)

Struktur Antibiotik Beta laktam


B. Obat Golongan Beta laktam

1. Penisilin

Penisilin merupakan asam organik, terdiri dari satu inti siklik dengan satu

rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan cincin betalaktam.

Rantai samping merupakan gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai

jenis radikal. Dengan mengikat berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut

diperoleh berbagai jenis penisisilin, misalnya ppenisilin G, radikalnya adalah

gugus benzil. Penisisilin G untuk suntikan tersedia sebagai gram Na atau K.


Mekanisme Kerja

Dinding sel kuman terdiri dari suatu jaringan peptidoglikan, yaitu polimer dari senyawa

amino dan gula yang saling terikat satu dengan yang lain (crosslinked) dan dengan demikian

memberikan kekuatan mekanis pada dinding. Penisilin dan sefalosforin menghalangi sintesa

lengkap dari polimer ini yang spesifik bagi kuman dan di sebut murein. Bila sel tumbuh dan

plasmanya bertambah atau menyerap air dengan jalan osmosis, maka dinding sel yang tidak

sempurna itu akan pecah dan bakteri musnah.


Sifat obat

Pemerian : serbuk hablur renik, putih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa pahit.

Kelarutan : larut dalam 170 bagian air praktis tidak larut dalam etanol, dalam kloroform,

dalam eter, dalam aseton dan dalam minyak jamak

Keasaman-kebasaan pH larutan 0,25% sampai 5,5

Kadar air tidak lebih dari 1,5%

2. Sefalosporin

Sefaosforin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium yang disolasi pada tahun

1948 oleh brotzu.

Inti dasar safalosforin C ialah asam 7-amino-sefalosporanat (7-ACA :

7aminocephalosporanic acid) yang merupakan kompleks cicin dihidrotiazin dan cicin

betalaktam.

Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi berdasarkan aktivitas antimikrobanya yang secara

tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya. Dewasa ini sefalosporin

yang lazim digunakan dalam pengobatan , telah mencapai generasi keempat.

a. Generasi ke-1: sefalotin dan sefazolin, sefradin, sefaleksin dan sefadroksil. Zat-zat ini

terutama aktif terhadap cocci Gram-pisitif, tidak berdaya terhadap gonococci, H.

Influenzae, Bacteroides dan Pseudomonas, Pada umumnya tidak tahan terhadap

laktamase .

b. Generasi ke-2 : sefaklor, sefamandol, sefmetazol dan sefuroksim lebih aktif terhadap

kuman Gram-negatif , termasuk H. Influenzae, proteus, Klebsiella, gonogocci dan


kuman-kuman yang resisten untuk amoksisilin. Obat-obat ini agak kuat tahan-

laktamase. Khasiatnya terhadap kuman Gram-positif

c. Generasi ke-3 : sefaperazon, sefotaksim (Claforan), seftizoksim (Cefizox),

seftriakson (Recephin), sefotiam (Cefradol), sefiksim (sofix), sefprodoksim (Banan),

dan sefprozil (Cefzil). Aktivitasnya terhadap kuman Gram-negatif lebih kuat dan

lebih luas lagi dan meliputi Pseudomonas dan Bacteroides, khususnya seftazidim.

Resistensinya terhadap laktamase juga lebih kuat, tetapi khasiatnya terhadap

stafilakokok jauh lebih rendah. Tidak aktif terhadap MRSA dan MRSE.

d. Generasi ke-4 : sefepim dan sefpirom. Obat-obat baru ini (1993) sangat resisten

terhadap laktamase, sefepim juga aktif sekali terhadap pseudomonas.


Mekanisme kerja

Mekanisme kerja antimikroba sefalosporin ialah menghambat sintesis dinding sel

mikroba. Yang dihambat ialah reaksi transpeptidase tahap ke-3 dalam rangkaian reaksi

pembentukan dinding sel.

Sefalosporin aktif terhadap kuman gram-positif maupun gram-negatif, tetapi spektrum

antimikroba masing-masing derivat bervariasi.

Sifat fisika kimia

Sifat-sifat fisik kebanyakan sefalosporin berupa padatan yang berwarna putih, coklat,

atau kuning muda, yang biasanya tidak berbentuk (amorf), tetapi kadang-kadang bisa

berbentuk kristal, sefalosporin umumnya tidak memiliki titik leleh yang tinggi. Sifat

asamnya umumnya berasal dari gugus karboksilatnya yang terikat pada cincin

dihidrothiazin. Nilai keasamannya, pKa tergantung kondisi lingkungannya. Salah satu

sifat fisik yang mencolok dari sefalosporin adalah frekuensi spektrum inframerah.

Absorbsi terjadi pada frekuensi tinggi (1770-1815 cm-1) yang berasal dari karbonil

betalaktam nya. Dibandingkan dengan frekuensi gugus karbonil pada senyawa lain, misal

karbonil ester(1720-1780 cm-1) dan amida (1504-1695 cm-1), bisa dibilang cukup

tinggi. Sifat-sifat kimia adanya gugus betalaktam sangat mempengaruhi sifat kimia dari

sefalosporin. Bentuk geometri cincin dengan ikatan rangkap didalamnya, menjadikan

sefalosporin sebagai molekul yang cukup stabil karena memungkinkan terjadinya

resonansi.

3. KARBAPENEM

Karbapenem merupakan betalaktam yang struktur kimianya berbeda dengan

penisilin dan sefalosporin. Golongan obat ini mempunyai spektrum aktifitas yang

lebih luas.

Mekanisme kerja dan spektrum antibakteri.


Imipenem mengikat PBP2 dan menghambat sintesis dinding sel kuman. In

vitro obat ini berspektrum sangat luas, termasuk kuman gram-positif dan gram-

negatif, baik yang aerobik maupun anaerobik: imipenem beraktivitas bakterisid.

4. Monobaktam

Monobaktam merupakan suatu senyawa betalaktam monosiklik, dengan inti

dasar berupa cincin tunggal, asam-3 aminobaktamat. Struktur ini berbeda struktur

kimia golongan antibiotika betalaktam terdahulu misalnya penisilin, sefalosporin,

karbapenem, berinti dasar cincin ganda

Mekanisme kerja

Bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel kuman, seperti antibiotika betalaktam lain.

Antibiotik ini dengan mudah menembus dinding dan membran sel kuman gram-negatif aerobik,

dan kemudian mengikat penicilin-blinding-profein (=PBP 3), pengaruh interaksi tersebut pada

kuman ialah terjadi perubahan bentuk filamen, pembelahan sel terhambat dan mati.
Sifat dan karakteristik

Monobaktam pada awalnya diisolasi dari kuman a.l gluconocabakter,

acetobacter,chromobacterium, tetapi aktivitas antibakterinya sangat lemah kemudian

dikembangkan monobaktam sintettik, yaitu aztreonam, dengan menambahkan suatu oksin-

aminotiazol sebagai rantai samping ditambah gugus karboksil pada posisi 3 dan satu gugus alfa-

metil pada posisi 4.

METODE ANALISIS ANTIBIOTIKA B-LAKTAM

Analisis antibiotika secara hayati merupakan metode yang paling cocok. Metode ini

merupakan metode pilihan pertama (method of choice) untuk penentuan senyawa antibiotika

baru. Pada penentuan secara hayati, potensi antibiotik dinyatakan dalam satuan unit. Jika

keadaan memungkinkan baru ditetapkan secara kimia. Berikut akan diuraikan cara analisis

beberapa antibiotik beta lactam.

1. Volumetri

Volumetri adalah metode analisis kuantitatif berdasarkan pengukuran volume

larutan.Antibiotika beta-laktam dalam sediaan tunggal atau dalam keadaan bulk dapat

dianalisis secara volumetri menggunakan metode iodometri dan metode asidi-alkalimetri.

a. Metode iodometri

Iodometri adalah suatu proses tak langsung melibatkan iod. Ion iodida berlebih

ditambahkan pada suatu agen pengoksidasi, membebaskan iodin, yang kemudian

dititrasi dengan natrium thiosulfat.

Cincin B-laktam pada penisilin dipecah oleh alkali atau penisilinase

menghasilkan asam penisiloat. Asam penisiloat yang terjadi dapat ditetapkan kadarnya

secara iododmetri karena asam ini dapat mengikat iod, sedangkan penisilin tidak dapat

mengikat iod.
Cara penetapan kadar penisilin jumlah secara ioodometri; lebih kurang 500mg

Na ampisilin yang ditimbang seksama dilarutkan dalam air secukupnya hingga 100ml.

Sebanyak 5,0 ml larutan dipipet ke dalam labubersumbat kaca, ditambah 1 ml natrium

hidroksida 1 N dan dibiarkan selama 20 menit. Larutan selanjutnya ditambah 5 ml

larutan dapar yang dibuat dengan mencampurkan 5ml asam asetat 12%, 5v ditambah 1

ml asam klorida 1 N dan 10 ml iodium 0,01 N, dibiarkan selama 20 menit, dan terlindung

dari cahaya. Larutan dititrasi dengan baku natrium thiosulfat 0,01 N menggunakan indikator

1 ml kanji 0,5%. Dilakaukan titrasi blanko dengan cara: diambil 5,0 ml larutan yang sama

dan dimasukkan ke dalam labu bersumbat kaca. Larutan ditambah 5 ml larutan dapar dan

10,0 ml iodium 0,01 N, dibiarkan selama 20 menit dan terlindung dari cahaya. Larutan

ditirasi dengan baku natrium thiosulfat 0,01 N menggunakan indikator 1 ml kanji 0,5%.

Selisih volume larutan baku thiosulfat blanko dengan volume thiosulfat awal setara dengan

jumlah iodium yang bereaksi dengan Na ampisilin. Tiap ml na thiosulfat 0,01 N setara

dengan 3,714 mg Na ampisilin.

2. Spektrofluorometri

Spektrofluorometri adalah suatu prosedur yang menggunakan pengukuran

intensitas cahaya fluorosensi yang dipancarkan oleh zat uji dibandingkan dengan yang

dipancarkan oleh suatu baku tertentu.


Metode spektrofluorometri telah digunakan untuk analisis sefuroksin (Murillo

dkk, 19994). Sefuroksin merupakan antibiotika sefalosforin semi sintetik. Secara struktur

kimia, perbedaan utama antara sefalosforin yang tersedia di pasaran dengan sefuroksin

adalah bahwa sefuroksin mengandung suatu gugus metoksiimino pada posisi 7 pada cincin

B-laktam, dan juga mengandung karbamat pada posisi 3 dalam cincin. Adanya gugus

metoksiimino mampu memberikan peningkatan stabilitas terhadap hidrolisis dengan

beberapa enzim B-laktamase, dan adanya gugus karbamat akan memberikan stabilitas

metabolik,

Prosedur umum: alikuot larutan sefuroksin diencerkan secara sesuai, ditambah

dengan NaOH 1 M dan dipanaskan pada suhu 90C selama 1 jam untuk menghasilkan

produk berfluorosensi. Setelah selesai perlakuan dengan panas, larutan segera didingkan

pada suhu kamar dengan menggunakan penangas es, dan pH larutan diatur 7 dengan

penambahan HCl. Alikuot yang dihasilkan selanjutnya dipindahkan ke labu takar 25 ml

sedemikian rupa sehingga larutan yang dihasilkan mengandung 0,5-1,70ug/ml sefalosforin

terhidrolisis; sebanyak 5,0 ml buffer pH 10,5 ditambahkan, dan larutan diencerkan sampai

volume dengan air. Intensitas fluorosensi diukur pada eks 380 dan em 436nm terhadap

sampel blanko yang diperlakukan serupa. Konsentrasi sefuroksin yang terdapat dalam

sampel ditentukan dengan kurva kalibrasi.

Sediaan injeksi. Kandungan dalam vial injeksi diletakkan dalam labu takar

100 ml dan diencerkan sampai volume dengan air yang sebelumnya telah disaring

dengan Milli-Q. Suatu alikuot larutan yang megandung 5 mg diencerkan dan dikenai

perlakuan suhu dalam lingkungan alkali sebagaimana dijelaskan di atas. Persentase

antibiotika dihitung dari kurva kalibrasi yang diperoleh dengan menggunakan standar

sefuroksin.
Sediaan suspensi. Sejumlah serbuk yang sesuai yang digunakan untuk

menyiapkan suspensi yang setara dengan 0,025 mg sefuroksin (dinyatakan dalam Na

sefuroksin) dipindahkan dalam labu takar 250 ml. Sefuroksin asetil larut dalam NaOH,

dan karenanya dimungkinkan untuk melakukan proses hidrolisis sebagaimana di atas

untuk menghasilkan produk fluoresen yang sama dari sefuroksin asetil. Setelah

dilakukan pendinginan larutan yang telah terhidrolisis, larutan disaring, dan dilanjutkan

sebagaimana dalam prosedur umum.


DAFTAR PUSTAKA

Sulistia gan gunawan, 2016 Farmakologi dan Terapi fakultas kedokteran universitas

indonesia, jakarta

Sudjadi, 2012 Analisis farmasi pustaka pelajar celeban timur, yogyakarta

Tjay ,2008 obat-obat penting PT.elex media komputindo, jakarta

Emaliah , 2013 antibiotik poltekkes kemenkes RI , pangkal pinang

Anda mungkin juga menyukai