Anda di halaman 1dari 6

BAB V

ANALISIS KIMIA DAN PENGUJIAN MUTU BAHAN BAKU DAN SEDIAAN


(rechecked)

Zat aktif yang dianalisis adalah bentuk zat aktif akhir, setelah diputuskan dalam farmakologi.
Pustakanya adalah : FI IV, USP, BP, Eur Ph., JP, TPC, BPC, Florey, Martindale, Merck Index,
AOAC, Clarks, Handbook/textbook tentang Kimia & Analisis Farmasi, Jurnal Ilmiah
Kefarmasian, dll

V.1. GUGUS FUNGSI, JENIS IKATAN, RANGKA MOLEKUL DAN ION YANG DAPAT DIGUNAKAN
SEBAGAI DASAR UNTUK ANALISIS

Senyawa Terazosin HCl memiliki struktur molekul sebagai berikut:

+ HCl
(C19H25N5O4.HCl)
(karbon kiral diberitanda pada strukturnya)
(423,9)
Nama Kimia : 1-(4-Amino6,7dimethoxy-2-quinazolinyl)-4-[(tetrahydro-2-furanyl)-
carbonyl]-piperazine

Senyawa (Terazosin HCl) termasuk senyawa turunan/derivatif dari piperazine


Clarkes

Gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa (nama zat aktif)antara lain:
Nama Struktur

Amin Primer
Amin tersier

Amida

Eter

Jenis ikatan yang terdapat dalam senyawa (terazosin) adalah:


- Ikatan kovalen: C-C, C-H, C-N, C=O, C-0

Data fisik dan kimia (terazosin)adalah sebagai berikut: (dapat dilihat dari Bab I Poin I.1)
(FI III/IV..., Merck Index..., TPC...)

1
Metode reaksi gugus fungsi
Mengacu pada gugus fungsi dan ion pada senyawa, maka metode reaksi gugus fungsi yang dapat
dilakukan terhadap senyawa (terazosin HCl) adalah:
1. Pemeriksaan klorida (CCIO, 15)
Tambahkan asam nitrat encer dan perak nitrat terbentuk endapan putih yang larut
dalam amonia encer, jika ditambah HNO3 terjadi endapan lagi
Dipanaskan dengan asam sulfat pekat dan KmnO4 terjadi gas Cl2 yg dapat memberi
warna biru kertas kanji iodida atau memutihkan kertas lakmus basah
2. Pemeriksaan Amin Primer (CCIO, 34)
Pada larutan zat dalam etanol tambahkan CS2 dan panaskan, tambahkan larutan raksa
(II) klorida bau khas mustard oil
Pada larutan zat dalam etanol tambahkan kloroform dan larutan natrium hidroksi,
panaskan bau isonitril (beracun
3. Pemeriksaan Amida (CCIO, 35)
10 mg zat dilebur sampai terbentuk gas amoniak, residu dilarutkan dalam air dan
tambahkan beberapa tetes natrium hidroksida dan satu tetes tembaga sulfat warna
merah ungu (Uji Biuret)

V.3. DATA DAN SISTEM KROMATOGRAFI


1. Kromatografi Lapis Tipis
Prinsip: Pemisahan zat terlarut dalam sistem yang terdiri dari dua fase, yaitu fase diam (serbuk halus yang
dilapiskan pada lempeng kaca, plastik, atau logam secara merata) dan fase gerak
(pelarut/campuranpelarut)
Fase gerak: kloroform : toluene : metanol (9:1:6)
Fase diam: silika gel 60 F254
Penampak noda: cahaya UV pendek dan semprotan KI-pati
Rf: 0.6
(Florey, jilid 20 hal 717)

2. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi


Prinsip: KCKT memiliki system pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi tinggi yang menerapkan
kemampuan kemajuan teknologi kolom, system pompa bertekanan tinggi dandetektor yang
sensitif.
fase gerak: disodium hydrogen phosphate (0.01 M):acetonitrile:tetrahydrofuran (76:22:2) (pH 6.5)
kolom: KR1005-C18 (metaphase, 150 4 mm i.d., 5 m); (guard) RP-18 (Perisorb, 30 to 40 m pellicular).
laju aliran: 1.0 ml/menit
detektor: deteksi fluorosens (ex = 250 nm; em = 370 nm)
Retention time 2.2 min.
Internal standard (IS): prazosin.
(Florey, jilid 20 hal 719, Clarkes , Hal 1606)

V.4. STABILITAS DAN KEMURNIAN


Stabilitas
pada bentuk padat, terazosin relatif stabil di bawah suhu tinggi dan kondisi degradatif fotokimia. senyawa ini
juga relatif stabil dalam air dan dalam suhu ruang serta peningkatan suhu dalam jangka waktu pendek. namun
senyawa ini menunjukkan degradasi pada larutan asam lemah pada suhu ruang dan degradasi yang cepat pada
asam lemah encer dan basa lemah encer pada suhu yang meningkat.
(Florey, jilid 20 hal 714)

2
KEMURNIAN
Kemurnian adalah keadaan dimana zat bebas dari bahan asing. Selain dari kontaminasi bahan asing,
ketidakmurnian bisa terjadi karena ketidakstabilan zat, konstanta fisik suatu zat seperti titik lebur,
titik didih, indeks bias, berat jenis, dan rotasi optik merupakan karakteristik yang berguna dalam
identifikasi dan penentuan kemurnian suatu senyawa (backet, hal 9)
(ditulis sesuai dengan monografi pustaka: FI IV, USP, BP, Eur. P, TPC, BPC, dll)
A. Penetapan jarak lebur
Syarat : 278-279oC (Clark)
Tujuan : Menentukan suhu lebur zat padat dan menggunakannya sebagai kriteria dalam
identifikasi dan pemeriksaan kemurnian.
Prinsip : Jarak lebur/suhu lebur zat padat adalah rentang suhu atau suhu pada saat zat padat
menyatu dan melebur sempurna. Pada suhu yang lebih rendah dari suhu lebur, zat
berada dalam bentuk fase padat. Pada saat suhu lebur tercapai, zat padat melebur
menjadi fase cair sampai tercapai kesetimbangan antara fase padat dan fase cair. Pada
saat semua zat padat melebur hanya terdapat fase cair dan penambahan panas
selanjutnya menyebabkan kenaikkan suhu secara linear. Penetapan suhu lebur antara
sampel dibandingkan dengan suhu lebur campuran sampel dan pembanding yang sesuai
(BPFI) (1:1) dapat digunakan sebagai konfirmasi identitas kimia bila memberikan hasil
yang sesuai.
Prosedur : Metode III:
Siapkan dan masukkan zat uji ke kapiler seperti metode I, panaskan tangas hingga suhu
10 di bawah suhu lebur yang diperkirakan, naikkan suhu dengan kecepatan 10,5 per
menit, masukkan kapiler saat suhu mencapai 5 di bawah suhu terendah yang
diperkirakan, lanjutkan pemanasan hingga melebur sempurna.
Pustaka : FI IV <1021> halaman 1032-1033

F. Penetapan susut pengeringan


Syarat : Senyawa (terazosin HCl) memiliki susut pengeringan tidak lebih dari 9% (USP 37)
Tujuan: Penetapan jumlah semua jenis bahan yang mudah menguap dan hilang pada kondisi
tertentu (FI IV halaman 1043).
Prinsip: Kehilangan bobot disebabkan oleh adanya sisa bahan yang mudah menguap, termasuk
pelarut organik dan air, pada suhu pemanasan 1052C (H.J. Roth 477, FI IV hal 1043).
Untuk zat yang diperkirakan hanya mengandung air sebagai satu-satunya zat yang
mudah menguap, hanya melakukan penetapan kadar air (FI IV halaman 1043).
Prosedur: Campur dan timbang zat uji 1-2 g (zat hablur digerus cepat hingga ukuran partikel
2mm), tara botol timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan 30 menit,
masukkan zat uji ke botol, timbang botol beserta isinya, ratakan zat uji dengan
menggoyang sampai setinggi 5 mm (tidak lebih dari 10 mm untuk ruahan), masukkan
botol dan sumbatnya dalam oven vakum pada suhu 1050C selama 3 jam, waktu oven
dibuka botol segera ditutup dan dimasukkan desikator sampai suhu kamar sebelum
ditimbang.
Pustaka: USP 37

G. Penetapan sisa pemijaran


Syarat : (Tidak lebih dari 0,2% (USP 35)
Tujuan: Pemeriksaan kemurnian senyawa organik terhadap pencemar anorganik (kation dan
silikat), terutama pada saat pembuatan. Metode abu sulfat dapat dihindari keraguan

3
dan kesalahan metode abu yaitu misalnya menguapnya alkali klorida atau penguraian
alkali tanah karbonat (H.J. Roth halaman 483).
Prinsip: Komponen yang tidak menguap pada pemijaran dengan asam sulfat dan tetap tinggal
setelah pemijaran pada 450- 800 25C. Dengan adanya asam sulfat akan terbentuk
garam sulfat yang sesuai, yang akan tetap bertahan pada suhu tinggi (Hj.Roth halaman
483-484).
Prosedur:
Metode I : Masukkan zat 1 g kedalam krus yang sesuai yang sebelumya dipijarkan, didinginkan,
dan ditimbang. Panaskan sampai zat mengarang sempurna. Tambahkan asam sulfat,
panaskan sampai tidak terbentuk asap putih, pijarkan 800 25C sampai arang habis
terbakar (kecuali dinyatakan lain dalam monografi), lalu timbang sampai diperoleh
bobot tetap.
Pustaka: FI IV<301> halaman 925

M. Uji batas logam berat


Pustaka utama : FI IV, Lampiran <371>, hlm.931-934
Syarat : (0,002%) (USP 35)
Tujuan : Menentukan batas logam berat terdapat dalam sediaan farmasi .
Prinsip : Pada kondisi penetapan cemaran logam berat bereaksi dendan ion sulfida menghasilkan
warna yang dibandingkan secara visual terhadap larutan baku batas logam berat yang
tertera pada masing-masing monografi, dinyatakan dalam persen (bobot) timbal dalam
zat uji.
Prosedur : Menggunakan Metode II (USP 35)

V.5.METODE-METODE ANALISIS YANG DIUSULKAN DALAM PENGUJIAN MUTU BAHAN BAKU DAN SEDIAAN

1. Bahan Baku
a. Identifikasi Bahan Baku
1) Spektrofotometri IR
Prosedur: spektrum diuji dari zat padat yang didispersikan dalam KBr
Syarat: pola spektrum inframerah zat uji sama dengan pola spektrum IR dari terazosin standar
(USP 35 hal 4785)
2) Uji klorida
Preparasi: melarutkan 100 mg dalam 10 mL larutan metanol (90 dalam 100)
Prosedur: campurkan zat uji dengan mangan dioksida dengan berat yang setara, dilembabkan dengan asam
sulfat. campuran tersebut dipanaskan.
Syarat: klorin diidentifikasi dengan warna biru pada kertas iodida
(USP 35 hal 4785)

b. Penetapan Kadar Bahan Baku


Syarat: terazosin HCl mengandung tidak kurang dari 98.0 % dan tidak lebih dari 102% dari
C12H25N5O4.HCl terhadap zat yang telah dikeringkan
1) HPLC
Fase gerak: buffer sitrat pH 3.2:asetonitril (1685:315)

4
Larutan standar: larutkan sejumlah tertentu Tetrazosin HCl RS dalam fase gerak hingga diperoleh
konsentrasi sekitar 0.5 mg/ml. Ambil 10 mL dilarutkan dengan fase gerak hingga 50 mL. Ambil 10 mL
dan dilarutkan dengan fase gerak hinggal 100mL
Larutan uji: sekitar 100mg terasozin HCl (ditimbang dengan akurat) dilarutkan dengan fase gerak
hingga 200mL. Ambil 10 mL dan dilarutkan dengan fase gerak hingga 50 mL. Ambil 10 mL dan
dilarutkan dengan fase gerak hinggal 100mL
Prosedur: injekkan 20l larutan standar dan larutan uji ke dalam HPLC dan rekam ktromatogram sekitar 45
menit. Jumlah terazosin HCl dihitung dengan rumus
10.000C(ru/rs)
C: konsentrasi (mg/mL)
ru dan rs adalah respon puncak dari larutan uji dan larutan standar

2) Titrasi (BP 2009 hal 5889)


prosedur: larutkan 0.300 g dengan 5.0 ml HCl 0.01 M dan 50 mL metanol R. titrasi dengan NaOH 0.1 N.
tentukan titik akhir secara potensiometri. baca volume yang ditambahkan di antara 2 titik infleksi
1mL dari NaOH 0.1 M sebanding dengan 42.39 mg C19H26CLN5O4

2. Sediaan
a. Identifikasi Bahan Baku dalam Sediaan
Spektro UV
Larutan standar: 0.005 mg/mL standar tetrazosin disonikasi selama 10 menit hingga terlarut sempurna.
Saring dengan filter nilon 0.45m. buang 5 mL saringan pertama
Larutan uji: 10 mg tablet yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, dilarutkan
dengan HCL 0.1N hingga 50% volume labu. Disonikasi selama 10 menit. Larutkan dengan pelarut HCL
0.1N hingga volume batas. Ambil 5mL larutan dan dicampurkan HCl 0.1N hingga 100 mL. 20 mL
campuran disaring dengan filter PTFE 0.45m. buang 5 mL filtrat pertama
Syarat: pola spektrum UV Larutan sampel dan uji sama/berhimpitan.
(USP 35, hal 4787)

b. Penetapan Kadar Bahan Baku dalam Sediaan


Tablet Terazosin menganding tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110% dari C19H25N5O4.HCL
HPLC
Fase gerak: asetonitril:air (7:3). Ditambahkan 10ml/L asam asetat glasial. Disaring dengan filter nilon
0.45m. pipet 0.2 dietilamin dan campurkan.
Detektor: UV 254 nm
Kolom: 4.6 mm x 15cm-5m packing L1
Laju alir: 2.5ml/menit
Ukuran injeksi: 25l
Persentase terazosin dengan yang tercantum dalam label adalah:
Hasil: (ru/rs) x (Cs/Cu) x (Mr1/Mr2) x 100
Ru: respon puncak terazosin larutan uji
Rs: respon puncak terazosin larutan standar
Cu: konsentrasi terazosin Hcl dalam larutan uji (mg/mL)
Cs: konsentrasi terazosin Hcl dalam larutan standar (mg/mL)
Mr1: Mr terazosin 387,43
Mr2: Mr terazosin HCl 423,89

V.6. PREPARASI SAMPEL


Bentuk sediaan yang akan dibuat adalah tablet
Metode identifikasi yang dipilih: Spektrofotometri UV
Metode penetapan kadar yang dipilih: HPLC

5
*berdasarkan metode identifikasi dan penetapan kadar zat aktif dalam eksipien di atas, untuk mengatasi masalah
eksipien yang kemungkinan dapat mengganggu analisis maka harus dilakukan preparasi sampel sebagai berikut:
1) identifikasi zat aktif dalam sediaan (spektro UV)
Preparasi sampel: 10 mg tablet yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, dilarutkan
dengan HCL 0.1N hingga 50% volume labu. Disonikasi selama 10 menit. Larutkan dengan pelarut HCL
0.1N hingga volume batas. Ambil 5mL larutan dan dicampurkan HCl 0.1N hingga 100 mL. 20 mL campuran
disaring dengan filter PTFE 0.45m. buang 5 mL filtrat pertama
(USP 35, hal 4787)
2) Penetapan kadar zat aktif dalam sediaan (HPLC)
Pelarut: HCL dalam air (2:3)
Preparasi sampel: 20 tablet digerus, timbang sejumlah serbuk yang setara dengan 10 mg terazosin dan
masukkan ke dalam labu 200 ml. Ditambahkan 100 mL pelarut dan disonikasi selama 10 menit. Dikocok
secara mekanik selama 10 menit. Ulangi hingga sampel terdispersi sempurna. Larutkan kembali dengan
pelarut hingga volume batas. Saring campuran dengan filter PTFE 0.45m. buang 5 mL filtrat pertama
(USP 35, hal 4787)

V.8. USULAN PENGUJIAN MUTU BAHAN BAKU & SEDIAAN (METODE UTAMA & ALTERNATIF)

A. IDENTIFIKASI BAHAN BAKU


Metode Utama:Spektrofotometri Infra merah
Alasan: akurasi tinggi, spesifik

Metode Alternatif:Uji Klorida


Alasan: cepat dan sederhana

B. PENETAPAN KADAR BAHAN BAKU


Metode utama: HPLC
Alasan: akurasi tinggi

Metode alternatif: titrasi


Alasan: cepat dan sederhana

C. Identifikasi zat aktif dalam sediaan


Metode Utama: Spektro UV
Prinsip: pola spektrum uji dan standar sama
Alasan: Cepat, sederhana, akurat

Metode Alternatif: HPLC


Prinsip: Rt kromatogram & maks larutan uji dan standar sama
Alasan: akurat

D. PENETAPANKADAR ZAT AKTIF DALAM SEDIAAN


Metode utama: HPLC
Alasan: akurat, spesifik

Metode alternatif: spektro UV


Alasan: cepat, akurat

Anda mungkin juga menyukai