Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bedah sesar (SC) adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka dinding perut dan dinding uterus dari dalam rahim. Prosedur ini

merupakan prosedur untuk menyelamatkan kehidupan (Prawirohardjo, 2009).

Operasi ini memberikan jalan keluar bagi kebanyakan kesulitan yang timbul bila

persalinan pervaginam tidak mungkin atau berbahaya (Winkjosastro, 2008).

World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata SC di

sebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1.000 kelahiran di dunia. Standar SC di

rumah sakit pemerintah kira-kira 11% sementara rumah sakit swasta bisa lebih

dari 30%. Menurut WHO, peningkatan persalinan dengan SC di seluruh negara

selama tahun 2007-2008 yaitu 110.000 per kelahiran di seluruh dunia (Kounteya,

2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Suryati (2012) bahwa angka SC di

Indonesia sudah melewati batas maksimal standar WHO yaitu 5-15%. Menurut data

Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun 2010, tingkat persalinan SC di Indonesia

15,3%, berdasarkan sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5

tahun terakhir yang diwawancarai di 33 provinsi. Data di Indonesia menunjukkan

bahwa angka persalinan SC mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu

sekitar 2% (Grace, 2007). Di Indonesia sudah ada peraturan yang menerangkan

tentang kriteria standar agar persalinan SC dapat dilakukan. Walaupun belum

membahas secara mendetail namun peraturan tersebut dapat

1
2

dijadikan acuan dalam pelaksanaan SC (Utomo and McDonald, 2009). Mengacu

pada WHO, Indonesia mempunyai kriteria angka SC standar antara 15-20% untuk

rumah sakit rujukan. Angka itu dipakai juga untuk pertimbangan akreditasi rumah

sakit (Gondo, 2010). Berbagai survei dan penelitian menemukan bahwa

persentase persalinan SC pada rumah sakit-rumah sakit di kota besar seperti

Jakarta dan Bali berada jauh di atas angka tersebut. Secara umum jumlah

persalinan SC di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 20-25% dari total persalinan,

sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu sekitar

30-80% dari total persalinan (Mulyawati et al., 2011).

Tindakan SC dapat menyebabkan nyeri dan mengakibatkan terjadinya

perubahan kontinuitas jaringan karena adanya pembedahan. Tindakan SC

menggunakan anastesi agar pasien tidak merasa nyeri pada saat dibedah. Namun

setelah operasi selesai, saat pasien mulai sadar dan efek anastesi sudah habis

bereaksi, pasien akan merasakan nyeri di daerah sayatan yang membuat pasien

merasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan yang dirasakan pasien pasca SC dapat

menyebabkan resiko komplikasi pada bayi maupun pada ibu (Whalley, 2008).

Dampak nyeri terhadap ibu, yaitu terbatasnya Activity Daily Living (ADL),

bonding attachment (ikatan kasih sayang) dan mobilisasi ibu karena adanya

peningkatan intensitas nyeri apabila ibu bergerak. Dampak nyeri terhadap bayi yaitu

dalam pemberian ASI, dan kurangnya perawatan bayi yang dilakukan oleh ibunya

sehingga ASI sebagai makanan terbaik dan mempunyai banyak manfaat bagi bayi

tidak dapat diberikan secara optimal (Indiarti, 2009).


3

Penanganan yang sering digunakan untuk menurunkan nyeri pasca SC

berupa penanganan farmakologi. Pengendalian nyeri secara farmakologi efektif

untuk nyeri sedang dan berat. Namun demikian pemberian secara farmakologi tidak

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan untuk mengontrol nyeri (Van Kooten,

1999 dalam Anggorowati, 2007). Kombinasi secara farmakologi untuk mengontrol

nyeri dengan non farmakologi agar intensitas nyeri dapat berkurang serta masa

pemulihan tidak memanjang (Bobak, 2004). Metode non farmakologi bukan

merupakan pengganti farmakologi. Tindakan tersebut diperlukan untuk

mempersingkat episode nyeri. Mengkombinasikan metode non farmakologi dan

farmakologi adalah cara yang efektif untuk mengontrol nyeri. Manajemen non

farmakologi yang biasa digunakan salah satunya adalah dengan menggunakan

aromaterapi (Sulistyowati, 2013).

Aromaterapi adalah terapi menggunakan essential oil atau sari minyak

murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan, membangkitkan

semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan merangsang proses

penyembuhan (MacKinnon, 2004). Aromaterapi dapat dilakukan dengan berbagai

cara, antara lain dengan menggunakan oil burner atau anglo pemanas, pijat,

penghirupan (inhalasi), berendam, pengolesan langsung pada tubuh, mandi,

kumur, semprotan, dan pengharum ruangan (vaporizer). Penggunaan aromaterapi

melalui hidung (inhalasi) merupakan cara yang jauh lebih cepat dibandingkan

dengan cara lain. Minyak yang dihirup akan membuat vibrasi di hidung, dari sini

minyak yang mempunyai manfaat tertentu itu akan mempengaruhi sistem limbik,

tempat pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas berada (Jaelani, 2009).
4

Menurut Huck (2010) bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip

narkotika dan hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari

100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari.

Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood

(suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran.

Terdapat berbagai macam aromaterapi antara lain seperti Cendana,

Kemangi, Kayu manis, Kenanga, Citrus, Melati, Cengkih, Mint, Lavender, Rose,

Jasmine dan lain-lain (Koensoemardiyah, 2009). Lavender berfungsi sebagai

analgetik, antiseptik, antidepresan, antispasmodik, antiviral, diuretik dan

hipotensive. Aroma Lavender yang mengandung linail asetat dan linalool akan

meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang

membantu kita untuk merasa rileks. Selain itu Lavender dipercaya bisa

membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran (Jaelani, 2009).

Minyak jeruk merupakan campuran dari senyawa-senyawa yang bersifat

mudah menguap dan sebagian besar terdiri dari hidrokarbon monoterpen (Sawamura

et al., 2004). Komposisi senyawa yang terkandung di dalam minyak Citrus meliputi

senyawa terpen teroksigenasi, monoterpen asiklik, monoterpen siklik dan

monoterpen bisiklik. Senyawa-senyawa terpen teroksigenasi terdiri atas alkohol

terpen dan sejumlah kecil ester terpen serta aldehid terpen. Menurut Makhoul

et al. (2012) komponen utama dari Jeruk Masam adalah linalool (29.99%),

bergamot (14.94%), farnesol (9.86%) dan limonene (8.42%) yang tidak hanya

bertanggung jawab pada rasa dan bau tetapi juga berperan dalam pengobatan.
5

Linalool dan substansi harum limonene memiliki efek anti ansietas, analgetik

dan obat penenang. Cara kerja limonene adalah mengontrol cyklooksigenase I dan

II, mencegah aktivitas prostaglandin dan mengurangi rasa sakit. Komponen lain

dari Jeruk Masam antara lain: a-thujene, apinene, camphene, sabinene, b-

pinene, b-Myrcene, p-Cymene, ocimene (E), Linalool oxide (Trans), linalool

oxide (Cis), terpinen-4-ol, terpineol, nerol (Or Cis- Geraniol), neral, geranial, neryl

acetate, geranyl acetate, nerolidol, farnesal, eicosane, tetracosane, pentacosane.

Hasil penelitian dari Namazi et al. (2014) menyatakan bahwa aromaterapi

menggunakan Jeruk Masam meredakan nyeri persalinan. Penelitian ini dilakukan

pada 126 pasien primipara yang memenuhi syarat. Nyeri berkurang pada

kelompok intervensi yaitu pada pada pembukaan serviks 3-4 sentimeter (P<0,05),

7-5 sentimeter (P<0,05), dan 8-10 sentimeter (P<0,05) dibandingkan dengan

kelompok kontrol. Hasil penelitian Pratiwi (2012) menyatakan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara intensitas skala nyeri sebelum dan sesudah

dilakukan pernapasan dengan aromaterapi Lavender. Penelitian ini dilakukan pada

30 responden tanpa kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan intensitas

skala nyeri sebelum dilakukan intervensi adalah 6,6 dimana nilai tersebut masuk

dalam kategori nyeri berat, sedangkan sesudah dilakukan adalah 3,6 termasuk dalam

kategori sedang. Hasil analisis lebih lanjut didapatkan bahwa p-value 0.000

< (0.05).

Berdasarkan studi pendahuluan dan pengambilan data dari rekam medik

Rumah Sakit Umum Islam Yakssi Gemolong Sragen Jawa Tengah menunjukkan
6

bahwa kasus persalinan SC pada tiga tahun terakhir adalah pada tahun 2012 total

persalinan sebanyak 363 persalinan dengan SC sebanyak 323 orang (88,98%) dan

persalinan normal 40 orang (11,02%). Pada tahun 2013 total persalinan sebanyak

359 persalinan dengan SC sebanyak 333 orang (92,76%) dan persalinan normal

26 orang (7,24%). Pada tahun 2014 total persalinan sebanyak 467 persalinan

dengan SC sebanyak 439 orang (94%) dan persalinan normal 28 orang (6%). Jumlah

kasus persalinan SC pada tiga bulan terakhir (November 2014-Januari

2015) adalah 98 persalinan (RSUI YAKSSI Gemolong, 2015).

RSUI Yakssi adalah rujukan dari persalinan yang bermasalah termasuk

persalinan SC dan angka persalinan SC di RSUI Yakssi cukup tinggi. Pada

penelitian-penelitian sebelumnya sudah banyak meneliti tentang pelaksanaan

manajemen nyeri non farmakologi dengan aromaterapi Lavender di rumah sakit

untuk mengurangi nyeri. Sedangkan penelitian tentang penggunaan aromaterapi

dengan Jeruk Masam untuk mengurangi nyeri belum ada. Sehingga belum diketahui

tingkat keberhasilan terhadap penurunan nyeri ibu pasca SC. Berdasarkan

latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk membandingkan efek dari kedua

aromaterapi tersebut dalam mengurangi intensitas nyeri pasca SC dengan

menggunakan aromaterapi Lavender atau aromaterapi Jeruk Masam dengan

teknik inhalasi/relaksasi inhalasi.


7

B. Rumusan Masalah

Aromaterapi Lavender dan Jeruk Masam mengandung linalool yang dapat

meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak yang dapat menciptakan

keadaan rileks. Penelitian yang dilakukan oleh Namazi et al. (2014) menyatakan

bahwa aromaterapi menggunakan Jeruk Masam meredakan nyeri persalinan dan

hasil penelitian Pratiwi (2012) menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan

antara intensitas skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan pernapasan dengan

aromaterapi Lavender. Dari penelitian-penelitian tersebut peneliti tertarik untuk

membandingkan aromaterapi Lavender dan aromaterapi Jeruk Masam terhadap

intensitas nyeri pasca SC, sehingga penelitian ini merumuskan masalah Apakah

ada perbedaan efek pemberian aromaterapi Lavender dan aromaterapi Jeruk

Masam terhadap intensitas nyeri pasca SC di RSUI Yakssi Gemolong?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui perbedaan efek antara

aromaterapi Lavender dibandingkan dengan aromaterapi Jeruk Masam terhadap

intensitas nyeri pasca SC di RSUI Yakssi Gemolong.

2. Tujuan khusus penelitian

a. Mengetahui intensitas nyeri pasca SC sebelum dan sesudah diberikan

aromaterapi Lavender

b. Mengetahui intensitas nyeri pasca SC sebelum dan sesudah diberikan

aromaterapi Jeruk Masam


8

c. Mengetahui efek pemberian aromaterapi Lavender dan aromaterapi Jeruk

Masam terhadap penurunan intensitas nyeri pasca SC.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh profesi

keperawatan dalam mengembangkan perencanaan keperawatan yang akan

dilakukan tentang upaya penurunan intensitas nyeri pada ibu pasca SC di

RSUI Yakssi Gemolong dengan pemberian terapi pelengkap non

farmokologis yaitu penggunaan aromaterapi Lavender dan Jeruk Masam, dan

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan maternitas terutama untuk

memperkaya evidence based pada complementary therapy.

2. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah

pengetahuan tentang cara untuk menurunkan intensitas nyeri pada ibu pasca SC

dengan pemberian terapi non farmakologi yaitu dengan pemberian aromaterapi

Lavender dan Jeruk Masam untuk menurunkan intensitas nyeri.

3. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini memberikan gambaran tentang pengaruh

pemberian aromaterapi Lavender dan Jeruk Masam terhadap penurunan

intensitas nyeri pada ibu pasca SC. Diharapkan penelitian ini dapat

dilanjutkan dengan memperbaiki metodologi, perluasan populasi dan jumlah

responden dengan penggunaan aromaterapi yang lain dan sebagai referensi

untuk penelitian selanjutnya terutama tentang complementary therapy.


9

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran pustaka, peneliti menemukan beberapa penelitian

tentang pengaruh pemberian aromaterapi Lavender dan Jeruk Masam terhadap

penurunan nyeri, penelitian terdahulu antara lain:

No Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan


1 Dwijayanti (2014) Penelitian dilaksanakan di Penggunaan Tempat
dengan judul Efek Rumah Sakit Dr. Adhyatma, aromaterapi penelitian,
Aromaterapi MPH, di kota Semarang, terhadap metode
Lavender Inhalasi sampel sebanyak 32 diambil penurunan penelitian yang
terhadap Intensitas secara consecutive sampling. intensitas digunakan.
Nyeri Post SC. Data penelitian dianalisis nyeri. Prosedur cara
Penelitian ini dengan uji paired t-test dengan pemberiaan
menggunakan metode nilai p-value sebesar 0,001 aromaterapi yang
pre experiment yang menunjukkan terdapat dilakukan
dengan one group pre perbedaan intensitas nyeri dengan
test-post test. pasca SC setelah pemberian pengenceran
aromaterapi Lavender dengan aquadest,
penelitian ini
membandingkan
antara Lavender
dan Jeruk
Masam
2 Pratiwi (2012) Jumlah sampel 30 responden, Penggunaan Metode
dengan judul yang diambil secara purposive aromaterapi penelitian yang
Penurunan Intensitas sampling. Instrumen yang untuk digunakan.
Nyeri Akibat Luka digunakan adalah minyak menurunkan Prosedur cara
Post SC Setelah aromaterapi dan intensitas pemberiaan
Dilakukan Latihan lembar observasi skala nyeri. nyeri aromaterapi yang
Tekhnik Relaksasi Uji statistik dilakukan
Pernapasan menggunakan Wilcoxon. Hasil dengan
Menggunakan penelitian ini menunjukkan pengenceran
Aromaterapi intensitas skala nyeri sebelum dengan aquadest,
Lavender di Rumah dilakukan intervensi adalah 6,6 penelitian ini
Sakit Al Islam dimana nilai tersebut masuk membandingkan
Bandung. Desain dalam kategori nyeri berat antara Lavender
quasi experiment tertahankan. Sedangkan dan Jeruk
dengan rancangan sesudah dilakukan adalah 3,6 Masam, teknik
penelitian one group yang menunjukkan masuk sampling,
pre-test dan post-test. dalam kategori sedang. Hasil pengukuran
analisis data didapatkan bahwa skala nyeri
p-value sebesar 0,000 dengan dengan NRS
taraf signifikan <0,05
menunjukkan ada perbedaan
yang signifikan antara
intensitas nyeri sebelum dan
sesudah dilakukan pernapasan
dengan aromaterapi Lavender
10
10

No Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan

3 Swandari (2014) Sampel sebanyak 26 orang Penggunaan Metode


dengan judul diambil dengan teknik aromaterapi penelitian yang
Perbedaan Tingkat accidental sampling. Uji untuk digunakan.
Nyeri Sebelum dan statistic menurunkan Prosedur cara
Sesudah Pemberian menggunakan Wilcoxon. intensitas pemberiaan
Aromaterapi Dengan hasil terdapat nyeri aromaterapi yang
Lavender pada Ibu perbedaan nyeri sebelum dan dilakukan
Post SC di RSUD sesudah pemberian dengan
Ambarawa. aromaterapi Lavender pada ibu pengenceran
Menggunakan post SC di RSUD Ambarawa dengan aquadest,
metode pre Kabupaten Semarang. Tingkat penelitian ini
experiment dengan nyeri sebelum diberikan membandingkan
one group pre test- aromaterapi Lavender antara Lavender
post test. mengalami tingkat nyeri dan Jeruk
diantara 5-6 atau nyeri sedang, Masam, teknik
setelah pemberian aromaterapi sampling
Lavender nyeri berkurang.

4 Akhlaghi et al. Sampel 60 pasien American Penggunaan Metode


(2011) dengan judul Society of Anaesthesiologist aromaterapi penelitian dan
Citrus Aurantium (ASA) I atau pasien tanpa untuk responden dalam
Blossom and kelainan organik yang menurunkan penelitian.
Preoperative Anxiety. menjalani operasi kecil. Dalam intensitas Penelitian yang
Menggunakan desain double-blind acak, nyeri akan dilakukan
metode experiment dibagi menjadi dua kelompok menggunakan
dengan one group pre dari 30 pasien mendapatkan quasi experiment
test-post test with intervensi atau perlakuan pre test-post test
control group dengan aromaterapi dan 30 tanpa kelompok
pasien sebagai kelompok kontrol dengan
kontrol mendapatkan placebo. dua perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan Prosedur
bahwa terjadi penurunan pada pemberian
kelompok perlakuan atau aromaterapi,
kelompok yang diberikan penelitian ini
aromaterapi (p<0,05), membandingkan
sementara hasil tidak antara Lavender
signifikan pada kelompok dan Jeruk
kontrol. Jeruk Masam (Citrus Masam
aurantium) efektif dalam
pengurangan kecemasan

sebelum operasi.
11
11

No Judul Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan

5 Namazi et al. (2014) Sampel sebanyak 126 pasien Penggunaan Metode


dengan judul Effects primipara memenuhi syarat aromaterapi penelitian yang
of Citus Aurantium kemudian setelah dilakukan Jeruk Masam digunakan dan
(Bitter Orange) on seleksi lagi menjadi 123 yaitu untuk Responden.
the Severity of First- 57 sebagai kelompok menurunkan Prosedur cara
Stage Labor Pain. intervensi dan 56 sebagai intensitas pemberiaan
Menggunakan kelompok kontrol. Hasil nyeri. aromaterapi yang
metode experiment penelitian menunjukkan nyeri dilakukan
dengan one group pre berkurang pada kelompok dengan
test-post test with intervensi pada pembukaan pengenceran
control group serviks 3-4 sentimeter 7-5 dengan aquadest,
sentimeter, dan 8-10 penelitian ini
sentimeter dibandingkan membandingkan
dengan kelompok kontrol. antara Lavender
kelompok yang diberi dan Jeruk
aromaterapi bitter orange Masam
selama persalinan nyerinya
turun sebesar 2,41 dan
kecemasan turun 10,95
Aromaterapi menggunakan
Citrus aurantium (Jeruk
Masam) meredakan nyeri
persalinan.

Anda mungkin juga menyukai