Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Malaysia adalah salah satu negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara
yang berbentuk federasi atau persekutuan sejak tahun 1963. Wilayah negara Malaysia
dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu Malaysia Barat dan Malaysia Timur, yang
dipisahkan oleh Laut Cina Selatan. Penduduk Malaysia terdiri dari beberapa suku
dengan Melayu sebagai ras terbesar yang tinggal di Malaysia (50,4%). Selain itu,
terdapat ras Tionghoa (23,7%) dan India (7,1%).
Di sisi lain, sejak tahun 1957, Malaysia dipimpin oleh koalisi multipartai yang
disebut Barisan Nasional (Anon, t.t, dalam www.state.gov, diakses pada 31 Maret
2014). Namun pada tahun 2007, terjadi unjuk rasa anti-pemerintah yang disebabkan
oleh adanya dugaan ketidaksesuaian sistem pemilihan karena kepemimpinan Barisan
Nasional yang terus-menerus selama 50 tahun.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan penjelasan dari latar belakang maka rumusan masalah yang akan diambil
ialah :
A. Bagaimana kondisi ekonomi, sosial, dan politik di Malaysia serta isu dalam
negeri maupun luar negerinya?
B. Bagaimana perkembangan sistem politik dan pemerintahan Malaysia?
BAB II
ISI

2.1. Sistem Politik dan Pemerintahan Malaysia


Beribukotakan Kuala Lumpur, Malaysia memiliki sistem pemerintahan
parlementer yang mirip dengan sistem di Singapura (parlementer Westminster). Hal
ini dikarenakan kedua negara tersebut sama-sama merupakan bekas jajahan Inggris.
Kepala negara Malaysia disebut Yang Dipertuan Agung, sedangkan kepala
pemerintahannya adalah Perdana Menteri. Selain itu, Malaysia juga menerapkan
sistem monarki yang kemudian menyebabkan raja/sultan mendapat hak penuh untuk
mengeksploitasi masyarakat. Pada akhirnya, masyarakat Malaysia terjebak dalam
feodalisme oleh karena adanya sistem monarki tersebut.

2.2. Kondisi Ekonomi, Sosial, dan Budaya Malaysia


Malaysia dikenal sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi terpesat ketiga
di Asia Tenggara. Hal itu dapat dilihat dari keberhasilan Malaysia sebagai eksportir
minyak kedua terbesar di dunia. Selain itu, pertumbuhan penduduk yang terjadi pada
tahun 1991-1997 juga menyebabkan Malaysia menjadi negara industri karena
banyaknya sumber daya manusia yang dimiliki. Posisi Malaysia yang strategis juga
mendukung pertumbuhan ekonomi negara berkembang tersebut. Pada tahun 1997,
terjadi krisis finansial di Asia yang menyebabkan jatuhnya perekonomian negara-
negara di kawasan Asia, termasuk Malaysia (Noland et al., 1998). Akan tetapi,
Malaysia menjadi negara tercepat yang pulih dari krisis ini dengan menolak bantuan
IMF. Alasan Malaysia menolak bantuan IMF adalah karena Malaysia masih memiliki
cadangan devisa yang cukup untuk keberlangsungan negaranya. Selain itu, Malaysia
juga tanggap akan terjadinya krisis, yaitu dengan cara menerapkan isolasi ekonomi.
Pada akhirnya, Malaysia memiliki investasi yang lebih besar daripada investasi asing
sehingga Malaysia bisa bertahan dari krisis yang terjadi pada saat itu.

2.3. Permasalahan atau Isu-isu Dalam Negeri Malaysia


A. Unjuk rasa anti-pemerintah oleh koalisi LSM Gerakan Bersih
Dalam beberapa tahun terakhir, dinamika politik Malaysia memperlihatkan
beberapa perubahan dan perkembangan yang menarik khususnya dalam hal
kontestasi politik. Pertarungan politik Malaysia yang sejak dahulu didominasi
oleh Barisan Nasional, mendapatkan perlawanan kuat dari kelompok oposisi.
Barisan Nasional mengalami pemilu terburuknya di tahun 2013 dimana hasil
popular vote menunjukkan perolehan suara Barisan Nasional berada dibawah
kelompok oposisi yaitu 5,22 juta melawan 5,489 juta suara (Wangke, 2013),
namun Barisan Nasional berhasil menjaga perolehan kursi di angka 133 melawan
89 kursi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Malaysia
menginginkan perubahan dalam pemerintahan dan sistem politik.
Unjuk rasa ini disebabkan oleh ketidaksesuaian sistem pemilihan di Malaysia
yang menjadikan koalisi Barisan Nasional memimpin selama 50 tahun (Unair, 2014).
Kerusuhan ini masih sering dikenang oleh banyak warga Malaysia karena pada saat
itu terjadi unjuk rasa yang besar sehingga apparat keamanan mengeluarkan gas air
mata. Dalam aksi unjuk rasa ini, dipelopori oleh koalisi Lembaga Swadaya
Masyarakat yang bernama Gerakan Bersih dengan tujuan untuk menuntut sistem
pemilihan umum dan birokrasi pemerintah Malaysia yang bersih dari Korupsi. Koalisi
LSM ini dibentuk pada 23 November 2006 (Husin, 2016).
Aksi-aksi unjuk rasa terhadap pemerintah masih terus berjalan, pada tahun 2007
para demonstran menekan agar pemerintah melakukan tindakan yang adil dalam
pemilu seperti pembersihan daftar pemilih, penggunaan tinta yang tidak mudah
dihapus, akses media massa yang bebas. Pada tahun 2011 dan 2012, Gerakan Bersih
kembali memulai unjuk rasa meminta reformasi pemilu karena mereka merasa bahwa
pemilu Malaysia masih banyak terjadi kekurangan, dan pada tahun 2015, Gerakan
Bersih melakukan unjuk rasa agar Perdana Menteri Najib Razak mundur dari
jabatannya kaena dugaan terlibat penggelapan dana anggaran negara (Kompasiana,
2016). Hingga tahun 2017, PM Najib masih menolak untuk mundur dari jabatannya
dan Gerakan Bersih serta ribuan warga Malaysia masih belum menyerah untuk
berusaha menggulingkan Perdan Menteri tersebut (Berlianto, 2017).

B. Penangkapan Anwar Ibrahim


Pasca penangkapan menteri keuangan Malaysia, Anwar Ibrahim, dibentuklah
sebuah Dewan Aksi Ekonomi Nasional guna menghadapi krisis moneter. Kemudian
Bank Negara Malaysia menentukan pengendalian modal dan mematok nilai tukar
ringgit Malaysia pada 3,80 terhadap dolar Amerika Serikat. Malaysia tetap menolak
paket bantuan ekonomi dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia,
tindakan yang tentunya cukup mengejutkan.
Di bulan Maret 2005, United Nations Conference on Trade and Development
(UNCTAD) menerbitkan sebuah makalah tentang sumber-sumber dan
langkah pemulihan ekonomi Malaysia. Makalah tersebut ditulis oleh Jomo K.S. dari
Departemen Ekonomi Terapan, Universitas Malaya, Kuala Lumpur. Isi dari makalah
tersebut menyimpulkan bahwa kontrol yang ditentukan pemerintah Malaysia tidaklah
memperparah tidak pula membantu pemulihan. Istilahnya adalah tetap
mengalami stagnasi.
Bagaimanapun, di banyak cara negara ini belum mengalami kepulihan pada
tingkatan pra-krisis. Sementara langkah pembangunan kini tidak secepat dulu, tetapi
terasa lebih stabil. Kendati kontrol dan penjagaan ekonomi bukan menjadi alasan
utama pemulihan, tidak ada keraguan bahwa sektor perbankan menjadi lebih 'kenyal'
terhadap 'serangan' dari luar negeri.
Saat ini perekonomian Malaysia berada di surplus struktural, memberikan
bantuan bagi pengembangan modal. Malaysia pun kini mempunyai sejumlah elemen
makro ekonomi yang cukup stabil, yang mana tingkat inflasi dan angka pengangguran
berada di bawah 3%. Selain itu, fakta mengenai simpanan pertukaran uang asing yang
sehat, dan utang luar negeri yang rendah memungkinkan Malaysia untuk tidak
mengulang krisis yang sama seperti di tahun 1997.
Meskipun cenderung stabil, prospek jangka panjang perekonomian Malaysia
terlihat kurang baik. Hal itu dikarenakan kurangnya perubahan dalam sektor-sektor
penting, salah satunya sektor badan hukum yang berurusan dengan utang korporat
yang tinggi dan kompetitif.
Nilai tukar Ringgit yang awalnya dipatok Bank Negara Malaysia, kemudian
dibuka kembali pada Juli 2005 untuk nilai tukar mengambang yang terawasi setelah
satu jam kebijakan yang sama yang dilakukan oleh Tiongkok. Di pekan yang sama,
mata uang Malaysia menguat 1% dibandingkan mata uang utama lainnya, dan
diharapkan akan mengalami apresiasi yang lebih jauh. Namun kenyataannya di bulan
Desember 2005, harapan itu menjadi bisu lantaran aliran modal yang melampaui USD
10 miliar.
Pada bulan September 2005, Howard J. Davies, direktur London School of
Economics, di dalam sebuah pertemuan di Kuala Lumpur, memperingatkan para
pejabat Malaysia bahwa jika mereka ingin pasar modal fleksibel kembali, mereka
harus mencabut larangan penjualan singkat.
Selanjutnya, di bulan Maret 2006, Malaysia akhirnya mencabut larangan
penjualan singkat. Seiring waktu berjalan, kini Malaysia kian berkembang dan
dipandang sebagai salah satu negara industri baru di Asia.

C. Disintegrasi Singapura dari Federasi Malaysia tahun 1965


Malaysia dan Singapura adalah bekas jajahan Inggris dan merupakan negara
persemakmuran Inggris. Dalam sejarahnya, Inggris memberikan otonomi khusus
terhadap Singapura dengan mengadakan pemilu dan menghasilkan Lee Kuan Yew
yang juga seorang politikus di Singapura menjadi Perdana Menteri. Pemberian
otonomi khusus tidak menjadikan kehidupan di Singapura makmur dan sejahtera,
dengan menjadi bagian dari negara persemakmuran Inggris, menyebabkan banyak
terjadi pertentangan karena ada terdapat sebagian komunis dari China yang ingin
merebut Singapura (Mohamad, 2012). Oleh karena itu, Lee Kuan Yew mengambil
inisiatif untuk merapat ke tetangganya yaitu Malaysia. Pada saat itu bentuk negara
Malaysia adalah Federasi Malaysia yang meliputi Sabah dan Serawak. Pada tahun
1963, Singapura resmi bergabung dengan federasi Malaysia. Merasa Singura tidak
memberikan dampak yang baik bagi federasi Malaysia, Perdana Menteri Malaysia
pada saat itu membuat keputusan yaitu kesepakatan untuk mengeluarkan Singapura
dari Federasi Malaysia (Mohamad, 2012). Hal tersebut dipengaruhi oleh ketakutan
Malaysia karena penggiat komunis masih terus mempengaruhi Singapura.

D. Konflik Suku Melayu dan Non-Melayu


Akan tetapi, terdapat diskriminasi dimana suku Melayu mendapatkan hak
khusus dalam pemerintahan dan sektor-sektor penting lainnya. Oleh karena itu,
timbullah masalah antara suku Melayu dan non-Melayu.

2.4. Permasalahan atau Isu-isu Luar Negeri Malaysia


Selain konflik di dalam tubuhnya sendiri, Malaysia juga mengalami konflik
dengan negara lain di sekitarnya, misalnya Singapura. Reklamasi pantai yang
dilakukan Singapura agaknya cukup mengganggu keberlangsungan hidup Malaysia
(Anon, t.t, dalam www.unisosdem.org, diakses pada 31 Maret 2014). Reklamasi
tersebut dinilai merusak ekologi laut yang sukar diperbaiki. Selain itu, Malaysia juga
merasa bahwa reklamasi tersebut mengganggu pelayaran Malaysia karena
penyempitan jalur pelayaran. Pada akhirnya, Malaysia melaporkan tindakan reklamasi
tersebut ke Mahkamah Kelautan Internasional.
DAFTAR PUSTAKA

Berlianto. 2017. Gulingkan PM Najib, Ribuan Rakyat Malaysia Turun ke Jalan, 15


Oktober. Diakses melalui
https://international.sindonews.com/read/1248388/40/gulingkan-pm-najib-ribuan-
rakyat-malaysia-turun-ke-jalan-1508001998 pada 2 November 2017.

Christiastuti, Novi. 2016. Desak PM Najib Mundur, Kelompok Bersih Gelar Aksi Bertahap
Selama 7 Minggu, 14 September. Diakses melalui
https://news.detik.com/internasional/3298073/desak-pm-najib-mundur-kelompok-
bersih-gelar-aksi-bertahap-selama-7-minggu pada 2 November 2017.

Husin, Said Mustafa. 2016. Mengenal "Bersih" Dibalik Unjuk Rasa Malaysia, 20
November. Diakses melalui https://www.kompasiana.com/esemha/mengenal-bersih-
dibalik-unjuk-rasa-malaysia_583103735c7b619e05b3cd90 pada 2 November 2017.

Mohamad, Ardyan. 2012. Kemerdekaan Singapura hasil bentrok ras dengan Malaysia, 9
Agustus. Diakses melalui https://www.merdeka.com/dunia/kemerdekaan-singapura-
hasil-bentrok-ras-dengan-malaysia.html pada 2 November 2017.

Shafira, Pinky. 2014. Kondisi Ekonomi, Politik, Sosial Malaysia, 16 April. Diakses melalui
http://pshafira-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-99646-
MBP%20Asia%20Tenggara-
Kondisi%20Ekonomi,%20Politik,%20Sosial%20Malaysia.html pada 2 November
2017.

Wangke., Humphrey, Isu Rasial dalam Pemilihan Umun di Malaysia. Info Singkat Hubungan
Internasional DPR RI Vol. V, No. 10/II/P3DI/Mei/2013., p. 1

Anda mungkin juga menyukai