Anda di halaman 1dari 22

JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560

www.jurnal.unswagati.ac.id

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS (MASTERY


LEARNING) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA
PELAJARAN EKONOMI
(Studi Eksperimen kuasi pada Kelas X di SMA Negeri 1Palimanan
Kabupaten Cirebon)

Hesti Fitri
Nurul Senja WF
(Universitas Swadaya Gunung Djati)

Abstrak
Pelajaran ekonomi merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di
Sekolah Menengah Atas (SMA). Pelajaran Ekonomi mempunyai peranan besar
dalam perkembangan ilmu pengetahuan, sosial, dan teknologi, serta diharapkan
dapat memberikan kontribusi yang berarti terutama untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Namun, sebagian siswa menganggap bahwa pelajaran
Ekonomi itu membosankan dan sulit dipahami. Sehingga hasil belajar siswa pada
mata pelajaran ekonomi mengalami penurunan. Untuk mengatasi berbagai
problematika dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut diperlukan adanya model
pembelajaran yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru dalam
melaksanakan tugas mengajar dan juga kesulitan belajar peserta didik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh model
pembelajaran tuntas (mastery learning) terhadap hasil belajar siswa. Sampel
dalam penelitian ini adalah kelas X IIS 1 dan X IIS 2 di SMA Negeri 1 Palimanan
Tahun Pelajaran 2014/2015 sebanyak 70 siswa. Penelitian yang dilaksanakan ini
menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi.
Cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan
data hasil angket, hasil pretes dan postest. Data penelitian yang di dapat kemudian
dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 21.0.Berdasarkan
rumusan masalah yaitu Bagaimana pengaruh penerapan model pembelajaran
tuntas (mastery learning) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi?.Koefisien regresi X nilai thitung sebesar 5,679 dengan tingkat
signifikansi = 0,05 dan dk (n-2) = 34 2 = 32 dilakukan uji satu pihak, sehingga
diperoleh nilai ttabel adalah 2,037. Karena nilai thitung ttabel atau 5,679 2,037
maka Ha diterima, artinya koefisien regresi signifikan atau dengan kata lain
penggunaan model pembelajaran tuntas (mastery learning) berpengaruh
signifikan terhadap peningkatan hasil belajar.
Melalui pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka hipotesis yang
diajukan yaitu Terdapat pengaruh yang signifikan penerapan model
pembelajaran tuntas (mastery learning) terhadap hasil belajar siswa pada mata
pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Kabupaten Cirebon.

Kata Kunci : Model Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning), Kesulitan


Belajar, Hasil Belajar

67
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

EFFECTS OF MASTERY LEARNING MODEL TO STUDENT


LEARNING OUTCOMES ON ECONOMIC SUBJECTS
(Quasi Experimental Study on Class X in SMA Negeri 1 Palimanan Cirebon)

Abstract

Economic subjects is one of the subjects taught in high school (SMA). Economic
lessons have a major role in the development of science, social, and technology,
and is expected to make a significant contribution, especially to the intellectual
life of the nation. However, some students assume that the Economic lessons
boring and difficult to understand. So that student learning outcomes on economic
subjects decreased. To overcome the various problems in the implementation of
the learning necessary for learning model that is deemed capable of overcoming
the difficulties in implementing the tasks of teachers teaching and students
learning difficulties as well.
The purpose of this study was to determine how the influence of the
mastery learningmodel to student learning outcomes. The sample in this research
is class X X IIS IIS 1 and 2 in SMA Negeri 1 Palimanan lesson year 2014/2015 as
many as 70 students. This research was conducted using a quasi-experimental
research methods.
How to capture the data in this study is to collect data from the
questionnaire, the results of the pretest and posttest. The research data can then be
analyzed using SPSS version 21.0.Based on formulation of the problem, namely
"How to effect of mastery learning model to student learning outcomes on
economic subjects?". The regression coefficient of 5.679 X thitunglevel
significance of = 0.05 and dk (n-2) = 34-2 = 32 to test the one hand, in order to
obtain the value ttabel is 2.037. Because thitungttabelor 5.679 2.037 then Ha
accepted, meaning that a significant regression coefficient or otherwise use
mastery learning models significantly affects the improvement of learning
outcomes.
Through hypothesis testing that has been done, then the hypothesis is "There is a
significant effect of mastery learningmodel to student learning outcomes on
economic subjects in SMA Negeri 1 Cirebon.

Keywords : Completed Learning Model (Mastery Learning), Learning


Difficulty, Learning Outcomes

68
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

PENDAHULUAN dirinya, masyarakat, bangsa, dan


negara.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang Banyak kendala yang dihadapi
sangat penting dalam suatu negara. dalam sistem persekolah kita, salah satu
Pendidikan bukan hanya membuat diantara masalah besar dalam bidang
manusia menjadi berpengetahuan saja pendidikan di Indonesia yang banyak
tetapi membentuk manusia yang diperbincangkan adalah rendahnya mutu
berbudaya, yang diarahkan kepada pendidikan yang tercermin dari
perkembangan kepribadian yang rendahnya rata-rata prestasi belajar,
mandiri sebagai anggota masyarakat khususnya peserta didik Sekolah
yang demokratis. Proses pendidikan Menengah Atas (SMA) dan
merupakan proses yang kompleks penyimpangan perilaku (akhlak).
karena terdiri dari beberapa tujuan, Masalah lain dalam bidang pendidikan
metode belajar, model belajar, hingga di Indonesia yang juga banyak
evaluasi. diperbincangkan adalah bahwa
Artinya pendidikan memiliki tujuan pendekatan dalam pembelajaran masih
yang harus dicapai melalui tahapan- terlalu didominasi peran guru (teacher
tahapan yang dilalui dalam bentuk centered), walau sudah sering kali
metode belajar dan evaluasi. dilatih, guru lebih banyak menempatkan
Menurut Undang-Undang siswa sebagai objek dan bukan sebagai
Republik Indonesia tentang Sistem subjek didik. Pendidikan kita kurang
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun memberikan kesempatan kepada siswa
2003 pasal 1 (Undang-undang R.I dalam berbagai matapelajaran, untuk
Nomor 20 Tahun 2003, 2003:6), mengembangkan kemampuan berfikir
menyatakan bahwa: holistik (menyeluruh), kreatif, objektif,
Pendidikan adalah usaha sadar dan dan logis serta dalam proses
terencana untuk mewujudkan suasana
pembelajaran kurang memperhatikan
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif ketuntasan belajar secara individual.
mengembangkan potensi diri untuk
Proses pendidikan dalam sistem
memiliki kebutuhan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, persekolahan kita umumnya belum
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
menerapkan pembelajaran sampai anak
serta keterampilan yang diperlukan

69
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

menguasai pembelajaran secara tuntas. belajar merupakan masalah yang


Akibatnya, tidak heran bila banyak penting, sebab menyangkut masa depan
siswa yang kurang menguasai materi peserta didik, terutama mereka yang
pembelajaran meskipun sudah mengalami kesulitan belajar.
dinyatakan tamat dari sekolah. Tidak Pendekatan pembelajaran tuntas adalah
heran pula jika mutu pendidikan secara salah satu usaha dalam pendiidkan yang
nasional masih dianggap rendah. bertujuan untuk memotivasi peserta
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu didik mencapai penguasaan (mastery
dipertimbangkan iklim belajar dan level) terhadap kompetensi tertentu.
mengajar yang dapat menumbuhkan Dengan menempatkan pembelajaran
rasa percaya pada diri sendiri serta sikap tuntas (mastery learning) sebagai salah
dan perilaku inovatif dan kreatif. satu prinsip utama dalam mendukung
Dengan demikian pendidikan nasional pelaksanaan kurikulum berbasis
akan mampu mewujudkan kompetensi, berarti pembelajaran tuntas
pembangunan manusia yang dapat merupakan sesuatu yang harus dipahami
membangun dirinya sendiri serta dan dilaksanakan dengan sebaik-
bersama-sama bertanggungjawab atas baiknya oleh seluruh warga sekolah.
pembangunan bangsa. Untuk itu perlu adanya panduan yang
Keberhasilan suatu pembelajaran memberikan arah serta petunjuk bagi
dapat dipengaruhi oleh pendekatan guru dan warga sekolah tentang
pembelajaran yang digunakan oleh bagaimana pembelajaran tuntas
guru. Berbicara tentang rendahnya daya seharusnya dilaksanakan.
serap dan prestasi belajar, atau belum Pengertian hasil belajar ekonomi
terwujudnya keterampilan proses dan menurut Purwanto (2011:46) hasil
pembelajaran yang menekankan pada belajar adalah perubahan perilaku
peran aktif peserta didik, inti peserta didik akibat belajar. Perubahan
persoalannya adalah pada masalah perilaku disebabkan karena dia
ketuntasan belajar yakni pencapaian mencapai penguasaan atas sejumlah
taraf penguasaan minimal yang bahan yang diberikan dalam proses
ditetapkan bagi setiap kompetensi belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia
secara perorangan. Masalah ketuntasan mengatakan bahwa hasil belajar dapat

70
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

berupa perubahan dalam aspek kognitif, diharapkan dapat memberikan


afektif dan psikomotorik. Sedangkan kontribusi yang berarti terutama untuk
menurut Suryabrata (2002:297) mencerdaskan kehidupan bangsa.
mengartikan hasil belajar ekonomi Namun, sebagian siswa menganggap
sebagai nilai yang merupakan bentuk bahwa pelajaran Ekonomi itu
perumusan akhir yang diberikan oleh membosankan dan sulit dipahami.
guru terkait dengan kemajuan atau hasil Sehingga hasil belajar siswa pada mata
belajar ekonomi siswa selama waktu pelajaran Ekonomi mengalami
tertentu. Dari konsep tersebut, kiranya penurunan.
cukup jelas bahwa harapan dari proses Strategi dan model pembelajaran
pembelajaran dengan pendekatan yang cocok untuk diimplementasikan
belajar tuntas adalah untuk dalam menyelesaikan masalah di atas
mempertinggi rata-rata prestasi siswa adalah jika dalam proses pembelajaran
dalam belajar dengan memberikan guru menggunakan teknik pendekatan
kualitas pembelajaran yang lebih sesuai sistem belajar mengajar yang tepat,
dengan memberikan bantuan dan maka secara teoritis tingkat penguasaan
perhatian khusus bagi siswa-siswi yang terhadap materi pelajaran yang
lambat, agar menguasai standar diberikan akan lebih baik daripada tidak
kompetensi dan kompetensi dasar. menggunakan teknik pendekatan sistem
Pelajaran ekonomi merupakan belajar mengajar atau masih
salah satu pelajaran yang diajarkan di menggunakan metode ceramah biasa
Sekolah Menengah Atas (SMA). yang masih mengutamakan verbalisme.
Ekonomi merupakan salah satu bagian Pendekatan yang dimaksud dalam
yang penting dalam ilmu pengetahuan, proses belajar-mengajar adalah
hal ini dimaksudkan agar siswa menyertakan siswa dalam
memahami materi pelajaran ekonomi menyelesaikan tugas-tugas yang
dan mampu merealisasikannya dalam diberikan guru untuk membantu
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, memahami, melaksanakan dan
pelajaran Ekonomi mempunyai peranan menyimpulkan dari materi yang
besar dalam perkembangan ilmu diberikan guru sehingga siswa merasa
pengetahuan, sosial, dan teknologi, serta terbimbing, terarah sesuai tujuan

71
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

pembelajaran yang dikehendaki dalam siswa-siswi sehubungan dengan


suasana yang bebas dari ketertekanan bakatnya tersebar secara normal, dan
dan menyenangkan. Peran guru disini kepada mereka diberi kesempatan
adalah sebagai motivator, artinya guru belajar yang sama untuk setiap siswa,
sebagai pemandu agar siswa belajar tetapi diberikan perlakuan yang berbeda
secara aktif dan kreatif. dalam kualitas pembelajarannya, besar
Carrol dalam Abdul Majid kemungkinan siswa yang dapat
(2014:153) mengemukakan bahwa jika mencapai penguasaan akan bertambah
setiap siswa diberikan waktu sesuai banyak. Sedangkan Berdasarkan uraian
dengan yang diperlukan untuk mencapai di atas, maka penulis menganggap perlu
suatu tingkat penguasaan dan adanya penelitian mengenai Pengaruh
menghabiskan waktu yang Model Pembelajaran Tuntas (Mastery
diperlukannya, maka besar Learning) Terhadap Hasil Belajar Siswa
kemungkinan siswa akan mencapai pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X
tingkat penguasaan kompetensi. Tetapi di SMA Negeri 1 Palimanan Kabupaten
jika siswa tidak diberi cukup waktu atau Cirebon.
tidak dapat menggunakan waktu yang
Identifikasi Masalah
diperlukannya secara penuh, maka
Berdasarkan latar belakang
tingkat penguasaan kompetensi siswa
masalah di atas, terdapat beberapa
tersebut akan berkurang. Kondisi
masalah yang berkaitan dengan masalah
demikian dinyatakan oleh Block dalam
pembelajaran. Permasalahan yang
Abdul Majid (2014:153) sebagai model
berkaitan dengan masalah tersebut dapat
Degree of learning, model ini
diidentifikasi sebagai berikut:
menggambarkan bahwa tingkat
1. Respon siswa melalui penerapan model
penguasaan kompetensi (Degree of
pembelajaran tuntas (mastery learning)
learning) ditentukan oleh seberapa
terhadap materi pelajaran ekonomi
banyak waktu yang benar-benar
2. Rendahnya mutu pendidikan yang
digunakan (time actually spent) untuk
tercermin dari rendahnya rata-rata hasil
belajar, dibagi dengan waktu yang
belajar siswa.
diperlukan (time needed) untuk
menguasai kompetensi tertentu.Apabila

72
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

3. Pengaruh ketuntasan belajar terhadap terhadap hasil belajar siswa pada mata
hasil belajar siswa secara individual. pelajaran ekonomi?

Pembatasan Masalah Tujuan Penelitian


Mengingat begitu banyak dan Berdasarkan penjabaran dari
kompleksnya permasalahan yang harus rumusan masalah di atas, maka tujuan
dipecahkan. Dengan demikian peneliti dari penelitian ini adalah:
membatasi masalahnya sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui respon siswa setelah
1. Subjek penelitian yaitu siswa kelas X penerapan pembelajaran tuntas (mastery
IIS 1 dan X IIS 2 di SMA Negeri 1 learning).
Palimanan Kabupaten Cirebon. 2. Untuk mengetahui perbedaan hasil
2. Hasil belajar siswa dalam ranah konsep belajar siswa setelah penerapan
pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran tuntasdengan
pelajaran ekonomi. pembelajaran konvensional pada mata
pelajaran ekonomi.
Rumusan Masalah
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan
Berdasarkan data dan uraian dari
pembelajaran tuntas (mastery learning)
latar belakang, identifikasi masalah, dan
terhadap hasil belajar siswa pada mata
batasan masalah di atas, maka rumusan
pelajaran ekonomi.
masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana respon siswa setelah Manfaat Penelitian
penerapan model pembelajaran 1. Teoritis
tuntas(Mastery Learning)? Diharapkan hasil penelitian ini dapat
2. Bagaimana perbedaan hasil belajar dijadikan bahan referensi dan acuan
siswa setelah penerapan model bagi penelitian-penelitian selanjutnya
pembelajaran tuntas (Mastery learning) dan bermanfaat untuk memperkaya
dengan pembelajaran konvensional pada wawasan pengetahuan tentang
mata pelajaran ekonomi? penerapan model pembelajaran tuntas
3. Bagaimanapengaruh penerapan model (mastery learning)pada mata pelajaran
pembelajaran tuntas (Mastery learning) ekonomi di tataran Sekolah Menengah
Atas (SMA).

73
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

2. Praktis Sistem belajar tuntas adalah suatu pola


pengajaran terstruktur yang bertujuan
a. Bagi guru bidang studi
untuk mengadaptasikan pengajaran
Memberikan masukan kepada setiap kepada kelompok siswa yang besar
(pengajaran klasikal) sedemikian rupa,
guru untuk membuat variasi dalam
sehingga diberikan perhatian
mengajar mata pelajaran ekonomi, salah secukupnya pada perbedaan-perbedaan
yang terdapat di antara siswa,
satunya dengan menggunakan model
khususnya yang menyangkut laju
pembelajaran tuntas untuk kemajuan atau kecepatan dalam belajar
(rate of progress).
meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi sekolah Satu hal yang perlu dilakukan
Penelitian ini diharapkan menjadi dalam penggunaan pembelajaran tuntas
masukan untuk sekolah dalam adalah guru harus lebih sering
meningkatkan hasil belajar siswa agar memberikan umpan balik (feed back)
menghasilkan siswa yang berkualitas terhadap seluruh siswa dengan tujuan
dan handal. memberikan informasi kepada siswa
c. Bagi siswa tentang kemajuan dalam penguasaan
Penelitian ini diharapkan dapat materi yang dipelajari. Tolak ukur yang
meningkatkan hasil belajar siswa dalam digunakan pada pencapaian hasil belajar
ranah pemahaman sehingga siswa aktif dengan model pembelajaran tuntas
dalam setiap kegiatan belajar mengajar adalah tingkat kemampuan siswa per
yang diikutinya. orang bukan per kelas. Dengan
demikian, siswa yang memiliki tingkat
Definisi Operasional Variabel kecerdasan atau penguasaan
Sebagai upaya untuk memperjelas pengetahuan dan keterampilan di atas
maksud dan tujuan dalam penyusunan rata-rata kelas dapat melanjutkan ke unit
instrumen, maka diperlukan definisi kompetensi selanjutnya, sebaliknya
operasional dalam setiap variabel yang apabila siswa tersebut belum mampu
akan diteliti. Definisi operasionalnya mencapai standar kompetensi yang
adalah sebagai berikut: diharapkan maka siswa tersebut harus
1. Belajar tuntas (mastery learning) mengikuti program perbaikan
Abdul Majid (2014:154) (remedial) materi.
menyatakan bahwa: 2. Hasil Belajar

74
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

Belajar merupakan suatu kegiatan penulis meneliti mengenai pengaruh


yang tidak dapat dipisahkan dari model pembelajaran tuntas (mastery
kehidupan manusia. Kegiatan belajar learning) terhadap hasil belajar siswa
dapat berlangsung dimana saja, pada mata pelajaran ekonomi.
misalnya di lingkungan keluarga, Alat yang digunakan untuk
sekolah, dan di masyarakat. Belajar mengumpulkan data primer dalam
merupakan hal yang kompleks. penelitian ini adalah menggunakan
Kompleksitas belajar tersebut dapat angket atau questionnairedengan
dipandang dari dua subjek, yaitu dari pengukuran variabel sebagai berikut:
siswa dan dari guru. Menurut Hamalik Data tentang respon siswa
(2001:27) terhadap pengaruh model pembelajaran
Belajar adalah suatu proses, suatu tuntas terhadap hasil belajar tersebut
kegiatan dan bukan suatu hasil atau
dianalisis menggunakan skala likert.
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat
akan tetapi lebih luas dari itu yaitu Skala likert digunakan untuk mengukur
mengalami.
sikap, pendapat dan persepsi seseorang
Seorang psikolog bidang atau kelompok.
pendidikan, Benjamin S. Bloom dkk.
Membagi hasil belajar dalam tiga ranah TINJAUAN PUSTAKA
(domain), yaitu kognitif, afektif, dan Model Pembelajaran Tuntas(Mastery
psikomotorik. Ranah kognitif berisikan Learning)
enam kategori pokok dengan jenjang 1. Pengertian Pembelajaran
yang paling tinggi, yakni: (1) Pembelajaran berupaya mengubah
pengetahuan (knowledge), (2) masukan berupa siswa yang belum
pemahaman (comprehension), (3) terdidik, menjadi siswa yang terdidik,
penerapan (application), (4) analisis siswa yang belum memiliki
(analysis), (5) evaluasi (evaluation), dan pengetahuan tentang sesuatu, menjadi
(6) menghasilkan (create). siswa yang memiliki pengetahuan.
3. Pengukuran Variabel Pembelajaran yang efektif ditandai
Pengukuran variabel merupakan dengan terjadinya proses belajar dalam
tahap awal dari kegiatan pengukuran diri siswa. Sesorang dikatakan telah
dalam penelitian. Dalam penelitian ini mengalami proses belajar apabila di

75
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

dalam dirinya telah terjadi perubahan, learning) dalam KTSP adalah


dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak pendekatan pembelajaran yang
mengerti menjadi mengerti dan mempersyaratkan siswa menguasai
sebagainya. secara tuntas seluruh standar
2. Model Pembelajaran kompetensi maupun kompetensi dasar
Model pembelajaran ialah pola mata pelajaran tertentu. Sedangkan
yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran tuntas yang dimaksudkan
merencanakan pembelajaran dikelas dalam pelaksanaan kurikulum 2013
maupun tutorial. Model pembelajaran adalah pola pembelajaran yang
mengacu pada pendekatan yang akan menggunakan prinsip ketuntasan secara
digunakan, termasuk di dalamnya individual. Tolak ukur yang digunakan
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap pada pencapaian hasil belajar dengan
kegiatan di dalam pembelajaran, pendekatan tersebut adalah tingkat
lingkungan pembelajaran dan kemampuan siswa per orang, bukan per
pengelolaan kelas. kelas. Dengan demikian, siswa yang
3. Model Pembelajaran Tuntas (Mastery memiliki tingkat kecerdasan atau
Learning) penguasaan pengetahuan dan
Kunandar (2007:305) keterampilan diatas rata-rata kelas,
mengemukakan bahwa : siswa yang bersangkutan berhak
Belajar tuntas adalah suatu sistem memperoleh pengayaan materi atau
belajar yang menginginkan sebagian
melanjutkan ke unit kompetensi
besar peserta didik dapat menguasai
tujuan pembelajaran secara tuntas. selanjutnya, sebaliknya apabila siswa
tersebut belum mampu mencapai
Pendekatan belajar tuntas
standar kompetensi yang diharapkan
diharapkan dapat mempertinggi nilai
maka siswa tersebut harus mengikuti
rata-rata siswa dengan memberikan
program perbaikan (remedial) materi.
kualitas pembelajaran yang lebih sesuai
Joice dan Weil dalam Made Wena
dan memberikan perhatian khusus bagi
(2009:192). Model pembelajaran tuntas
siswa yang lambat agar menguasai
terdiri atas lima tahap, yaitu:
standar kompetensi dan kompetensi
1) Orientasi (orientation)
dasar. Pembelajaran tuntas (Mastery
2) Penyajian (presentation)

76
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

3) Latihan terstruktur (structured practice) kesempatan waktu yang dibutuhkannya


4) Latihan terbimbing (guided practice)
untuk belajar dan ia menggunakannya
5) Latihan mandiri (independent practice)
dengan sebaik-baiknya, maka ia akan
Pokok pikiran yang membedakan
mencapai tingkat hasil belajar yang
strategi ini dari model-model yang
diharapkan. Selanjutnya Abu Ahmadi
tergolong tradisional adalah model ini
dan Joko Tri (2005:158) mengatakan
tidak menerima perbedaan prestasi
ada beberapa ciri belajar tuntas (mastery
belajar dikalangan para siswa sebagai
learning), yaitu :
konsekuensi adanya perbedaan bakat.
1) Siswa dapat belajar dengan baik dalam
Carrol dalam Ahmadi dan Joko Tri kondisi pengajaran yang tepat sesuai
dengan harapan pengajar.
(2005:156) menyatakan bahwa:
2) Bakat seorang siswa dalam bidang
Sesungguhnya bakat merupakan pengajaran dapat diramalkan, baik
ukuran waktu yang diperlukan untuk tingkatannya maupun waktu yang
mempelajari suatu tugas pada jenjang dibutuhkan untuk mempelajari bahan
tertentu pada kondisi pengajaran yang tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks
diharapkan (ideal). tingkatan belajar siswa dan sebagai
suatu ukuran satuan waktu.
Setiap guru hendaknya menyadari 3) Tingkat hasil belajar bergantung pada
waktu yang digunakan secara nyata oleh
bahwa bakat setiap individu (siswa)
siswa untuk mempelajari sesuatu
berbeda satu dengan yang lainnya. dibandingkan dengan waktu yang
dibutuhkan untuk mempelajarinya
Demikian pula dalam kemampuan
4) Tingkat belajar sama dengan ketentuan,
untuk menangkap pelajaran dan tingkat kesempatan belajar bakat, kualitas
pengajaran, dan kemampuan memahami
usahanya bervariasi, maka faktor waktu
pelajaran.
yang dibutuhkan oleh individu siswa 5) Setiap siswa memperoleh kesempatan
belajar yang berdiferensiasi dan kualitas
yang berbeda juga akan berbeda untuk
pengajaran yang berdiferensiasi pula.
menguasai bahan yang sama. Siswa
Kelas yang menerapkan
yang bakat dan kemampuannya baik
pembelajaran tuntas memungkinkan
membutuhkan waktu yang lebih sedikit
adanya siswa yang luar biasa, cerdas
dibandingkan siswa yang bakat dan
dan mampu menyelesaikan KD-KD
kemampuannya sedang atau bahkan
jauh lebih cepat dengan nilai yang amat
kurang.
baik pula (>85). Siswa yang mengalami
Secara sederhana konsep belajar
kesulitan dalam mencapai tujuan
tuntas adalah bilamana siswa diberikan

77
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

pembelajaran yang telah ditetapkan adalah berupa program percepatan


akan mendapatkan pelajaran tambahan (akselerasi) secara alami, bukan dalam
(remedial). Bagi siswa yang berhasil bentuk kelas akselerasi.
tuntas menguasai kajian tersebut dapat 4. Perbedaan Antara Pembelajaran
diberikan program pengayaan Tuntas dengan Pembelajaran
(enrichment). Satu hal penting yang Konvensional
harus diingat dalam penerapan Pembelajaran tuntas yang
pendekatan belajar ini adalah dimaksudkan dalam pelaksanaan
penggunaan komunikasi yang tepat Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
memegang peranan sangat penting. Ini adalah pola pembelajaran yang
berkaitan dengan upaya agar siswa yang menggunakan prinsip ketuntasan
lamban tidak merasa rendah diri, dan secara individual. Dalam hal
siswa yang cepat menguasai suatu pemberian kebebasan belajar dan untuk
kajian tidak menjadi tinggi hati. mengurangi kegagalan siswa dalam
Hal lain yang harus diingat, belajar, strategi belajar tuntas menganut
dalam penggunaan pendekatan belajar pendekatan individual, dalam arti
tuntas (mastery learning) guru harus meskipun kegiatan belajar ditujukan
lebih sering memberikan umpan balik kepada sekelompok siswa (kelas), akan
(feed back) kepada seluruh anggota tetapi mengakui dan melayani
kelas. Ini akan memberikan informasi perbedaan-perbedaan perorangan siswa,
kepada siswa tentang kemajuan sehingga dengan penerapan
penguasaan mereka terhadap suatu pembelajaran tuntas memungkinkan
kajian yang sedang dipelajari, juga titik- berkembangnya potensi masing-masing
titik kelemahan mereka yang masih siswa secara optimal. Dasar pemikiran
harus diperbaiki. Kejelasan informasi belajar tuntas dengan pendekatan
sedang berada di titik mana kemampuan individual ialah adanya pengakuan
siswa dibanding penguasaan materi ajar terhadap perbedaan individual masing-
yang harus dituntaskan oleh siswa akan masing siswa.
membantu siswa belajar dengan lebih Perbedaan antara pembelajaran
efektif dan efisien. Bentuk layanan tuntas dengan pembelajaran
terbaik yang seharusnya diberikan konvensional adalah bahwa

78
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

pembelajaran tuntas dilakukan melaui Hasil belajar merupakan bagian


azas-azas ketuntasan belajar siswa terpenting dalam pembelajaran. Hasil
secara individual, sedangkan belajar adalah perubahan yang terjadi
pembelajaran konvensional pada pada diri individu yang belajar. Bukan
umumnya kurang memperhatikan saja perubahan mengenai pengetahuan,
ketuntasan belajar, khususnya tetapi juga kemampuan untuk
ketuntasan belajar secara individual. membentuk kecakapan dalam bersikap.
Hasil belajar merupakan hasil yang
Hasil Belajar
dicapai oleh siswa setelah proses
Pengertian Belajar
pembelajaran dalam waktu tertentu
Hakikat belajar adalah suatu
yang di ukur dengan menggunakan alat
aktivitas yang mengharapkan perubahan
evaluasi tertentu. Hal ini sama seperti
tingkah laku (behavioral change) pada
yang dikatakan Hamalik (2003:155)
diri individu yang belajar. Perubahan
bahwa hasil belajar adalah sebagai
tingkah laku terjadi karena usaha
terjadinya perubahan tingkah laku pada
individu yang bersangkutan. Slameto
diri seseorang yang dapat diamati dan di
(2003:5) berpendapat bahwa:
ukur bentuk pengetahuan, sikap, dan
Belajar ialah suatu proses usaha yang
keterampilannya. Selanjutnya menurut
dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku secara Dimyati dan Mudjiono (2006:3) bahwa :
keseluruhan, sebagai hasil
Hasil belajar merupakan tingkat
pengalamannya sendiri dalam interaksi
penguasaan yang dicapai oleh peserta
dengan lingkungannya.
didik dalam mengikuti program belajar
Berdasarkan prinsipnya, belajar
mengajar, sesuai dengan tujuan yang
adalah proses perubahan tingkah laku telah ditetapkan.
sebagai akibat dari interaksi antara
Berdasarkan pendapat di atas
siswa dengan sumber-sumber belajar,
dapat dikemukakan bahwa hasil belajar
baik sumber yang di desain maupun
seseorang sesuai dengan tingkat
yang dimanfaatkan. Proses belajar tidak
keberhasilan sesuatu dalam mempelajari
terjadi hanya karena adanya interaksi
materi pelajaran yang dinyatakan dalam
antara siswa dengan guru.
bentuk nilai atau raport setiap bidang
1. Pengertian Hasil Belajar
studi setelah mengalami proses belajar
mengajar. Tinggi rendahnya hasil

79
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

belajar siswa dapat diketahui setelah kompleks, dan gerakan ekspresif dan
interpreatif.
diadakan evaluasi.
Nana Sudjana (2011:39) Taksonomi Bloom
mengemukakan dua faktor yang dapat mengklasifikasikan Ranah Kognitif
mempengaruhi hasil belajar yang yang telah direvisi Anderson dan
dicapai siswa yaitu faktor dari dalam Krathwohl (2001:66-68) yaitu:
diri siswa (faktor intern) dan faktor mengingat (remember),
yang datang dari luar diri siswa (faktor memahami/mengerti (understand),
ekstern). menerapkan (apply), menganalisis
Tujuan pembelajaran dapat (analyze), mengevaluasi (evaluate), dan
dirumuskan pada tiga tingkatan, yaitu menciptakan (create).
tujuan umum pendidikan, taksonomi, Pemahaman atau dapat dijuga
dan tujuan yang operasional. Bloom, disebut dengan istilah mengerti
dkk dalam (Nana Sudjana, 2014:22), merupakan kegiatan mental intelektual
membagi hasil belajar dalam tiga ranah yang mengorganisasikan materi yang
atau domain, yang terletak pada telah diketahui. Temuan-temuan yang
tingkatan ke dua yang selanjutnya didapat dari mengetahui seperti definisi,
disebut Taksonomi, yaitu: informasi, peristiwa, fakta disusun
1. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil kembali dalam struktur kognitif yang
belajar intelektual yang terdiri dari
ada. Temuan-temuan ini
enam aspek, yakni pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, diakomodasikan dan kemudian
sintesis, dan evaluasi.
berasimilasi dengan struktur kognitif
2. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap
yang terdiri dari lima aspek, yakni yang ada, sehingga membentuk struktur
penerimaan (receiving/attending),
kognitif baru. Tingkatan dalam
jawaban (responding), penilaian
(valuing), organisasi (organization), dan pemahaman ini meliputi:Translasi,yaitu
internalisasi.
mengubah simbol tertentu menjadi
3. Ranah psikomotor, berkenaan dengan
hasil belajar keterampilan dan simbol lain tanpa perubahan makna.
kemampuan bertindak. Ada enam ranah
Interpretasi, yaitu menjelaskan makna
aspek psikomotor, yakni gerakan
refleks, keterampilan gerakan dasar, yang terdapat dalam simbol, baik dalam
kemampuan perseptual, keharmonisan
bentuk simbol verbal maupun non
atau ketetapan, gerakan keterampilan
verbal. Ekstrapolasi, yaitu melihat

80
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

kecenderungan, arah atau kelanjutan optimal, di antaranya adalah dengan


dari suatu temuan. penerapan strategi dan model
Hasil belajar dapat dikatakan pembelajaran. Setiap guru harus mampu
tuntas apabila telah memenuhi kriteria memilih strategi dan model
ketuntasan minimum yang ditetapkan pembelajaran yang dianggap cocok
oleh masing-masing guru mata dengan kondisi di lapangan. Oleh sebab
pelajaran. Hasil belajar sering itu, pembelajaran dapat tercapai dengan
dipergunakan dalam arti yang sangat baik apabila seorang guru mampu
luas yakni bermacam-macam aturan memilih strategi atau model
yang telah dicapai oleh murid, misalnya pembelajaran yang tepat, sesuai dengan
ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan situasi kondisi dan karakteristik siswa.
rumah, tes lisan yang dilakukan selama Dalam hal ini guru harus memahami
pelajaran berlangsung, tes ujian akhir benar adanya perbedaan kemampuan
sekolah dan sebagainya. siswa atau kecepatan daya tangkap
siswa terhadap materi pelajaran yang
Kaitan Model Pembelajaran Tuntas
disiapkan guru.
dan Hasil Belajar
Model pembelajaran dimaksudkan
Belajar dan pembelajaran
untuk menumbuhkan dan meningkatkan
merupakan suatu istilah yang memiliki
motivasi belajar siswa sehingga hasil
keterkaitan yang sangat erat dan tidak
belajar siswa dapat meningkat. Model
dapat dipisahkan satu sama lain dalam
pembelajaran yang dapat digunakan
proses pendidikan. Dengan adanya
adalah model pembelajaran tuntas
pembelajaran seorang siswa dapat
(mastery learning). Sistem belajar
mengetahui, memahami, serta
tuntas merupakan suatu pola pengajaran
mengartikan sesuatu yang menyebabkan
terstruktur yang bertujuan untuk
pada dirinya terjadi perubahan dari yang
mengadaptasikan pengajaran kepada
tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
kelompok siswa yang besar (pengajaran
mengerti menjadi mengerti. Dalam
klasikal), srhingga diberikan perhatian
proses pembelajaran, banyak cara yang
secukupnya pada sejumlah perbedaan
dapat dilakukan dalam rangka
yang terdapat diantara siswa, khususnya
meningkatkan hasil belajar secara

81
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

yang menyangkut kecepatan dalam oleh orang lain diterima sebagai


belajar (rate of progress). kebenaran.
Model pembelajaran tuntas Anggapan dasar yang dapat dirumuskan
(Mastery Learning) ini merupakan antara lain:
alternatif untuk lebih mengaktifkan 1) Siswa belum menguasai materi secara
siswa, karena model pembelajaran ini tuntas.
dapat meningkatkan kemampuan 2) Hasil belajar siswa yang menurun di
tanggung jawab peserta didik tentang kelas X IIS 1 dan X IIS 2 SMA Negeri
apa yang mereka pelajari. Melalui 1 Palimanan.
model pembelajaran tuntas ini 3) Model pembelajaran tuntas (mastery
diusahakan supaya sebanyak mungkin learning) dapat meningkatkan hasil
siswa dapat mencapai kriteria belajar siswa.
keberhasilan dalam waktu yang 6. Hipotesis
diberikan. Setelah selesai dalam menyusun
landasan teori, seorang peneliti biasanya
Anggapan Dasar dan Hipotesis
akan sampai pada suatu kesimpulan
5. Anggapan Dasar
tentang permasalahan penelitian.
Setelah penulis menjelaskan
Bertolak dari apa yang telah dilakukan
permasalahan secara jelas, yang
dalam mencari landasan teori, para
dipikirkan selanjutnya adalah suatu
peneliti akan mempunyai tiga peluang
gagasan tentang letak persoalan atau
dalam memberikan jawaban sementara
masalahnya dalam hubungan yang luas.
terkait dengan permasalahan penelitian.
Menurut Surakhmad dalam
Menurut Sugiyono (2012:96)
Arikunto (2013:104) Anggapan dasar
Hipotesis merupakan jawaban yang
atau postulat adalah sebuah titik tolak
bersifat sementara dari rumusan
pemikiran yang kebenarannya diterima
masalah yang dinyatakan dalam bentuk
oleh penyelidik. Dikatakan selanjutnya
kalimat tanya. Berdasarkan rumusan
bahwa setiap penyelidik dapat
masalah tersebut, hipotesis dalam
merumuskan postulat yang berbeda.
penelitian ini adalah:
Seorang penyelidik mungkin meragu-
Terdapat pengaruh yang
ragukan sesuatu anggapan dasar yang
signifikan penggunaan model

82
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

pembelajaran tuntas terhadap hasil IIS 1 sampai kelas X IIS 4. Jumlah


belajar siswa pada mata pelajaran seluruh siswa kelas X IIS adalah 149
ekonomi kelas X IIS di SMA Negeri 1 siswa.
Palimanan. 2. Sampel
Menurut Sugiyono (2012:118)
METODELOGI PENELITIAN
sampel adalah bagian dari jumlah dan
Metode Penelitian
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
Metode penelitian yang digunakan
tersebut.. Adapun teknik pengambilan
dalam penelitian ini adalah metode
sampel yang digunakan penulis adalah
eksperimen. Secara umum metode
purposive sampling. Purposive
penelitian diartikan sebagai cara ilmiah
sampling dikenal juga dengan sampling
untuk mendapatkan data dengan tujuan
pertimbangan atau sampel bertujuan.
dan kegunanaan tertentu.
Sedangkan Desain penelitian Teknik Pengumpulan Data
eksperimen yang penulis ambil adalah Teknik pengumpulan data yang
Desain Kelompok Kontrol Prates-Pasca diperlukan dalam penelitian adalah
Tes Beracak (RandomizedPre-Test- teknik pengumpulan data mana yang
Post-Test Control Group Design). paling tepat, sehingga benar-benar
didapat data yang valid dan reliabel.
Populasi dan Sampel
Riduwan (2013:69) menjelaskan bahwa
1. Populasi
Instrumen adalah alat bantu yang
Populasi ialah wilayah
dipilih dan digunakan oleh peneliti
generalisasi yang terdiri atas objek atau
dalam kegiatannya mengumpulkan agar
subjek yang mempunyai kualitas dan
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan
dipermudah olehnya.
oleh peneliti untuk dipelajari dan
Instrument yang penulis gunakan
kemudian ditarik kesimpulannya.
dalam penelitian ini yaitu diantaranya:
Populasi dalam penelitian ini
1) Tes (Test)
adalah siswa kelas X IIS di SMA Negeri
Tes merupakan prosedur
1 Palimanan tahun pelajaran 2014/2015
sistematik dimana individual yang di tes
yang terdiri dari 4 kelas yaitu kelas X
direpresentasikan dengan suatu set

83
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

stimulasi jawaban mereka yang dapat Respon siswa pada mata pelajaran
ditunjukan dalam angka. Tes sebagai ekonomi yang menggunakan model
instrumen pengumpulan data umumnya pembelajaran tuntas (mastery learning)
bersifat mengukur. dapat diketahui melalui perhitungan
2) Angket (Questionnaire) hasil angket.
Nana Syaodih (2013:219) Berdasarkan rata-rata masing-
menjelaskan bahwa Angket atau masing peserta yang menjawab Sangat
kuesioner merupakan suatu teknik atau Setuju (SS) sebanyak 11,35 dengan
cara pengumpulan data secara tidak persentase 33,4%, Setuju (S)sebanyak
langsung (peneliti tidak langsung 18,2 dengan persentase 53,5%, Netral
bertanya jawab dengan responden). (N) sebanyak 4 dengan persentase
Instrumen atau alat pengumpulan 11,8%, Tidak Setuju (TS) sebanyak
datanya juga disebut angket berisi 0,35 dengan persentase 1,0%, dan
sejumlah pertanyaan atau pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS)sebanyak 0,1
yang harus dijawab atau direspon oleh dengan persentase 0,3%. Maka dapat
responden. Angket yang penulis disimpulkan bahwa respon belajar siswa
gunakan sebagai instrumen dalam pada mata pelajaran ekonomi
penelitian ini adalah angket tertutup. (konsep/materi manajemen) yang
Angket tertutup adalah angket yang menggunakan model pembelajaran
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa tuntas (mastery learning) rata-rata
sehingga responden diminta untuk mayoritas menjawab Setuju. Hal ini
memilih satu jawaban yang sesuai terlihat dari hasil tabelalternatif jawaban
dengan karakteristik dirinya dengan dengan rata-rata prosentase 53,5%.
cara memberikan tanda silang (x) atau Total angket dihitung berdasarkan
tanda checklist () pada kolom yang perhitungan perbandingan skor yang
telah disediakan. dicapai dengan skor ideal, skor ideal
untuk variabel tersebut, yaitu 15 item
PEMBAHASAN HASIL
34 responden 5 (skor tertinggi untuk
PENELITIAN
setiap item) = 3400. Jumlah skor
A. Respon Siswa Setelah Penerapan
capaian adalah 2847. Berdasarkan data
Model Pembelajaran Tuntas (Mastery
Learning) yang diperoleh dari 34 responden,

84
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

persentase capaian skor respon siswa demikian hasil belajar siswa kelas
terhadap penerapan model pembelajaran eksperimen lebih baik dari kelas
tuntas adalah 2847/3400 x 100% = kontrol.
83,74%. Persentase kelompok
Pengaruh Penerapan Model
responden untuk variabel ini apabila
Pembelajaran tuntas (mastery
dilihat dari gambar di bawah yaitu learning) Terhadap Hasil Belajar
dalam kategori sangat baik. Signifikanatautidaknyapengaruhp
enerapan model pembelajarantuntas
Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang
(mastery learning)
Menggunakan Model Pembelajaran
Tuntas (Mastery Learning) Dengan terhadaphasilbelajarsiswaadalah
Model Pembelajaran yang denganmenggunakanuji-t
Konvensional pada Mata Pelajaran
padaujiregresidenganhipotesis sebagai
Ekonomi
berikut:
Perbedaan hasil belajar siswa
Hipotesis
yang menggunakan model
Ha = Penerapan model
pembelajarantuntas (Mastery Learning)
pembelajarantuntas (mastery learning)
dengan yang menggunakan model
berpengaruh signifikan terhadap
pembelajaran konvensional diperoleh
peningkatan hasil belajar siswa.
nilai thitung = 5,361 dengan derajat
Ho= Penerapan model pembelajaran
kebebasan (n1+n2)-2 = 70-2 = 68,
tuntas (mastery learning) tidak
diperoleh ttabel= 2,00 dengan = 0,05
berpengaruh signifikan terhadap
dan diperoleh nilai Sig. (2-tailed) =
peningkatan hasil belajar siswa.
0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat
Dengan kriteria pengambilan keputusan
disimpulkan bahwa thitung > ttabel sehingga
sebagai berikut:
Ha diterima dan Ho ditolak, artinya
Jika nilai thitung ttabel, maka Ho ditolak
terdapat perbedaan skor N-gain antara
artinya koefisien regresi signifikan
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Jika nilai thitung ttabel, maka Ho diterima
Dapat di lihat pada table di atas, rata-
artinya koefisien regresi tidak
rata N-gain kelas Eksperimen 0,60
signifikan.
(kategori sedang), sementara kelas
Mengacu
kontrol 0,34 (kategori sedang). Dengan
padaperhitungan sebelumnya telah

85
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

diperoleh koefisien regresi X nilai thitung dan apabila diinterpretasi nilai 83,74%
sebesar 5,679. Dengan tingkat termasuk kriteria sangat baik.
signifikansi = 0,05 dan dk (n-2) = 34 2. Berdasarkan rumusan masalah yaitu
2 = 32 dilakukan uji satu pihak, Bagaimana perbedaan hasil belajar
sehingga diperoleh nilai ttabel adalah siswa setelah penerapan model
2,037. Karena nilai thitung ttabel atau pembelajaran tuntas (mastery learning)
5,679 2,037 maka Ha diterima, artinya dengan pembelajaran konvensional pada
koefisien regresi signifikan atau dengan mata pelajaran ekonomi? Melalui
kata lain penggunaan model pengujian hipotesis yang telah
pembelajaran tuntas (mastery learning) dilakukan, maka hipotesis yang
berpengaruh signifikan terhadap diajukan penulis yaitu Terdapat
peningkatan hasil belajar. perbedaan hasil belajar siswa antara
penerapanmodel pembelajaran tuntas
SIMPULAN
(mastery learning) dengan pembelajaran
1. Berdasarkan rumusan masalahyaitu
konvensionalpada mata pelajaran
bagaimana respon siswa setelah
Ekonomi di SMA Negeri 1 Kabupaten
penerapan model pembelajaran tuntas
Cirebon, dimana hasil belajar siswa
(mastery learning)? Melalui pengujian
pada mata pelajaran ekonomi dengan
hipotesis yang telah dilakukan, hasil
penerapan model pembelajaran tuntas
analisis angket menunjukkan bahwa
(mastery learning) lebih baik daripada
jumlah seluruh siswa yang menjawab
pembelajaran konvensional.
angket model pembelajaran tuntas
3. Berdasarkan rumusan masalah yaitu
(mastery learning) dengan skor 2847
Bagaimana pengaruh penerapan model
termasuk dalam kategori interval setuju,
pembelajaran tuntas (mastery learning)
dan memperoleh persentase sebesar
terhadap hasil belajar siswa pada mata
83,74%.Hal ini membuktikan bahwa
pelajaran ekonomi? Melalui pengujian
respon siswa mengenai penerapan
hipotesis yang telah dilakukan, maka
model pembelajaran tuntas (mastery
hipotesis yang diajukan penulis yaitu
learning) (konsep/materi
Terdapat pengaruh yang signifikan
manajemen)mempunyai kategori setuju,
penerapan model pembelajaran tuntas
(mastery learning) terhadap hasil

86
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

belajar siswa pada mata pelajaranMudjiono dan Dimyati. (2006). Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka
ekonomi di SMA Negeri 1 Kabupaten
Cipta.
Cirebon.
Purwanto. (2011). Evaluasi Hasil Belajar.
Yogyakarta: Puataka Pelajar.
Riduwan (2013). Belajar Mudah Penelitian
DAFTAR PUSTAKA untuk Guru-Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: CV. ALFABETA.
Abu Ahmadi dan Joko Tri. (2005). SBMSagala, S. (2010). Konsep dan Makna
(Strategi Belajar Mengajar). Bandung: Pembelajaran. Bandung:
Pustaka Setia. CV.ALFABETA.
Anderson L.W. dan Krathwohl D.R. (2001). ASlameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor
Taxonomy for Learning, Teaching, and yang Mempengaruhi. Jakarta. Rineka
Assessing: A Revision of Blooms Cipta.
Taxonomy of EducationalObjectives.
New york: Longman. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung:
Tarsito.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: RinekaSudjana, N. (2011). Dasar-dasar Proses
Cipta. Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Aunurrahman. (2011). Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. -------- (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Dimyati & Mudjiono. (2013). Belajar dan Rosdakarya.
Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Hamalik, O. (2003). Kurikulum dan Pendidikan. Bandung: CV. Alfabeta.
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sukardi. (2012). Metodologi Penelitian
Indonesia, R. (2003). Undang-Undang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 Tentang Sistem PemndidikanSuryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan.
Nasional. Jakarta. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali.

Jihad & Haris. (2012). Evaluasi Pembelajaran.Sundayana, R. (2014). Statistika Penelitian


Yogyakarta: Multi Pressindo. Pendidikan. Bandung: CV.
ALFABETA.
Kunandar. (2014). Penilaian Autentik
(Penilaian Hasil Belajar Peserta DidikSyaodih, N. (2013). Metode Penelitian
Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
PT. Raja Grafindo Persada. Rosdakarya. (Setiawan, 2013)

Majid, A. (Bandung). Strategi Pembelajaran.Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu


2013: Remaja Rosdakarya. dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi Pustaka Publisher.

87
JURNAL LOGIKA, Vol XVII, No 2, Agustus 2016 ISSN: 1978-2560
www.jurnal.unswagati.ac.id

Sunarti dan Selly Rahmawati. (2014).


Penilaian Dalam Kurikulum 2013
(Membentu Guru Dan Calon Guru
Mengetahui Langkah-Langkah
Pembelajaran). Yogyakarta. ANDI
Wena Made. (2009). Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontemporer. Jakarta:
Gramedia.

88

Anda mungkin juga menyukai