PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas konstruksi sumur adalah sejauh
mana kualitas semen yang digunakan. Untuk itu perlu dilakukan studi
laboratorium untuk mengetahui komposisi dan sifat fisik semen. Diharapkan
dengan kualitas semen yang baik konstruksi sumur dapat bertahan lebih dari 20
tahun.
Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk :
1. Melekatkan casing pada dinding lubang sumur.
2. Melindungi casing dari masalah-masalah mekanis sewaktu operasi pemboran
(seperti getaran).
3. Melindungi casing dari fluida formasi yang bersifat korosi.
4. Memisahkan zona yang satu terhadap zona lainnya dibelakang casing.
Menurut alasan dan tujuannya, penyemenan dapat dibagi dua yaitu Primary
Cementing dan Secondary atau Remedial Cementing (penyemenan kedua atau
penyemenan perbaikan).
Primary Cementing adalah penyemenan yang pertama kali dilakukan setelah
casing diturunkan ke dalam sumur. Pada Primary Cementing, penyemenan casing
pada dinding lubang sumur dipengaruhi oleh jenis casing yang akan disemen.
Sedangkan Secondary Cementing adalah penyemenan ulang untuk
menyempurnakan primary cementing atau untuk memperbaiki penyemenan yang
rusak. Setelah operasi khusus semen dilakukan, seperti Cement Bond Logging
(CBL) dan Variable Density Logging (VDL), kemudian didapati kurang
sempurnanya atau ada kerusakan pada primary cementing maka dilakukan
secondary cementing.
Standar minimum yang harus dimiliki dari perencanaan sifat-sifat semen
didasarkan pada Brookhaven National Laboratory dan API Spec 10 Specification
for Material and Testing for Well Cementing.
Menurut alasan dan tujuannya penyemenan dibagi menjadi dua :
1
2
1. Primary Cementing
Adalah suatu penyemenan dimana langsung dilakukan setelah pemasangan
casing, kegunaan primary cementing diantaranya :
a. Melekatkan casing ke formasi
b. Melindung pipa dari tekanan tekanan formasi
c. Menutup zona lost circulation
d. Membuat pemisah zona dibelakang casing
Penyemanan conductor casing bertujuan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi fluida pemboran dengan formasi. Pada surface casing bertujuan
melindungi air tanah agar tidak tercemar dari fluida pemboran, memperkuat
kedudukan surface casing sebagai tempat dipasangnya alat BOP, untuk
menahan beban casing yang berada dibawahnya, dan untuk mencegah
terjadinya aliran fluida pemboran atau fluida formasi yang akan melalui
surface casing.
Penyemenen intermediate casing bertujuan untuk menutupi tekanan
formasi abnormal atau untuk mengisolasi daerah lost circulation.
Penyemenen production casing bertujuan untuk mencegah terjadinya
aliran antar formasi ataupun aliran fluida formasi yang tidak diinginkan, yang
akan memasuki sumur, untuk mengisolasi zona produktif yang akan
diproduksikan fluida formasi, dan juga untuk mencegah terjadinya korosi pada
casing yang disebabkan oleh materialmaterial korosif.
2. Secondary Cementing
Adalah suatu cara dimana cemen slurry ditekan masuk kesuatu formasi
atau tidak disumur, gunanya antara lain :
Memperbaiki Primary Cementing yang tidak sempurna.
Mengurangi gas oil, water oil atau water gas ratio.
Memperbaiki casing yang patah.
Menutup zona lost circulation.
Membantu pada primary cementing bila fill up ( pengisian kolom yang
harus disemen ) tidak cukup.
3
Densitas suspensi semen yang rendah sering digunakan dalam operasi primary
cementing,guna untuk untuk menghindari terjadinya fracture pada formasi yang
lemah. Untuk menurunkan densitas dapat dilakukan dengan hal-hal berikut :
1. Menambahkan clay atau zat zat kimia silikat jenis extender
2. Menambahakan bahan bahan yang dapat memperbesar volume suspensi
semen, seperti pozzolan
Sedangkan densitas suspensi semen sangat tinggi dan gunakan bila tekanan
formasi cukup besar. Untuk memperbesar densitas dapat ditambahkan pasir atau
material material pemberat ke dalam suspensi semen, seperti barite dan
bentonite.
Pengukuran densitas di laboratorium berdasarkan dari data berat volume tiap
komponen yang ada dalam suspensi semen,sedangkan di lapangan dengan
menggunakan alat Pressurized mud balance.
4
Perkins System
Perkins system sering juga disebut dengan penyemenan system plug atau
penyemenan sistem sumbat, karena didalam penyemenan ini menggunakan plug.
Terdapat dua plug, yaitu bottom plug dan top plug. Bottom plug memisahkan
Lumpur yang ada dalam casing dengan bubur semen sedangkan top plug
memisahkan bubur semen dengan Lumpur pendorong.
Peralatan yang digunakan pada penyemenan system perkns adalah sebagai
berikut:
1. Peralatan yang terletak di bawah permukaan adalah antara lain :
Casing Shoe
Casing shoe terletak di ujung rangkaian casing. Fungsi dari casing
shoe adalah untuk menuntut casing diwaktu penurunannya agar tidak
tersangkut. Casing shoe yang berfungsi hanya sebagai penuntut casing
diwaktu penurunannya disebut guide shoe. Casing yang diperlengkapi
dengan elap penahan tekanan balik disebut dengan float shoe.
Shoe Track
Shoe track adalah satu atau dua batang casing yang ditempatkan diatas
casing shoe. Shoe track berfungsi untuk menampung bubur semen yang
terkontaminasi oleh Lumpur pendorong. Kalau bubur semen yang
5
Selain dari itu cementing head jenis dilengkapi dengan 3 buah saluran
yaitu :
a) Saluran Lumpur, saluran ini untuk sirculasi Lumpur untuk
membersikkan lubang bor
b) Saluran bubur semen, saluran ini dipakai diwaktu memompakan
bubur semen kedalam casing.
c) Saluran Lumpur pendorong, saluran ini digunakan mendorong sampai
top plug berimpit dengan bottom plug di casing collar.
Cementing line
Cementing pump
Pompa semen bertugas mengisap bubur semen yang telah dibuat dan
memompakan bubur semen ke cementing head melalui cementing line.
Slurry pan
Hopper dan mixer
Hopper adalah corong untuk memasukan bubuk semen dan additif, air
disalurankan dengan tekanan tiinggi dari bagian belakang mixer. Air
dengan bubuk semen dan additif diaduk hingga rata oleh mixer.
Tangki air
Poorboys System
Metode poorboys system ini disebut juga dengan penyemenan sistem tubing
atau tubing sistem. Dikatakan tubing system sering digunakan untuk penyemenan
casing berukuran 16 inch ke atas. Alasan dari penggunaan sistem poorboys
adalah:
1) Waktu
Waktu yang diperlukan untuk melakukan penyemenan dengan poorboys
system lebih singkat dibanding bila menyemen dengan sistem perkins.
Hubungan diameter casing besar waktu untuk pendorongan akan lebih
panjang.
7
Proses kerjanya adalah sebagai berikut. Casing yang akan disemen disambung
ujungnya dengan duplex float shoe. Shoe ini berfungsi menuntun casing agar
tidak tersangkutdalam penurunannya. Karna mempunyai float system, shoe dapat
menahan tekanan balik bubur semen dari annulus. Selain itu duplex float shoe
dilengkapi juga stinger socket. Pada bagian luar casing dilengkapi dengan
centralizer dan scratcher, yang bertugas agar casing tetap berada ditengah lubang
dan membersikan mud cake. di annulus drill pipe dengan casing juga dipasang
sebuah centralizer agar pemasangan stinger dengan stinger socket bisa tepat,
tubing dan drill pipe digunakan sebagai saluran bubur semen dan Lumpur
pendorong.
8
Penyemenan Bertingkat
Penyemenan bertingkat lebih populer disebut dengan stage cementing,
penyemenan ini dilakukan secara bertingkat atau secara bertahap. Tingkat pertama
dilakukan untuk menyemen casing bagian bawah sepanjang kolam semen tertentu,
kemudian dilanjutkan lagi untuk menyemen lagi casing yang lebih atas.
Penyemenan dengan cara ini bisa dlakukan untuk menyemen seluruh annulus
casing dari dari dasar lubang atau tidak seluruhnya. Mungkin beberapa ribu feat
dari dasr lubang. dan ada beberapa ribu atau ratus featpula dari permukaan, hal ini
tergantung kepada tujuan penyemenan itu dan kondisi dari formasi yang akan
disemen.
Alasan alasan dilakukannya penyemenan bertingkat sebagai berikut :
1) Tekanan rekah formasi
Bila formasi didasar lubang mempunyai tekanan rekahan yang kecil tinggi
kolam semen tidak dapat terlalu besar, sebab dasar lubang tidak sanggup
menahan tekanan yang besar kita tahu bahwa berat jenis bubur semen adalah
cukup besar dan akan menyebabkan tekanan yang lebih besar, yang akan
menghancurkan formasi dari tekanan tersebut. Ha ini berlaku pula pada sumue
dalam
2) Menghemat pemakaian semen.
Bagian dari lubang bar tidak perlu seluruhnya disemen, bila formasi
lubang cukup keras dan kompak, tidak perlu disemen. Jadi dengan tidak
seluruhnya disemen maka akan menghemat semen.
3) Formasi lost
Formasi yang sangat lemah yang mana merupakan yaqng tidak tahan
terhadap tekanan, tidak perlu disemen bila formasi tersebut tidak
menibulkan bahaya yang lain cukup disemen bagian atas dan bawahnya saja.
+ +
=
+ +
Dimana :
Dbs = Densitas suspensi semen
Gbk = Berat bubuk semen
Gw = Berat air
Ga = Berat additif
9
10
3. Tricalcium Aluminate
Tricalcium Aluminate (3CaO.Al2O3) dinotasikan sebagai C3A,
yang terbentuk dari reaki antara CaO dengan Al2O3.
Walaupunkadarnya lebih kecil dari komponen silikat (sekitar 15 %
untuk high-early strength cement dan sekitar 3% untuk semen yang
tahan terhadap sulfat), namun berpengaru terhadap rheology suspensi
semen dan membantu proses pengerasan awal pada semen.
4. Tetracalcium Aluminoferrite
Tetracalcium Aluminoferrite (4CaO.Al2O3.Fe2O3) dinotasikan
sebagai C4AF, yang terbentuk dari reaki antara CaO dengan Al2O3 dan
Fe2O3. Komponen ini hanya sedikit berpengaruh pada strength semen.
API menjelaskan bahwa kadar C4AF ditambah dengan 3 kali kadar
C3A tidak boleh lebih dari 24 % untuk semen yang tahan terhadap
kandungan sulfat yang tinggi. Penambahan kadar besi yang berlebihan
akan menaikkan kadar C3A dan berfungsi menurunkan panas hasil
reaksi/hidrasi C3A dan C2S.
2. Kelas B
Semen kelas B digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan
tersedia dalam jenis yang tahan terhadap kandungan sulfat menengah
dan tinggih (moderate and high sulfat resistant).
3. Kelas C
Semen kelas C digunakan dari kedalaman 0 sampai 6000 ft dan
mempunyai sifat high-early strength (proses pengerasan cepat). Semen
ini tersedia dalam jenis moderate dan high sulfat resistant.
4. Kelas D
Semen kelas D digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai
12000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate and
high sulfat resistant.
5. Kelas E
Semen kelas E digunakan untuk kedalaman dari 6000 ft sampai
14000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis moderate and
high sulfat resistant.
6. Kelas F
Semen kelas F digunakan untuk kedalaman dari 10000 ft sampai
16000 ft dan untuk kondisi sumur yang memiliki tekanan dan
temperatur tinggi. Semen ini tersedia juga dalam jenis high sulfat
resistant.
7. Kelas G
Semen kelas G digunakan untuk kedalaman 0 sampai 8000 ft dan
merupakan semen dasar. Bila ditambahkan retarder, semen ini dapat
dipakai untuk sumur yang dalam dan range temperatur yang cukup
besar. Semen ini tersedia dalam jenis moderate and high sulfat
resistant.
13
8. Kelas H
Semen kelas H digunakan dari kedalaman 0 sampai 8000 ft dan
merupakan semen dasar pula. Dengan penambahan acclerator dan
retarder, semen ini dapat digunakan pada range temperatur dan
kedalaman yang besar. Semen ini hanya tersedia dalam jenis moderate
sulfate resistant.
9. Kelas J
Semen kelas J untuk kedalaman 0 sampai 8000 ft dan merupakan
semen dasar pula seperti Kelas G dan H. Semen ini hanya tersedia
dalam jenis moderate sulfate resistant. Didalam dunia perminyakan
semen ini jarang digunakan.
Dry Process
Pada awal proses ini, clay dan limestone sama-sama dihancurkan,
lalu dikeringkan di rotary dries. Hasilnya dibawa ke tempat
penggilingan untuk dileburkan. Kemudian hasil peleburan ini
masuk ketempat penyaringan dan partikel-partikel yang kasar
dibuang dengan system sentrifugal. Hasil saringan ini ditempatkan
di beberapa silo (tempat berbentuk tabung yang tertutup) dan
setelah didapat komposisi kimia yang diinginkan kemudian akan
melalui proses pembakaran di klin. Campuran ini biasanya
berukuran 100 200 mesh agar kontak antar partikel-partikel yang
terjadi dapat maksimal. Proses pembuatan semen melalui Dry
Process dapat dilihat pada Gambar dibawah ini..
Wet Process
Material-material mentah dicampur dengan air, lalu dimasukkan ke
tempat penggilingan (grinding mill). Campuran ini kemudian
dipompa melalui vibrating screen. Material-material yang kasar
dikembalikan ke penggilingan, sementara campuran yang lolos
yang berupa susupensi ditampung pada suatu tempat berbentuk
kolom-kolom. Di tempat ini, suspensi mengalami proses rotasi dan
pemampatan sehingga didapat campuran yang homogen. Di tempat
ini pula komposisi kimia suspensi diubah-ubah untuk didapatkan
komposisi yang diinginkan sebelum dibawa ke klin.
15
2. Proses Pembakaran
Proses pembakaran (lihat Gambar 2.3. dilakukan setelah melalui salah satu
proses peleburan di atas (dry process atau wet process), campuran masuk
ke dalam rotary klin Di klin, campuran ini berputar-putar kemudian
dipanaskan perlahan-lahan melalui beberapa proses temperatur seperti
berikut (API Spec. 10, Material and Testing for Well Cement) :
100 oC = pembebasan air bebas.
200 oC = dehidroksilasi mineral-mineral clay.
900 oC = kritalisasi mineral-mineral clay yang mengalami
dehidroksilasi dan dekomposisi CaCO3.
900 1200 oC = reaksi antara CaCO3 atau CaO dengan aluminosilicates.
1250 1280 oC = mulai terbentuk fasa liquid.
> 1280 oC = fasa liquid terus terbentuk dan komponen-komponen
semen terjadi.
3. Proses Pendinginan
Setelah pembakaran dilakukan proses pendinginan kualitas
klinker, produk yang dihasilkan dari rotary klin sangat tergantung
dari kecepatan dan metode pada proses pendinginan. Bila laju
pendinginan lambat, akan dihasilkan produk yang baik dimana akan
terjadi proses kristalisasi dari klinker akan meningkatkan kekuatan
semen. Sedangkan bila laju pendinginan cepat akan dihasilkan produk
seperti gelas yang dapat mempersukar klinker digiling, ini dapat
mengakibatkan kekuatan semen cepat naik tetapi tidak lama.
Proses pendinginan sebenarnya telah dimulai ketika temperatur
mulai menurun dari clinkering temperature. Kualitas clinker dan
selesainya pembuatan semen sangat tergantung dari laju pendinginan-
perlahan sekitar 4-5 oC (7-8 oC) sampai suhu 1250 oC, kemudian cepat
sekitar 18-20 oC (32-36 oF) permenit.
4. Proses Penggilingan
Pada tabung penggiling ada bola-bola baja, yang dapat
mengakibatkan sekitar 97-99 % energi yang masuk diubah menjadi
panas. Selama proses penggilingan ini biasanya ditambahkan gypsum
sekitar 3 5 % yang berguna untuk mengontrol pembebasan CaO dan
untuk menghindari flash setting. Oleh karena itu diperlukan
pendinginan, karena jika terlalu panas akan banyak gypsum ynag
menghidrasi menjadi kalsium sulfat hemidrat (CSH2). atau larutan
anhidrit (CS). Akhirnya dari proses penggilingan didapat bubuk semen
yang diinginkan. Bubuk semen yang dihasilkan kemudian ditempatkan
di silo-silo dan dipak.
17
B. Accelerator
Adalah additive untuk mempercepat thickening time. Pada
umumnya accelerator ditambahkan bbila menyemen sumur yang
dangkal. Kalau tidak ditambahkan accelerator terlalu lama menunggu
bubur semen menjadi keras.
Bahan-bahan yang bertindak sebagai accelerator adalah :
1. Calcium chlorida (CaCl2)
2% CaCl2 dapat melipat duakan compressive strength semen
dalam tempo 24 jam, pada temperatur 1200F. Umumnya calcium
chloride yang ditambahkan berkisar antara 2% sampai 4%.
2. Natrium chlorida (NaCl)
Natrium chlorida atau garam dapur, dapat bertindak sebagai
retarder dan dapat juga sebagai accelerator. Hal ini tergantung
kepada konsentrasi garamnya.
Penambahan NaCl akan menurunkan thickening time prosentase
penambahan NaCl 2 dan 4%.
3. Densified cement
Densified cement maksudnya bubur semen yang dikurangi
WCR-nya. Dengan mengurangi air yang dicampurkan dalam
membuat bubur semen, maka dihasilkan semen yang padat.
Dengan demikian akan didapatkan berat jenis bubur semen
yang lebih besar dan thickening bubur semen yang lebih kecil.
Pengurangan air yang dicampurkan dalam membuat bubur
semen boleh dilakukan kalau sudah memakai friction loss reducer.
Kalau tidak akan menyebabkan friksi diannulus besar. Jadi dengan
kata lain bila mengurangi air yang dicampurkan dalam membuat
bubuk semen harus diiringi oleh penambahan friction reducer.
Agar tidak banyak gesekan diannulus. Tabel berikut ini
memperlihatkan penambahan friction reducer bila air yang
dicampurkan dikurangi dan memperlihatkan berat jenis bubuk
semen yang dihasilkan dan juga yield bubur semen.
20
C. Weighting Agent,
Digunakan untuk menambah densitas suspensi semen. Weight
material ditambahkan dalam bubur semen bila akan menyemen
formasi bertekanan tinggi. Untuk menaikkan berat jenis bubur semen
ditambahkan dalam pembuatan semen antara lain:
1. Ilmenite merupakan bahan yang tertarik sebagai weight material.
Material ini adalah inert solid dan tidak memberikan pengaruh
terhadap thickening time. Rumus kimia dari ilmenite adalah
FeTiO3, mempunyai SG 4.7. Distribusi ilmenite dalam bubur
semen dapat merata atau uniform. Berat jenis bubur semen yang
terjadi dapat mencapai 22 ppg.
2. Barite merupakan bahan yang paling umum digunakan menaikkan
berat jenis bubur semen, maupun lumpur pemboran. SG dari barite
adalah 4.3 dan dapat menaikkan berat jenis bubur semen menjadi
18 ppg. Kata lain untuk barite adalah barium sulfate. Dalam
penambahan barite, perlu diiringi dengan penambahan air untuk
membasahi partikelnya, karena barite mempunyai surface area
yang besar. Air ini dapat juga melarutkan retarder dari bubuk
semen. Sehingga thickening timenya jadi singkat. Penambahan air
yang banyak dapat menurunkan compressive strength dari semen.
3. Pasir yang digunakan untuk menaikkan berat jenis bubur semen
umumnya adalah pasir ottawa (ottawa sand). Berat jenis yang
terjadi dapat mencapai 18 ppg. Biasanya digunakan untuk
penyemenan lobang untuk pemasangan whipstock dan untuk plug
job yang lain. SG dari ottawa sand adalah 2.6 sehingga untuk
menaikkan berat jenis bubur semen diperlukan pasir yang banyak.
4. Densified cement
Bubur semen yang dikurangi air dalam pembuatannya akan
memberikan berat jenis bubur semen yang lebih tinggi. Dalam
pembuatannya harus diiringi dengan menambahkan friction
reducer, 0.75 sampai 1 % berat bubuk semen.
21
5. Sodium chlorida
Untuk menaikkan berat jenis bubur semen yang kecil saja, dapat
ditambahkan natrium chlorida. Kenaikan yang diperoleh 0.5 ppg
sampai 1 ppg.
D. Ekstender,
adalah additive untuk menaikkan volume dari bubuk semen. Pada
umumnya penambahan extender diiringi dengan penambahan air.
Kenaikan volume tidak seimbang dengan kenaikan berat bubur semen.
Sehingga akan cepat penurunan berat jenis bubur semen.
Bahan-bahan yang termasuk sebagai extender adalah :
1. Bentonite
Bentonite merupakan bermineral clay. Sifat utamanya adalah
dapat mengisap air dengan banyak, sehingga volume bubur semen
yang terjadi bisa naik sampai 10 kali. Akibatnya berat jenis bubur
semen dapat turun lebih besar. Penambahan bentonite harus
diiringi dengan penambahan air. Untuk 2% bentonite kira-kira
penambahan air adalah 1.3 gallon per sack.
Pengaruh lain akibat penambahan bentonite adalah :
Yield semen naik
Biaya lebih murah
Perforating qualities baik
Compressive strength semen naik
Permeabilitas semen naik
Viskositas bubur semen naik
Untuk temperatur 2300F ke atas penambahan bentonite sangat
drastis menurunkan strength semen dan menaikkan permeabilitas
semen. Pada tabel berikut terlihat pengaruh penambahan bentonite
terhadap compressive strength.
22
2. Pozzolan
Pozzolan merupakan extender yang tidak terlalu banyak
menurunkan compressive strength semen. Sedangkan pengaruh
penambahan pozzolan terhadap bubur semen adalah sama dengan
penambahan bentonite. Umumnya campuran bubuk semen dengan
pozzolan adalah 50% berbanding 50% dan biasanya bentonite 2%.
Semen yang dibuat dari campuran bubuk semen dan pozzolan
disebut dengan pozzolan cement.
3. Diatomaceous earth
Bahan ini berasal dari silika suatu sedimen. Diatomaceous
earth mempunyai surface area yang besar, sehingga memerlukan
banyak air dalam pembuatan bubur semen.
Umumnya dicampurkan antara 10% sampai 40%, dari berat bubuk
semen. Dipasaran sering disebut dengan :
Diacel D, buatan philips pet.co
Letepoz 2, buatan Dowell sclumberger.
4. Gilsonite
Gilsonit tidak memerlukan banyak air. Sehingga menurunkan
compressive strength semen akan lebih kecil dibandingkan dengan
extender yang lain, untuk pengurangan berat jenis yang sama.
Penambahan air 2 gal per 50 lb, gilsonite.
5. Expanded perlite
Expanded merupakan extender yang berasal dari vulkanik.
Umumnya ditambahkan juga bentonite 2% sampai dengan 6%
untuk mencegah pemisahan air.
Pada umumnya juga penambahan perlu penambahan air yang
banyak, dibawah tekanan expended perlite bertindak sebagai
spons. Sehingga bubur semen akan mempunyai berat jenis yang
lebih besar dan volume yang lebih kecil untuk kondisi bertekanan
dibandingkan dengan kondisi permukaan.
23
2.3.2. Bahan
1. Semen
2. Additive ( Bentonite dan Barite )
3. Air
2. Ukur air dengan WCR (Water Cement Ratio) yang diinginkan, harga
WCR tersebut tidak boleh melebihi batas air maksimum atau kurang
dari batas air minimum. Kadar air maksimum adalah air yang
dicampurkan ke dalam semen tanpa menyebabkan terjadinya
pemisahan lebih dari 3.5 ml, dalam 250 ml suspensi semen jika
didiamkan selama 2 jam pada temperatur kamar. Sedang kadar air
minimum adalah jumlah air yang dapat dicampurkan ke dalam semen
untuk memperoleh konsistensi maksimum sebesar 30 cc.
3. Jika menggunakan additif, lakukan prosedur sebagai berikut :
a. Jika additive berupa padatan, timbang berdasarkan % berat yang
dibutuhkan. Sebagai contoh penambahan tepung silica dalam %
BWOC, dengan berat total semen dan silica seberat 349 gram
adalah :
10
Slika 10 % BWOC dengan berat = 100 349 = 34.9
2.5. Pembahasan
Dalam pelaksanaan percobaan diatas kita menggunakan semen dalam
x gram yang ditimbang, harga WCR yang diinginkan tidak boleh melebihi
batas air maksimum tau kurang dari batas air minum. Kadar maksimum
yang dimasud yaitu apabila air yang dicampurkan kedalam semen tanpa
menyebabkan pemisahan lebih dari 3.5 ml, dalam 250 ml suspensi semen
jika didiamkan selama2 jam pada temperatur kamar. Sedangkan kadar air
minimum jumlah air yang dapat dicampurkan kedalam semen untuk
28
2.6. Kesimpulan
1. Pembuatan suspensi semen dan cetakan semen ini perlu dilakukan
dalam penentuan shear bond dan compressive strength.
2. Pembuatan suspensi semen dan cetakan semen yang baik akan sangat
mendukung nilai dari shear band dan compressive strength yang akan
ditentukan kemudian.
3. Pada umumnya operasi penyemanan bertujuan untuk melekatkan
casing pada dinding lubang bor, melindung casing dari masalah
masalah mekanis dari suatu operasi pemboran yang bersifat korosif.
4. Pembuatan suspensi semen yang baik berpengaruh terhadap nilai
porous pada semen.
5. Hasil Pembuatan suspensi semen juga dipengaruhi oleh kandungan
additif didalamnya.
BAB III
PENGUJIAN DENSITAS SUSPENSI SEMEN
+ +
=
+ +
30
31
3.3.2. Bahan
1. Semen
2. Additive (Barite/Bentonite)
3. Air
+ +
=
+ +
Dimana :
= Massa jenis suspensi semen
Ws = Berat bubuk semen
Wad = Berat additive
Wair = Berat air
Vs = Volume bubuk semen
Vad = Volume Additif
Vair = Volume Air
Tabel 3.1.
Hasil Pengujian Densitas Suspensi Semen
Additif Massa Berat
Jenis Jenis
Semen Air Barite Bentonite suspensi suspensi
(gr) (ml) Volume Volume semen
Gr Gr semen
additive additive (gr/ml) (ppg)
600 276 0 0 1.8754 15.623
600 276 0.75 0.173 1.8773 15.63
600 276 1.5 0.346 1.8791 15.638
600 276 2.25 0.52 1.8809 15.645
600 276 3 0.693 1.8827 15.653
600 276 0 0 1.8754 15.623
600 276 0.75 0.283 1.8764 15.627
600 276 1.5 0.566 1.8773 15.63
600 276 2.25 0.85 1.8782 15.634
600 276 3 0.132 1.8792 15.638
600 276 3.75 0.415 1.8801 15.642
600 276 4.5 0.698 1.881 15.646
600 276 5.25 1.981 1.882 15.65
600 276 6 2.264 1.8829 15.654
600 276 6.75 2.247 1.8838 15.658
600 276 7.5 2.83 1.8848 15.662
36
Grafik 3.1
Hubungan Barite Vs SG Semen
15.64
1.5, 15.638
15.635
barite
15.63 0.75, 15.63
15.625
0, 15.623
15.62
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Barite (gram)
Grafik 3.2
Hubungan Bentonite Vs SG Semen
Grafik 3.3
Grafik Penambahan Additive Vs SG Semen (ppg)
Grafik 3.4
Grafik Penambahan Additive Vs SG Semen (gr/ml)
3, 1.8827 6, 1.8829
1.882 5.25, 1.882
2.25, 1.8809 4.5, 1.881
1.88 3.75, 1.8801
3, 1.8792
1.5, 1.8791 barite
1.878 2.25, 1.8782
0.75,1.5,
1.8773
1.8773 bentonite
1.876 0.75, 1.8764
0, 1.8754
1.874
0 2 4 6 8
Additive (gram)
38
3.6. Pembahasan
Densitas merupakan salah satu faktor yang sangat diperhitungkan
dalam penyemenan. Densitas semen ini berkaitan erat dengan tekanan
hidrostatis karena berkaitan dengan rumus Ph = 0.052 x x h yang mana
densitas berbanding lurus dengan tekanan hidrostatik. Semakin besar
maka Ph juga semakin besar, begitu pula sebaliknya. Tekanan hidrostatik
ini yang mengendalikan fluida pada lubang bor. Sehingga kesetimbangan
tekanan tetap terjaga dan juga untuk mencegah terjadinya kick. Namun
jika densitasnya terlalu besar, maka formasi akan pecah dan
mengakibatkan loss circulation.
Pada percobaan ini diperagakan contoh pengendalian densitas semen.
Sebagai pengendalinya adalah zat additive. Zat additive yang digunakan
pada percobaan ini adalah barite dan bentonite. Dalam hal ini digunakan
zat additive barite dengan berbagai berat antara 0 gr sampai 3 gr dan
bentonite dengan berbagai berat antara 0 gr sampai 7.5 gr, semen yang
digunakan 600 gr dan airnya 276 ml.
Dalam pengujian densitas semen ini perlu diketahui ukuran besar
specific gravity semen (ppg) dari masing-masing additive seperti barite
dan bentonite, dimana dalam percobaan ini telah diketahui harga densitas
barite,bentonite,semen dan juga berat air dan berat semen atau volume
air,sedangkan volume semen perlu dihitung dulu dengan cara nilai dari
berat semen dibagi dengan densitas semen.Begitu pula dengan volume
masing-masing additive (barit dan bentonit) dihitung dengan cara nilai
berat masing-masing additive dibagi dengan nilai dari densitas masing-
masing additive.Setelah volume additive tersebut diketahui selanjutnya
yang dilakukan adalah perhitungan SG semen dengan cara berat air
ditambah berat semen dan ditambahkan berat additive,kemudian hasil dari
penjumlahan tersebut dibagi dengan hasil dari penjumlahan antara volume
air dengan volume semen dan volume additive. Setelah nilai SG dari
masing-masing additive didapatkan maka perbandingannya dapat
diketahui. Dari perhitungan tersebut didapatkan densitas semen awal
39
sebesar 1.87547 gr/cc dan ketika ditambah 0.75 gr barite naik menjadi
1.8773 gr/cc sedangkan ketika ditambah 0.75 gr bentonite naik menjadi
1.8764 gr/cc.
Berdasarkan percobaan dapat dilihat bahwa setiap penambahan barite
menyebabkan kenaikan densitas suspensi semen yang lebih cepat
dibandingkan dengan penambahan bentonite, Walaupun kedua additive ini
mempunyai fungsi yang sama sebagai bahan yang dapat meningkatkan
densitas ternyata barite lebih baik karena dengan berat yang sama dengan
bentonite, barite lebih mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap
penambahan densitas daripada bentonite, hal ini dibuktikan dengan hasil
grafik bahwa garis linear pada penambahan barite lebih cenderung keatas
dibandingkan dengan garis linear penambahan bentonite.
3.7. Kesimpulan
1. Pembuatan suspensi semen tidak terlepas dari proses dispersi dan
penambahan additive untuk memaksimalkan kualitas dari semen
tersebut.
2. Dari percobaan diketahui bahwa penambahan additive berupa Barite
dan Bentonite akan memperbesar harga densitas dari semen tersebut.
3. Hubungannya berbanding lurus karena semakin besar massa additive
yang ditambakan maka semakin besar pula massa jenis suspensi
semen tersebut.
4. Penambahan addirive barite akan lebih cepat menaikkan densitas
suspensi semen dari pada penambahan bentonite..
5. Densitas dari suspensi semen sangat perlu diperhatikan karena sangat
berpengaruh dalam proses penyemenan.
BAB IV
PENGUJIAN RHEOLOGI SUSPENSI SEMEN
40
41
(yang terbatas) maka harga gel strength akan bertambah. Gel strength
juga disebut gaya tarikmenarik yang statis.
= 600 300
Y = 300
Dimana :
p = Plastic Viscosity, Cp
2
Yp = Yield point, lb/100ft
C600 = Dial reading pada 600 rpm
C300 = Dial reading pada 300 rpm
4.3.2. Bahan
1. Bubuk Semen kelas A
2. Air
3. Bentonite
4. Barite
Tabel 4.1.
Tabulasi Pengujian Rheologi Suspensi Semen
Grafik 4.1
Grafik Penambahan additive Vs Plastic Viscosity
60 2, 63 4, 61 6, 58
50 4, 48
2, 43 6, 45
40
barite
30
20 Bentonite
0, 18
10
0
0 2 4 6 8
addtive (gram)
Grafik 4.2
Grafik Penambahan additive Vs Yield Point
120 0, 118
100 0, 105 2, 100
4, 94
6, 86
80
barite
60
bentonite
40
20
0
0 2 4 6 8
additive (gram)
48
4.6. Pembahasan
Pada pengujian rheologi suspensi semen ini digunakan komposisi
semen 600 gram, barite dan bentonite antara 0 gr sampai 6 gram dan air
276 mL. Suspensi semen yang sudah jadi lalu dimasukkan ke dalam
bejana pada alat Fann VG Meter untuk diukur Plastic Viscosity dan Yield
Pointnya. Dari percobaan dengan 0 gr barite didapat dial reading pada 600
rpm dan 300 rpm yaitu 154 rpm dan 136 rpm. Kemudian dilakukan
perhitungan, diperoleh Plastic Viscosity sebesar 18 Cp (pengurangan C600
dengan C300) serta Yield Point 118 lb/100 ft2 (pengurangan C300 dengan
p). Dari percobaan dengan 0 gr bentonite didapat dial reading pada 600
rpm dan 300 rpm yaitu 241 rpm dan 173 rpm. Kemudian dilakukan
perhitungan, diperoleh Plastic Viscosity sebesar 68 Cp serta Yield Point
105 lb/100 ft2.
Terlihat pada tabel bahwa penambahan barite menyebabkan kenaikan
plastic viscosity, sedangkan bentonite menyebabkan plastic viscosity
menurun, sedangkan penambahan barite menyebabkan yield point
cenderung naik dan dengan penambahan bentonite cenderung turun
Dari grafik penambahan additive vs plastic viscosity menunjukkan
adanya fluktuasi. Dimana pada grafik Bentonite menunjukkan
kecenderungan untuk relative menurun. Secara teoritis dengan
bertambahnya bentonite maka viscositasnya semakin besar (p naik).
Sedangkan pada penambahan barite menunjukkan kenaikan.
Grafik penambahan yield point vs bentonite menunjukkan
kecenderungan menurun, sesuai dengan teori, bahwa penambahan
bentonite menyebabkan penurunan yield point. Sedangkan pada grafik
penambahan yield point vs barite menunjukkan kecenderungan kenaikan.
Aplikasi di lapangan untuk pengujian rheologi semen ini adalah untuk
menghitung hidrolika operasi penyemenan yang sangat menentukan dalam
operasi pemboran. Dalam hal ini, rheologi semen berhubungan dengan
perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifatsifat aliran dalam
49
4.7. Kesimpulan
1. Sifat fisik fluida sangat berpengaruh dalam proses sirkulasi semen,
penambahan barite akan memperbesar harga plastic viscosity dan
yield point, sedangkan penambahan bentonite akan memperkecil
harga plastic viscosity dan yield point.
2. Dari perhitungan diperoleh harga Plastic Viscosity (p) =18 Cp dan
Yield Point (Yp) =118 lb/100 ft2 .
3. Umumnya additif yang digunakan untuk pengujian rheology semen
yaitu barite dan bentonite karena additif ini dapat berpengaruh
terhadap sifat-sifat rheologi semen serta kualitas dari suspensi semen
tersebut.
4. Rheologi suspensi semen merupakan parameter yang digunakan untuk
menentukan hidrolika operasi penyemenan serta hubungan dari
perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat-sifat aliran yaitu
viskositas dan yield point.
5. Ada 2 tipe dasar alat yang digunakan yaitu Capillary Pipe Rheometers
dan Coaxial Cylinder Rotational Viscosity
BAB V
PENGUJIAN THICKENING TIME
50
51
Semen yang dipakai pada teknik pemboran gas dan panas bumi
merupakan suspensi dari serbuk semen dengan jumlah air banyak dan
mempunyai viskositas yang relatif rendah.Thickening time semen ini
sangatlah penting , waktu pemompaan harus lebih kecil dari thickening
time, karena bila tidak akan menyebabkansuspensi semen mengeras lebih
dahulu. Sebelum sesudah suspense semen mencapai target yang
diinginkan dan bila mengeras didalam casing merupakan kejadian yang
sangat fatal dalam oprasi pemboran selanjutnya.
Untuk sumur-sumur yang dalam dan untuk kolam penyemenannya
yang panjang, diperluakn waktu pemompaan yang lama sehingga
Thickening time harus diperpanjang, untuk memeperpanjang atau
memperlambat Thickening time perlu ditambah retarder kedalam suspensi
semen, seperti kalsium lignosulfat, carboxymenthyl hydroxyethyl
cellulose dan senyawa-senyawa organik.
Pada sumur-sumur yang dangkal maka diperlukan thickening time
yang tidak lama, karena selain target yang akan dicapai tidak terlalu
panjang, juga untuk mempersingkat waktu. Untuk mempersingkat
thickening time, dapat ditambah accelerator kedalam suspensi semen.
Yang termasuk accelerator adalah kalsium klorida, sodium klorida,
gypsum, sodium silikat, air laut dan additif yang tergolong dalam
dispersant.
Perencanaan besarnya thickening time bergantung kepada kedalamen
sumur dan waktu untuk mencapai daerah target yang akan disemen
dilaboratorium, pengukuran thickening time menggunakan alat high
pressure high temperature consistometer (HPHT). Disimulasikan pada
kondisi temperature dan tekanan sirkulasi. Thickening time suspense
semen dibaca bila pada alat diatas telah menunjukkan 100 Uc untuk
setandar API. Namun ada perusahaan lainyang menggunakan angka 70 Uc
(seperti pada hudbay) dengan pertimbangan factor keselamatan,
kemudiaan dieksrapolasi ke 100 uc.
52
,
=
,
Dimana :
Bc = Konsistensi suspense semen
T = Pembacaan harga torsi,g-cm
53
5.3.2. Bahan
1. Bubuk semen
2. NaCl
3. CMC
4. Air
4. Paddel yang teah dilapisi grease dipasang pada lid yang telah terpasang
paddel pada slurry container dan masukkan kedalam atmospheric
consistometer.
5. Hidupkan motor dan stop watch dan skala petunjuk dalam selang
waktu tertentu sampai jarum torsi menunjukkan angka 70 BC.
Tabel 5.1
Pengujian Thickening Time
Additive (gr)
Semen Thickening
Air (ml)
(gr) Time (uc)
NaCl CMC
600 276 0 16
600 276 1 18
600 276 2 24
600 276 3 25
600 276 0 17
600 276 1 16
600 276 2 12
600 276 3 10
57
Grafik 5.1
Grafik Penambahan Additive Vs Thickening Time
25 2, 24 3, 25
20
0, 1, 18
15 0, 17
16 1, 16
2, 12 NaCl
10 3, 10
CMC
5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Additive (gram)
5.6. Pembahasan
Pada percobaan thickening time ini dilakukan dengan contoh
perhitungan menggunakan komposisi: semen 600 gram, additive NaCl 1
gram dan 276 mL air. Suspensi semen yang telah terbentuk dimasukkan ke
dalam slurry cup sampai batas dan dimasukkan ke dalam Atmospheric
Consistometer, yang merupakan salah satu alat yang dipakai untuk
mengukur konsistensi suspensi semen. Dan didapat nilai thickening
timenya yaitu 18 uc pada 1 gram NaCl. Sedangkan pada 1 gram CMC
didapat nilai Thickening time 16 uc.
Additive yang dipakai dalam percobaan ini yaitu NaCl dan CMC.
Penambahan NaCl ke dalam suspensi semen akan mempercepat proses
thickening time/ pengerasan suspensi semen. Hal itu terjadi karena NaCl
bersifat mengikat H2O sehingga jumlah volume air dalam suspensiakan
berkurang dan menyebabkan suspensi semen cepat mongering. NaCl
termasuk accelerator yang mempercepat thickening time. Selain itu
accelerator juga bisa berupa CaCl2, Gypsum.
58
5.7. Kesimpulan
1. Berdasarkan table di atas salah satu nilai rhickening time suatu
suspense semen yaitu sebesar 16 uc
2. Additif NaCl berfungsi mempercepat thickening time sedangkan
additif CMC berfungsi untuk memperlambat thickening time. Selain
dapat dipengaruhi oleh additif, thickening time juga dapat dipengaruhi
oleh rate pompa.
3. Alat yang digunakan adalah Atmospheric Consistometer untuk
kondisi tekanan atmosfir dan temperature sampai 220F, sedangkan
HPHT digunakan pada tekanan sampai 2500 Psi dan temperature
(BHCT) 500F.
4. Thickening time didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan suspensi
semen untuk mencapai konsistensi 100 uc yang merupakan batasan
suspensi semen yang masih dapat dipompa kembali.
5. Thickening time sangat penting karena dapat mengetahui waktu
pemompaan yang harus lebih kecil karena bila tidak suspensi akan
mengeras lebih dahulu.
BAB VI
PENGUJIAN FREE WATER
Dalam penentuan harga free water ini, hal yang perlu diperhatikan adalah
WCR (Water Cemen Ratio, yaitu perbandingan air yang dicampur
terhadap bubuk semen sewaktu suspensi dibuat). Jumlah air yang
dicampurkan tidak boleh lebih dari kadar air maksimum atau kurang dari
batas air minimum karena akan mempengaruhi baik buruk ikatan
59
60
6.3.2. Bahan
1. Semen kelas A
2. Air
3. Bentonite
4. Barite
62
Tabel 6.2
Hasil Percobaan terhadap Free Water @ 2 hours
Grafik 6.1
Penambahan Additive Vs Free Water @ 2 Hours
0.5 0, 0.5
0.4
Bentonite
0.3
1, 0.25 Barite
0.2
0.1 2, 0.1
0 0, 0 1, 0 2, 0 3, 0 4, 0 5, 0 6, 0 7, 0
0 2 4 6 8
Additife (gram)
6.6. Pembahasan
Pada percobaan free water ini kita menggunakan contoh perhitungan
600 gram semen, 276 ml air dan 1 gram Bentonite dan 1 gram barite.
Setelah dua jam free water diamati dengan membaca kandungan air dari
skala gelas ukur. Diperoleh free water sebanyak 0 ml pada bentonite dan
0.25 ml pada barite dalam waktu 2 jam.
Dari grafik penambahan bentonite vs free water menunjukkan adanya
fluktuasi. Dimana pada awal grafik meningkat, kemudian menurun. Secara
teoritis, bentonite berfungsi sebagai penghisap/pengabsorb air, sehingga
kadar free water akan berkurang bila bentonite yang ditambahkan semakin
banyak. Namun bila free water terlalu sedikit, menyebabkan semen
memiliki friksi yang besar terhadap lubang bor, akibatnya formasi bisa
retak atau pecah. Jumlah air yang terlalu sedikit akan menyulitkan
pemompaan, sedangkan bila terlalu banyak akan menurunkan kekuatan
semen karena naiknya permeabilitas semen. Jadi kadar air yang terdapat
dalam suspensi semen harus berada antara kadar minimum dan kadar
maksimum.
66
6.7. Kesimpulan
1. Harga free water tidak boleh lebih besar dari kadar maksimum karena
dapat mengakibatkan semen yang kurang baik untuk menyekat lubang
dari fluida formasi. Dan harga free water tidak boleh lebih kecil dari
kadar minimum karena akan berpengaruh pada ikatan semen.
2. Free water adalah air bebas yang terlepas dari suspensi semen,
sedangkan free water level adalah zona dimana hanya terdapat air
saja, tidak ada lagi minyak yang bercampur didalamnya.
3. WCR adalah perbandingan air yang dicampur dengan bubuk semen
pada saat suspensi akan dibuat.
4. Peralatan yang digunakan yaitu: mixer, timbangan, dan gelas ukur.
5. Apabila free water lebih dari batas maksimum maka akan terjadi
ekspansi pada suspensi semen yang memperbesar pori-pori semen
sehingga mengakibatkan nilai permeabilitas semen besar pula.
BAB VII
PENGUJIAN FILTRATION LOSS
67
68
terlalu cepat dalam pipa dan untuk memberikan distribusi suspensi semen
yang seragam ke dalam semua lubang perforasi. Tentu saja sejumlah water
lost diinginkan jika suspensi semen membentuk filter cake yang
diinginkan untuk menyumbat lubang perforasi.
Pengujian filtration loss di laboratorium menggunakan alat filter press.
Pada kondisi temperature sirkulasi dengan tekanan 1000 psi. Namun filter
loss mempunyai kelemahan yaitu temperatur maksimm yang bisa
digunakan hanya sampai 28 oC (180oF). Filtration loss diketahuidari
volume filtrat yang ditampung dalam sebuah tabung atau gelas ukur
selama 30 menit masa pengujian.
Pada primary cementing, filtration loss yang diikinkan sekitar 150
250 cc yang diukur selam 30 menit dengan menggunakan saringan
berukuran 325 mesh dan tekanan 1000 psi. sedangkan pada squeeze
cementing, filtration loss yang diijinkan sekitar 55 65 cc selama 30
menit. Namun filter loss mempunyai kelemahan yaitu temperatur
maksimum yang bisa digunakan hanya sampai 82 C ( 180 F ).Filtration
loss diketahui dari volume filtrat yang ditampung dalam sebuah tabung
atau gelas ukur selama 30 menit,masa pengujian. Bila waktu pengujian
tidak sampai 30 menit,maka besarnya filtrion loss dapat diketahui dengan
rumus :
= (, )
dimana :
F30 = filtrat pada 30 menit ,ml
Ft = filtrat pada t menit , ml
t = waktu pengukuran
menit. Jadi dapat disimpulkan bila formasi yang akan di lalui oleh
bubur semen merupakan formasi yang porous dan permeable, maka perlu
penambahan additive yang sesuai sebalum bubursemen dipompakan, atau
dengan kata lain sebelum dilakukan penyemena.
Untuk mengontrol besar kecilnya filtration loss dapat digunakan :
1. Fluid Loss Control Agents.
Yaitu additif-additif yang berfungsi mencegah hilangnya fasa
liquid semen ke dalam formasi sehingga terjaga kandungan cairan
dalam suspensi semen. Additive additive yang termasuk kedalam
fluid loss control agents diantaranya polymer, CMHEC, dan latex.
2. Lost Circulation Control Agents.
Yaitu additive yang berguna mengontrol hilangnya suspensi semen
ke dalam formasi yang lemah atau bergua. Biasanya Material loss
circulation yang dipakai pada pemboran digunakan pula dalam
suspensi semen. Additive yang termasuk dalam lost circulation control
agents diantaranya gilsonite, cellophane flakes, gipsum, bentonite, dan
nut shells.
7.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. Kerosine
4. Air
70
= (, )
dimana :
F30 = filtrat pada 30 menit ,ml
Ft = filtrat pada t menit , ml
t = waktu pengukuran
5. Hentikan penekanan udara atau gas N2, buang tekanan udara dalam
silinder dan sisa suspense semen yang di dalam silinder tuangkan
kembali ke dalam breaker.
5,677 5,677
30 = x = 91 x = .
30
Semen + 1 gr Bentonite:
Filtration loss @ 30 menit percobaan = 198 ml
Filtration loss @ 30 perhitungan
5,677 5,677
30 = x = 198 x = .
30
Tabel 7.1
Hasil Pengujian Filtration Loss
Filtration Filtration
Additive loss @ 30 loss @ 30
Semen Air
menit menit
(gr) (ml)
Percobaan Perhitungan
Bentonite Kerosine (ml) (ml)
600 276 0 91 94,322
600 276 1 198 205,230
600 276 2 92 95, 359
600 276 3 113,5 117,644
600 276 4 82.5 85,512
600 276 5 127 131,637
600 276 6 198 205,230
600 276 7 87 90,167
600 276 0 141.5 146,667
600 276 2 58.5 60,636
600 276 4 137.5 142,521
600 276 6 108.15 112,099
600 276 8 109.5 113,498
600 276 10 110.15 114,172
600 276 12 111 115,053
600 276 1 106.5 110,388
75
Grafik 7.1
Grrafik Penambahan Additive Vs Filtration Loss @ 30 percobaan
250
0
0 5 10 15
additive(gram)
Grafik 7.2
Grrafik Penambahan Additive Vs Filtration Loss @ 30 perhitungan
50
0
0 5 10 15
additive(gram)
76
7.6. Pembahasan
Pada percobaan ini menggunakan semen 600 gr, air 276 ml, dan pada
contoh perhitungan pada additif bentonite 1 gr didapat nilai FL 30 menit
percobaan 198 ml dan nilai perhitungannya 205,230 ml.
Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan dari suspensi semen
ke dalam formasi permeable yang dilaluinya. Cairan yang hilang ini
disebut filtrat dimana jumlah filtrat yang hilang tidak boleh terlalu banyak
karena akan menyebabkan suspensi semen akan kekurangan air. Peristiwa
ini disebut flash set. Bila suspensi semen ini mengalami flash set maka
akan menyebabkan friksi di annulus dan juga dapat mengakibatkan
pecahnya formasi.
Penambahan bentonite pada dasarnya akan menurunkan jumlah
filtration loss. Hal ini dapat terjadi karena bentonite bersifat menghisap air
sehingga kandungan air dalam suspensi semen tetap terjaga. Akan tetapi
penambahan bentonite ini perlu diperhitungkan secara tepat untuk
memperoleh hasil yang diharapkan.Aplikasinya di lapangan, bila filtration
loss terlalu besar, maka akan dapat menyebabkan pecah formasi karena
banyak cairan atau filtrate suspensi semen yang hilang ke formasi, hal
tersebut bisa mengakibatkan terjadinya lost circulation.
7.7. Kesimpulan
1. Akibat filtration loss pada semen adalah pengerasan semen kurang
kompak karena kurang air sehingga semen terlalu kental.
2. Salah satu fungsi dari cementing adalah mencegah filtration loss agar
tidak ada filtrat yang hilang ke formasi.
3. Filtration loss dipengaruhi oleh adanya water loss.
4. Penambahan bentonite serta kerosene dapat mempengaruhi besar-
kecilnya Filtration loss.
5. Filtrat yang terlalu banyak hilang akan menyebabkan suspensi semen
kekurangan air sehingga terjadi flash set.
BAB VIII
PENGUJIAN COMPRESSIVE STRENGTH
77
78
lama waktu 24 jam terhadap compressive strength dapat dilihat pada grafik
8.2.1
Grafik 8.2.1.Compressive Strength Terhadap Tekanan5
8.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. NaCl
4. Air
81
Dimana :
CS = Compressive Strength semen, psi
P = Pembebanan maksimum, psi
A1 = Luas penampang block bearing dari hydraulic mortar, in2
A2 = Luas permukaan sampel semen, in2
K = Konstanta koreksi, funsi dari perbandingan tinggi (t) terhadap
diameter (D)
Tabel 8.1
Perbandingan t / D terhadap koefisien faktor
Koefisien Faktor
Menggunakan Interpolasi :
1,75
1,681
1,5
0,98 K 0,96
K = ,
Koefisien Faktor
Menggunakan Interpolasi :
1,75
1,598
1,5
0,98 K 0,96
K = ,
Tabel 8.2
Hasil Pengujian Compressive Strength
Grafik 8.1
Grafik Penambahan Additive Vs Compressive Strength
0
0 2 4 6 8
Additve(gram)
8.6. Pembahasan
Pengujian compressive strength merupakan pengujian yang dilakukan
untuk mengetahui kekuatan semen dalam menahan tekanan-tekanan yang
berasal dari formasi maupun dari casing atau dapat disebut menahan
tekanan dalam arah horizontal.
Dari hasil percobaan dapat lihat bahwa setiap penambahan additive
Bentonite , nilai compressive strength menurun secara signifikan dan
cukup drastis, sedangkan pada penambahan NaCl, perubahan compressive
strength lebih stabil tetapi juga menurun, hal ini disebabkan pada
penambahan bentonite, nilai compressive strength yang dihasilkan
mempunyai selisih yang cukup besar, sedangkan pada penambahan NaCl
nilai compressive strength yang dihasilkan mempunyai selisih yang tidak
terlalu besar.
88
8.7. Kesimpulan
1. Rumus yang digunakan untuk menghitung compressive strength
adalah K x P x ( A1 / A2)
2. Penambahan additif bentonite dan NaCl akan memperkecil
compressive strength, namun dengan menggunakan penambahan yang
sama. harga CS lebih besar dengan bentonite dibanding NaCl.
Apabila luas permukaan sampel kecil makan CS semakin besar
begitupun sebaliknya. Penambahan additif bentonite berbanding
terbalik terhadap compressive strength.
3. Compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam
menahan tekanan-tekanan yang berasal dari formasi maupun beban
casing, tekanan tersebut berarah horizontal.
4. Nilai compressive strength sangat berpengaruh terhadap ketahanan
semen untuk melindungi casing di zona formasi.
5. Alat yang digunakan yaitu: Hydraulic Pump, Bearing Block Machine
Hydraulic Mortar, dan Manometer.
BAB IX
PENGUJIAN SHEAR BOND STRENGTH
90
91
9.3.2. Bahan
1. Semen
2. Bentonite
3. NaCl
4. Air
Dimana :
SBS = Shear bond strength, psi
A1 = Luas Bearing Block Hydraulik Mortar, in2
D = Diameter dalam casing sample (semen), in
h = Tinggi sample semen,in
p = Pembebanan maksimum, psi
k = Konstanta koreksi, fungsi dari perbandingan tinggi
(t) terhadap diameter (D)
95
Tabel 9.1
Perbandingan t / D terhadap koefisien faktor
Koefisien Faktor
Menggunakan Interpolasi :
1,75
1,598
1,5
0,98 K 0,96
96
= 1.000,219 psi
Koefisien Faktor
Menggunakan Interpolasi :
1,5
1,333
1,25
0,96 K 0,93
K = ,
= 389,492 psi
98
Tabel 9.2
Hasil Pengujian Shear Bond Stremgth
Grafik 9.1
Grafik Penambahan Additive Vs Shear Bond Strength
1400 0, 1359.55
1200
1000 0,5, 1000.219
800 1,5, 861.033
1, 785.798
2, 671.853 1,5, 620.716 Bentonite
600
2,5, 522.642
2, 500.504
3, 474.977
400 3,5, 417.99
2,5,
4, 416.2
389.402 NaCl
4,5,
3, 362.512
360.476
6, 318.007
3,5, 303.2
200
0
0 2 4 6 8 10
additive(gram)
9.6. Pembahasan
Percobaan ini dimulai dengan membersihkan permukaan sampel dan
permukaan mold dari tetesan air dan pasir atau gerusan butiran semen
agar tidak menempel pada bearing block mesin penguji, kemudian
meletakkan mold silinder yang berisi sampel semen pada holder
silinder penyangga yang didudukkan pada bearing block hy draulic
bagian bawah dimana posisi sampel harus berdiri vertical.
Setelah itu lalu mendudukkan batang pendorong pada permukaan
sampel semen dan menurunkan posisi bearing block hy draulic bagian
atas dengan memutar tangkai pengontrol spiral dan memperkirakan
laju pembebanan sampai maksimum tidak kurang dari 20 detik dan
tidak lebih dai 80 detik. Jangan melakukan pengaturan (pembetulan)
pada control testing motor selama pembebanan sampai terjadi
pergeseran sampel semen dari casing sampel. pada saat terjadi
pergeseran merupakan harga pembebanan yang maksimum.
Shear Bond strength merupakan kemampuan semen menahan tekanan
secara vertical yang digunakan untuk menahan tekanan karena berat casing
100
9.7. Kesimpulan
1. Penambahan bentonite dan NaCl akan memperkecil SBS, namun
dengan penambahan yang sama, harga SBS lebih besar jika ditambah
NaCl disbanding bentonite.
2. Shear bond strength didefinisikan sebagai kekuatan semen untuk
menahan tekanan berat casing sevara vertical.
3. Apabila diameter dalam casing semakin besar maka nilai SBS semakin
kecil danbegitupun sebaliknya.
4. Pengukuran SBS dapat diketahui dengan melihat harga tekanan saat
terjadi peretakan (pecah)
5. Berdasarkan hasil pengukuran suatu sampel suspense semen diatas,
diperoleh nilai SBS sebesar 1.000,219 Psi.
BAB X
PENGUJIAN LUAS PERMUKAAN BUBUK SEMEN
101
102
,
=
( )
Dimana :
= Porositas semen
t = Waktu pengukuran dengan Blaine Permeameter
s = Densitas semen
= Viscositas udara
10.3.2. Bahan
1. Semen
Ops 23.2 x 3 x t / s x1 x
Grafik 10.1
Grafik Viscositas Vs Temperature
106
Viscositas Vs Temperature
0.0462
0.046
100, 0.04594
Viscositas (lb/ft.h)
0.0458
0.0456
0.0454
0.0452 Viscositas Vs
Temperature
0.045
0.0448
80, 0.04467
0.0446
0 20 40 60 80 100 120
Temperatur (oF)
Grafik 10.2
Grafik Porositas () Vs Temperature
Vs Temperature
0.585
500, 0.58233
0.58
0.575
Porositas ()
0.57
Vs Temperature
0.565
0.56
468, 0.55648
0.555
460 470 480 490 500 510
Temperature (Rn)
10.6. Pembahasan
107
permeameter harus lebih besar dari 20 detik, jika kurang dari 20 detik daya
ikat semen kurang baik. Daya ikat semen dikatakan baik jika waktu
pembacaan pada blaine permeamater antara 2030 detik.
10.7. Kesimpulan
1. Mengidentifikasi luas permukaan bubuk semen bahwa semakin besar
densitas semen maka luas permukaannya akan semakin kecil.
2. Hubungannya berbanding terbalik, jadi semakin besar nilai viskositas
udara maka akan semakin kecil luas permukaan bubuk semen (OPS)
3. Pengujian luas permukaan bubuk semen sangat berpengaruh pada
kekuatan suspensi semen dalam menahan tekanan formasi dan tekanan
casing. Semakin besar luas permukaan bubuk semen maka ukuran
partikel semen semakin kecil dan semen tersebut semakin kompak. Hal
tersebut akan berpengaruh pula terhadap nilai porositas serta
permeabilitas dari semen tersebut.
4. Porositas berbanding lurus terhadap nilai Ops.
5. Pengukuran di laboratorium menggunakan alat Blaine Permeameter
BAB XI
PEMBAHASAN UMUM
Dalam Suatu operasi pemboran penyemenan salah satu unsur yang sangat
diperhatikan karena baik buruknya suatu penyemenan akan berdampak pula pada
keadaan formasi dan casing sebagai pelindung lubang bor. Suspensi semen
memiliki sifat-sifat tertentu dimana sifat dari suspensi semen akan mempengaruhi
proses penyemenan maupun hasil dari penyemenan yang kita lakukan. Sifat-sifat
dari suspensi semen diantaranya adalah densitas, thickening time, filtration loss,
free water, compressive strength, dan shear bond strength.
Dalam pelaksanaan percobaan diatas kita menggunakan semen dalam x gram
yang ditimbang, harga WCR yang diinginkan tidak boleh melebihi batas air
maksimum tau kurang dari batas air minum. Kadar maksimum yang dimasud
yaitu apabila air yang dicampurkan kedalam semen tanpa menyebabkan
pemisahan lebih dari 3.5 ml, dalam 250 ml suspensi semen jika didiamkan
selama2 jam pada temperatur kamar. Sedangkan kadar air minimum jumlah air
yang dapat dicampurkan kedalam semen untuk memperoleh konsisten maksimum
sebesar 30 cc. Prosedur yang digunakan jika ingin menggunakan additif berupa
padatan, timbang % berat yang dibutuhkan. Jika menggunakan additif cairan, %
penambahan dilakukan dengan mengukur volume additif berbanding dengan
volume air yang diperlukan. Setelah bubuk semen dengan additif dicampur
kemudian air dan additif dimasukan kedalam mixing container dan dijalankan
dengan kecepatan 4000 RPM. Kemudian tutup mixing container dengan
pengadukan pada kecepatan tinggi 1200 RPM selama 35 detik.
Dari data percobaan ini dapat dilihat bahwa semakin besar penambahan massa
additive semakin besar pula nilai densitas suspensi semen yang didapat. Dan jika
dilihat dari grafik penambahan barite nilai desitas suspensi semennya lebih besar
peninkatannya dibanding nilai dari additive bentonite.
Pada pengujian thickening time dilakukan pengukuran seberapa besar
consistensi dari suspensi semen yang kita buat dengan melakukan penambahan
109
110
additive NaCl dan CMC pada suspensi semen. Pengukuran dilakukan selama 50
menit untuk mendapat gambaran conistensi suspensi semen. Jika diketahui
besarnya consistensi semen kita dapat merancang pemompaan dan waktu kerja
sesuai dengan kebutuhan operasional dimana waktu pemompaan harus lebih kecil
dari thickening timenya agar semen tidak mengeras sebelum mencapai target. Dari
grafik penambahan NaCl vs thickening time menunjukkan fluktuasi yang tidak
terlalu besar (cenderung datar). Secara teori, semakin banyak NaCl yang
ditambahkan, maka thickening time akan meningkat (naik), karena sifatnya
sebagai pengencer. Suspensi semen yang encer viscositasnya kecil sehingga
waktu pengerasan semakin cepat.
Pengujian free water dilakukan untuk mengetahui batas harga WCR yang
tidak boleh melebihi kadar air maksimum yaitu 3,5 ml jika lebih dari kadar air
maksimum akan menyebabkan terjadinya ruang pori pada suspensi semen yang
menyebabkan permeabilitas besar. Jika permeabilitas besar maka akan terjadi
kontak fluida antar formasi dengan annulus juga strength semen berkurang.
Dalam pengujian ini digunakan additive bentonite dan NaCl. Dari grafik
penambahan bentonite vs free water menunjukkan adanya fluktuasi. Dimana
pada awal grafik meningkat, kemudian menurun. Secara teoritis, bentonite
berfungsi sebagai penghisap / pengabsorb air, sehingga kadar free water akan
berkurang bila bentonite yang ditambahkan semakin banyak. Namun bila free
water terlalu sedikit, menyebabkan semen memiliki friksi yang besar terhadap
lubang bor, akibatnya formasi bisa retak atau pecah.
Filtration Loss adalah peristiwa hilangnya cairan suspensi semen kedalam
formasi permeable yang dilaluinya. Maka dalam pengujian filtration loss dihitung
besarnya filtrat yang keluar dari filterpress, filtrat merupakan fluida dari suspensi
semen yang masuk kedalam formasi. Jika terlalu banyak filtrat keluar maka
suspensi semen kekurangan cairan sehingga menyebabkan friksi di annulus dan
berakibat pecahnya formasi. Penggunaan additive mempengaruhi banyak
sedikitnya filtrat, dalam percobaan digunakan Bentonite dan NaCl, bentonite
memiliki sifat mengikat air sehingga semakin banyak digunakan semakin sedikit
filtrat yang keluar dari filterpress sedangkan NaCl dapat memperbesar filtration
111
1. Pembuatan suspensi semen dan cetakan semen ini perlu dilakukan dalam
penentuan shear bond dan compressive strength.
2. Pembuatan suspensi semen dan cetakan semen yang baik akan sangat
mendukung nilai dari shear band dan compressive strength yang akan
ditentukan kemudian.
3. Densitas dari suspensi semen sangat perlu diperhatiakan karena sangat
berpengaruh dalam proses penyemenan.
4. Pengukuran Densitas berguna untuk mengetahui tekanan hidrostatik suspensi
semen di dalam lubang sumur. Bila tekanan hidrostatik yang dihasilkan
suspensi semen terlalu besar maka akan mengakibatkan formasi pecah,
sehingga terjadi loss circulation, dan jika tekanan hidrostatik yang dihasilkan
suspensi semen terlalu kecil maka akan mengakibatkan collapse.
5. Pada percobaan Densitas ini semakin besar penambahan massa barite dan
bentonite maka akan semakin memperbesar nilai dari densitas suspensi
semen.
6. Penggunaan additive barite cenderung akan lebih cepat meningkatkan nilai
densitas bila dibandingkan dengan penggunaan additive bentonite.
7. Pengujian rheologi suspensi semen bertujuan untuk menghitung hidrolika
operasi penyemenan yang mana rheologi semen ini berhubungan dengan
perkiraan kehilangan tekanan akibat friksi dan sifat-sifat aliran yang bisa
menentukan keberhasilan dalam penyemenan. Untuk memperoleh hasil
penyemenan yang baik yang disesuaikan dengan keadaan dalam formasi.
8. Semakin besar penambahan massa additive barite ke dalam suspensi maka
nilai plastic viscosity-nya semakin besar, sebaliknya semakin besar
penambahan bentonite maka plastic viscosity-nya semakin kecil.
9. Dari grafik hubungan penambahan additive vs plastic viscosity, terlihat
bahwa terdapat titik potong antara kurva barite dan bentonite, ini
113
114
dengan nilai free water 0.75 ml. pada barite tahap awal mengalami kenaikan
yaitu dengan nilai free water 0.25 ml dan setelah itu mengalami penurunan
pada penambahan 1 gram kemudian mendatar dalam perhitungan waktu 2
jam.
17. Filtration loss adalah peristiwa hilangnya cairan suspensi semen yang masuk
ke dalam formasi permeable yang dilaluinya. Bila filtration loss terlalu besar,
maka akan dapat menyebabkan pecah formasi karena banyak cairan atau
filtrate suspensi semen yang hilang ke formasi, hal tersebut bisa
mengakibatkan terjadinya lost circulation.
18. Bentonite merupakan lost Circulation Control Agent merupakan additive
yang digunakan untuk mengontrol hilangnya suspensi semen ke dalam
formasi yang lemah.
19. Compressive strength adalah kekuatan semen dalam menahan tekanan
tekanan yang berasal dari formasi maupun casing dalam arah horizontal.
Penambahan Bentonite dan NaCl akan memperkecil harga Compressive
Strength.
20. Pada additif bentonite harga Compressive Strength yang didapat semakin
besar nilai/massa yang ada maka semakin kecil nilai Compressive Strength
yang didapat begitu juga dengan additif NaCl pada suatu suspensi semen.
Tetapi dengan menggunakan penambahan yang sama, harga Compressive
Strength lebih besar jika menggunakan bentonite dibandingkan NaCl.
21. Nilai Compressive Strength dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
penambahan additive, pembebanan, ukuran penampang semen, ukuran
bearing dan koefisien faktor. Nilai Compresive Strength sangat berpengaruh
terhadap ketahanan dari semen untuk melindungi casing dari zona formasi
(horizontal)
22. Shear Bond Strength adalah kekuatan suspensi semen untuk menahan berat
dari casing dalam arah vertical. Semen yang baik adalah semen yang
mempunyai harga shear bond strength tinggi. Pengujian Shear Bond Strength
untuk mengetahui kekuatan suspensi semen untuk menahan berat dari casing
dalam arah vertikal. Pada additive bentonite semakin besar massa yang ada
116
maka semakin kecil nilai Shear Bond Strength yang didapat, begitu juga
dengan additive NaCl pada suatu sampel semen.
23. Nilai Shear Bond Strength dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
penambahan additive, pembebanan, diameter dalam casing sampel (semen),
luas bearing block hydraulic mortar, tinggi sampel semen dan koefisien
faktor. Nilai Shear Bond Strength sangat berpengaruh terhadap ketahanan
dari semen tuk menahan semen secara vertikal.
24. Percobaan pengujian luas permukaan bubuk semen dilakukan untuk
mengetahui daya ikat semen terhadap casing.dan penentuan kekuatan semen.
Dari percobaan pengujian luas permukaan bubuk semen dapat diperoleh luas
permukaan bubuk semen sebesar 359,036 cm2/gram sehingga sampel semen
tersebut memiliki ukuran butir yang cukup halus dan memiliki kekuatan yang
cukup baik.
25. Luas permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
Densitas semen yaitu semakin besar nilai densitas semen maka semakin
kecil nilai ops.
Temperatur ruang yaitu semakin tinggi nilai temperatur maka akan
mempengaruhi naiknya nilai porositas dan viskositas udara.
Viscositas udara yaitu semakin tinggi nilai viscositas udara maka akan
semakin kecil nila ops.
Porositas yaitu semakin tinggi nilai ops juga akan semakin berbanding
besar.
Semakin lama pengukuran dengan blaine parameter maka ops juga akan
naik.