Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN


RESIKO PERILAKU KEKERASAN DIRUANG NUSA INDAH RSUD
Dr.SOEDOMO KABUPATEN TRENGGALEK

STUDI KASUS

Disusun Oleh :
FERI CHRISTIAN
NIM : 15.014

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK


DINAS KESEHATAN
AKADEMI KEPERAWATAN PEMKAB TRENGGALEK
E-mail : akper_ga@yahoo.co.id
Website : www.akper-trenggalek.co.id
Jln. Dr. Soetomo No. 5 Telp/Fax (0355) 791293 Kode Pos 66312
TRENGGALEK
2017

0
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Schizofrenia merupakan suatu sindrome klinis atau proses

penyakit yang mempengaruhi kognisi,persepsi, emosi, perilaku, dan fungsi

sosial, tetapi schizofrenia mempengaruhi setiap individu dengan cara yang

berbeda.Derajat gangguan pada fase akut atau fase psikotik dan fase kronis

atau fase jangka panjang sangat bervariasi diantara individu (Videbeck, 2008)

Gejala utama dari Schizopernia adalah perilaku kekerasan.Perilaku kekerasan

merupakan ekspresi kekuatan fisik dengan menyerang diri sendiri atau orang

lain, serta pemaksaan keinginan seseorang kepada orang lain (Townsend,

2009). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

kekerasan merupakan bentuk kekerasan dan pemaksaan secara fisik maupun

verbal yang ditujukan kepada diri sendiri maupun orang lain. Gejala mayor

skizofrenia digolongkan menjadi dua yaitu gejala positif dan negatif. Gejala

positif yang muncul yaitu halusinasi (90%), delusi (75%), waham, perilaku

agitasi dan agresif, serta gangguan berpikir dan pola bicara. Gejala negatif

yaitu afek datar, alogia (sedikit bicara), apatis, penurunan perhatian dan

penurunan aktifitas sosial (Varcarolis, Carson & Shoemaker, 2006; Slowik,

2011). Perilaku kekerasan muncul karena adanya dorongan alami atau timbul

sebagai bentuk mekanisme koping yang dimanifestasikan dengan tindakan

konstruktif atau destruktif yang secara langsung ditujukan pada diri sendiri

atau orang lain. Perilaku kekerasan biasanya berupa kekerasan secara fisik

atau kekerasan secara verbal. Perilaku kekerasan biasanya timbul untuk

1
menutupi kekurangan seseorang, misalnya rendahnya percaya diri

(Townsend, 2009).

Menurut World Health Organization (WHO), Kesehatan jiwa

merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa,

dan memiliki sikap positif untuk menggambarkan tentang kedewasaan serta

kepribadiannya. Menurut data WHO pada tahun 2012 angka penderita gangguan

jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta orang yang menderita

gangguan mental. Orang yang mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di

negara berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak

mendapatkan perawatan (Kemenkes RI, dalam Kirana, 2014). Depertemen

Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010, menyatakan jumlah penderita

gangguan jiwa di indonesia mencapai 2,5 juta yang terdiri dari pasien resiko

perilaku ke-kerasan. Diperkirakan sekitar 60% menderita resiko perilaku

kekerasan di Indonesia (Wirnata, dalam Sari, 2015). Di jawa Timur,pada tahun

2014orang orang yang mengalami gangguan jiwa 63.483 orang yang mengalami

gangguan jiwa. Angka kejadian ini merupakan penderita yang sudah terdiagnosa.

Klien dengan perilaku kekerasan mengalami perubahan respon kognitif berupa

gangguan proses pikir yaitu gangguan dalam mempersepsikan sesutu serta tidak

mampu membuat alasan (Boyd & Nihart, 2007). Respon kognitif merupakan

hasil penilaian terhadap kejadian yang menekan ,pilihan koping yang digunakan,

reaksi emosional, fisiologis, perilaku dan sosial individu akan menampilkan

respon afektif yang dimunculkan dengan emosi berupa marah

,gembira,sedih,menerima,antisipasi atau respon emosi lainnya(Stuart & Laraia,

2005). Peryataan peryataan diatas dapat disimpulkan bahwa pada klien

perilaku kekerasan mengalami perubahan pada respon kognitif yang nantinya

2
akan berpengaruh terhadap respon afektif yang dimunculkan dalam bentuk

emosi seperti kemarahan. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi yang diberikan

pada klien perilaku kekerasanjuga perlu mengacu kepada emosi selain kognitif

dan perilaku. Di Trenggalek, jumlah penderita ganngguan jiwa Skizofrenia

tahun 2O15 mencapai 349 orang yang tersebar di 14 kecamatan (Dinas

Kesehatan Pemkab Trenggalek, 2016).

Permasalahan utama yang sering terjadi pada pasien Schizofrenia

adalah perilaku kekerasan. Hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan

NANDA yang biasa ditegakkan berdasarkan pengkajian gejala psikotik atau

tanda positif. Kondisi ini harus segera ditangani karena perilaku kekerasan

yang terjadi akan membahayakan diri pasien, orang lain, dan lingkungan. Hal

ini yang menjadi alasan utama pasien Schizofrenia dibawa ke rumah sakit.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri

sendiri,orang lain, maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk

mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan

Sundeen,2006). ). Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang

ekstrim dari rasa marah atau ketakutan yang mal adaptif (panik). Perilaku

agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering dipandang sebagai suatu

dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan (violence) di sisi

yang lain. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri

sendiri maupun orang lain, sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk

3
dimana seseorang marah berespon terhadap suatus tressor dengan gerakan

motorik yang tidak terkontrol (Stuart dan Laraia, 2005),

Keliat (2003), menyebutkan bahwa pemberian tindakan

keperawatan generalis untuk perilaku kekerasan menghasilkan kemampuan

mencegah perilaku kekerasan secara mandiri sebesar 86,6% dan secara

signifikan menurunkan perilaku kekerasan. Penelitian yang dilakukan oleh

Wahyuningsih (2009) membuktikan bahwa terjadi penurunan sebesar 87,4%

respon perilaku, sosial dan kognitif pada klien yang diberikan terapi generalis

dan asertiveness training jika dibandingkan dengan klien yang hanya

diberikan terapi generalis saja. Ini menunjukkan bahwa dengan pemberian

asertiveness training dan terapi generalis terbukti lebih baik dari pada

diberikan terapi generalis saja. Pendidikan kesehatan merupakan suatu proses

memberikan masukan berupa informasi informasi kesehatan agar seseorang

dapat merubah perilaku kesehatannya sesuai yang diharapkan. Pendidikan

kesehatan jiwa adalah strategi untuk memampukan individu keluarga,

komunitas, kelompok mengotrol kesehatan jiwa dan faktor yang

mempengaruhi yaitu lingkungan, kebiasaan dan pola hidup Widyatuti (2009)

cit Suryana (2012). Perawat wajib berperan sebagai pendidik kegiatan yaitu

mendengar, memerintahkan, menyarankan, menjelaskan, mendiskusikan dan

membantu memutuskan.Dengan pendidikan kesetatan jiwa yang diberikan di

klinik keperawatan oleh perawat membuat pasien dan keluarga tahu, yakin,

memutuskan dan melakukan informasi dan latihan yang diberikan Widyatuti

(2009) cit Suryana (2012) Mengingat latar belakang permasalahan di atas

maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang : Asuhan Keperawatan

4
Skizofrenia Pada Klien dengan Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan diruang

Nusa Indah RSUD dr.Soedomo Trenggalek.

1.2 Batasan Masalah


Pada Studi Kasus ini dibatasi pada pengambilan kasus Skizopenia

dengan perilaku kekerasan tanpa penyerta diagnosa lain. Pengambilan masalah

pada studi kasus ini dibatasi 2 diagnosa keperawatan utama.


1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalahnya

sebagai berikut : Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Pada Klien Skizofrenia

Dengan Resiko Perilaku Kekerasan diruang Nusa Indah RSUD dr.Soedomo

Trenggalek?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif serta

menganalisa kesenjangan antara fakta dan teori pada pasien yangmenderita

Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan Diruang Nusa Indah RSUD

dr.Soedomo Trenggalek.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan penkajian dan menganalisa masalah yang muncul pada

pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan.


2. Merumuskan serta membandingkan diagnose keperawatanyang

muncul secara fakta dan teori pada pasien Skizofreniadengan

Resiko Perilaku Kekerasan.


3. Mengidentifikasi rencana tindakan yang tepat serta menganalisa

teori dan fakta pada pasien Skizofrenia denganResiko Perilaku

Kekerasan.
4. Melaksanakan tindkan yang tepat serta menganalisa antara teori

dan fakta pada pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku

Kekerasan.

5
5. Mengevaluasi tindakan serta menganalisa antara teori dan fakta

pada pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis


Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam

pengembangan ilmu keperawatan yang berkaitan dengan asuhan

keperawatan pada pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan.


1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Institusi Puskesmas
Dapat digunakan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang

dipergunakan dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan

khususnya pada pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku

Kekerasan.
2. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan dalam proses keperawatan serta

dalam memberikan asuhan keperawatan yang berhubungan

dengan perawatan pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku

Kekerasan, sehingga dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya

yang lebih mendalam.


3. Bagi Pasien

Dapat memberikan pengetahuan atau informasi dalam perawatan

pada pasien Skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan

6
DAFTAR PUSTAKA
Boyd, M.A & Nihart , M.A. (2007). Psyhiratric nursing contemporary-ractice.

USA. Lippincott raven Publisher

Hopkins ,L. (2005). http//www.Ezinearticles.com/?assertivecommunication-6 tips-

for effecyiveuse, diunduh tanggal 30 Mei 2011.

, Keliat B.A. (2003)Pemberdayaan klien dan keluarga dalam perawatan klien

Skizoprenia dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa

Pusat Bogor. Disertasi. Jakarta: FKM UI.

Kirana, Nadzla dkk. 2014. Efektifitas Senam Aerobic Low Impact Terhadap

Aggression Self Control pada pasien dengan Resiko Perilaku Kekerasan.

Jurnal Online Mahasiswa Bidang Ilmu Keperawatan Vol 1, No 2 (2014)

7
N. C. (2006). Foundations of psychiatric mental health nursing: a clinical

approach. (5th ed). St. Louis:Saunders Elseviers.

Sadock, B. J & Sadock, V. A. (2005). Kaplan & sadokcs comprehensive

textbook of psychiatry. (8th ed). Philadelphia: Lippincotts William &

Wilkins.

Sadock, B. J & Sadock, V. A. (2007). Kaplan & sadokcs synopsis of

psychiatry: behavioral science/clinical psychiatry. (10th ed). Philadelphia:

Lippincotts William & Wilkins.

Sari, Nina Permata dan Istichomah. 2015. Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Tentang Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) Terhadap Pengetahuan Keluarga

Dalam Merawat Pasien Di Poli Jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten

Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 0,6 No. 01 Januari

2015.

Stuart and Laraia. 2005. Principles and practice of Psichiatric Nursing. (5th Ed).

Medical University of South Carolina.

Stuart and Laraia. 2005. Principles and practice of Psichiatric Nursing. (5th Ed).

Medical University of South Carolina.

Stuart and Sundeen. 2006. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Stuart, G.W & Lariaia, M.T (2009). Principles and practice of psyichiatric

nursing. (17th edition). St Louris : Mosby

Townsend, M.C. (2009). Psychiatric mental health nursing. Concepts of care in

evidence based practice. 6th ed.

8
Videbeck, S.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa: Renata

Komalasari, Afrina Hany; editor edisi Bahasa indonesia, Pamilih Eko

Karyuni. Jakarta: EGC.

Wahyuningsih, D (2009). Pengaruh assertive trainning terhadap perilaku

kekerasan pada klien skizoprenia, Tesis. Jakarta. FIK UI. Tidak

Dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai