Zat aktif yang dianalisis adalah bentuk zat aktif akhir, setelah diputuskan dalam farmakologi.
Pustakanya adalah : FI IV, USP, BP, Eur Ph., JP, TPC, BPC, Florey, Martindale, Merck Index,
AOAC, Clarks, Handbook/textbook tentang Kimia & Analisis Farmasi, Jurnal Ilmiah
Kefarmasian, dll
V.1. GUGUS FUNGSI, JENIS IKATAN, RANGKA MOLEKUL DAN ION YANG DAPAT DIGUNAKAN
SEBAGAI DASAR UNTUK ANALISIS
+ HCl
(C19H25N5O4.HCl)
(karbon kiral diberitanda pada strukturnya)
(423,9)
Nama Kimia : 1-(4-Amino6,7dimethoxy-2-quinazolinyl)-4-[(tetrahydro-2-furanyl)-
carbonyl]-piperazine
Gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa (nama zat aktif)antara lain:
Nama Struktur
Amin Primer
Amin tersier
Amida
Eter
Data fisik dan kimia (terazosin)adalah sebagai berikut: (dapat dilihat dari Bab I Poin I.1)
(FI III/IV..., Merck Index..., TPC...)
1
Metode reaksi gugus fungsi
Mengacu pada gugus fungsi dan ion pada senyawa, maka metode reaksi gugus fungsi yang dapat
dilakukan terhadap senyawa (terazosin HCl) adalah:
1. Pemeriksaan klorida (CCIO, 15)
Tambahkan asam nitrat encer dan perak nitrat terbentuk endapan putih yang larut
dalam amonia encer, jika ditambah HNO3 terjadi endapan lagi
Dipanaskan dengan asam sulfat pekat dan KmnO4 terjadi gas Cl2 yg dapat memberi
warna biru kertas kanji iodida atau memutihkan kertas lakmus basah
2. Pemeriksaan Amin Primer (CCIO, 34)
Pada larutan zat dalam etanol tambahkan CS2 dan panaskan, tambahkan larutan raksa
(II) klorida bau khas mustard oil
Pada larutan zat dalam etanol tambahkan kloroform dan larutan natrium hidroksi,
panaskan bau isonitril (beracun
3. Pemeriksaan Amida (CCIO, 35)
10 mg zat dilebur sampai terbentuk gas amoniak, residu dilarutkan dalam air dan
tambahkan beberapa tetes natrium hidroksida dan satu tetes tembaga sulfat warna
merah ungu (Uji Biuret)
2
KEMURNIAN
Kemurnian adalah keadaan dimana zat bebas dari bahan asing. Selain dari kontaminasi bahan asing,
ketidakmurnian bisa terjadi karena ketidakstabilan zat, konstanta fisik suatu zat seperti titik lebur,
titik didih, indeks bias, berat jenis, dan rotasi optik merupakan karakteristik yang berguna dalam
identifikasi dan penentuan kemurnian suatu senyawa (backet, hal 9)
(ditulis sesuai dengan monografi pustaka: FI IV, USP, BP, Eur. P, TPC, BPC, dll)
A. Penetapan jarak lebur
Syarat : 278-279oC (Clark)
Tujuan : Menentukan suhu lebur zat padat dan menggunakannya sebagai kriteria dalam
identifikasi dan pemeriksaan kemurnian.
Prinsip : Jarak lebur/suhu lebur zat padat adalah rentang suhu atau suhu pada saat zat padat
menyatu dan melebur sempurna. Pada suhu yang lebih rendah dari suhu lebur, zat
berada dalam bentuk fase padat. Pada saat suhu lebur tercapai, zat padat melebur
menjadi fase cair sampai tercapai kesetimbangan antara fase padat dan fase cair. Pada
saat semua zat padat melebur hanya terdapat fase cair dan penambahan panas
selanjutnya menyebabkan kenaikkan suhu secara linear. Penetapan suhu lebur antara
sampel dibandingkan dengan suhu lebur campuran sampel dan pembanding yang sesuai
(BPFI) (1:1) dapat digunakan sebagai konfirmasi identitas kimia bila memberikan hasil
yang sesuai.
Prosedur : Metode III:
Siapkan dan masukkan zat uji ke kapiler seperti metode I, panaskan tangas hingga suhu
10 di bawah suhu lebur yang diperkirakan, naikkan suhu dengan kecepatan 10,5 per
menit, masukkan kapiler saat suhu mencapai 5 di bawah suhu terendah yang
diperkirakan, lanjutkan pemanasan hingga melebur sempurna.
Pustaka : FI IV <1021> halaman 1032-1033
3
dan kesalahan metode abu yaitu misalnya menguapnya alkali klorida atau penguraian
alkali tanah karbonat (H.J. Roth halaman 483).
Prinsip: Komponen yang tidak menguap pada pemijaran dengan asam sulfat dan tetap tinggal
setelah pemijaran pada 450- 800 25C. Dengan adanya asam sulfat akan terbentuk
garam sulfat yang sesuai, yang akan tetap bertahan pada suhu tinggi (Hj.Roth halaman
483-484).
Prosedur:
Metode I : Masukkan zat 1 g kedalam krus yang sesuai yang sebelumya dipijarkan, didinginkan,
dan ditimbang. Panaskan sampai zat mengarang sempurna. Tambahkan asam sulfat,
panaskan sampai tidak terbentuk asap putih, pijarkan 800 25C sampai arang habis
terbakar (kecuali dinyatakan lain dalam monografi), lalu timbang sampai diperoleh
bobot tetap.
Pustaka: FI IV<301> halaman 925
V.5.METODE-METODE ANALISIS YANG DIUSULKAN DALAM PENGUJIAN MUTU BAHAN BAKU DAN SEDIAAN
1. Bahan Baku
a. Identifikasi Bahan Baku
1) Spektrofotometri IR
Prosedur: spektrum diuji dari zat padat yang didispersikan dalam KBr
Syarat: pola spektrum inframerah zat uji sama dengan pola spektrum IR dari terazosin standar
(USP 35 hal 4785)
2) Uji klorida
Preparasi: melarutkan 100 mg dalam 10 mL larutan metanol (90 dalam 100)
Prosedur: campurkan zat uji dengan mangan dioksida dengan berat yang setara, dilembabkan dengan asam
sulfat. campuran tersebut dipanaskan.
Syarat: klorin diidentifikasi dengan warna biru pada kertas iodida
(USP 35 hal 4785)
4
Larutan standar: larutkan sejumlah tertentu Tetrazosin HCl RS dalam fase gerak hingga diperoleh
konsentrasi sekitar 0.5 mg/ml. Ambil 10 mL dilarutkan dengan fase gerak hingga 50 mL. Ambil 10 mL
dan dilarutkan dengan fase gerak hinggal 100mL
Larutan uji: sekitar 100mg terasozin HCl (ditimbang dengan akurat) dilarutkan dengan fase gerak
hingga 200mL. Ambil 10 mL dan dilarutkan dengan fase gerak hingga 50 mL. Ambil 10 mL dan
dilarutkan dengan fase gerak hinggal 100mL
Prosedur: injekkan 20l larutan standar dan larutan uji ke dalam HPLC dan rekam ktromatogram sekitar 45
menit. Jumlah terazosin HCl dihitung dengan rumus
10.000C(ru/rs)
C: konsentrasi (mg/mL)
ru dan rs adalah respon puncak dari larutan uji dan larutan standar
2. Sediaan
a. Identifikasi Bahan Baku dalam Sediaan
Spektro UV
Larutan standar: 0.005 mg/mL standar tetrazosin disonikasi selama 10 menit hingga terlarut sempurna.
Saring dengan filter nilon 0.45m. buang 5 mL saringan pertama
Larutan uji: 10 mg tablet yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, dilarutkan
dengan HCL 0.1N hingga 50% volume labu. Disonikasi selama 10 menit. Larutkan dengan pelarut HCL
0.1N hingga volume batas. Ambil 5mL larutan dan dicampurkan HCl 0.1N hingga 100 mL. 20 mL
campuran disaring dengan filter PTFE 0.45m. buang 5 mL filtrat pertama
Syarat: pola spektrum UV Larutan sampel dan uji sama/berhimpitan.
(USP 35, hal 4787)
5
*berdasarkan metode identifikasi dan penetapan kadar zat aktif dalam eksipien di atas, untuk mengatasi masalah
eksipien yang kemungkinan dapat mengganggu analisis maka harus dilakukan preparasi sampel sebagai berikut:
1) identifikasi zat aktif dalam sediaan (spektro UV)
Preparasi sampel: 10 mg tablet yang telah dihaluskan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL, dilarutkan
dengan HCL 0.1N hingga 50% volume labu. Disonikasi selama 10 menit. Larutkan dengan pelarut HCL
0.1N hingga volume batas. Ambil 5mL larutan dan dicampurkan HCl 0.1N hingga 100 mL. 20 mL campuran
disaring dengan filter PTFE 0.45m. buang 5 mL filtrat pertama
(USP 35, hal 4787)
2) Penetapan kadar zat aktif dalam sediaan (HPLC)
Pelarut: HCL dalam air (2:3)
Preparasi sampel: 20 tablet digerus, timbang sejumlah serbuk yang setara dengan 10 mg terazosin dan
masukkan ke dalam labu 200 ml. Ditambahkan 100 mL pelarut dan disonikasi selama 10 menit. Dikocok
secara mekanik selama 10 menit. Ulangi hingga sampel terdispersi sempurna. Larutkan kembali dengan
pelarut hingga volume batas. Saring campuran dengan filter PTFE 0.45m. buang 5 mL filtrat pertama
(USP 35, hal 4787)
V.8. USULAN PENGUJIAN MUTU BAHAN BAKU & SEDIAAN (METODE UTAMA & ALTERNATIF)