Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
FITRI (04121003011)
4. Kontraindikasi
1. Pengambilan darah vena pada sebelah tangan yang mengalami gangguan sirkulasi
darah pada klien dengan mastektomi (operasi pengangkatan payudara)
2. Daerah edema
3. Hematome
4. Daerah dimana darah sedang ditransfusikan
5. Daerah bekas luka atau terdapat tanda tanda infeksi , infiltrasi, atau thrombosis pada
tempat penusukan.
6. Daerah bekas cangkokan vascular (avsan) pada penderita gangguan ginjal
7. Daerah intra-vena lines. Pengambilan darah pada daerah ini dapat menyebabkan
darah menjadi lebih encer dan dapat meningkatkan atau menurunkan kadar zat
tertentu.
8. Lengan yang mengalami gangguan atau kelumpuhan (kelumpuhan otot dan saraf)
9. Lengan dengan gangguan sirkulasi ataupun neurologi
Prosedur pelaksanaan:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
2. Beri klien posisi fowler di tempat tidur atau posisi duduk di kursi
3. Jaga privasi klien
4. Cuci tangan
5. Pakai sarung tangan bersih
6. Pasang pengalas di bawah tangan klien
7. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.Minta pasien mengepalkan tangan.
8. Pasang tourniquet 5-10 cm di atas lipat siku
9. Pilih lokasi yang akan dilakukan pengambilan (biasanya di fossa antecubital)
10. Bersihkan lokasi penusukan dengan kapas alkohol dengan arah sirkuler dari
dalam ke luar ( 5 cm). biarkan kulit mongering
11. Tempatkan jari telunjuk tangan non domianant di bawah lokasi penusukan
( 2,5 cm) dan tarik kulit secara perlahan.
12. Masukkan jarum suntik dengan arah 15-30 derajat dengan perlahan
13. Lakukan aspirasi sampai jumlah darah mencukupi
14. Lepaskan tourniquet
15. Cabut jarum suntik dan tutup lokasi penyuntikan dengan kapas alkohol
16. Pasang plester di lokasi penyuntikan
17. Lepaskan jarum suntik dari syingernya
18. Masukkan darah ke dalam wadah spesimen
19. Berikan label pada wadah spesimen ( nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan,
nama ruangan)
20. Masukkan wadah spesimen kedalam palstik spesimen
21. Rapikan alat dank klien
22. Lepaskan sarung tangan
23. Cuci tangan
24. Dokumentasi tindakan
25. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan
pemeriksaan laboratarium
Prosedur pelaksanaan:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur, informconsent
2. Jaga privasi klien
3. Cuci tangan
4. Pakai sarung tangan bersih
5. Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
6. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan
aktifitas.
7. Minta pasien mengepalkan tangan.
8. Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
9. Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi)
untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis
dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak teraba, lakukan pengurutan dari
arah pergelangan ke siku, atau kompres hangat selama 5 menit daerah
lengan.
10. Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas alkohol 70%
dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan dipegang lagi.
11. Dengan hati-hati buka tutup jarum, masukkan ke dalam holder dan sekrupkan
12. Angkat pelindung jarum dan buka tutup jarun
13. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.
Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum bagian
posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir masuk ke dalam
tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir. Jika memerlukan beberapa
tabung, setelah tabung pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua,
begitu seterusnya.
14. Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah
yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan
untuk pemeriksaan.
15. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum. Tekan
kapas beberapa saat, lalu plester selama kira-kira 15 menit. Jangan menarik
jarum sebelum turniket dibuka.
16. Lipat pelindung jarum kembali ke tempatnya
17. Buang jarum ke kontainer khusus benda tajam
18. Rapikan alat dan klien
19. Lepaskan sarung tangan
20. Cuci tangan
21. Dokumentasi tindakan
22. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan
pemeriksaan laboratarium
3. Penusukan
Penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya cairan jaringan
sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di samping itu, penusukan yang
berkali-kali juga berpotensi menyebabkan hematoma.
Tusukan jarum yang tidak tepat benar masuk ke dalam vena menyebabkan darah
bocor dengan akibat hematoma
4. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan hemolisis sampel akibat
kontaminasi oleh alkohol, rasa terbakar dan rasa nyeri yang berlebihan pada pasien
ketika dilakukan penusukan.
2. Tujuan
Pengambilan darah arteri dilakukan untuk pemeriksaan analisa gas
darah yang digunakan untuk mendiagnosa dan mengevaluasi penyakit pernafasan serta
kondisi yang mempengaruhi seberapa efektif paru-paru mengirimkan oksigen ke darah
dan mengeleminasi karbondioksida dari darah.
3. Indikasi
Pada pasien dengan penyakit paru, bayi prematur dengan penyakit paru, Diabetes
Melitus berhubungan dengan kondisi asidosis diabetik.
4. Kontraindikasi
Pada pasien dengan penyakit perdarahan seperti hemofilia dan trombosit rendah.
5. Komplikasi
Pengambilan darah arteri akan minimal terjadi jika dilakukan dengan benar. Namun
dapat terjadi perdarahan atau perdarahan yang tertunda atau memar pada area tusukan
jarum atau yang jarang terjadi, kerusakan sirkulasi di sekitar area tusukan.
7. Prosedur pelaksanaan
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada klien
2. Jelaskan tujuan tindakan yang dilakukan
3. Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur klien
4. Jaga privasi klien
5. Posisikan klien dengan nyaman
6. Cuci tangan dan pakai sarung tangan sekali pakai
7. Pasang pengalas
8. Letakkan handuk kecil di bawah pergelangan tangan
9. Palpasi arteri radialis
10. Lakukan allens tes
Tujuan uji allen tes adalah untuk menilai sistem kolateral arteri radialis. Penderita
diminta mengepalkan tangan dengan kencang. Pengambil darah dengan jari menekan
kedua arteri radialis dan ulnaris. Penderita diminta membuka dan mengepalkan
beberapa kali hingga jari-jari pucat, kemudian biarkan telapak tangan terbuka.
Pengambil darah melepaskan tekanan jarinya dari arteri ulnaris, telapak tangan akan
pulih warnanya dalam 15 detik bila darah dari arteri ulnaris mengisi pembuluh kapiler
tangan.
Bila terdapat gangguan kolateralisasi pada arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri
radialis tidak boleh digunakan untuk pengambilan darah arteri. Bila tidak terdapat
kolateralisasi arteri radialis dan arteri ulnaris (uji Allen negative), arteri radialis tidak
boleh digunakan.
Minta klien untuk mengepalkan tangan dengan kuat, berikan tekanan langsung pada
arteri radialis dan ulnaris, minta klien untuk membuka tangannya, lepaskan tekanan
pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan tangan. Jari-jari dan tangan harus
memerah dalam 15 detik, warna merah menunjukkan test allens positif. Apabila
tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allens negatif. Jika pemeriksaan
negatif, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
b. Komposisi urin
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea),
garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari
darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi
ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam
tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar
yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan
dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui
urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik
untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
c. Fungsi urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan
dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal
ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran
kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun
jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin
sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga
bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril.
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi
akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat. Diabetes adalah suatu
penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan
mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
4. Kontraindikasi
Tidak ada
Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Pasang sarung tangan bersih
5. Berikan klien handuk kecil, pakaian mandi, wadah spesimen dan sabun
6. Minta klien untuk membersihkan area perineal dengan sabun dan
mengeringkannya dengan handuk kecil.
7. Tampung urinnya di dalam wadah, dengan cara:
a. Laki- laki: pegang penis dengan 1 tangan non dominan, bersihkan perineum
dengan gerakan sirkular dari arah dalam kearah luar dengan menggunakan
tissue antiseptik.
b. Perempuan: regangkan labia minora dengan jari tangan non-dominan dengan
tissue antiseptic dari arah depan (di atas orifisium uretra) kearah belakang
(menuju anus).
8. Sambil memegang penis atau menahan bagian labia, klien diminta untuk miksi
lalu menahan sesaat.
9. Ambil urin midstream 30-60 cc
10. Pindahkan wadah spesimen sebelum aliran urin berhenti sambil tetap menahan
labia atau penis dan klien menyelesaikan miksinya.
11. Tutup wadah spesimen tanpa menyentuh bagian dalam tutup
12. Keringkan bagian luar wadah dengan tissue
13. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien,tanggal, jenis pemeriksaan,
nama ruangan)
14. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastic spesimen
15. Rapikan alat dan klien
16. Lepaskan sarung tangan
17. Cuci tangan
18. Dokumentasi tindakan
19. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan
pemeriksaan laboratarium.
Prosedur pelaksanaan:
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Cuci tangan
4. Pasang sarung tangan bersih
5. Klem kateter selama 30 menit sebelum pengambilan spesimen
6. Bersihkan entry port posisi penusukan jarum suntik dengan kapas alkohol
7. Masukkan jarum suntik di entry port dengan arah 30 derajat
8. Aspirasi urin 3 cc untuk kultur atau 20 cc untuk urin rutin
9. Pindahkan urin dari syringe ke wadah non steril (untuk urin rutin)atau
pindahkan ke wadah steril (untuk kultur)
10. Tutup wadah urin tanpa menyentuh bagian dalam tutup
11. Buka klem kateter dan biarkan urin mengalir ke urin-bag
12. Keringkan bagian luar wadah dengan tissue
13. Berikan label pada wadah spesimen (nama klien, tanggal, jenis pemeriksaan,
nama ruangan)
14. Masukkan wadah spesimen ke dalam plastik spesimen
15. Rapikan alat dan klien
16. Lepaskan asarung tangan
17. Cuci tangan
18. Dokumentasi tindakan
19. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan
pemeriksaan laboratarium.
d. Feses normal
Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah tersebut
70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa - sisa
kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel -
sel epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid
silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan
berbau khas. frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.
2. Tujuan
Mendapatkan spesimen feses yang memenuhi persyaratan untuk
pemeriksaan feses rutin. Pemeriksaan dengan menggunakan spesimen feses bertujuan
untuk mendeteksi adanya kuman, seperti kelompok salmonela, sigela, sherichia coil,
stafilokokus, dan lain-lain.
3. Indikasi
1. Adanya diare dan konstipasi
2. Adanya ikterus
3. Adanya gangguan pencernaan
4. Adanya lendir dalam feses
5. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
6. Adanya darah dalam feses
4. Kontraindikasi
Tidak ada
5. Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya
sebelum pemberian antibiotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
7. Prosedur
Prosedur pengambilan feses pada dewasa:
1. Jelaskan prosedur pada klien dan meminta persetujuan tindakan
2. Meminta klien untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
3. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
4. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen
kemudian tutup dan bungkus
5. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada
sampel
6. Buang alat dengan benar
7. Cuci tangan
8. Beri label pada wadah spesimen dan kirimkan ke labolatorium
9. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:
1. Mendekatkan alat
2. Jelaskan prosedur pada klien dan meminta persetujuan tindakan
3. Mencuci tangan
4. Memasang sampiran
5. Melepas pakaian bawah klien
6. Memakai handscoon
7. Mengatur posisi miring dengan lutut flexi
8. Beri vaselin atau jelly pelumas pada jari telunjuk
9. Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong perlahan-lahan sepanjang dinding
rektum kearah umbilikus (kearah masa feses yang impaksi)
10. Secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan massage daerah feses yang impaksi
(arahkan jari pada inti yang keras)
11. Gunakan pispot bila klien ingin buang air besar
12. Dengan alat pengambil feses, ambil feses dan masukkan kedalam wadah spesimen
kemudian tutup
13. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
14. Melepas hand scoon
15. Merapikan pasien
16. Mencuci tangan
c. Klasifikasi sputum
Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson:
a. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan kemungkinan
berasal dari sinus atau saluran hidung bukan berasal dari saluran napas bagian
bawah.
b. Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif.
c. Sputum yg terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan tanda
bronchitis/ bronkhiektasis.
d. Sputum kekuning - kuningan kemungkinan proses infeksi.
e. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini
dikarenakan adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering ditemukan pada
penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus yang
melebar dan terinfeksi.
f. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut.
g. Sputum berlendir, lekat, abu- abu/putih kemungkinan tanda bronkitis kronik.
h. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/ bronkhiektasis.
i. Berdarah atau hemoptisis sering ditemukan pada Tuberculosis
j. Berwarna biasanya disebabkanoleh pneumokokus bakteri (dalam pneumonia)
k. Bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk untuk
pengobatan yang efektif pada pasien bronchitis kronis.
l. Warna (mukopurulen) berwarna kuning- kehijauan menunjukkan bahwa
pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.
m. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase
n. Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotik tidak akan efektif
dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan dengan adanya infeksi
bakteri atau virus meskipun penelitian saat ini tidak mendukung generalisasi itu.
o. Berbusa putih- mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema.
d. Kriteria kondisi sputum yang baik
Untuk memperoleh kondisi sputum yang baik petugas Laboratorium harus
memberikan penjelasan mengenai pentingnya pemeriksaan sputum baik
pemeriksaan pertama maupun pemeriksaan sputum ulang. Memberi penjelasan
tentang batuk yang benar untuk mendapatkan sputum yang dibatukkan dari bagian
dalam paru-paru setelah beberapa kali bernafas dalam dan tidak hanya air liur dari
dalam mulut. Teliti pula volume sputumnya yaitu 3-5ml, kondisi sputum untuk
pemeriksaan Labolatorium adalah penting, sputum yang baik mengandung beberapa
partikel atau sedikit kental dan berlendir kadang- kadang malah bernanah dan
berwarna hijau kekuningan.
Kondisi sputum yang baik ada 5 kriteria yang didapatkan ketika menerima
spesimen sputum yaitu :
a. Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental dan lengket
b. Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, berwarna kuning
kehijauan.
c. Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental.
d. Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah.
e. Saliva yaitu Air liur.
2. Tujuan
1. Sputum kultur: mengidentifikasi jenis mikroorganisme secara spesifik sehingga
dapat diketahui penyebab masalah kesehatan klien dan menentukan jenis terapi yang
tepat (uji sensitivitas).
2. Sputum sitologi: mengidentifikasi bentuk, struktur, fungsi dan patologi sel.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya sel kanker di dalam paru-
paru serta spesifikasi sel tersebut. Spesimen umtuk kepentingan sitolgi sering
dilakukan secara berseri sebanyak 3 kali setiap pagi.
3. Sputum AFB (Acid-Fast Bacillus, Bakteri Tahan Asam/BTA): mengidentifikasi
adanya penyakit TBC (Tuberculosis paru). Pemeriksaan ini dilakukan secara berseri
sebanyak 3 hari berturut-turut.
4. Menilai efektifitas terapi yang sudah dilakukan.
3. Indikasi
Efektif dilakukan pada klien dengan suspect penyakit pernafasan, seperti: bronchitis,
TBC, kanker paru dan lain-lain
4. Kontraindikasi
Tidak ada
6. Prosedur
1. Jaga privasi klien
2. Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Beri klien posisi semi fowler atau dudukdi sisi tempat tidur/ kursi
4. Jumlah sputum yang diperlukan 1- 2 sendok teh ( 5 -10 ml)
5. Cuci tangan
6. Pasang sarung tangan bersih
7. Dekatkan bengkok di dekat klien
8. Minta klien untuk tidak menyentuh bagian dalam tempat penampung sputum
9. Lakukan teknik nafas dalam dan batuk efektif
10. Minta klien mengeluarkan sputum dalam penampung spesimen. Lakukan berulang
kali sampai jumlah sputum terpenuhi atau sekitar 2-10 cc.
11. Tutup penampung spesimen
12. Bersihkan dengancairan desinfektan jika terdapat sputum di bagian luar
penampung spesimen.
13. Berikan klien tissue dan buang bekas tissue dalam bengkok.
14. Lakukan perawatan mulut (sikat gigi) atau meggunakan obat kumur jika
diperlukan.
15. Berikan label pada wadah spesimen (nama, klien, tanggal, jenis pemeriksaan, nama
ruangan)
16. Simpan penampung spesimen dalam plastic spesimen
17. Rapikan alat dan klien
18. Lepas sarung tangan
19. Cuci tangan
20. Dokumentasi
21. Antarkan wadah spesimen ke laboratarium beserta form permintaan pemeriksaan
laboratarium.
2. Tujuan
Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini adalah untuk
menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Meskipun kanker tergolong
penyakit mematikan, namun sebagian besar dokter ahli kanker menyebutkan bahwa
dari seluruh jenis kanker, kanker servik termasuk yang paling bisa dicegah dan diobati
apabila terdeteksi sejak awal. Oleh karena itu, dengan mendeteksi kanker servik sejak
dini diharapkan dapat mengurangi jumlah penderita kanker serviks.
a. Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker.
b. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks
c. Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks
d. Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan penyakit-
penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
e. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya pada lapisan
luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam.
f. Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks
8. Menyiapkan Pasien
a. Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan perkenalkan diri, serta tanyakan
keadaannya, kemudian pasien dipersilakan duduk.
b. Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang pengambilan Pap
Smear, tujuan dan manfaat untuk keadaan pasien.
c. Berikan jaminan tentang keamanan atas tindakan yang anda lakukan serta jaminan
tentang kerahasiaan yang diperlukan pasien kepada pasien atau keluarganya.
d. Mintalah kesediaan pasien untuk pengambilan Pap Smear, namun barengi dengan
penjelasan tentang hak-hak pasien atau keluarganya, misalnya tentang hak menolak
tindakan pengambilan Pap Smear tanpa kehilangan hak akan pelayanan lain.
e. Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian dalam.
f. Persilahkan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi dan mengatur pasien pada
posisi litotomi.
g. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa
Aryani, dkk. (2009). Prosedur Klinik Keperawatan Kebutuahan Dasar Manusia. Jakarta
Timur: CV. Trans Info Media.
Hidayat, A Aziz Alimul & Musrifatul Uliyah.(2004). Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia. Jakarta: EGC