Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELOMPOK

TEKHNOLOGI SEDIAAN FARMASI STERIL

PIROGEN

OLEH :

KELOMPOK III

MUSDALIFAH RESKI WAHYU

NILA KHAERA AMANIA A. RINI BIDASARI RAZAK

NURFADLIA SANDYI ANDIA BAE

NUR RESKY AMELIA K. SYAHRANI

NURSINAH ULFA UTARI AMRUS

RADIAH ZAINUDDIN

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

SAMATA GOWA

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demam merupakan regulasi panas pada suatu tingkat suhu yang lebih tinggi
dan berhubungan dengan peningkatan tolak ukur hipotalamus (Ernst Mutschler,
1991). Demam paling sering dijumpai di Indonesia, diperkirakan angka
kejadian jauh lebih tinggi, mengingat banyaknya kejadian infeksi (Soeroso,
1989). Demam berhubungan dengan banyak penyebab baik patologis maupun
nonpatologis namun menyertai hampir semua infeksi, terjadi dalam waktu
singkat, meskipun dalam beberapa kasus dapat berlangsung lebih lama. Bahan-
bahan bakteri dan virus dapat menyebabkan demam yang disebut demam
pirogen eksogen (Ernst Mutschler, 1991); (Braunwald, et al., 2005). Suhu tubuh
normal berkisar antara 35,9-37,3C dengan variasi berbeda (Houssay, 1955).
Sejak zaman purbakala, demam telah dikenal sebagai tanda utama
penyakit,tetapi pengertian tentang patofisiologi demam tergolong relatif masih
baru. Substansiyang dapat menimbulkan demam disebut pirogen. Ada dua
macam pirogen, yaitu pirogen endogen yang dibentuk oleh sel-sel tubuh sebagai
respons terhadap stimulusdari luar (misal: toksin), dan pirogen eksogen yang
berasal dari luar tubuh.
Pada1948, dr. Paul Beeson menemukan bahwa demam timbul karena
adanya produk sel peradangan hospes yang merupakan pirogen endogen.
Belakangan ini, terbukti bahwa fagosit mononuklear merupakan sumber utama
pirogen endogen dan bahwa bermacam-macam produk sel mononuklear dapat
menjadi mediator timbulnyademam.Dewasa ini diduga bahwa pirogen adalah
suatu protein yang identik denganinterleukin-1. Di dalam hipotalamus zat ini
merangsang penglepasan asam arakidonatserta mengakibatkan peningkatan
sintesis Prostaglandin E2 yang langsung dapatmenyebabkan suatu pireks.
Dalam tekhnologi sediaan steril, keberadaan pirogen di dalam sediaan
sangatlah diharamkan karena akan membahayakan kesehatan pasien. Untuk itu
perlu dipelajari hal-hal yang berkaitan dengan pirogen agar kita memahami
berbahanya pirogen bagi kesehatan.
Pada makalah ini akan di bahas mengenai pirogen dan hal-hal penting untuk
mengetahui keberadaannya serta cara-cara menghindari dan cara-cara
menghilangkan pirogen.
B. Rumusan masalah

1. Bagaimana sejarah ditemukannya pirogen ?

2. Teori-teori apa saja yang berkembang tentang pirogen ?

3. Apa saja sumber-sumber pirogen ?

4. Bagaimana cara-cara pencegahan pirogen ?

5. Apa saja uji-uji untuk mengetahui adanya pirogen ?

6. Bagaimana cara menghilangkan pirogen

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Untuk mengetahui apa itu pirogen dan sumber-sumber kontaminan pirogen

2. Untuk mengetahui cara-cara pencegahan, penghilangan, dan uji-uji

pathogen

D. Manfaat Penulisan Makalah

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi tentang pirogen dan

menambah wawasan kita tentang bagaimana menanggulangi pirogen terutama

dalam suatu sediaan farmasi steril.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Pirogen

Pirogen berasal dari kata pyro yang artinya keadaan yang berhubungan
dengan panas, dan kata gen yang artinya membentuk atau menghasilkan
.Pirogen adalah suatu produk mikroorganisme, terutama dari bakteri gram
negatif (Teztee,2009)
Pirogen adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang dinyatakan
sebagai senyawa lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira-kira 5-10% massa
total bakteri. Pirogen ini merupakan senyawa yang jika masuk ke aliran darah
akan mempengaruhi suhu tubuh dan biasanya menghasilkan demam.
Pengobatan demam yang disebabkan oleh pirogen sangat sulit dan pada
beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Pirogen berasal dari kelompok
senyawa yang luas, meliputi endotoksin (LPS). Endotoksin adalah suatu
molekul yang berasal dari membran luar bakteri gram negatif.Organisme gram
negatif membawa 3-4 juta LPS pada permukaannya yang meliputi 75%
permukaan membran luar (Sudjadi,2008)
Pirogen merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam dan sering
mencemari sediaan farmasi.Sampai saat ini, substansi pirogenik yang diketahui
paling aktif dan paling sering mencemari sediaan farmasi adalah endoktoksin,
selain itu masih banyak substansi pirogenik lainnya seperti bakteri, fungi, DNA-
RNA virus, protein, polipeptida dan lain (Usman,1988).
Endotoksin merupakan suatu produk miroorganisme terutama dari gram
negatif yang terdiri atas suatu senyawa kompleks lipopolysakarida yang
pyrogenic, suatu protein dan suatu lipid yang inert.Pada saat ini endoktoksin
diketahui merupakan pirogen yang paling kuat, namun kehadiran pirogen lain
dalam suatu sediaan perlu diperhitungkan karena manusia tidak hanya
dipengaruhi endoktoksin saja tetapi juga pirogen yang lain (Gennaro et al.,
1990).
Pada tahun 1923 seibert membuktikan bahwa pirogen adalah substansi yang
tidak tersaring, termostabil, dan non volatile. Pada tahun 1937 Co Tui
membuktikan bahwa kontaminasi pirogen ini juga terjadi pada alat-alat seperti
wadah-wadah untuk melarutkan obat suntik, juga pada zat kimia yang
digunakan sebaga zat berkhasiat (Gennaro et al., 1990).
B. Teori Tentang Pirogen
Pirogen adalah senyawa dengan berat molekul tinggi yang dinyatakan
sebagai senyawa lipopolisakarida yang diproduksi oleh kira-kira 5-10% massa
total bakteri. Pirogen ini merupakan senyawa yang jika masuk ke aliran darah
akan mempengaruhi suhu tubuh dan biasanya menghasilkan demam.
Pengobatan demam yang disebabkan oleh pirogen sangat sulit dan pada
beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Pirogen berasal dari kelompok
senyawa yang luas, meliputi endotoksin (LPS). Endotoksin adalah suatu
molekul yang berasal dari membran luar bakteri gram negatif.Organisme gram
negatif membawa 3-4 juta LPS pada permukaannya yang meliputi 75%
permukaan membran luar (Sudjadi,2008)
Pirogen merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam terutama
dari bakteri gram negatif yang terdiri atas suatu senyawa kompleks
lipopilisakarida. Pada saat ini endotoksin diketahui merupakan pirogen yang
paling kuat, namun kehadiran pirogen lain dalam suatu sediaan perlu
diperhitungkan; karena manusia tidak hanya respon terhadap endotoksin tetapi
juga pirogen yang lain (Suwandi. 1988)
Sifat-sifat pirogen:
1. Termostabil, sehingga hanya dapat dihilangkan dengan pemanasan pada
suhu 650 derajat C selama 1 menit
2. Larut dalam air
3. Tidak dipengaruhi oleh bakterisida biasa
4. Tidak menguap
5. Berat Molekul (BM) antara 15.000-4.000000 dan
6. Ukuran umumnya 1-50 millimikron

Secara garis besar dikelompokkan menjadi 2 golongan, yaitu pirogen


endogen dan eksogen.
1. Pirogen endogen
Pada intinya, semua pirogen endogen adalah sitokin, molekul yang
merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Mereka diproduksi oleh sel-
sel kekebalan tubuh diaktifkan dan menyebabkan peningkatan titik
thermoregulatory set di hipotalamus. Pirogen endogen utama interleukin 1
( dan ), [20] interleukin 6 (IL-6). Pirogen endogen kecil termasuk
interleukin-8, tumor necrosis factor-, makrofag inflamasi protein- dan
makrofag inflamasi protein- serta interferon-, interferon-, dan
interferon-. [20] Tumor necrosis factor- juga bertindak sebagai pirogen a.
Hal ini dimediasi oleh interleukin 1 (IL-1) release. [21]
Faktor-faktor sitokin ini dilepaskan ke dalam sirkulasi umum, di mana
mereka bermigrasi ke organ circumventricular otak karena penyerapan lebih
mudah disebabkan oleh berkurangnya aksi filtrasi penghalang darah-otak di
sana. Faktor sitokin kemudian mengikat dengan reseptor endotel pada
dinding pembuluh, atau berinteraksi dengan sel-sel mikroglia lokal. Ketika
faktor-faktor sitokin mengikat, jalur asam arakidonat kemudian diaktifkan.
2. Pirogen Eksogen
Salah satu model untuk mekanisme demam yang disebabkan oleh pirogen
eksogen meliputi LPS, yang merupakan komponen dinding sel bakteri gram
negatif. Sebuah protein kekebalan yang disebut protein lipopolisakarida
mengikat (LBP) mengikat LPS. LBP-LPS kompleks maka berikatan dengan
reseptor CD14 dari makrofag dekatnya. Hasil ini mengikat dalam sintesis
dan pelepasan berbagai faktor endogen sitokin, seperti interleukin 1 (IL-1),
interleukin 6 (IL-6), dan tumor necrosis factor-alpha. Dengan kata lain,
faktor-faktor eksogen menyebabkan pelepasan faktor endogen, yang, pada
gilirannya, mengaktifkan jalur asam arakidonat (Walter F. 2003; 1300).

Mekanisme Demam
Sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit, makrofag,
dan sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen IL-1(interleukin 1), TNF (Tumor Necrosis Factor ), IL-6
(interleukin 6), dan INF (interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi
hipotalamus untuk meningkatkan patokan termostat. Hipotalamus
mempertahankan suhu di titik patokan yang baru dan bukan di suhu normal.
Sebagai contoh, pirogen endogen meningkatkan titik patokan menjadi 38,9 C,
hipotalamus merasa bahwa suhu normal prademam sebesar 37 C terlalu dingin,
dan organ ini memicu mekanisme-mekanisme respon dingin untuk
meningkatkan suhu tubuh (Ganong, 2002).
Berbagai laporan penelitian memperlihatkan bahwa peningkatan suhu tubuh
berhubungan langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk
mengatasi berbagai rangsang. Ransangan endogen seperti eksotoksin dan
endotoksin menginduksi leukosit untuk mengeluarkan pirogen endogen, dan
yang poten diantaranya adalah IL-1 dan TNF, selain IL-6 dan IFN. Pirogen
endogen ini akan bekerja pada sistem saraf pusat tingkat OVLT (Organum
Vasculosum Laminae Terminalis) yang dikelilingi oleh bagian medial dan
lateral nukleus preoptik, hipotalamus anterior, dan septum palusolum. Sebagai
respon terhadap sitokin tersebut maka pada OVLT terjadi sintesis
prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat
jalur COX-2 (cyclooxygenase 2), dan menimbulkan peningkatan suhu tubuh
terutama demam (Nelwan dan Sudoyo, 2006).
C. Sumber-sumber Pirogen

Pirogen dapat masuk dalam sediaan dalam arti berupa mikroorganisme


hidup/mati. Mungkin sumber terbesar dari berbagai kontaminasi adalah air yang
digunakan pada proses pembuatn. Walaupun destilasi yang tepat akan
menyediakan air bebas pirogen, kondisi penyimpanannya harus tidak dapat
dimasuki oleh mikroorganisme dan pertumbuhannya dicegah.
Sumber potensial yang lain dari kontaminasi adalah perlengkapan. Bahan-
bahan pirogenik melekat kuat pada gelas atau permukaan lain. Residu dari
larutan dalam peralatan yang digunakan sering terjadi menjadi kultur
bakteriyang terkontaminasi pirogenik. Walaupun peralatan yang sudah dicuci
dibiarkan di udara dapat mengandung nutrisi yang nyata untuk pertumbuhan
mikroorganisme karena pengeringan tidak menghancurkan pirogen, pirogen
dapat tinggal dalam peralatan selama jangka panjang. Pencucian yang baik akan
menurunkan dan pemanasan kering akan mencegah kontaminasi peralatan yang
cocok untuk digunakan bahan terlarut dapat menjadi sumber nitrogen. Bahan
terlarut dapat mengkristal/mengendap dari larutan berair yang mengandung
kontaminasi pirogenik. Pada proses ini, pirogen dapat didihalangi melalui
lapisan partikel. Dalam beberapa kasus, bahan terlarut dapat dimurnikan dengan
rekristalisasi dan pencucian pengendapan atau cara lai untuk penghilangan
pirogen. Proses pembuatan harus diperhatikan sekali dansecepat mungkin untuk
meminimalkan kontaminasi. Tidak ada produk yang seharusnya disiapkan
dengan proses yang lengkap dalam satu hari kerja termasuk sterilisasi (RPS 18th
: 1550).
Sumber-sumber pirogen adalah sebagai berikut :
1. Scovilles : 196
Pada prinsipnya sumber pirogen adalah air destilat yang terlalu
terkontaminasi oleh bakteri yang tahan udara yang tumbuh dan
menghasilkan endotoksin. Sebagai tambahan, pirogen dapat dibawa ke
destilat pada proses destilasi. Sumber lain dari pirogen adalah air yang
melekat pada permukaan dalam wadah atau botol labu, yang dipakai dalam
penyiapan larutan. Zat terlarut seperti dekstrosa dan NaCl juga dapat dapat
mengandung pirogen.
2. RPS 18th : 1550
Pirogen dapat masuk kedalam sediaan melalui beberapa cara berupa
mikroorganisme hidup atau mati. Mungkinsumber potensial terbesar dari
berbagai kontaminasi adalah air yang digunakan dalam proses. Walaupun
destilasi yang tepat akan menyediakan air bebas pirogen, kondisi
penyimpanan harus tidak dapat dimasuki oleh mikroorganisme dan
pertumbuhannya dicegah. Sumber potensial yang lain dari kontaminasi
adalah perlengkapan. Bahan-bahan pirogen melekat kuat pada gelas dan
permukaan lain. Residu larutan dalam peralatan yang digunakan sering
menjadi media kultur bakteri dengan kontaminasi pirogenik. Walaupun
peralatan yang sudah dicuci dibiarkan basah dan dibiarkan diudara dapat
mengandung nutrisi yang nyata untuk pertumbuhan mikroorganisme karena
pengeringan tidak menghancurkan pirogen, pirogen dapat tinggal dalam
peralatan dalam jangka panjang. Pencucian akan mengurangi kontaminasi
dan pemanasan kering akan mencegah kontaminasi peralatan yang cocok
untuk digunakan. Bahan terlarut dapat menjadi sumber pirogen. Bahan
terlarut dapat mengkristal atau mengendap dari larutan berair yang
mengandung kontaminasi pirogenik. Pada proses ini, pirogen dapat
dihalangi melalui lapisan partikel. Dalam beberapa kasus, bahan terlarut
dapat dimurnikan dengan rekristalisasi dan pencucian pengendapan atau
cara lain untuk penghilangan pirogen.
3. SDF : 46
Kebanyakan sumber utama dari pirogen adalah air yang digunakan untuk
membuat larutan. Walaupun air itu sendiri medium kultur yang buruk,
kontaminasi dapat terjadi melalui mikroorganisme yang membuat udara dan
debu. Seperti yang telah didiskusikan, inilah alasan satu-satunya digunakan
dalam sediaan adalah air untuk injeksi. Jika destilasi digunakan untuk
menyiapkan air untuk injeksi, masih perlu dirancang dan digunakan dengan
lebih baik. Pirogen dipindahkan dari air dengan destilasi, pirogen tidak
menguap. Destilasi bebas pirogen dikumpulkan dalam wadah steril dan
bebas pirogen. Jika wadah tidak bebas pirogen, pirogen dalam wadah akan
dilarutkan dalam air, hal ini yang menyebabkan pirogenik. Jika wadah tidak
steril, mikroorganisme dapat tumbuh dan memproduksi pirogen,
menghasilkan larutan pirogenik. API, ketika dikumpulkan dalam wadah
bebas pirogen dan steril, harus digunakan kurang dari 24 jam untuk sediaan
produk parenteral yang disterilakan pada perode ini. Jika air untuk injeksi
disimpan untuk waktu yang lebih panjang, air untuk injeksi dapat disimpan
dalam wadah bebas pirogen dan steril pada suhu 5o atau 30o, suyhu dimana
mikroorganisme tidak akan tumbuh, kemungkinan menghilangkan pirogen.
Pilihan lain adalah sterilisasi air untuk injeksi, dengan demikian
mempertahankan stabilitas sampai waktu penggunaaan.
D. Pencegahan Terhadap Pirogen
Dalam pembuatan sediaan, perlu dilakukan pencegahan agar tidak terdapat

pirogen yang terkandung utamanya pada sediaan steril. Berikut adalah cara

pencegahan pirogen :

a. Scovilles : 196-197

Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mencegah pemasukan dan

peningkatan pirogen dalam cairan parenteral. Hal paling penting adalah

dengan tepat merancang dan pengoperasian penyulingan, dicocokkan untuk

mencegah tetesan dari air mendidih kedalam destilat. Destilat harus

dikumpulkan dalam wadah yang telah dibilas dengan air destilat segar.

Perlakuan untuk menghilagkan tetesan-tetesan air yang terakumulasi yang

dapat mengandung pirogen atau untuk menghilangkan bahan pirogenik

yang dapat mengering dan melekat pada bagian dalam permukaan

wadah.Usaha perlindungan menghindarkan kontaminasi destilat oleh

bakteri tahan udara harus dilatih. Air destilasi harus terlindung selama

penggumpalan dan harus digunakan sesegera mungkin setelah didestilasi

untuk mencegah perkembangbiakan bakteri yang mungkin ada. Larutan

seharusnya disaring, dikemas, disegel, dan disterilkan dengan secepat

mungkin.

b. Scovilles : 194

Jauh lebih baik mencegah pembentukan pirogen daripada mengusahakan

pemindahan atau penghancurannya. Namun, pirogen dapat dihilangkan


dengan adsorbsi pada penyaring asbestos aktif atau pada arang aktif. Kedua

metode ini digunakan, khususnya bila diperkirakan bahwa bahan kimia

terkontaminasi dengan pirogen. Metode penyaring asbes aktif terdiri dari

sediaan larutan yang dilewatkan melalui penyaring asbes kompresi dari

serum seitz no 3 pirogen diabsorbsi pada permukaan dari asbes dan oleh

karena itu pirogen dihilangkan dari larutan. Juga telah disebutkan bahwa

pirogen dapat dihilangkan dengan filtrasi melewati alat penyaring yang lain.

Arang aktif juga menghilangkan pirogen dari larutan dengan absorbsi.

Larutan dikocok dengan 0,1 % arang aktif serbuk halus selama 5-10 menit.

Arang dibiarkan mengendap dan cairan supernatan didekantasiatau arang

dapat dihilangkan dengan penyaringan kertas saring yang keras karena

serbuk halus arang sulit dihilangkan dengan kertas saring. Hudson

menyarankan sistem penyaringan menggunakan kombinasi pasir murni,

kertas saring dan penyaring gelas sinter. Arang yang tergranulasi tidak

efektif menghilangkan pirogen.

E. Uji-uji Pirogen

Untuk mendukung fakta bahwa larutan parenteral, perangkat serta untuk


administrasi mereka, bebas dari jumlah kontaminan berbahaya dari pyrogenic,
Sampel diambil dari setiap batch produksi dikenakan tes resmi untuk pirogen.
Tes ini adalah tes biologis menggunakan kelinci sebagai hewan uji, karena
kelinci sangat sensitif terhadap pirogen. (SDF, 1974 : 48)
Uji pirogen menggunakan kelinci sehat yang telah dijaga dalam keadaan
lingkunagan dan makanan yang tepat sebelum dilakukan uji. Temperature
normal atau temperature control diukur untuk tiap hewan yang akan digunakan.
Temperatur ini digunakan sebagai dasar penentuan setiap kenaikan temperature
yang ditimbulakan akibat dari penyuntikan larutan yang akan diuji. Kelinci-
kelinci yang digunakan temperaturnya tidak boleh berbeda lebih dari 1o, satu
dengan yang lainnya, dan temperature tubuh tersebut diperkirakan tidak akan
meningkat. Ringkasan prosedur uji tersebut adalah sebagai berikut : (Ansel,
1989: 419)
Jadikanlah alat suntik, jarum dan alat gelas bebas pirogen dengan cara
memanaskan pada temperature 250oC selama tidak kurang dari 30 menit atau
dengan cara lain yang sesuai. Hangatkan produk yang akan diuji sampai
temperature 37oC 2oC. (Ansel, 1989: 419)
Suntikkan produk yang akan diuji pada vena telinga setiap kelinci sebanyak
10 ml per kg berat badan, selesaikan tiap suntikan dalam waktu 10 menit
dihitung dari awal pemberian. Catat temperature pada 1,2, dan 3 jam sesudah
penyuntikan. Bila masing-masing kelinci tidak ada ynag temperaturnya
meningkat 0,6oC atau lebih dari temperature control masing-masing, dan jika
hasil penjumlahan kenaikan temperature dari 3 kelinci tidak lebih dari 1,4oC.
Maka zat yang diuji memenuhi persyaratan bebas pirogen. Jika kelinci-kelinci
menunjukkan kenaikan temperature 0,6oC atau lebih atau hasil penjumlahan
kenaikan temperature 3 kelinci lebih dari 1,4oC, ulangi dengan menggunakan 5
kelinci lain. Jika tidak lebih dari 3 dari 8 kelinci, masing-masing menunjukkan
kenaikan temperature 0,6oC atau lebih dan jumlah kenaikan temperature 8
kelinci tidak lebih dari 3,7oC, maka larutan memenuhi ppersyaratan bebas
pirogen. (Ansel. 1989: 419)
Baru-baru ini telah ditemui bahwa ekstrak sel darah ketam sepatu kuda
(Limulus polyphemus) mengandung system enzim dan protein yang
menggumpal bila ada liposakarida dalam jumlah kecil. Penemuan ini,
merangsang perkembanga uji Limulus amebocyte lysate (LAL) untuk
mengetahui adanya pirogen dalam kerja penelitian dan pengawasan selama
proses berlangsung. Usulan-usulan untuk uji produk akhir obat dengan LAL
sedang dipertimbangkan oleh FDA. (Ansel, 1989: 419)
Uji LAL adalah metode spesifik untuk bakteri endotoksin, hanya untuk
pirogen yang signifikan pada kebanyakan pabrik farmasetikal dan peralatan
medis. Test didasarkan pada mekanisme primitive penggumpalan darah dari
kepiting seperti Kuda Amerika (Limulus polyphemus). Berberapa enzim
diletakkan pada sel darah amoeba kepiting yang dipicuh oleh endotoksin
perpanjangan koagulasi enzimatik yang di akhiri dengan produksi di gel
protenose. (Pharmaceutical Practice, 1990)
Test harus dihindarkan dari kontaminasi antimikroba sebelum dihindarkan,
test ini penting untuk memastikan bahwa tidak ada factor campuran dalam
sediaan, peralatan tidak menyerap endotoksin (seperti pada beberapa plastic)
dan sensitifitas dari lisat diketahui. (Pharmaceutical Practice, 1990)
Reagen test LAL disediakan dengan lyopilisasi sel di mubasit limulus.
Volume setara reagen LAL dan larutan test (0,1 mikron per masing-
masing)dicampurkan dalam gelas tube test elipirogenasi. Tube diinkubasikan
pada suhu 37oC selama 1 jam, setelah test wadah dibaca. Tube diambil dari
incubator dan diubah. Bekuan oleh yang rusak mengandung energy padatan
merupakan factor dari test positif. Ketika digunakan pada bagian ini bekuan gel
uji awalnya, melewati test kegagalan dibatasi dan reagen sensitive LAL.
(Pharmaceutical Practice, 1990)
Test LAL tambahan test ini dapat digunakan dalam laboratorium
farmaseutikal. Test ini spesifik untuk endotoksin gram negative, dimana test
pirogen kelinci sensitive untuk semua pirogen endotoksin dan sumber lain
disbanding gram negative. (Pharmaceutical Practice, 1990).
F. Cara menghilangkan Pirogen

1. PTM : 139

Pirogen dapat dipindahkan dari suatu larutan melalui destilasi dan ini

merupakan metode paling tua untuk memperoleh air bebas progen, dasar

untuk memperoleh atau memproduksi parenteral volume besar bebas

pirogen dalam skala besar. Ultrafiltrasi sampai 100 KD adalah alat yang

efektif dari penyaringan endotoksin yang mempunyai BM kira-kira 20 KD

tetapi pada kenyataannya ukuran agregat paling kurang 1000 KD. Osmosa
balik juga efektif memindahkan partikel samapai 1 nm, meliputi endotoksin.

Disisi lain, norit aktif, serat asbes dan polipropilen atau politeffiber atau

permukaan, seluruhnya efektif menyerap pirogen, utamanya melalui

interaksi hidrofobik. Pirogen atau endotoksin yang diadsorbsi dalam

permukaan lebih sulit untuk di pindahkan. Permukaan elestomerik seperti

pada segel dan penutup tidak dapat dipanaskan. Pirogen disini disyaratkan

untuk dipindahkan melalui pembilasan dengan air apirogenik. Banyak

permukaan logam atau gelas dapat diolah secara kimia, kebanyakan bahan

pengoksidasi seperti peroxid atau permanganat menjadi efektif. Sterilisasi

panas kering tidak efektif, tekanan pada 20 psig disyaratkan selama paling

kurang 5 jam untuk menghancurkan kebanyakan endotoksin. Metode

depirogenisasi ini di pilih untuk permukaan adalah panas kering pada suhu

sekitar 160-250oC paling kurang 30 menit kondisi yang baik yang telah

diset. Pengolah ini mengasumsikan bahwa peralatan pada bagian

permukaan dapat dipanaskan, dan tentu saja sangat sedikit produk yang

dapat diolah dengan cara ini. Wdah gelas, setelah pencucian dengan air

untuk injeksi, dikeringkan dan dipanaskan di bawah kondisi aliran laminar

pada oven berkesinambungan suhu 250oC atau lebih tinggi. Kondisi ini

meliputi kombinasi pengeringan, oksidasi dan pembakaran untuk

menghancurkan bahan pirogen.

2. SDF : 46-47

Pirogen dipindahkan dari air dengan destilasi, pirogen tidak menguap.

Destilasi bebas pirogen dikumpulkan dalam wadah steril dan bebas pirogen.
Air untuk injeksi, ketika dikumpulkan dalam wadah bebas pirogen dan

steril, harus digunakan kurang dari 24 jam untuk sediaan produk parenteral

yang disterilkan pada periode ini. Jika air untuk injeksi disimpan untuk

waktu lebih panjang, air untuk injeksi dapat disimpan dalam wadah bebas

pirogen dan steril pada suhu 5-80oC suhu dimana mikroorganisme tidak

akan tumbuh, kemungkinan menghilangkan pirogen. Pirogen dapat

dihilangkan dari wadah logam dan gelas melalui panas kering. Ketika

metode tidak praktis untuk ukutan wadah atau bukan metode pilihan untuk

alat-alat pada panas kering, pirogen dapat dihilangkan melalui pembilasan

wadah dengan baik dengan air untuk injeksi bebas pirogen, pirogen larut air,

dipindahkan melalui pembilasan yang diulang.

3. RPS 18th : 1850

Pirogen dapat dihancurkan melalui pemanasan pada temperatur tinggi.

Prosedur yang direkombinasikan untuk depirogenasi gelas dan peralatan

adalah pemanasan pada suhu 250oC selama 45 menit. Telah dilaporkan

bahwa 650o selama 1 menit atau selama 4 jam diharapkan dapat

menghancurkan pirogen. Hal itu dipastikan bahwa pencucian yang teliti

dengan deterjen akan menjadikan wadah gelas bebas pirogen jika dilindungi

selama proses produksi dan penyimpanan dari kontaminasi pirogen berat.

Putaran autoklaf biasa tidak bisa melakukan hal ini. Pemanasan dengan

alkali kuat dan atau larutan oksidasi akan menghancurkan pirogen. Suatu

metode yang digunakan untuk memindahkan pirogen dari larutan adalah

adsobsi dalam bahan adsortif. Namun, karena fenomena adsorbsi juga dapat
menyebabkan pemindahan selektif dari bahan kimia dari larutan dan filtrat

dapat dikontaminasi dengan bahan, metode ini dibatasi penggunaannya.

Kesimpulan :

1. Cara yang dapat diambil untuk mencegah pemasukan dan peningkatan

pirogen dalam cairan parenteral adalah dengan tepat merancancang dan

pengopersaian penyulingan.

2. Air destilasi harus terlindung selama pengumpulan dan harus digunakan

segera mungkin setelah destilasi untuk mencegah perkembangbiakan

bakteri yang mungkin ada,

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pirogen adalah merupakan substansi yang mampu menyebabkan demam
dan sering mencemari sediaan farmasi.
2. Jenis-jenis pirogen :
a. Pirogen endogen
b. Pirogen eksogen
3. Sumber-sumber pirogen :
a. Air
b. Wadah dan alat
c. Zat kimia terlarut
4. Uji-uji pirogen :
a. Rabbit test ( dengan menggunakan kelinci sebagai hewan coba)
b. LAL (Limulus amebocyte lysate) : pengujian dengan menggunakan
reagen.
c. Pengujian dengan kuantitatif dan kualitatif
5. Cara-cara menghilangkan pirogen :
a. Pembilasan
b. Destilasi
c. Ultrafiltrasi
d. Osmosa bolak balik
e. Karbon aktif
B. Saran
Disarankan pada farmasis untuk berhati-hati dalam memformulasi dan
membuat sediaan steril sehingga dapat meminimalisir keberadaan pirogen yang
dapat membahayakan kesehatan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Penerbit


UI Press.

Aulton, Michael. 1990. Pharmaceutical Practice. London : Oritic Livingston.

Ganong, W.F. 2002. Pengaturan Sentral Fungsi Visera. Dalam : Widjajakusumah


M.D., Editor. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.

Gennaro,A.R,et al. 1990. Remingons Pharmaceutical Science 18th Edition.


Pensylvania:Marck publishing company.
Nelwan, R.H.H., 2006. Demam: Tipe dan Pendekatan. Dalam: Sudoyo, A.W.,
Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata M., dan Setiati, S., Editor. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keempat. Jilid Ketiga. Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam.

Sudjadi.2008. Bioteknologi kesehatan. Yogyakarta: penerbit kanisius(anggota


IKAPI).

Suwandi. 1988. Uji Pirogenitas dengan Kelinci dan Limulus Amebocyt Lysate.
Cermin Dunia Kedokteran no.52.

Turco, Salvatore dan Robert E. 1974. Sterile Dosage Forms. London : Published
in Great Britain by Henry Kimpton Publishers.

Walter F., PhD. Boron. 2003. Medical Physiology: A Cellular And Molecular
Approaoch. Elsevier/Saunders. p. 1300. ISBN 1-4160-2328-3.

Teztee.2009.http://widanindri.blogspot.com/2009/05/pyrogen-pyrogen 200c.html
(diakses tanggal 1 maret 2014)

Anda mungkin juga menyukai