Anda di halaman 1dari 10

Analisis Keberhasilan Terapi Bermain terhadap Perkembangan Potensi

Kecerdasan Anak Retardasi Mental Sedang Usia 712 Tahun


Lilis Lisnawati,1 M. Nurhalim Shahib,2 Hidayat Wijayanegara3
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Respati Tasikmalaya, 2Program Studi Pascasarjana IKD Fakultas
1

Kedokteran Universitas Padjadjaran, 3Program Studi Pascasarjana Kebidanan Fakultas Kedokteran


Universitas Padjadjaran

Abstrak
Retardasi mental (RM) merupakan gangguan heterogen yang terdiri atas fungsi intelektual di bawah rata-
rata disertai gangguan keterampilan adaptif. Terapi bermain merupakan pendekatan yang efektif untuk
melatih anak RM taraf sedang dalam mempelajari suatu konsep pembelajaran. Terapi bermain dilakukan
dalam ruang khusus yang didesain sebagai tempat bermain yang dilengkapi dengan perangkat mainan khusus
untuk menstimulus perkembangan potensi anak RM taraf sedang. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk
meningkatkan keberhasilan pengembangan potensi kecerdasan anak RM sedang dengan menggunakan
instrumen The Wechsler-Intelligence Scale for Children (WISC) melalui penerapan terapi bermain.
Rancangan penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu (quasi experiment) dan analisis kualitatif.
Subjek dalam penelitian ini adalah anak RM sedang di SDLB Aisiyah usia 712 tahun sejumlah 13 anak.
Pendekatan analisis yang digunakan adalah analisis statistik dengan pendekatan Wilcoxon dan Kruskal Wallis
yang selanjutnya dilakukan analisis deskriptif untuk memberikan gambaran kondisi RM yang menyertai
anak meliputi: faktor internal yaitu fase yang dialami anak pada masa kehamilan, persalinan, menyusui dan
tahap tumbuh kembang, serta faktor eksternal yaitu kondisi sosial ekonomi keluarga dan pola asuh pada anak.
Hasil penelitian 7 dari 13 anak RM sedang berhasil mengalami peningkatan dalam pengembangan potensi
kecerdasannya. Bila dilihat dari hubungan frekuensi diberikannya terapi dengan tingkat keberhasilan anak, dari 7
anak RM sedang yang berhasil, 5 di antaranya termasuk kategori sering diberikan terapi bermain. Simpulan, terapi
bermain mampu meningkatkan keberhasilan pengembangan potensi kecerdasan anak RM sedang. Keberhasilan
tersebut berhubungan dengan frekuensi diberikannya terapi bermain dan didukung oleh kondisi penyerta (faktor
internal dan eksternal) pada diri anak. [MKB. 2014;46(2):7382]

Kata kunci: Terapi bermain, kecerdasan, retardasi mental sedang

Analysis of the Effectiveness of Play Therapy in Developing the Intelligence


of 712 Years Old Children with Moderate Mental Retardation
Abstract
Mental Retardation (MR) is a heterogeneous disorder that consists of lower than average intellectual function
along with the disruption of adaptive skills. Play therapy is an effective approach to train children with moderate
MR in studying the concept of learning. Play therapy is conducted in a special room designed as a playground,
equipped with special toys to stimulate potential development of children with moderate MR. This research
aimed to improve the success of the potential development of intelligence in children with moderate MR using
WISC instrument through play therapy. The study design used quasi-experimental method (quasi-experiment)
and qualitative analysis. The subjects of this study were thirteen 712 years old children with moderate MR in
extraordinary primary school Aisiyah. The analysis approach used was statistical analysis with Wilcoxon and
Kruskal Wallis approaches. A descriptive analysis was subsequently carried out to provide a snapshot of MR
conditions that accompany the child including: internal factors, i.e. the phase experienced by the child during
pregnancy, childbirth, breastfeeding and the stage of growth and development, and external factors i.e. the family's
socioeconomic condition and children upbringing. The results showed that 7 out of 13 children with moderate MR
had experienced an increase in the potential development of intelligence. In terms of the relation between the therapy
frequency and the children success rate, 5 of 7 moderate MR children who were successful were in the category of
frequent treatment of play therapy. In conclusion, play therapy can increase the potential for successful intelligence
development of children with moderate MR. This success is associated with treatment frequency and is supported
by the presence of concomitant conditions (internal and external factors) in children. [MKB. 2014;46(2):7382]

Key words: Play therapy, intelligence, moderate mental retardation

Korespondensi: Lilis Lisnawati, S.Sp, M.Kes, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Respati Tasikmalaya Jl. Raya Singaparna Km.
11 Cikunir-Tasikmalaya 46418, mobile 085222201982, e-mail aura8277@yahoo.co.id

MKB, Volume 46 No. 2, Juni 2014 73


Lilis L..: Analisis Keberhasilan Terapi Bermain terhadap Perkembangan Potensi Kecerdasan Anak Retardasi Mental Sedang

Pendahuluan seberapa pentingnya penerapan terapi bermain


dalam menstimulus kemampuan latih meliputi
Retardasi mental (RM) memiliki empat kategori, aspek verbal test dan performance test pada anak
yaitu RM taraf ringan memiliki rentang IQ RM sedang, sehingga dapat dijadikan formulasi
5055 sampai sekitar 70, memiliki kemampuan yang efektif dalam penyelenggaran pendidikan
membaca dan aritmatika sampai kelas 36 SD. luar biasa untuk dapat mengaplikasikan terapi
RM taraf sedang memiliki tingkat IQ 3540 bermain dalam pembelajaran di sekolah dan
sampai 5055 mampu mempelajari komunikasi solusi bagi orangtua untuk dapat terlibat dalam
sederhana, keterampilan tangan yang sederhana, menstimulus perkembangan kemampuan anak
perawatan diri yang mendasar, pada tingkatan ini RM sedang dengan cara mudah sehingga dapat
anak masih dapat dibimbing dan dilatih untuk berinteraksi dan beraktivitas di lingkungannya.
dapat befungsi di dalam lingkungan sosial. Pada Hasil penelitian ini juga dapat menjadi inovasi
RM taraf berat memiliki rentang IQ 2025 sampai pemantauan tumbuh kembang anak dan juga
3540 biasanya mampu berjalan tetapi memiliki mengetahui keterbatasan yang dimiliki anak,
ketidakmampuan yang spesifik, pada taraf RM sekaligus sebagai motivator bagi dunia pendidikan
ini dapat mengerti pembicaraan dan memberikan kesehatan anak dan kebidanan dalam menekan
respons, akan tetapi tidak mengalami kemajuan angka kecacatan dan kesakitan anak sejak dini.
dalam kemampuan membaca dan aritmetika.1,2 Berdasarkan hal itu, maka dapat diangkat
Anak RM sedang memiliki kemampuan mudah permasalahan mengenai upaya memandirikan
latih (trainable) dan sulit didik (uneducable). anak berkebutuhan khusus terutama pada anak
Dengan demikian, proses pembelajarannya lebih RM sedang dengan mengembangkan potensi
berfokus pada kegiatan melatih anak dengan kecerdasan yang dimiliki oleh anak melalui terapi
keterampilan yang memungkinkan mereka untuk bermain.
dapat berfungsi pada lingkungan sosial. Program
pelatihan khusus yang diberikan pada anak
RM sedang dilaksanakan sesuai dengan batas Metode
kemampuan anak. Terapi bermain merupakan
pendekatan yang akan diujicobakan, hal tersebut Penilaian pada anak retardasi mental (RM)
dikarenakan anak RM sedang pada umumnya akan dan tarafnya dilakukan melalui tes WISC yang
mudah memahami suatu konsep atau kemampuan meliputi penilaian verbal test (information,
jika dalam situasi belajarnya menggunakan jenis comprehension, arithmetic, similiarities, digit
materi yang konkret. Pelatihan yang diberikan span) dan performace test (picture compettetion,
bagi anak RM sedang ini lebih ke arah permainan pict. arrangement, block design, object assembely,
yang melatih bicara, keterampilan sederhana coding). Penilaian tersebut menghasilkan full IQ
dalam lingkup aspek kognitif, psikomotorik, dan yang dapat menentukan taraf RM yang dialami
aspek sosial adaptif.24 oleh anak. Tes ini diberikan secara individual
Penilaian keberhasilan proses terapi bermain pada saat sebelum dan sesudah diberikan terapi
ini, menggunakan perangkat tes The Wechsler bermain. Adapun hasil pengukurannya terdapat
Intelligence Scale for Children (WISC). Fungsi korelasi yang tinggi dengan hasil Tes Stanford
tes WISC ini untuk dapat mengukur intelegensi Binet dan LIPS. Proses penilaian ini dilakukan
yang sudah terstandarisasi. Skor yang dinilai oleh tim psikolog anak sebanyak 2 orang yang
merupakan hasil akumulasi penilaian verbal memiliki pengalaman di bidangnya.
test dan performance test yang tersedia dalam Hasil penilaian WISC tahap I dapat diketahui
skala penuh.5 Instrumen ini dapat memberikan gambaran kondisi anak sebelum terapi diberikan,
gambaran kondisi intelegensi pada anak RM sekaligus membantu penetapan seleksi subjek
sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain. penelitian sesuai dengan kebutuhan peneliti yaitu
Kelompok anak RM sedang termasuk ke dalam anak retardasi mental (RM) taraf sedang yang
mampu latih, maka masih ada kesempatan untuk mengikuti pembelajaran di SDLB Aisiyah dan
mengembangkan potensi kecerdasannya. Peneliti berusia 712 tahun. Pengambilan sampel dilakukan
akan melakukan serangkaian pendekatan melalui secara purposive sampling, dari 34 murid yang
terapi bermain untuk memberikan stimulus dalam mengalami RM diperoleh subjek penelitian yang
mengembangkan potensi kecerdasannya. Melalui memenuhi kriteria penelitian sejumlah 13 orang.
terapi bermain dapat diketahui tentang dunia Rancangan penelitian menggunakan eksperimen
meniru, eksplorasi, menguji, dan membangun semu dengan pendekatan pre-post design. Waktu
sehingga akan sangat membantu mengembangkan penelitian dilakukan selama 4 bulan yaitu dari
hubungan terapeutik serta membantu anak dalam tanggal 10 Oktober 2009 s.d. Januari 2010, dan
mengkomunikasikan masalah mereka. tempat penelitian di SDLB Aisyiyah Kabupaten
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui Singaparna Kota Tasikmalaya.

74 MKB, Volume 46 No. 2, Juni 2014


Lilis L..: Analisis Keberhasilan Terapi Bermain terhadap Perkembangan Potensi Kecerdasan Anak Retardasi Mental Sedang

Instrumen yang digunakan dalam penelitian test) sebagai tahapan post-test.


seperti yang dikemukakan di atas adalah perangkat Dengan 2 (dua) tahapan penilaian pre-test
tes WISC untuk menilai tingkat intelegensi terhadap post-test, akan dapat diketahui tingkat
anak RM sedang pada tahap pre-test dan post- keberhasilan anak merespons terapi bermain
test. Instrumen pendukung lain yang digunakan dalam mengembangkan potensi kecerdasannya.
adalah format identifikasi atau yang dikenal Hal ini dilihat dari pergeseran kemampuan anak
Alat Identifikasi Anak Kebutuhan Khusus (AI- sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain.
AKK) merupakan instrumen yang terstadarisasi, Selanjutnya, peneliti melakukan analisis tingkat
digunakan untuk penapisan riwayat anak RM dari keberhasilan tersebut yang dilihat dari frekuensi
mulai fase kehamilan, persalinan, dan fase tumbuh diberikannya terapi bermain serta kondisi internal
kembang anak. Instrumen lain yang digunakan dan eksternal penyerta anak RM sedang dalam
oleh peneliti untuk mengobservasi keseharian merespons terapi bermain.
anak RM di luar sekolah yaitu di lingkungan Data yang terkumpul berdasarkan instrumen
rumah dan tempat bermain, menggunakan format penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan
daily activity yang diisi oleh orangtua dan atau 2 tahap proses analisis yaitu analisis statistik dan
anggota keluarganya. analisis deskriptif.
Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan Analisis statistik pertama, digunakan untuk
informasi melalui proses wawancara antara menilai dampak pemberian terapi bermain pada
peneliti dan orangtua anak RM menggunakan perubahan yang signifikan dalam perkembangan
AI-AKK. selanjutnya diikuti penilaian tes WISC aspek yang diteliti, yaitu kognitif, psikomotorik,
(meliputi verbal test dan performance test) tahap dan adaptif sosial anak RM sedang. Pendekatan
1 oleh tim psikolog, untuk melihat gambaran analisis statistik yang digunakan pada tahap ini
intelegensi anak RM sedang sebagai tahap pre- menggunakan Wilcoxon Signed.
test sebelum dilakukan terapi bermain. Analisis statistik kedua, dilakukan penilaian
Tahap selanjutnya, dilakukan proses terapi untuk dapat melakukan evaluasi peningkatan
bermain selama 2,5 bulan yang dilaksanakan pencapaian pre test terhadap post test berdasarkan
indoor dan juga outdoor yang melibatkan suatu intensitas pemberian stimulus, yang ditetapkan
tim psikolog, guru pendamping, dan orangtua. dalam 3 kategori, yaitu sering memberikan terapi,
Terapi bermain yang diberikan pada anak RM kadang-kadang, dan jarang memberikan terapi.
sedang meliputi terapi stimulus aspek kognitif, Pendekatan analisis tahap ini mempergunakan
psikomotorik, dan juga adaptif sosial. Jenis terapi Kruskal Wallis.
bermain lebih didominasi aspek psikomotorik- Analisis deskriptif digunakan untuk dapat
adaptif sosial seperti pada jenis olahraga seperti mengetahui kondisi anak RM sedang (faktor
main bola, berenang, bermain pasir, perawatan internal dan eksternal) terhadap kemampuannya
binatang peliharaan, dan pemeliharaan tanaman merespons terapi bermain dalam peningkatan
di lingkungan sekolah mereka. Stimulus pada keberhasilan pengembangan potensi kecerdasan
aspek psikomotorik murni meliputi menggambar, anak RM sedang. Untuk kali ini dipelukan data
dan keseimbangan jalan. Stimulus pada aspek lengkap kondisi anak dan keluarga khususnya
psikomotorik-kognitif: permainan edukatif seperti ibu. Peneliti mendapatkannya dari hasil proses
alur bola, mencocokkan bentuk, menyusun balok, identifikasi meliputi kajian faktor internal (riwayat
permainan lilin. Stimulus aspek kognitif murni kehamilan, persalinan, nifas, pertumbuhan dan
seperti terapi musik dan cerita pendek. Stimulus perkembangan anak, serta kondisi kesehatannya
kognitif-adaptif sosial meliputi tayangan film selama proses penelitian) dan faktor eksternal
anak. Untuk menstimulus kognitif, psikomotorik, (kondisi sosial ekonomi dan pola asuh keluarga).
dan adaptif sosial yaitu melakukan outbond di
luar lingkungan sekolah.
Selama proses terapi bermain berlangsung, Hasil
pemantauan aktivitas anak terus dilaksanakan
di sekolah maupun luar sekolah tempat anak Lingkup kajian penelitian ini adalah penerapan
beraktivitas. Pemantauan tersebut dilaksanakan terapi bermain dalam proses pembelajaran dan
dengan menggunakan buku daily activity yang bagaimana anak RM sedang dapat meresponsnya
disediakan oleh peneliti. Tahap ini melibatkan dalam bentuk pengembangan potensi kecerdasan
peranan guru pendamping pada saat anak di pada domain kognitif, psikomotorik, dan afektif.
sekolah dan orangtua/keluarga untuk aktivitas Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari
anak di luar sekolah. Pada tahap akhir penelitian, 13 subjek yang mengikuti terapi bermain terdapat
dilakukan evaluasi terhadap perkembangan anak 7 subjek yang berhasil mengalami peningkatan
RM sedang oleh tim psikolog melalui penilaian potensi kecerdasan di atas rata-rata pencapaian
tes WISC tahap 2 (verbal test dan performance subjek lainnya setelah mengikuti terapi bermain.

MKB, Volume 46 No. 2, Juni 2014 75


Lilis L..: Analisis Keberhasilan Terapi Bermain terhadap Perkembangan Potensi Kecerdasan Anak Retardasi Mental Sedang

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Terapi Bermain Dalam Mengembangkan Potensi Kecerdasan Anak/
RM Sedang
Keterangan Hasil Penilaian
No Kode Usia Kriteria
Pre Test Post Test Peningkatan %
1 C 7 th 7 bln 25 hari 16 26 38 Berhasil

2 A 8 th 0 bln 14 hari 8 30 73 Berhasil


3 B 10 th 8 bln 17 hari 13 30 57 Berhasil
4 D 11 th 3 bln 01 hari 5 8 37 Berhasil
5 E 11 th 10 bln 21 hari 10 16 37 Berhasil
6 F 12 th 1 bln 17 hari 6 9 33 Berhasil
7 G 12 th 8 bln 08 hari 21 29 28 Berhasil
8 H 9 th 10 bln 04 hari 8 11 27 Cukup berhasil
9 J 9 th 3 bln 26 hari 19 21 10 Tidak berhasil
10 L 10 th 4 bln 26 hari 17 16 - Tidak berhasil
11 M 11 th 7 bln 14 hari 8 7 - Tidak berhasil
12 I 11 th 10 bln 29 hari 8 9 11 Tidak berhasil
13 K 12 th 7 bln 08 hari 6 6 0 Tidak berhasil

Berdasarkan hasil eksperimen yang sudah perubahan hasil pre test terhadap post test, yang
dilakukan pada 13 anak RM sedang memakai menunjukkan potensi kecerdasan anak RM
Wilcoxon signed pada Tabel 2, diperoleh H sedang mengalami perkembangan yang cukup
hitung (-2,76) dan H titik kritis (-1,645) dan signifikan melalui pemberian terapi bermain.
diperoleh p=0,006. Hal tersebut menunjukkan Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat frekuensi

Tabel 2 Hasil Pengukuran Keberhasilan Terapi Bermain Terhadap Perkembangan Potensi


Kecerdasan Anak RM Sedang
Analisis Keberhasilan
Sampel D |D| Ri (SRi) (SRi)2
Pre Test Post Test
A 16 26 -10 10 10 -10 100
B 8 38 -30 30 12 -12 144
C 19 21 -2 2 4 -4 16
D 8 11 -3 3 6 -6 36
E 17 16 1 1 2 2 4
F 13 38 -25 25 11 -11 121
G 5 8 -3 3 6 -6 36
H 8 7 1 1 2 2 4
I 10 16 -6 6 8 -8 64
J 8 9 -1 1 2 -2 4
K 6 9 -3 3 6 -6 36
L 6 6 0 0
M 21 29 -8 8 9 -9 81
SRi=-70 (SRi)2=646
Keterangan: Z= SRi Z= -70 Z=-2,76

(SRi)2 646

76 MKB, Volume 46 No. 2, Juni 2014


Lilis L..: Analisis Keberhasilan Terapi Bermain terhadap Perkembangan Potensi Kecerdasan Anak Retardasi Mental Sedang

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pemberian bermain akan mengalami peningkatan potensi


Terapi Bermain kecerdasan yang lebih baik dibandingkan dengan
Pemberian Terapi Frekuensi Keterangan golongan II. Begitu pula apabila dibandingkan
golongan I dengan golongan III, menunjukkan
Sering 5 5B pengembangan potensi kecerdasan pada golongan
Kadang-kadang 3 2 B,1 C I lebih baik dibandingkan dengan golongan
Jarang 5 5K III, sedangkan bila yang dibandingkan adalah
golongan II dengan golongan III maka pada
Jumlah 13 golongan II lebih baik pengembangan potensi
Keterangan: B (berhasil), C (cukup berhasil), K (kurang kecerdasannya dibandingkan dengan golongan
berhasil) III.
Untuk melihat kondisi penyerta (internal
dan eksternal) anak RM sedang memberikan
dukungan terhadap kemampuan merespons terapi
terapi bermain selama penelitian memberikan bermain, peneliti melakukan pengkajian secara
dampak terhadap tingkat keberhasilan subjek mendalam dengan cara melibatkan orangtua dan
dalam mengembangkan potensi kecerdasannya, keluarga sebagai informan. Peneliti membuat
yaitu 5/13 subjek yang sering diberikan terapi kelompok faktor internal melalui pendekatan
termasuk kategori berhasil, 3/13 subjek yang fase yang dialami subjek penelitian sejak masa
kadang-kadang memberikan terapi memiliki hasil kehamilan, persalinan, tumbuh kembang, serta
yang variatif dua di antaranya termasuk kategori faktor eksternal untuk menilai kondisi pendukung
berhasil dan I subjek termasuk kategori cukup luar yang memengaruhi gangguan perkembangan
berhasil serta 5/13 subjek lainnya yang jarang anak.
diberikan terapi terasuk kategori kurang berhasil. Berdasarkan pada Tabel 5 dapat dideskripsikan
Berdasarkan Tabel 1 dan 3, maka dapat bahwa dari 13 anak RM sedang, berdasarkan
disimpulkan bahwa 7/13 anak RM sedang berhasil lingkung kajian yang diteliti yaitu keberadaan
mengalami peningkatan dalam pengembangan faktor internal dan eksternal pada anak RM sedang
potensi kecerdasannya dan 5/13 anak RM sedang bahwa pada faktor internal (fase kehamilan,
tersebut mendapatkan terapi bermain sering persalinan, dan tumbang) terdapat 43 kasus, di
dibandingkan dengan kelompok anak lainnya. antaranya 12 kasus terjadi pada fase kehamilan, 7
Kualitas keberhasilan anak RM sedang dalam kasus pada fase persalinan, dan 24 kasus pada fase
mengembangkan potensi kecerdasan berdasarkan tumbuh kembang anak dan pengasuhan lanjut)
frekuensi diberikannya terapi dapat diketahui, sedangkan pada faktor eksternal ditemukan 12
dengan analisis statistik Kruskal Wallis sebagai kasus yang berdampak pada pembentukan anak
berikut: mengalami keterbelakangan mental (dukungan
Dengan menggunakan pendekatan Steam and keluarga, tingkat ekonomi keluarga, membatasi
Leaf Kruskall Wallis diperoleh hasil chi-kuadrat lingkup sosial anak, terlambat memasukkan anak
10,276; df=2 dan p=0,5 sedangkan untuk analisis ke lingkungan sekolah, pengasuhan anak diambil
setiap golongan sbb.: Gol I vs Gol II hasilnya alih oleh wali).
Wilcoxon =6,000 dengan p=0,022, Gol I vs Gol
III hasilnya Wilcoxon =15,000 dengan p=0,005,
Gol II versus Gol III hasilnya Wilcoxon=15,000 Pembahasan
dengan p=0,02.
Berdasarkan hasil analisis dapat dijelaskan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
bahwa golongan I yang sering diberikan terapi di SDLB Aisyiyah dalam kurun waktu 2,5 bulan

Tabel 4 Steam and Leaf Kruskal Wallis


Golongan I/ Sering Golongan II/Kadang-kadang Golongan III/Jarang
X R(X) R(X)2 X R(X) R(X)2 X R(X) R(X)2
30 12 144 3 6 36 2 4 16
25 11 121 3 6 36 1 2 4
8 9 81 3 6 36 1 2 4
6 8 64 1 2 4
10 10 100 0 0 0

MKB, Volume 46 No. 2, Juni 2014 77


Lilis L..: Analisis Keberhasilan Terapi Bermain terhadap Perkembangan Potensi Kecerdasan Anak Retardasi Mental Sedang

Tabel 5 Gambaran Faktor Internal dan Eksternal Sebagai Predisposisi RM Taraf Sedang Pada
Anak SDLB Aisyiyah
Faktor Internal Faktor Eksternal
Kehamilan Persalinan Tumbang Lain-Lain
Riwayat kesehatan ibu Riwayat partus lama (1 Kondisi bayi (gangguan < dukungan kelurga
selama kehamilan (7 orang) psikomotorik, (2 orang)
orang) kemampuan bicara, dan
adaptasi lingkungan)
(3 orang)
Tekanan psikologis Riwayat berat badan Lahir dengan sindrom Tingkat ekonomi rendah
selama kehamilan (2 <2.500 g (4 orang) Down (3 orang)
orang) (1 orang)
Asupan nutrisi ibu Riwayat UK >10 bulan Riwayat kesehatan anak Pembatasan lingkup sosial
selama kehamilan (1 (2 orang) buruk (demam, kejang, (2 orang)
orang) pengeluaran cairan
telinga, diare)
(14 orang)
Faktor usia ibu/ayah Riwayat tali pusat Gangguan pola makan Pengasuhan anak oleh wali
pada saar kehamilan pendek (1 orang) (non ASI, menu gizi (nenek atau bibi)
>35 th (9 orang) tidak seimbang, freks. (3 orang)
makan)
(4 orang)
Lain-lain (3 orang) Status gizi buruk Lambat dimasukkan ke
(KEP, KEK) sekolah luar biasa
(2 orang) (2 orang)

terhadap 13 peserta didik dalam kelompok anak analisis statistik mempergunakan pendekatan
RM sedang, didapatkan peningkatan potensi Kruskall Wallis pada Tabel 4 yang menunjukkan
anak. Hal tersebut didasarkan pada pencapaian bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
kumulatif dua jenis penilaian yaitu verbal test anak yang sering diberikan terapi bermain dan
dan performace test yang dapat menilai ranah anak yang jarang atau kurang diberikan.
kemampuan anak dari aspek kognitif, adaptif Keberhasilan dalam pengembangan potensi
sosial, dan psikomotorik sebagai deskripsi potensi kecerdasan anak RM sedang berdasarkan kondisi
kccerdasan anak.58 Peningkatan keberhasilan penyerta internal dan eksternal anak. Internal
terapi bermain dinilai dari peningkatan setiap dalam merespons terapi bermain dilihat dari 3
substansi penilaian pre test terhadap post test yang domain (kognitif, psikomotorik, dan afektif)
dijadikan acuan deskripsi potensi kecerdasan dapat dianalisis sebagai berikut15 pada subjek A
anak yang mengalami perkembangan melalui dilakukan pemberian terapi dengan tahap awal
proses terapi bermain. peneliti memperkenalkan berbagai bentuk dasar
Analisis statistik menggunakan pendekatan pada A seperti balok, segitiga, kubus, tabung,
Wilcoxon signed, menunjukkan bahwa terdapat lingkaran, dan bola warna. Setelah mengenal
perkembangan potensi kecerdasan anak RM bentuk dasar tersebut (C1) A diminta untuk
sedang yang signifikan. Keadaan ini dapat dilihat menyusunnya sesuai dengan contoh yang telah
dari peningkatan beberapa aspek verbal dan dibuatkan peneliti. Pada tahap ini, A terlihat fokus
performance yang dialami anak RM sedang pada pada media bola dengan berbagai macam ukuran
saat sebelum dengan sesudah diberikan terapi dan warna yang selanjutnya disusun menjadi
bermain, keadaan tersebut menunjukkan bahwa suatu tumpukan bola piramida. Ketertarikannya
terapi bermain mampu mengembangkan potensi pada media bola mempermudah peneliti dalam
kecerdasan anak RM sedang.9,11 menstimulus berbagai macam permainan yang
Semakin sering seorang anak diberi stimulus mampu mengembangkan potensi kecerdasannya.
terapi bermain, maka akan semakin baik anak Aspek kognitif yang mampu dikembangkan
dapat mengembangkan potensi kecerdasan yang pada A melalui media bola dapat tercapai sampai
dimilikinya. Semakin jarang seorang anak diberi tahap penerapan atau pengungkapan kembali
stimulus terapi bermain, maka akan semakin (C3), hal ini dibuktikan dengan kemampuannya
kecil kesempatan untuk mengembangkan potensi berimajinasi dengan media bola seperti dalam
kecerdasan yang dimilikinya.1215 Hal ini didukung menggambar bola dengan perpaduan warna putih

78 MKB, Volume 46 No. 2, Juni 2014


Lilis L..: Analisis Keberhasilan Terapi Bermain terhadap Perkembangan Potensi Kecerdasan Anak Retardasi Mental Sedang

dan hitam, kreativitas tangan membuat bola tersebut (C1) anak diminta untuk menyusunnya
dengan memperhatikan garis belahannya dan bentuk dasar tersebut sesuai dengan contoh yang
kemampuan menghitung bola yang dimilikinya, telah dibuatkan peneliti. Pada tahap ini, D sangat
serta mengelompokkan sesuai dengan ukurannya. menyukai bentuk balok, silindris, dan persegi
Aspek afektif terlihat peningkatan, keadaan ini panjang. Pemahamannya tentang bentuk tersebut
dilihat dari perubahan A dari tahap awal yaitu dituangkannya dalam membentuk jembatan dan
ketertarikan pada media bola (A1) sampai pada menara yang tinggi (C2) dalam kegiatan building
kemampuan anak bertanya benda apa saja di balok .
lingkungannya yang menyerupai bola (A2). Subjek D mempunyai kesenangan terhadap air,
Aspek psikomotorik juga memperlihatkan hal ini dilihat dari kebiasaannya di rumah. Aspek
peningkatan, terlihat dari reaksi setiap melihat afektif menunjukkan kemajuan dari responsnya
bola yang akan diambilnya. A akan memilahnya terhadap kemauan belajar. Berdasarkan laporan
berdasarkan ukuran (P1) untuk selanjutnya dari guru pendamping anak mengalami penyulit
disusun membentuk suatu piramida. Bola yang dalam hal berhitung, pendekatan terapi yang
ukurannya lebih besar akan dipergunakannya digunakan peneliti adalah menghitung dengan
sebagai bola unggulan untuk dia tendangkan pada permainan memancing yaitu menghitung jumlah
piramida bola yang sudah disusunnya (P2). ikan hasil dari tangkapannya. Ketertarikan yang
Pada subjek B dengan tahap awal peneliti ditunjukkan oleh D mununjukkan domain afektif
memperkenalkan berbagai bentuk dasar pada B tingkat dua yaitu merespons (C2,A2).
seperti balok, segitiga, kubus, tabung, lingkaran, Untuk perkembangan psikomotorik tidak
dan bola warna. Setelah mengenal bentuk mengalami perubahan, hal tersebut disebabkan
dasar tersebut (C1), B diminta untuk menyusun keterbatasan ekstremitas atas dan bawah. Hal ini
bentuk dasar tersebut sesuai dengan contoh terlihat jelas pada setiap jenis permainan yang
yang telah dibuatkan peneliti. Pada tahap ini, diberikan D hanya mampu merangkai tetapi
B sangat menyukai bidang kubus dan segitiga. tidak mampu untuk mengembangkannya menjadi
Pemahamannya tentang bentuk kubus dan segitiga bentuk lain yang merupakan modifikasi bentuk
tersebut dituangkannya dalam membentuk rumah dasarnya (P1).
sederhana yang terdiri atas empat buah kubus dan Pada subjek E pada tahap awal penelitian,
satu segitiga sebagai atap (C2). memperkenalkan berbagai bentuk dasar pada E
Domain afektif terlihat berdasarkan respons seperti balok, segitiga, kubus, tabung, lingkaran,
yang selalu bersemangat setiap kali diberikan dan bola warna. Setelah mengenal bentuk
permainan builiding balok (C2). Pada permainan dasar tersebut (C1) E diminta untuk menyusun
ini anak diberikan kesempatan mengembangkan bentuk dasar tersebut sesuai dengan contoh
imajinasinya menyusun balok ke dalam bentuk yang telah dibuatkan peneliti. Pada tahap ini E
yang pernah mereka lihat di lingkungannya, seperti hanya mengulanginya dan mencocokkan bentuk
rumah, jembatan, menara, dsb. Ketertarikannya, dasar pada tempatnya (C1). E adalah salah satu
membuat B mampu untuk menyusun balok dalam siswi yang dikenal rajin dalam menyelesaikan
waktu yang cepat dan menyerupai kondisi yang pekerjaan rumah (A2). Kebiasaannya di rumah
sebenarnya. Hal tersebut sudah menunjukkan seperti rajin menyapu dan juga mencuci piring,
peningkatan B pada ranah psikomotorik yaitu merupakan keterhambatannya seolah tertutupi
kesiapan (P2). dengan kemandiriannya. Terapi bermain membuat
Pada subjek C pada tahap awal penelitian, subjek E mampu menimbulkan sikap percaya diri
memperkenalkan berbagai bentuk dasar pada sehingga menjadikannya mudah bersosialisasi.
subjek C seperti balok, segitiga, kubus, tabung, Hal tersebut ditunjukkan dengan kemampuannya
lingkaran, dan bola warna. Pada tahap ini C dapat dalam mempraktikkan dan menjelaskan setiap
mencocokkan bentuk dasar pada belahan-belahan pekerjaan yang sudah E selesaikan pada teman-
kosong yang sudah disediakan oleh para peneliti. temannya (P2).
Hal ini dilakukan untuk mengecek kemampuan Pada subjek F pada tahap awal, penelitian
mengingatnya (C1). Kemampuan mencocokkan memperkenalkan berbagai bentuk dasar seperti
benda dasar tersebut memperlihatkan perhatian balok, segitiga, kubus, tabung, lingkaran, dan juga
anak pada saat pembelajaran (A2) sebagai tahap bola warna. Setelah dapat mengenal bentuk dasar
merespons aktivitas. Perkembangan pada domain tersebut (C1) subjek F diminta untuk menyusun
psikomotorik ditunjukkan dengan kemampuan bentuk dasar tersebut sesuai dengan contoh yang
menyusun puzzel dengan cepat (P2). telah dibuatkan peneliti. Pada tahap ini F hanya
Pada subjek D pada tahap awal penelitian mengulanginya dan mencocokkan bentuk dasar
memperkenalkan berbagai bentuk dasar pada D pada tempatnya (C1).
seperti balok, segitiga, kubus, tabung, lingkaran, Subjek F merupakan salah satu siswa yang
dan bola warna. Setelah mengenal bentuk dasar selalu berpenampilan rapih dan dikenal rajin

MKB, Volume 46 No. 2, Juni 2014 79


Lilis L..: Analisis Keberhasilan Terapi Bermain terhadap Perkembangan Potensi Kecerdasan Anak Retardasi Mental Sedang

dalam menyelesaikan setiap pekerjaan rumah (A2) sediakan untuk setiap anak dalam menstimulus
termasuk di antaranya tugas dalam terapi bermain, kecerdasan spasial, mampu I selesaikan dengan
setiap siswa diberikan binatang peliharaan bagi baik dan lengkap. I termasuk anak periang dan
setiap subjek penelitian. F sangat menyenangi memiliki emosi yang stabil sehingga dalam setiap
dan menyayangi binatang peliharaan (salah pembelajaran dia selalu memperhatikan (A1).
satu media terapi bermain untuk menumbuhkan Pada domain psikomotorik I sudah mampu untuk
kecerdasan natural). F mampu merawat binatang masuk ke tahap readliness to act (P2) seperti
peliharaannya dengan sangat baik. Hal tersebut halnya I selalu menunjukkan hasil karya pada
dapat dilihat dari kondisi binatang peliharaannya temannya.
yang terawat dan sehat. Terapi bermain membuat Subjek J termasuk dalam kelompok anak yang
subjek F mampu menumbuhkan sikap mandiri labil emosi sehingga banyak teman sebaya yang
dan percaya diri sehingga menjadikannya menjadi menjauhinya. Subjek I hanya mampu mengikuti
mudah bersosialisasi. Hal tersebut salah satunya pembelajaran tidak lebih dari 15 menit (A1),
ditunjukkan dengan kemampuannya menjelaskan Ketidakmampuannya untuk fokus pada apa yang
bagaimana dia merawat binatang peliharaannya disampaikan oleh peneliti membuatnya tidak
pada teman-temannya (P2). dapat diam dan selalu mengganggu teman sebaya
Subjek G adalah salah satu siswi yang lambat lainnya. I hanya mampu mengiikuti instruksi
dimasukkan SDLB. Hal ini karena fobia sosial pada awal proses terapi bermain, selanjutnya I
yang dialamimya. Terapi bermain membuatnya kurang kooperatif dalam segala hal (C1). Terdapat
mampu secara bertahap melakukan interaksi hal yang menarik dari I yaitu kemampuannya
dengan teman sebayanya. Selama terapi bermain menjelaskan secara berurut dan lengkap setiap
G mampu mengikuti instruksi dengan baik (C1) fenomena lingkungan yang dilihatnya. Sebagai
hanya saja kemampuan pemahamannya masih contoh I mampu menjelaskan secara terperinci
lamban. Subjek G sangat menyenangi mewarnai komponen dari berdirinya tiang bendera sekolah
dan juga menggambar, sehingga setiap pekerjaan seperti tiang yang tinggi berwarna putih, di
rumah yang diberikan mampu G kerjakan dengan puncaknya terdapat kain merah dan putih, cara
baik. menaikkannya melalui katrol dan sebagainya.
Penghargaan yang diberikan peneliti selama Hal tersebut menunjukkan kemampuan I dalam
proses terapi kepada subjek G dapat membuatnya domain psikomotorik pada tahap readliness to
semakin percaya diri dalam mengerjakan setiap act (P2).
kegiatan (A2). Setiap hasil karya dibuatnya selalu Subjek K termasuk dalam kelompok anak
ingin diperlihatkan kepada teman sebayanya dan yang jarang berbicara, keadaan ini disebabkan
menjelaskan bagaimana dia dapat membuatnya. pembatasan lingkup sosial anak dalam keluarga,
Hal tersebut menunjukkan bahwa kemampuan sebagai akibat orangtua belum dapat menerima
psikomotorik sudah mencapai ranah kesiapan keterbatasan yang dimiliki oleh anak. Subjek K
(P2).18,19 baru masuk SLB 6 (enam) bulan sebelumnya.
Subjek H termasuk dalam kelompok anak yang Peneliti mendapatkan kelambanan setiap aspek
jarang berbicara sehingga H mengasingkan diri seperti mengikuti instruksi, pengendalian emosi,
dari lingkungan teman sebayanya. Melalui terapi keseimbangan psikomotorik, dsb.
bermain mampu diketahui kebutuhan H dalam Pada domain kognitif anak hanya mampu
memahami pembelajaran. H sangat menyenangi meniru, keadaan itu pun prosesnya sangat lamban
media boneka tangan, ketertarikan tersebut dapat untuk mampu dilakukannya bila dibandingkan
menstimulus H untuk mulai berbicara secara dengan kelompok anak lainnya (C1), begitupula
lengkap. Pada saat H sudah memegang boneka pada domain afektif dan psikomotorik, anak itu
tangan yang disediakan oleh peneliti, H mampu hanya mampu sampai pada tahap dasar (A1,
mendeskripsikan imajinasinya melalui rangkaian P1) seperti memperhatikan pembelajaran serta
cerita yang disusunnya dengan menggerakkan mendeskripsikannya.19,20
boneka tangan yang dipegangnya (P2). Hambatan Subjek L termasuk dalam kelompok anak
yang dialami H adalah pada domain kognitif yang sensitif, setiap keadaan yang tidak mampu
hanya mampu sampai tahap meniru tanpa mampu dikerjakannya membuatnya tertekan sehingga
memahami dari apa yang dipelajarinya. tidak jarang kejangnya dapat terpacu pada saat
Subjek I memiliki potensi cukup baik dalam itu. Demam dan kejang masih dialaminya saat
menggambar, kemampuan di dalam menuangkan ini. Kerentanan ini membuatnya jauh tertinggal
imajinasinya terlihat dari gambar-gambar yang dibandingkan dengan teman sebayanya. Keadaan
ditirukannya ke dalam coretan pensil warna yang menarik dari subjek L adalah kemampuan
(C1). Setiap kegiatan menggambar, dia mampu berhitung cukup baik, dalam kondisi sehat L
menunjukkan hasil yang lebih baik daripada mampu mengikuti dengan baik setiap instruksi
teman sebaya lainnya. Buku gambar yang peneliti pembelajaran (A1), kemampuan meniru setiap

80 MKB, Volume 46 No. 2, Juni 2014


Lilis L..: Analisis Keberhasilan Terapi Bermain terhadap Perkembangan Potensi Kecerdasan Anak Retardasi Mental Sedang

kegiatan yang diajarkan oleh peneliti (C1) dan mengembangkan potensi kecerdasannya.
dapat mengidentifikasi setiap kegiatan yang Hukum konvergensi III: bilamana pengaruh
dilakukannya (P1), akan tetapi kemampuannya lingkungan lebih kuat daripada pembawaannya,
sulit untuk dikembangkan bila kondisi kejangnya maka hasil pendidikan lebih mengarah kepada
sudah kambuh lagi. apa yang diharapkan oleh lingkungan. Artinya,
Subjek M secara fisik seperti anak umumnya, bahwa semakin sering proses terapi bermain
akan tetapi kelambanan M dalam belajarlah yang diberikan dan didukung perhatian, perlindungan,
membedakannya dengan teman seusianya. M salah dan kenyamanan lingkungan serta kerjasama
satu siswa yang mengalami tekanan psikologis antara guru-orangtua dalam menciptakan suasana
dari wali yang merawat dan membesarkannya. M yang kondusif selama pemberian terapi, maka
tidak mampu mengembangkan potensinya karena akan dapat menggantikan beberapa hambatan
pada usianya saat ini, M sudah dituntut untuk genetik dalam merespons terapi bermain. Hal
dapat membantu keluarganya di rumah. ini sejalan dengan hipotesis III bahwa faktor
Keterbatasan waktu yang dimilikinya untuk internal dan eksternal yang terintegrasi pada anak
bermain, mengakibatkan M merasa tidak memiliki memberikan dampak pada kualitas perkembangan
kebebasan untuk berekspresi dan untuk berkreasi, kecerdasan anak RM sedang.
sehingga hasil perkembangan potensinya sulit Pendeskripsian hukum konvergensi tersebut
untuk ditingkatkan baik pada domain kognitif dapat dirumuskan: terapi bermain merupakan
(C), afektif (A), dan psikomotorik (P). Hal ini cara pendekatan yang paling efektif bagi anak
disebabkan pembatasan lingkup sosial anak dalam RM sedang. Dilihat dari kualitas kemampuan
keluarga sehingga mengakibatkan kelambanan terapi bermain tersebut untuk mengembangkan
anak dalam berbagai aspek.19 potensi kecerdasan dipengaruhi oleh frekuensi
Pada domain kognitif anak hanya mampu diberikannya terapi bermain dan kondisi yang
meniru, keadaan itu pun prosesnya sangat lamban menyertai anak (faktor internal dan eksternal).
untuk mampu dilakukannya bila dibandingkan Penelitian ini diharapkan menjadi masukan
dengan kelompok anak yang lainnya (C1). Begitu untuk kemajuan pada pendidikan Sekolah Luar
pula pada domain afektif dan psikomotorik anak Biasa (SLB) umumnya dan khususnya bagi
hanya mampu sampai tahap dasarnya (A1,P1) pendidikan kesehatan anak serta kebidanan,
misalnya memperhatikan proses pembelajaran dalam menghasilkan formulasi yang tepat untuk
dan mendeskripsikannya. dapat menstimulus perkembangan kecerdasan
Berdasarkan keadaan di atas, maka peneliti anak RM sedang, dengan cara yang mudah,
membuat simpulan penelitian dengan memakai murah, efektif-efisien, dan menyenangkan.
analisis 3 hukum konvergensi sebagai berikut20 Manfaat penelitian bagi kemajuan pendidikan
Hukum konvergensi I: bilamana pengaruh SLB, bahwa dengan penerapan terapi bermain di
pembawaan sama kuatnya dengan pengaruh antaranya mampu menciptakan suasana belajar
lingkungan maka hasil pendidikan akan baik dan yang menyenangkan untuk anak, mendekatkan
seimbang. Artinya, apabila anak yang mengalami guru pendamping dengan anak, dan memudahkan
RM sedang tersebut diberikan stimulus yang orangtua/wali untuk dilibatkan dalam membantu
sesuai, bertahap, dan terus menerus mengikuti menstimulus perkembangan anak serta evaluasi
perkembangan otaknya maka mereka akan mampu perkembangan anak lebih mudah.
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Hal Manfaat penelitian untuk kemajuan pendidikan
ini sejalan dengan hipotesis I peneliti bahwa terapi kesehatan anak dan juga pendidikan kebidanan,
bermain merupakan pendekatan yang efektif bahwa pentingnya peran tenaga kesehatan untuk
untuk menstimulus perkembangan kecerdasan meminimalisir trauma pada anak, baik fisik
anak ataupun psikis selama fase yang dilaluinya yaitu
Hukum konvergensi II: bilamana faktor dari sejak masa kehamilan sampai masa tumbang.
pembawaan lebih kuat daripada lingkungan maka Pada masa kehamilan penting untuk selalu
pendidikannya cenderung ke arah pembawaan. dilakukan pemantauan tumbuh kembang janin
Artinya, bahwa apabila banyak faktor pencetusan dan kondisi ibu hamil, memenuhi kebutuhan ibu-
yang menyertai anak RM sedang (faktor internal bayi secara maksimal menekan faktor kehamilan
dan eksternal), sedangkan pada frekuensi terapi yang berisiko semaksimal-maksimalnya yang
bermain kurang, maka anak kemungkinan kecil berdampak terhadap penyulit persalinan dan
untuk mampu membuka potensi kecerdasannya gangguan tumbuh kembang anak. Keadaan yang
dan sulit untuk mengadaptasikan diri dengan paling utama yaitu pentingnya upaya penapisan
lingkungannya. Hal ini sejalan dengan hipotesis terhadap risiko munculnya retardasi mental pada
II yang menyatakan bahwa semakin sering anak misalkan faktor genetik, faktor usia, dsb.
terapi bermain diberikan pada anak RM sedang, Sebagai tuntutan kebutuhan perlu dimiliki tenaga
maka semakin besar pula kemungkinan untuk kesehatan sehingga dapat mengurangi frekuensi

MKB, Volume 46 No. 2, Juni 2014 81


Lilis L..: Analisis Keberhasilan Terapi Bermain terhadap Perkembangan Potensi Kecerdasan Anak Retardasi Mental Sedang

kejadian RM. Dengan demikian, tenaga kesehatan autosomal recessive non syndromic mental
khususnya bidan mempunyai peranan penting retardation in an isolated population in Israel.
dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sejak Eur J Hum Genet. 2007;15;25053
dini melalui pemberian pelayanan kebidanan 10. Mulati S, Wasir V. Prevention of
yang baik dan komprehensif untuk membentuk developmental disabilities. Indian J Pediatr.
generasi yang sehat. 2005;72:97598.
11. Karen HH. Mental retardation. Indian J
Pediatr. 2006;53:10012.
Daftar Pustaka 12. Laurina D, Decoufle P. Is maternal a risk
factor for mental retadation among children?.
1. Kabra M, Gulati S. Mental retardation. Indian Am J Epedimiol. 2006;149(9):12.
J Pediatr. 2003;70;1538. 13. Helen MK. ABC of clinical genetics:
2. Sebastian CS. Mental retardation. Indian J chromosomal analysis. Edisi ke-3. London:
Pediatr. 2001;13;2065. BMJ Publishing Group; 2002.
3. Kay J, Tasman A. Essentials of psychiatry: 14. Stromme P, Hagberg G. Etiology in severe
mental retardation. Eur J Hum Genet. 2006; and mild mental retardation: a population
28593. based study of Norwegian children. Indian J
4. Chelly J, Khelfaoui M, Francis F, Cherif B, Hum Genet. 2000;42:7686.
Bienvenu T. Genetics and pathophysiology 15. Jensen E. Memperkaya otak (cara
of mental retardation. Eur J Hum Genet. memaksimalkan potensi setiap pembelajaran).
2006;14:70113. Jakarta: PT Indeks; 2008.
5. Alat Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus. 16. Amudha S, Aruna N, Rajangam S.
Jakarta: Direktorat Pendidikan Luar Biasa Consanguinity and chromosomal abnormality.
Departemen Pendidikan Nasional; 2004. Indian J Hum Genet. 2005;11:10810.
6. Ahuja AS, Thapar A, Owen MJ. Genetics of 17. Greydanus DE, Pratt HD. Syndromes and
mental retardation. Indian J Med Sci. 2005 disorders associated with mental retardation.
Sep;59(9):40717 . Indian J Pediatr. 2005;72:85964.
7. Carolyn D. Variation in the influence of 18. George MS, Laurien. Subtelomeric
selescted sociodemography risk factor for rearrangement in idiopathic mental
mental retardation. Am J Epidemiol. 2005; retardation. Indian J Pediatr. 2005;72:679
85(3):20010. 84.
8. Stromme P, Hagberg G. Etiology in severe 19. Shahib N. Pembinaan kreativitas menuju era
and mild mental retardation: a population global. Bandung: Penerbit Karya Pustaka;
based study of Norwegian children. Indian J 2000.
Hum Genet. 2000;42;7686. 20. Shahib N. Pendidikan berbasis kompetensi
9. Zlotogora J, Shohat M. Genetic screening for menuju invensi. Bandung: Gema Media
Pusakatama; 2005.

82 MKB, Volume 46 No. 2, Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai