Anda di halaman 1dari 89

EFEKTIVITAS MEREK DAN DESAIN KEMASAN DALAM

MEMBENTUK CITRA PRODUK DI SERAMBI BOTANI,


BOTANI SQUARE, BOGOR

MUTIA KURNIA PERMATASARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT


FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Merek dan
Desain Kemasan dalam Membentuk Citra Produk di Serambi Botani, Botani
Square, Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Mutia Kurnia Permatasari


NIM I34100078
ABSTRAK

MUTIA KURNIA PERMATASARI. Efektivitas Merek dan Desain Kemasan


dalam Membentuk Citra Produk di Serambi Botani, Botani Square Bogor.
Dibawah bimbingan YATRI INDAH KUSUMASTUTI.

Gerai Serambi Botani berada di bawah pengawasan Institut Pertanian Bogor yang
menghasilkan produk olahan pertanian dengan nama merek yang sama yaitu
Serambi Botani. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi persepsi
konsumen mengenai elemen merek dan desain kemasan produk Serambi Botani,
(2) mengidentifikasi persepsi konsumen mengenai citra produk Serambi Bortani,
dan (3) mengidentifikasi hubungan antara persepsi mengenai merek dan desain
kemasan dengan citra produk Serambi Botani. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif
menggunakan wawancara terstruktur berupa kuesioner dan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa merek dan desain kemasan memiliki
hubungan nyata positif dengan citra produk. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
menarik merek dan desain kemasan pada suatu produk maka citra produk yang
terbentuk akan cenderung baik pula. Namun, merek dan desain kemasan belum
cukup efektif dalam membentuk citra produk Serambi Botani sebab merek dan
desain kemasan belum menimbulkan citra yang baik dimata masyarakat.

Kata kunci: citra produk, desain kemasan, efektivitas, merek, Serambi Botani

ABSTRACT
MUTIA KURNIA PERMATASARI. The Effectiveness of Brand and Packaging
Design in Forming the Image of the Product in Serambi Botani, Botani Square,
Bogor. Supervised by YATRI INDAH KUSUMASTUTI.
Serambi Botani outlet is under the supervision of Bogor Agricultural University
that develops agricultural processed products with the same brand name called
Serambi Botani.The aims of this research were to (1) identify consumers
perception on brand elements and packaging design of Serambi Botani products;
(2) identify consumers perception on image of Serambi Botani products, and (3)
identify the relation between perception on the brand and packaging design, and
image of Serambi Botani products. The study was carried out by using
quantitative approach that supported by a qualitative approach using structured
interviews by utilizing a questionnaire and deep interview. The result showed that
brands and packaging positively influenced the image of the products. But, brand
and packaging design are not suficiently effective to form product image of
Serambi Botani because these factors were not exhibited good image in public.

Keywords: product image, packaging design, effectiveness, brand, Serambi


Botani
EFEKTIVITAS MEREK DAN DESAIN KEMASAN
DALAM MEMBENTUK CITRA PRODUK DI SERAMBI
BOTANI, BOTANI SQUARE, BOGOR

MUTIA KURNIA PERMATASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN


MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Efektivitas Merek dan Desain Kemasan dalam Membentuk Citra
Produk di Serambi Botani, Botani Square, Bogor
Nama : Mutia Kurnia Permatasari
NIM : I34100078

Disetujui oleh

Ir Yatri Indah Kusumastuti, M.Si


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc


Ketua Departemen

Tanggal Lulus : _____________________


1

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Efektivitas Merek dan Desain Kemasan dalam
Membentuk Citra Produk di Serambi Botani, Botani Square, Bogor ini
dengan baik. Skripsi ini mengupas tentang efektivitas merek dan kemasan sebagai
alat promosi yang dilakukan oleh Serambi Botani dan hubungannya dengan
pembentukan citra produk tersebut. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Ibu Ir. Yatri Indah
Kusumastuti, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan
masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga
menyampaikan hormat dan terimakasih kepada orangtua tercinta Ibu Setiawati
dan Bapak Ir. Agus Muharam, MS yang selalu mendoakan dan senantiasa
melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta Aditya Fatahillah Muharam,
Andika Farisi Muharam, dan Anne Suci Rezeki selaku kakak-kakak yang selalu
menyemangati dan mendoakan penulis. Selain itu, penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada teman seperjuangan Fifi Fergi Floria, Nurmia Raisya, Raissa
Almira Rifqie, Jihan, Maulidani Tresna Putri, Marsha Nurul Septiani, Debby
Oktavira, Qanita Windyanggiva, dan Jazaul Aufa yang telah member semangat
dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi ini. Tidak lupa juga
penulis ucapkan terimakasih kepada Angga Tamimi, Jabbar Saputra, teman-teman
SKPM 47, teman-teman akselarasi SKPM 47, dan senior-senior SKPM seluruh
angkatan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2014

Mutia Kurnia Permatasari


2
3

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Kegunaan Penelitian 3
TINJAUAN PUSTAKA
Komunikasi 5
Komunikasi Pemasaran 6
Promosi 6
Kemasan 8
Merek 9
Perilaku Konsumen 11
Citra Produk 12
Persepsi 13
Produk Olahan Pertanian IPB 13
Kerangka Pemikiran 14
Hipotesis 15
Definisi Operasional 16
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian 19
Lokasi dan Waktu 19
Teknik Pemilihan Responden dan Informan 19
Teknik Pengumpulan Data 20
Teknik Pengolahan Data 20
GAMBARAN UMUM
Sejarah Singkat Serambi Botani 21
Visi dan Misi Serambi Botani 21
Struktur Organisasi 21
Produk yang Ditawarkan Serambi Botani 22
Pengemasan Produk Serambi Botani 23
Desain Kemasan Produk Serambi Botani 24
PERSEPSI TERHADAP ELEMEN DESAIN KEMASAN SERAMBI
BOTANI
Kesesuaian Warna 27
Kesesuaian Tipografi 29
Kelengkapan Aspek Legal 31
Kesesuaian Anatomi 33
PERSEPSI TERHADAP ELEMEN MEREK SERAMBI BOTANI
Ketepatan Nama Merek 37
Kesesuaian Logo 39
4
5

EFEKTIVITAS MEREK DAN KEMASAN DALAM MEMBENTUK


CITRA PRODUK
Citra Produk 43
Hubungan Merek dengan Citra Produk 45
Hubungan Desain Kemasan dengan Citra Produk 46
PENUTUP
Simpulan 49
Saran 49
DAFTAR PUSTAKA 51
LAMPIRAN 53
RIWAYAT HIDUP 69
1

DAFTAR TABEL

Halaman
1 Efektivitas alat promosi suatu produk 7
2 Jenis produk yang ditawarkan di SerambiBotani, BotaniSquare, 23
tahun 2013
3 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap 27
elemen warna desain kemasan Serambi Botani
4 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap 29
elemen tipografi desain kemasan Serambi Botani
5 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap 31
kelengkapan aspek legal desain kemasan Serambi Botani
6 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap 33
kesesuaian anatomi desain kemasan Serambi Botani
7 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap 37
ketepatan nama merek Serambi Botani
8 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap 39
kesesuaian logo Serambi Botani
9 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap 43
citra produk Serambi Botani
10 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi pada variable merek 45
terhadap citra produk Serambi Botani
11 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi pada variable desain 47
kemasan terhadap citra produk Serambi Botani
1

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1 Model Berlo : S/E-M-C-R/D 5
2 Model keputusan konsumen 12
3 Kerangka analisis 15
4 Persentase penilaian responden terhadap elemen warna 28
5 Persentase penilaian responden terhadap elemen tipografi 30
6 Persentase penilaian responden terhadap aspek legal 32
7 Persentase penilaian responden terhadap kesesuaian anatomi 35
8 Persentase penilaian responden terhadap ketepatan nama merek 38
9 Persentase penilaian responden terhadap kesesuaian logo 40
10 Persentase penilaian responden terhadap citra produk 44

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Kuesioner penelitian 51
2 Jadwal pelaksanaan penelitian 55
3 Struktur organisasi Serambi Botani 56
4 Desain kemasan dan logo produk Serambi Botani 57
5 Hasil uji statistik 64
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam dunia pemasaran saat ini, semakin banyak perusahaan yang bergerak di
bidang bisnis dan menghasilkan berbagai macam produk yang dapat bermanfaat bagi
konsumen. Namun, tidak sedikit produk yang dihasilkan menggunakan bahan kimia dan
memiliki efek samping yang dapat berbahaya bagi kesehatan manusia. Untuk itu,
masyarakat membutuhkan produk yang alami, tanpa bahan kimia, dan tidak berbahaya
bagi kesehatan. Salah satunya adalah produk hasil olahan pertanian sebagai bahan dasar
untuk pengembangan agroindustri.
Berkembangnya sektor industri dan perdagangan memberikan keuntungan yang
cukup besar bagi peningkatan ekonomi negara. Saat ini, pembangunan ekonomi telah
bergeser dari sektor pertanian menjadi sektor industri. Namun, pergeseran ini bukan
berarti mengabaikan sektor pertanian dan terus mengembangkan sektor industri. Untuk
menyeimbangkan keduanya, maka dapat dilakukan dengan pengembangan sektor industri
yang mengolah hasil-hasil pertanian primer menjadi produk olahan, yaitu agroindustri.
Berkembangnya agroindustri di Indonesia, membuat berbagai perusahaan
berlomba untuk menghasilkan produk yang berkualitas sehingga banyak diminati
konsumen. Semakin banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri,
menimbulkan persaingan pasar yang ketat. Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai
perguruan tinggi pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam produk hasil
olahan pertanian seperti produk makanan, minuman, produk kecantikan, serta produk
obat-obatan herbal. Produk hasil pertanian ini diolah tanpa bahan kimia sehingga lebih
bersifat alami dan sehat.
Dalam pemasarannya, produk olahan pertanian ini mengalami persaingan yang
tinggi. Persaingan yang ketat membuat setiap perusahaan perlu memiliki strategi
komunikasi pemasaran yang baik dalam memasarkan produknya. Kotler dan Keller
(2009) mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai sarana di mana perusahaan
berusaha menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung
maupun tidak langsung tentang produk yang dijual. Kotler juga menyebutkan komponen
bauran pemasaran yang disebut dengan 4P, yaitu price, place, product, dan promotion.
Tetapi, sejumlah pakar berpendapat bahwa selain 4P, elemen penting dalam prinsip
pemasaran masih terdapat packaging yang seharusnya menjadi elemen pemasaran
kelima (Alfia 2012).
Kemasan atau packaging dapat diartikan sebagai wadah atau bungkus yang
melindungi suatu produk yang disertai label yang terdapat di dalam kemasan tersebut
seperti merek. Dalam hal ini, kemasan dan merek dapat menjadi alat promosi karena
dalam suatu kemasan terdapat label yang memberikan berbagai macam informasi
mengenai suatu produk yang dikemasnya. Selain itu, merek juga dapat menjadi nilai jual
suatu produk karena akan menimbulkan citra produk itu sendiri. Promosi merupakan
bagian penting dalam komunikasi pemasaran karena dapat menunjang keberhasilan
perusahaan dalam memasarkan produknya.
Menurut penelitian sebelumnya, variabel kemasan, merek dan harga berpengaruh
secara signifikan terhadap loyalitas konsumen (Dirgantara 2011). Hal ini menunjukkan
bahwa merek dan kemasan memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan
konsumen untuk membeli suatu produk. Untuk itu, kualitas dari merek dan kemasan perlu
dijaga dan dikembangkan agar dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk
tersebut.
2

Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang pangan, pada pasal 82 ayat (1)
menjelaskan bahwa kemasan pangan berfungsi untuk mencegah terjadinya pembusukan
dan kerusakan, melindungi produk dari kotoran, dan membebaskan pangan dari bakteri.
Disamping itu, Undang-undang No. 18 Tahun 2012 pasal 97 ayat (3) mengemukakan
bahwa pencantuman label pada kemasan pangan ditulis atau dicetak dengan
menggunakan bahasa Indonesia serta memuat paling sedikit keterangan mengenai: nama
produk; daftar bahan yang digunakan; berat bersih atau isi bersih; nama dan alamat pihak
yang memproduksi atau mengimpor; halal bagi yang dipersyaratkan; tanggal dan kode
produksi; tanggal, bulan, dan tahun kedaluwarsa; nomor izin edar bagi pangan olahan;
dan asal usul bahan pangan tertentu.
Kemasan merupakan daya tarik suatu produk yang akan berhadapan langsung
dengan konsumen. Oleh karena itu, kemasan harus dapat memberikan respon positif pada
konsumen seperti tindakan membeli produk, sebab tujuan akhir dari pengemasan adalah
penjualan yang nantinya dapat berpengaruh terhadap volume penjualan produk tertentu.
Menurut hasil penelitian Hasibuan dan Juhdi (2005), strategi pengembangan kemasan
produk dapat mempengaruhi tingkat penjualan. Strategi pengembangan kemasan yang
dimaksud adalah dengan membuat inovasi baru pada kemasan sehingga dapat
meningkatkan kualitas dan daya jual produk yang nantinya akan mempengaruhi penilaian
konsumen terhadap produk tersebut. Dengan kata lain, kemasan harus memiliki desain
yang menarik sehingga dapat memotivasi konsumen untuk membeli produk tersebut.
Gerai Serambi Botani berada di bawah pengawasan Institut Pertanian Bogor
dengan konsep outlet produk-produk IPB yang memenuhi standard life style dan
healthy cafe dengan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya dan produk yang
dihasilkan diberi nama Serambi Botani. Gerai Serambi Botani ini dibentuk sebagai
representasi hasil penelitian dan inovasi akademika civitas IPB untuk dipasarkan,
dipromosikan, dan dikomersilkan pada masyarakat umum sehingga dapat dirasakan
manfaatnya oleh semua pihak. Gerai Serambi Botani juga merupakan pelopor toko dan
cafe yang mengutamakan kualitas produk yang baik untuk kesehatan karena terjamin
lebih alami, higienis, dan bebas dari bahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan.
Dalam proses pembuatannya, produk-produk ini diawasi langsung oleh para ahli dan
peneliti yang merupakan dosen-dosen IPB yang ahli dibidangnya.
Serambi Botani memiliki produk yang beragam dan dihasilkan oleh produsen
yang berbeda. Produk yang masuk ke gerai Serambi Botani akan dikemas ulang dan di
seragamkan sesuai dengan jenis produknya serta diberi label merek Serambi Botani.
Dalam hal ini Serambi Botani mengemas produknya dengan sederhana tetapi tetap
bergaya modern. Kemasan merupakan daya tarik produk yang pertama kali akan dilihat
oleh konsumen. Selain itu, merek yang tertera pada kemasan akan menentukan citra
produk itu sendiri. Nama IPB yang menaungi perusahaan ini juga akan mempengaruhi
citra produk dimata konsumen, tetapi sejauh mana merek dan kemasan berperan sebagai
alat promosi perlu dilihat untuk
3

mengetahui keberhasilan dalam komunikasi pemasaran. Berdasarkan


uraian diatas, efektivitas merek dan desain kemasan produk olahan pertanian
Serambi Botani dalam membentuk citra produk dirasa relevan untuk dikaji dalam
penelitian ini.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penelitian ini mengkaji


mengenai efektivitas merek dan desain kemasan produk olahan pertanian Serambi
Botani dalam membentuk citra produk. Merek dan desain kemasan merupakan
salah satu alat promosi dalam strategi pemasaran. Selain itu, merek dan desain
kemasan merupakan bagian yang pertama kali akan dilihat pada suatu produk dan
dapat menimbulkan ketertarikan konsumen untuk membeli produk tersebut.
Dengan kata lain, merek dan desain kemasan dapat menimbulkan penilaian pada
benak konsumen mengenai produk yang dilihatnya sehingga dapat membentuk
citra suatu produk. Oleh karena itu, dibutuhkan penelitian dengan rumusan
pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi konsumen mengenai elemen merek dan desain kemasan
Serambi Botani?
2. Bagaimana persepsi konsumen mengenai citra produk Serambi Botani?
3. Bagaimana hubungan merek dan desain kemasan dalam membentuk citra
produk Serambi Botani?

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Mengidentifikasi persepsi konsumen mengenai elemen merek dan desain
kemasan produk Serambi Botani.
2. Mengidentifikasi persepsi konsumen mengenai citra produk Serambi Bortani.
3. Mengidentifikasi hubungan antara persepsi mengenai merek dan desain
kemasan dengan citra produk Serambi Botani.

Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai elemen


desain kemasan dan merek yang berhubungan dengan persepsi konsumen
terhadap produk, serta hubungan merek dan desain kemasan dalam membentuk
citra suatu produk dan tingkat efektivitasnya. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengembangan
desain kemasan dan perluasan merek sebagai peningkatan promosi serta
untuk meningkatkan citra produk Serambi Botani. Selain itu, melalui
informasi yang didapat dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan untuk meningkatkan kualitas produk di Serambi Botani.
2. Bagi peneliti dan akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan mengenai efektivitas merek dan
desain kemasan pada produk olahan pertanian Serambi Botani dalam
4

membentuk citra produk. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat


memberikan informasi untuk akademisi lainnya yang akan melakukan
penelitian sejenis.
3. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih mengenal
produk olahan pertanian di Serambi Botani sehingga masyarakat dapat
menilai desain kemasan dan merek yang terdapat pada produk Serambi
Botani.
5

TINJAUAN PUSTAKA

Komunikasi

Komunikasi merupakan proses dimana seorang komunikator mengirimkan


pesan untuk mengubah perilaku komunikan (Black dan Bryant 1992 dalam Lubis
2009). Komunikasi memiliki tiga tujuan, yaitu:
a. Memberitahu. Komunikasi dilakukan untuk menyampaikan suatu hal berupa
gagasan, pemikiran, perasaan, dan sejenisnya.
b. Membujuk. Komunikasi digunakan untuk mengubah perasaan dari tidak suka
menjadi suka. Dalam hal ini komunikasi tidak hanya mempengaruhi pikiran
seseorang, tetapi juga mengubah emosi seseorang.
c. Menghibur. Komunikasi dipergunakan untuk menghibur atau membuat
senang seseorang (Berlo 1960 dalam Lubis 2009).

Komunikasi memiliki beberapa unsur, meliputi:


1. Sumber, yaitu orang atau sekelompok orang yang sengaja dan bertujuan
untuk berkomunikasi. Sumber merupakan orang yang mengirimkan pesan.
2. Penerima, yaitu orang atau sekelompok orang pada sisi lain proses
komunikasi. Dalam hal ini penerima merupakan orang yang menerima pesan
yang disampaikan oleh sumber.
3. Pesan, yaitu sesuatu yang dikirimkan oleh sumber kepada penerima.
4. Saluran, saluran komunikasi mencakup tiga pengertian, yaitu moda membuat
kode (encoding) dan menerjemah kode (decoding) dari pesan, kendaraan
pesan (messaage vechicle), dan pembawa pesan (message carrier). Saluran
dapat dikatakan sebagai media perantara yang membawa pesan dari sumber
kepada penerima.
5. Akibat, hasil komunikasi atau respons penerima terhadap pesan yang
disampaikan oleh sumber.
6. Umpan balik, yaitu respons penerima yang diterima oleh sumber.

Berlo (1960) dalam Mugniesyah (2009) mengemukakan model


komunikasi verbal yang terdiri dari sumber, pesan, saluran, dan penerima.
Komunikasi ini berlangsung ketika sumber mengirimkan pesan melalui saluran
tertentu kepada penerima dimana penerima akan menerjemahkan pesan yang
diterimanya dan meresponnya dengan perubahan perilaku yang sesuai dengan
keinginan sumber.

Source-Encoder Message Channel Receiver-


Decoder
(Sumber) (Pesan) (Saluran)
(Penerima)
Gambar 1 Model Berlo : S/E-M-C-R/D
6

Komunikasi Pemasaran

Komunikasi pemasaran merupakan suatu bagian dari komunikasi yang


dilakukan untuk mengenalkan dan memberikan informasi mengenai suatu produk
agar menarik minat konsumen. Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan
komunikasi pemasaran sebagai sarana di mana perusahaan berusaha
menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung
maupun tidak langsung tentang produk yang dijual. Komunikasi pemasaran
merupakan suatu bentuk aplikasi untuk membantu kegiatan pemasaran pada
sebuah perusahaan. Tujuan dari komunikasi pemasaran ini adalah untuk
menyebarkan informasi dan mengingatkan khalayak mengenai keberadaan suatu
produk agar dapat mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian.
Dalam komunikasi pemasaran, terdapat strategi komunikasi pemasaran
yang bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan pada konsumen
(Kusumastuti 2009). Tahap pertama adalah tahap perubahan pengetahuan, yaitu
konsumen mengetahui keberadaan sebuah produk, untuk apa produk dicipitakan
dan kepada siapa produk ditujukan. Tahap kedua adalah tahap perubahan sikap
yang ditentukan oleh tiga komponen yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap),
dan konatif (perilaku). Tahap ketiga adalah perubahan perilaku yang dimaksudkan
agar konsumen tidak berpaling kepada produk lain dan tetap menggunakan
produk tersebut.

Promosi

Promosi merupakan suatu komponen penting dalam pemasaran karena


dapat menunjang perusahaan untuk memasarkan produknya sehingga dapat
menimbulkan daya tarik pada konsumen. Kotler (2000) dalam Kusumastuti
(2009) menyebutkan komponen 4P dari bauran pemasaran, yaitu price, place,
product, dan promotion. Promosi dapat diartikan sebagai komunikasi informasi
yang dilakukan penjual kepada pembeli untuk menonjolkan keistimewaan
produknya. Promosi ini bertujuan untuk menginformasikan, mempengaruhi,
membujuk agar dapat mengubah sikap pembeli untuk lebih mengenal suatu
produk sehingga pembeli mengingat dan bahkan membeli produk tersebut.
Menurut Kusumastuti (2009) terdapat lima jenis teknik yang sering
digunakan untuk menyampaikan pesan atau biasa disebut dengan bauran promosi,
yaitu:
1. Iklan (advertising)
Iklan merupakan model komunikasi yang dapat menjangkau publik secara
luas. Iklan dapat digunakan untuk membangun image jangka panjang dan
juga mempercepat penjualan.
2. Penjualan tatap muka (personal selling)
Penjualan tatap muka merupakan penjualan produk dengan cara tatap muka
langsung dengan konsumen. Alat promosi ini paling efektif karena dapat
membuat hubungan interaktif secara dekat, sehingga dapat mengenal
konsumen lebih dalam dan lebih baik.
3. Promosi penjualan (sales promotion)
Dalam hal komunikasi, promosi penjualan dapat menjadi sarana untuk
menarik perhatian dan memberikan informasi yang akhirnya akan
7

mengarahkan konsumen pada produk. Melalui promosi penjualan dapat


mengajak konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan.
4. Hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity)
Public relation adalah upaya terencana guna mempengaruhi opini publik
melalui karakter dan kinerja yang bertanggung jawab. Dalam hal ini, public
relation dan publisitas dapat menarik perhatian khalayak jika memiliki
kredibilitas tinggi dan hanya sebagai pemberi informasi tanpa melibatkan
unsur penjualan.
5. Pemasaran langsung (direct marketing)
Pemasaran langsung dapat menjangkau konsumen yang lebih spesifik karena
dalam hal ini promosi dilakukan langsung kepada konsumen itu sendiri.
Pesan yang disampaikan dapat disesuaikan dengan karakter dan respon
konsumen yang dituju serta dapat diperbaharui secara cepat.

Setiap alat promosi yang digunakan oleh perusahaan memiliki tingkat


pengaruh yang berbeda-beda. Jenis barang yang dipromosikan juga menunjang
tingkat efektivitas penyampaian pesan melalui alat promosi tertentu. Produk
industri sebaiknya melakukan promosi melalui penjualan tatap muka (personal
selling) karena dengan begitu perusahaan dapat membangun hubungan interaktif
dengan konsumen untuk mendapatkan informasi lebih dan menimbulkan
keputusan pembelian. Bagi barang konsumsi tahan lama, sebaiknya digunakan
alat promosi personal selling dan periklanan, sedangkan untuk barang konsumsi
tidak tahan lama sebaiknya menggunakan alat promosi periklanan dan promosi
penjualan.

Tabel 1 Efektivitas alat promosi suatu produk

Barang
Barang
Barang Konsumsi
Alat Promosi Konsumsi
No Industri Tidak Tahan
Tahan Lama
Lama
1. Penjualan Tatap Muka 69.2 47.6 38.1
2. Periklanan di Media 0.9 10.6 20.9
Elektronik
3. Periklanan di Media 12.5 16.1 14.8
Cetak
4. Promosi Penjualan 9.6 15.5 15.5
5. Promosi Merek dan 4.5 9.5 9.8
Kemasan
6. Lain-lain 3.3 0.6 0.9
Sumber : Kusumastuti (2009)

Penjualan tatap muka memiliki tingkat efektivitas yang tinggi di berbagai


jenis barang. Dalam hal ini penjualan tatap muka diperlukan untuk membangun
dukungan penjualan kembali dan mengembangkan distribusi yang cocok untuk
suatu produk. Disamping itu, Yudhiartika dan Hartoyo (2012) mengemukakan
bahwa promosi juga efektif dilakukan melalui tayangan iklan di televisi, karena
seringkali tayangan iklan di televisi dikemas lebih menarik sehingga dapat
8

menimbulkan ketertarikan pada konsumen mengenai produk yang


dipromosikannya.

Kemasan

Kemasan merupakan wadah atau bungkus dari suatu produk. Pada


awalnya kemasan berfungsi sebagai pelindung produk yang dibungkusnya.
Namun, kini kemasan telah bergeser fungsi menjadi alat promosi. Kemasan terdiri
dari label, merek, dan kemasan itu sendiri. Dalam hal ini, label berfungsi sebagai
pemberi informasi mengenai produk yang dikemasnya, sedangkan merek
menciptakan citra tersendiri bagi suatu produk sehingga akan tercipta brand
image produk tersebut. Kemasan harus dibuat semenarik mungkin agar dapat
menarik minat konsumen dan dinilai layak oleh konsumen. Seperti halnya yang
dikatakan oleh Rosalina et al. (2012), konsumen lebih mengedepankan tampilan
dan bahan kemasan dibandingkan dengan label yang tertera pada kemasan,
sehingga konsumen belum memperhatikan pentingnya informasi yang terdapat
dalam kemasan. Tiga alasan utama untuk melakukan pembungkusan yaitu:
1. Kemasan memenuhi syarat keamanan dan kemanfaatan agar lebih menarik
dan tahan dari kerusakan
2. Kemasan dapat melaksanakan program pemasaran seperti sebagai pembeda
dengan produk lain
3. Kemasan merupakan cara untuk meningkatkan laba perusahaan.

Kemasan harus dapat menarik perhatian secara visual, emosional, dan


rasional. Daya tarik pada kemasan dapat digolongkan menjadi dua, yaitu daya
tarik visual (estetika) dan daya tarik fungsional (Cenadi 2002). Sebuah kemasan
harus dapat menarik dan dapat menyampaikan pesan secara langsung,
menggebrak, serta terkait secara emosional. Menurut Lakoro (2002), agar
kemasan dapat efektif, maka definisi produk harus jelas, ekspresi visual yang
menimbulkan rasa memiliki serta keterkaitan emosional melalui pesan
penginderaan yang terpadu dan unsur kejutan. Terdapat empat elemen desain
kemasan, antara lain:
1. Warna
Warna merupakan daya pikat pertama yang akan dilihat oleh konsumen di
tempat penjualan. Kontras warna akan mempengaruhi daya tarik konsumen
terhadap produk tersebut. Jika pemakaian warna kurang tepat, maka dapat
merusak citra, mengurangi nilai, bahkan menghilangkan keinginan untuk
membaca. Kekuatan warna sangat dipengaruhi oleh warna latar belakang
objek tersebut. Perpaduan warna latar dan warna pada objek benda akan
sangat mempengaruhi penilaian pembaca. Untuk itu, image yang dipancarkan
oleh warna-warna tertentu dapat digunakan untuk memperkuat isi atau pesan
yang ingin disampaikan. Manfaat warna pada kemasan berhubungan dengan
persepsi visual, sehingga warna harus mudah terlihat oleh mata, menarik
perhatian, mempengaruhi orang memandang dari jauh atau dekat,
memudahkan tulisan informasi dibaca, membuat ikatan secara visual antar
produk dalam sebuah lini produk.
2. Tipografi
9

Tipografi dapat diartikan sebagai cara memilih dan mengelola huruf dalam
desain grafis. Tipografi mengarah pada disiplin ilmu yang mempelajari
spesifikasi dan karakteristik huruf yang lebih dikaitkan dengan gaya atau
model huruf cetak (Supriyono 2010). Pemilihan jenis dan karakter huruf akan
sangat menentukan daya tarik informasi yang akan disampaikan. Tipograafi
yang baik akan mampu menarik perhatian pembaca sehingga pesan yang
ingin disampaikan dapat tersalurkan. Dalam memilih huruf perlu
dipertimbangkan apakah jenis huruf tersebut mudah dibaca dan pada jarak
tertentu dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan. Sebab, tujuan dari
tipografi ini adalah untuk menyampaikan informasi atau pesan agar pembaca
tertarik pada produk, bukan hanya untuk membuat pembaca kagum dengan
huruf yang digunakan.
3. Aspek legal
Aspek legal merupakan aspek yang berhubungan dengan legalitas produk
seperti pencantuman nomor pendaftaran produk BPOM, pencantuman logo
halal, alamat produsen, dan tanggal kadaluwarsa. Pencantuman nomor
pendaftaran produk pada BPOM adalah peraturan yang cukup ketat yang
diberlakukan di Indonesia. Selain itu, pencantuman logo halal juga menjadi
peraturan yang mengikat untuk menyatakan bahwa makanan tersebut halal
menurut syariat Islam. Pencantuman alamat produsen betujuan untuk
melayani keluhan-keluhan konsumen mengenai produk tersebut. Namun,
pencantuman alamat ini seringkali tidak disertai dengan nomor telepon yang
dapat dihubungi, bahkan pencantuman alamat ini tidak selalu nampak pada
setiap kemasan. Tanggal kadaluwarsa ini wajib dan sangat penting untuk
dicantumkan pada kemasan terutama pada makanan karena pada umumnya
produk tersebut dipengaruhi oleh waktu. Selain itu, hal ini menjadi
pertimbangan konsumen saat akan membeli produk. Jika suatu produk tidak
memenuhi persyaratan pada aspek legalitas, makan dapat memberikan citra
buruk pada produk tersebut.
4. Anatomi
Anatomi desain adalah bagian-bagian yang ada pada kemasan yang tetap
dalam tata letaknya seperti bagian depan dan bagian belakang kemasan.
Anatomi ini berkaitan dengan tipografi, yaitu tata letak huruf dan font yang
digunakan pada kemasan. Pada umumnya, anatomi desain kemasan memiliki
beberapa bagian tetap dalam tata letaknya. Bagian utama yaitu nama merek
yang berada pada bagian depan kemasan. Bagian belakang kemasan, berisi
mengenai informasi pelengkap yang menjadi syarat suatu kemasan seperti
komposisi bahan, petunjuk pemakaian, petunjuk penyimpanan, manfaat dan
kegunaan produk, serta berat bersih produk. Informasi pada bagian ini
cenderung termasuk ke dalam informasi sekunder pada kemasan, tetapi
informasi ini menjadi syarat penting yang ditetapkan oleh departemen
perindustrian dan perdagangan.

Merek

Menurut Kotler dan Keller (2009) merek adalah nama, istilah, tanda,
simbol rancangan, atau kombinasi yang dapat mengidentifikasikan barang atau
jasa dari seseorang atau sekelompok penjual agar dapat membedakan produk
10

tersebut dari produk pesaing. Merek juga dapat menciptakan nilai tersendiri bagi
suatu produk. Jika konsumen sudah merasa memiliki nilai lebih pada suatu merek,
maka konsumen akan cenderung membeli merek tersebut dibandingkan merek
yang lain, hal ini lah yang disebut dengan loyalitas merek.
Terdapat dua pendekatan loyalitas merek, yaitu pendekatan perilaku dan
pendekatan sikap. Pendekatan perilaku melihat loyalitas merek berdasarkan
pembelian merek. Pendekatan ini tidak mengungkapkan alasan konsumen loyal
terhadap suatu merek, tetapi hanya karena pembelian dilakukan secara berulang-
ulang terhadap suatu merek, sedangkan pendekatan sikap melihat loyalitas merek
berdasarkan sikap dan perilaku. Konsumen yang loyal terhadap suatu merek akan
menyatakan kesukaannya terhadap suatu merek dan membeli serta
menggunakannya. Loyalitas ini akan memunculkan kedekatan emosional
konsumen terhadap suatu produk.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2004) dalam Fajrianthi dan Farrah (2005),
faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya loyalitas merek adalah:
penerimaan keunggulan produk, keyakinan yang dimiliki oleh seseorang terhadap
merek, dan kepuasan yang diperoleh konsumen. Faktor-faktor yang
berpengaruhnya adalah: nilai (harga dan kualitas), citra, kenyamanan dan
kemudahan mendapatkan merek, kepuasan yang dirasakan konsumen, pelayanan,
serta garansi dan jaminan merek. Merek terdiri dari dua elemen penting, yaitu
nama dan logo.
1. Nama merupakan ciri khas yang dapat menunjukkan citra suatu produk.
Nama merek harus dapat menarik, unik, dan mudah diingat. Nama merek
yang efektif dipilih berdasarkan jenis produknya. Untuk itu, nama merek
harus dapat memberikan makna pada produk yang dikemasnya. Sebab,
sebuah kesan akan terbentuk pada nama merek yang kuat.
2. Logo harus mampu merepresentasikan korporasi dan memberikan
kepercayaan. Logo juga harus mudah diingat, memiliki ciri khas, tidak rumit,
dan mengesankan (Supriyono 2010). Logo harus dapat menggambarkan
produk yang dikemasnya, sebab logo akan mengekspresikan produk tersebut
ke publik melalui visualisasi yang ditampilkan. Semakin besar bisnis suatu
perusahaan, makan jangkauan abstraksi pada logo semakin luas, sehingga
visualisasi logo cenderung tidak langsung. Namun, semakin kecil bisnis,
maka jangkauannya juga akan semakin sempit, visualisasi logo semakin
langsung, jelas, dan abstraksinya rendah (Lakoro 2002).

Kotler dan Keller (2009) mengatakan bahwa terdapat enam kriteria utama
untuk memilih elemen merek, yaitu:
1. Dapat diingat
Seberapa mudah merek itu dapat diingat dan dikenali oleh konsumen serta
berlakunya merek itu untuk pembelian dan konsumsi.
2. Memiliki arti
Elemen merek menyiratkan sesuatu tentang bahan produk atau tipe orang
yang mungkin menggunakan merek tersebut.
3. Dapat disukai
Seberapa menarik nilai estetika merek sehingga dapat disukai secara visual,
verbal, dll.
4. Dapat ditransfer
11

Elemen merek dapat digunakan untuk memperkenalkan produk baru dalam


kategori yang sama atau berbeda, elemen merek itu menambah ekuitas merek
melintasi batas geografis dan melintasi pasar.
5. Dapat disesuaikan
Seberapa mudah elemen merek dapat disesuaikan dan diperbaharui.
6. Dapat dilindungi
Seberapa mudah elemen merek dapat dilindungi secara hukum dan
kompetitif.

Sementara itu, merek juga memiliki fungsi bagi suatu perusahaan. Merek
dapat membantu perusahaan untuk lebih mudah mengatur catatan persediaan dan
catatan akutansi. Merek juga memberikan perlindungan hukum bagi perusahaan
melalui nama merek yang dapat dilindungi dengan nama dagang yang terdaftar.
Merek menandakan tingkat kualitas suatu produk tertentu sehingga pembeli dapat
dengan mudah membeli produk kembali dengan merek yang sama.

Perilaku Konsumen

Menurut Sumarwan (2002), perilaku konsumen merupakan segala bentuk


kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut saat
sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan atau
mengevaluasi suatu produk dan jasa setelah melakukan kegiatan-kegiatan
sebelumnya. Terdapat tiga perspektif mengenai perilaku konsumen, yaitu:
1. Perspektif pengambilan keputusan
Konsumen melakukan kegiatan dalam membuat keputusan pembelian. Dalam
perspektif ini, konsumen melakukan proses pengambilan keputusan yang
rasional.
2. Perspektif eksperiensial (pengalaman)
Konsumen mengambil keputusan membeli tidak selau berdasarkan proses
keputusan rasional, tetapi karena emosional untuk kegembiraan, fantasi,
bahkan emosi yang diinginkan.
3. Perpektif pengaruh behavioral
Konsumen membeli suatu produk bukan karena alasan rasional atau
emosional, tetapi karena dipengaruhi faktor eksternal seperti faktor
lingkungan fisik, faktor ekonomi, faktor budaya, pemasaran yang dilakukan
produsen, serta pengaruh lingkungan yang membuat konsumen membeli
suatu produk atau jasa.

Model keputusan konsumen menggambarkan proses keputusan konsumen


dalam melakukan pembelian atau mengkonsumsi barang dan jasa. Proses ini
terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi,
evaluasi alternatif, pembelian, dan kepuasan konsumen. Dalam proses
pengambilan keputusan, konsumen dipengaruhi oleh berbagai faktor utama,
seperti strategi pemasaran, perbedaan individu, dan faktor lingkungan. Di dalam
faktor-faktor tersebut, terdapat berbagai aspek yang mendukung dan dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Implikasi dari pengambilan
keputusan konsumen ini adalah berupa strategi pemasaran, kebijakan publik, dan
pendidikan konsumen.
12

Strategi Pemasaran
Perusahaan
Pemerintah
Organisasi Nirlaba
Partai Politik

Perbedaan Faktor
Individu Lingkungan
Proses Keputusan
1. Kebutuhan 1.Budaya
Pengenalan
dan 2.
Kebutuhan
Motivasi Karakteristi
1. 2. Kepribadian k
Pencarian Informasi
2. 3. Konsep Diri Demografi,
3. 4. Pengolahan Sosial, dan
Evaluasi Alternatif
Informasi Ekonomi
dan persepsi 3. Keluarga
4. 6. Proses Pembelian dan dan Rumah
Belajar Keputusan Tangga
5. 7. Pengetahuan 4. Kelompok
6. 8. Sikap Acuan
7. 9. Agama 5. Situasi
Konsumen
Implikasi 6. Teknologi
Strategi Pemasaran
Kebijakan Publik
Pendidikan Konsumen

Gamber 2 Model keputusan konsumen

Citra Produk

Kotler dan Keller (2009) mendefinisikan citra (image) sebagai keyakinan,


gagasan, dan kesan dari individu terhadap suatu objek. Citra produk dapat
dikatakan sebagai persepsi konsumen dalam bentuk keyakinan, gagasan, dan
kesan terhadap suatu produk. Citra produk yang baik akan menimbulkan
keinginan pada konsumen untuk membeli produk tersebut. Selain citra produk,
citra terhadap suatu perusahaan juga dapat mempengaruhi penilaian konsumen
untuk melakukan pembelian. Pembentukan citra dapat dipengaruhi oleh
familiaritas terhadap produk dan perusahaan yang bersangkutan. Familiaritas
tersebut dipengaruhi oleh banyaknya informasi yang diterima oleh konsumen
yang bersumber dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain dan media
massa.
Citra yang terbentuk pada suatu produk cenderung konsisten untuk jangka
waktu yang cukup lama, sehingga tidak mudah membentuk suatu citra produk,
13

dan sekalinya sudah terbentuk maka citra tersebut akan melekat dan sulit untuk
mengubahnya. Pentingnya menimbulkan kesan pertama yang baik terhadap suatu
produk bertujuan untuk menciptakan citra yang baik dimata konsumen agar dapat
menilai produk tersebut secara positif. Untuk itu, citra yang terbentuk harus jelas
dan memiliki keunggulan jika dibandingkan dengan produk lainnya. Dalam hal
ini, Pradipta (2012) mendefinisikan citra produk sebagai sekumpulan asosiasi
yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu barang dan jasa. Citra produk
(product image) ini merupakan salah satu bagian dari komponen citra merek
(brand image).

Persepsi

Persepsi adalah proses dimana individu berhubungan dengan berbagai hal


di luar dirinya lalu mencoba menginterpretasikan, memahaminya, dan
memberikan makna terhadap sesuatu (Riyanto 2009). Seseorang dapat
membentuk persepsi yang berbeda mengenai rangsangan yang sama karena ada
tiga macam proses penerimaan indera, yaitu perhatian selektif, distorsi selektif,
dan retensi selektif. Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya
sensasi, dimana perhatian sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab
keadaan emosi yang menggembirakan. Sensasi dapat didefinisikan juga sebagai
tanggapan yang cepat dari indera penerima kita terhadap stimuli dasar seperti
cahaya, warna, dan suara (Setiadi 2010 dalam Alfia 2012). Persepsi dibentuk oleh
tiga pasang pengaruh yaitu: pengaruh karakteristik dari stimuli, pengaruh
hubungan stimuli dengan sekelilingnya, dan pengaruh kondisi di dalam diri kita
sendiri.
Stimuli atau stimulus merupakan bentuk fisik, visual, atau komunikasi
verbal yang dapat mempengaruhi individu. Stimuli terdiri dari dua bentuk yaitu
stimuli pemasaran dan stimuli lingkungan. Stimuli pemasaran adalah setiap
komunikasi atau stimuli fisik yang di desain untuk mempengaruhi konsumen.
Produk dan komponennya (seperti kemasan, isi, ciri fisik) adalah stimuli utama.
Komunikasi yang di desain untuk mempengaruhi konsumen adalah stimuli
tambahan yang merepresentasikan produk seperti kata-kata, gambar, dan simbol.

Produk Olahan Pertanian IPB

Produk olahan pertanian IPB merupakan produk yang sifatnya alami,


sehat, aman, dan terjamin karena mengedepankan aspek kesehatan dan aspek
kelestarian alam serta lingkungan. Produk-produk ini merupakan produk organik
dan herbal yang memiliki ciri khas, dan tidak dijual di tempat lain. Produk yang
ditawarkan berupa produk kecantikan, obat-obatan herbal, makanan dan
minuman, serta produk organik lainnya. Produk olahan pertanian ini juga
merupakan hasil penelitian civitas akademik IPB. Produk ini aman untuk
dikonsumsi karena tidak menggunakan bahan kimia sehingga tidak memiliki efek
samping yang membahayakan seperti menyebabkan kanker atau membahayakan
metabolisme tubuh.
Produk hasil olahan ini berbahan dasar pangan seperti tumbuhan dan
hewan. Produk yang berasal dari tumbuhan antara lain cingcau hijau dan lidah
buaya yang diolah menjadi puding dengan berbagai khasiat yang dikandungnya.
14

Lidah buaya dan cingcau merupakan tanaman yang kaya akan serat, selain itu
tanaman ini juga dapat mengobati penyakit radang lambung, tekanan darah tinggi,
anti-kanker, dan menurunkan radikal bebas. Tanaman lainnya yang dimanfaatkan
oleh IPB adalah singkong. Tanaman ini diolah menjadi singkong panggang dan
brownies. Sedangkan produk olahan yang berasal dari hewani salah satunya
adalah susu sapi yang diperoleh dari peternakan binaan IPB. Susu ini diolah
menjadi susu segar, yoghurt, dan puding susu.
IPB juga memiliki produk-produk yang pemasarannya sudah cukup luas,
seperti minuman teh yang dipasarkan dengan sistem waralaba
menggunakan booth, olahan buah pala dan bunga rosella, telur puyuh omega 3,
boneka horta (boneka dari umbi-umbian), serta mie yang terbuat dari rumput laut.
Produk-produk ini dalam pemasarannya turut memberdayakan masyarakat
sehingga jangkauannya menjadi luas.

Kerangka Penelitian

Promosi merupakan komponen penting dalam pemasaran karena bertujuan


untuk memperkenalkan suatu produk pada masyarakat yang dapat menimbulkan
daya tarik pada konsumen. Alat promosi yang digunakan dapat berupa penjualan
tatap muka, periklanan di media elektronik, promosi penjualan, promosi merek
dan kemasan, dll. Agar dapat menarik konsumen dengan jumlah yang cukup
banyak, maka alat promosi yang digunakan haruslah bersifat persuasif, salah
satunya adalah melalui merek dan kemasan. Merek dan kemasan merupakan
atribut yang akan dilihat pertama kali pada suatu produk. Citra merek dan
kemasan yang terbentuk akan menggambarkan citra terhadap produk tersebut.
Oleh karena itu, kemasan haruslah di desain semenarik mungkin agar dapat
menarik minat konsumen untuk membeli produk.
Produk olahan pertanian merupakan salah satu produk yang memiliki
potensi untuk berkembang dalam dunia pemasaran. Salah satu produk olahan
pertanian yang dikenal oleh masyarakat dan telah memiliki beberapa cabang
adalah produk olahan pertanian Institut Pertanian Bogor yaitu Serambi Botani.
Gerai Serambi Botani menjual produk olahan pertanian yang berbasis kembali ke
alam, yaitu menggunakan bahan dasar pertanian tanpa menggunakan bahan kimia,
bersifat sehat, dan alami. Produk yang dipasarkan menggunakan nama merek
yang sama yaitu Serambi Botani. Saat ini, kemasan bukan hanya sebagai wadah
dan pelindung produk tetapi juga sebagai alat promosi yang menjadi daya tarik
melalui desain kemasannya. Desain kemasan sendiri terdiri dari beberapa elemen
seperti warna, merek, tipografi, aspek legal, serta anatomi.
Merek yang bagus dapat menciptakan citra yang baik juga bagi suatu
produk. Untuk itu, merek harus dibuat semenarik mungkin agar konsumen
memiliki persepsi yang baik ketika mendengar atau melihat merek produk. Merek
dan desain kemasan saling berkaitan dan merupakan suatu kesatuan. Tetapi jika
dilihat lebih jauh, merek memiliki beberapa elemen tersendiri seperti nama dan
logo. Namun tidak semua elemen merek dan desain kemasan terdapat dalam
kemasan suatu produk. Pada dasarnya merek dan kemasan ini dapat
mempengaruhi penilaian konsumen mengenai citra suatu produk.
15

Dalam penelitian ini dilihat bagaimana hubungan antara elemen desain


kemasan seperti kesesuaian warna, kesesuaian tipografi, kelengkapan aspek legal,
dan kesesuaian anatomi, serta elemen merek seperti nama merek dan logo dengan
citra produk.

Persepsi Mengenai
Elemen Desain Kemasan
Kesesuaian warna
Kesesuaian tipografi
Kelengkapan aspek
legal
Kesesuaian anatomi

Citra Produk

Persepsi Mengenai
Elemen Merek
Ketepatan nama
Kesesuaian logo

Gambar 3 Kerangka analisis

Hipotesis

1. Terdapat hubungan antara elemen warna dalam membentuk citra suatu


produk
2. Terdapat hubungan antara elemen tipografi dalam membentuk citra suatu
produk
3. Terdapat hubungan antara aspek legal dalam membentuk citra suatu produk
4. Terdapat hubungan antara elemen anatomi dalam membentuk citra suatu
produk
5. Terdapat hubungan antara nama merek dalam membentuk citra suatu produk
6. Terdapat hubungan antara logo dalam membentuk citra suatu produk
7. Terdapat hubungan antara elemen desain kemasan dalam membentuk citra
suatu produk
8. Terdapat hubungan antara elemen merek dalam membentuk citra suatu
produk
16

Definisi Operasional

Efektivitas sebuah desain kemasan dalam mempromosikan produknya


dapat dilihat dari berbagai elemen kemasan itu sendiri. Elemen-elemen desain
kemasan dapat diukur melalui warna, merek, aspek legal, anatomi, dan tipografi
produk, sedangkan untuk merek memiliki dua elemen yang dapat diukur yaitu
nama merek dan logo. Keefektifan dari sebuah merek dan desain kemasan dapat
dilihat dari sejauh mana merek dan desain kemasan tersebut mencerminkan
produknya atau dengan kata lain dapat membentuk citra produk tersebut. Selain
itu, keefektifan suatu merek dan desain kemasan dapat diukur dengan
menggunakan elemen-elemen yang ada seperti kesesuaian warna, kesesuaian
tipografi, kesesuaian anatomi, kelengkapan aspek legal, ketepatan nama merek,
dan kesesuaian logo yang digunakan sehingga dapat membentuk citra produk
yang dikemasnya. Dalam hal ini, hasil atau output yang diinginkan adalah citra
yang baik. Oleh karena itu, merek dan desain kemasan akan dikatakan efektif
apabila dapat membentuk citra yang baik dimata masyarakat. Pernyataan tersebut
diukur dengan tingkat persetujuan yaitu : sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju
= 2, dan sangat tidak setuju = 1.
1. Desain kemasan adalah seni atau desain yang terdapat pada bagian luar
kemasan produk. Desain kemasan ini berfungsi untuk menarik perhatian
konsumen melalui warna dan huruf pada kemasan, serta untuk memberikan
informasi mengenai produk yang dikemasnya melalui label yang berada pada
bagian luar kemasan. Pada umumnya, desain kemasan terdiri dari warna,
tipografi, aspek legal, dan anatomi.
a. Warna adalah cahaya yang dipancarkan dan tertangkap oleh indra
penglihatan yang terdapat pada kemasan suatu produk. Kontras warna
akan mempengaruhi daya tarik konsumen terhadap produk tersebut. Jika
pemakaian warna kurang tepat, maka dapat merusak citra, mengurangi
nilai, bahkan menghilangkan keinginan untuk membaca. Persepsi
responden terhadap elemen warna dikategorikan ke dalam tiga kelas,
yaitu persepsi buruk, sedang, dan baik. Nilai untuk masing-masing
kategori adalah sebagai berikut:
Persepsi buruk : 5-10
Persepsi sedang : 11-15
Persepsi baik : 16-20
b. Tipografi dapat diartikan sebagai cara memilih dan mengelola huruf
dalam desain grafis. Tipografi mengarah pada disiplin ilmu yang
mempelajari spesifikasi dan karakteristik huruf yang lebih dikaitkan
dengan gaya atau model huruf cetak. Persepsi responden terhadap elemen
tipografi dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, sedang,
dan baik. Nilai untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
Persepsi buruk : 5-10
Persepsi sedang : 11-15
Persepsi baik : 16-20
c. Aspek legal merupakan informasi yang berhubungan dengan legalitas
produk yang terdapat pada kemasan. Persepsi responden terhadap elemen
aspek legal dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk,
17

sedang, dan baik. Nilai untuk masing-masing kategori adalah sebagai


berikut:
Persepsi buruk : 5-10
Persepsi sedang : 11-15
Persepsi baik : 16-20
d. Anatomi merupakan tata letak informasi mengenai produk yang
dicantumkan pada kemasan. Persepsi responden terhadap elemen anatomi
dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, sedang, dan baik.
Nilai untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
Persepsi buruk : 5-10
Persepsi sedang : 11-15
Persepsi baik : 16-20
2. Merek adalah identitas suatu produk yang berfungsi untuk mengenalkan
produk dalam bentuk kemasan, pamflet, leaflet, dsb. Merek terdiri dari dua
elemen, yaitu nama merek dan logo.
a. Nama merek adalah tanda pengenal yang menjadi identitas dan
membedakan suatu produk dengan produk lainnya. Persepsi responden
terhadap elemen nama merek dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu
persepsi buruk, sedang, dan baik. Nilai untuk masing-masing kategori
adalah sebagai berikut:
Persepsi buruk : 5-10
Persepsi sedang : 11-15
Persepsi baik : 16-20
b. Logo adalah lambang yang menjadi identitas suatu produk yang terdapat
pada kemasan. Logo juga harus mudah diingat, memiliki ciri khas, tidak
rumit, dan mengesankan. Persepsi responden terhadap elemen logo
dikategorikan ke dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, sedang, dan baik.
Nilai untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
Persepsi buruk : 5-10
Persepsi sedang : 11-15
Persepsi baik : 16-20
3. Citra produk merupakan seluruh kesan yang terbentuk dibenak masyarakat
mengenai produk yang dilihat di lokasi penjualan atau mengenai produk yang
dikonsumsinya. Penilaian responden terhadap citra produk dikategorikan ke
dalam tiga kelas, yaitu persepsi buruk, sedang, dan baik. Nilai untuk masing-
masing kategori adalah sebagai berikut:
Persepsi buruk : 5-10
Persepsi sedang : 11-15
Persepsi baik : 16-20
18
19

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang


didukung dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kuantitatif yang
digunakan adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari
suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer
(Singarimbun dan Effendi 2008). Unit analisis dalam penelitian ini adalah
individu. Sementara itu,pendekatan kualitatif melakukan pengamatan dengan
cakupan yang lebih luas dan mencoba untuk mencari pola hubungan antar konsep
yang memang tidak ditentukan sejak awal (Idrus 2009). Pendekatan kualitatif
yang digunakan berupa wawancara mendalam dengan pihak Serambi Botani
untuk mendukung data yang didapat pada data kuantitatif.

Lokasi dan Waktu

Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu


di Serambi Botani, Mall Botani Square, Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan
karena Serambi Botani memiliki berbagai jenis produk olahan pertanian yang
dikemas dengan kemasan yang ramah lingkungan. Selain itu, lokasi ini juga
mudah di jangkau oleh peneliti sehingga memudahkan peneliti dalam melakukan
penelitian. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juni 2013 hingga bulan Januari
2014. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal skripsi,
kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapang, pengolahan dan
analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan
laporan skripsi.

Teknik Pemilihan Responden dan Informan

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengunjung Serambi Botani,


Mall Botani Square Bogor. Jumlah responden yang diambil berjumlah 91 orang
dengan asumsi bahwa jumlah pengunjung Serambi Botani adalah 1000 orang
dalam dua minggu. Namun, untuk meminimalisir kesalahan pada data yang
diterima, maka peneliti mengambil responden dalam jumlah yang lebih banyak
yaitu 100 orang. Penentuan jumlah responden ini ditentukan dengan rumus Slovin,
yaitu:

Keterangan :
N
n : ukuran sampel
n=
N : ukuran populasi
1+Ne2
e : nilai frekuensi galat 10%

Pemilihan responden ini dilakukan berdasarkan teknik accidental


sampling. Teknik tersebut dipilih karena kerangka populasi dalam penelitian ini
tidak diketahui secara pasti, sehingga responden yang dipilih tidak disengaja yaitu
responden yang berada di lokasi saat sedang dilakukan penelitian. Responden
20

diminta untuk mengisi kuesioner yang meliputi elemen desain kemasan, elemen
merek, dan citra produk. Dari kuesioner tersebut didapatkan data deskriptif
mengenai keefektifan desain kemasan dan merek dalam membentuk citra produk.
Sementara itu, untuk informan pada penelitian ini adalah manajer Serambi Botani
dan karyawan yang bekerja di Serambi Botani. Pemilihan manajer dan karyawan
Serambi Botani sebagai informan dikarenakan pihak-pihak tersebut mengetahui
perkembangan mengenai desain kemasan dan merek pada produk Serambi Botani.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yang digali berupa pengemasan produk Serambi Botani,
hubungan kemasan dengan citra produk, dan persepsi mengenai elemen-elemen
desain kemasan dan merek. Data ini didapatkan melalui informan yaitu
managemen dan karyawan Serambi Botani serta melalui responden yaitu
konsumen Serambi Botani. Data tersebut didapatkan melalui wawancara
mendalam dan wawancara terstruktur berupa kuesioner. Kuesioner ini berupa
daftar pertanyaan dengan tujuan untuk memperoleh data dan informasi yang
relevan dari responden Serambi Botani. Sedangkan data sekunder diperoleh dari
literatur-literatur pendukung seperti buku, jurnal, skripsi, dan internet yang
relevan dengan penelitian ini sebagai acuan untuk menentukan teori, variabel, dan
teknik pengumpulan data pada penelitian.

Teknik Pengolahan Data

Data kuantiatif yang diperoleh dari kuesioner dikumpulkan dan


ditabulasikan dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Setelah terkumpul,
dilakukan pengodean data berdasarkan klasifikasi jawaban responden dengan
memberikan kode pada setiap variabel. Kemudian, data diolah secara statistik
deskriptif dengan menggunakan software SPSS 20.0 for Windows. Statistik
deskriptif digunakan untuk menggambarkan data-data mengenai elemen-elemen
desain kemasan dan merek seperti warna, tipografi, aspek legal, anatomi, nama
merek, dan logo. Uji statistik yang digunakan untuk menguji hubungan antar
variabel dianalisis dan diinterpretasikan dengan menggunakan analisis korelasi
Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menganalisis
hubungan antara desain kemasan dengan citra produk dan hubungan antara merek
dengan citra produk. Adapun rumus Rank Spearman yang digunakan yaitu:

Keterangan:
6D 2 s : koefisien korelasi rank spearman
s = 1 - D : perbedaan skor antara dua kelompok
N(N2-1) N : jumlah kelompok
21

GAMBARAN UMUM

Sejarah Singkat Serambi Botani

Serambi Botani adalah salah satu unit bisnis di bawah pengawasan


Direktorat Bisnis dan Kemitraan Institut Pertanian Bogor (DITBK IPB). Serambi
Botani merupakan gerai yang menjual hasil inovasi dan penelitian produk-produk
olahan pertanian IPB. Serambi Botani dibentuk untuk memperkenalkan produk-
produk tersebut kepada khalayak luas.
Serambi Botani didirikan pada pertengahan tahun 2009, tepatnya pada
tanggal 7 Agustus 2009. Serambi Botani melakukan launching pertamanya di Mal
Botani Square Bogor. Berdirinya Serambi Botani ini diprakarsai oleh Bapak MSR
selaku direktur bisnis dan kemitraan IPB, Ibu LF, Ibu FTM, dan Bapak DWK.
Serambi Botani terdiri dari dua kata yang memiliki arti tersendiri. Serambi berarti
teras depan, sedangkan botani berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan
tumbuh-tumbuhan. Dengan kata lain, Serambi Botani berarti hasil dari tumbuh-
tumbuhan yang dipajang atau ditampilkan untuk menarik perhatian masyarakat.
Serambi Botani berlokasi di beberapa Mal di Jabodetabek. Selain di Mal
Botani Square Bogor, gerai Serambi Botani juga tersebar di beberapa lokasi
seperti Mal Gandaria City, Teras Kota, Kalibata City Square, Artha Gading, Kota
Kasablanka, dan @Alam Sutera. Kantor pusat Serambi Botani sendiri terletak di
Komplek Agripark, Taman Kencana, Bogor.

Visi dan Misi Serambi Botani

Serambi Botani memiliki visi yaitu menjadi perusahaan berbasis


kepakaran yang menyediakan produk dan jasa hasil inovasi terbaik. Misi dari
Serambi Botani adalah mengembangkan bisnis kepakaran di bidang industri
pangan produk biologis dan biofarma serta mengembangkan produk inovatif di
bidang industri pangan produk biologis dan biofarma. Nilai yang diangkat oleh
Serambi Botani yaitu bersih, lugas, sistematis, dan tertib.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi Serambi Botani terdiri dari General Manager yang


berperan sebagai penanggung jawab utama seluruh kegiatan operasional Serambi
Botani. Dibawah General Manager terdapat Manajer Operasional, Manajer
Keuangan, serta Manajer Produk dan Promosi yang masing-masing memiliki
peran dalam pengelolaannya. Manajer Operasional memiliki tanggung jawab
dalam kegiatan operasional yang dibawahnya terdapat Merchandiser (MD)
Supervisor, Supervisor Penjualan, Supervisor Gudang, dan Supervisor Ekspedisi.
MD Supervisor membawahi staff MD dan staff admin yang bertanggung jawab
atas kegiatan administrasi perusahaan. Supervisor Penjualan bertanggung jawab
dalam kegiatan penjualan, membawahi consultant partner (CP) yang bertugas
sebagai tenaga penjual yang melayani konsumen di lapangan. Supervisor Gudang
bertanggung jawab dalam kegiatan yang berhubungan dengan gudang seperti
ketersediaan stock barang. Supervisor Ekspedisi bertanggung jawab dalam
22

pengawasan lalu lintas pengiriman produk ke setiap gerai Serambi Botani,


supervisor ini juga membawahi staff pengiriman dan driver. Manajer Keuangan
bertanggung jawab atas seluruh jalannya keuangan yang membawahi accounting
dan kasir. Manajer Produk dan Promosi bertanggung jawab dalam pengawasan
dan ketersediaan produk, berhubungan dengan pemasok produk, pengadaan
produk baru yang akan dijual, serta mengevaluasi kegiatan pemasaran.

Produk yang Ditawarkan Serambi Botani

Serambi Botani menjadi gerai pelopor yang menyediakan produk-produk


lokal dengan konsep alami dan sehat bagi masyarakat. Melalui penelitian dan
pengembangan secara konsisten, produk-produk yang akan dikirim ke gerai
Serambi Botani dipastikan merupakan produk alami, higienis, dan bebas dari
bahan kimia yang dapat membahayakan tubuh. Produk-produk ini berasal dari
Usaha Kecil Menengah (UKM) yang berada di bawah pengawasan Institut
Pertanian Bogor. Untuk menjaga kualitas, semua produk diperiksa secara berkala
di laboratorium dan juga konsultasi dengan para dosen IPB yang merupakan ahli
dan peneliti yang menguasai bidangnya. Produk yang ditawarkan di Serambi
Botani dibagi kedalam beberapa kategori, antara lain: healthy food, herb
medicine, aromatherapy and essential oil, organic products, personal care, snack
and healthy drink. Produk-produk ini berasal dari produsen yang beragam tetapi
tetap berada dibawah pengawasan Institut Pertanian Bogor. Pada setiap kategori
produk, terdapat berbagai macam produk dengan bahan dasar yang berbeda
beserta manfaatnya masing-masing. Selain itu, pada beberapa produk seperti
madu, kopi, dan teh terdapat berbagai macam varian rasa. Hal ini membuat
produk-produk di Serambi Botani beragam dan kaya akan manfaat yang dapat
bermanfaat bagi kesehatan.
23

Tabel 2 Jenis produk yang ditawarkan di Serambi Botani, Botani Square, tahun
2013

Kategori Produk Macam-macam Produk


Aneka bumbu masak
Healthy food
Mie jagung
Instant herbal
Herb medicine Kapsul biofarmaka
Bubuk simplisia
Massage oil
Aromatherapy and essenstial oil
Minyak angin aromatic
Aneka beras organic
Gula batu tebu
Aneka mie organic
Organic products
Tepung beras putih
Tepung beras merah
Tepung garut
Bedak dingin
Aromatherapy shower gel
Body butter, whitening cream,
scrub cream
Personal care
Hand and body lotion
Lulur
Masker
Sabun, shampo
Bekatul
Chocolate
Biskuit clarias
Snack and healthy drink Aneka kopi, aneka the
Aneka madu
Jus lidah buaya
Liang tea
Permen cajuput

Pengemasan Produk Serambi Botani

Proses pengemasan Serambi Botani pada mulanya dikelola dan


dikembangkan oleh pihak Serambi Botani sendiri yang mengacu pada konsep
natural. Supplier hanya mengirimkan produk dan segalanya dikemas oleh pihak
Serambi Botani secara keseluruhan. Seiring berjalannya waktu, Serambi Botani
24

mencoba untuk memperkenalkan dan mengajarkan cara pengemasan mulai dari


bahan baku, bentuk, quality control, termasuk pelabelan, sehingga barang yang
masuk ke gerai Serambi Botani sudah dikemas dengan rapih dan siap untuk
dipasarkan. Semua kemasan diseragamkan menggunakan merek Serambi Botani
dengan segala ketentuan yang telah ditetapkan bersama. Untuk produk yang telah
lama dijual di Serambi Botani, pihak Serambi Botani menerima produk tersebut
sudah dalam keadaan siap dipasarkan dan telah di pack dengan rapih. Namun,
untuk produk-produk yang baru bergabung dengan Serambi Botani, akan
dikembangkan bersama-sama dengan vendor atau supplier mulai dari bentuk
kemasan, desain kemasan, dan sebagainya. Setelah itu, proses pengemasan akan
diserahkan kepada vendor dan pihak Serambi Botani hanya menunggu hasilnya
untuk diedarkan dan dipasarkan di gerai-gerai Serambi Botani.
Produk-produk yang masuk ke dalam gerai Serambi Botani, dapat
dikatakan sebagai produk industri rumah tangga dimana produk tersebut sudah
memiliki legalitas sendiri. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan legalitas adalah
ijin edar sebagai jaminan bahwa usaha makanan dan minuman rumahan yang
dijual telah memenuhi keamanan makanan yaitu telah terdaftar P-IRT (Pangan
Industri Rumah Tangga). Produk-produk yang telah terdaftar P-IRT tetap
memakai P-IRT mereka masing-masing sebagai legalitas pada kemasan. Sebab,
sampai saat ini pihak Serambi Botani belum mendaftarkan produk yang ada ke
Badan Pengawasan Obat-obatan dan Makanan (BPOM). Tetapi, walaupun produk
yang ditawarkan memiliki kode perijinan yang berbeda-beda, kemasan produk
tersebut tetap diseragamkan. Hal ini bertujuan agar produk-produk tersebut
terlihat lebih seragam, menciptakan brand yang kuat, serta untuk mempermudah
promosi dan memperkenalkan kepada masyarakat luas produk-produk Serambi
Botani yang bekerja sama dengan mitra-mitra IPB.
Selain itu, produk-produk yang dijual di Serambi Botani juga
diperbolehkan untuk dijual di tempat lain seperti di industri rumah masing-masing
dengan menggunakan kemasan yang sama seperti di Serambi Botani ataupun
dengan kemasan yang berbeda. Serambi Botani tidak membatasi produk dan
kemasannya untuk dijual di tempat lain, sebab dengan begitu Serambi Botani
dapat memperluas jangkauan pemasarannya dan meningkatkan promosi melalui
merek dan kemasan.

Desain Kemasan Produk Serambi Botani

Desain kemasan pada produk Serambi Botani menggunakan konsep yang


natural sesuai dengan produk yang ditawarkannya yaitu produk pertanian. Desain
kemasan ini bernuansa alam dengan warna dominan coklat dan hijau. Kemasan
yang digunakan merupakan kemasan yang ramah lingkungan, seperti pada gula
yang dibungkus dengan daun aren. Namun, beberapa produk di Serambi Botani
juga masih menggunakan kemasan plastik seperti pada produk beras, tepung, dan
mie organik. Pada kemasan yang menggunakan plastik, informasi mengenai
produk ditulis pada label kertas berwarna coklat yang dipadukan dengan tulisan
hitam.
Logo Serambi Botani yang ada pada kemasan bergambar sehelai daun
berwarna hijau dengan batang daun ditengahnya yang berwarna putih dan di
padukan dengan warna latar yang berwarna oranye membuat logo ini terlihat
25

cerah. Nama merek Serambi Botani sendiri dituliskan di atas dan bawah logo
dengan membagi dua bagian, yaitu tulisan Serambi di atas logo daun dan Botani
di bawah logo daun dengan menggunakan font italic.
Pada aspek legalitas, belum semua produk memiliki ijin P-IRT dan logo
halal, seperti pada kemasan masker belum terdapat ijin P-IRT dan pada kemasan
minuman lidah buaya belum terdapat logo halal. Informasi mengenai komposisi
bahan, cara penyimpanan, berat bersih, dan informasi kegunaan atau manfaat
produk juga belum lengkap pada beberapa kemasan, hanya sebagian produk yang
sudah menuliskan informasi-informasi tersebut secara lengkap. Penggunaan huruf
pada bagian informasi menggunakan huruf yang lebih kecil namun tetap terbaca
dengan tipe huruf yang biasa dipakai pada umumnya.
Nama merek Serambi Botani sendiri, diambil berdasarkan pertimbangan
bahwa nama Serambi Botani merupakan nama lokal yang mudah diingat. Serambi
berarti teras atau etalase, sedangkan botani berarti pertanian. Jadi, Serambi Botani
merupakan teras atau etalase yang berisi produk-produk pertanian dimana produk
tersebut merupakan hasil dari penelitian civitas akademik IPB. Nama Serambi
Botani ini juga mudah dibaca dan diucapkan karena tidak menggunakan bahasa
asing yang rumit.
26
27

PERSEPSI TERHADAP ELEMEN DESAIN KEMASAN


SERAMBI BOTANI

Kesesuaian Warna

Warna merupakan daya tarik pertama yang akan dilihat oleh konsumen
saat memilih produk, sebab warna dapat mempengaruhi panca indera kita dalam
menilai suatu produk. Warna yang selaras dan enak dipandang dapat
menimbulkan ketertarikan pada konsumen saat melihat produk sehingga dapat
mempengaruhi keinginan membeli pada konsumen.

Tabel 3 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap elemen


warna pada desain kemasan Serambi Botani

Persentase (%)
No Pernyataan
SS S TS STS
1. Menurut saya warna pada kemasan 15 68 17 0
Serambi Botani menarik
2. Warna pada kemasan terlihat selaras 10 83 7 0
dan enak dilihat
3. Warna pada kemasan menggambarkan 19 75 6 0
produk olahan pertanian
4. Penggunaan warna pada huruf selaras 14 73 13 0
dengan warna dasar kemasan
5. Kombinasi warna grafisnya lebih 20 61 19 0
menarik dibandingkan dengan produk
olahan pertanian lainnya
Keterangan : SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Warna pada desain kemasan Serambi Botani dapat dikatakan menarik


karena sebagian besar responden menjawab setuju pada pernyataan tersebut.
Serambi Botani memiliki warna kemasan yang dominan coklat dan hijau sehingga
memberikan kesan natural dan dekat dengan alam. Sebagian besar responden
setuju bahwa dengan warna coklat dan hijau menggambarkan bahwa Serambi
Botani merupakan produk olahan pertanian yang alami, sebanyak 75 persen
responden menjawab setuju dengan pernyataan tersebut. Warna huruf dengan
dasar kemasan juga terlihat selaras karena huruf pada kemasan menggunakan
warna hitam yang bersifat netral,sehingga untuk disatukan dengan warna coklat
dan hijau terlihat selaras dan enak dipandang, terbukti dengan sebanyak 73
responden setuju dan 14 persen responden sangat setuju dengan pernyataan
tersebut. Hal ini diutarakan oleh responden sebagai berikut:
28

Warnanya bagus, alami banget hijau sama coklat. Warnanya


udah pas, pertanian banget, sederhana, pas, simple. Saya suka
melihatnya (AN, 30 tahun)

Tetapi, untuk sebagian kecil responden berpendapat bahwa warna pada


desain kemasan Serambi Botani kurang menarik dan kurang kontras sehingga
tidak menarik perhatian mata. Sebanyak 17 persen responden berpendapat bahwa
warna pada desain kemasan Serambi Botani tidak menarik dan kurang beragam,
seperti beberapa pendapat yang diutarakan responden:

Warnanya perlu ditambah, karena kurang menarik, kalo menarik


tuh warna merah, ungu, yang kontras gitu. Warnanya terlalu
kalem (FR, 20 tahun)

Warnanya kurang mencolok, harusnya dikelompokkan menurut


jenis agar lebih mudah mencarinya. Misalnya, pada jenis madu
yang berbeda itu dibedakan (RL, 28 tahun)

Berdasarkan data yang di dapatkan dari 100 responden, penilaian


responden terhadap elemen warna pada desain kemasan Serambi Botani adalah
sedang dan baik. Sebanyak 69 persen responden memiliki persepsi sedang pada
warna kemasan, 31 persen responden menjawab baik, dan tidak ada yang
memiliki persepsi buruk dalam menilai elemen warna desain kemasan Serambi
Botani. Sebagian besar responden menilai bahwa warna pada desain kemasan
Serambi Botani cukup menarik dan sesuai dengan produk yang dikemasnya.
Walaupun jika dilihat lebih detail pada jawaban pertanyaan banyak responden
yang kurang setuju jika dikatakan bahwa warna pada desain kemasan Serambi
Botani menarik, namun jika dikalkulasikan dan dikelompokkan tidak ada
responden yang memiliki persepsi buruk. Persepsi responden masih tergolong
baik dan sedang.

Persepsi baik
31%

Persepsi
sedang
69%

Gambar 4 Persentase penilaian responden terhadap elemen warna

Warna pada sebuah kemasan memiliki manfaat yang banyak dan


berhubungan dengan persepsi dan penilaian visual terhadap suatu kemasan,
sehingga dalam pemilihan warna harus sangat dipertimbangkan mengenai
29

keselarasan paduan warna, kontras pada warna, dan ketepatan pemilihan warna.
Sebab, warna akan menjadi daya tarik visual yang pertama kali dilihat oleh
konsumen. Selain itu, warna dapat menggambarkan identitas suatu produk
sehingga menimbulkan persepsi konsumen mengenai isi dari produk yang
dikemasnya.

Kesesuaian Tipografi

Tipografi merupakan salah satu desain kemasan yang sangat penting


karena berperan untuk mengkomunikasikan informasi yang terdapat dalam
kemasan agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dengan baik.
Pemilihan jenis huruf dan karakter huruf akan sangat menentukan keberhasilan
desain komunikasi visual. Baik atau buruknya tipografi akan mempengaruhi
keinginan pembaca untuk melihat informasi yang disampaikan. Tujuan pemilihan
desain pada tipografi ini adalah untuk menyampaikan informasi kepada pembaca
dengan cepat dan mudah dibaca. Selain itu, tipografi juga harus menarik dan
menyenangkan untuk dibaca.

Tabel 4 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap elemen


tipografi pada desain kemasan Serambi Botani

Persentase (%)
No Pernyataan
SS S TS STS
1. Menurut saya penggunaan huruf pada 8 76 16 0
kemasan Serambi Botani menarik
2. Penggunaan hurufdapat 15 68 17 0
mengkomunikasikan pesan yang
disampaikan
3. Saya dapat membaca dengan jelas huruf- 16 67 18 0
huruf yang tertera pada kemasan
4. Huruf yang digunakan lebih unik 12 67 23 1
dibandingkan dengan produk olahan
pertanian lainnya
5. Menurut saya huruf yang digunakan 13 79 8 0
mencerminkan produk Serambi Botani
sebagai produk olahan pertanian
Keterangan : SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Sebagian besar huruf pada kemasan Serambi Botani menarik dan dapat
mengkomunikasikan pesan dengan baik. Huruf pada kata-kata dalam kemasan
dapat terbaca dengan jelas, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat diterima
oleh responden. Selain itu, penyusunan huruf yang baik dan pemilihan jenis huruf
yang sederhana memudahkan responden untuk membaca informasi pada kemasan
terkait dengan produk yang dikemasnya. Sebanyak 76 persen responden setuju
30

bahwa huruf pada kemasan Serambi Botani sudah menarik dan 67 persen
reponden setuju dapat membaca huruf dengan jelas.
Namun, terdapat beberapa responden yang menilai bahwa pemilihan huruf
pada kemasan masih belum menarik dan tidak mudah dibaca dengan jelas.
Sebanyak 23 persen responden menilai bahwa huruf yang digunakan masih biasa
saja dan tidak lebih unik dibandingkan dengan produk pertanian lainnya. Hal ini
disampaikan oleh beberapa responden sebagai berikut:

Jenis hurufnya terlalu sederhana dan tidak elegan. Jadinya ya


hurufnya kurang menarik, biasa saja. Terlalu sederhana dan kaku
diliatnya. (FF, 22 tahun)

Hurufnya kurang tegas dan kurang menarik. jadinya kurang jelas


dan terlalu sederhana. Bagi orangtua sulit untuk terbaca karena
terlalu kecil (SW, 55 tahun)

Berdasarkan hasil penilaian responden, dapat dilihat bahwa persepsi


responden terhadap elemen tipografi sebagian besar menilai sedang atau belum
dapat dikatakan baik. Sebanyak 73 persen responden menilai sedang, 24 persen
responden menilai baik, dan 3 persen responden menilai buruk. Penggunaan huruf
yang sederhana dan dominan hitam, membuat huruf pada kemasan jelas dan
mudah untuk dibaca,sehingga informasi mengenai produk yang tertera pada
kemasan dapat dikomunikasikan dengan baik kepada responden. Namun, Serambi
Botani memiliki potensi untuk memilih huruf yang lebih menarik dan lebih unik
sehingga dapat meningkatkan persepsi konsumen untuk memberikan nilai yang
baik terhadap tipografi pada kemasan, karena lebih dari setengah responden masih
berada pada persepsi sedang mengenai elemen tipografi ini.

Persepsi baik Persepsi buruk


24% 3%

Persepsi
sedang
73%

Gambar 5 Persentase penilaian responden terhadap elemen tipografi

Dalam memilih huruf, nilai kejelasan sehingga huruf dapat terbaca dan
nilai kenyamanan jauh lebih penting dibandingkan dengan keindahan. Walaupun
huruf yang digunakan sangat indah, tetapi jika sulit dibaca maka bukanlah
termasuk ke dalam huruf yang baik. Maka dari itu, dalam memilih dan mengelola
huruf perlu diperhatikan terkait ukuran huruf, variasi huruf, jarak spasi dan bentuk
susunan huruf. Dalam desain kemasan Serambi Botani, huruf yang digunakan
31

dapat mencerminkan personality produk yang dikemasnya karena akan


memberikan beberapa informasi mengenai produk tersebut. Oleh karena itu,
penting untuk memilih tipografi yang tepat dalam suatu desain kemasan karena
dapat menciptakan image suatu produk.

Kelengkapan Aspek Legal

Aspek legal merupakan aspek yang berhubungan dengan legalitas suatu


produk seperti pencantuman logo halal, kode produksi, sertifikasi BPOM atau P-
IRT, tanggal kadaluwarsa, dan perusahaan yang memproduksi. Pencantuman logo
halal penting bagi kaum muslim karena menurut syariat Islam suatu makanan dan
minuman haruslah halal untuk dikonsumsi. Suatu produk akan lebih aman untuk
dikonsumsi jika sudah terdaftar pada BPOM atau P-IRT dan terdapat kode
produksi, karena sertifikasi ini membuktikan bahwa produk tersebut legal dan
sudah diperiksa oleh Dinas Kesehatan.

Tabel 5 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap


kelengkapan aspek legal pada desain kemasan Serambi Botani

Persentase (%)
No Pernyataan
SS S TS STS
1. Kode produksi sudah diinfokan dalam 36 39 25 0
kemasan
2. Terdapat logo halal pada kemasan 27 59 13 1
makanan dan minuman
3. Tanggal kadaluwarsa sudah diinfokan 26 71 3 0
dalam kemasan
4. Sertifikasi produk BPOM atau sudah 17 63 20 0
diinfokan dalam kemasan produk
makanan dan produk kecantikan
5. Nama dan alamat perusahaan yang 20 72 7 1
memproduksi sudah diinfokan dalam
kemasan
Keterangan : SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Kode produksi pada produk sudah cukup diinformasikan pada kemasan,


walaupun terdapat beberapa produk yang masih belum menginfokan kode
produksinya seperti pada kemasan madu, masker, kopi, dan sabun. Sebanyak 25
persen responden menyatakan tidak setuju dengan pernyataan bahwa kode
produksi sudah diinformasikan pada kemasan, tetapi 39 persen responden
menyatakan setuju dengan pernyataan tersebut. Banyak responden yang tidak
memperhatikan hal tersebut karena menurutnya informasi mengenai kode
produksi tidaklah terlalu penting.
Keberadaan logo halal pada kemasan sama seperti kode produksi, belum
semua makanan dan minuman mengandung logo halal seperti pada kemasan
minuman jus lidah buaya yang belum terdapat logo halalnya. Responden menilai
32

bahwa produk yang berasal dari hasil olahan pertanian sudah terjamin
kehalalannya. Sebanyak 59 persen setuju bahwa produk Serambi Botani telah
memiliki logo halal, sedangkan 13 persen tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
Selain itu, dalam hal legalitas mengenai pendaftaran BPOM, produk di
Serambi Botani sudah terpercaya karena berasal dari bahan-bahan alami. Hal ini
diperkuat oleh lambang IPB pada Serambi Botani yang menandakan bahwa
produk ini telah diuji dan bekerjasama dangan pihak IPB. Sertifikasi yang
tercantum pada produk Serambi Botani bukanlah kode dari BPOM, melainkan
kode P-IRT. Kode P-IRT sendiri merupakan legalitas Produksi Pangan Industri
Rumah Tangga (P-IRT). Produk Serambi Botani merupakan produk yang berasal
dari industri rumahtangga sehingga sertifikasi kode P-IRT tersebut sudah ada
sebelum dimasukkan ke gerai Serambi Botani.
Sebagian besar tanggal kadaluwarsa dan produk yang memproduksi sudah
diinfokan pada kemasan. Responden menilai tanggal kadaluwarsa sangat penting
untuk dilihat sebelum membeli suatu produk, aspek inilah yang sangat
diperhatikan diantara aspek yang lain. Sebanyak 71 persen responden menyatakan
setuju dan 26 persen sangat setuju. Sementara itu, untuk alamat yang
memproduksi, sebagian besar sudah tertera pada kemasan karena setiap produk
diproduksi oleh produsen yang berbeda dan berasal dari usaha rumah tangga yang
berbeda pula.
Berdasarkan penilaian responden, sebagian besar responden memiliki
persepsi sedang terhadap aspek legal, yaitu sebesar 65 persen. Sebagian besar
responden menilai bahwa aspek legal pada kemasan sudah cukup baik karena
mereka percaya bahwa produk yang ada di Serambi Botani sudah teruji oleh IPB
sehingga responden tidak mengamati lebih detail mengenai aspek legal tersebut.
Sebanyak 35 persen responden memiliki persepsi baik dan tidak ada yang
memiliki persepsi buruk. Hal ini seperti yang dituturkan oleh responden:

Kalau produk IPB udah pasti halal. Soalnya pasti sudah teruji.
Selain itu, muslimnya kan terkenal banget. Jadi tidak mungkin
tidak halal (RN, 33 tahun)

Persepsi baik
35%
Persepsi
sedang
65%

Gambar 6 Persentase penilaian responden terhadap aspek legal

Kondisi ini menjadi beban bagi IPB karena sebagian responden


mempercayai produk dikarenakan adanya logo IPB pada kemasan. Hal ini
33

membuat responden tidak mementingkan aspek legal seperti kode produksi,


sertifikasi BPOM, nama dan alamat yang memperoduksi pada kemasan dan
mempercayai kekuatan IPB sebagai legalitas dari produk itu sendiri. Namun,
disisi lain bagi sebagian responden yang cermat dalam melihat legalitas produk,
mereka sempat menanyakan kondisi halal atau tidaknya produk yang mereka beli.
Hanya saja kepercayaan responden timbul kembali saat mengingat bahwa produk
yang mereka beli merupakan produk hasil olahan pertanian dan merupakan
produk yang berada dibawah pengawasan IPB.

Kesesuaian Anatomi

Anatomi kemasan merupakan tata letak pada kemasan yang memiliki


beberapa bagian dan menampilkan informasi mengenai produk yang dikemasnya.
Bagian utama adalah nama merek pada bagian depan kemasan. Bagian ini yang
akan memperkenalkan produk kepada konsumen karena mencantumkan nama dan
jenis produk dengan jelas. Bagian belakang kemasan berisi informasi mengenai
produk yang dikemasnya seperti komposisi bahan, petunjuk pemakaian, petunjuk
penyimpanan, kandungan gizi, dan manfaat produk. Informasi yang tercantum
pada bagian belakang kemasan merupakan informasi sekunder, tetapi informasi
ini menjadi sangat penting karena termasuk dalam syarat perdagangan.

Tabel 6 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap


kesesuaian anatomi pada desain kemasan Serambi Botani

Persentase (%)
No Pernyataan
SS S TS STS
1. Saya merasa puas dengan adanya 18 70 11 1
informasi komposisi bahan dan kandungan
gizi pada belakang kemasan
2. Saya merasa puas dengan adanya petunjuk 14 66 19 1
penyimpanan pada belakang kemasan
3. Saya merasa puas dengan adanya petunjuk 11 84 5 0
berat bersih pada kemasan
4. Saya merasa puas dengan adanya petunjuk 18 68 14 0
pemakaian pada belakang kemasan
5. Saya merasa puas dengan adanya 21 69 9 1
informasi kegunaan atau manfaat pada
belakang kemasan
Keterangan : SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Terdapatnya informasi mengenai komposisi bahan dan kandungan gizi pada


belakang kemasan merupakan hal yang dirasa penting oleh responden. Sebanyak
70 persen responden merasa puas dengan adanya informasi komposisi bahan pada
kemasan, sebab hal ini memberitahukan responden mengenai bahan dasar yang
digunakan untuk membuat produk yang akan dikonsumsinya. Disisi lain,
34

responden juga mendapatkan informasi mengenai kadar gizi yang dikandung


dalam bahan dasar yang digunakan pada produk tersebut.
Petunjuk penyimpanan suatu produk dirasa penting oleh sebagian besar
responden. Sebanyak 66 persen merasa puas dengan adanya informasi mengenai
petunjuk penyimpanan pada bagian belakang kemasan. Namun, tidak semua
produk menginformasikan mengenai petunjuk penyimpanan produknya, seperti
pada kopi dan masker. Sebanyak 19 persen responden merasa belum puas karena
belum adanya petunjuk penyimpanan pada kemasan. Selain itu, responden juga
merasa puas dengan adanya informasi mengenai berat bersih produk. Sebagian
besar produk telah menginformasikan berat bersihnya pada kemasan. Hal ini
terbukti dengan banyaknya responden yang menjawab setuju pada jawaban
pertanyaan tersebut yaitu sebanyak 84 persen.
Petunjuk pemakaian suatu produk akan sangat bermanfaat bagi responden
yang tidak mengetahui cara pemakaian produk yang akan dikonsumsinya. Untuk
itu, sebagian besar responden merasa puas dengan adanya informasi kegunaan dan
manfaat pada belakang kemasan. Sebanyak 18 persen responden merasa sangat
puas dengan adanya cara pemakaian produk seperti yang tercantum pada produk
body butter, cream scrub dan produk personal care lainnya. Tidak hanya petunjuk
pemakaian, tetapi kegunaan dan manfaat suatu produk juga dirasa penting bagi
responden untuk dicantumkan dalam kemasan. Sebanyak 69 persen responden
setuju dengan pernyataan tersebut. Sebab, dengan adanya manfaat produk,
responden dapat mengetahui kegunaan dari produk yang akan dikonsumsinya.
Berdasarkan hasil penilaian responden, dapat dilihat bahwa persepsi
responden mengenai anatomi pada kemasan Serambi Botani cenderung sedang.
Sebanyak 78 persen responden menilai sedang, 14 persen responden menilai
buruk, dan 8 persen responden menilai baik. Hal ini berarti bahwa responden
menilai tata letak pada kemasan belum cukup memuaskan dan informasi yang
dicantumkan belum cukup lengkap. Responden yang menilai anatomi ini buruk
dikarenakan masih belum lengkapnya informasi yang dicantumkan pada kemasan.
Hal ini seperti yang dituturkan oleh beberapa responden berikut:

Tidak semua produk menginfomasikan mengenai komposisi


bahan. Informasi yang dicantumkan masih belum lengkap. Hanya
beberapa yang sudah ada (AP, 25 tahun)

Informasi mengenai kegunaan dan manfaat produk masih belum


lengkap. Seharusnya diinformasikan seperti mengenai keunggulan
dari setiap kopi robusta, arabica, dll (RD, 30 tahun)

Informasi yang berada pada bagian belakang kemasan merupakan


informasi pelengkap yang menjelaskan mengenai produk yang dikemasnya.
Dalam hal ini responden menilai bahwa informasi yang berada pada kemasan
Serambi Botani sebagian masih belum lengkap. Walaupun sebagian responden
tidak cermat dalam melihat informasi ini, namun sebagian responden lainnya
cukup memperhatikan mengenai kelengkapan informasi pada kemasan untuk
mengetahui lebih lanjut mengenai produk yang akan dibelinya. Hasil penilaian
responden masih belum bisa dikatakan baik karena persepsi responden masih di
dominasi oleh persepsi sedang. Serambi Botani memiliki potensi untuk membuat
35

penilaian responden menjadi lebih baik lagi dengan cara melengkapi informasi
mengenai produk-produk yang dikemasnya pada setiap kemasan.

Persepsi baik Persepsi


8% buruk
14%

Persepsi
sedang
78%

Gambar 7 Persentase penilaian responden terhadap kesesuaian anatomi


36
37

PERSEPSI TERHADAP ELEMEN MEREK SERAMBI


BOTANI

Ketepatan Nama Merek

Nama merek merupakan identitas sebuah produk yang sifatnya sebagai


tanda pengenal produk tersebut. Nama merek harus mudah diingat dan mudah
dibaca agar dapat menarik konsumen dan memiliki nilai tambah bagi suatu
produk. Sebab, nama merek dapat menguatkan dan meningkatkan kepercayaan
konsumen terhadap produk tersebut. Selain itu, nama merek dapat mempengaruhi
konsumen untuk mengkonsumsi produk melalui makna atau arti dari suatu merek.
Nama merek yang unik akan lebih menarik konsumen untuk membeli produk dan
membuat penilaian tersendiri bagi produk.

Tabel 7 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap


kesesuaian nama merek Serambi Botani

Persentase (%)
No Pernyataan
SS S TS STS
1. Nama merek Serambi Botani 23 65 11 1
menunjukkan bahwa produk tersebut
adalah produk hasil olahan pertanian
2. Nama merek Serambi Botani pada 26 59 15 0
kemasan mudah dibaca
3. Nama merek Serambi Botani mudah 18 66 15 1
untuk diingat
4. Nama merek Serambi Botani lebih unik 15 75 10 0
dibandingkan dengan produk olahan
pertanian lainnya
5. Nama merek Serambi Botani 10 57 30 3
menimbulkan ketertarikan untuk
membeli produk
Keterangan : SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Menurut sebagian besar responden, nama merek Serambi Botani sudah


menunjukkan bahwa produk tersebut merupakan produk hasil olahan pertanian.
Sebanyak 65 persen responden menjawab setuju pada pernyataan tersebut karena
menurut mereka nama Botani yang memiliki arti tumbuh-tumbuhan sangat dekat
dengan pertanian. Nama merek Serambi Botani terdapat pada setiap kemasan
sebagai identitas produk, nama merek tersebut menurut sebagian besar responden
mudah dibaca dan mudah untuk diingat. Nama Serambi Botani juga dinilai unik
oleh 90 persen responden. Sebanyak 57 persen responden merasa bahwa dengan
membaca, melihat, atau mendengar merek Serambi Botani dapat menimbulkan
ketertarikan untuk membeli produk tersebut. Namun, untuk sebagian responden
38

lainnya nama merek tersebut kurang menarik. Menurut responden yang tidak
setuju dengan nama merek Serambi Botani, mengutarakan bahwa kata Serambi
dirasa kurang selaras, sebab kata Serambi identik dengan keagamaan. Selain itu,
beberapa responden lebih melihat produk dikarenakan terdapat logo IPB bukan
karena merek Serambi Botaninya. Hal ini diutarakan oleh responden sebagai
berikut:

Saya lebih mengenal lambang IPB dibandingkan dengan merek


Serambi Botaninya. Saya jarang memperhatikan mereknya.
Dengan melihat IPB saya jadi tertarik beli (DH, 48 tahun)

Kata serambi terlalu mengarah ke agama, seperti Serambi


Mekah, Serambi Aceh. Jadi saya rasa kurang pas untuk merek
produk ini (NT, 31 tahun)

Menurut hasil penilaian responden pada nama merek Serambi Botani,


sebanyak 66 persen responden menilai sedang dan 29 persen responden menilai
baik. Nama Serambi Botani yang menjadi identitas produk ini memiliki arti gerai
atau teras depan yang menjual hasil olahan pertanian yang berasal dari tumbuh-
tumbuhan. Bagi sebagian besar responden nama ini sudah cukup sesuai untuk
menjadi identitas produk yang dikemasnya. Nama Serambi Botani juga dirasa
unik jika dibandingkan dengan produk olahan pertanian lainnya. Namun, bagi
sebagian responden lainnya nama Serambi Botani dirasa kurang sesuai
dikarenakan kata Serambi yang lebih mengarah pada keagamaan. Hal ini
membuat responden merasa kata Serambi Botani kurang sesuai untuk dijadikan
nama merek untuk produk olahan pertanian. Responden yang memiliki persepsi
buruk terhadap nama merek Serambi Botani ini sebesar 5 persen.

Persepsi baik Persepsi buruk


29% 5%

Persepsi
sedang
66%

Gambar 8 Persentase penilaian responden terhadap ketepatan nama merek

Nama merek Serambi Botani menjadi identitas produk yang dikemasnya.


Dalam menentukan nama merek bagi suatu produk perlu dipertimbangkan
mengenai kemudahan dalam mengingat merek tersebut, keunikan merek tersebut,
keterkaitan merek dengan produk yang dikemasnya, arti dari merek tersebut, serta
kemudahan dalam menerima pesan yang ingin disampaikan melalui merek
tersebut. Dalam hal ini Serambi Botani mendapatkan respon yang cukup positif
39

karena sebagian responden berpendapat bahwa nama ini sudah cukup sesuai
dengan produk yang dikemasnya. Namun, kondisi ini masih belum bisa dikatakan
baik sebab masih di dominasi oleh persepsi sedang.

Kesesuaian Logo

Logo merupakan lambang yang menjadi identitas suatu produk. Logo


harus mampu merepresentasikan perusahaan dan memberikan kepercayaan
kepada konsumen. Logo juga harus mudah diingat, unik, memiliki ciri khas, tidak
rumit, dan mengesankan. Pada alat promosi seperti media cetak leaflet, brosur,
pamflet, dan sebagainya, logo berperan sebagai simbol yang memperkenalkan
produk kepada khalayak luas. Selain itu, dengan adanya logo dapat
mempermudah masyarakat untuk mengingat atau mengenali produk. Logo juga
harus mengandung makna tertentu yang berkaitan dengan produk yang
dikemasnya sehingga dengan melihat gambarnya masyarakat dapat menilai
produk yang dikemasnya.

Tabel 8 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap


kesesuaian logo Serambi Botani

Persentase (%)
No Pernyataan
SS S TS STS
1. Logo Serambi Botani menunjukkan citra 20 65 15 0
perusahaan
2. Logo Serambi Botani membantu saya 16 80 4 0
mengenali produk-produk Serambi Botani
3. Logo Serambi Botani mudah diingat 19 71 10 0
4. Logo Serambi Botani menunjukkan produk 16 67 17 0
hasil olahan pertanian
5. Logo Serambi Botani terlihat menarik 15 66 19 0
Keterangan : SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Menurut penilaian responden terhadap logo Serambi Botani berdasarkan


pernyataan pada Tabel 8, dapat dilihat bahwa sebanyak 65 persen responden
menilai bahwa logo Serambi Botani sudah mencerminkan citra perusahaan bahwa
perusahaan ini merupakan perusahaan yang menjual produk-produk hasil olahan
pertanian. Sebanyak 67 persen responden menjawab bahwa logo tersebut sudah
sesuai dengan produk yang dijualnya yaitu produk olahan pertanian. Namun, 15
persen responden menjawab bahwa logo tersebut tidak menunjukkan citra
perusahaan dan 17 persen responden menjawab bahwa logo tersebut tidak
menunjukkan produk hasil olahan pertanian. Hal ini dikarenakan, menurut
responden logo Serambi Botani kurang jelas dan kurang mencerminkan pertanian.
Sebanyak 80 persen responden setuju bahwa logo Serambi Botani dapat
membantu mereka mengenali produk-produk Serambi Botani. Dengan melihat
logo Serambi Botani responden dapat mengingat dan mengenali bahwa produk
tersebut adalah produk Serambi Botani. Namun, terdapat 4 persen responden yang
40

menjawab bahwa logo Serambi Botani kurang membantu. Hal ini dikarenakan
responden tersebut lebih mengingat logo IPB yang menaungi Serambi Botani ini
dibandingkan dengan logo Serambi Botani sendiri. Selain itu, terdapat 71 persen
responden yang setuju bahwa logo Serambi Botani mudah diingat dan 66 persen
responden mengatakan bahwa logo Serambi Botani ini menarik. Hal ini
diutarakan oleh beberapa responden sebagai berikut:

Logonya yang bergambar daun sudah cukup sesuai dengan


produknya. Menunjukkan tumbuhan dan pertanian. Jadi saat
melihat logonya tergambar pertanian (LS, 31 tahun)

Logonya bagus, sederhana, simple. Mudah diingat juga tidak


ribet. Logonya daun, termasuk tumbuhan dan mencerminkan
pertanian (RS, 30 tahun)

Logo Serambi Botani yang bergambar sehelai daun berwarna hijau dan
berlatar oranye mendapatkan respon postif dari responden. Dari 100 responden
yang diteliti, 74 persen memiliki persepsi sedang, 26 persen memiliki persepsi
baik, dan tidak ada responden yang memiliki persepsi buruk. Responden menilai
bahwa logo daun yang melambangkan Serambi Botani ini dirasa sudah sesuai
dengan produk yang dikemasnya yaitu produk olahan pertanian. Gambar daun
hijau dengan latar oranye terlihat kontras tetapi tetap selaras. Menurut beberapa
responden, logo ini sederhana tetapi sangat mencerminkan pertanian.

Persepsi Baik
26%

Persepsi
sedang
74%

Gambar 9 Persentase penilaian responden terhadap kesesuaian logo

Logo merupakan salah satu hal terpenting dalam suatu kemasan karena
dapat menjadi tanda pengenal suatu produk. Pada dasarnya logo sangat membantu
konsumen untuk mengenal suatu produk. Hanya dengan melihat logo, konsumen
dengan cepat dapat mengingat produk apa yang dikemasnya walaupun tanpa
melihat nama merek dari produk tersebut. Oleh karena itu, logo yang dibentuk
harus menarik dan dapat menggambarkan produk yang dikemasnya. Dalam hal ini
Serambi Botani menggunakan logo sehalai daun untuk menggambarkan produk
olahan pertanian yang dikemasnya. Walaupun sebagian responden menilai logo
ini sudah menunjukkan produk olahan pertanian, namun sebagian responden
lainnya menilai bahwa logo ini masih belum cukup sesuai untuk dijadikan
41

lambang Serambi Botani. Dengan kata lain, Serambi Botani memiliki potensi
untuk menjadikan logo Serambi Botani menjadi lebih menarik dan terpercaya
dimata masyarakat sehingga dapat mencapai persepsi yang lebih baik lagi.
42
43

EFEKTIVITAS MEREK DAN DESAIN KEMASAN DALAM


MEMBENTUK CITRA PRODUK

Citra Produk

Citra produk dapat dikatakan sebagai persepsi konsumen dalam bentuk


keyakinan, gagasan, dan kesan terhadap suatu produk. Citra produk yang baik
akan menimbulkan keinginan pada konsumen untuk membeli produk tersebut.
Selain citra produk, citra terhadap suatu perusahaan juga dapat mempengaruhi
penilaian konsumen untuk melakukan pembelian. Setiap perusahaan ingin
membentuk citra baik di masyarakat mengenai produk yang dipasarkannya
ataupun citra produk itu sendiri. Dalam hal ini Serambi Botani ingin membentuk
citra baik di masyarakat sebagai gerai yang memasarkan produk olahan pertanian
yang bersifat alami, sehat, higienis, dan bebas dari bahan kimia.

Tabel 9 Persentase responden berdasarkan jawaban pertanyaan terhadap citra


produk Serambi Botani

Persentase (%)
No Pernyataan
SS S TS STS
1. Produk Serambi Botani merupakan 21 75 4 0
produk yang berkualitas tinggi
2. Produk Serambi Botani pantas untuk 21 77 2 0
dibeli dan dikonsumsi
3. Produk Serambi Botani sesuai dengan 8 56 35 1
status ekonomi dan status sosial saya
4. Produk Serambi Botani merupakan 20 79 1 0
produk yang sehat, alami dan memiliki
banyak manfaat
5. Produk Serambi Botani aman dan 20 80 0 0
terpercaya untuk dikonsumsi
Keterangan : SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju
S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

Berdasarkan jawaban responden pada Tabel 9, dapat dilihat bahwa


sebagian besar responden menilai produk Serambi Botani merupakan produk yang
berkualitas tinggi. Sebanyak 75 persen responden setuju dengan pernyataan
tersebut bahkan sebanyak 21 persen responden menjawab sangat setuju.
Responden menilai bahwa produk yang dipasarkan di Serambi Botani memiliki
kualitas yang tinggi karena sudah teruji oleh para ahli yang berasal dari IPB.
Sehingga responden merasa produk Serambi Botani ini pantas untuk dibeli dan
dikonsumsi. Sebanyak 77 persen responden setuju dengan pernyataan tersebut.
Produk Serambi Botani merupakan produk hasil olahan pertanian yang
berasal dari bahan dasar pangan. Produk ini tidak menggunakan bahan kimia dan
bersifat alami. Sehingga dalam hal ekonomis, produk ini memiliki harga yang
44

lebih tinggi dibandingkan dengan produk lainnya. Bagi 56 persen responden,


produk ini sudah cukup sesuai dengan status ekonomi dan status sosialnya.
Dengan kata lain, produk ini memiliki harga yang sesuai dengan kondisi
perekonomian mereka dan masih bisa terjangkau. Namun, bagi 35 responden
lainnya, produk ini tidak sesuai dengan kondisi perekonomian mereka dan
termasuk mahal. Harga produk yang ada di Serambi Botani tidaklah sesuai untuk
dikonsumsi secara berkala. Beberapa responden berpendapat bahwa produk di
Serambi Botani terlalu mahal untuk dikonsumsi sehari-hari dan hanya cocok
untuk dicoba atau dikonsumsi sesekali saja. Untuk itu, responden menilai bahwa
produk ini hanya bisa dijangkau oleh konsumen yang memiliki perekonomian
menengah keatas, seperti yang dituturkan oleh responden sebagai berikut:

Harganya terlalu mahal untuk rakyat. Bagi rakyat yang kalangan


menengah ke bawah terlalu mahal. Jadi kurang merakyat
harganya. (NS, 41 tahun)

Harganya terlalu mahal, cocoknya untuk kalangan menengah ke


atas. Jadi kurang menjangkau semua kalangan. Lebih baik kan
bisa menjangkau semua kalangan agar produk ini lebih dikenal.
Apalagi ini merupakan produk pertanian yang banyak
manfaatnya (RN, 32 tahun)

Seluruh responden setuju dengan pernyataan bahwa produk Serambi


Botani merupakan produk yang aman dan terpercaya untuk dikonsumsi. Hal ini
dikarenakan produk ini berada dibawah pengawasan IPB sehingga responden
percaya dengan produk-produk tersebut. Sebanyak 80 persen responden
menyatakan setuju dan 20 persen lainnya menyatakan sangat setuju. Selain itu
responden menyatakan bahwa produk yang dikonsumsinya memiliki banyak
manfaat, khususnya pada produk madu yang banyak diminati oleh responden.

Persepsi baik Persepsi buruk


29% 1%

Persepsi
sedang
70%

Gambar 10 Persentase penilaian responden terhadap citra produk

Citra produk yang terbentuk dari responden cenderung baik. Sebanyak 28


persen responden memiliki persepsi baik terhadap citra produk Serambi Botani
dan sebanyak 71 persen responden memiliki persepsi sedang. Tetapi 1 persen
lainnya memiliki persepsi buruk terhadap citra produk Serambi Botani.
45

Responden menilai bahwa produk Serambi Botani memiliki persepsi yang baik
yaitu berkualitas tinggi sehingga pantas untuk dibeli dan dikonsumsi, memiliki
banyak manfaat, serta bersifat alami, sehat, aman, dan terpercaya. Namun, harga
produk tersebut masih terbilang mahal dan diatas standar untuk sebagian
responden.
Citra produk terbentuk melalui persepsi konsumen mengenai produk yang
dilihat atau dikonsumsinya. Citra produk ini berkaitan dengan citra merek suatu
produk, sebab melalui merek yang di baca atau di dengar, maka konsumen akan
memiliki penilaian tersendiri untuk produk tersebut. Citra produk dapat terbentuk
melalui kesan pertama yang dinilai oleh konsumen. Untuk itu, kesan yang baik
dapat terbentuk salah satunya melalui kemasan dan merek suatu produk. Jika
persepsi yang dimiliki konsumen adalah persepsi baik, maka citra yang terbentuk
akan baik pula dan menimbulkan minat beli pada konsumen. Selain itu, agar dapat
menarik perhatian konsumen maka citra yang terbentuk haruslah memiliki
keunggulan dan keunikan tersendiri dibandingkan dengan produk yang lain.
Dalam hal ini Serambi Botani memiliki ciri khas yaitu produk yang sehat,
alami, dan tidak menggunakan bahan kimia sehingga bersifat alami. Di samping
itu, Serambi Botani lebih terpercaya karena telah teruji dan berada dibawah
pengawasan IPB. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa citra yang
dibentuk oleh konsumen belum mencapai kategori baik, tetapi Serambi Botani
memiliki potensi untuk merubahnya menjadi lebih baik lagi sebab Serambi Botani
memiliki keunikan tersendiri dan dapat menjadi pelopor bagi perusahaan lain
untuk menghasilkan produk yang bersifat alami, bermanfaat, dan tidak
menggunakan bahan kimia sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan.

Hubungan Merek dengan Citra Produk

Hubungan antara merek dengan citra produk Serambi Botani telah diuji
dengan menggunakan Rank Spearman pada software SPSS 20.0 for windows. Dua
elemen merek yang terdapat pada kemasan adalah nama merek dan logo.
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan nyata positif
antara merek dengan citra produk Serambi Botani. Pada tabel tersebut ditunjukkan
bahwa nama merek dan logo memiliki hubungan nyata dengan citra produk
Serambi Botani. Pada elemen nama merek nilai signifikansi yang diperoleh adalah
sebesar 0,001 dan nilai signifikansi pada elemen logo adalah 0,003.

Tabel 10 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi pada variabel merek terhadap
citra produk Serambi Botani

Citra Produk
Varaibel
Koefisien Korelasi Nilai sig.
Nama Merek 0.335* 0.001
Logo 0.293* 0.003
Merek 0.350* 0.000
Keterangan : * berhubungan signifikan pada <0.1
46

Nilai signifikansi yang diperoleh pada nama merek adalah 0.001 (0.001
kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.1 yang menunjukkan
bahwa terdapat hubungan nyata positif antara nama merek dengan citra produk.
Nama merek merupakan identitas produk yang akan memperkenalkan produk
kepada konsumen dan masyarakat luas. Nama merek ini merupakan hal terpenting
karena menyangkut dengan identitas produk yang dapat membentuk citra produk
dimata konsumen. Nama merek ini akan menjadi bagian yang pertama kali
disebut dan diingat sebagai tanda pengenal suatu produk. Namun, nama merek
Serambi Botani memiliki hubungan yang lemah dengan citra produk, sebab
koefisien korelasi yang diperoleh sebesar 0.335. Koefisien korelasi yang diperoleh
lebih mendekati nol dan masih jauh dengan 1, sehingga hubungan antara nama
merek dengan citra produk dikatakan lemah.
Logo daun yang dimiliki oleh Serambi Botani memperoleh nilai
signifikansi sebesar 0.003 (0.003 kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih kecil
dari 0.1 yang berarti terdapat hubungan nyata positif antara logo dengan citra
produk. Logo merupakan lambang yang dapat menjadi identitas suatu produk.
Dalam hal ini logo merupakan bagian yang terpenting karena dapat menjadi tanda
pengenal yang mudah diingat oleh konsumen. Logo juga dapat menjadi identitas
perusahaan yang dapat menimbulkan kepercayaan kepada konsumen sehingga
dapat membentuk citra produk. Dengan adanya logo, dapat membantu konsumen
untuk lebih mudah mengenal produk yang terdapat pada alat promosi lainnya
seperti leaflet, brosur, majalah, dan lain-lain. Hal tersebut dapat menimbulkan
penilaian dan persepsi konsumen mengenai produk yang pada akhirnya akan
menciptakan citra produk itu sendiri.
Secara keseluruhan, merek memiliki hubungan nyata positif terhadap citra
produk dengan nilai signifikansi 0.000 (0.000 kurang dari 0.1). Dalam hal ini,
merek berfungsi untuk memperkenalkan produk dalam alat promosi lainnya.
Selain itu, merek juga berfungsi sebagai tanda pengenal dan identitas produk
sehingga dapat menimbulkan persepsi pada benak konsumen untuk menilai dan
melekatkan citra pada produk tersebut.
Merek memiliki hubungan nyata positif terhadap citra produk, namun
dalam hal ini merek belum cukup efektif dalam membentuk citra produk. Hal ini
disebabkan oleh persepsi responden yang masih berada dalam tahap sedang pada
variabel merek dan citra produk, sehingga belum dapat dikatakan baik dan efektif.
Citra produk yang ingin dibentuk oleh Serambi Botani adalah citra yang baik
yaitu produk olahan pertanian yang sehat, alami, memiliki banyak manfaat bagi
konsumen. Namun, dalam hal ini citra yang dinilai responden masih belum
dikatakan baik, merek Serambi Botani sendiripun belum dinilai baik oleh
responden sehingga merek Serambi Botani belum efektif dalam membentuk citra
produk Serambi Botani.

Hubungan Desain Kemasan dengan Citra Produk

Hubungan antara desain kemasan dengan citra produk Serambi Botani


telah diuji dengan menggunakan Rank Spearman pada software SPSS 20.0 for
windows. Empat elemen desain kemasan yang terdapat pada kemasan adalah
warna, tipografi, aspek legal, dan anatomi.
47

Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata


positif antara desain kemasan dengan citra produk Serambi Botani. Tabel tersebut
juga menunjukkan bahwa elemen warna, tipografi, dan aspek legal memiliki
hubungan nyata dengan citra produk Serambi Botani. Pada elemen warna nilai
signifikansi yang diperoleh adalah sebesar 0.034, pada elemen tipografi adalah
0.010, dan elemen aspek legal adalah 0.019.

Tabel 11 Nilai koefisien korelasi dan signifikansi pada variabel desain kemasan
terhadap citra produk Serambi Botani

Citra Produk
Variabel
Koefisien Korelasi Nilai sig.
Warna 0.212* 0.034
Tipografi 0.258* 0.010
Aspek Legal 0.235* 0.019
Anatomi 0.076 0.452
Desain Kemasan 0.331* 0.001
Keterangan : * berhubungan signifikan pada <0.1

Nilai signifikansi yang diperoleh pada elemen warna adalah 0.034 (0.034
kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.1 yang menunjukkan
terdapat hubungan nyata positif antara warna dengan citra produk, namun
hubungan ini masih tergolong lemah. Hal ini disebabkan warna merupakan bagian
penting dalam desain kemasan. Warna merupakan bagian pertama yang akan
dilihat oleh konsumen pada kemasan. Warna memiliki kekuatan visual yang dapat
mempengaruhi konsumen saat akan membeli suatu produk dan mempengaruhi
persepsi konsumen mengenai citra produk yang dikemasnya. Penggunaan warna
yang menarik akan dengan mudah membuat konsumen tertarik hanya dengan
melihat warna pada kemasan produk. Semakin tinggi persepsi konsumen terhadap
warna, maka semakin tinggi pula citra produk yang dibentuknya.
Nilai signifikansi yang diperoleh pada elemen tipografi adalah 0.010
(0.010 kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.1 yang
menunjukkan terdapat hubungan nyata positif antara tipografi dengan citra
produk, namun hubungan ini masih tergolong lemah. Tipografi merupakan hal
penting dalam kemasan karena tipografi akan mempengaruhi persepsi konsumen
terhadap suatu produk. Dalam hal ini tipografi dapat mempengaruhi persepsi
konsumen melalui pemilihan jenis huruf dan karakter sehingga dapat
mengkomunikasikan informasi dengan jelas. Dengan demikian, citra produk dapat
dibentuk melalui tipografi yang dimiliki oleh suatu produk. Semakin tinggi
persepsi konsumen terhadap tipografi maka semakin tinggi pula citra produk yang
terbentuk.
Aspek legal pada kemasan Serambi Botani memiliki niai signifikansi
0.019 (0.019 kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih kecil dari 0.1 yang
menunjukkan terdapat hubungan nyata positif antara aspek legal dengan citra
produk, namun hubungan ini tergolong lemah. Aspek legal merupakan bagian
yang penting dalam desain kemasan karena aspek ini menunjukkan legalitas
mengenai suatu produk. Melalui legalitas yang tercantum pada kemasan, seperti
48

mengenai kelayakan jangka waktu produk tersebut untuk dikonsumsi, izin


pemasaran oleh pihak yang berwenang, dan keterangan mengenai industri yang
memproduksi produk tersebut. Hal tersebut dapat membentuk persepsi konsumen
mengenai produk sehingga dapat mempengaruhi citra produk yang terbentuk.
Semakin tinggi persepsi konsumen terhadap aspek legal maka semakin tinggi citra
produk yang terbentuk.
Sementara itu, untuk elemen anatomi, nilai signifikansi yang diperoleh
adalah 0.452 (0.452 kurang dari 0.1) nilai signifikansi ini lebih besar dari 0.1. Hal
ini menunjukkan bahwa elemen anatomi tidak berhubungan nyata dengan citra
produk. Dalam hal ini anatomi yang dimaksud adalah tata letak informasi
mengenai produk yang terdapat pada depan dan belakang kemasan. Anatomi
kemasan ini merupakan bagian yang penting pada desain kemasan karena
mengandung banyak informasi mengenai produk yang dikemasnya. Namun,
menurut hasil penelitian yang dilakukan, anatomi ini tidak berhubungan nyata
dengan citra produk karena sebagian besar responden tidak terlalu memperhatikan
hal tersebut. Tata letak informasi pada depan dan belakang kemasan bukanlah hal
penting yang dapat mempengaruhi citra suatu produk.
Secara keseluruhan desain kemasan memiliki hubungan nyata positif
dengan citra produk karena memiliki nilai signifikansi sebesar 0.001. Hubungan
desain kemasan dengan citra produk ini tergolong hubungan yang lemah karena
nilai koefisien korelasinya sebesar 0.331 yaitu mendekati nol dan masih jauh
dibawah 1. Desain kemasan yang ditunjukkan oleh responden memiliki hubungan
yang positif dengan citra produk, hubungan positif yang dimaksud adalah semakin
tinggi persepsi responden terhadap desain kemasan maka semakin tinggi persepsi
responden terhadap citra produk. Desain kemasan ini dapat menjadi nilai tambah
bagi suatu produk karena dapat membuat konsumen memiliki persepsi dan
penilaian tersendiri bagi suatu produk sehingga akan mencipatakan citra yang
akan melekat pada produk tersebut.
Desain kemasan memiliki hubungan nyata positif terhadap citra produk,
namun desain kemasan belum cukup efektif dalam membentuk citra produk. Hal
ini disebabkan oleh persepsi responden yang masih berada dalam tahap sedang
pada variabel desain kemasan dan citra produk, sehingga belum dapat dikatakan
baik dan efektif. Citra produk yang ingin dibentuk oleh Serambi Botani adalah
citra yang baik yaitu produk olahan pertanian yang sehat, alami, memiliki banyak
manfaat bagi konsumen. Namun, dalam hal ini citra yang dinilai responden masih
belum dikatakan baik, desain kemasan Serambi Botani sendiripun belum dinilai
baik oleh responden, beberapa elemen masih dinilai belum cukup menimbulkan
ketertarikan sehingga desain kemasan Serambi Botani belum efektif dalam
membentuk citra produk Serambi Botani.
49

PENUTUP

Simpulan

1. Persepsi responden terhadap logo dan nama merek Serambi Botani belum
dapat dikatakan baik. Kondisi yang sama terjadi pada elemen desain
kemasan. Persepsi responden terhadap elemen warna, tipografi, aspek
legal dan anatomi belum dapat dikatakan baik. Hal ini menunjukkan
bahwa merek dan desain kemasan Serambi Botani masih belum mencapai
persepsi baik bagi masyarakat.
2. Persepsi responden mengenai citra produk Serambi Botani belum
tergolong pada kategori baik. Responden menilai bahwa produk Serambi
Botani berkualitas tinggi sehingga pantas untuk dibeli dan dikonsumsi,
memiliki banyak manfaat, serta bersifat alami, sehat, aman, dan
terpercaya. Namun, untuk sebagian responden harga produk tersebut
masih terbilang mahal untuk dikonsumsi secara berkala.
3. Merek dan desain kemasan memiliki hubungan nyata positif dengan citra
produk. Hal ini menunjukkan bahwa semakin baik merek dan kemasan
pada suatu produk maka citra produk yang terbentuk akan cenderung baik
pula. Begitu juga sebaliknya, semakin buruk merek dan desain kemasan
produk, maka semakin buruk citra produk yang terbentuk. Pada elemen
merek dan desain kemasan seperti logo, nama merek, warna, tipografi, dan
aspek legal, memiliki hubungan nyata positif dengan citra produk Serambi
Botani. Lain halnya dengan elemen anatomi yang tidak berhubungan nyata
dengan citra produk. Namun, tingkat efektivitas merek dan desain
kemasan dalam membentuk citra produk Serambi Botani masih berada
pada kategori sedang. Dengan kata lain, penggunaan merek dan desain
kemasan belum cukup efektif dalam membentuk citra produk Serambi
Botani. Hal ini dapat dilihat pada banyaknya responden yang menilai
merek dan desain kemasan produk Serambi Botani belum cukup baik.
Selain itu, citra produk yang terbentuk pada penilaian responden belum
termasuk kategori baik, sehingga belum cukup efektif dalam membentuk
citra produk bagi konsumen.

Saran

1. Desain kemasan pada aspek legal hendaknya dilengkapi dengan sertifikasi


P-IRT agar semua produk terdaftar secara legal. Pada anatomi belakang
kemasan, hendaknya dilengkapi informasi mengenai manfaat, komposisi,
dan kandungan produk pada beberapa produk yang masih belum lengkap.
Selain itu, pada produk makanan dan minuman logo halal hendaknya
diperhatikan agar konsumen merasa lebih aman.
2. Desain kemasan Serambi Botani sebaiknya diberi inovasi terkait warna
dan tipografi. Pada beberapa produk seperti produk beras organik, kopi,
masker, teh rosella, dan produk lainnya dengan warna latar kemasan
coklat, warna dan tulisan dirasa kurang menarik. Pada kemasan dengan
bahan plastik, label kemasan yang berisi mengenai informasi produk
50

dicantumkan pada kertas coklat dan dipadukan dengan tipografi berwarna


hitam. Dalam hal ini kombinasi warna yang digunakan sangat minim dan
kurang bervariasi.
3. Sebagian responden menilai produk dikarenakan terdapat pengaruh dari
logo IPB yang tertera pada kemasan. Untuk itu, hendaknya pihak Serambi
Botani dapat melengkapi legalitas produk agar dapat lebih terjamin dan
terpercaya, sebab dengan adanya logo IPB akan sangat mempengaruhi
citra IPB itu sendiri. Agar dapat menjaga citra IPB dan Serambi Botani
hendaknya produk dijaga dengan baik kelengkapannya dan dibuat
semenarik mungkin.
51

DAFTAR PUSTAKA

Alfia FZ. 2012. Hubungan desain kemasan chocodot dengan minat beli
konsumen. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Cenadi CS. 2000. Peranan desain kemasan dalam dunia pemasaran. Nirmana.
[Internet]. [diunduh 2013 Maret 20]. 2(1), Januari 2000: 92103. Dapat
diunduh dari: http://dgiindonesia.com/wpcontent/uploads/2009/03/dk
v00020203.pdf
Dirgantara B. 2011. Pengaruh kemasan, merek, dan harga terhadap loyalitas
konsumen. [Skripsi]. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 2006]. Dapat
diunduh dari: http://repository.usd.ac.id/bitstream/123456789/102/1/04
2214053_full.pdf.
Fajrianthi, Farrah Z. 2005. Strategi perluasan merek dan loyalitas konsumen.
Insan. [Internet]. [diunduh 2013 Maret 26]; 7(3). Dapat diunduh dari:
http://journal.Unair.ac.id/filerPDF/06%20%20Strategi%20Perluasan
%20Merek%20dan%20Loyalitas%Konsumen.pdf.
Hasibuan DHM, Zuhdi S. 2005. Analisis strategi pengembangan kemasan produk
terhadap volume penjualan. Jurnal Ilmiah Ranggagading. [Internet].
[diunduh 2013 April 22]; 4(1 April 2005): 3744. Dapat diunduh dari:
http://jurnal.stiekesatuan.ac.id/index.php/jir/article/download/172/166
Idrus M. 2009. Metode penelitian ilmu sosial pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Edisi ke-2. Jakarta (ID): Erlangga.
Kotler P dan Keller KL. 2009. Manajemen pemasaran. Sabran B, penerjemah;
Maulana A dan Hayati YS, editor. Jakarta (ID) : Erlangga. Terjemahan dari:
Marketing management thirteen edition. Ed ke-13.
Kusumasuti YI. 2009. Komunikasi bisnis. Bogor (ID): IPB Press. 201 hal.
Lakoro R. 2002. Studi komunikasi visual pada makanan ringan. Jurnal ITS.
[Internet]. [diunduh 2014 Januari 28]. Dapat diunduh dari:
http://personal.its.ac.id/files/pub/2002-ramokRiset%20Ilustrasi%207Ke
masan%20-%20jurnal%20IDEA.pdf
Lubis DP. 2009. Pendahuluan. Dalam: Hubeis AVS, editor. Dasar-dasar
komunikasi. Bogor (ID): Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
IPB Press. 392 hal.
Mugniesyah SS. 2009. Model-model komunikasi. Dalam: Hubeis AVS, editor.
Dasar-dasar Komunikasi. Bogor (ID): Erlangga.
Pemerintah Republik Indonesia. 2012. Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. [Internet]. [diunduh 2013
Oktober 9]. Dapat diunduh dari: http://ppvt.setjen.deptan.go.id/ppvtpp
/fi les/61UU182012.pdf
Pradipta DA. 2012. Pengaruh citra merek (brand image) terhadap loyalitas
konsumen produk oli pelumas PT Pertamina (PERSERO) ENDURO 4T di
Makassar. [Skripsi]. [Internet]. [diunduh 2013 Juni 20]. Dapat diunduh
dari: http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/1538/
SKRIPSI%20LENGKAP%20FEB-UH-%20A21108266%20-
%20DYAH %20AYU%20ANISHA%20PRADIPTA.pdf
52

Riyanto S. 2009. Persepsi dan komunikasi. Dalam: Hubeis AVS, editor. Dasar-
dasar komunikasi. Bogor (ID): Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat IPB Press. 392 hal.
Rosalina Y, Alnopri, Prasetyo. 2012. Desain kemasan untuk meningkatkan nilai
tambah madu bunga kopi sebagai produk unggulan daerah. Agroindustri.
[Internet]. [diunduh 2013 31 Maret]; 2(1). Dapat diunduh dari:
http://repository.unib.ac.id/397/1/Artikel%20Yessy_dkk.pdf.
Singarimbun M dan Effendi S. 2008. Metode penelitian survai. Effendi S, editor.
Jakarta (ID): LP3ES.
Sumarwan U. 2002.Perilakukonsumen. Bogor (ID) : Ghalia Indonesia. 368 hal.
Supriyono R. 2010. Desain komunikasi visual teori dan aplikasi. Yogyakarta (ID):
Andi Yogyakarta. 186 hal.
Yudhiartika D, Hartoyo JO. 2012. Pengaruh personal selling display, promosi
penjualan terhadap kesadaran merek dan intensi membeli pada produk
kecantikan Ponds. Buletin Studi Ekonomi. [Internet]. [diunduh 2013
April 25]; 17(2), 2 Agustus 2012. Dapat diunduh dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/bse/article/view/2187/1386.
53

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner penelitian


No. Responden:

KUESIONER SURVEI Efektivitas Merek dan Desain Kemasan


dalam Membentuk Citra Produk di Serambi Botani, Botani Square,
Bogor

Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk


mengumpulkan data dari responden dalam rangka penulisan skripsi program
sarjana yang dilakukan oleh:
Nama/NRP : Mutia Kurnia Permatasari/I34100078
Departemen/Fakultas : Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat/Fakultas Ekologi Manusia
Universitas : Institut Pertanian Bogor
Peneliti meminta kesediaan Anda untuk meluangkan waktu menjawab pertanyaan
dalam kuesioner ini secara jujur, jelas, dan benar. Informasi yang diterima dari
kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk keperluan
akademik. Terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Nama :
Umur :
Alamat :

A. PERSEPSI KONSUMEN TERHADAPELEMEN DESAIN KEMASAN


Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Tabel 1 Persepsi konsumen terhadap elemen warna

No Pernyataan SS S TS STS
1. Menurut saya warna pada kemasan
Serambi Botani menarik
2. Warna pada kemasan terlihat selaras dan
enak dilihat
3. Warna pada kemasan menggambarkan
produk olahan pertanian
4. Penggunaan warna pada huruf selaras
dengan warna dasar kemasan
5. Kombinasi warna grafisnya lebih
menarik dibandingkan dengan produk
olahan pertanian lainnya
Keterangan :
54

Tabel 2 Persepsi konsumen terhadap elemen tipografi

No Pernyataan SS S TS STS
1. Menurut saya penggunaan huruf pada
kemasan Serambi Botani menarik
2. Penggunaan huruf dapat
mengkomunikasikan pesan yang
disampaikan
3. Saya dapat membaca dengan jelas huruf-
huruf yang tertera pada kemasan
4. Huruf yang digunakan lebih unik
dibandingkan dengan produk olahan
pertanian lainnya
5. Menurut saya huruf yang digunakan
mencerminkan produk Serambi Botani
sebagai produk olahan pertanian
Keterangan :

Tabel 3 Persepsi konsumen terhadap elemen aspek legal

No Pernyataan SS S TS STS
1. Kode produksi sudah diinfokan dalam
kemasan
2. Terdapat logo halal pada kemasan
makanan dan minuman
3. Tanggal kadaluwarsa sudah diinfokan
dalam kemasan
4. Sertifikasi produk BPOM sudah
diinfokan dalam kemasan produk
makanan dan produk kecantikan
5. Nama dan alamat perusahaan yang
memproduksi sudah diinfokan dalam
kemasan
Keterangan :
55

Tabel 4 Persepsi konsumen terhadap elemen anatomi

No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa puas dengan adanya
informasi komposisi bahan dan
kandungan gizi pada belakang kemasan
2. Saya merasa puas dengan adanya
petunjuk penyimpanan pada belakang
kemasan
3. Saya merasa puas dengan adanya
petunjuk berat bersih pada kemasan
4. Saya merasa puas dengan adanya
petunjuk pemakaian pada belakang
kemasan
5. Saya merasa puas dengan adanya
informasi kegunaan atau manfaat pada
belakang kemasan
Keterangan :

A. PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP ELEMENMEREK


Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak Setuju

Tabel 5 Persepsi konsumen terhadap elemen logo

No Pernyataan SS S TS STS
1. Logo Serambi Botani menunjukkan citra
perusahaan
2. Logo Serambi Botani membantu saya
mengenali produk-produk Serambi
Botani
3. Logo Serambi Botani mudah diingat
4. Logo Serambi Botani menunjukkan
produk hasil olahan pertanian
5. Logo Serambi Botani terlihat menarik
Keterangan :
56

Tabel 6 Persepsi konsumen terhadap nama merek

No Pernyataan SS S TS STS
1. Nama merek Serambi Botani
menunjukkan bahwa produk tersebut
adalah produk hasil olahan pertanian
2. Nama merek Serambi Botani pada
kemasan mudah dibaca
3. Nama merek Serambi Botani mudah
untuk diingat
4. Nama merek Serambi Botani lebih unik
dibandingkan dengan produk olahan
pertanian lainnya
5. Nama merek Serambi Botani
menimbulkan ketertarikan untuk
membeli produk
Keterangan :

B. CITRA PRODUK
Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap benar!

Tabel 7 Penilaian terhadap citra produk

No Pernyataan SS S TS STS
1. Produk Serambi Botani merupakan
produk yang berkualitas tinggi
2. Produk Serambi Botani pantas untuk
dibeli dan dikonsumsi
3. Produk Serambi Botani sesuai dengan
status ekonomi dan status sosial saya
4. Produk Serambi Botani merupakan
produk yang sehat, alami dan memiliki
banyak manfaat
5. Produk Serambi Botani aman dan
terpercaya untuk dikonsumsi
Keterangan :
57

Lampiran 2 Jadwal pelaksanaan penelitian


Juni Sep Okt Nov Des Jan
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
Skripsi
Kolokium
Perbaikan
Proposal
Skripsi
Pengambila
n Data
Lapang
Pengolahan
dan Analisis
Data
Penulisan
Draft
Skripsi
Uji Petik
Sidang
Skripsi
Perbaikan
Laporan
Skripsi
58

Lampiran 3 Struktur organisasi Serambi Botani

Driver

Supervisor
Ekspedisi
Staff
Pengiriman

Supervisor Consultant
Penjualan Partner
Manajer
Operasional Admin

MD
General Supervisor Staff MD
Manager

Supervisor Staff
Gudang Gudang

Accounting Staff
Accounting

Manajer
Keuangan
Supervisor Staff
Keuangan Keuangan
Manajer
Produk dan
Promosi
59

Lampiran 4 Desain kemasan dan logo produk Serambi Botani


60
61
62
63
64
65
66

Lampiran 5 Hasil uji statistik

Hasil Pengujian Hubungan Antara Desain Kemasan dengan Citra Produk


Correlations
Desain Citra
Kemasan Produk
**
Correlation Coefficient 1.000 .331
Desain Kemasan Sig. (2-tailed) . .001
N 100 100
Spearman's rho **
Correlation Coefficient .331 1.000
Citra Produk Sig. (2-tailed) .001 .
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil Pengujian Hubungan Antara Kesesuaian Warna dengan Citra Produk

Correlations
Kesesuaian Citra
Warna Produk
*
Correlation Coefficient 1.000 .212
Kesesuaian Warna Sig. (2-tailed) . .034
N 100 100
Spearman's rho *
Correlation Coefficient .212 1.000
Citra Produk Sig. (2-tailed) .034 .
N 100 100
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil Pengujian Hubungan Antara Kesesuaian Tipografi dengan Citra Produk


Correlations
Citra Produk Kesesuaian
Tipografi
**
Correlation Coefficient 1.000 .258
Citra Produk Sig. (2-tailed) . .010
N 100 100
Spearman's rho **
Correlation Coefficient .258 1.000
Kesesuaian Tipografi Sig. (2-tailed) .010 .
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
67

Hasil Pengujian Hubungan Antara Kelengkapan Aspek Legal dengan Citra


Produk

Correlations
Citra Produk Kelengkapan
Aspek Legal
Correlation *
1.000 .235
Coefficient
Citra Produk
Sig. (2-tailed) . .019
N 100 100
Spearman's rho
Correlation *
.235 1.000
Kelengkapan Aspek Coefficient
Legal Sig. (2-tailed) .019 .
N 100 100
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Hasil Pengujian Hubungan Antara Kesesuaian Anatomi dengan Citra Produk


Correlations
Citra Produk Kesesuaian
Anatomi
Correlation Coefficient 1.000 .076
Citra Produk Sig. (2-tailed) . .452
N 100 100
Spearman's rho
Correlation Coefficient .076 1.000
Kesesuaian Anatomi Sig. (2-tailed) .452 .
N 100 100

Hasil Pengujian Hubungan Antara Ketepatan Nama Merek dengan Citra Produk
Correlations
Citra Produk Ketepatan
Nama
**
Correlation Coefficient 1.000 .335
Citra Produk Sig. (2-tailed) . .001
N 100 100
Spearman's rho
**
Correlation Coefficient .335 1.000
Ketepatan Nama Sig. (2-tailed) .001 .
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
68

Hasil Pengujian Hubungan Antara Kesesuaian Logo dengan Citra Produk

Correlations
Citra Produk Kesesuaian
Logo

**
Correlation Coefficient 1.000 .293
Citra Produk Sig. (2-tailed) . .003
Spearman's rho N 100 100
**
Correlation Coefficient .293 1.000
Kesesuaian Logo Sig. (2-tailed) .003 .
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Hasil Pengujian Hubungan Antara Merek dengan Citra Produk

Correlations

Merek Citra Produk

**
Correlation Coefficient 1.000 .350
Merek Sig. (2-tailed) . .000
N 100 100
Spearman's rho
**
Correlation Coefficient .350 1.000
Citra Produk Sig. (2-tailed) .000 .
N 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
69

RIWAYAT HIDUP

Mutia Kurnia Permatasari dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Februari


1992 dari pasangan Agus Muharam dan Setiawati. Pendidikan formal yang pernah
di jalani penulis adalah TK BPP Cipanas tahun 1996-1998, SDN Panyaweuyan 1
tahun 1998-2001, lalu bermutasi ke SDN Kayuambon 1 Lembang 1998-2004,
SMP Negeri 1 Lembang tahun 2004-2005 lalu bermutasi lagi ke SMP Negeri 2
Bogor tahun 2005-2007, dan SMA Negeri 5 Bogor tahun 2007-2010. Pada tahun
2010, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) dan pada
tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Selain aktif dalam perkuliahan penulis juga aktif sebagai anggota UKM
(Unit Kegiatan Mahasiswa) MAX!! (Music Agricultural X-pression!!) Divisi
Event Organizer semenjak tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis aktif sebagai
anggota Divisi Advertising and Multimedia HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa
Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) periode 2011-
2013. Penulis juga aktif dalamhal kepanitiaan seperti menjadi panitia dalam acara
Music Corner MAX!! tahun 2010 divisi publikasi dekorasi dan dokumentasi,
Inagurasi MAX!! tahun 2010 divisi konsumsi, dan HIMASIERA Olah Talenta
2012 divisi humas.

Anda mungkin juga menyukai