Anda di halaman 1dari 7

NAJATUL UBADATI/150341603634/OFFERING A

TOPIK : ANALISIS SWOT, RPS, DAN PROGRAM SEKOLAH

1. Analisis SWOT

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang memiliki peran besar dalam
pengembangan kemampuan akademik dan non akademik dan bahkan moral para siswa yang
berada di dalamya. Sekolah pun menjadi salah satu ujung tombak bagi perkembangan dan
kelangsungan sebuah negara. Karena itulah keberadaan sebuah sekolah yang memiliki kualitas dan
kredibilitas yang baik dalam berbagai aspek mutlak diperlukan bagi segenap anak Indonesia.

Tantangan dalam dunia pendidikan khususnya bagi para pelaksana perencanaan dan manajemen,
pengambil kebijakan urusan pendidikan dalam hal ini pemerintah, harus memiliki alat atau piranti
untuk mengevaluasi sampai sejauh mana pembangunan pendidikan terutama kinerja layanan
pendidikan bagi masyarakat dapat tercapai secara optimal. Salah satu strategi manajerial yang
dikembangkan untuk menjamin sebuah organisasi (sekolah) memiliki daya tahan dan daya hidup
dari masa sekarang dan berkelajutan sampai masa yang akan datang yaitu dengan melakukan
analisis SWOT. Analisis SWOT terdiri dari :

Strength (Kekuatan); faktor internal atau dalam yang cenderung memiliki efek positif (atau
menjadi mampu untuk) mencapai tujuan suatu lembaga pendidikan
Weakness (Kelemahan); faktor internal atau dalam yang mungkin memiliki efek negatif
(atau menjadi penghalang untuk) mencapai tujuan suatau lembaga pendidikan
Opportunity (Peluang); faktor eksternal atau luar yang cenderung memiliki efek positif
pada pencapaian atau tujuan sekolah, atau tujuan yang sebelumnya tidak dipertimbangkan
Threat (Ancaman); faktor eksternal atau kondisi yang cenderung memiliki efek negatif
pada pencapaian tujuan suatu lembaga pendidikan, atau membuat tujuan absurd atau malah
sulit dicapai.

Jika analisis SWOT digunakan pada pendidikan maka dimungkinkan bagi sebuah sekolah untuk
mendapatkan sebuah gambaran menyeluruh mengenai situasi sekolah itu sendiri baik dalam
hubungannya dengan masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan yang lain, dan lapangan industri
yang akan dimasuki oleh para siswanya, bahkan sampai situasi internaal sekolah itu sendiri. Untuk
pemahaman mengenai faktor-faktor eksternal, (terdiri atas ancaman dan peluang), yang
digabungkan dengan suatu pengujian mengenai kekuatan dan kelemahan akan membantu dalam
mengembangkan sebuah visi tentang masa depan. Perkiraan seperti ini diterapkan dengan mulai
membuat program yang kompeten atau mengganti program-program yang tidak relevan serta
berlebihan dengan program yang lebih inovatif dan relevan, sesuai dengan kondisi sekolah itu
sendiri.

Selain itu, jika dilihat dari segi obyek analisis, analisis SWOT memiliki dua jenis, yaitu:

1) Model Kuantitatif

Analisis jenis ini menggunakam teknik penilaian, yang mana penilaian tersebut dilakukan dengan
cara memberikan skor pada masing-masing subkomponen, dimana satu subkomponen
dibandingkan dengan subkomponen yang lain dalam komponen yang satu atau mengikuti lajur
vertikal. Sebuah asumsi dasar dari model ini adalah kondisi yang berpasangan antara S dan W,
serta O dan T. Kondisi berpasangan ini terjadi karena diasumsikan bahwa dalam setiap kekuatan
selalu ada kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang terbuka selalu ada
ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap satu rumusan Strength (S), harus selalu memiliki
satu pasangan Weakness (W) dan setiap satu rumusan Opportunity (O) harus memiliki satu
pasangan satu Threat (T). Standar penilaian di buat berdasar kan kesepakatan bersama untuk
mengurangi kadar subyektifitas penilaian.

2) Model Kualitatif

Analisa jenis ini tidak jauh berbeda dengan jenis analisis kuantitatif, perbedaan yang mendasar
adalah pada penggunaan penilaian yang memadukan komponen kekuatan (kelebihan) dengan
kekurangan, cenderung pada hasil yang berupa wujud bukan jumlah nominal yang dihasilkan.
Umumnya bentuk anaisisnya berupa uraian deskriptif.

Jika dianalogikan, analisis SWOT itu seumpama sebuah peta, juga berfungsi sebagai
panduan pembuatan peta. Ketika telah berhasil membuat peta, langkah tidak boleh berhenti karena
peta tidak menunjukkan kemana harus pergi, tetapi peta dapat menggambarkan banyak jalan yang
dapat ditempuh jika ingin mencapai tujuan tertentu. Sebuah peta baru akan berguna jika tujuan
telah ditetapkan dan si pemegangnya telah merumuskan jalan mana yang harus diambil untuk
mencapai tujuan tersebut.

Pelaksanaan akan diikuti dengan proses evaluasi. Yang perlu digarisbawahi disini adalah peran
analiss SWOT dalam melakukan penilaian kesesuaian konsep dan pelaksanaan program saat
program berjalan maupun di akhir program sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan penilaian
yang obyektif dan berkesinambungan. Analisis SWOT itu digunakan sebagai dasar untuk
menerjemahkan visi, misi, dan tujuan sehingga menjadi program kegiatan yang lebih operasional.

Ada empat tahapan utama dalam melakukan analisis SWOT, dalam hal ini adalah untuk lembaga
pendidikan, yaitu:

1. Tahap Observasi

Dalam tahapan ini, pengamat akan membuat dan menyusun substansi dalam matriks SWOT untuk
memudahkn drafting data. Ia akan mengamati, menemukan, dan memasukkan hal-hal yang
merupakan komponen SWOT dalam matriks yang telah dibuat, yang mana merupakan data aktual
yang ditemukannya di lapangan, di lembaga pendidikan yang ditelitinya.

2. Tahap Analisa

Selanjutnya, peneliti akan melakukan mendalami dan menentukan kelompok-kelompok data yang
telah didapatnya ke dalam elemen yang tepat, apakah data A termasuk kategori Strengths atau
Weaknesses atau Opportunities, atau Threats, data B, dan seterusnya.

3. Tahap Penentuan Kebijakan

Peneliti akan menentukan langkah-langkah kebijakan yang diambil untuk memperbaiki atau
memperkuat sistem pendidikan. Kebijakan tersebut diambil dari menggabungkan dua faktor,
dengan ketentuan sebagai berikut:

Mengambil kebijakan dengan menggabungkan kekuatan (Strengths) dan peluang


(Opportunities)
Mengambil kebijakan dengan menggabungkan kelemahan (Weaknesses) dan peluang
(Opportunities)
Mengambil kebijakan dengan menggabungkan kekuatan (Strengths) dan ancaman
(Threats)
Mengambil kebijakan dengan menggabungkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman
(Threats).

4. Tahap Pembuatan Laporan

Setelah kebijakan telah ditentukan, tugas pengamat atau penganalisa SWOT adalah membuat
laporan dari penelitian yang telah dilakukannya. Laporan ini berfungsi sebagai rekaman data
secara deskriptif tentang penelitian yang dilakukan. Selain itu laporan ini menjadi bukti resmi akan
penelitian yang tentunya diperoleh berdasarkan kondisi aktual, kebijakan yang dipilih setelah
melakukan analisa mendalam dan dapat diaplikasikan dalam konteks nyata, serta dapat
dipertanggungjawabkan.

Hasil analisis SWOT yang telah dirumuskan tersebut selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan
untuk menentukan langkah-langkah untuk ke depannya dalam upaya memaksimalkan kekuatan
dan memanfaatkan peluang, serta secara bersamaan berusaha untuk meminimalkan kelemahan dan
mengatasi ancaman.

2. RPS (RENCANA PROGRAM SEKOLAH)


RPS adalah sebuah dokumen perencanaan yang dibuat oleh sekolah untuk mengadakan
perubahan fisik dan nonfisik sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan sekolah. RPS
menggambarkan peta perjalanan perubahan sekolah dari suatu kondisi sekarang menuju kondisi
yang lebih baik dan lebih menjanjikan dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.
Perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), menggerakkan atau memimpin
(actuating atau leading), dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi-fungsi yang harus
dijalankan dalam proses manajemen. Jika digambarkan dalam sebuah siklus, perencanaan
merupakan langkah pertama dari keseluruhan proses manajemen tersebut. Perencanaan dapat
dikatakan sebagai fungsi terpenting diantara fungsi-fungsi manajemen lainnya. Apapun yang
dilakukan berikutnya dalam proses manajemen bermula dari perencanaan. When planning is
done well, the other management functions can be done well.

Penyusunan RPS bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan-kegiatan apa yang
harus dikerjakan oleh sekolah dalam mencapai perubahan yang diinginkan khususnya dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan sekolah di bidang pembelajaran sesuai dengan potensi
dan harapan komunitas setempat sehingga dapat:
Mengenali kondisi sekolah yang ada dalam fungsinya memberikan pelayanan
pembelajaran kepada warga masyarakat.
Menetapkan tujuan/perubahan yang realistis.
Mengenali masalah-masalah dan kendala yang dihadapi sekolah.
Mampu menemukan penyebab masalah-masalah yanga dihadapi sekolah.
Menyusun saran-saran pemecahan masalah dalam bentuk pilihan-pilihan pemecahan
masalah.
Menganalisis setiap saran pemecahan masalah sehingga menemukan pilihan pemecahan
masalah yang terbaik bagi sekolah dengan mempertimbangkan dukungan yang ada.
Dengan pilihan pemecahan masalah terbaik menyusun rencana pengembangan
/perubahan sekolah dalam jangka waktu lima tahun.
Melakukan perhitungan rencana pembiayaan.
Menetapkan sumber-sumber daya (dana, tenaga dan sarana) untuk membiayai rencana
pengembangan sekolah.
Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).

Landasan Hukum Penyusunan RPS

Adapun landasan hukum yang dipergunakan untuk penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah
(RPS) ada beberapa hal :

1. UU no. 20 / 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 4 (pengelolaan dana pendidikan
berdasar pada prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas publik),

2. PP no. 19 / 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 53 ( setiap satuan pendidikan
dikelola atas dasar rencana kerja tahunan yang merupakan penjabaran rinci dari rencana kerja
jangka menengah satuan pendidikan yang meliputi masa 4 tahun),

3. Tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap kualitas pendidikan murid, serta

4. Tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni ( IPTEKS).


Hasil evaluasi ini akan digunakan sebagai masukan bagi pengambilan keputusan sekolah.
Suatu perencanaan pengembangan dapat dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut

Keluasan, cakupan, dan ketajaman analisis lingkungan strategis sekolah,


Keluasan, cakupan, dan ketajman analisis situasi pendidikan sekolah saat ini,
Kualitas dan kuantitas situasi pendidikan sekolah yang di harapkan.
Analisis kesesuaian
Kelengkapan elemen Renstra
Cakupan jenis perencanaan (pemerataan, kualitas, efisiensi, relevansi dan kapasitas)
Kemanfaatan serta kesesuaian Renstra dan Renop dengan permasalahan pendidikan
Kelayakan strategi implementasi Renstra dan Renop
Kelayakan rencana monitoring dan evaluasi
Kecukupan, kemutakhiran, dan kerelevansian data
Kelayakan anggaran antara rencana pendidikan, pendapatan, dan rencana pembelajaran
Tingkat partisipasi dan keinklusifan unsur-unsur yang terkait dengan perencanaan
Sustainabilitas SDM, EMIS, dana pendukun , dsb
Sistem, proses/prosedur, dan mekanisme penyusun RPS
Kelengkapan elemen Renop

3. PROGRAM TAHUNAN SEKOLAH


Beberapa sekolah baru mulai menerapkan kurikulum 2013, yang sudah lebih dulu menerapkan
sedang beradaptasi pula menguatkan pendidikan karakter dan lebih mendorong penguatan
program literasi. Berlakunya permendikbud tentang SKL, isi, proses, dan penilaian; serta
berubahnya instrumen akreditasi talah menggeser beberapa sasaran pemenuhan standar
dengan taget yang berbeda. Karena itu, program jangka menengah sekolah maupun program
tahunan serta merta harus direviu.

Karena adanya beberapa pergeseran itu, maka pelaksanaan tugas pengawas pada awal tahun
pelajaran ini disibukkan dengan memfasilitasi sekolah menyelaraskan bebagai program yang
dipelurkan sekolah. Di antara yang menjadi prioritas adalah penyelesaian KTSP dan program
jangka menengah dan program tahunan sekolah. Tiga program ini didorong untuk diselesaikan
terlebih dahulu karena semuanya menduduki posisi strategis dalam mengarahkan satuan
pendidikan untuk merumuskan dan mengarahkan kegiatannya agar mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkannya.

Yang menjadi pertimbangan dalam menyusun program tersebut ialah beberapa pengalaman
penting yang sudah dilalui sebelumnya. Dalam proses penyusunan program jangka menengah
dan program tahunan sebelumnya sekolah menerapakan pendekatan analisis SWOT.
Penerapan pendekatan ini memerlukan data input yang diolah dari internal dan eksternal
sekolah. Teknik berpikir tim pengembang seperti tim sepak bola yang telah setahun penuh
menghadapi lawan tanding. Kalah menang sudah dilalui. Di awal tahun target baru harus
ditetapkan. Untuk mencapai target tim harus menghitung kekuatan, kelemahan secara
internal, dan peluang serta ancaman dari luar. Analisis ini merlukan ruang dalam program
yang banyak, di samping pemikiran yang lebih luas.

Penyederhanaan dapat dilakukan dengan memangkas analis kondisi ekternal secara tersendiri
jika pengembangan program menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Dalam
penerapan langkah ini, memelukan tiga langkah strategis yaitu;
1. Menganalisis pencapaian program tahun sebelumnya.
2. Mengidentifikasi masalah sebagai kesenjangan antara yang dicapai dengan yang
diharapkan.
3. Menentukan kegiatan untuk memecahakan masalah dalam setiap standar.

Anda mungkin juga menyukai