Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN

PENGAMBILAN SPESIMEN DARAH VENA & ARTERI, URIN, FESES,


SPUTUM DAN PAP SMEAR

DISUSUN OLEH:
FITRI (04121003011)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA 2016
A. Pengambilan spesimen darah vena
1. Pengertian
Suatu tindakan memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah vena klien untuk
mendapat spesimen darah.
a. Pengertian pembuluh balik (vena)
Pembuluh balik (vena) adalah pembuluh darah yang menghantar darah menuju ke
jantung. Darah dari kapiler dalam jaringan tubuh kembali ke jantung melalui venula,
setelah itu ke pembuluh balik atau vena. Pembuluh balik memiliki dinding lebih
tipis, tidak elastis, dan berdiamater lebih lebar dari pada pembuluh nadi. Ini terjadi
karena darah dalam perjalanannya kembali ke jantung memiliki tekanan yang sangat
rendah.
Tekanan yang rendah tersebut menyebabkan darah cenderung mengalir kembali
meninggalkan jantung. Untuk mencegah peristiwa itu, pembuluh balik memiliki
banyak katup yang memastikan darah mengalir ke satu arah menuju jantung.
Tekanan darah yang rendah dalam pembuluh balik menyebabkan tidak terasa adanya
denyutan sehingga darah hanya menetes (tidak memancar) apabila pembuluh balik
terluka. Pembuluh balik terletak di dekat dengan permukaan tubuh tampak kebiru-
biruan. Pembuluh balik berfungsi menyalurkan darah dari seluruh tubuh menuju ke
jantung. Pembuluh ini dilalui darah yang mengandung banyak karbondioksida,
kecuali pada pembuluh balik dari paru-paru menuju ke jantung (pembuluh balik
paru-paru atau vena pulmonalis) yang dilalui darah mengandung banyak oksigen.

Gambar: Pembuluh Balik (Vena)


Pembuluh balik yang besar ada dua macam, yaitu pembuluh balik besar atas
(vena kava superior) dan pembuluh balik besar bawah (vena kava inferior).
Pembuluh balik besar atas menerima darah dari tubuh bagian atas, yaitu kepala dan
lengan. Pembuluh balik besar bawah menerima darah dari tubuh bagian bawah, yaitu
badan dan kaki.

b. Fungsi pembuluh balik (Vena)


Menyalurkan darah dari seluruh tubuh menuju jantung

c. Jenis-jenis pembuluh balik (Vena)


Vena Pulmonalis
Pembuluh darah yang banyak mengandung oksigen dari paru-paru menuju ke
antrium kiri jantung. Vena pulmonalis terbagi atas dua macam atau jenis yakni
vena pulmonalis kanan dan vena pulmonalis kiri.
Vena Cava atau vena sistemik
Pembuluh darah yang membawa darah dari seluruh tubuh menuju ke jantung
bagian antrium kanan. Vena cava terbagi atas dua yakni vena cava superior dan
vena cava interior.
Vena Superfisialis
Pembuluh balik yang terletak dekat dengan permukaan kulit dan tidak terletak
dekat dengan arteri yang tepat.
Vena Dalam atau deep
Pembuluh darah vena yang menyertai arteri dan biasanya tersimpan dalam
selubung pembungkus vena dan arteri.

d. Ciri-ciri pembuluh balik (Vena)


Pembuluh balik yang dinding lebih tipis
Pembuluh yang tidak elastis, dan berdiamater lebih lebar daripada pembuluh nadi
Pada umumnya terletak didekat dengan permukaan tubuh dan tampak kebiru-
biruan
Memiliki ukuran yang berdiamater i hingga 1,5 centimeter
Mengandung banyak karbondioksida
2. Tujuan
Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk
dilakukan pemeriksaan.
3. Indikasi
Semua klien yang membutuhkan pemeriksaan spesimen darah

4. Kontraindikasi
1. Pengambilan darah vena pada sebelah tangan yang mengalami gangguan sirkulasi
darah pada klien dengan mastektomi (operasi pengangkatan payudara)
2. Daerah edema
3. Hematome
4. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
5. Daerah bekas luka atau terdapat tanda tanda infeksi , infiltrasi, atau thrombosis pada
tempat penusukan.
6. Daerah bekas cangkokan vascular (avsan) pada penderita gangguan ginjal
7. Daerah intra-vena lines. Pengambilan darah pada daerah ini dapat menyebabkan
darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat
tertentu.
8. Lengan yang mengalami gangguan atau kelumpuhan (kelumpuhan otot dan saraf)
9. Lengan dengan gangguan sirkulasi ataupun neurologi

5. Prosedur pengambilan darah vena


1. Pengambilan spesimen darah vena dengan syring (alat suntik)
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring) merupakan
cara yang masih sering dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat
pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston sederhana yang
terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran
jarum yang sering dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil
adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan suntikan ini baik
dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat
diandalkan (rapuh atau kecil).

Alat dan bahan:


1. 1 pasang sarung tangan bersih
2. 1 botol kecil alkohol
3. Kapas (secukupnya)
4. Satu buah bantal kecil sebagai penopang
5. 1 buah pengalas
6. 1 buah tourniquet
7. 1 buah spuit (sesuaikan ukuran spuit dengan dengan jumlah darah yang akan
diambil)
8. Plester (secukupnya)
9. 1 buah kertas label
10. 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium
11. 1 buah wadah spesimen dan tutupnya
12. 1 buah plastik spesimen

Prosedur pelaksanaan:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
2. Beri klien posisi fowler di tempat tidur atau posisi duduk di kursi
3. Jaga privasi klien
4. Cuci tangan
5. Pakai sarung tangan bersih
6. Pasang pengalas di bawah tangan klien
7. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.Minta pasien mengepalkan tangan.
8. Pasang tourniquet 5-10 cm di atas lipat siku
9. Pilih lokasi yang akan dilakukan pengambilan (biasanya di fossa antecubital)
10. Bersihkan lokasi penusukan dengan kapas alkohol dengan arah sirkuler dari
dalam ke luar ( 5 cm). biarkan kulit mongering
11. Tempatkan jari telunjuk tangan non domianant di bawah lokasi penusukan
( 2,5 cm) dan tarik kulit secara perlahan.
12. Masukkan jarum suntik dengan arah 15-30 derajat dengan perlahan
13. Lakukan aspirasi sampai jumlah darah mencukupi
14. Lepaskan tourniquet
15. Cabut jarum suntik dan tutup lokasi penyuntikan dengan kapas alkohol
16. Pasang plester di lokasi penyuntikan
17. Lepaskan jarum suntik dari syingernya
18. Masukkan darah ke dalam wadah spesimen
19. Berikan label pada wadah spesimen ( nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan,
nama ruangan)
20. Masukkan wadah spesimen kedalam palstik spesimen
21. Rapikan alat dank klien
22. Lepaskan sarung tangan
23. Cuci tangan
24. Dokumentasi tindakan
25. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan
pemeriksaan laboratarium

2. Pengambilan spesimen darah vena dengan vakum


Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD (Becton-
Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini berupa tabung reaksi
yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada
jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika
sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Jarum yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang dihubungkan oleh
sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan untuk menusuk vena dan
jarum pada sisi posterior ditancapkan pada tabung. Jarum posterior diselubungi oleh
bahan dari karet sehingga dapat mencegah darah dari pasien mengalir keluar.
Sambungan berulir berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan
memudahkan pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior.

Keuntungan dan Kekurangan pengambilan darah dengan vakum


Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah tidak perlu membagi-
bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup sekali penusukan, dapat
digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai dengan jenis tes yang
diperlukan. Untuk keperluan tes biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena
darah pasien langsung dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media
biakan kuman. Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada
pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil, bayi, atau jika
vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien gemuk. Untuk mengatasi
hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap (winged needle). Jarum bersayap
atau sering juga dinamakan jarum kupu-kupu hampir sama dengan jarum
vakutainer seperti yang disebutkan di atas. Perbedaannya adalah antara jarum
anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal jarum anterior
dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan posterior. Jika penusukan tepat
mengenai vena, darah akan kelihatan masuk pada selang (flash).

Alat dan Bahan:


Jarum vakutainer atau winged needle (jarum bersayap)
Kapas
Alkohol 70%
Tali pembendung (turniket)
Plester
Tabung vakum
Kontainer khusus benda tajam (wadah sampah)

Prosedur pelaksanaan:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur, informconsent
2. Jaga privasi klien
3. Cuci tangan
4. Pakai sarung tangan bersih
5. Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
6. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
7. Minta pasien mengepalkan tangan.
8. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
9. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)
untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis
dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari
arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah
lengan.
10. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%
dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
11. Dengan hati-hati buka tutup jarum, masukkan ke dalam holder dan sekrupkan
12. Angkat pelindung jarum dan buka tutup jarun
13. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian
posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam
tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa
tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua,
begitu seterusnya.
14. Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah
yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan
untuk pemeriksaan.
15. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan
kapas beberapa saat, lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarum sebelum turniket dibuka.
16. Lipat pelindung jarum kembali ke tempatnya
17. Buang jarum ke kontainer khusus benda tajam
18. Rapikan alat dan klien
19. Lepaskan sarung tangan
20. Cuci tangan
21. Dokumentasi tindakan
22. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan
pemeriksaan laboratarium

6. Hal- hal yang perlu diperhatikan:


1. Pemasangan turniket (tali pembendung)
Pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat menyebabkan
hemokonsentrasi (peningkatan nilai hematokrit/ PCV dan elemen sel),
peningkatan kadar substrat (protein total, AST, besi, kolesterol, lipid total)
Melepas turniket sesudah jarum dilepas dapat menyebabkan hematoma
2. Jarum dilepaskan sebelum tabung vakum terisi penuh sehingga mengakibatkan
masukknya udara ke dalam tabung dan merusak sel darah merah.

3. Penusukan
Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan
sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang
berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah
bocor dengan akibat hematoma
4. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat
kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien
ketika dilakukan penusukan.

7. Menampung darah dalam tabung


Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek laboratorium
klinik adalah sebagai berikut :
Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi
beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)
Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum separator tube/SST)
yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Setelah pemusingan, serum akan
berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan
untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi
Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma separator
tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah pemusingan, plasma akan
berada di bagian atas gel dan sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan
untuk pemeriksaan kimia darah.
Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA. Umumnya digunakan
untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)
Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk
pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)
Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin, umumnya
digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.
Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas logam, umumnya
digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.
Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride dan kalium oksalat,
digunakan untuk pemeriksaan glukosa.
Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED
(ESR).
Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan
imunohematologi.
Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan
molekuler/PCR dan bDNA.
Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas; berisi media biakan,
digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur.

B. Pengambilan sampel darah arteri


1. Pengertian
Pengambilan darah arteri adalah suatu tindakan untuk mengambil darah arteri
yaitu pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku.
a. Pengertian pembuluh nadi (arteri)
Pembuluh nadi (arteri) adalah pembuluh darah yang berotot dan membawa darah
ke jantung. Dinding pembuluh nadi tersusun dari tiga lapisan,yakni lapisan luar yang
bersifat elastis, lapisan tengah yang berupa sel-sel otot polos, dan lapisan dalam
yang disusun oleh selapis sel berdinding tipis.
Pembuluh nadi memiliki dinding tebal, kuat, dan elastis, yang membantu tenaga
pemompaan jantung untuk menyalurkan darah ke seluruh tubuh. Pemompaan oleh
jantung menyebabkan darah didorong untuk mengalir. Hal itu memberi tekanan di
sepanjang dinding pembuluh yang dilaluinya dan menimbulkan denyutan. maka
terjadi, darah akan memancar keluar apabila pembuluh nadi terluka.
Pada umumnya, pembuluh nadi berada di bagian dalam tubuh. Pembuluh nadi
yang paling besar disebut aorta. Pembuluh ini berpangkal pada bilik kiri jantung dan
bertugas membawa darah yang mengandung banyak oksigen (darah bersih) ke
seluruh tubuh. Pembuluh ini memiliki sebuah katup yang terletak tepat di luar
jantung.
Selanjutnya, aorta bercabang dua, satu cabang menuju kekepala dan satu cabang
lagi menuju ke tubuh bagian bawah. Kedua pembuluh nadi (arteri). yang keluar dari
jantung tersebut kemudian bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh nadi yang lebih
kecil. Pembuluh nadi yang paling kecil, disebut arteriol. Arteriol berukuran lebih
tipis dari satu sisir rambut. Arteriol ini bercabang-cabang lagi menjadi pembuluh
kapiler.
Gambar: pembuluh nadi (arteri)
Selain aorta, pembuluh nadi lain yang membawa darah meninggalkan jantung
adalah pembuluh nadi paru-paru (arteri pulmonalis). Pembuluh itu berpangkal pada
bilik kanan jantung dan berukuran lebih kecil daripada aorta. Tugasnya membawa
darah yang mengandung karbon dioksida (darah kotor). dan uap air ke paru-paru.
Melalui pembuluh nadi, darah dari jantung diedarkan ke seluruh jaringan tubuh
termasuk jaringan penyusun jantung.
Pembuluh nadi yang bertugas mengalirkan oksigen dan zat makanan ke jantung
disebut nadi tajuk (arteri koronaria). Pembuluh ini berukuran sangat kecil sehingga
mudah tersumbat oleh gumpalan lemak. Penyumbatan aliran darah menyebabkan
sebagian sel-sel pada organ jantung menjadi kekurangan makanan dan oksigen.
Peristiwa penyumbatan pembuluh nadi jantung ini disebut koronariasis.

b. Fungsi pembuluh nadi (arteri)


Mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh
Menghantarkan oksigen dan nutrisi ke semua sel
Mengangkut zat buangan misalnya karbon dioksida
Menjaga keseimbangan mobilitasi protein, kimia, unsur-unsur dari sistem
kekebalan tubuh dan sel.

c. Jenis-jenis pembuluh nadi (arteri)


Arteri Pulmonalis
Arteri pulmonalis atau nadi paru-paru adalah pembuluh yang dilewati darah dari
bilik menuju ke paru-paru. Pembuluh ini mengandung banyak karbon dioksida
yang akan dilepaskan keparu-paru yakni di alveolus
Arteri Sistemik
Arteri sistemik adalah pembulu yang mengantar darah ke arteriol setelah itu ke
pembuluh kapiler tempat dimana zat nutrisi dan oksigen ditukarkan
Aorta
Aorta adalah pembuluh terbesar yang ada dalam tubuh dan keluar dari ventrikel
yang membawa banyak oksigen
Arteriol
Arteriol adalah pembuluh nadi yang paling kecil yang berhubungan dengan
pembuluh kapiler
Pembuluh Kapiler
Pembuluh kapiler adalah tempat pertukaran zat yang menjadi fungsi utama dalam
sistem sirkulasi, pembuluh kapiler merupakan pembuluh yang bukan
sesungguhnya. Pembuluh kapiler merupakan pembuluh yang menghubungkan
cabang-cabang dan cabang-cabang dari pembuluh balik dengan sel-sel tubuh.

d. Ciri-ciri pembuluh arteri


Dinding pembuluh nadi tersusun atas tiga lapis
Lapisan luar berupa sel-sel otot elastis
Lapisan tengah berupa sel-sel otot polos
Lapisan dalam yang hanya disusun oleh selapis sel berdinding tipis.
Pembuluh nadi memiliki dinding tebal, kuat, dan elastik
Membawa darah yang bersih
Mempunyai satu kutup yaitu awal pembuluh yang berada di dekat jantung
Jika terluka, darah akan memancar
Umumnya terletak dibagian dalam tubuh

e. Lokasi pengambilan darah arteri


Mengidentifikasi arteri untuk pengambilan sampel. Arteri yang paling
sering unutk pengambilan sampel termasuk arteri radialis, arteri brachialis, dan arteri
femoralis. Dari ketiganya, arteri radial adalah area sampling yang paling disukai
karena tiga faktor utama:
1) Mudah untuk mengakses
2) Arteri radial adalah arteri dangkal dan karena itu lebih mudah untuk diraba, stabil,
dan mudak ditusuk,
3) Memiliki jaminan aliran darah.
Jika kerusakan pada arteri radial terjadi atau menjadi terhambat, arteri ulnaris
akan memasok darah ke jaringan biasanya dipasok oleh arteri radial. Untuk
menilai arteri radial untuk sampling, harus melakukan tes Allen dimodifikasi
untuk menjamin patensi arteri ulnaris.
Adapun cara melakukan tes Allen adalah sebagai berikut:
1) Melenyapkan denyut radial dan ulnar secara bersamaan dengan menekan di kedua
pembuluh darah di pergelangan tangan.
2) Minta pasien untuk mengepalkan tangan dan melepaskannya sampai kulit terlihat
pucat.
3) Lepaskan tekanan arteri ulnaris sementara mengompresi arteri radial. Perhatikan
kembalinya warna kulit dalam waktu 15 detik.
Jika tes Allen adalah negatif untuk kedua tangan dan arteri radial tidak dapat
diakses, maka arteri brakialis dapat digunakan. Potensi untuk mendapatkan
sampel vena lebih besar bila menggunakan arteri brakialis karena ada pembuluh
darah besar terletak di dekat arteri brakialis. Selain itu, saraf medial terletak
sejajar dengan arteri brakialis dan akan menyebabkan rasa sakit pasien jika Anda
secara tidak sengaja mengenainya dengan jarum.
Arteri femoralis adalah area sampling arteri yang paling tidak disukai karena
merupakan arteri relatif dalam; terletak berdekatan dengan saraf femoralis dan
vena, dan tidak memiliki jaminan aliran darah. Tusukan dari arteri femoralis
biasanya digunakan untuk situasi muncul atau untuk pasien hipotensi parah
yang memiliki perfusi perifer yang buruk.

2. Tujuan
Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas
darah yang digunakan untuk mendiagnosa dan mengevaluasi penyakit pernafasan serta
kondisi yang mempengaruhi seberapa efektif paru-paru mengirimkan oksigen ke darah
dan mengeleminasi karbondioksida dari darah.

Tekanan parsial oksigen (PO2) normal : 75-100 mmHg, biasanya


menurun sesuai pertambahan usia
Tekanan parsial karbondioksida (PCO2) normal : 35-45 mmHg
pH normal : 7,35-7,45
Saturasi oksigen (SaO2) : 94-100%
Kandungan oksigen (O2CT) : 15-23 volume%
Konsentrasi Bikarbonat (HCO3-) : 22-26 millimols per liter
(mEq/liter)

Perubahan pH disebabkan oleh:


1. Fungsi pernafasan abnormal.
2. Fungsi ginjal abnormal.
3. Jumlah asam atau basa yang berlebihan.

Perubahan dalam pH, PaCO2, dan bikarbonat standar


pada gangguan asam-basa
Ph PaCO2 Bikarbonat standar
Asidosis Respiratory Rendah Tinggi Normal-tinggi
Alkalosis Respiratory Tinggi Rendah Normal-tinggi
Asidosis Metabolik Rendah Normal-rendah Rendah
Alakalosis Metabolik Tinggi Normal Tinggi

3. Indikasi
Pada pasien dengan penyakit paru, bayi prematur dengan penyakit paru, Diabetes
Melitus berhubungan dengan kondisi asidosis diabetik.

4. Kontraindikasi
Pada pasien dengan penyakit perdarahan seperti hemofilia dan trombosit rendah.

5. Komplikasi
Pengambilan darah arteri akan minimal terjadi jika dilakukan dengan benar. Namun
dapat terjadi perdarahan atau perdarahan yang tertunda atau memar pada area tusukan
jarum atau yang jarang terjadi, kerusakan sirkulasi di sekitar area tusukan.

6. Alat dan Bahan


1. Spuit 2 ml atau 3ml dengan jarum ukuran 22 atau 25 (untuk anak-anak) dan
nomor 20 atau 21 untuk dewasa
2. Heparin
3. Yodium-povidin
4. Penutup jarum (gabus atau karet)
5. Kasa steril
2. Kapas alkohol
3. Plester dan gunting
4. Pengalas
5. Handuk kecil
6. Sarung tangan sekali pakai
7. Obat anestesi lokal jika dibutuhkan
8. Wadah berisi es
9. Kertas label untuk nama
10. Bengkok

7. Prosedur pelaksanaan
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
2. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
3. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
4. Jaga privasi klien
5. Posisikan klien dengan nyaman
6. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
7. Pasang pengalas
8. Letakkan handuk kecil di bawah pergelangan tangan
9. Palpasi arteri radialis
10. Lakukan allens tes

Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral arteri radialis. Penderita
diminta mengepalkan tangan dengan kencang. Pengambil darah dengan jari menekan
kedua arteri radialis dan ulnaris. Penderita diminta membuka dan mengepalkan
beberapa kali hingga jari-jari pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka.
Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan akan
pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler
tangan.
Bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri
radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat
kolateralisasi arteri radialis dan arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak
boleh digunakan.
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada
arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan
pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allens positif. Apabila
tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allens negatif. Jika pemeriksaan
negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.

11. Hiperekstensikan pergelangan tangan klien di atas gulungan handuk


12. Raba kembali arteri radialis dan palpasi pulsasi yang paling keras dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
13. Desinfeksi area yang akan dipungsi menggunakan yodium-povidin, kemudian
diusap dengan kapas alkohol
14. Berikan anestesi lokal jika perlu
15. Bilas spuit ukuran 3 ml dengan sedikit heparin 1000 U/ml dan kemudian
kosongkan spuit, biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
16. Sambil mempalpasi arteri, masukkan jarum dengan sudut 45 sambil menstabilkan
arteri klien dengan tangan yang lain
17. Observasi adanya pulsasi (denyutan) aliran darah masuk spuit (apabila darah tidak
bisa naik sendiri, kemungkinan pungsi mengenai vena)
18. Ambil darah 1 sampai 2 ml
19. Tarik spuit dari arteri, tekan bekas pungsi dengan menggunakan kasa 5-10 menit
20. Buang udara yang berada dalam spuit, sumbat spuit dengan gabus atau karet
21. Putar-putar spuit sehingga darah bercampur dengan heparin
22. Tempatkan spuit di antara es yang sudah dipecah
23. Beri label pada spesimen yang berisi nama, suhu, konsentrasi oksigen yang
digunakan klien jika kilen menggunakan terapi oksigen
24. Kirim segera darah ke laboratorium
25. Beri plester dan kasa jika area bekas tusukan sudah tidak mengeluarkan darah
(untuk klien yang mendapat terapi antikoagulan, penekanan membutuhkan waktu
yang lama)
26. Bereskan alat yang telah digunakan, lepas sarung tangan
27. Cuci tangan
28. Akhiri kegiatan dan ucapkan salam
29. Dokumentasikan di dalam catatan keperawatan waktu pemeriksaan AGD, dari
sebelah mana darah diambil dan respon klien

8. Hal yang perlu diperhatikan


1. Tindakan pungsi arteri harus dilakukan oleh perawat yang sudah terlatih
2. Spuit yang digunakan untuk mengambil darah sebelumnya diberi heparin untuk
mencegah darah membeku
3. Kaji ambang nyeri klien, apabila klien tidak mampu menoleransi nyeri, berikan
anestesi lokal
4. Bila menggunakan arteri radialis, lakukan test allent untuk mengetahui kepatenan
arteri
5. Untuk memastikan apakah yang keluar darah vena atau darah arteri, lihat darah
yang keluar, apabila keluar sendiri tanpa kita tarik berarti darah arteri
6. Apabila darah sudah berhasil diambil, goyangkan spuit sehingga darah tercampur
rata dan tidak membeku
7. Lakukan penekanan yang lama pada bekas area insersi (aliran arteri lebih deras
daripada vena).
8. Keluarkan udara dari spuit jika sudah berhasil mengambil darah dan tutup ujung
jarum dengan karet atau gabus.
9. Ukur tanda vital (terutama suhu) sebelum darah diambil.
10. Segera kirim ke laboratorium (sito).

C. Pengambilan spesimen urin


1. Pegertian pengambilan spesimen urin
Suatu prosedur melakukan pengambilan contoh urin dari klien untuk pemeriksaan
diagnostik.
a. Pengertian urin
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk
menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui
ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

b. Komposisi urin
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari
darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi
ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam
tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar
yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan
dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui
urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik
untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.

c. Fungsi urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan
dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal
ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun
jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin
sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga
bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril.
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi
akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. Diabetes adalah suatu
penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan
mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.

2. Tujuan pengambilan spesimen urin


1. Melakukan pemeriksaan kesehatan klien secara umum dan memeriksa apakah urin
klien normal atau tidak. Urin normal adalah urin yang tidak terdapat bakteri, keton,
darah, protein atau zat obat adiktif.
2. Mendiagnosa penyakit metabolik atau sistemik yang mempengaruhi fungsi ginjal.
3. Mendiagnosa kelainan endokrin. Untuk tes ini dilakukan pemeriksaan urin 24 jam.
4. Mendiagnosa kelainan atau penyakit ginjal atau saluran kemih.
5. Melakukan monitoring klien dengan Diabetes.
6. Melakukan tes kehamilan.
3. Indikasi
Efektif dilakukan jika:
1. Memastikan apakah urin klien terdapat bakteri, keton, darah, protein atau zat obat
adiktif.
2. Adanya dugaan penyakit tertentu misalnya penyakit yang berkaitan dengan system
perkemihan, endokrin.
3. Adanya penyakit-penyakit metabolic atau sistemik yang mempengaruhi fungsi
ginjal.
4. Ingin memastikan apakah klien dalam keadaan hamil atau tidak.

4. Kontraindikasi
Tidak ada

5. Jenis pengambilan sampel urine:


a. Urin bersih (clean voided urine spesimen)
Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin
b. Urin tengah (clean-catch or midstream urin spesimen)
Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin
yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih.
Sekalipun ada kemungkinan kontaminasi dari bakteri di permukaan kulit, namun
pengambilan dengan menggunakan kateter lebih berisiko menyebabkan infeksi.Perlu
mekanisme khusus agar spesimen yang didapat tidak terkontaminasi.
c. Urin tampung (timed urin specimen/waktu tertentu)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan
dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam 24 jam. Urin tampung
ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu)
yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur
urin.Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke
penampungan yang lebih besar.
d. Urin acak
Pengambilan urin secara acak tanpa memperhatikan waktu dan kandungan urin
e. Kateter indwelling
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus
disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik.Klem kateter selama kurang
lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin
diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam
pengambilan agar tidak terkontaminasi.

6. Prosedur pengambilan urin


a. Pengambilan spesimen urin sewaktu (random urine)
Alat dan Bahan:
1. 1 pasang sarung tangan bersih
2. 1 buah handuk kecil/ tisu
3. 1 buah kertas label
4. 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium
5. 1 buah wadah spesimen dan tutupnya
6. 1 buah plastik spesimen

Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Pasang sarung tangan bersih
5. Berikan klien handuk kecil, pakaian mandi, wadah spesimen dan sabun
6. Minta klien untuk membersihkan area perineal dengan sabun dan
mengeringkannya dengan handuk kecil.
7. Tampung urinnya di dalam wadah, dengan cara:
a. Laki- laki: pegang penis dengan 1 tangan non dominan, bersihkan perineum
dengan gerakan sirkular dari arah dalam kearah luar dengan menggunakan
tissue antiseptik.
b. Perempuan: regangkan labia minora dengan jari tangan non-dominan dengan
tissue antiseptic dari arah depan (di atas orifisium uretra) kearah belakang
(menuju anus).
8. Sambil memegang penis atau menahan bagian labia, klien diminta untuk miksi
lalu menahan sesaat.
9. Ambil urin midstream 30-60 cc
10. Pindahkan wadah spesimen sebelum aliran urin berhenti sambil tetap menahan
labia atau penis dan klien menyelesaikan miksinya.
11. Tutup wadah spesimen tanpa menyentuh bagian dalam tutup
12. Keringkan bagian luar wadah dengan tissue
13. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien,tanggal, jenis pemeriksaan,
nama ruangan)
14. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastic spesimen
15. Rapikan alat dan klien
16. Lepaskan sarung tangan
17. Cuci tangan
18. Dokumentasi tindakan
19. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan
pemeriksaan laboratarium.

b. Pengambilan spesimen urin dari kateter


Alat dan Bahan:
1. 1 pasang sarung tangan bersih
2. 1 buah spuit 3 cc dengan jarum ukuran 21-25 (untuk urin kultur)
3. 1 buah spuit 20 cc dengan jarum ukuran 21- 25 (untuk urin rutin)
4. 1 buah klem
5. Kapas alkohol
6. Tissue
7. 1 buah kertas labelnya
8. 1 buah wadah spesimen (non steril untuk urin rutin dan steril untuk kultur)
9. 1 berkas form permintaan pemeriksaan laboratarium
10. 1 buah plastik spesimen

Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Pasang sarung tangan bersih
5. Klem kateter selama 30 menit sebelum pengambilan spesimen
6. Bersihkan entry port posisi penusukan jarum suntik dengan kapas alkohol
7. Masukkan jarum suntik di entry port dengan arah 30 derajat
8. Aspirasi urin 3 cc untuk kultur atau 20 cc untuk urin rutin
9. Pindahkan urin dari syringe ke wadah non steril (untuk urin rutin)atau
pindahkan ke wadah steril (untuk kultur)
10. Tutup wadah urin tanpa menyentuh bagian dalam tutup
11. Buka klem kateter dan biarkan urin mengalir ke urin-bag
12. Keringkan bagian luar wadah dengan tissue
13. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan,
nama ruangan)
14. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen
15. Rapikan alat dan klien
16. Lepaskan asarung tangan
17. Cuci tangan
18. Dokumentasi tindakan
19. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan
pemeriksaan laboratarium.

D. Pengambilan spesimen feses


1. Pengertian
Pemeriksaan feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai
bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur, jenis makanan
serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun konsistensinya.
a. Pengertian feses
Feses adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus
sebagai sisa dari proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan
(tractus digestifus). Pengertian feses ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang
dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan
sebagai sisa dari proses pernapasan, keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan
sebagainya. Feses juga merupakan hasil pemisahan dan terdiri dari: sisa - sisa
makanan; air; bakteri; zat warna empedu.
b. Perkiraan komposisi feses tanpa urine
Komponen Kandungan (%)
Air 66-80
Bahan organik (dari berat kering) 88-97
Nitrogen (dari berat kering) 5,7-7,0
Fosfor (sebagai P2O5) (dari berat kering) 3,5-5,4
Potasium (sebagai K2O) (dari berat kering) 1,0-2,5
Karbon (dari berat kering) 40-55
Kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering) 4-5
C/N rasio (dari berat kering) 5-10

c. Kuantitas feses dan urin


Gram/orang/hari
Tinja/Air Seni
Berat Basah Berat Kering
Tinja 135-270 35-70
Air Seni 1.000-1.300 50-70
Jumlah 1.135-1.570 85-140

d. Feses normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut
70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa - sisa
kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel -
sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid
silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan
berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.

2. Tujuan
Mendapatkan spesimen feses yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan feses rutin. Pemeriksaan dengan menggunakan spesimen feses bertujuan
untuk mendeteksi adanya kuman, seperti kelompok salmonela, sigela, sherichia coil,
stafilokokus, dan lain-lain.
3. Indikasi
1. Adanya diare dan konstipasi
2. Adanya ikterus
3. Adanya gangguan pencernaan
4. Adanya lendir dalam feses
5. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
6. Adanya darah dalam feses

4. Kontraindikasi
Tidak ada

5. Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian antibiotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.

6. Alat dan Bahan


1. 1 pasang sarung tangan
2. Alat pengambil feses
3. Wadah atau penampung spesimen
4. Hand scoon bersih
5. Vasseline
6. Kapas
7. Pot tinja (pispot)
8. Bengkok
9. Perlak pengalas
10. Tissue
11. Sampiran
12. Label

7. Prosedur
Prosedur pengambilan feses pada dewasa:
1. Jelaskan prosedur pada klien dan meminta persetujuan tindakan
2. Meminta klien untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
4. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen
kemudian tutup dan bungkus
5. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada
sampel
6. Buang alat dengan benar
7. Cuci tangan
8. Beri label pada wadah spesimen dan kirimkan ke labolatorium
9. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:
1. Mendekatkan alat
2. Jelaskan prosedur pada klien dan meminta persetujuan tindakan
3. Mencuci tangan
4. Memasang sampiran
5. Melepas pakaian bawah klien
6. Memakai handscoon
7. Mengatur posisi miring dengan lutut flexi
8. Beri vaselin atau jelly pelumas pada jari telunjuk
9. Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong perlahan-lahan sepanjang dinding
rektum kearah umbilikus (kearah masa feses yang impaksi)
10. Secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan massage daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras)
11. Gunakan pispot bila klien ingin buang air besar
12. Dengan alat pengambil feses, ambil feses dan masukkan kedalam wadah spesimen
kemudian tutup
13. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
14. Melepas hand scoon
15. Merapikan pasien
16. Mencuci tangan

Prosedur pengambilan feses pada bayi:


1. Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan
dilakukan pada bayinya
2. Menyiapkan alat yang diperlukan
3. Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan
urine
4. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
5. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen
kemudian tutup dan bungkus
6. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada
sampel
7. Buang alat dengan benar
8. Cuci tangan
9. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
10. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

8. Hal- hal yang perlu diperhatikan


1. Klien dapat melakukan pengambilan feses secara mandiri tetapi klien perlu
diajarkan cara pengambilan spesimen dengan teknik antiseptic
2. Usahakan feses yang diambil tidak bercampur dengan urin, darah menstruasi, kertas
tissue atau air. Akan lebih baik jika klien BAK terlebih dahulu sebelum
pengambilan spesimen feses. Jika feses tercampur dengan air, maka feses tersebut
tidak dapat digunakan untuk pemeriksaan adanya bakteri dalam feses.
3. Spesimen feses yang sudah diambil sebaiknya sesegera mungkin dibawa ke
laboratorium karena yang fresh atau baru dikeluarkan oleh klien akan menghasilkan
analisa yang jauh lebih akurat.
4. Gunakan sarung tangan untuk mencegah kontaminasi tangan perawat dengan feses
klien. Usahakan feses tidak menyentuh bagian luar penampung feses. Gunakan alat
bantu untuk memindahkan feses kedalam penampung feses. Jika sudah bungkus
terlebih dahulu alat bantu tersebut sebelum dibuang ke kantong plastik
sampahkhusus untuk mencegah penyebaran mikroorganisme.
5. Feses yang diambil kurang lebih sepanjang 2,5 cm atau sekitar 15-30 cc (jika dalam
bentuk cair). Jika feses terdapat lendir, darah atau pus maka sertakan pula dalam
pemeriksaan spesimen.
E. Pengambilan spesimen sputum
1. Pengertian
Proses pengambilan sekresi sputum dari paru-paru, bronkus dan trakea yang
dihasilkan oleh klien yang sakit.
a. Pengertian sputum
Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus
dan trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata sputum
yang dipinjam langsung dari bahasa Latin meludah, disebut juga dahak.
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui
mulut biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. Sputum yang dikeluarkan oleh
seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistennya
karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian
patologik pada pembentukan sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum diperlukan
jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan
berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering
mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum
lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa diatasnya, sedangkan cairan sputum
yang bercampur air liur encer dan terdapat gelembung busa diatasnya. Sputum
diambil dari saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur
diambil dari tenggorokan. Sputum diproduksi oleh Trakheobronkhial tree yang
secara normal memproduksi sekitar 3 onsmucus setiap hari sebagai bagian dari
mekanisme pembersihan normal (Normal Cleaning Mechanism) tetapi produksi
sputum akibat batuk adalah tidak normal. Sputum ialah materi yang di ekspetorasi
dari saluran nafas bawah oleh batuk, yang tercampur bersama ludah.

b. Proses terbentuknya sputum


Orang dewasa normal bisa memproduksi mucus sejumlah 100 ml dalam saluran
napas setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia
dari epitel yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus
yang berlebihan (karena gangguan fisik, kimiawi atau infeksi yang terjadi pada
membran mukosa), menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara normal
sehingga mukus ini banyak tertimbun. Bila hal ini terjadi membran mukosa akan
terangsang dan mukus akan dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intra
abdominalyang tinggi, dibatukkan udara keluar dengan akselerasi yang cepat beserta
membawa sekret mukus yang tertimbun tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai
sputum. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi
sumber, warna, volume dan konsistensinya, kondisi sputum biasanya
memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum
itu sendiri.

c. Klasifikasi sputum
Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson:
a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan kemungkinan
berasal dari sinus atau saluran hidung bukan berasal dari saluran napas bagian
bawah.
b. Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif.
c. Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda
bronchitis/ bronkhiektasis.
d. Sputum kekuning - kuningan kemungkinan proses infeksi.
e. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini
dikarenakan adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering ditemukan pada
penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang
melebar dan terinfeksi.
f. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut.
g. Sputum berlendir, lekat, abu- abu/putih kemungkinan tanda bronkitis kronik.
h. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/ bronkhiektasis.
i. Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis
j. Berwarna biasanya disebabkanoleh pneumokokus bakteri (dalam pneumonia)
k. Bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk untuk
pengobatan yang efektif pada pasien bronchitis kronis.
l. Warna (mukopurulen) berwarna kuning- kehijauan menunjukkan bahwa
pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.
m. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase
n. Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotik tidak akan efektif
dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan dengan adanya infeksi
bakteri atau virus meskipun penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
o. Berbusa putih- mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema.
d. Kriteria kondisi sputum yang baik
Untuk memperoleh kondisi sputum yang baik petugas Laboratorium harus
memberikan penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan sputum baik
pemeriksaan pertama maupun pemeriksaan sputum ulang. Memberi penjelasan
tentang batuk yang benar untuk mendapatkan sputum yang dibatukkan dari bagian
dalam paru-paru setelah beberapa kali bernafas dalam dan tidak hanya air liur dari
dalam mulut. Teliti pula volume sputumnya yaitu 3-5ml, kondisi sputum untuk
pemeriksaan Labolatorium adalah penting, sputum yang baik mengandung beberapa
partikel atau sedikit kental dan berlendir kadang- kadang malah bernanah dan
berwarna hijau kekuningan.
Kondisi sputum yang baik ada 5 kriteria yang didapatkan ketika menerima
spesimen sputum yaitu :
a. Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental dan lengket
b. Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, berwarna kuning
kehijauan.
c. Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental.
d. Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah.
e. Saliva yaitu Air liur.

2. Tujuan
1. Sputum kultur: mengidentifikasi jenis mikroorganisme secara spesifik sehingga
dapat diketahui penyebab masalah kesehatan klien dan menentukan jenis terapi yang
tepat (uji sensitivitas).
2. Sputum sitologi: mengidentifikasi bentuk, struktur, fungsi dan patologi sel.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya sel kanker di dalam paru-
paru serta spesifikasi sel tersebut. Spesimen umtuk kepentingan sitolgi sering
dilakukan secara berseri sebanyak 3 kali setiap pagi.
3. Sputum AFB (Acid-Fast Bacillus, Bakteri Tahan Asam/BTA): mengidentifikasi
adanya penyakit TBC (Tuberculosis paru). Pemeriksaan ini dilakukan secara berseri
sebanyak 3 hari berturut-turut.
4. Menilai efektifitas terapi yang sudah dilakukan.
3. Indikasi
Efektif dilakukan pada klien dengan suspect penyakit pernafasan, seperti: bronchitis,
TBC, kanker paru dan lain-lain

4. Kontraindikasi
Tidak ada

5. Alat dan Bahan


1. Wadah spesimen steril dengan penutup
2. Sarung tangan
3. Desinfektan
4. Tissue
5. Label terlengkap
6. Slip permintaan laboratorium
7. Obat kumur
8. Sikat gigi (jika dibutuhkan)
9. Bengkok (jika dibutuhkan)
10. Plastik spesimen

6. Prosedur
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Beri klien posisi semi fowler atau dudukdi sisi tempat tidur/ kursi
4. Jumlah sputum yang diperlukan 1- 2 sendok teh ( 5 -10 ml)
5. Cuci tangan
6. Pasang sarung tangan bersih
7. Dekatkan bengkok di dekat klien
8. Minta klien untuk tidak menyentuh bagian dalam tempat penampung sputum
9. Lakukan teknik nafas dalam dan batuk efektif
10. Minta klien mengeluarkan sputum dalam penampung spesimen. Lakukan berulang
kali sampai jumlah sputum terpenuhi atau sekitar 2-10 cc.
11. Tutup penampung spesimen
12. Bersihkan dengancairan desinfektan jika terdapat sputum di bagian luar
penampung spesimen.
13. Berikan klien tissue dan buang bekas tissue dalam bengkok.
14. Lakukan perawatan mulut (sikat gigi) atau meggunakan obat kumur jika
diperlukan.
15. Berikan label pada wadah spesimen (nama, klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
16. Simpan penampung spesimen dalam plastic spesimen
17. Rapikan alat dan klien
18. Lepas sarung tangan
19. Cuci tangan
20. Dokumentasi
21. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium.

7. Hal hal yang perlu diperhatikan


1. Lakukan pengambilan spesimen sputum di pagi hari karena akumulasi secret paling
banyak di pagi hari. lakukan sebelum melakukan aktivitas harian, termasuk makan
dan minum.
2. Jika klien menggunakan gigi palsu, maka lepaskan alat tersebut terlebih dahulu
sebelum melakukan prosedur.
3. Lakukan perawatan mulut sebelum pengambilan sputum karena spesimen dapat
terkontaminasi dengan mikroorganisme yang ada di mulut.
4. Minta klien untuk menarik nafas panjang kemudian melakukan batuk efektif.
Keluarkan sputum sebanyak kurang lebih 2 sendok makan atau 15-30 cc.
5. Gunakan sarung tangan untuk menghindari kontak langsung dengan sputum yang
dihasilkan klien.
6. Yakinkan sputum yang dikeluarkan klien masuk ke dalam penampung sputum dan
tidak menyentuh bagian luar penampung sputum. Jika bagian luar penampung
sputum terkontaminasi dengan sputum, bersihkan dengan cairan desinfektan.
7. Lakukan perawatan mulut kembali setelah pengambilan sputum untuk
menghilangkan bau atau rasa yang tidak enak
8. Pemeriksaan sputum kultur membutuhkan waktu beberapa hari. untuk kultur bakteri
diperlukan waktu 2-3 hari untuk tumbuh, sedangkan pertumbuhan jamur
membutuhkan waktu satu minggu atau lebih. Tes sensitivitas untuk menentukan
terapi (misalnya antibiotic) yang tepat, memerlukan waktu tambahan 1-2 hari.
F. Pap Smear
1. Pengertian
Pap smear merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding leher
rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat, tidak sakit, serta
hasil yang akurat.
Pap smear merupakan cara yang mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker serviks
melalui pemeriksaan getah atau lendir di dinding vagina. Sedangkan samadi, 2010
mengatakan Pap smear merupakan salah satu deteksi dini terhadap kanker serviks, yang
prinsipnya mengambil sel epitel yang ada di leher rahim yang kemudian dilihat
kenormalannya.

2. Tujuan
Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini adalah untuk
menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Meskipun kanker tergolong
penyakit mematikan, namun sebagian besar dokter ahli kanker menyebutkan bahwa
dari seluruh jenis kanker, kanker servik termasuk yang paling bisa dicegah dan diobati
apabila terdeteksi sejak awal. Oleh karena itu, dengan mendeteksi kanker servik sejak
dini diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita kanker serviks.
a. Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker.
b. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks
c. Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks
d. Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan penyakit-
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
e. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada lapisan
luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam.
f. Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks

3. Wanita yang diajurkan Pap smear


Wanita Usia Subur (WUS) merupakan masa terpenting bagi wanita dan berlangsung
kira-kira 33 tahun dimana organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 17-
45 tahun. Wanita dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan Pap Smear ke dokter, baik
bagi mereka yang telah melakukan pertama kali berhubungan seksual maupun yang
sudah sering melakukan hubungan seksual (sudah menikah). Karena pemeriksaan Pap
Smear ini dapat mendeteksi samapai 90% kasus kanker servik secara akurat dengan
biaya yang tidak terlalu mahal, dan sangat efektif untuk menurunkan angka kematian
pada wanita yang menderita kanker serviks.

4. Wanita yang tidak di anjurkan melakukan Pap Smear


Wanita yang sedang Menstruasi
Wanita hamil

5. Waktu Melakukan Pap smear


Pemeriksaan Pap Smear dapat dilakukan kapan saja kecuali pada saat haid karena
darah atau sel dari dalam rahim dapat mengganggu keakuratan hasil pap smear, namun
waktu yang tepat untuk melakukan Pap Smear adalah satu atau dua minggu setelah
berakhir masa menstruasi. Untuk wanita yang sudah menopause biasa melakukan
pemeriksaan pap smear kapan saja.

6. Syarat Pengambilan Pap Smear


a. Waktu pengambilan minimal 2 minggu setelah menstruasi dimulai dan sebelum
menstruasi berikutnya.
b. Berikan informasi sejujurnya kepada petugas kesehatan tentang riwayat kesehatan
dan penyakit yang pernah diderita
c. Hubungan intim tidak boleh dilakukan dalam 24 jam sebelum pengambilan bahan
pemeriksaan.
d. Pembilasan vagina dengan macam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan
dalam 24 jam sebelumnya.
e. Hindari pemakaian obat-obatan yang dimasukkan ke dalam vagina 48 jam sebelum
pemeriksaan.
f. Bila anda sedang minum obat tertentu, informasikan kepada petugas kesehatan,
karena ada beberapa jenis obat yang dapat mempengaruhi hasil analisis sel.

7. Persiapan Alat dan Bahan


a. Air mengalir
b. Spatula Ayre
c. Sabun cair
d. Pensil kaca (marker)
e. Larutan antiseptik
f. Spekulum
g. Lap
h. Alkohol 95%
i. Larutan hipoklorit
j. Kaca benda (object glass)
k. Lap bersih atau tissue
l. Baskom berisi larutan klorin 0,5%
m. Handuk kecil atau tissue
n. Sarung tangan steril
o. Formulir pemeriksaan
p. Tempat sampah non-medis
q. Tempat sampah medis

8. Menyiapkan Pasien
a. Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri, serta tanyakan
keadaannya, kemudian pasien dipersilakan duduk.
b. Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang pengambilan Pap
Smear, tujuan dan manfaat untuk keadaan pasien.
c. Berikan jaminan tentang keamanan atas tindakan yang anda lakukan serta jaminan
tentang kerahasiaan yang diperlukan pasien kepada pasien atau keluarganya.
d. Mintalah kesediaan pasien untuk pengambilan Pap Smear, namun barengi dengan
penjelasan tentang hak-hak pasien atau keluarganya, misalnya tentang hak menolak
tindakan pengambilan Pap Smear tanpa kehilangan hak akan pelayanan lain.
e. Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian dalam.
f. Persilahkan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi dan mengatur pasien pada
posisi litotomi.
g. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa

9. Pengambilan Sampel dan Pembuatan Pap Smear


a. Siapkan peralatan dan bahan.
b. Jelaskan tujuan, prosedur dan inform concent
c. Jaga privasi pasien
d. Cuci tangan aseptik dengan langkah seperti pada cuci tangan rutin dengan
menuangkan kira-kira 5 ml larutan antiseptik pada tangan dan mengeringkan dengan
mengangin-anginkan.
e. Pasang sarung tangan steril.
f. Pemeriksa duduk pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspekus genitalis.
g. Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan perineum.
h. Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada introitus
vagina (agar terbuka), masukkan ujung spekulum dengan arah sejajar introitus
(yakinkan bahwa tidak ada bagian yang terjepit) dan dorong bilah spekulum ke
dalam lumen vagina.
i. Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90 derajat hingga tangkainya
ke arah bawah. Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah
atas bawah (hingga masing-masing bila menyentuh dinding atas dan bawah vagina).
j. Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks tampak jelas (perhatikan
ukuran dan wama porsio, dinding dan sekret vagina dan forniks).
k. Jika sekret vagina ditemukan banyak, bersihkan secara hati-hati (supaya
pengambilan epitel tidak terganggu)
l. Pengambilan sampel pertama kali dilakukan pada porsio diusahakan di daerah
squamo-columnair junction. Sampel diambil dengan menggunakan spatula Ayre
yang diputar 360.
m. Oleskan sampel pada gelas objek diusahakan tidak terlalu tebal/terlalu tipis.
n. Sampel segera difiksasi sebelum mengering. Fiksasi ini dapat menggunakan spray
yang disemprotkan dari jarak 20-25 cm, atau dengan merendam pada wadah yang
mengandung etil alkohol 95% selama 15 menit yang kemudian dibiarkan mengering
kemudian berikan label pada wadah spesimen (nama, klien, tanggal, jenis
pemeriksaan, nama ruangan) dan simpan penampung spesimen dalam plastic
spesimen.
o. Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur jarak bilah,
kemudian keluarkan spekulum.
p. Letakkan spekulum pada tempat yang telah disediakan. Beritahukan pada ibu bahwa
pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk mengambil tempat duduk.
q. Masukkan tangan yang masih bersarung tangan kedalam baskom berisi larutan
klorin 0,5%, gosokkan kedua tangan untuk membersihkan bercak-bercak darah yang
menempel pada sarung tangan.
r. Lepaskan sarung tangan.
DAFTAR PUSTAKA

Andika, R. (2011). Skripsi. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Metode


Cyanmeth antara Darah Kapiler dan Vena Pada Mahasiswa Analis Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Semarang. Semarang: Universitas Muhammadiyah
Semarang.

Aryani, dkk. (2009). Prosedur Klinik Keperawatan Kebutuahan Dasar Manusia. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.

Dini, N. (2013). Pengambilan Sampel Feses. (Online).


http://kebidananfull.blogspot.co.id/2013/04/pengambilan-sampel-feses.html. Diakses 9
Oktober 2016.

Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah.(2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC

Putri, S.A. (2013). Makalah Pemeriksaan Spesimen. (Online).


http://www.scribd.com/doc/124730845/makalah-pemeriksaan-spesimen-docx#scribd.
Diakses 12 Oktober 2016.

Anda mungkin juga menyukai