Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1. Pengertian
Visum et Repertum (VeR) adalah keterangan tertulis yang dibuat dokter atas
baik hidup maupun mati ataupun bagian dari badan manusia, berupa temuan dan interprestasi,
Visum et Repertum (VeR) merupakan salah satu bantuan yang sering diminta oleh
pihak penyidik (polisi) kepada dokter menyangkut perlukaan pada tubuh manusia. VeR
merupakan alat bukti dalam proses peradilan yang tidak hanya memenuhi standar penulisan
rekam medis,tetapi juga harus memenuhi hal-hal yang disyaratkan dalam sistem peradilan.
Dalam praktik sehari-hari seorang dokter tidak hanya melakukan pemeriksaan medis
untuk kepentingan diagnostic dan pengobatan penyakit saja, tetapi juga untuk dibuatkan suatu
surat keterangan medis. Demikian pula halnya dengan seorang pasien yang datang ke
instalasi gawat darurat,tujuan utama yang bersangkutan umumnya adalah untuk mendapatkan
pertolongan medis agar penyakitnya sembuh. Namun dalam hal pasien tersebut mengalami
cedera, pihak yang berwajib dapat meminta surat keterangan medis atau VeR dari dokter yang
memeriksa. Jadi pada satu saat yang sama dokter dapat bertindak sebagai seorang klinisi yang
bertugas mengobati penyakit sekaligus sebagai seorang petugas forensik yang bertugas
membuat VeR. Sedangkan pasien bertindak sebagai seorang yang diobati sekaligus korban
Sebuah VeR yang baik harus mampu membuat terang perkara tindak pidana yang
terjadi dengan melibatkan bukti-bukti forensik yang cukup. Visum et Repertum adalah
keterangan tertulis yang dibuat dokter atas permintaan tertulis (resmi) penyidik tentang
pemeriksaan medis terhadap seseorang manusia baikhidup maupun mati ataupun bagian dari
1
tubuh manusia, berupa temuan dan interpretasinya, di bawah sumpah dan untuk kepentingan
peradilan.
Rumusan yang jelas tentang pengertian VeR telah dikemukakan pada seminar forensik
di Medan pada tahun1981 yaitu laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter
berdasarkan sumpah atau janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, yang
memuat pemberitaan tentang segala hal atau fakta yang dilihat dan ditemukan pada benda
bukti berupa tubuh manusia yang diperiksa dengan pengetahuan dan keterampilan yang
sebaik-baiknya dan pendapat mengenai apa yang ditemukan sepanjang pemeriksaan tersebut.
(1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik pembantu
sebagaimana bunyi pasal7(1) butir h dan pasal 11 Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana (KUHAP). Penyidik yang dimaksud adalah penyidik sesuai dengan pasal 6(1) butir a,
yaitu penyidik yang pejabat Polisi Negara RI. Penyidik tersebut adalah penyidik tunggal bagi
pidana umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa manusia. Oleh
karena VeR adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan dengan kesehatan jiwa
manusia, maka penyidik pegawai negeri sipil tidak berwenang meminta VeR, karena mereka
2
hanya mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya
Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik adalah sanksi pidana:
Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberikuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana, demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi
atau menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara
paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
Hal penting yang harus diingat adalah bahwa surat permintaan VeR harus mengacu
kepada perlukaan akibat tindak pidana tertentu yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu.
Surat permintaan VeR pada korban hidup bukanlah surat yang meminta pemeriksaan,
melainkan surat yang meminta keterangan ahli tentang hasil pemeriksaan medis.
Unsur penting dalam VeR yang diusulkan oleh banyak ahli adalah sebagai berikut :
1. Pro Justitia
Kata tersebut harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian VeR tidak perlu bermeterai.
2. Pendahuluan
Pendahuluan memuat: identitas pemohon visum etrepertum, tanggal dan pukul diterimanya
permohonan VeR, identitas dokter yang melakukan pemeriksaan, identitas subjek yang
diperiksa : nama, jenis kelamin, umur, bangsa, alamat, pekerjaan, kapan dilakukan
3
3. Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan)
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai denganapa yang diamati, terutama
dilihat dan ditemukan pada korban atau benda yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan dengan
sistematis dari atas ke bawah sehingga tidak ada yang tertinggal. Deskripsinya juga tertentu
yaitu mulai dari letak anatomisnya, koordinatnya (absis adalah jarak antara luka dengan garis
tengah badan, ordinat adalah jarak antara luka dengan titik anatomis permanen yang
terdekat), jenis lukaatau cedera, karakteristik serta ukurannya. Rincian tersebut terutama
penting pada pemeriksaan korban mati yang pada saat persidangan tidak dapat dihadirkan
a. Pemeriksaan anamnesis atau wawancara mengenai apayang dikeluhkan dan apa yang
diriwayatkan yang menyangkut tentang penyakit yang diderita korban sebagai hasil
b. Hasil pemeriksaan yang memuat seluruh hasil pemeriksaan, baik pemeriksaan fisik
pemeriksaan korban hidup berbeda dengan pada korban mati, yaitu hanya uraian
tentang keadaan umum dan perlukaan serta hal-hal lain yang berkaitan dengan tindak
c. Tindakan dan perawatan berikut indikasinya atau pada keadaan sebaliknya, alasan
tidak dilakukannya suatu tindakan yang seharusnya dilakukan. Uraian meliputi juga
semua temuan pada saat dilakukannya tindakan dan perawatan tersebut. Hal tersebut
d. Keadaan akhir korban, terutama tentang gejala sisa dan cacat badan merupakan hal
penting untuk pembuatan kesimpulan sehingga harus diuraikan dengan jelas. Pada
bagian pemberitaan memuat 6 unsur yaitu anamnesis, tanda vital, lokasi luka pada
4
tubuh, karakteristik luka, ukuran luka, dan tindakan pengobatan atau perawatan yang
diberikan.
4. Kesimpulan
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah dari fakta
yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat VeR, dikaitkan dengan maksud dan tujuan
dimintakannya VeR tersebut. Pada bagian ini harus memuat minimal 2 unsur yaitu jenis luka
dan kekerasan dan derajat kualifikasi luka. Hasil pemeriksaan anamnesis yang tidak didukung
oleh hasil pemeriksaan lainnya, sebaiknya tidak digunakan dalam menarik kesimpulan.
Pengambilan kesimpulan hasil anamnesis hanya boleh dilakukan dengan penuh hati-hati.
Kesimpulan VeR adalah pendapat dokter pembuatnya yang bebas, tidak terikat oleh
pengaruh suatu pihak tertentu. Tetapi di dalam kebebasannya tersebut juga terdapat
pembatasan, yaitu pembatasan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi, standar profesi dan
ketentuan hukum yang berlaku. Kesimpulan VeR harus dapat menjembatani antara temuan
hanya resume hasil pemeriksaan, melainkan lebih ke arah interpretasi hasil temuan dalam
5. Penutup
mengingat sumpah atau janji ketika menerima jabatan atau dibuat dengan mengucapkan
sumpah atau janji lebih dahulu sebelum melakukan pemeriksaan serta tanda tangan dokter
pembuat VeR.
3. Luka (Vulnus)
Vulnus atau luka adalah terjadinya gangguan kontinuitas suatu jaringan, sehingga
5
1. Vulnus laceratum (laserasi/ robek)
Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan cirri tepi
luka tidak rata dan perdaraha sedikit karena mudh terbentuk cincn thrombosis akibat
Merupakan luka yang paling ringan dan paling mudah sembuh. Terjadi kaerna gesekan
Penyebabnya adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit,
merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi di dalam mungkin rusak berat, jika
Disini kulit tidak apa-apa, pembuluh darah subktan dapat rusak, sehingga terjadi
hematom. Bila hematom kecil maka ia akan diserap oleh jaingan sekitarnya. Bila
Tepi luka tajam dan licin. Bila luka sejajar dengan garis lipatan kuit, maka luka tidak
terlalu terbuka. Bila memotong pembuluh darah, maka darah sukar berhenti karena sukar
Penyebabnya adalah tembakan, granat dan sebagainya. Pada pinggiran luka tampak
6
7. Vulnus morsum (luka gigitan)
Penyebabnya adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar, bentuk
Luka jenis ini merpakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah,
tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epitel organ
jaringan.
Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka
membentuk lingkaran sesuai organ yang dipotong. Perdarahan hebat, risiko infeksi
Penyebab oleh karena thermos, radiasi, elektrik ataupun kimia. Jaringan kulit rusak
dengan berbagai derajat mulai dari lepuh ( bula hingga karbonisasi/hangus), sensasi
4.1. Definisi
Luka tusuk merupakan trauma yang diakibatkan benda tajam (trauma tajam). Luka
tusuk ini terjadi akibat tusukan benda tajam dengan arah kurang lebih tagak lurus terhadap
kulit. Lebar luka yang ditimbulkan pada kulit jarang sekali memberikan gambaran dari
kedalaman luka tusuk. Luka tusuk diakibatkan oleh suatu gerakan aktif maju yang cepat atau
suatu dorongan pada tubuh dengan sebuah alat yang ujungnya tajam.
7
4.2. Karakteristik luka tusuk
1. Kedalaman luka
Pemakaian istilah luka penetrasi ditunjukkan untuk menjelaskan dimana dalam luka
yang diakibatkan oleh benda itu melebihi lebar luka yang tampak pada permukaan kulit.
Dalamnya luka sulit ditentukan pada daerah tanpa tulang seperti di daerah abdomen oleh
Panjang saluran luka atau kedalaman luka dapat mengindikasikan panjang minimun
dari senjata yang digunakan. Umumnya dalam luka lebih pendek dari panjang senjata, karena
2. Lebar luka
Kebanyakan luka tusuk akan menganga bukan karena sifat benda yang masuk tetapi
sebagai akibat elastisitas dari kulit. Pada bagian tertentu pada tubuh, dimana terdapat dasar
berupa tulang atau serat otot, luka itu mungkin nampak berbentuk seperti kurva. Lebar luka
penting diukur dengan cara merapatkan kedua tepi luka sebab itu akan mewakili lebar alat.
Lebar luka di permukaan kulit tampak lebih kecil dari lebar alat, apalagi bila luka melintang
terhadap otot.
Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang sama maka lebar luka sama dengan
lebar alat. Tetapi sering yang terjadi lebar luka melebihi lebar alat kerena tarikan ke samping
waktu menusuk dan waktu menarik. Demikian juga bila alat/pisau yang masuk kejaringan
3. Bentuk luka
Bentuk luka merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena hal itu
akan sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang mungkin telah
dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa. Pinggir luka dapat menunjukan bagian
8
yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi.
Pisau dengan kedua sisi tajam akan menghasilkan luka dengan dua pinggir tajam
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah
reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya
menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan
kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan
gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih
sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit
seperti ekor.
3. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga
saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan
sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada
bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang
digunakan.
5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler
dan besar.
Harus diingat bahwa posisi tubuh korban saat ditusuk berbeda dengan pada saat
autopsi. Posisi membungkuk, berputar dan mengangkat tangan dapat disebabkan oleh senjata
yang lebih pendek dibandingkan apa yang didapatkan pada saat autopsi. Manipulasi tubuh
9
untuk memperlihatkan posisi saat ditusuk sulit atau bahkan tidak mungkin mengingat berat
dan adanya kaku mayat. Poin lain yang perlu dipertimbangkan adalah adanya kompresi dari
beberapa anggota tubuh pada saat penusukan. Pemeriksa yang sudah berpengalaman biasanya
Pada pemeriksaan luka ada dua tipe luka oleh karena instrumen yang tajam yang perlu
diperhatikan dengan baik dan memiliki ciri yang dapat dikenali dari aksi korban yaitu tanda
percobaan dan luka perlawanan. Keduanaya mempunyai bentuk, letak dan medikolegal.
tanda percobaan adalah insisi dangkal, luka tusuk dibuat sebelum luka yang fatal oleh
individu yang berencana bunuh diri. Luka percobaan tersebut seringkali terletak paralel dan
terletak dekat dengan luka dalam di daerah pergelangan tangan atau leher. Bentuk lainnya
antara lain luka tusuk dangkal didekat luka tusuk dalam dan mematikan, meskipun jarang
sekali dilaporkan.
Bentuk lain dari luka oleh karena instrumen yang tajam adalah luka perlawanan.
Luka jenis ini dapat ditemukan di jari-jari tangan dan lengan bawah (jarang ditempat lain)
dari korban sebagaimana ia berusaha melindungi dirinya dari ayunan senjata, contohnya
Dalam pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan tidak boleh
dipengaruhi oleh keterangan pasien atau keluarga. Pemeriksaan ditujukan untuk menentukan:
a. Jumlah luka
b. Lokasi luka
c. Arah luka
10
f. Memperkirakan cara terjadinya luka apakah kasus pembunuhan, bunuh diri, atau
kecelakaan.
dengan garis anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya garis tengah tubuh, ketiak,
Bentuk luka sebaiknya dibuat dalam bentuk sketsa atau difoto untuk menggambarkan
kerusakan permukaan kulit, jaringan dibawahnya, dan bila perlu organ dalam (viseral).
Diukur secara tepat (millimeter atau centimeter) tidak boleh dalam ukuran kira kira saja.
keparahan luka yang dialami korban atau disebut juga derajat kualifikasi luka. Yang
diharapkan dari dokter untuk dapat membantu kalangan hukum dalam menilai berat
ringannya luka yang dialami korban pada waktu atau selama perawatan dilakukannya.
Kualifikasi luka yang dapat dibuat oleh dokter adalah menyatakan pasien mengalami
luka ringan , sedang atau berat. Yang dimaksud dengan luka ringan adalah luka yang tidak
sehari hari. Sedangkan luka berat harus di disesuaikan dengan ketentuan undang undang
yaitu yang diatur dalam KUHP pasal 90. Luka sedang adalah keadaan luka antara luka ringan
a) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali,
b) Tidak mampu terus menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
pencaharian.
11
d) Mendapat cacat berat.
Kualifikasi di atas secara terperinci dapat di bagi dalam empat kualifikasi derajat luka,
yaitu :
1. Orang yang bersangkutan tidak menjadi sakit atau tidak mendapat halangan dalam
2. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan tidak ada halangan untuk melakukan
3. Orang yang bersangkutan menjadi sakit dan berhalangan untuk melakukan pekerjaan
atau jabatannya.
keguguran
Hal ini perlu dipahami oleh dokter karena ini merupakan jembatan untuk
menyampaikan derajat kualifikasi luka dari sudut pandang medik untuk penegak hukum.
Penerapan penyampaian pendapat dokter dalam VeR tentang luka yang menimbulkan
bahaya maut, misalnya bila seorang korban mendapat luka di perut yang mengenai hati, yang
menyebabkan perdarahan hebat sehingga dapat mengacam jiwa. Walaupun pasien akhirnya
sembuh tetapi di dalam VeR dokter dapat menggambarkan keadaan ini dalam kata kata,
12
korban mengalami luka tusuk di perut mengenai jaringan hati yang menyebabkan perdarahan
banyak yang dapat mengancam jiwa pasien. Ungkapan ini akan mengingatkan para penegak
13
LAPORAN KASUS
IDENTITAS KORBAN
Nama : Tn. S
Umur : 22 tahun
Alamat : Salo
AUTOANAMNESA/ALLOANAMNESIS
Keterangan :
RSUD Bangkinang pada tanggal 23 april 2017 sekitar pukul 16.30 didampingi oleh orang
tua dan satu orang petugas kepolisian. Os mengeluhkan luka pada punggung kiri sekitar
Menurut keterangan ayah pasien luka dipunggung terkena anak panah oleh teman
pasien saat berburu di hutan. Anak panah tersebut dicabut oleh ayah korban dan
14
Fisik Diagnostik
(CM), raut wajah lemah, tekanan darah 120/80 mmHg, pernafasan 24x/menit,
pemeriksaan auskultasi pernafasan dada dan perut (abdomen) terdengar normal, palpasi
Visum et Repertum
11Mei 2017, No : ---/SK ---/--/--, yang diterima di RSUD Bangkinang Kampar pada tanggal
23 April 2017, pukul 16.30 WIB, maka dilakukan pemeriksaan medik terhadap orang
berinisial S berusia 22 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan wiraswasta, beralamat di Salo
Kampar. Dengan keterangan dalam visum et repertum bahwa orang tersebut mengalami luka
di punggung yang terjadi pada hari Sabtu, 22 April 2017 sekitar pukul 16.30 WIB.
Pemeriksaan
garis tengah punggung. Panjang luka 1,5 cm , lebar luka 0,2 mm dan dalam luka 3,5
15
Ringkasan Pemeriksaan
- Dijumpai luka terbuka pada punggung kiri dengan sudut luka lancip dengan ukuran
Kesimpulan visum
Dari fakta-fakta yang saya temukan sendiri dari pemeriksaan luar, dijumpai satu luka
terbuka dipunggung kiri yang memiliki ukuran panjang luka 1,5 cm, dalam luka 3,5 cm
dan lebar 0,2 mm dengan sekitar luka berwarna kemerahan disebabkan tertusuk dengan
benda tajam atau runcing yang tidak menimbulkan penyakit dan halangan dalam
Penutup
KUHAP.
16
DAFTAR PUSTAKA
Binarupa. Yogyakarta
Mansjoer, A., Suprohita., Wardhani, I. W., Setiowulan, W., 2000. Kapita Selekta
17