Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No.

2 Tahun 2013 ISSN 2337-9995


Program Studi Pendidikan Kimia jpk.pkimiauns@ymail.com
Universitas Sebelas Maret

PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING (CPS)


UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR KIMIA
PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA SISWA KELAS XI. IA2
SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Restika Maulidina Hartantia 1,*, Elfi Susanti Van Hayus 2, Agung Nugroho
Catur Saputro 2
1
Mahasiswa S1 Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan P MIPA, FKIP, UNS, Surakarta,
Indonesia
2
Dosen Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan P MIPA, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

*Keperluan korespondensi, telp: 085293788522, email: restikamaulidina@yahoo.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menerapkan model pembelajaran CPS dalam meningkatkan
minat belajar siswa SMA Negeri Colomadu pada materi pokok termokimia. (2) menerapkan
model pembelajaran CPS dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMA Negeri Colomadu pada
materi pokok termokimia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang
terdiri dari dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas XI. IA2 SMA N Colomadu tahun
pelajaran 2012/2013. Data yang dikumpulkan meliputi data primer, yaitu nilai prestasi siswa dan
hasil observasi tindakan, dan data sekunder, yaitu dokumentasi, RPP, silabus, daftar siswa dan
daftar nilai siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa: (1) model pembelajaran CPS dapat meningkatkan minat belajar
siswa, yaitu berdasarkan lembar observasi meningkat dari 56,33% pada siklus I menjadi
72,65% pada siklus II dan berdasarkan angket meningkat dari 58,4% pada siklus I menjadi
74,14% pada siklus II. (2) model pembelajaran CPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
hasil belajar kognitif meningkat dari 62,86% pada siklus I menjadi 85,71% pada siklus II dan
hasil belajar afektif meningkat dari 66,38% pada siklus I menjadi 71,67% pada siklus II.

Kata kunci: Creative Problem Solving, minat, hasil belajar, termokimia

PENDAHULUAN
Pada tahun 2012 ini Indonesia mendapatkan hasil belajar yang lebih
menerapkan KTSP. KTSP merupakan baik.
kurikulum operasional yang disusun, Guru di SMA Negeri Colomadu
dikembangkan, dan dilaksanakan oleh khususnya guru kimia, belum
setiap satuan pendidikan yang sudah sepenuhnya menerapkan pembelajaran
siap dan mampu untuk SCL. Guru masih lebih aktif
mengembangkannya [1]. KTSP dibandingkan siswa, siswa hanya
menganjurkan untuk menerapkan mendengarkan guru menerangkan dan
pembelajaran Student Center Learning mencatat materi yang diberikan oleh
(SCL) dengan harapan agar siswa lebih guru dan kurang berperan aktif dalam
aktif dan lebih dominan berperan dalam pembelajaran. Dari hasil observasi di
proses pembelajaran, aktif dalam lapangan didapat nilai rata-rata ulangan
memecahkan masalah, terjalin kerja harian terendah adalah pada materi
sama dalam kelompok, dan pokok termokimia, diperoleh hasil yang
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Rata-rata Ulangan Harian Materi Pokok Termokimia Siswa Kelas XI. IA
SMA Negeri Colomadu.
Rata-rata nilai
Tahun Ajaran Kelas Semester KKM
ulangan harian
2011/2012 XI. IA 1 Ganjil 60,28 70
2011/2012 XI. IA 2 Ganjil 62,05 70
2011/2012 XI. IA 3 Ganjil 59,95 70

Copyright 2013 100


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 100-109

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kelompok telah berhasil membantu


hasil belajar siswa untuk mata pelajaran siswa untuk memecahkan
kimia khususnya materi pokok permasalahan yang mereka hadapi
termokimia rata-rata nilai ulangan dalam ilmu kimia dan meningkatkan
hariannya belum mencapai KKM yang kontribusi masing-masing siswa dalam
ditetapkan oleh sekolah. Oleh sebab itu proses pembelajaran [3].
perlu diadakan penelitian atau Penerapan model CPS dapat
penerapan model pembelajaran menimbulkan minat, kreativitas, dan
alternatif untuk materi pokok termokimia motivasi siswa dalam proses
dengan harapan dapat meningkatkan pembelajaran, sehingga diperoleh
hasil belajar siswa untuk materi pokok manfaat yang maksimal baik dari proses
termokimia. maupun hasil belajar. Perbedaan CPS
Berdasarkan hasil observasi dan dengan model pembelajaran lainnya
wawancara dengan guru kimia di yaitu pada model pembelajaran ini siswa
sekolah tersebut dapat diidentifikasi dituntut untuk dapat memecahkan
permasalahan-permasalahan sebagai masalah yang diberikan oleh guru
berikut: 1) pembelajaran berpusat pada secara kreatif. Untuk mengetahui sejauh
guru masih dominan digunakan dalam mana keberhasilan model pembelajaran
kegiatan pembelajaran sehingga CPS dalam meningkatkan proses dan
menimbulkan kejenuhan. 2) kurangnya hasil belajar siswa pada materi pokok
minat siswa dalam mengikuti pelajaran termokimia, maka peneliti melakukan
kimia. 3) kondisi siswa kurang aktif. 4) suatu PTK yang dilaksanakan di SMA N
masih banyak siswa yang hasil Colomadu Kelas XI. IA2 semester ganjil
belajarnya belum mencapai KKM. 2012/2013.
Permasalahan - permasalahan Tujuan dari penelitian ini adalah
yang timbul di atas merupakan masalah untuk menerapkan model pembelajaran
desain dan strategi pembelajaran kelas CPS dalam: 1) meningkatkan minat
yang dapat dipecahkan dengan belajar siswa SMA Negeri Colomadu
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau pada materi pokok termokima. 2)
Classroom Action Research (CAR). PTK meningkatkan hasil belajar siswa SMA
bertujuan untuk menyelesaikan masalah Negeri Colomadu pada materi pokok
melalui sebuah tindakan nyata, bukan termokimia.
hanya sekedar mengamati dan
mendeskripsikan fenomena yang terjadi METODE PENELITIAN
[2]. Penelitian dilakukan di SMA N
Upaya untuk meningkatkan Colomadu pada kelas XI. IA2 semester
minat dan hasil belajar siswa SMA N ganjil tahun ajaran 2012/2013.
Colomadu salah satunya ditempuh Penelitian ini dilakukan pada bulan
dengan menerapkan model September-November 2012. Subjek
pembelajaran Creative Problem Solving penelitian adalah siswa kelas XI. IA2
(CPS) pada materi pokok termokimia. SMA N Colomadu semester ganjil tahun
CPS adalah suatu model pembelajaran pelajaran 2012/2013. Pemilihan subjek
yang melakukan pemusatan pada penelitian didasarkan pada
pengajaran dan keterampilan pertimbangan bahwa subjek tersebut
pemecahan masalah, yang diikuti memiliki permasalahan-permasalahan
dengan penguatan keterampilan. Ilmu yang telah teridentifikasi pada saat
pengetahuan, khususnya kima, memilik observasi awal sehingga penggunaan
permasalahan yang unik, permasalahan model pembelajaran yang telah
itu diberikan untuk mendorong dirancang diterapkan pada subjek yang
kecerdikan dan kontribusi istimewa dari tepat yaitu kelas XI. IA2. Objek penelitian
siswa dalam memecahkan masalah. ini adalah proses belajar dan hasil
Berdasarkan hasil penelitian yang telah belajar siswa pada materi pokok
dilakukan, diketahui model termokimia dari penerapan model
pembelajaran CPS dengan diskusi pembelajaran CPS.

Copyright 2013 101


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 100-109

Data yang dikumpulkan dalam menggunakan rumus KR-20, sedangkan


penelitian ini meliputi data primer (nilai angket menggunakan rumus alpha.
prestasi siswa setelah penerapan CPS, Pengukuran tingkat kesukaran tes
data hasil observasi tindakan) dan data kognitif menggunakan rumus TK dan
sekunder (dokumentasi, RPP, silabus, daya pembeda soal menggunakan
daftar siswa, daftar nilai sebelum rumus rxy [4].
penerapan CPS). Pengumpulan data Teknik analisis data yang
dilakukan dengan menggunakan tes digunakan adalah analisis deskriptif
penilaian kognitif untuk mengambil data kualitatif. Prosedur dan langkah-langkah
hasil belajar yang dicapai siswa, yang digunakan dalam pelaksanaan
observasi untuk mengumpulkan data penelitian ini mengikuti model yang
mengenai penerapan model CPS dalam dikemukakan oleh Kemmis dan Mc
meningkatkan minat dan hasil belajar, Taggart, yaitu model spiral.
angket untuk mengetahui minat belajar Perencanaan Kemmis menggunakan
dan nilai afektif siswa, dan dokumentasi sistem spiral refleksi diri yang dimulai
yang berupa nilai kuis siswa, catatan dengan rencana tindakan (planning),
lapangan, daftar nama siswa, daftar tindakan (acting), pengamatan
kelompok siswa, dan foto-foto selama (observing) dan refleksi (reflecting).
prses pembalajaran berlangsung. Kegiatan ini disebut dengan satu siklus
Sebelum digunakan dalam kegiatan pemecahan masalah [5].
proses pengambilan data, semua
perangkat tes terlebih dahulu dilakukan HASIL DAN PEMBAHASAN
uji validasi. Penelitian ini menggunakan A. Pengujian Instrumen
validitas item tes kognitif dengan rumus Instrumen dalam penelitian ini
korelasi point biserial dan formula sebelum digunakan untuk pengambilan
Gregory, untuk mengetahui koefisien data terlebih dahulu divalidasi. Hasil
validitas dari angket dan lembar perhitungan secara ringkas dapat dilihat
observasi digunakan formula Gregory. pada tabel-tabel di bawah ini.
Pengukuran reliabilitas tes kognitif

Tabel 2 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Item
Kriteria
Jenis Instrumen Jumlah Soal
Valid Invalid
Tes Penilaian Kognitif Siklus I 33 21 12
Tes Penelaian Kognitif Siklus II 33 18 15

Tabel 3 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Isi
Jenis Instrumen CV Keterangan
Tes Penilaian Kognitif Siklus I 1,00 Dapat dipakai
Tes Penilaian Kognitif Siklus II 1,00 Dapat dipakai
Angket Afektif 1,00 Dapat dipakai
Angket Minat Belajar 1,00 Dapat dipakai
Lembar Observasi Kegiatan Guru 1,00 Dapat dipakai
Lembar Observasi Partisipasi Siswa 1,00 Dapat dipakai
Lembar Observasi Minat Belajar 1,00 Dapat dipakai

Tabel 4 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Reliabilitas


Jenis Instrumen Jumlah Soal Reliabilitas Kriteria
Tes Penilaian Kognitif Siklus I 33 0,75 Tinggi
Tes Penilaian Kognitif Siklus II 33 0,73 Tinggi
Angket Afektif 34 0,75 Tinggi
Angket Minat Belajar 30 0,79 Tinggi

Copyright 2013 102


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 100-109

Tabel 5 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Tingkat Kesukaran Soal
Jumlah Tingkat Kesukaran Soal
Jenis Instrumen
Soal Mudah Sedang Sukar
Tes Penilaian Kognitif Siklus I 33 10 18 5
Tes Penilaian Kognitif Siklus II 33 3 21 9

Tabel 6 Ringkasan Hasil Tryout Instrumen Penelitian untuk Uji Daya Beda Soal
Jumlah Kriteria
Jenis Instrumen
Soal Baik Sekali Baik Cukup Jelek
Tes Penilaian Kognitif Siklus I 33 - 12 14 7
Tes Penilaian Kognitif Siklus II 33 - 12 14 7

Berdasarkan data di atas bahwa pembelajaran berpusat pada


diperoleh bahwa keempat instrument guru masih lebih mendominasi, siswa
tersebut telah valid dan mempunyai kurang aktif, prestasi belajar siswa
reliabilitas tinggi, sedangkan dari masih dibawah KKM dan siswa
analisis lembar observasi kegiatan guru, mengalami kesulitan dalam
lembar observasi partisipasi siswa, dan memecahkan masalah. Selama proses
lembar observasi minat belajar diperoleh pembelajaran berlangsung terlihat siswa
kesimpulan instrument dapat digunakan. masih banyak mengobrol dengan
temannya, melamun, dan ada juga yang
B. Deskripsi Pratindakan asik bermain. Hal tersebut menunjukkan
Pada tahap ini peneliti kurangnya minat siswa dalam mengikuti
melakukan diskusi dengan guru kimia di pelajaran kimia. Berdasarkan hasil
SMA N Colomadu. Berdasarkan observasi yang dilakukan, minat belajar
wawancara yang dilakukan peneliti siswa dapat dilihat pada Tabel 7.
dengan guru mata pelajaran kimia Selain observasi, dilakukan juga
ditemukakan bahwa prestasi belajar penilaian minat belajar siswa dengan
terendah adalah pada materi pokok menggunakan angket. Hasil perhitngan
termokimia yang persentase angket minat belajar siswa dapat dilihat
ketuntasannya sebesar 60,76%. Belum pada Tabel 8. Berdasarkan analisis hasil
ada inovasi yang dilakukan oleh guru observasi prasiklus untuk mengetahui
dalam kegiatan pembelajaran untuk kondisi awal maka perlu dilakukan
meningkatkan prestasi belajar siswa upaya untuk meningkatkan minat dan
untuk materi pokok termokimia. prestasi belajar siswa, yaitu dengan
Berdasarkan hasil observasi menerapkan model pembelajaran
awal yang dilakukan pada tanggal 23 Creative Problem Solving (CPS) pada
Juli - 3 Agustus 2012 menunjukkan pembelajaran termokimia.

Tabel 7. Persentase Rata-rata Indikator Minat Belajar Siswa Prasiklus Berdasarkan


Hasil Analisis Lembar Observasi
Aspek Indikator %
Kesadaran Siswa belajar di saat waktu senggang 14,29
Siswa mencatat hal-hal penting 57,14
Perhatian Siswa memperhatikan guru menerangkan di depan kelas 62,86
Siswa berperan aktif dalam diskusi 0
Siswa menanyakan materi yang belum dipahami 14,29
Kemauan Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru 28,57
Kesenangan Siswa masuk kelas tepat waktu dan tidak keluar kelas 82,86
sebelum pelajaran selesai
Rata-rata 37,14

Copyright 2013 103


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 100-109

Tabel 8. Persentase Rata-rata Indikator Minat Belajar Siswa Prasiklus Berdasarkan


Hasil Analisis Angket
Aspek Indikator % Rata-rata (%)
Belajar sebagai jalan untuk maju 41.19
Kesadaran Berkeinginan untuk maju 41.19 42.06
Kesadaran adanya hambatan 43.81
Perhatian 42.38
Perhatian 42.62
Penyelesaian tugas 42.86
Membaca 41.66
Kemauan Mengingat 45.72 43.73
Menambah ilmu pengetahuan 43.81
Sikap menghadapi keberhasilan 41.91
Kesenangan Pemanfaatan fasilitas 38.81 39.88
Kerjasama 38.93
Rata2 42.02

C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap diterapkan pada siswa kelas XI, IA2
Siklus SMA N Colomadu tahun ajaran
1. Siklus I 2012/2013. Pelaksanaan tindakan pada
a. Perencanaan Tindakan siklus I mulai dilaksanakan pada tanggal
Pada tahap perencanaan 12 November 2012 yang merupakan
tindakan, peneliti dan guru mengkaji pertemuan pertama pada siklus 1.
silabus. Dalam silabus tersebut alokasi Pertemuan kedua berlangsung pada
waktu yang diberikan untuk materi tanggal 14 November 2012, membahas
pokok termokimia adalah 16 jam. materi menghitung H dengan
Kemudian peneliti bersama dengan guru kalorimeter dan menghitung H dengan
menyusun silabus dan RPP sesuai Hukum Hess.
dengan model pembelajaran yang telah Pertemuan ketiga dilaksanakan
disepakati, yaitu Creative Problem pada tanggal 16 November 2012,
Solving (CPS). Kegiatan direncanakan 4 membahas materi penentuan H
kali tatap muka dengan alokasi waktu 8 berdasarkan data perubahan entalpi
jam pelajaran dan alokasi waktu tiap pembentukan standar dan penentuan
pertemuan 2x45 menit. H reaksi berdasarkan data energi
Peneliti menyusun instrumen ikatan. Pertemuan keempat adalah
penelitian yang meliputi soal kognitif pertemuan terakhir untuk siklus I,
untuk mengukur aspek kognitif siswa dilaksanakan pada tanggal 19
terhadap materi termokimia, angket November 2012, guru memberikan tes
untuk mengukur aspek afektif dan minat untuk mengukur kemampuan kognitif
belajar siswa, dan lembar observasi siswa, kemudian dilanjutkan dengan
untuk mengukur minat belajar siswa dan mengisi angket afektif untuk mengukur
kualitas proses pembelajaran. aspek afektif siswa dan angket minat
Dalam rencana pelaksanaan belajar untuk mengukur minat belajar
pembelajaran materi pokok termokimia siswa.
peneliti hanya akan melakukan c. Refleksi Tindakan
pengukuran prestasi belajar siswa dari Pada tahap refleksi, guru dan
aspek kognitif dan afektif saja dan tidak pengamat bertemu untuk mendiskusikan
melakukan pengukuran terhadap aspek hasil pengamatan selama pelaksanaa
psikomotorik, karena dalam proses siklus I. Hasil pengamatan yang
pembelajaran yang telah direncanakan diperoleh pada tindakan siklus I, dapat
tidak menggunakan metode praktikum di disimpulkan sebagai berikut: 1) guru
laboratorium. kurang menguasai kelas, saat
b. Pelaksanaan Tindakan menerangkan guru selalu berada di
Kegiatan pembelajaran yang telah depan kelas dan tidak memperhatikan
direncanakan oleh peneliti dan guru siswa yang berada dibagian belakang,

Copyright 2013 104


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 100-109

akibatnya siswa yang berada di bagian dalam kelompok dari 7 menjadi 5 siswa,
belakang kurang fokus dan tidak sehingga siswa dapat memahami materi
memperhatikan guru saat menerangkan dan memecahkan masalah dengan
materi. 2) jumlah anggota kelompok tuntas. Guru memberikan perhatian
yang terdiri dari 7 orang membuat khusus pada siswa yang belum
diskusi kurang efektif, sebagian besar memahami materi secara keseluruhan.
siswa tidak melakukan diskusi dengan Guru memberikan dorongan kepada
temannya saat memecahkan siswa untuk lebih kreatif dalam
permasalahan yang diberikan, hanya memecahkan masalah dan lebih
sebagian kecil anggota kelompok saja dominan dalam proses pembelajaran.
yang melakukan diskusi saat b. Pelaksanaan Tindakan
memecahkan permasalahan. Siklus II dilaksanakan dalam 4 kali tatap
Berdasarkan hasil yang muka dengan alokasi waktu 8 jam dan
diperoleh pada tindakan siklus I, maka alokasi tiap pertemuan 2x45 menit.
tim peneliti menyarankan beberapa Pertemuan pertama dilakukan pada
tindakan refleksi untuk siklus II. tanggal 21 November 2012, membahas
Tindakan refleksi yang disarankan hukum kekekalan energi, sistem dan
adalah: 1) guru meningkatkan lingkungan, reaksi eksoterm dan reaksi
penguasaan kelas dengan tidak hanya endoterm, serta entalpi dan perubahan
berada di dapan kelas saja saat entalpi. Pertemuan kedua berlangsung
menerangkan materi tetapi mulai pada tanggal 23 November 2012,
melakukan pergerakan ke bagian membahas materi menghitung H
belakang kelas agar siswa yang berada dengan kalorimeter dan menghitung H
di bagian belakang memperhatikan dan dengan Hukum Hess.
fokus saat guru menerangkan. 2) Pertemuan ketiga dilaksanakan
mengurangi jumlah anggota kelompok pada tanggal 26 November 2012,
dari 7 menjadi 5 siswa, memberikan membahas materi penentuan H
permasalahan yang sama untuk berdasarkan data perubahan entalpi
masing-masing kelompok, dan pembentukan standar dan penentuan
melakukan diskusi kelas untuk H reaksi berdasarkan data energi
meningkatkan pemahaman materi ikatan. Pertemuan keempat adalah
siswa. Hal ini dilakukan untuk pertemuan terakhir untuk siklus II,
meningkatkan hasil aspek kognitif siswa dilaksanakan pada tanggal 28
agar memenuhi target yang telah November 2012. Pada pertemuan ini
ditetapkan dan seluruh indikator guru memberikan tes untuk mengukur
kompetensi pada aspek kognitif dapat kemampuan kognitif siswa, mengisi
tuntas. angket afektif dan angket minat belajar.
1. Siklus II c. Refleksi Tindakan
a. Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil yang diperoleh
Tindakan pada siklus II lebih pada tindakan siklus II, didapatkan
difokuskan untuk menyempurnakan dan peningkatan yang signifikan dari
perbaikan kendala-kendala yang masing-masing aspek yang diukur
ditemukan pada siklus I. Tindakan dalam penelitian ini, maka dapat
perbaikan yang dimaksud adalah disimpulkan peneraan model
meningkatkan kualitas proses di kelas pembelajaran CPS dapat meningkatkan
dengan cara guru harus menguasai minat dan hasil belajar kimia siswa.
kelas dengan baik, tidak selalu berada Tindakan refleksi yang dapat diambil
di depan kelas saat menerangkan berdasarkan hasil yang diperoleh
materi, tetapi harus mulai melakukan adalah: 1) guru lebih inovatif dalam
pergerakan ke bagian belakang menggunakan berbagai model
sehingga siswa yang berada di bagian pembelajaran sehingga peran siswa
belakang kelas dapat memperhatikan lebih mendominasi kegiatan
dan fokus terhadap pelajaran. pembelajaran. 2) minat belajar siswa
Aspek kognitif dapat ditingkatkan perlu diperhatikan oleh guru agar siswa
dengan cara mengurangi jumlah siswa

Copyright 2013 105


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 100-109

tetap semangat dan tidak mengalami persentase ketuntasan kelas adalah


kebosanan dalam belajar. 60,76% namun setelah penerapan
model CPS meningkat menjadi 62,86%
D. Perbandingan Hasil Tindakan pada siklus I dan 85,71% pada siklus II.
Antarsiklus Selain aspek kognitif, dilakukan
Secara keseluruhan, kegiatan juga penilaian terhadap aspek afektif
pembelajaran siklus I dan II berjalan siswa dengan menggunakan angket.
lancar. Guru menjalankan perannya Hasil analisis penilaian aspek afektif
dengan baik, sedangkan siswa terlihat dapat dilihat pada Tabel 10. Selain hasil
fokus dan memperhatikan guru saat belajar, penelitian ini juga mengukur
menjelaskan materi. Hasil observasi minat belajar siswa. Hasil analisis
partisipasi siswa selama siklus I dan II lembar observasi minat belajar siswa
berlangsung dapat dilihat pada Tabel 9. dapat dilihat pada Tabel 11 dan hasil
Hasil tes kognitif menunjukkan analisis minat belajar siswa berdasarkan
bahwa penerapan model CPS dapat angket dapat dilihat pada Tabel 12.
meningkatkan hasil belajar siswa.
Sebelum penerapan model CPS

Tabel 9. Persentase Masing-masing Indikator Hasil Observasi Partisipasi Siswa pada


Siklus I dan II
Indikator Kategori Siklus I (%) Siklus II (%)
Kemampuan bertanya/ Baik Sekali 31,17 31,81
mengeluarkan pendapat Baik 31,17 30,68
Cukup 20,78 31,81
Kurang 16,88 5,68
Kemampuan menjelaskan Baik Sekali 32,43 45,98
dalam presentasi materi Baik 24,32 24,14
yang dibuat Cukup 24,32 20,69
Kurang 18,92 9,2
Kerja sama dalam diskusi Baik Sekali 10,26 33,33
klompok Baik 38,46 33,33
Cukup 43,59 33,33
Kurang 7,69 0

Tabel 10. Persentase Rata-rata Indikator Aspek Afektif Siswa Siklus I Berdasarkan
Hasil Analisis Angket Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Jenjang Indikator
% Rata-rata (%) % Rata-rata (%)
Sikap Mempelajari materi 68.22 74.29
Interaksi dengan guru 68.93 69.88 76.07 77.5
Mengerjakan tugas 72.5 82.15
Minat Memiliki catatan 69.64 79.28
Memahami materi 63.57 70.83 68.39 78.63
Mengikuti pelajaran 79.29 88.22
Konsep Kecepatan memahami 65.71 68.58
Diri Menunjukkan rasa sulit 52.15 59.17 50 64.02
Memahami materi 59.64 60.72
Nilai Meyakini keberhasilan 67.14 76.79
Menunjukkan keyakinan 70.72 67.86 77.5 71.31
Keyakinan berprestasi 74.29 77.86
Moral Peduli orang lain 59.29 58.57
58.22 65
Kejujuran 58.22 65
Rata-rata 66.38 71.67

Copyright 2013 106


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 100-109

Tabel 11. Persentase Rata-rata Indikator Minat Belajar Siswa Berdasarkan Hasil
Analisis Lembar Observasi pada Siklus I dan Siklus II
Siklus I Siklus II
Aspek Indikator
% Rata-rata (%) % Rata-rata (%)
Siswa belajar di saat 25,71 40
Kesadaran waktu senggang
54,29 70
Siswa mencatat hal-hal
penting 82,86 100
Siswa memperhatikan
82,86 100
Perhatian guru menerangkan
Siswa berperan aktif 42,86 62,86
dalam diskusi 54,29 72,38
Siswa menanyakan
37,14 54,29
materi yang belum
dipahami
Siswa menjawab
Kemauan 51,43 65,71
pertanyaan yang 51,43 65,71
diberikan guru
Siswa masuk kelas tepat
Kesenangan waktu dan tidak keluar
71,43 71,43 85,71 85,71
kelas sebelum pelajaran
selesai
Rata-rata 56,33 72,65

Tabel 12. Persentase Rata-rata Indikator Minat Belajar Siswa Berdasarkan Hasil
Analisis Angket
Siklus I Siklus II
Aspek Indikator
% Rata-rata (%) % Rata-rata (%)
Belajar sebagai jalan
54.28 73.57
untuk maju
Berkeinginan untuk
Kesadaran 56.67 56.19 70.48 73.65
maju
Kesadaran adanya
57.62 76.9
hambatan
Perhatian 57.15 75.96
Perhatian 58.94 75.84
Penyelesaian tugas 60.72 75.72
Membaca 60.71 68.81
Mengingat 56.79 74.65
Kemauan 60.44 73.45
Menambah ilmu
63.81 76.9
pengetahuan
Sikap menghadapi
64.28 80.24
keberhasilan
Kesenangan 58.21 74.17
Pemanfaatan fasilitas 55 71.19
Kerjasama 55.36 71.07
Rata-rata 58.4 74.14

E. Pembahasan mendorong siswa untuk dapat


Hasil tes, observasi, dan angket menyelesaikan permasalahan yang
menunjukkan penerapan model diberikan oleh guru dengan cara yang
pembelajaran CPS berhasil kreatif dapat menarik perhatian,
meningkatkan minat dan hasil belajar kemauan, dan kesenangan siswa untuk
siswa. Model pembelajaran CPS mempelajari meteri yang diberikan,

Copyright 2013 107


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 100-109

sehingga siswa mempunyai kesadaran Hasil pengamatan dan


bahwa materi tersebut penting untuk pembahasan yang dilakukan dapat
dipelajari, dan pada akhirnya minat disimpulkan bahwa penelitian ini
belajar siswa meningkat. Sedangkan berhasil, karena masing-masing
peningkatan hasil belajar disebabkan indikator proses dan hasil belajar yang
penerapan model pembelajaran CPS diukur telah mencapai target yang
yang dilengkapi dengan diskusi kelas ditetapkan. Dengan demikian dapat
pada siklus II. Diskusi kelas membuat ditarik kesimpulan bahwa penerapan
siswa lebih memahami materi yang model CPS dapat meningkatkan minat
dibahas dan mengetahui pemecahan dan hasil belajar kimia siswa kelas XI.
masalah yang paling tepat.. IA2 SMA Negeri Colomadu Tahun
Pengukuran data yang diperoleh Pelajaran 2012/2013.
peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi adalah proses memastikan KESIMPULAN
sesuatu (getting a fix) dari berbagai Dari hasil penelitian yang
sudut pandang. Peneliti menggunakan dilakukan, maka dapat diambil
triangulasi metode (method kesimpulan sebagai berikut:
triangulation), triangulasi instrumen 1. Model pembelajaran Creative
(instrumental triangulation), dan Problem Solving (CPS) dapat
triangulasi sumber (source meningkatkan minat belajar siswa
triangulation), agar data yang diperoleh SMA Negeri Colomadu pada materi
dapat dinyatakan valid. Penelitian ini pokok termokimia, yaitu berdasarkan
menunjukkan bahwa hasil observasi lembar observasi meningkat dari
selaras dengan dengan hasil 56,33% pada siklus I menjadi 72,65%
wawancara dan angket yang diisi oleh pada siklus II dan berdasarkan
siswa. Ditarik kesimpulan bahwa dari angket meningkat dari 58,4% pada
ketiga cara pengamatan tersebut siklus I menjadi 74,14% pada siklus
memberikan hasil yang sama, maka II.
informasi dinyatakan valid. 2. Model pembelajaran Creative
Hasil belajar siswa yang Problem Solving (CPS) dapat
mencakup aspek ketuntasan kognitif meningkatkan hasil belajar siswa
dan afektif siswa dapat menyatakan SMA Negeri Colomadu pada materi
bahwa penerapan model pembelajaran pokok termokimia. Hasil belajar
CPS dapat meningkatkan kualitas hasil kognitif meningkat dari 62,86% pada
belajar. Hasil wawancara dengan guru siklus I menjadi 85,71% pada siklus II
pengampu diketahui ketuntasan untuk dan hasil belajar afektif meningkat
materi pokok termokimia pada tahun dari 66,38% pada siklus I menjadi
sebelumnya adalah 60,76%. Setelah 71,67% pada siklus II.
penerapan model pembelajaran CPS
pada materi pokok termokimia, UCAPAN TERIMA KASIH
ketuntasan hasil belajar siswa Penulis mengucapkan terima kasih
meningkat menjadi 62,86% pada siklus I kepada kepala sekolah SMA N
dan 85,71% pada siklus II. Aspek afektif Colomadu yang telah memberikan ijin
siswa, ketuntasan rata-rata indikator untuk melakukan penelitian dan ibu Th.
adalah 66,38% pada siklus I dan Widiyastuti Arini Dewi, S.Pd selaku Guru
71,67% pada siklus II. Segi proses Kimia SMA N Colomadu yang telah
belajar yang dinilai adalah minat belajar, memberikan ijin dan bekerja sama
dari hasil observasi mengalami dalam pelaksanaan penelitian ini.
peningkatan dari 37,14% pada pra
siklus menjadi 56,33% pada siklus I dan DAFTAR RUJUKAN
72,65% pada siklus II. Sedangkan hasil [1] Mulyasa, E. (2009). Kurikulum
angket minat belajar siswa dari 42,02% Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung:
pada pra siklus menjadi 58,4% pada Remaja Rosdakarya, hal 20.
siklus I dan 74,14% pada siklus II.

Copyright 2013 108


JPK, Jurnal Pendidikan Kimia Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Hal. 100-109

[2] Arikunto, S. (2011). Penelitian [4] Depdiknas. (2009). Analisis Butir


Tindakan Kelas. Yogyakarta: Aditya Soal. Jakarta: Departemen Pendidikan
Media. Nasional.

[3] Wood, C. (2006). The [5] Arikunto, S, Suhardjono, dan


Development of Creative Problem Supardi. (2008). Penelitian Tindakan
Solving in Chemistry. Chemistry Kelas. Jakarta: Bumi Aksara, hal 117.
Education Research and Practice, 7 (2),
96-113.

Copyright 2013 109

Anda mungkin juga menyukai