RENY
161051601005
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
1. Jelaskan perbedaan teori konstruktivisme dan behaviorisme!
Jawab: Perbedaan teori konstruktivisme dan behaviorisme yaitu:
a. Behaviorisme yang memandang bahwa belajar merupakan aktivitas pengumpulan
informasi yang diperkuat oleh lingkungannya, sedangkan konstruktivisme
mengemukakan bahwa pengetahuan itu adalah kegiatan aktif siswa meneliti
lingkungannya (Bettercourt dalam Aunurahman: 2009). Karena siswa aktif berperan
membangun pengetahuan dan pemahamannya sendiri, maka setiap siswa harus
mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Siswa hendaknya memahami
karakteristik gaya belajarnya. Sebagai contoh terdapat sebagian siswa yang merasa sangat
terbantu mengingat suatu informasi atau konsep tertentu jika yang dia pelajari dibuat
dalam bentuk skema, gambar atau symbol tertentu, sedangkan siswa yang lain sangat
terbantu memahami suatu konsep jika mereka diberi kesempatan membuat kesimpulan
yang mereka susun sendiri.
b. Belajar dengan pada penetapan tujuan pembelajaran pada setiap sesi pelajaran. Sehingga
perubahan perilaku siswa pada aspek pengetahuan dapat diamati dengan segera untuk
dapat diberikan tindakan selanjutnya. Konstruktivisme merupakan landasan berpikir
(filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan yang dibangun sedikit demi sedikit,
yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-
tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk
diambil dan diangkat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan
memberi makna melalui pengalaman nyata. Untuk itu siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut
dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dibenak
mereka.menggunakan pendekatan behaviorisme sangat menekankan pada perubahan
perilaku siswa pada setiap akhir pembelajaran yang dapat diukur dan diamati. Hal ini
berimplikasi.
B. Teori Konstruktivisme
1) Teori Individual Cognit ive Construct ivist
Teori ini dikemukakan oleh Jean Peaget (1977). Teori ini biasa juga disebut teori
perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori ini berfokus pada
konstruksi internal individu terhadap pengetahuan. Menurut Peaget (Gedler, 1994:310)
interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan itulah pengetahuan. Artinya,
pengetahuan itu suatu proses, bukannya suatu barang. Karena itu, untuk memahami
pengetahuan orang dituntut untuk mengenali dan menjelaskan berbagai cara bagaimana
individu berinteraksi dengan lingkungannya. Cognitive Constructivist menekankan pada
aktivitas belajar yang ditentukan oleh pembelajar dan berorientasi penemuan sendiri.
Misalnya, guru matematika yang menggunakan perspektif ini akan berpandangan bahwa
anak akan belajar fakta matematika lebih efektif jika mereka menemukan fakta tersebut
sendiri atas dasar apa yang telah mereka ketahui, dibandingkan jika fakta tersebut disajikan
oleh guru. Dengan demikian, belajar merupakan proses reorganisasi kognitif secara aktif
(Duffy dan Cunningham, dalam Khodijah,2014:82).
Teori ini mengemukakan tahap-tahap perkembangan pribadi serta pertambahan umur
yang mempengaruhi kemampuan belajar individu. Artinya juga berkenaan dengan kesiapan
anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga
dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri
tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Menurut Piaget (Khodijah, 2014:82),
perkembangan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang
sebelumnya tidak ada. Dalam hal ini, perkembangan kognitif manusia melalui 4 tahap,
yaitu: (1) tahap sensori motoris (0-2 tahun), di mana anak belum mempunyai konsepsi
tentang objek secara tetap. Ia hanya dapat mengetahui hal-hal yang ditangkap melalui
indranya; (2) tahap preoperasional (2-7 tahun), di mana mulai timbul perkembangan
kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dijumpai; (3) tahap operasional konkret
(7-11 tahun), di mana anak telah dapat berpikir konkret; dan (4) tahap operasional formal
(11-15 tahun), di mana anak telah mempunyai pemikiran abstrak pada bentuk-bentuk yang
kompleks. Dari pandangan Peaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat
dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu
berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak berkaitan dengan anak dan
lingkungan belajarnya menurut pandangan konstruktivisme (Khairani, 2014: 78)
Perkembangan kognitif menurut Peaget dipengaruhi oleh tiga proses dasar: asimilasi,
akomodasi, dan ekuilibrasi. Secara singkat, asimilasi ialah penyerapan informasi baru dalam
pikiran, akomodasi ialah menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru,
sehingga informasi tersebut mempunyai tempat, dan ekuilibrasi ialah penyesuaian kembali
yang terus dilakukan antara asimilasi dan akomodasi. Ekuilibrasi merupakan faktor yang
paling penting, sebab ekuilibrasi ini merupakan proses pengaturan diri dan pengoreksi diri
dari si pembelajar. Ekuilibrasi menyebabkan perkembangan kognitif berjalan secara padu
dan tersusun baik.