Anda di halaman 1dari 1

Rosiani Tri Yulianti

F1F015052

Ketimpangan gender atau ketidakadilan gender merupakan isu yang sering terdengar
ditelinga masyarakat. Ketidakadilan gender sesungguhnya merupakan sistem dan struktur di
mana baik kaum perempuan dan laki-laki menjadi korban dari adanya sistem dan struktur
tersebut. Terbentuknya perbedaan gender dikarenakan oleh banyak hal, diantaranya adalah
dibentuk, disosialisasikan, diperkuat, bahkan dikonstruksikan secara sosial dan kultural
dengan media yang beraneka ragam.
Ketidakadilan gender dapat dilihat dari berbagai bentuk, diantaranya ialah
pembentukan stereotipe atau pelabelan negatif, kekerasan (violence), serta sosialisasi ideologi
nilai peran ganda. Dilihat dari realita yang ada dalam kehidupan bermasyarakat, kebanyakan
ketidakadilan gender terjadi kepada perempuan. Banyaknya bentuk manifestasi ketidakadilan
gender yang marak terjadi di masyarakat salah satunya adalah kekerasan (violence) terhadap
perempuan. Bahkan kekerasan dalam perempuan ini merupakan salah satu masalah sosial
yang semakin memanas, baik dalam konteks nasional maupun juga internasional. Pembatasan
peran perempuan juga terjadi di ranah perpolitikan Indonesia.
Pada awal kemerdekaan Indonesia, kebebasan ruang gerak perempuan di ranah publik
apalagi politik sejatinya merupakan kebebasan semu. Konstruksi sosial masyarakat
memberikan cara pandang yang berbeda terhadap sosok perempuan. Pertama, perempuan
dianggap kurang mempunyai kemampuan berpikir yang memadai sehingga perlu untuk selalu
didampingi, dididik bahkan dilindungi. Kedua, perbedaan derajat sosial budaya yang
menjadikan perempuan sebagai the second human being (manusia kelas kedua) yang berada
di bawah superioritas kaum laki-laki. Ketiga, perbedaan perspektif yang terlihat dari dikotomi
perbedaan bahwa laki-laki berperan dalam ranah publik dan perempuan dalam ranah privat.
Konstruksi sosial kemudian menjadikan peran perempuan dalam dunia politik sangat
terbatas, terutama pada awal kemerdekaan Indonesia. Namun seiring perkembangan zaman
yang ditandai dengan munculnya perspektif feminisme, perempuan tidak lagi dipandang
sebelah mata. Perannya dalam dunia politik sedikit demi sedikit mendapatkan ruang. Salah
satunya dengan kemunculan tokoh pemuda Tsara Amany, yang mengajak pemuda khususnya
perempuan untuk berkarier atau berpartisipasi dalam peta perpolitikan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai