Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat

karunia-Nya serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah

perkembangan politik di Indonesia pada awal kemerdekaan di masa demokrasi liberal

ini dengan sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Kami berterima kasih

kepada Ibu Asri selaku guru mata pelajaran pancasila yang telah memberikan tugas

ini.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan kita mengenai perkembangan politik di Indonesia pada awal

kemerdekaan di masa demokrasi liberal. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di

dalam tugas ini banyak kekurangan-kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu

kami berharap adanya kritik,saran dan usulan demi kebaikan masa yang akan datang.

Tak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya.

Sebelumnya kami mohon maaf apabila ada kesalahan-keasalan kata yang kurang

berkenan di hati dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kebaikan di

masa yang akan datang.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Munculnya Demokrasi Liberal

2.2 Pelaksanaan Pemerintahan Demokrasi Liberal

2.3 Akhir Masa Demokrasi Liberal di Indonesia

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perjalanan sitem politik di Indonesia banyak bukti menunjukan bahwa

UUD tidak dapat dijadikan pegangan dalam sistem pilitik maupun penegakan hukum.

Telah terjadi empat periode pemerintahan masa Kemerdekaan (1945-1959), era

Demokrasi Terpimpin (1959-1966), masa Orde Baru (1966-1998) dan era Reformasi

(1998-Sekarang). Pada saat kemerdekaan dulu berlaku tiga macam UUD(1945, RIS

dan 1950) namun dalam prosesnya sitem demokrasi dan hukum dapat ditegakan.

Dekrit presiden 5 Juli 1959, UUD 1945 kembali berlaku dan dinyatakan penggunaan

sistem Demokrasi Terpimpin, namun yang berlaku sistem otoritarian (Hatta,

Demokrasi Kita, 1960). Kemudian beralih pada masa Demokrasi Orde Baru 1966.

Rakyat dan pemerintah bekerjasama menjalankan pemerintahan yang demokratis dan

menegakan hukum dengan semboyan kembali ke UUD 1945 dengan murni dan

konsekuen. Kemudian belangsung Era Reformasi yang diawali perubahan mendadak

dari sistem politik otoriter ke sistem demokrasi. Pada saat pergantian kepemimpinan

di bawah presiden BJ Habibie, sistem demokrasi berubah 180 derajat. Kebebasan

membentuk partai politik, Lembaga-lembaga perwakilan bebas berbicara.


1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana terjadinya Demokrasi Liberal di Indonesia itu berlangsung sampai

berakhirnya Demokrasi Liberal?

2. Apa yang melatar belakangi berlangsungnya Demokrasi Liberal?

3. Bagaimana proses Demokrasi Terpimpin belangsung di Indonesia sampai

berakhirnya Demokrasi Terpimpin

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memberikan pemahaman kepada para

pembaca mengenai proses pergantian sitem politik di Indonesia. Hingga para

pembaca mengerti dan memahami proses dan gejala yang ada dalam didalamnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Sejarah Munculnya Demokrasi Liberal

Seperti yang kita ketahui dalam perkembangan sejarah Indonesia bahwa

negara Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan sistem demokrasi.

Diharapkan hal ini bisa mewujudkan demokrasi berbau indonesia meski konsep dasar

mengadopsi teori demokrasi luar. Berikut ini adalah salah satu analisis dialektik-

historis pada penerapan demokrasi di Indonesia.

Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan demokrasi

parlementer yang Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat, dan masa ini

disebut Masa demokrasi Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10 Provinsi yang

mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang undang Dasar Sementara tahun 1950

yang juga bernafaskan liberal. Akibat pelaksanaan konstitusi tersebut, pemerintahan

RI dijalankan oleh suatu dewan menteri (kabinet) yang dipimpin oleh seorang

perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (DPR). Sistem politik pada

masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya partai partai politik, karena

dalam sistem kepartaian menganut sistem multi partai.

Demokrasi Liberal berlangsung selama hampir 9 tahun, dalam kenyataanya

rakyat Indonesia sadar bahwa UUDS 1950 dengan sisten Demoktasi Liberal tidak
cocok dan tidak sesuai dengan. Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno

mengumumkan dekrit mengenai pembubaran Konstituante dan berlakunya kembali

UUD 1945 serta tidak berlakunya UUDS 1950 karena dianggap tidak cocok dengan

kedaan ketatanegaraan Indonesia.

2.2.Pelaksanaan Pemerintahan Demokrasi Liberal

1. Bidang Politik

Tahun 1950 sampai dengan tahun 1959 merupakan masa berjayanya partai-

partai politik pada pemerintahan Indonesia. Pada masa ini terjadi pergantian kabinet,

partai-partai politik terkuat mengambil alih kekuasaan. PNI dan Masyumi merupakan

partai yang terkuat dalam DPR, dan dalam waktu lima tahun (1950 -1955) PNI dan

Masyumi silih berganti memegang kekuasaan dalam empat kabinet. Adapun susunan

kabinetnya sebagai berikut;

a. Kabinet Natsir (6 September 1950 - 21 Maret 1951)

Kabiet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir

(Masyumi) sebagai perdana menteri. Merupakan kabinet koalisi yang dipimpin oleh

partai Masyumi. Kabinet ini merupakan kabinet koalisi di mana PNI sebagai partai

kedua terbesar dalam parlemen tidak turut serta, karena tidak diberi kedudukan yang

sesuai. Kabinet ini kuat formasinya di mana tokoh tokoh terkenal duduk di

dalamnya, seperti Sri Sultan Hamengkubuwono IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof

Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo.


Program pokok dari Kabinet Natsir adalah:

1. Menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman.

2. Mencapai konsolidasi dan menyempurnakan susunan pemerintahan.

3. Menyempurnakan organisasi Angkatan Perang.

4. Mengembangkan dan memperkuat ekonomi rakyat.

5. Memperjuangkan penyelesaian masalah Irian Barat.

b. Kabinet Sukiman (27 April 1951 3 April 1952)

Setelah Kabinet Natsir mengembalikan mandatnya pada presiden, presiden

menunjuk Sartono (Ketua PNI) menjadi formatur, namun gagal, sehingga ia

mengembalikan mandatnya kepada presiden setelah bertugas selama 28 hari (28

Maret-18 April 1951).Presiden Soekarno kemudian menunjukan Sidik Djojosukatro (

PNI ) dan Soekiman Wijosandjojo ( Masyumi ) sebagai formatur dan berhasil

membentuk kabinet koalisi dari Masyumi dan PNI. Kabinet ini terkenal dengan nama

Kabinet Soekiman ( Masyumi )- Soewirjo ( PNI ) yang dipimpin oleh Soekiman.

Program pokok dari Kabinet Soekiman adalah:

a. Menjamin keamanan dan ketentraman

b. Mengusahakan kemakmuran rakyat dan memperbaharui hukum agraria agar

sesuai dengan kepentingan petani.

c. Mempercepat persiapan pemilihan umum.

d. Menjalankan politik luar negeri secara bebas aktif serta memasukkan Irian

Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.


e. Di bidang hukum, menyiapkan undang undang tentang pengakuan serikat

buruh, perjanjian kerja sama,penetapan upah minimum,dan penyelesaian

pertikaian buruh.

c. Kabinet Wilopo (3 April 1952 3 Juni 1953)

Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik

Djojosukarto ( PNI ) dan Prawoto Mangkusasmito ( M asyumi ) menjadi formatur,

namun gagal.Kemudian menunjuk Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah bekerja

selama dua minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan Perdana

Mentari Wilopo, sehingga bernama kabinet Wilopo. Kabinet ini mendapat dukungan

dari PNI, Masyumi, dan PSI.

Program pokok dari Kabinet Wilopo adalah:

a. Program dalam negeri : Menyelenggarakan pemilihan umum (konstituante,

DPR, dan DPRD), meningkatkan kemakmuran rakyat, meningkatkan

pendidikan rakyat, dan pemulihan keamanan.

b. Program luar negeri : Penyelesaian masalah hubungan Indonesia-

Belanda,Pengembalian Irian Barat ke pangkuan Indonesia, serta menjalankan

politik luar negeri yang bebas-aktif.

d. Kabinet Ali Sastroamijoyo I (31 Juli 1953 12 Agustus 1955)

Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang terbentuk pada

tanggal 31 juli 1953. Kabinet Ali ini mendapat dukungan yang cukup banyak dari
berbagai partai yang diikutsertakan dalam kabinet, termasuk partai baru NU. Kabinet

Ali ini dengan Wakil perdana Menteri Mr. Wongsonegoro (partai Indonesia Raya

PIR).

Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo I adalah:

a. Meningkatkan keamanan dan kemakmuran serta segera menyelenggarakan

Pemilu.

b. Pembebasan Irian Barat secepatnya.

c. Pelaksanaan politik bebas-aktif dan peninjauan kembali persetujuan KMB.

d. Penyelesaian Pertikaian politik.

Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Ali Sastroamijoyo I

yaitu; Persiapan Pemilihan Umum untuk memilih anggota parlemen yang akan

diselenggarakan pada 29 September 1955, menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika

tahun 1955 dan memiliki pengaruh dan arti penting dagi solidaritas dan perjuangan

kemerdekaan bangsa bangsa Asia Afrika dan juga membawa akibat yang lain,

seperti :

1. Berkurangnya ketegangan dunia.

2. Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik rasdiskriminasi

di negaranya.

3. Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena belanda

masih bertahan di Irian Barat.

e. Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 3 Maret 1956)


Kabinet Ali selanjutnya digantikan oleh Kabinet Burhanuddin Harahap.

Burhanuddin Harahap berasal dari Masyumi., sedangkan PNI membentuk oposisi.

Program pokok dari Kabinet Burhanuddin Harahap adalah:

a. Mengembalikan kewibawaan pemerintah, yaitu mengembalikan kepercayaan

Angkatan Darat dan masyarakat kepada pemerintah.

b. Melaksanakan pemilihan umum menurut rencana yang sudah ditetapkan dan

mempercepat terbentuknya parlemen baru

c. Masalah desentralisasi, inflasi, pemberantasan korupsi

d. Perjuangan pengembalian Irian Barat

e. Politik Kerjasama Asia-Afrika berdasarkan politik luar negeri bebas aktif.

f. Kabinet Ali Sastroamijoyo Ii (20 Maret 1956 4 Maret 1957)

Ali Sastroamijoyo kembali diserahi mandate untuk membentuk kabinet baru

pada tanggal 20 Maret 1956. Kabinet ini merupakan hasil koalisi 3 partai yaitu PNI,

Masyumi, dan NU.

Program pokok dari Kabinet Ali Sastroamijoyo II adalah Program kabinet ini

disebut Rencana Pembangunan Lima Tahun yang memuat program jangka panjang,

sebagai berikut.

a. Perjuangan pengembalian Irian Barat

b. Pembentukan daerah-daerah otonomi dan mempercepat terbentuknya

anggota-anggota DPRD.
c. Mengusahakan perbaikan nasib kaum buruh dan pegawai.

d. Menyehatkan perimbangan keuangan negara.

e. Mewujudkan perubahan ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional

berdasarkan kepentingan rakyat.

Selain itu program pokoknya adalah,

Pembatalan KMB

Pemulihan keamanan dan ketertiban, pembangunan lima tahun, menjalankan

politik luar negeri bebas aktif

Melaksanakan keputusan KAA.

g. Kabinet Djuanda ( 9 April 1957- 5 Juli 1959)

Kabinet ini merupakan zaken kabinet yaitu kabinet yang terdiri dari para

pakar yang ahli dalam bidangnya. Dipimpin oleh Ir.Juanda. Program pokok dari

Kabinet Djuanda adalah Programnya disebut Panca Karya yaitu:

Membentuk Dewan Nasional

Normalisasi keadaan RI

Melancarkan pelaksanaan Pembatalan KMB

Perjuangan pengembalian Irian Jaya

Mempergiat/mempercepat proses Pembangunan

Hasil atau prestasi yang berhasil dicapai oleh Kabinet Djuanda yaitu.

Mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui Deklarasi Djuanda,


Mengadakan Musyawarah Nasional (Munas) untuk meredakan pergolakan di

berbagai daerah.

2. Bidang Ekonomi

Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut;

1) Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949,

bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang

telah ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri

sebesar 1,5 Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.

2) Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1

miliar

3) Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu

pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu

berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.

4) Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan

dirancang oleh Belanda.

5) Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah

sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.

6) Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum

memiliki tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.


7) Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung

banyaknya pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di

wilayah Indonesia.

8) Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran

pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.

9) Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang

telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai

dirancang.

10) Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.

Kelebihan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal sebagai berikut;

1) Menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika tahun 1955.

2) Penyelenggaraan pemilu untuk yang pertama kalinya dalam sejarah Republik

Indonesia secara demokratis pada 29 September 1955 (memilih anggota DPR)

dan 15 Desember 1955 (memilih konstituante).

3) Pembatalan seluruh perjanjian KMB. KMB

4) Indonesia dapat mengatur kembali batas perairan nasional Indonesia melalui

Deklarasi Djuanda

5) Pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi De Javasche Bank menjadi

Bank Indonesia

6) Masa ini bisa dikatakan sebagai masa paling demokratis selama republik ini

berdiri.
Kegagalan dari pelaksanaan Demokrasi Liberal yaitu;

Instabilitas Negara karena terlalu sering terjadi pergantian kabinet. Hal ini

menjadikan pemerintah tidak berjalan secara efisien sehingga perekonomian

Indonesia sering jatuh dan terinflasi.

Timbul berbagai masalah keamanan

Sering terjadi konflik dengan pihak militer seperti pada peristwa 17 Oktober

1952.

Memudarnya kepercayaan rakyat terhadap pemerintah akibat lemahnya sistem

pemerintahan.

Sering terjadi konflik antar partai politik dalam pemerintahan untuk

mendapatkan kekuasaan.

Praktik korupsi meluas

Kesejahteraan rakyat terbengkalai karena pemerintah hanya terfokus pada

pengembangan bidang politik bukan pada ekonomi.

2.3.Akhir Masa Demokrasi Liberal di Indonesia.

Kekacauan politik ini membuat keadaan negara menjadi dalam keadaan

darurat. Hal ini diperparah dengan Dewan Konstituante yang mengalami kebuntuan

dalam menyusun konstitusi baru, sehingga Negara Indinesia tidak memiliki pijakan

hukum yang mantap. Kegagalan konstituante disebabkan karena masing-masing

partai hanya mengejar kepentingan partainya saja tanpa mengutamakan kepentingan

negara dan Bangsa Indonesia secara keseluruhan.


Masalah utama yang dihadapi konstituante adalah tentang penetapan dasar

negara. Terjadi tarik-ulur di antara golongan-golongan dalam konstituante.

Sekelompok partai menghendaki agar Pancasila menjadi dasar negara, namun

sekelompok partai lainnya menghendaki agama Islam sebagai dasar negara.

Pemungutan suara dilakukan 3 kali dan hasilnya yaitu suara yang setuju selalu lebih

banyak dari suara yang menolak kembali ke UUD 1945, tetapi anggota yang hadir

selalu kurang dari dua pertiga.

Dalam situasi dan kondisi seperti itu, beberapa partai politik mengajukan usul

kepada Presiden Soekarno agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan

pembubaran Konstituante. Oleh karena itu pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden

Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi sebagai berikut;

Pembubaran Konstituante.

Berlakunya kembali UUD 1945.

Tidak berlakunya UUDS 1950.

Pembentukan MPRS dan DPAS.

Setelah keluarnya dekrit Presiden 5 Juli 1959 dan tidak diberlakukannya lagi

UUDS 1950, maka secara otomatis sistem pemerintahan Demokrasi Liberal tidak

berlaku lagi di Indonesia.


BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Dalam perkembangan Demokrasi Indonesia, Indonesia sudah mengalami

beberapa kali pergantian sistem politik dan pemimpin. Namun dengan sejalannya

demokrasi itu Indonesia sampai saat ini masih saja belum menemukan sistem

Demokrasi yang tepat. Banyak permasalahan yang datang dalam pencarian sistem

Indonesia maupun jiwa para pemimpinnya.

3.2.Saran

Entah mengapa sampai saat ini Indonesia masih tertinnggal oleh negara lain,

tapi patut kita ketahui bahwa perubahan itu tidak ada dengan sendirinya. Kita sebagai

rakyat Indonesia lah yang harus memulai perubahan itu. Dimulai dari penetapan

sistem politik yang benar-benar tepat dan juga para anak bangsa yang harus

memperbaharuinya dengan perubahan yang membawa Indonesia maju.

Anda mungkin juga menyukai