Anda di halaman 1dari 27

BAB IV

KONSERVASI ENERGI SISTEM TATA UDARA

Tujuan Pembelajaran Umum :


4. Memahami tentang konservasi energi sistem tata udara
Tujuan Pembelajaran Khusus:
4.1 Menjelaskan tentang konservasi energi tata udara pada bangunan
4.2 Menjelaskan tentang peristilahan
4.3 Menjelaskan tentang persyaratan umum
4.4 Menjelaskan tentang pemilihan system dan peralatan tata udara
4.5 Menjelaskan tentang pengukuran dan pengujian
4.6 Menjelaskan tentang konservasi energy
4.7 Menjelaskan tentang Rekomendasi
4.8 Menjelaskan tentang peluang hemat energi

4.1 Konservasi energi system tata udara pada bangunan


Konservasi energi bidang audit energi pada bangunan gedung dimaksudkan sebagai
pedoman bagi semua pihak yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengelolaan gedung dalam rangka peningkatan efesiensi penggunaan energi sehingga
dapat menekan pengeluaran biaya energi. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui
potret penggunaan energi dan mencari upaya yang perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan efisiensi penggunaan energi. [1]
4.2 Peristilahan
Peristilahan yang terkait dengan konservasi energy system tata udara pada bangunan ialah
sbb:
beda temperatur beban pendinginan (Cooling Load Temperature Difference=
CLTD): beda temperatur ekuivalen yang digunakan untuk menghitung beban
pendinginan sesaat dari dinding atau atap (metoda CLTD).

IV-1
Infiltrasi: laju aliran udara tak terkendali dan tidak disengaja masuk ke dalam
gedung melalui celah dan bukaan lainnya dan akibat penggunaan pintu luar gedung.
Infiltrasi disebut juga sebagai kebocoran udara Iuar ke dalam gedung.
konduktansi termal (C):laju aliran kalor konstan melalui suatu bahan akibat
perbedaan temperatur antara satu permukaan ke permukaan pada sisi lainnya, per
satuan luas per satuan perbedaan temperatur.
koeffislen performansi untuk pendinginan (Coefficient Of Performance =
COP):angka perbandingan antara laju aliran kalor yang dikeluarkan dari sistem
dengan laju aliran energi yang harus dimasukkan ke dalam sistem yang
bersangkutan, untuk system pendinginan lengkap.
konservasi energy: upaya mengeffisienkan pemakaian energi untuk suatu
kebutuhan agar pemborosan energy dapat dihindarkan.
konservasi energi sistem tata udara:sistem tata udara yang dapat bekerja dengan
hemat energi tanpa mengurangi persyaratan fungsinya.
mesin refrigerasi:mesin yang melakukan proses refrigerasi untuk mendapatkan
efek pendinginan.
nilai perpindahan termal menyeluruh (Overall Total Transfer Value = OTTV):
suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding dan kaca
bagian luar bangunan gedung yang dikondisikan.
pemakaian energi perencanaan: seluruh pemakaian energi tahunan yang dihitung
untuk suatu gedung yang direncanakan.
pengkondisian udara:usaha mengolah udara untuk mengendalikan temperatur
ruangan, kelembaban relatif, kualitas udara, dan penyebarannya, untuk menjaga
persyaratan kenyamanan (comfort) bagi penghuni. Suatu sistem pengkondisian
udara belum tentu dapat mengendalikan seluruhparameter tersebut.
rasio effisiensi energi (Energy Efficiency Ratio = EER ): perbandingan antara
kapasitas pendinginan netto peralatan pendinginan (Btu/jam) denganseiuruh
masukan energi listrik (Watt) pada kondisi operasi yang ditentukan. Bila digunakan

IV-2
satuan yang sama untuk kapasitas pendinginan dan masukan energi listrik, nilai
EER sama dengan nilai COP.
resistansi termal: kebalikan dari konduktansi termal.
selubung bangunan:elemen bangunan yang menyelubungi bangunan gedung, yaitu
dinding dan atap tembus atau yang tidak tembus cahaya dimana sebagian besar
energi termal, berpindah melalui elemen tersebut.
sistem saluran udara variabel ( Variable Air Volume = VAV ):sistem tata udara
yang mengendalikan temperatur bola kering dalam suatu ruangan dengan mengatur
laju aliran udara yang masuk ke dalam ruangan tersebut.
sistem tata udara:keseluruhan sistem yang mengkondisikan udara di dalam gedung
dengan mengatur besaran termal seperti temperatur dan kelembaban relatif, serta
kesegaran dan kebersihannya, sedemikian rupa sehingga diperoleh kondisi ruangan
yang nyaman.
transmitansi termal: koeffisien perpindahan kalor dari udara pada satu sisi bahan
ke udara pada sisi lainnya.
ventilasi udara Iuar (Outdoor ventilation): pemasukan udara segar dari Iuar ke
dalam gedung dengan sengaja, untuk menjaga kesegaran atau kualitas udara.
4.3 Persyaratan umum
a.Kondisi perencanaan.
Kondisi udara di dalam ruangan untuk perencanaan dipilih sesuai dengan fungsi dan
persyaratan penggunaan ruangan yang dimuat dalam standar.
Apabila tidak ditentukan dalam standar, secara umum harus digunakan kondisi
perencanaan dengan temperatur bola kering 25C 1 C dan kelembaban relatif
60% 10% untuk kenyamanan penghuni.
Kondisi udara di luar untuk perencanaan harus sesuai standar yang berlaku,
atau digunakan kondisi udara luar dalam standar lain yang disepakati oleh
masyarakat profesi tata udara dan refrigerasi.
b. Perhitungan perkiraan beban pendinginan
Sebagai faktor utama untuk menentukan kapasitas pendinginan sistem tata udara

IV-3
dan refrigerasi, perhitungan perkiraan beban pendinglnan harus dilakukan dengan
hati-hati dan sangat cermat pada setiap komponen beban. Perhitungan beban
pendinginan yang cermat akan dapat menjamin diperhatikannya sebanyak mungkin
peluang penghematan energi pada tahap perencanaan. Perhitungan beban
pendinginan hanya dengan menggunakan"angka praktek" (check figure, rule of
thumb) dan semacamnya yang didasarkan atas Iuas lantai, hanya dapat digunakan
untuk menyusun anggaran atau sebagal perkiraan kasar kapasitas sistem tata udara,
tetapi bukan untuk perencanaan sistem tata udara.
Perhitungan beban pendinginan maksimum yang terlampau konservatif, atau terlalu
besar faktor keamanannya, akan menyebabkan penentuan kapasitas mesin
pendingin yang terlampau besar. Akibatnya, pada beban parsial, mesin pendingin
akan beroperasi jauh di bawah kapasitasnya. Kondisi ini umumnya akan
menyebabkan pemakaian energi yang kurang effisien bagi mesin.
Perlu dikenali karakteristik beban yang umum berlaku untuk aplikasi gedung yang
direncanakan agar perhatian pada operasi beban parsial dapat diberikan dengan
tepat. Pada beberapa jenis aplikasi, beban pendinginan maksimum atau yang cukup
tinggi hanya terjadl dalam waktu dua jam sedang pada aplikasi yang lain beban
pendinginan maksimum atau yang cukup tinggi terjadi selama jangka waktu yang
relatif panjang.
c. Komponen bangunan gedung yang mempengaruhi beban pendinginan
Komponen beban yang memberikan kontribusi terbesar atau cukup besar terhadap beban
pendinginan perlu dicermati agar dapat dicari peluang penghematan energinya. Namun
ini tidak berarti bahwa komponen beban lainnya dapat diabaikan, karena upaya
penghematan energi perlu dicari pada semua komponen beban. Komponen-komponen
tersebut antara lain:
c.1 Bahan bangunan
Identifikasi bahan bangunan akan menentukan nilai transmitansi termal yang
menjadi salah satu variabel dalam perhitungan beban pendinginan. Kesalahan dalam
menentukan nilai transmitansi termal akan secara proporsional menimbulkan
kesalahan dalam perhitungan beban pendinginan.

IV-4
Oleh karena itu identifikasi bahan bangunan serta memperkirakan nilai transmitansi
termal harus dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Nilai transmitansi termal yang
dicantumkan dalam berbagai standar Iuar negeri tidak selalu sesuai dengan bahan
yang digunakan pada bangunan gedung di Indonesia, kecuali kalau bahan tersebut
bahan yang diimpor.
c.2 Beban listrik.
Pada gedung komersial seperti perkantoran, beban pendinginan yang ditimbulkan
oleh lampu untuk pencahayaan dan peralatan listrik dalam ruangan merupakan
komponen beban tunggal yang sangat berarti (dapat berkisar antar 15% sampai
20%).
Oleh karena itu perkiraan beban pendinginan yang terinci dari komponen ini
harus dibuat berdasarkan perencanaan sistem listrik untuk setiap ruangan, tidak
boleh digunakan nilai daya listrik per satuan luas Iantai rata-rata dari seluruh
gedung.
Ketentuan terinci untuk sistem pencahayaan dalam gedung yang dinilai hemat
energi diatur dalam SNI 03-6197-2000, Konservasi energi sistem pencahayaan
pada bangunan gedung.
c.3 Beban penghuni
Besarnya beban penghuni, walaupun bukan yang terbesar dibandingkan dengan
beban listrik, perlu dicermati polanya karena merupakan salah satu peluang
penghematan energi. Pada gedung kantor misalnya, biasanya berkisar antara 10%
sampai 15%.
Pola gerakan penghuni dapat berpengaruh pada beban maksimum ruangan,
sehingga mempengaruhi besamya kapasitas mesin pendingin. Oleh karena itu
penentuan beban penghuni harus dilakukan pula dengan hati-hati dan kalau perlu
memperhatikan pola gerakan atau pola "kehadiran" penghuni (occupancy) di dalam
ruangan.
c.4 Beban udara luar sebagai ventilasi dan infiltrasi
Udara luar yang dimasukkan sebagai ventilasi menimbulkan beban pendingin

IV-5
sensibel maupun laten yang cukup tinggi. Pada umumnya untuk gedung kantor
dengan standar ventilasi yang benar, komponen beban ini akan mencapai 12%
sampai 18% dari beban pendingin seluruhnya.
Walaupun nilainya Iebih kecil dari beban akibat sistem pencahayaan, namun
komponen beban Iatennya menjadi cukup berarti karena beban laten terutama
berasal dari penghuni dan udara luar saja.
Oleh karena itu, dalam kondisi yang memungkinkan biasanya diusahakan untuk
mencegah infiltrasi, dengan merencanakan ruangan bertekanan positip (Iebih besar
sedikit) dibandingkan tekanan udara Iuar.
c.5 Beban selubung bangunan
Beban pendinginan yang berasal dari luar melalui selubung bangunan, misalnya
untuk gedung kantor satu Iantai di Indonesia dapat mencapai 40% sampai 50% dari
beban pendingin seluruhnya pada waktu terjadi beban puncak.
Agar gedung yang direncanakan dapat memenuhi persyaratan hemat energi, make
pada awal perencanaan perlu dihitung besarnya Nilai perpindahan termal
menyeluruh (Overall Thermal Transfer Value = OTTV) dan dibandingkan terhadap
batas yang ditentukan dalam standar yang berlaku.
Ketentuan ini dinyatakan dalam SNI 03-6197-2000, Konservasi energi sistem
pencahayaan pada bangunan gedung,
Apabila nilai yang diperoleh melampaui batas yang ditentukan bagi gedung
hemat energi, maka perlu dilakukan perubahan perencanaan Arsitektur agar
diperoleh nilai yang memenuhi ketentuan untuk gedung hemat energi.
c.6 Beban lain-lain dan beban sistem
Beban lain-lain dan beban sistem harus diusahakan dapat dihitung atau diperkirakan
cukup teliti, misalnya dengan memeriksa kembali beban kalor masuk sepanjang
saluran udara setelah laju aliran udara dapat dihitung.
Peralatan di dalam ruangan yang bertemperatur lebih rendah dari temperatur
ruang, seperti refrigerated cabvinet, akan menimbulkan beban negatip dalam

IV-6
ruang. Oleh karena itu beban semacam ini perlu dicermati karena dalam perhitungan
akan dapat diperoleh beban ruang maksimum yang akan lebih dekat dengan keadaan
nyata.
d. Metoda perhitungan beban pendinginan
d.1 Perhitungan beban pendinginan harus menggunakan metoda dan prinsip yang sudah
baku dan diakui oleh masyarakat profesi tata udara. Penggunaan program atau perangkat
lunak komputer sangat dianjurkan untuk perhitungan beban pada gedung yang besar
dan/atau kompleks. Namun program atau perangkat lunak komputer harus sudah teruji baik
oleh masyarakat profesi tata udara, atau telah digunakan secara komersial.
d.2. Metoda perhitung.an beban pendinginan yang sudah baku antara lain:
Metoda perbedaan temperatur ekuivalen total (Total Equivalent Temperature
Difference Method = TETD ). Prosedur perhitungan dari metoda ini terdiri dari
dua langkah, yaitu:
1). Langkah pertama : menghitung besarnya penambahan kalor.
2). Langkah kedua : menghitung besarnya beban pendinginan.
Metoda Fungsi Transfer (Transfer Function Method = TFM). Prosedur
perhitungan dari metoda ini menempuh dua langkah, yaitu :
1). Langkah pertama : menghitung besarnya penambahan kalor.
2). Langkah kedua : menentukan konversi dari penambahan kalor menjadi
beban pendinginan.
d.3 Metoda perbedaan temperatur beban pendinginan ( Cooling Load Temperature
Difference Method = CLTD).
Prosedur perhitungannya menempuh hanya satu langkah, yaitu menggunakan metoda
perbedaan temperatur beban pendinginan (CLTD), faktor beban pendinginan karena
matahari (Solar Cooling Load Factor = SCL), dan faktor beban pendinginan internal
(Internal Cooling Load Factor = CLF).
e. Analisa psikrometrik dan sistem distribusi udara
e.1 Analisa psikrometrik pada tahap perencanaan perlu dilakukan untuk menentukan
spesifikasi teknis koil pendinginan dan fan dari peralatan pengolah udara (Air
Handling Unit) yang paling tepat. Dalam melakukan analisis perlu diperhatikan agar;

IV-7
perkiraan bypass factor koil pendinginan didasarkan pada nilai yang umum untuk
aplikasi ruangan atau zone yang bersangkutan.
e.2 Pemilihan koil pendinginan dan fan peralatan pengolah udara yang paling mendekati
spesifikasi teknis tersebut perlu dilakukan dengan hati-hati walaupun akan ada
kompromi enjinering. Apabila tidak dapat diperoleh koil yang sesuai dengan
spesifikasi teknis dari analisis psikrometrik, maka perlu dilakukan analisis
psikrometrik berikutnya dengan menggunakan data koil (misalnya bypass factor) yang
paling dekat dengan spesifikasi untuk menjamin bahwa sasaran perencanaan masih
dapat dipenuhi.

4.4. Pemilihan sistem dan peralatan tata udara


a. Pemilihan sistem tata udara pada bangunan gedung komersial harus memperhitungkan
faktor yang mempengaruhi total pemakaian energi selama satu tahun, seperti :
penggunaan gedung tersebut, effisiensi dari peralatan tata udara yang dipakai, beban
pendinginan parsial dari gedung tersebut.
b.Pemilihan sistem tata udara, termasuk sistem kontrolnya harus memperhatikan dengan
balk karakteristik beban gedung terhadap waktu dalam sehari dan sepanjang tahun, agar
sistem tata udara dapat memberikan respon yang cukup baik pada beban puncak maupun
pada beban parsial. Sistem tata udara harus mampu memberikan respon terhadap fluktuasi
beban akibat kombinasi perubahan jumlah penghuni, beban cuaca, maupun proses
dalamruangan itu sendin. Sebagai contoh, beban ruangan besar untuk pertemuan atau
rapat mungkin waktunya singkat dan tidak sering terjadi, sedang beban ruang pengolahan
data elektronik biasanya tidak banyak berubah sepanjang hari dan sepanjang tahun.
c. Pemilihan peralatan primer dan peralatan sekunder sistem tata udara, serta penentuan
spesifikasinya adalah langkah penting yang ikut menentukan apakah sistem tata udara
secara keseluruhan akan dapat beroperasi dengan effisien atau hemat energi. Karena
peralatan primer dan sekunder tidak dibuat secara spesifik untuk gedung yang
direncanakan, maka akan dilakukan kompromi enjinering dengan memilih peralatan yang
paling dekat dengan spesifikasi yang direncanakan, dengan effisiensi yang terbaik yang
dapat diperoleh.

IV-8
d. Perlu diusahakan agar dapat diperoleh karakteristik rinci dari peralatan primer dan
sekunder yang dipilih, untuk membuat analisa pemakaian energi pada beban parsial.
Analisa pemakaian energi pada beban parsial diperlukan untuk membuat perhitungan
pemakaian energi perencanaan.
e. Analisa beban parsial sangat penting untuk memilih jumlah unit chiller yang
kombinasinya paling hemat energi. Analisa beban parsial ini perlu dilakukan untuk
jangka waktu satu hari dan kemudian sepanjang tahun.

4.5 . Pengukuran dan pengujian


a. Pengukuran
a.1 Tidak semua gedung yang telah berdiri sebelum standar ini diberlakukan telah
direncanakan dengan pertimbangan akan dilakukan pengukuran pemakaian energi di
kemudian hari. Oleh karena itu, pengukuran energi dan pengukuran beban pendingin
perlu dilakukan dengan tidak mengorbankan ketelitian dan kebenaran prinsip
pengukuran.
a.2 Berikut Inl adalah petunjuk untuk sistem tata udara yang umum digunakan pada
gedung.
a.3 Pengukuran untuk menghitung COP dilakukan pada mesin refrigerasi. Untuk mesin
refrigerasi yang evaporatornya menghasilkan air sejuk (chilled water), dilakukan
pengukuran kapasitas pendingin pada sisi air sejuk. Sedang untuk mesin refrigerasi
yang evaporatomya menghasilkan udara sejuk dilakukan pada sisi udara. Daya listrik
yang dipakai mesin refrigerasi untuk perhitungan COP adalah daya kompresor saja.
a.4 Perhitungan untuk mengevaluasi sistem tata udara keseluruhan meliputi pengukuran
kapasitas pendingin pada evaporator, pengukuran seluruh daya listrik yang diperlukan
untuk menyelenggarakan kenyamanan dalam gedung tersebut.
a.5 Dalam beberapa kondisi dapat dilakukan pengukuran tidak langsung. Misalnya
apabila sistem tata udara atau peralatannya relatif masih baru, diharapkan peralatan
tersebut masih bekerja sesuai dengan karakteristik yang dijamin pabriknya. Dengan
demikian misalnya pada pompa air dapat diukur beda tekanan sisi masuk dan keluar
pompa, diukur kecepatan putarnya, dan kemudian membaca besarnya laju aliran air

IV-9
pada kurva karakteristik yang diterbitkan oleh pabrik pompa tersebut. Prinsip yang
sama dapat dilakukan pula kepada fan yang karakteristiknya diketahui dari pabrik
pembuatnya dan kondisinya relatif masih baru, sehingga dapat dianggap masih
beroperasi mengikuti kurva karakteristik tersebut.
a.6 Seluruh analisa energi bertumpu pada hasil pengukuran, sehingga semua hasil
pengukuran harus dapat diandalkan dan mempunyai kesalahan (error) yang masih
dapat diterima. Oleh karena itu panting untuk menjamin bahwa alat ukur yang
digunakan dapat diandalkan dan telah dikalibrasi dalam batas waktu sesuai ketentuan
yang berlaku. Kalibrasi harus dilakukan oleh pihak yang diberi wewenang hukum
untuk itu.
b. Pengujian
b.1 Prosedur pengukuran berbagai besaran harus mengikuti ketentuan yang relevan
terutama dalam SNI 05-3052-1992 "Cara Uji Unit Pengkondisian Udara", khususnya
mengenai pengukuran temperatur, kecepatan aliran udara dalam duct, laju aliran air
sejuk dalam pipa.
b.2 Pengujian effisiensi dapat dilakukan pada sesuatu sub sistem atau sesuatu peralatan
dalam sistem tata udara, untuk memeriksa apakah sub sistem atau peralatan tersebut
masih bekerja dengan effisiensi yang dijamin pabrik. Kalau hasil pengujian
menunjukkan effisiensinya telah berkurang cukup besar, perlu diperiksa untuk mencari
kemungkinan perbaikan atau modifikasi agar dapat diperoleh effisiensi yang lebih
baik.

4.6 . Konservasi energi


a. Tahap perencanaan
a.1 Sistem Kontrol dan Manajemen Energi
Sistem kontrol kapasitas pendingin direncanakan untuk mengatur operasi
peralatan tata udara dan refrigerasi di dalam rantang yang paling effisien atau
hemat energi. Peralatan tata udara dan refrigerasi yang karakteristik kapasitasnya
dapat diatur "mendekati" perubahan beban pendingin umumnya akan dapat
beroperasi dengan effisiensi yang terbalk. Sistem kontrol "On-Off' pada umumnya

IV-10
tidak dianjurkan untuk konservasi energi karena kurang mampu mengatur kapasitas
sistem tata udara agar "mendekati" perubahan beban pendingin, kecuali pada kasus
tertentu.
Mesin refrigerasi perlu dipilih yang sudah dilengkapi dengan sistem control
kapasitas, agar dapat dioperasikan kapasitas yang cukup untuk mengatasi beban
dengan masukan daya minimum. Dalam hal digunakan lebih dari satu mesin
refrigerasi pada satu sistem tata udara, perlu dilengkapi dengan system kontrol yang
mengatur giliran mesin refrigerasi bekerja serta mengatur kombinasi persentase
beban yang didukung oleh tiap mesin refrigerasi, sehingga dapat diperoleh masukan
energi yang minimum.
Pada sisi udara, pengaturan dengan laju aliran udara variabel merupakan salah satu
pilihan terbaik dari segi konservasi energi, namun pengoperasian fan pada peralatan
pengolah udara harus dicermati apakah perlu dilengkapi dengan pengaturan
kecepatan putaran.
Pengaturan kapasitas koil juga harus dipertimbangkan dengan hati-hati, baik
koil yang dialiri refrigeran maupun yang dialiri air sejuk. Koil pendingin dialiri air
sejuk yang dilengkapi dengan katup modulasi dua jalan akan menyebabkan pompa
air sejuk beroperasi dengan laju aliran berubah dengan berubahnya beban sehingga
termasuk beroperasi pada daerah yang effisiensinya rendah. Dengan sasaran
konservasi energi maka perlu dicari solusi yang memperbaiki effisiensi pompa pada
daerah operasinya.
Untuk sistem dengan air sejuk, perencanaan pompa dengan pengaturan kecepatan
putaran perlu dipertimbangkan untuk mengatur kapasitas pendinginan pada beban
parsial. Sistem semacam ini akan dapat mengoperasikan pompa di dalam daerah
pemakaian energi yang paling rendah dengan beban yang berubah.
Sistem manajemen energi perlu direncanakan untuk mengatur operasi keseluruhan
sistem tata udara agar berada dalam daerah yang hemat energi. Sistem manajemen
energi dapat direncanakan bahkan dapat sampai mencakup pengaturan penyalaan
lampu di dalam ruangan serta pemasukan udara ventilasi.
b. Tahap pengoperasian

IV-11
b.1 Mesin refrigerasi
Jangka waktu operasi mesin refrigerasi dapat dikurangi, misalnya dengan
memanfaatkan besarnya masa air sejuk yang berfungsi sebagai semacam
penyimpan energi dingin.
Selain jangka waktu beban parsial perlu dicari kombinasi operasi unit jamak
(multiple units) yang akan menuntut masukan energi yang paling rendah (multi
chiller, atau multi compressor pada satu chiller).
Dengan memperhatikan karakteristik pompa distribusi air sejuk, dicari setting
laju aliran. air keluar chiller minimum yang masih diijinkan sesuai ketentuan
pabrik pembuat chiller, sekaligus dengan memperhatikan rentang kenaikan
suhu dalam chiller.
b.2 Sistem distribusi udara dan air sejuk
Pada sistem tata udara dengan. air sejuk, perlu dicari upaya agar laju aliran air sejuk
minimal, kalau pompa distribusi air sejuk menunjukkan karakteristik daya masukan
rendah pada laju aliran air rendah.
Secara umum. infiltrasi udara Iuar perlu dicegah karena akan sulit
mengendalikan kondisi ruang sesuai yang direncanakan.
b.3 Beban Pendingin
Menaikkan setting temperatur ruang sampai batas maksimum yang masih
berada di dalam zona nyaman (comfort zone).
Berdasarkan rekaman pemakaian energi dicari jam pengoperasian AHU dan
FCU yang paling hemat energi.
Beban dalam ruangan yang dapat dimatikan tanpa mengganggu fungsi ruangan
merupakan salah satu peluang penghematan energi yang paling mudah,
misalnya mematikan lampu pada zona.eksterior
c. Tahap pemeliharaan dan perbaikan
Pada pemeliharaan dan perbaikan, secara umum yang perlu diperhatikan untuk
penghematan energi terutama adalah menjaga agar kondisi pertukaran kalor dapat
berlangsung dengan baik, dengan menjamin tahanan kalor yang kecil.

IV-12
c.1 Pada kondenser perlu dilakukan pembersihan yang teratur pada sisi fluida
pendinginnya; kondenser berpendingin udara perlu pembersihan sirip pada sisi udara,
dan pada kondenser berpendingin air perlu pembersihan pipa air dari kerak agar tidak
terlalu tebal.
c.2 Untuk kondenser berpendinginan udara, aliran udara luar perlu dijaga agar cukup dan
tidak terhalang, serta tidak terjadi "hubung pendek" antara aliran udara keluar dari
kondenser dengan aliran udara yang akan masuk kondenser.
c.3 Pada kondenser berpendinginan air maka sistem air pendingin perlu dijamin kebersihan
dan kelancarannya, mulai dari menara pendingin (cooling tower) sampai pompa sirkulasi
air kondenser.
c.4 Pada masa pemeliharaan, perlu diperiksa apakah nilai EER atau kW/TR mesin
refrigerasi masih mendekati nilai yang dijamin oleh pabrik.
d. Sistem distribusi
Pemborosan energi dapat terjadi di berbagai bagian sistem tata udara, sepanjang
perjalanan kalor dari mulai sumbernya di ruangan sampai mencapai evaporator pada
mesin refrigerasi.
d.1 Isolasi pipa air sejuk, pipa refrigeran dan ducting udara perlu diperiksa dan
diperbaiki untuk mencegah kebocoran kalor lebih banyak.
d.2 Koil penukar kalor pada AHU dan FCU perlu dibersihkan dan dirapihkan
("disisir") untuk menjamin proses pertukaran kalor yang baik.
d.3 Walaupun tidak termasuk memboroskan energi secara langsung, namun filter pada
AHU dan FCU juga perlu diperhatikan kebersihannya karena menyangkut kebersihan
udara yang akan dimasukkan ke dalam ruangan. Filter yang lebih kotor juga
menimbulkan kerugian tekanan yang lebih besar sehingga mengurangi laju aliran udara
melalui koil pendingin.
e. Modifikasi
Modifikasi sistem tata udara dalam upaya penghematan energi dapat dilakukan sebagai
langkah terakhir apabila setelah dilakukan segala upaya pada waktu operasi dan pada
tahap pemeliharaan masih belum dicapai nilai pemakaian energi spesifik yang
diinginkan.

IV-13
4.7 Rekomendasi
a. Sistem dan peralatan tata udara yang sederhana.
a..1 Jenis unitari (unitary) atau unit paket (packaged unit) yang digunakan pada gedung
komersial dengan satu alat kontrol temperatur (thermostat) untuk mengontrol ruangan atau
daerah yang dilayani peralatan tata udara merupakan sistem dan peralatan tata udara yang
sederhana.
a..2 Kapasitas pendinginan dari peralatan tata udara sistem ini harus dapat mengatasi beban
pendinginan yang telah dihitung pada perhitungan beban pendinginan, serta kapasitas
peralatan tata udara ini tidak boleh melebihi beban pendinginan yang telah dihitung.
a.3 Peralatan tata udara ini direkomendasikan untuk memenuhi effisiensi minimum
dan kriteria seperti ditunjul kan pada tabel 8.1.3. Effisiensi ini harus diuji
kebenarannya melalui data yang diberikan oleh pabrik pembuat dengan sertifikasi
melalui cara pengetesan dan pengujian yang telah diakui
Tabel 4.1 :Effisiensi minimum dari peralatan tata udara unitari atau unit paket yang
dioperasikan dengan listrik

Catatan :
1 Btu/jam = 0,2931 W = 0,252 kKal/jam,
1 TR = 12.000 Btu/jam = 3517,2 W.
COP = Coefficient of Performance.
EER = Energy Efficiency Ratio.

IV-14
ARI = Air Conditioning and Refrigeration Institut.
Daya listrik adalah daya listrik kompressor dan fan untuk pendinginan udara.
b. Sistem peralatan tata udara dengan sistem chiller
b.1 Sistem chiller ini digunakan untuk gedung komersial dengan kapasitas pendinginan
lebih besar dari 600.000 Btu/jam ( 176 kW). Sistem ini memakai media air sejuk yang
disalurkan dengan pompa ke koil pendingin di Fan Coil Unit (FCU) untuk ruangan
yang kecil atau di AHU (Air Handling Unit) untuk ruangan yang beda atau daerah
yang luas.
b.2 Kapasitas pendinginan dari peralatan tata udara ini (chiller) tidak boleh melebihi
kapasitas perhitungan beban pendinginan yang telah dihitung, kecuali:
diperlukan peralatan pengganti (standby) dan sistem dilengkapi oleh alat pengatur
yang dapat mengoperasikan secara otomatis apabila peralatan utama tidak
beroperasi .
Unit ganda yang mempunyai tipe peralatan yang sama dengan total kapasitas
pendinginan yang melebihi perencanaan beban pendinginan dan dilengkapi dengan
alat kontrol yang mempunyai kemampuan untuk mengatur pengoperasian masing-
masing unit berdasarkan beban pendinginan;
b.3 Pemilihan jumlah dan pengaturan kapasitas pendinginan unit chiller harus
memperhitungkan profil beban pendinginan dari gedung tersebut, sehingga
pengoperasian unit chiller baik pada beban pendinginan penuh maupun pada beban
pendinginan parsial selalu pada effisiensi yang optimal. Terutama untuk chiller jenis
sentrifugal diusahakan tidak dioperasikan pada kapasitas pendinginan kurang dari
50% dari kapasitas nominalnya.
b.4 Bila beban rancangan melebihi 1.700.000 Btu/jam (500 kW) dan jika ditetapkan
bahwa sistem tata udara menggunakan mesin refrigerasi jenis
b.4.1 sentrifugal, maka peralatannya harus terdiri dari dua mesin refrigerasi atau lebih
untuk melayani beban.
b.4.2 torak, maka setiap unit mesin refrigerasi harus mempunyai minimum 2
kompressor;
b.5 Peralatan tata udara chiller ini harus memenuhi persyaratan dengan effisiensi

IV-15
minimum seperti ditunjukkan. pada tabel 4.2 , apabila dilakukan pengetesan sesuai cara
pengetesan yang telah disetujui. Effisiensi ini harus diuji kebenarannya melalui data
yang diberikan oleh pabrik pembuat dengan sertifikasi melalui cara pengetesan dan
pengujian yang telah diakui.
Tabel 4.2 Effisiensi minimum dari Chiller paket yang dioperasikan dengan list

Catatan :
1 Btu/jam =0,2931 W = 0,252 kkal/jam
1 TR =12.000 Bturjam = 3517,2 W.
COP = Coefficient of Performance.
EER = Energy Efficiency Ratio.
ARI = Air Conditioning and Refrigeration Institute.
Daya listrik adalah daya listrik kompressor dan fan untuk pendinginan udara

c. Sistem Fan
Rancangan sistem fan harus memenuhi ketentuan
c.1 untuk sitem fan dengan.volume tetap, daya yang dibutuhkan motor pada system fan
gabungan tidak melebihi 1,36 W/ (m3 /jam).
c.2 untuk sistem fan dengan volume aliran berubah, daya yang dibutuhkan motor untuk
sistem fan gabungan tidak melebihi 2,12 W/(m3/jam).
c.3 setiap fan pada sistem volume aliran berubah atau VAV (Variable Air Volume)
dengan motor 60 kW atau lebih, harus memiliki kontrol dan peralatan yang diperlukan
agar fan tidak membutuhkan daya lebih dari 50% daya rancangan pada 50% volume
rancangan berdasarkan data uji;
c.4 ketentuan butir 8.3.1, 8.3.2 dan 8.3.3 tidak berlaku untuk fan dengan daya lebih

IV-16
kecil dari 7,5 kW pada aliran rancangan.

d. Sistem pompa
Sistem pompa dan pemipaan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
sistem pemipaan harus dirancang agar laju kehilangan tekanan akibat gesekan
tidak melebihi dari 4 meter air per 100 meter panjang ekuivalen pipa;
sistem pompa yang melayani katup kontrol yang dirancang untuk membuka dan
menutup kontinu atau berlangkah harus dirancang untuk memompakan aliran
fluida yang variabel;
aliran fluida harus dapat diubah dengan penggerak pompa berkecepatan variabel,
pompa Banda bertahap (multi stage), atau pompa yang bekerja pada kurva
performansi karakte(stik;
. ketentuan pada butir 8.4.2 dan 8.4.3 tidak harus dipenuhi, jika sistem pompa
hanya melayani satu katup kontrol, dan atau jika aliran minimum yang diperlukan
lebih dari 50% aliran rancangan;
ketentuan butir 8.4.1, 8.4.2, 8.4.3 dan 8.4.4 tidak berlaku untuk sistem pompa
dengan daya motor kurang dari 7,5 kW.
e. Isolasi pemipaan air sejuk
Isolasi pemipaan air sejuk harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
semua pemipaan air dingin pada sistem tata udara diberi isolasi termal sesuai
yang tercantum dalam tabel 4.3
Tabel 4.3 . Tebal isolasi minimum untuk pipa air sejuk.

Catatan :
1) bila pipa berada di lingkungan ambien perlu ditambah isolasi 12 mm.
2) tebal isolasi perlu ditambah bila ada kemungkinan terjadi kondensasi permukaan.
3) tebal isolasi ini berlaku untuk bahan dengan resistansi termal 28 hingga 32 m2.K/W per meter

IV-17
tebal isolasi pada temperatur rata-rata permukaan 2400.
berlaku untuk tarikan sambungan pipa ke unit-unit terminal atau koil pendingin hingga panjang 4 meter

isolasi pipa harus diberi pelindung untuk mencegah kerusakan.


untuk bahan dengan resistansi termal lebih besar dari 32 m2.K/W per meter, tebal
(t) isolasi minimum dihitung memakai rumus berikut :

untuk bahan dengan resistansi termal lebih kecil dari 28 M2 K/W per meter, tebal
isolasi dihitung dengan

f. Isolasi ducting
Isolasi bagi sistem ducting (saluran udara), diharuskan memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
semua ducting dan plenum yang terpasang sebagai bagian dari sistem ducting
harus diberi isolasi termal;
besarnya resistansi termal bahan isolasi ditentukan oleh rumus berikut:

dimana:
T = beda temperatur rancangan antara udara dalam ducting dengan udara
sekeliling ducting, dalam K. Resistansi R terhitung tidak mencakup
resistansi film luar maupun dalam.

IV-18
4.8 Konsumsi Energi Listrik AC

Pengukuran besarnya daya listrik unit AC dilakukan dengan menempatkan kW meter yang
dilengkapi dengan kW maksimum meter dan kWh meter pada jaringan listrik utama yang
melayani unit AC. Dengan kW maksimum meter dapat diketahui basarnya daya listrik
maksimum yang digunakan oleh unit AC dan dengan kWh meter dapat diketahui jumlah
konsumsi energinya.
Umumnya alat ukur kW meter dan kWh meter terpasang tetap pada panel listrik yang
melayani pengoperasian unit AC, tetapi alat ukur yang tidak tetap pun ada dengan kapasitas
pengukuran yang terbatas. Dengan membagi antara konsumsi energi listrik dalam periode
tertentu (biasanya per bulan atau per tahun) dapat diperoleh intensitas konsumsi energi
listrik dari unit AC. [1]
Adapun cara untuk menghitung besarnya intensitas konsumsi energi pada bangunan gedung
diantaranya sebagai berikut :
Intensitas Konsumsi Energi Listrik

Konsumsi Energi Rata-rata per hari

= E x Jam operasi per hari = (KWH) . (4.1)


Konsumsi Energi Rata-rata per bulan

= E x Jam operasi per hari x 25 ( hari/bulan) = (KWH/bulan)... (4.2)


Konsumsi Energi Rata-rata per tahun

= E x Jam operasi per hari x 25 (hari/bulan) x 12 (hari/tahun) = (KWH/tahun) .. (4.3)


Besarnya Intensitas Konsumsi Energi per tahun terhadap luas gross

= Konsumsi Energi Rata-rata per tahun / A = (KWH/m.tahun).. (4.4)


Menurut pedoman pelaksanaan konversi energi listrik dan Badan Standarisasi Nasional
dalam menetukan prestasi penghematan energi untuk gedung ber-AC:

IV-19
Sangat efisien : 4,17 7,92 kWh/m2 /bulan
Efisien : 7,93 12,08 kWh/m2 /bulan
Cukup efisien : 12,08 14,58 kWh/m2 /bulan
Agak boros : 14,58 19,17 kWh/m2 /bulan
Boros : 23,75 37,5 kWh/m2 /bulan
Sangat boros : 23,75 37,5 kWh/m2 /bulan
Sedangkan untuk gedung tidak ber-AC digolongkan
Efisien : 0,84 1,67 kWh/m2 /bulan
Cukup efisien : 1,67 2,5 kWh/m2 /bulan
Boros : 2,5 3,34 kWh/m2 /bulan
Sangat boros : 3,34 4,17 kWh/m2 /bulan

Tabel 4.4 Standar Kapasitas Daya Appliance

Nominal ratings Estimated electricity consumed


Home Appliance
( Watts) per hr (kWh)
Air-conditioner
Window unit (9000Btu/hr) 1000 1

Single - split (1Rm - 8500Btu/hr) 750 0.75

Multi - split (2Rm - 16200Btu/hr) 1520 1.52

Electric Fan
Stand Fan 75 0.075
Box type 50 0.05
Ceiling type 72 0.072
Refrigerator
Frost free (250 - 300L) 160 0.16
Frost free (400L) 180 0.2
Heater
Instantaneous water heater 2000 2
Electrical iron (Conventional) 1000 1
Microwave oven 1350 1.35
Electric toaster 1000 1

IV-20
Automatic rice cooker
2 - 4 persons 600 0.6
4 - 7 persons 800 0.8
Electric kettle
1.7L (3 pints) 1000 1
3.5L (6 pints) 2000 2
Oven toaster 600 0.6
Lighting
Fluorescent tube 40 0.04
Compact fluorescent lamp 10 0.01
Incandescent bulb 40/60 0.04/0.06
Home equipment
Vacuum cleaner 600 0.6
Washing machine (without heater) 300 0.3
Dish washer 1200 1.2
Colour TV - 26" 115 0.115
Colour TV - 29" 200 0.2
VCR / VCD players 30 30 0.03
Computer 350 0.35

Air Conditioning
AC digunakan untuk mendinginkan produk atau lingkungan gedung. Sistim
AC adalah memindahkan panas dari tangki reservoir rendah energi yang lebih
dingin ke tangki reservoir energi tinggi yang lebih hangat. Sebenarnya AC
menggunakan prinsip, yaitu saat cairan menguap diperlukan adanya kalor. Dalam
proses menghilangkan panas, sistem AC juga menghilangkan uap air, guna
meningkatkan tingkat kenyamanan orang selama berada di dalam ruangan
tersebut. [6]
Filter (penyaring) tambahan digunakan untuk menghilangkan polutan dari
udara. Adapun jenis-jenis AC yang digunakan dalam sebuah gedung antara lain :
AC sentral
AC ruangan yang terpasang di sebuah jendela (AC window)

IV-21
AC split.
a) Sistem kerja AC

Katup ekspansi

Kalor KONDENSOR FAN EVAPORATOR Udara dingin

KOMPRESOR

Gambar 4.1 Sistem kerja AC


Kompresor yang ada pada sistem pendingin dipergunakan sebagai alat untuk
memampatkan fluida kerja (refrigent), jadi refrigent yang masuk ke dalam kompresor
dialirkan ke condenser. Di bagian kondenser ini refrigent akan berubah fase dari fase uap
menjadi fase cair, maka refrigent mengeluarkan kalor yaitu kalor penguapan yang
terkandung di dalam refrigent.
Setelah refrigent lewat kondenser dan melepaskan kalor penguapan dari fase uap ke fase
cair maka refrigent dilewatkan melalui katup ekspansi, pada katup ekspansi ini refrigent
tekanannya diturunkan sehingga refrigent berubah kondisi dari fase cair ke fase uap yang
kemudian dialirkan ke evaporator. Proses ini akan berubah terus-menerus sampai terjadi
pendinginan yang sesuai dengan keinginan.
b) Bagian-bagian dari AC

IV-22
Gambar 4.2 Bagian bagian AC
1. Kompresor adalah power unit dari sistem sebuah AC. Ketika AC dijalankan,
kompresor mengubah fluida kerja/refrigent berupa gas dari yang bertekanan
rendah menjadi gas yang bertekanan tinggi. Gas bertekanan tinggi kemudian
diteruskan menuju kondensor.
2. Kondensor adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengubah/mendinginkan
gas yang bertekanan tinggi berubah menjadi cairan yang bertekanan tinggi.
Cairan lalu dialirkan ke orifice tube.
3. Orifice Tube di mana cairan bertekanan tinggi diturunkan tekanan dan suhunya
menjadi cairan dingin bertekanan rendah.
4. Dalam beberapa sistem, selain memasang sebuah orifice tube, dipasang juga
katup ekspansi.
5. Katup ekspansi merupakan komponen terpenting dari sistem. Ini dirancang untuk
mengontrol aliran cairan pendingin melalui katup orifice yang merubah wujud
cairan menjadi uap ketika zat pendingin meninggalkan katup pemuaian dan
memasuki evaporator/pendingin.

IV-23
6. Evaporator/pendingin menyerap panas dalam ruangan melalui kumparan
pendingin dan kipas evaporator meniupkan udara dingin ke dalam ruangan.
Refrigent dalam evaporator mulai berubah kembali menjadi uap bertekanan
rendah, tapi masih mengandung sedikit cairan. Campuran refrigent kemudian
masuk ke akumulator / pengering. Ini juga dapat berlaku seperti mulut/orifice
kedua bagi cairan yang berubah menjadi uap bertekanan rendah yang murni,
sebelum melalui kompresor untuk memperoleh tekanan dan beredar dalam
sistem lagi. Biasanya, evaporator dipasangi silikon yang berfungsi untuk
menyerap kelembapan dari refrigent. [6]

Berikut ini akan dibahas salah satu jenis AC yang digunakan pada gedung A di PT. Telkom
Kandatel Bandung.
AC Split
AC split adalah jenis AC dimana evavorator dan kondensatornya dipisah
sehingga pipa kapilernya ada dua dan pipa ini juga ukurannya harus lebih
panjang. Cara kerja AC ini sama dengan AC window yaitu dengan terjadinya
perpindahan kalor, dimana dari kompresor cairan refigerannya masuk dan
mengalir melalui pipa kapiler yang disini terjadi perubahan tekanan menjadi
lebih rendah. Sehingga terjadilah perubahan gas yang masuk menjadi
keluaran udara yang dingin. [6]

IV-24
Gambar 4.3 Contoh AC split

Spesifikasi dari contoh AC diatas adalah sebagai berikut :


Daya : 1/2PK/HP
Artinya : 1/2 Paard Kracht = Horse Power (PK)
adalah sebesar 373 Watt ( 1 PK = 745,7 Watt ).
Kapasitas Pendingin : 5000 BTU/h - 1,47 kW
Artinya : Menunjukkan kecepatan kapasitas pendinginan
ruangan = 5000 BTU ( British Thermal Unit ) per jam ( kapasitasnya
setara dengan 1470 Watt ).
Namun jika mengira AC dengan nilai BTU yang tinggi agar ruangan
lebih cepat dingin, ini sepenuhnya benar. Sebab semakin besar nilai BTU-
nya, maka semakin tinggi konsumsi daya/Watt-nya dan semakin mahal
harganya. BTU ( British Thermal Unit ) didefinisikan sebagai jumlah panas
yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu. [6]

IV-25
4.8 Peluang Hemat Energi
a. Mengenali Kemungkinan Peluang Hemat Energi
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan selanjutnya ditindak lanjuti dengan
perhitungan besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dan penyusunan profil
penggunaan energi bangunan.
Besarnya Intensitas Konsumsi Energi (IKE) hasil perhitungan dibandingkan
terhadap IKE standar atau sesuai dengan target. Apabila hasil yang diperoleh
ternyata sama atau kurang dari IKE standar atau target, maka kegiatan audit
energi rinci dapat dihentikan. Atau bila diteruskan dengan harapan dapat
memperoleh IKE yang lebih rendah lagi.
Bila hasilnya lebih besar dari IKE yang telah ditargetkan, berarti ada peluang
untuk melanjutkan proses audit energi rinci berikutnya guna memperoleh
penghematan energi. [1] [2]
b. Analisa Peluang Hemat Energi
a. Apabila peluang hemat energi telah dikenali, selanjutnya perlu ditindak
lanjuti dengan analisa peluang hemat energi. Analisa peluang hemat
energi yaitu dengan cara membandingkan potensi perolehan hemat
energi dengan biaya yang harus dibayar untuk pelaksaan rencana
penghematan energi yang direkomendasikan.
b. Analisa peluang hemat energi dapat dengan mudah dilakukan dengan
penggunaan program computer yang memang telah direncanakan untuk
kepentingan itu.
c. Penghematan energi pada bangunan gedung tidak dapat diperoleh begitu
saja dengan cara mengurangi kenyamanan penghuni. Analisa peluang
hemat energi dilakukan dengan usha-usaha sebagai berikut:
Mengurangi sekecil mungkin penggunaan energi (mengurangi
KW dan jam operasi)
Memperbaiki kinerja peralatan
Penggunaan sumber energi yang murah

IV-26
Tabel 4.5 Summary of saving by ECO type

Average Saving
Name (% of Building
Electric)
I. Electrical System
Raise power factor 5,1
Lower Excess transformer capacity 3,3
II. Air Conditioning System
Install VAV controls 12,6
Install heat exchanger for incoming air 12,0
install high efficiency chillers 9,6
Maintain clean AHU filters, cooling coils 7,2
Minimize outdoor air intake 6,0
Optimize multiple chiller operation 4,9
Raise AC condenser temperature 4,1
Replace over sized electric motors 3,8
Raise setpoint to 25,5C 3,6
Rebcate offices to lower cooling load 3,0
Modifi air flow to condensers 2,8
Reduce AC equipment run time 2,3
Install variable speed pumps 1,6
Install small AC for separate spaces 1,3
Install high efficiency pupms 1,3
III. Lighting
Lower lighting wattage 5,1
Reduce lighting hours 2,8
IV. Envelope Modification
Lower window wall ratio 12,7
Install double glazed windows 2,1
Insulation, infiltration, roof absorption 0,8
V. Elevator
Eliminate floor elevator trips 0,2

IV-27

Anda mungkin juga menyukai