Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

GASTRITIS

OLEH :

BAYU PRANAYUDA

4116205

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

RAJAWALI BANDUNG

2017
A. DEFINISI
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet
yang tidak benar, atau makanan yang berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner and Suddarth, 2001).
Sedangkan menurut Mansjoer tahun 2001, gastritis akut adalah lesi
mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat
gangguan sirkulasi akut mukosa lambung. Gastritis adalah proses inflamasi pada
mukosa dan submukosa lambung, secara histopatologi dapat dibuktikan dengan
adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. (Suyono Slamet, 2001).
Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala sementara atau
cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet, memiliki respon yang baik dengan
antasid atau supresi asam. (Grace, Pierce A,dkk, 2006).

B. ETIOLOGI
Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid
dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
b. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan
membuat dinding lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada
kondisi normal.
c.Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar
d.Stress
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat
dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada lambung.
2. Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Helicobacter pylori, apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.

Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis adalah :


1.Gastritis Akut
Gastritis akut sering disebabkan akibat diet yang tidak benar. Penyebab lain dari
gastritis akut mencakup alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylori.

C. PATOFISIOLOGI
Bahan-bahan makanan, minuman, obat maupun obat kimia yang masuk
kedalam lambung menyebabkan iritasi atau erosi pada mukosanya sehingga
lambung kehilangan barrier (pelindung). Selanjutnya terjadi peningkatan difusi
balik ion hidrogen. Gangguan difusi pada mukosa dan peningkatan sekresi asam
lambung yang meningkat/banyak. Asam lambung dan enzim-enzim pencernaan
kemudian menginvasi mukosa lambung dan terjadilah reaksi peradangan.
Demikian juga terjadi peradangan dilambung karena invasi langsung pada sel-sel
dinding lambung oleh bakteri dan terinfeksi. peradangan ini termanifestasi seperti
perasaan perih di epigastrium, rasa panas/terbakar dan nyeri tekan. Spasme
lambung juga mengalami peningkatan diiringi gangguan pada spinkter esophagus
sehingga terjadi mual-mual sampai muntah. Bila iritasi/erosi pada mukosa
lambung sampai pada jaringan lambung dan mengenai pembuluh darah.Sehingga
kontinuitasnya terputus dapat mennimbulkan hematemesis maupun melena.
D. PATHWAY

E. MANISFESTASI KLINIS
1. Gastritis akut :
a) Ulserasi superficial yang menimbulkan hemorragie
b) Ketidaknyamanan abdomen (mual, anoreksia)
c) Muntah serta cegukan
d) Dapat terjadi kolik dan diare
e) Peningkatan Suhu Tubuh
f) Takikardi
2. Gastritis kronis :
a) Tipe A : Asimtomatis
b) Tipe B :Mengeluh anoreksia, Sakit ulu hati setelah makan, Bersendawa, Rasa
pahit dalam mulut, Mual dan muntah

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah.Hasil
tes yang positif menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada
suatu waktu dalam hidupnya tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut
terkena infeksi.Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia yang
terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.
b. Uji Napas Urea
Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh
ureaseH.Pylori dalam lambung menjadi amoniak dan karbondioksida
(CO2).CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding lambung dan dapat terdeteksi dalam
udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan Feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak.Hasil
yang positif dapat mengindikasikan terjadinya infeksi.Pemeriksaan juga dilakukan
terhadap adanya darah dalam feses.Hal ini menunjukkan adanya pendarahan
dalam lambung.
d. Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian
atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara
memasukkan sebuah selang kecil yang fleksibel (endoskop) melalui mulut dan
masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian atas usus kecil. Tenggorokan akan
terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan untuk memastikan
pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna
yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel (biopsy) dari
jaringan tersebut. Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk
diperiksa. Tes ini memakan waktu kurang lebih 20 sampai 30 menit.Pasien
biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini selesai, tetapi harus
menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua jam.
Hampir tidak ada resioko akibat tes ini.Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa
tidak nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.
e. Rontgen Saluran Cerna Bagian Atas
Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan
lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum
dirontgen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas
ketika di rontgen.
f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk
menegakkan diagnosis penyakit lambung.Suatu tabung nasogastrik dimasukkan
ke dalam lambung dan dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis.
Analisis basal mengukur BAO (basal acid output) tanpa perangsangan. Uji ini
bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger- Elison(suatu tumor
pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata)
g. Analisis Stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal MAO (maximum
acid output) setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti
histamin atau pentagastrin.Tes ini untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau
tidak.

H. PENATALAKAKSANAAN
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan faktor utama yaitu
etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering, serta Obat-obatan.
Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Gastritis Akut:
a. Pantang minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala menghilang; ubah
menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
c. Jika terdapat perdarahan, penatalaksanaannya serupa dengan hemoragie yang
terjadi pada saluran gastrointestinal bagian atas.
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan dan
netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium hidroksida,
antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton, antikolinergik dan sukralfat
(untuk sitoprotektor).
e.Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah jeruk yang
encer atau cuka yang di encerkan.
f. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya perforasi.
2). Gastritis Kronis :
a. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
b. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau amoxicillin)
dan garam bismuth (pepto bismol)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA GASTRITIS
1) Pengkajian
Anamnesa meliputi:
a.Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis.
b.Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan
timbul secara mendadak atau bertahap, factor pencetus, upaya yang dilakukan
untuk mengatasi masalah tersebut.

c.Riwayat kesehatan masa lalu


Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat
kecelakaan, riwayat dirawat dirumah sakit dan riwayat pemakaian obat.

d.Riwayat kesehatan keluarga


Meliputi adakah keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti
hipertensi, jantung, DM, dan lain-lain.

e. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah
dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.

f. Pola kebiasaan sehari-hari


Meliputi cairan, nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur, aktivitas
dan latihan serta kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.

2. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : lemah, lemas, gangguan pola tidur dan istirahat, kram abdomen,
nyeri ulu hati.
Tanda : nyeri ulu hati saat istirahat.
b. Sirkulasi
Gejala : keringat dingin (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon
psikologik)
c.Eliminasi
Gejala : bising usus hiperperaktif atau hipoaktif, abdomen teraba keras.
Distensi perubahan pola BAB.
Tanda : feses encer atau bercampur darah (melena), bau busuk, konstipasi.
d.Integritas ego
Gejala : stress (keuangan, hubungan kerja). Perasaan tidak berdaya.
Tanda : ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar.
e. Makanan dan cairan
Gejala : anoreksia, mual dan muntah, nyeri ulu hati, kram pada abdomen,
sendawa bau busa, penurunan berat badan.
Tanda : membrane mukosa kering, muntah berupa cairan yang berwarna
kekuning-kuningan, distensi abdomen, kram pada abdomen.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, pandangan berkunang-kunang, kelemahan pada otot
Tanda : lethargi, disorientasi (mengantuk)

g.Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium kiri samping tengah atau ulu hati, nyeri yang
digambarkan sampai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.
Tanda : meringis, ekspresi wajah tegang.
h. Pernafasan , Gejala : sedikit sesak
i. Penyuluhan
Gejala : faktor makanan, pola makan yang tidak teratur, diet yang salah,
gaya hidup yang salah.
3.Pemeriksaan Diagnostik
Menurut priyanto, 2006 pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk
pasien gastritis adalah:
a.Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit.
b.Pemeriksaan endoskopi.
c. Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen lambung

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.


2. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tindakan
pembatasan intake nutrisi, puasa.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang
berlebihan (muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.
DX I
Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa gaster.
- Tujuan : nyeri teratasi
- Kriteria hasil : klien rileks, klien dapat tidur, skala nyeri 0-10.
Intervensi/Rasional
1) Kaji dan cata keluhan nyeri termasuk lokasi, lamanya instensitas skala nyeri
(0-10).
Rasional : untuk menetukan intervensi dan mengetahui efek terapi.
2) Berikan makanan sedikit tapi sering.
Rasional : makanan sebagai penetralisir asam lambung.
3) Jelaskan agar klien menghindari makanan yang merangsang lambung, seperti
makanan pedas, asam dan mengandung gas.
Rasional : makanan yang merangsang dapat mengiritasi mukosa lambung.
4) Atur posisi tidur senyaman mungkin.
Rasional : posisi yang nyaman dapat menurunkan nyeri.
5) Berikan terapi analgetik dan antasid.
Rasional : untuk menghilangkan nyeri lambung.

DX II
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tindakan
pembatasan intake nutrisi
- Tujuan : pemenuhan kebutuhan nutrisi adekuat.
- Kriteria hasil : makan habis 1 porsi, berat badan meningkat, hasil Laboratorium :
alnumin, Hb normal.

Intervensi/Rasional
1) Kaji status nutrisi dan pola makan klien.
Rasional : sebagai dasar untuk menetukan intervensi.
2) Puasakan pasien selama fase akut.
Rasional : menurunkan rangsangan lambung sehingga mencegah muntah.
3) Berikan nutrisi enteral atau parental, jika klien dipuasakan.
Rasional : Untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi.
4) Berikan minum peroral secara bertahap jika fase akut berkurang.
Rasional :untuk merangsang gaster secara bertahap.
5) Berikan makan peroral secara bertahap, mulai dari makanan saring.
Rasional : mencegah terjadinya iritasi pada mukosa lambung.
6) Timbang berat badan klien setiap hari dengan alat ukur yang sama.
Rasional :untuk mengetahui status nutrisi klien.
7) Berikan terapi multivitamin dan antasid sesuai program medik.
Rasional :untuk meningkatkan nafsu makan menghilangkan mual.
DXIII

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output cairan yang berlebihan


(muntah, perdarahan), intake cairan yang tidak adekuat.

- Tujuan : pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.


- Kriteria hasil : pengeluaran urine adekuat, tanda tanda vital dalam batas
normal, membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, pengisian kapiler
kurang dari 3 detik.
Intervensi/Rasional
2) Observasi tanda tanda vital setiap 2 jam.
Rasional : perubahan tekan darah dan nadi indicator dehidarasi.
3) Monitor tanda tanda dehidrasi (membrane mukosa, turgor kulit, pengisian
kapiler).
Rasional : untuk mengidentifikasi terjadinya dehidrasi.
4) Obsarvasi masukan (intake) dan (output) cairan.
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
6) Pertahankan tirah baring.
Rasional : untuk menurunkan kerja gaster sehingga mencegah terjadinya
muntah.
7) Tinggikan kepala tempat tidur selama pemberian antasid.
Rasional : mencegah refluks dan aspirasi antasid.
8) Berikan cairan peroral 2 liter/hari.
Rasional : menetralisir asam lambung.
9) Berikan cairan intravena sesuai pram terapi medik.
Rasional : untuk pergantian cairansesuai derajat hipovalemi dan
kehilangan cairan
10) Pasang nasogastrik tube (NGT) pada klien yang mengalami pendarahan
akut.
Rasional : untuk membersihkan lambung yang berisi darah supaya
terbentuk ammonia.
11) Berikan terapi antibiotik, antasid, Vit K, sesuai program medik.
Rasional :untuk mengatasi masalah gastritis dan hematamisis
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, A. Suddarth, 2005, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,ed 8 vol.3, EGC,
Jakarta.
Ester, M, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Pendekatan Sistem Gastrointestinal, EGC,
Jakarta.
Johnson, Marion, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC), second edition, Mosby,
United State of American.
Mansjoer, A, Suprohaita & Setyowulan, 1999, Kapita Selekta Kedokteran ed 3, Media
Aesculapius, Jakarta.
MC, Closkey, Joanne C, 1996, Nursing Intervention Classification (NIC), second edition,
Mosby, United State of American.
Santosa, Budi, 2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006 Definisi dan
Klasifikasi, EGC, Jakarta.
Priharjo, R, 1996, Pengkajian Fisik Keperawatan, editor Gede Yasmin asih, EGC, Jakarta.
Reeves, Charlene J, 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Salemba Medika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai