Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Kedokteran Keluarga


II.1.1 Pengertian Kedokteran Keluarga
Sesuai dengan UU No 40 tahun 2004 bahwa dalam arah kebijakan nasional,
pengembangan dokter keluarga sebagai layanan strata pertama terintegrasi
langsung dengan penataan sub sistem pembiayaan kesehatan yakni sebagai
pemberi layanan pada jaminan kesehatan.1
Kedokteran keluarga adalah suatu pokok ilmu (body of knowledge) yang
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu kedokteran (terutama ilmu penyakit
dalam, kesehatan anak, kebidanan dan kandungan, bedah, kesehatan jiwa) dan
diperkaya oleh ilmu perilaku dan ilmu biologi sehingga membentuk suatu
kesatuan yang terpadu untuk mempersiapkan setiap dokter menjalakan peranan
yang unik dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran (tatalaksana
pasien/klien) yang disebut sebagai pelayanan dokter keluarga.
Dokter keluarga adalah dokter yang menjalanakan upaya dalam bidang
kedokteran maupun kesehatan, memiliki pengetahuan serta keterampilan melalui
pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga dan mempunyai wewenang
untuk menjalankan praktik dokter keluarga.
Dokter keluarga berperan sebagai ujung tombak pelayanan kedokterasn
primer Indonesia, diharapkan mereka dapat bercakap-cakap dalam bahasa
pasiennya, dalam suasana kekeluargaan, dan senantiasa siap melayani kebutuhan
pasiennya baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan sakit.Pasien dalam
praktek kedokteran keluarga adalah pengguna jasa pelayanan kesehatan yang
datang atau dirujuk untuk memperoleh pertolongan medis maupun non medis
yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dihadapinya. Pasien ada yang
mempunyai keluhan kesehatan, ada pula yang tidak mempunyai keluhan
kesehatan.1

3
II.1.2 Prinsip Pelayanan Dokter Keluarga
Pelayanan dokter keluarga sebagai UKP strata pertama merupakan
pelayanan yang menggacu pada kepentingan status kesehatan yang setinggi-
tingginya dari pengguna jasa dengan konteks keluarga. Untuk itu dokter keluarga
dituntut untuk memenuhi beberapa prinsip pelayanan ebaga landasan berpikir dan
bertindak. Prinsip-prinsip pelayanan atau pendekatan kedokteran keluarga
bertujuan untuk memberikan atau mewujudkan:1
a. Pelayanan yang holistik dan komprehensif
b. Pelayanan yang bersinambung
c. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan
d. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif
e. Penanganan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari
keluarganya
f. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan
lingkungan tempat tinggalnya
g. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum
h. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu
i. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertangungjawabkan
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat holistik, komprehensif,
dan berkesinambungan. Holistik berarti menyeluruh, yaitu peduli bahwa pasien
adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, sosial dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya. Sedangkan
pelayanan komprehensif adalah pelayanan yang memasukkan pemeliharaan dan
peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit dan proteksi khusus
(preventive & spesific protection), pemulihan kesehatan (curative), pencegahan
kecacatan (disability limitation) dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)
dengan memperhatikan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika
kedokteran. Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
berkesinambungan, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif
efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien.2

4
II.1.2.1 Dokter Kontak Pertama (First Contact)
Dokter keluarga adalah pemberi layanan kesehatan (provider) yang pertama
kali ditemui pasien/klien dalam menyelesaikan masalah kesehatannya. Pada
kenyataannya 90% masalah kesehatan yang umum terdapat di masyaarakat dapat
ditangai di tingkat pelayanan strata pertama, oleh karena itu dengan dokter
keluarga sebagai kontak pertama, rujukan strata kedua dan ketiga hanya dlakukan
pada pasien yang benar-benar membutuhkan. Dengan demikian Penyelenggaraan
pelayanan menjadi lebih cost effective.

II.1.2.2 Layanan Bersifat Pribadi (personal Care)


Dokter Keluarga memberikan ayanan yang bersifat pribadi dengan
mempertimbangkan pasien/klien sebagai bagian dari keluarga. Adanya hubungan
baik dengan pasien dan seluruh keluarga memberi peluang kepada seorang dokter
keluarga untuk memahami maslah pasien secara lebih luas. Dengan demikian,
keputusan medisnya dibuat tidak hanya dari aspek medis tetapi juga dengan
mempertimbangkan aspek sosia, budaya, dan ekonomi pasien dan keluarga.

II.1.2.3 Pelayanan Paripurna (Comprehensive)


Dokter keluarga memberikan pelayanan menyeluruh yang memadukan
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan rehabilitasi dengan
aspek fisik, psikologis, dan sosial-budaya sesuai dengan kebutuhan pasien/klien.
Namun, dalam memberikan layanannya dokter keluarga berangkat dari paradigma
sehat dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif.

II.1.2.4. Pelayanan Bersinambung (Continous Care)


Pelayanan dokter keluarga berpusat pada orangnya (patient-centered) bukan
pada penyakitnya (diseases-centered). Prinsip ini melandasi hubungan jangka
panjang antara dokter keluarga dan pasiennya dengan layanan kesehatan yang
sinambung dalam beberapa tahap kehidupan pasien. Dengan demikian layanannya
tidak terbatas pada satu episode penyakit.

5
II.1.2.5 Mengutamakan Pencegahan (Prevention First)
Karena berangkat dari paradigma sehat, maka upaya pencegahan oleh dokter
keluarga dilaksanakan sedini mungkin sehingga yang sehat dipertahankan sehat
dan yang sakit dipertahankan sehat dan yang sakit dicegah agar tidak menjadi
lebih parah dan segera kembali produktif. Prinsip ini antara lain dilaksanakan
melalui penilaian fakor risiko program imunisasi, konseling, dan monitoring
kesehatan pasien/klien.

II.1.2.6. Koordinasi
Dalam upaya mengatasi masalah pasiennya, dokter keluarga perlu
berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke spesialis atau rumah sakit dan
memberi informasi sejelas-jelasnya kepada pasien. Karena itu, dokter keluarga
bertindak sebagai koordinator yang mengurui segala hal yang berkaitan dengan
kesehatan pasien.

II.1.2.7. Kolaborasi
Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada di luar kompetensi, dokter
keluarga bekerja sama dan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada pihak lain
yang memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan medis pasien Dalam hal ini ia
perlu berpartisipasi aktif sebagai anggota tim yang terdiri dari berbagai disiplin.

II.1.2.8 Family Oriented


Dalam mengatasi masalah pasiennya, dokter keluarga mempertimbangkan
konteks keluarga, dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya tanpa
mengesampingkan pengaruh lingkungan sosial dan budaya tempat pasien tinggal
dan bekerja.

II.1.2.9. Community Oriented


Dokter keluarga mengatasi masalah pasien haruslah tetap memperhatikan
dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan sebaliknya.

6
II.2 Hipertensi
II.2.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik >150
mmHg dan diastolic >90 mmHgmenurut JNC VIII.3
II.2.2 Fisiologi Regulasi Tekanan Darah
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu curah jantung
(cardiac output) dan resistensi vascular perifer (peripheral vascular
resistance).Curah jantung merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung
dengan isi sekuncup (stroke volume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh
aliran balik vena (venous return) dan kekuatan kontraksi miokard.Resistensi
perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh darah, elastisitas pembuluh
darah dan viskositas darah. Semua parameter tersebut dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain: sistem saraf simpatis dan parasimpatis, sistem rennin-
angiotensin- aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan vasoaktif
yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah.3
Sistem saraf simpatis bersifat represif yaitu meningkatkan tekanan darah
dengan meningkatkan frekuensi denyut jantung, memperkuat kontraktilitas
miokard dan meningkatkan resistensi pembuluh darah.Sistem parasimpatis justru
kebalikannya yaitu bersifat depresif. Apabila terangsang, maka akan menurunkan
tekanan darah karena menurunkan frekuensi denyut jantung. SRAA juga bersifat
represif karena dapat memicu pengeluaran angiotensin II yang memiliki efek
vasokonstriksi pembuluh darah dan aldosteron yang menyebabkan retensi air dan
natrium di ginjal sehingga meningkatkan volume darah.3
Sel endotel pembuluh darah juga memegang peranan penting dalam
terjadinya hipertensi.Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan
vasoaktif yang sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti endotelin, tromboksan
A2 dan angiotensin II lokal.Sebagian lagi bersifat vasodilator seperti endothelium-
derived relaxing factor (EDRF), yang dikenal juga sebagai nitrit oxide (NO) dan
prostasiklin (PGI2).Selain itu jantung terutama atrium kanan memproduksi
hormon yang disebut atriopeptin (atrial natriuretic peptide, ANP) yang cenderung
bersifat diuretik, natriuretik dan vasodilator yang cenderung menurunkan tekanan
darah.3
7
II.2.3Epidemiologi
Data epidemiologi menunjukkan bahwa dengan meningkatnya populasi usia
lanjut maka jumlah pasien dengan hipertensi kemungkinan besar juga bertambah,
di mana baik hipertensi sistolik maupun kombinasi hipertensi sistolik dan
diastolik sering timbul pada lebih dari separuh orang yang berusia > 65 tahun.
Selain itu, laju pengendalian tekanan darah yang dahulu terus meningkat dalam
dekade terakhir tidak menunjukkan kemajuan lagi (pola kurva mendatar) dan
pengendalian tekanan darah ini hanya mencapai 34% dari seluruh pasien
hipertensi.5
Sampai saat ini, data hipertensi yang lengkap sebagian besar berasal dari
negara maju. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHNES) menunjukkan bahwa dari tahun ke 1999-2000, insiden hipertensi pada
orang dewasa adalah sekitar 29-31% yang berarti terdapat 58-65 juta orang
hipertensi di Amerika dan terjadi peningkatan 15 juta dari data NHNES III tahun
1988-1991. Hipertensi esensial sendiri merupakan 95% dari seluruh kasus
hipertensi.5

II.2.4Kriteria
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi
hipertensi esensial/primer dan hipertensi sekunder.Hipertensi esensial/primer
adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya disebut sebagai hipertensi
esensial.Sedangkan hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi karena ada
suatu penyakit yang melatarbelakanginya.
Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi derajat 2 160 Atau 100

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7

8
Pasien dengan prehipertensi berisiko mengalami peningkatan tekanan darah
menjadi hipertensi, yang tekanan darahnya 130-139/80-89 mmHg sepanjang
hidupnya memiliki 2 kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit
kardiovaskuler daripada yang tekanan darahnya lebih rendah.6
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik > 140
mmHg merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit
kardiovaskuler daripada tekanan darah diastolik.6
Risiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75
mmHg, meningkat 2 kali dengan tiap kenaikan 20/10 mmHg.
Risiko penyakit kardiovaskuler bersifat kontinyu, konsisten, dan
independen dari faktor risiko lainnya.

II.2.5Klasifikasi7
II.2.5.1. Berdasarkan Etiologinya
Hipertensi berdasarkan etiologi / penyebabnya dibagi menjadi 2 :
Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi primer atau yang disebut juga hipertensi esensial atau
idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui
etiologinya/penyebabnya.90% dari semua penyakit hipertensi merupakan
penyakit hipertensi esensial.
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat
suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan.Karena itu umumnya hipertensi ini
sudah diketahui penyebabnya. Terdapat 10% orang menderita apa yang
dinamakan hipertensi sekunder. Sekitar 5-10% penderita hipertensi
penyebabnya adalah penyakit ginjal (stenosis arteri renalis, pielonefritis,
glomerulonefritis, tumor ginjal), sekitar 1-2% adalah penyakit kelaian
hormonal (hiperaldosteronisme, sindroma cushing) dan sisanya akibat
pemakaian obat tertentu (steroid, pil KB).
II.2.6Faktor Resiko7
a. Faktor Genetika (Riwayat keluarga)

9
Hipertensi merupakan suatu kondisi yang bersifat menurun dalam suatu
keluarga.Anak dengan orang tua hipertensi memiliki kemungkinan dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada anak dengan orang
tua yang tekanan darahnya normal.
b. Ras
Orangorang yang hidup di masyarakat barat mengalami hipertensi
secara merata yang lebih tinggi dari pada orang berkulit putih.Hal ini
kemungkinan disebabkan karena tubuh mereka mengolah garam secara
berbeda.
c. Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada
masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita pre menopause
cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada
usia yang sama, meskipun perbedaan diantara jenis kelamin kurang
tampak setelah usia 50 tahun. Penyebabnya, sebelum menopause, wanita
relatif terlindungi dari penyakit jantung oleh hormon estrogen.Kadar
estrogen menurun setelah menopause dan wanita mulai menyamai pria
dalam hal penyakit jantung.
d. Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari
pada wanita.Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula
dipengaruhi oleh faktor psikologis.Pada pria seringkali dipicu oleh
perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan berat badan), depresi dan
rendahnya status pekerjaan.Sedangkan pada wanita lebih berhubungan
dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikiskuat.
e. Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini
mempengaruhi meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila
stress berkepanjangan dapat berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi.
Secara fisiologis apabila seseorang stress maka kelenjer pituitary otak
akan menstimulus kelenjer endokrin untuk mengahasilkan hormon
adrenalin dan hidrokortison kedalam darah sebagai bagian homeostasis
10
tubuh. Penelitian di AS menemukan enam penyebab utama kematian
karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati
dan bunuh diri.
f. Obesitas
Pada orang yang obesitas terjadi peningkatan kerja pada jantung
untuk memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari
tubuh tersebut.Berat badan yang berlebihan menyebabkan bertambahnya
volume darah dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra
dihilangkan, TD dapat turun lebih kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg
penurunan berat badan. Mereduksi berat badan hingga 5-10% dari bobot
total tubuh dapat menurunkan resiko kardiovaskular secara signifikan.
g. Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah
bertambahdan menyebabkan daya tahan pembuluh
meningkat.Jugamemperkuat efek vasokonstriksi noradrenalin. Secara
statistika, ternyata bahwa pada kelompok penduduk yang mengkonsumsi
terlalu banyak garam terdapat lebih banyak hipertensi daripada orang-
orang yang memakan hanya sedikit garam.
h. Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat.Hal
ini karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru
paru dan disebarkan keseluruh aliran darah.Hanya dibutuhkan waktu 10
detik bagi nikotin untuk sampai ke otak.Otak bereaksi terhadap nikotin
dengan memberikan sinyal kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan
efinephrine (adrenalin).Hormon yang sangat kuat ini menyempitkan
pembuluh darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa lebih keras
dibawah tekanan yang lebih tinggi.
i. Konsumsi alkohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara
keseluruhan semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi
tekanan darah.Tapi pada orang yang tidak meminum minuman keras

11
memiliki tekanan darah yang agak lebih tinggi dari pada yang meminum
dengan jumlah yang sedikit.

II.2.7Patofisiologi7
II.2.7.1 Patofisiologi Hipertensi Primer
Beberapa teori patogenesis hipertensi primer meliputi :
Aktivitas yang berlebihan dari sistem saraf simpatik
Aktivitas yang berlebihan dari sistem RAA
Retensi Na dan air oleh ginjal
Inhibisi hormonal pada transport Na dan K melewati dinding sel pada
ginjal dan pembuluh darah
Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel.
Sebab sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum
diketahui. Namun sebagian besar disebabkan oleh resistensi yang semakin tinggi
(kekakuan atau kekurangan elastisitas) pada arteri arteri yang kecil yang paling
jauh dari jantung (arteri periferal atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan
dengan faktor-faktor genetik, obesitas, kurang olahraga, asupan garam berlebih,
bertambahnya usia, dll.

II.2.7.2PatofisiologiHipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik yang
meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau kardiak output, contohnya
adalah renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical tumor,
feokromositoma dan obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan dapat
disembuhkan sebelum terjadi perubahan struktural yang menetap, tekanan darah
dapat kembali normal.

II.2.8Manifestasi Klinis7
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala
walaupun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi.Gejala yang dimaksud adalah sakit
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan yang
12
bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi maupun pada seseorang dengan
tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
Sakit kepala
Kelelahan
Mual-muntah
Sesak napas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung, dan ginjal
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak disebut ensefalopati hipertensif
yang memerlukan penanganan segera.

II.2.9Diagnosis7
1. Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi
meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal (ginjal polikistik)
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih hematuri, pemakaian
oba-obatan analgesic dan obat/ bahan lain.
Episode berkeringat, sakit kepala, kecemasan palpitasi
(feokromositoma).
c. Faktor-faktor resiko (riwayat hipertensi/ kardiovaskular pada pasien
atau keluarga pasien, riwayat hiperlipidemia, riwayat diabetes
mellitus, kebiasaan merokok, pola makan, kegemukan, insentitas
olahraga)
d. Gejala kerusakan organ

13
Otak dan mata: sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan,
transient ischemic attacks, defisit neurologis
Jantung: Palpitasi,nyeri dada, sesak, bengkak di kaki
Ginjal: Poliuria, nokturia, hematuria
e. Riwayat pengobatan antihipertensi sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Memeriksa tekanan darah
Pengukuran rutin di kamar periksa
- Pasien diminta duduk dikursi setelah beristirahat selam 5 menit,
kaki di lantai dan lengan setinggi jantung
- Pemilihan manset sesuai ukuran lengan pasien (dewasa: panjang
12-13, lebar 35 cm)
- Stetoskop diletakkan di tempat yang tepat (fossa cubiti tepat
diatas arteri brachialis)
- Lakukan penngukuran sistolik dan diastolic dengan
menggunakan suara Korotkoff fase I dan V
- Pengukuran dilakukan 2x dengan jarak 1-5 menit, boleh diulang
kalau pemeriksaan pertama dan kedua bedanya terlalu jauh.
Pengukuran 24 jam (Ambulatory Blood Pressure Monitoring-
ABPM)
- Hipertensi borderline atau yang bersifat episodic
- Hipertensi office atau white coat
- Hipertensi sekunder
- Sebagai pedoman dalam pemilihan jenis obat antihipertensi
- Gejala hipotensi yang berhubungan dengan pengobatan
antihipertensi
Pengukuran sendiri oleh pasien
b. Evaluasi penyakit penyerta kerusakan organ target serta kemungkinan
hipertensi sekunder
Umumnya untuk penegakkan diagnosis hipertensi diperlukan pengukuran
tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah <
160/100 mmHg.
14
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pasien hipertensi terdiri dari:
Tes darah rutin (hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit)
Urinalisis terutama untuk deteksi adanya darah, protein, gula
Profil lipid (total kolesterol (kolesterol total serum, HDL serum,
LDL serum, trigliserida serum)
Elektrolit (kalium)
Fungsi ginjal (Ureum dan kreatinin)
Asam urat (serum)
Gula darah (sewaktu/ puasa dengan 2 jam PP)
Elektrokardiografi (EKG)
Beberapa anjurantest lainnya seperti:
Ekokardiografi jika diduga adanya kerusakan organ sasaran seperti
adanya LVH
Plasma rennin activity (PRA), aldosteron, katekolamin urin
Ultrasonografi pembuluh darah besar (karotis dan femoral)
Ultrasonografi ginjal jika diduga adanya kelainan ginjal
Pemeriksaaan neurologis untuk mengetahui kerusakan pada otak
Funduskopi untuk mengetahui kerusakan pada mata
Mikroalbuminuria atau perbandingan albumin/kreatinin urin
Foto thorax.

II.2.10Penanggulangan Hipertensi Pada Lansia7


Hipertensi pada usia lanjut mempunyai prevalensi yang tinggi, pada usia
diatas 65 tahun didapatkan antara 60-80%. Selain itu prevalensi gagal jantung dan
stroke juga tinggi, keduanya merupakan komplikasi hipertensi. Oleh karena itu,
penanggulangan hipertensi amat penting dalam mengurangi morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular pada usia lanjut.
Sekitar 60% hipertensi pada usia lanjut adalah hipertensi sistolik
terisolasi(isolated systolic hypertension) dimana terdapat kenaikan tekanan darah
sistolik disertai penurunan tekanan darah diastolik. Selisih dari tekanan darah

15
sistolik dan tekanan darah diastolik disebut sebagai tekanan nadi (pulse pressure),
terbukti sebagai prediktor morbiditas dan mortalitas yang uruk. Peningkatan
tekanan darah sistolik disebabkan terutama oleh kekakuan arteri atau
berkurangnya elastisitas aorta.
Penanggulangan hipertensi pada usia lanjut amat bermanfaat dan telah
terbukti dapat mengurangi kejadian komplikasi kardiovaskular. Pengobatan
dimulai bila :
-TD sistolik 160 mmHg bila kondisi dan harapan hidup baik.
- TD sistolik 140 bila disertai DM atau merokok atau disertai faktor risiko
lainnya.
Oleh karena pasien usia lanjut sudah mengalami penurunan fungsi organ,
kekauan arteri, penurunan fungsi baroreseptor dan respons simpatik, serta
autoregulasi serebral, pengobatan harus secara bertahap dan hati-hati (start slow,
go slow) hindarkan emakaian obat yang dapat menimbulkan hipotensi ortostatik.
Seperti halnya pada usia muda, penanggulangan hipertensi pada usia lanjut
dimulai dengan perubahan gaya hidup. Diet rendah garam, termasuk menghindari
makanan yang diawetkan dan penurunan berat pada obesitas, terbukti dapat
mengendalikan tekanan darah. Pemberian obat dilakukan apabila penurunan tidak
mencapai target. Kejadian komplikasi hipotensi ortostatik sering terjadi, sehingga
diperlukan anamnesis dan pemeriksaan mengenai kemungkinan adanya hal ini
sebelum obat ini.
Obat yang dipakai pada usia lanjut sama seperti yang dipergunakan pada
usia yang lebih muda. Untuk menghindari komplikasi pengobatan, maka dosis
awal dianjurkan separuh dosis biasa, kemudian dapat dinaikkan secara bertahap,
sesuai dengan respons pengobatan dengan mempertimbangkan kemungkian efek
samping obat. Obat-obat yang biasa dipakai meliputi diuretik (HCT) 12,5 mg,
terbukti mencegah komplikasi terjadinya penyakit jantung kongestif.
Keuntungannya murah dan dapat mencegah kehilangan kalsium tulang. Obat lain
seperti golongan ACEI, CCB kerja panjang dan obat-obat lainnya dapat
dipergunakan. Kombinasi 2 atau lebih obat dianjurkan untuk memperoleh efek
pengobatan yang optimal.

16
Target pengobatan harus mempertimbangkan efek samping, terutama
kejadian hipotensi ortostatik.Umumnya tekanan darah sistolik diturunkan sampai
< 140 mmHg.Target untuk tekanan darah diastolik sekitar 85-90 mmHg.Pada
hipertensi sistolik penurunan sampai tekanan darah diastolik 65 mmHg atau
kurang dapat mengakibatkan peningkatan kejadian stroke.Oleh karena itu
sebaiknya penurunan tekanan darah tidak sampai 65 mmHg.

Gambar 1. Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi Menurut JNC 8

17
Gambar2. Penjelasan Modifikasi Gaya Hidup Menurut JNC 8

II.2.11 Komplikasi Hipertensi7

Tabel 2. Komplikasi Hipertensi

18
II.3 Lansia
II.3.1Definisi Lansia
Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas,
berdasarkan Undang Undang Nomor 13Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut
Usia.sedangkan WHO mengelompokkan usia lanjut atas tiga kelompok, yaitu: 1,2
- middle age (45-59 tahun)
- elderly age (60-74 tahun)
- old age (75-90 tahun)
Menurut Depkes RI (2003), lansia dibagi atas :3

1. Pralansia
Seorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2. Lansia
Seorang yang berusia 60 tahun atau lebih
3. Lansia Resiko Tinggi.
seorang yang berusia 70 tahun atau lebih atau dengan masalah kesehatan
4. Lansia Potensial.
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang
dapat menghasilkan barang/dan jasa.
5. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung
pada bantuan orang lain.

II.3.2 Karakteristik Lansia


Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui
keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:1
a. Jenis kelamin; lansia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan
kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia pria dan
wanita. Misalnya lansia pria dengan hipertropi prostat, maka wanita
mungkin menghadapi osteoporosis.
b. Status perkawinan; status masih pasangan lengkap atau sudah hidup
janda/duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik
maupun psikologis.

19
c. Living arrangement; misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau
bersama istri, anak atau keluarga lainnya.
- Tanggungan keluarga; masih menanggung anak atau anggota
keluarga.
- Tempat tinggal; rumah sendiri, tinggal dengan anak. Dewasa ini
kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik
lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya.
Namun akan cenderung bahwa lansia akan ditinggalkan oleh
keturunannya dalam rumah yang berbeda.
d. Kondisi kesehatan
- Kondisi umum; kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada
orang lain dalam kegiatan sehari-hari, mandi, buang air kecil dan
besar.
- Frekuensi sakit; frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi
tidak produktif lagi bahkan mual tergantung kepada orang lain.
Bahkan ada yang karena penyakit kroniknya sudah memerlukan
perawatan khusus.
e. Keadaan ekonomi
- Sumber pendapatan resmi; pensiunan ditambah sumber pendapatan
lain kalau masih bisa aktif.Penduduk lansia di daerah pertanian
menunjukkan proporsi lebih besar dibandingkan dengan di daerah
non pertanian. Lapangan kerja sektor pertanian cukup banyak
menyerap tenaga kerja lansia, di samping sektor perdagangan dan
sektor jasa.
- Sumber pendapatan keluarga; ada tidaknya bantuan keuangan dari
anak/keluarga lainnya, atau bahkan masih ada anggota keluarga
yang tergantung padanya.
- Kemampuan pendapatan; lansia memerlukan biaya yang lebih
tinggi, sementara pendapatan semakin menurun sampai seberapa
besar pendapatan lansia dapat memenuhi kebutuhannya.

20
II.3.3 Optimalisasi Posyandu Lansia2
1. Pelayanan danPenyuluhan Kesehatan Usia Lanjut
a. Promotif, yaitu upaya untuk tetap menghargaisemangat hidup usia
lanjut yangberguna baik bagi dirinya sendiri, keluargadanmasyarakat
Berupa penyuluhan:
Kebersihan diri dandeteksi dini apabila terjadi penurunan kondisi
kesehatannya dan melakunan kunjungan berkesinambungan ke
puskesmas.
Latihan fisik teratur untuk meningkatkankemampuan usia lanjut.
Pembinaan mental keagamaan.
Membina keterampilan
Meningkatkankegiatan sosial di masyarakat
Menghindarkan kebiasaan buruk
Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar
Diet seimbang dan menu bergizi seimbang
b. Preventif, yaitu pencegahan kemungkinan
terjadinyapenyakit/komplikasi penyakit padaproses penuaan.
Pemeriksaan kesehatan teratur untuk penemuan dini penyakit.
Kesegaran jasmani secara teratur &disesuaikan dengan kemampuan
usia lanjut.
Penggunaan alat bantu misalnya kacamata, alat bantu pendengaran
agar dapat berkarya dan memiliki rasa berguna.
Penyuluhan pencegahan kemungkinan terjadinya kecelakaan pada
usia lanjut.
c. Kuratif, yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa
kegiatan :
Pelayanan kesehatan dasar
Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan
d. Rehabilitatif, yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah
menurun berupa kegiatan :

21
Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat
mental penderita
Pembinaan usila dan aktifitas di dalam maupun diluar rumah.
Nasihat cara hidup sesuai penyakit diderita.
Perawatan fisioterapi

22

Anda mungkin juga menyukai