Anda di halaman 1dari 2

Di Kota Surabaya, orang gila pun dapat makanan gratis dari Pemerintah

Oleh Rahmat Oriza, Kabid Litbang dan Program Pembangunan Bappeda Aceh Jaya
melaporkan dari Kota Surabaya

Memenuhi undangan Pemerintah Kota Surabaya, kami mewakili Kabupaten Aceh Jaya
bersama rombongan Bupati Aceh Jaya Ir. H. Azhar Abdurrahman ikut berkunjung ke Kota
Surabaya yang dipimpin oleh seorang perempuan tangguh, karakternya sederhana, tegas serta
bersahaja dan dia adalah Ibu Tri Rismaharini Walikota Surabaya.

Kunjungan kami ke Kota Surabaya selain memenuhi undangan peringatan HUT Kota
Surabaya yang ke 724 Tahun 2017 juga dalam rangka penandatanganan nota kerjasama lintas
perkotaan antara Pemerintah Kota Surabaya dan Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya dengan
prinsip the sister city (kota bersaudara). Tujuan kerjasama ini adalah dalam rangka sharing
dan proses transfer knowledge di bidang teknologi informasi dan bidang-bidang lainnya.
Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu Kabupaten dari Provinsi Aceh yang diundang
oleh ibu walikota pada HUT Kota Surabaya ke 724 kali ini bersama 16 Kabupaten/kota dari
seluruh Indonesia.

Disela-sela sebelum sesi penandatangan nota kerjasama, ada beberapa hal menarik yang
disampaikan langsung oleh ibu walikota, yaitu teknologi informasi memberikan manfaat
yang sangat besar terhadap pengelolaan pemerintahan terutama dalam hal pengelolaan
anggaran pemerintah sehingga dapat menghemat penggunaan anggaran daerah hingga 70%.
Dengan meningkatnya penghematan penggunaan anggaran maka peluang penggunaan
anggaran untuk publik (masyarakat) semakin besar. Dan dengan semakin besar peluang
penggunaan dana untuk publik maka semakin banyak program-program atau kegiatan-
kegiatan yang dapat dilakukan untuk mensejahterakan masyarakat di daerahnya masing-
masing.

Kegiatan yang sangat menarik perhatian diantaranya pelayanan dasar terhadap pendekar
kebersihan Kota Surabaya, dimana Ibu Walikota setiap pagi memantau dan memberikan
makan pagi kepada petugas kebersihan sebagai salah satu bentuk perhatian dan dukungan
langsung, akibatnya mereka sangat antusias bekerja sehingga hampir semua sudut Kota
Surabaya nampak bersih dan nyaman. Kemudian pelayanan dasar kepada tokoh-tokoh
penggerak pendidikan dan ekonomi kreatif di sektor riil secara aktif, partisipatif dan inovatif,
sehingga berbagai kreatifitas dan inovasi di sektor UKM berkembang secara serentak.

Disisi lain pelayanan dasar kepada aparatur dimana tingkat kesejahteraan aparatur juga cukup
memuaskan, satu persatu secara acak staf pemko Surabaya dipanggil dan ditanyakan berapa
pendapatannya. Seorang staf setara golongan II menjawab, dia mempunyai pendapatan lebih
Rp 7 juta sedangkan seorang staf golongan III menjawab pendapatannya mencapai Rp 20 juta
rupiah perbulannya. Sungguh pendapatan yang sangat fantastis, kenapa saya berani berikan
pendapatan sebesar itu, Ibu Risma beretorika bertanya, karena kinerja mereka sudah terukur,
maka saya berani saya berikan pendapatan sebesar itu. Apa yang mereka berikan seimbang
untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Semua ini karena peran teknologi yang
memudahkan pekerjaan mereka dan menghemat banyak penggunaan biaya.

Kegiatan lain yang tidak kalah menarik adalah pelayanan dasar terhadap masyarakat kota
yang kurang beruntung. Ada beberapa kategori masyarakat yang kurang beruntung yang
ditangani oleh pemeritah kota Surabaya diantaranya penanganan terhadap anak-anak yatim-
piatu tanpa memandang suku dan agama, masyarakat penyandang disabilitas (cacat fisik),
dan bahkan orang gila pun yang mayoritas 99,78% adalah bukan warga Surabaya, semua
warga masyarakat ini diberikan pelayanan dalam bentuk makanan gratis setiap hari dari
pemerintah Kota Surabaya.

Dari pengalaman ini tentunya pengambil kebijakan dan pejabat elitee di daerah kita dapat
menjadikannya sebagai patron bahwa apa yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya
ternyata kegiatan-kegiatan yang sifatnya sederhana, aplikasinya mudah dan menyentuh
langsung kepentingan masyarakat. Dalam rangka memberikan pelayanan terbaik kepada
masyarakat Aceh dengan berbagai sumber anggaran yang kita miliki tentu kita dapat lebih
kreatif dan bijak lagi menyikapi dan menjawab kebutuhan masyarakat sehingga hal-hal
sederhana seperti sampah yang bertumpuk-tumpuk di berbagai sudut kota, orang gila dan
orang yang meminta-minta di setiap persimpangan jalan tidak lagi menjadi pemandangan
klasik dan mengganggu hingga dapat mereduksi nilai kota sebagai salah satu tujuan wisata
nusantara.

Konon lagi daerah kita telah dilabel sebagai daerah Syariat Islam, maka makna kebersihan,
pengayom masyarakat kurang beruntung, apalagi orang-orang yang sedang menempuh
pendidikan (tuntut ileumee) baik ilmu pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama
(jak beut) harus mendapat perhatian utama selain masalah perekonomian sebagai penopang
yang berkaitan langsung dengan kesejahteraan masyarakat Aceh seluruhnya. Semoga dapat
terwujud.

Nama : Rahmat Oriza


Nip : 197610162005041001
Pekerjaan : Pegawai Bappeda Aceh Jaya
Jabatan : Kabid Litbang dan Program Pembangunan

Anda mungkin juga menyukai