Anda di halaman 1dari 22

1.

Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Sel merupakan unit terkecil dari organisme. Sel tidak akan mampu bekerja dan
membentuk sebuah jaringan bila tidak ada koordinasi anatara satu dengan yang lain. Miliaran sel
penyusun setiap makhluk hidup harus berkomunikasi untuk mengkoordinasikan aktivitasnya
sedemikian rupa sehingga memungkinkan organisme itu untuk berkembang. Mulai dari sel yang
berkomunikasi terbentuk jaringan kemudian organ dan system yang menjalankan organisme
untuk hidup.
Dalam kehidupan makhluk hidup baik uniseluler atau multiseluler akan berinteraksi
dengan lingkungannya untuk mempertahankan kehidupannya. Sinyal-sinyal antar sel jauh lebih
sederhana daripada bentuk-bentuk pesan yang biasanya dirubah oleh manusia.
Sinyal yang diterima sel, yan berasal dari sel lain atau dari beberapa perubahan pada
lingkungan fisik organisme, bermacam-macam bentuknya. Misalnya, sel dapat mengindera dan
merespons sinyal elektromagnetik, seperti cahaya, dan sinyal mekanis, seperti sentuhan. Akan
tetapi sel-sel paling sering berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan sinyal kimiawi.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi sel?
2. Bagaimana cara interaksi sel?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi sel
2. Untuk mengetahui cara interaksi sel

2. Pembahasan
2.1 Komunikasi sel
Komunikasi sel adalah: sesuatu yang diperlukan bagi organisme uniseluler dan
multiseluler, dimana sinyal eksternal diubah menjadi respon didalam sel.
Dalam perkembangbiakannya, sel harus berkomunikasi dengan sel-sel lain dan dengan
lingkungannya. Bentuk komunikasi ini dinamakan Interaksi sel atau komunikasi antar sel.
2.2 Interaksi Sel
Sistem komunikasi suatu sel berperan teramat penting dalam menentukan respon seluler
yang akan dilakukan oleh sel. Seluruh peristiwa yang terangkum dalam dogma biologi molekuler
diawali oleh adanya aktivitas komunikasi. Untuk dapat menjalankan aktivitas komunikasi
tersebut sebuah sel (eukariotik) dilengkapi berbagai jenis reseptor yang terdapat di membrane
plasmanya. Reseptor ini biasanya merupakan bagian struktural dari protein integral yang terdapat
di sela-sela lemak lapis ganda. Sel berinteraksi dengan sel lain dengan cara komunikasi langsung
atau dengan mengirimkan sinyal kepada sel target. Berikut macam-macam interaksi sel :
1. Komunikasi Kontak Langsung

Figure 154 Four forms of intercellular signaling.


(A) Contact-dependent signaling requires cells to be
in direct membranemembrane contact.

Komunikasi langsung, adalah komunikasi antar sel yang sangat berdekatan. Komunikasi
ini terjadi dengan mentransfer sinyal listrik (ion-ion) atau sinyal kimia melalui hubungan yang
sangat erat antara sel satu dengan lainnya. Gap junction merupakan protein saluran khusus yang
dibentuk oleh protein connexin. Gap junction memungkinkan terjadinya aliran ion-ion (sinyal
listrik) dan molekul-molekul kecil (sinyal kimia), seperti asam amino, ATP, cAMP dalam
sitoplasma kedua sel yang berhubungan.
Sel dapat berkomunikasi dengan cara kontak langsung. Baik sel hewan maupun sel
tumbuhan memiliki sambungan sel yang bila memang ada memberikan kontinuitas sitoplasmik
diantara sel-sel yang berdekatan. Dalam hal ini, bahan pensinyalan yang larut dalam sitosol dapat
dengan bebas melewati sel yang berdekatan. Disamping itu sel hewan mungkin berkomunikasi
melalui kontak langsung diantara molekul-molekul pada permukaannya.
2. Pensinyalan Parakrin

Figure 154 Four forms of intercellular


signaling. (B) Paracrine signaling depends on
signals that are released into the extracellular
space and act locally on neighboring cells.

Pada pensinyalan parakrin atau komunikasi lokal, adalah komunikasi yang terjadi melalui
zat kimia yang dilepaskan ke cairan ekstrasel (interstitial) untuk berkomunikasi dengan sel lain
yang berdekatan (sinyal parakrin) atau sel itu sendiri (sinyal autokrin).

3. Pensinyalan Sinaptik

Figure 154 Four forms of intercellular


signaling. C) Synaptic signaling is performed by
neurons that transmit signals electrically along
their axons and release neurotransmitters at
synapses, which are often located far away from
the neuronal cell body.

Pensinyalan ini terjadi pada sel saraf yang spesifik. Sel saraf menghasilkan sinyal kimia
yaitu neurotransmitter, berdifusi ke sel target (sel saraf) melalui ruangan sempit (sinapsis) untuk
meneruskan rangsangan.
4. Pensinyalan endokrin/hormonal

Figure 154 Four forms of intercellular signaling.


(D) Endocrine signaling depends on endocrine cells,
which secrete hormones into the bloodstream for
distribution throughout the body. Many of the same
types of signaling molecules are used in paracrine,
synaptic, and endocrine signaling; the crucial
differences lie in the speed and selectivity with which
the signals are delivered to their targets.

Pensinyalan ini dikenal dengan pensinyalan endokrin, dengan system pensinyalan ke


tempat jauh (komunikasi jarak jauh) karena komunikasi antar selnya yang mempunyai jarak
cukup jauh. Komunikasi ini berlangsung melalui sinyal listrik yang dihantarkan sel saraf dan
atau dengan sinyal kimia (hormon atau neurohormon) yang dialirkan melalui darah. System
persinyalan jarak jauh ini juga berlaku pada pensinyalan synaptic.
Hormone (endokrin) mensinyal sel target pada jarak yang lebih jauh. Pada hewan, sel
endokrin terspesialisasi mensekresi hormone ke dalam cairan tubuh yaitu darah. Hormone dapat
mencapai hamper seluruh sel tubuh, tetapi, jika dengan pengatur local. Hanya sel target spesifik
yang mengenali dan merespons sinyal kimiawi yang diberikan.

PENERIMAAN SINYAL DAN INISIASI TRANSDUKSI

Ketika kita berbicara dengan orang lain, orang tersebut dapat mendengar apa yang kita
sampaikan. Molekul sinyal yang terikat pada protein reseptor menyebabkan protein tersebut
berubah bentuk. Molekul sinyal memiliki bentuk yang berkomplementer dengan tempat spesifik
pada reseptor dan molekul ini terikat dengan tempat tersebut, seperti kunci pada gembok
(Campbell et al, 2008). Sebagian reseptor sinyal merupakan protein membran plasma. Terdapat
reseptor membran yang bekerja pada membran sel yaitu reseptor terkait protein G, reseptor
tirosin-kinase, dan reseptor saluran-ion (Bertoni et al, 2012).

Reseptor Terkait Protein-G

Reseptor terkait protein-G merupakan reseptor yang bekerja di membran plasma dengan
bantuan suatu protein yang disebut dengan protein-G (Campbell et al, 2008). Reseptor ini
bervariasi tempat pengikatannya untuk mengenali molekul sinyal dan untuk mengenali protein-G
yang berbeda di bagian dalam sel. Struktur protein-G semuanya sama, masing-masing memiliki
tujuh -heliks. Protein-G terikat pada sisi sitoplasmik membran, dan berfungsi sebagai saklar
yang dapat di-on-kan dan di-off-kan tergantung pada nukleotida guanin yang dilekatkan, GDP
atau GTP. Ketika GDP diikat, maka protein-G akan menjadi inaktif, sebaliknya jika GTP yang
diikat, maka protein-G akan menjadi aktif (Bertoni et al, 2012).

Ketika sinyal kimiawi yang sesuai terikat sebagai ligan pada sisi ekstraseluler reseptor
terkait protein-G, reseptor ini akan diaktifkan dan sinyal tersebut juga akan mengaktifkan
protein-G. Reseptor mengikat protein-G yang inaktif secara spesifik dan menyebabkan GTP
menggantikan GDP. Protein-G yang diaktifkan kemudian akan terikat pada protein lain, seperti
enzim dan kemudian ia akan mengubah aktivitasnya. Akan tetapi perubahan ini hanya bersifat
sementara atau ketika ligan meninggalkan reseptor GTP akan menghidrolisis GDP dengan
menggunakan bantuan enzim GTPase (Bertoni et al, 2012). Protein-G yang inaktif akan
meninggalkan enzim tersebut. Fungsi GTPase dari protein-G dapat memungkinkan jalur dapat
ditutup dengan cepat ketika molekul sinyal ekstraseluler tidak ada lagi. Selain beberapa fungsi
diatas, sistem ini juga penting dalam perkembangan embrio, protein-G terlibat dalam penerimaan
rangsangan pada indera (Campbell et al, 2008).

Reseptor Tirosin-Kinase

Diantara sinyal-sinyal kimiawi yang dapat mengenai sel pada tubuh hewan merupakan
faktor pertumbuhan, merangsang sel untuk tumbuh dan bereproduksi. Reseptor pada faktor
pertumbuhan berupa reseptor tirosin-kinase, salah satu ciri utama reseptor membran plasma yaitu
dengan adanya aktivitas enzimatik. Bagian dari protein reseptor pada sisi sitoplasmik membran
berfungsi sebagai enzim, yang disebut tirosin-kinase. Enzim tirosin-kinase ini mengkatalisis
transfer gugus fosfat dari ATP ke asam amino tirosin pada protein substrat. Dengan demikian
reseptor tirosin-kinase merupakan reseptor membran yang melekatkan fosfat ke tirosin protein
(Campbell et al, 2008).

Sebelum molekul sinyal terikat, reseptor merupakan polipeptida tunggal. Masing-masing


reseptor memiliki satu tempat pengikatan sinyal ektraseluler. Pengikatan molekul sinyal pada
reseptor tidak menyebabkan cukup banyak perubahan konformasi untuk mengaktifkan sisi
sitoplasmik protein secara langsung. Sebagai gantinya, aktivasi terjadi dalam tiga tahap: (1)
Pengikatan ligan yang menyebabkan dua polipeptida reseptor mengumpul dan membentuk
dimer, (2) Mengaktifkan bagian tirosin kinase dari kedua polipeptida tersebut, (3)
Memfosforilasi tirosin pada ekor polipeptida yg lain, pengaruh molekul sinyal pada reseptor
tirosin-kinase ialah pengumpulan polipeptida dan fosforilasi resepptor. Kemampuan pengikatan
ligan tunggal untuk memicu begitu banyak jalur merupakan perbedaan utama antara reseptor ini
dengan reseptor terkait protein-G. Reseptor tirosin-kinase abnormal yang mengumpul tanpa ligan
menyebabkan beberapa jenis kanker (Campbell et al, 2008).

Reseptor Saluran-Ion

Beberapa reseptor saluran kimiawi berupa saluran ion yang bergerbang ligan. Saluran ini
merupakan pori protein dalam membran plasma yang membuka dan menutup sebagai respons
terhadap sinyal kimiawi. Reseptor protein saluran ini mengikat molekul sinyal sebagai ligan pada
tempat spesifik sisi ekstraselulernya. Perubahan bentuk yang dihasilkan seringkali langsung
mempengaruhi fungsi sel dengan cara-cara tertentu.

TRANSDUKSI

Transduksi adalah suatu proses pengubahan sinyal ekstraseluler menjadi respons seluler
spesifik. Pengikatan molekul sinyal spesifik ke reseptor pada membran plasma memicu langkah
pertama dalam rantai interaksi molekular jalur transduksi sinyal- yang mengarah ke respons
tertentu dalam sel. Seperti kartu domino yang berjatuhan, reseptor yang diaktifasi oleh sinyal
akan mengaktifasi molekul lain, yang kemudian mengaktifasi molekul lain lagi, dan seterusnya
sampai protein yang menghasilkan respon seluler aktif diaktifasi.

Setelah ligan berikatan dengan reseptor protein G terkopel, akan terjadi perubahan
konformasi dari protein reseptor sehingga mengaktivasi protein G yang berada di sisi bawah
membran plasma dan GDP akan digantikan oleh GTP. Aktivasi ini menyebabkan subunit lepas
dari protein G dan bersama dengan GTP akn akan mengaktivasi enzim adenilil siklase sehingga
menyebabkan ATP menjadi cAMP.

Sutherland menemukan bahwa pengikatan epinefrin ke membran plasma sel hati


meningkatkan konsentrasi dalam sitosol suatu senyawa yang disebut adenosin monofosfat siklik
(cyclic adenosine monophosphate), disingkat AMP sikilik atau cAMP. cAMP dihasilkan oleh
enzim yang tertanam dalam membran plasma yaitu enzim adenilil siklase (adenylyl cyclase)
dengan cara mengubah ATP menjadi cAMP (gambar 1). Apabila ligan sudah tidak menempel
pada resptor, maka cAMP akan lenyap dikarenakan adanya kerja enzim fosfodiesterase,
mengubah cAMP menjadi AMP.
cAMP sebagai pembawa pesan kedua atau second messenger akan mengaktivasi protein
kinase. Protein kinase yang teraktivasi akan memfosforilasi berbagai protein lain, bergantung
pada tipe sel. Protein kinase ini akan mentransfer gugus fosfat dri ATP ke protein sehingga
protein yang awalnya inaktif (tidak aktif) akan menjadi bentuk aktif. Pengaktifan protein ini akan
menghasilkan respon seluler.

Selain menggunakan cAMP sebagai pembawa pesan kedua (second messenger),


digunakan juga ion kalsium (Ca2+). Banyak molekul sinyal pada hewan, termasuk
neyrotransmitter, faktor pertumbuhan, dan beberapa hormon, menginduksi respons dalam sel
targetnya melalui jalur transduksi sinyal yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium (Ca2+)
dalam sitosol. Kalsium bahkan lebih banyak digunakan sebagai pembawa pesan kedua daripada
cAMP. Sel menggunakan CA2+ sebagai pembawa pesan kedua dalam jalur protein G maupun
jalur reseptor tirosin kinase. Ion kalsium ditranspor secara aktif ke luar sel dan diimpor secara
aktif dari sitosol ke retikulum endoplasma oleh beberapa pompa protein. Akibatnya, konsentrasi
kalsium di dalam RE jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dalam sitosol.
Reseptor protein G-terkopel selain mengaktifasi enzim adenilil siklase, juga mengaktifasi
enzim fosfolipase C. Setelah diaktifasi, enzim fosolipase C akan membelah molekul fosfolipid
membran plasma. Molekul tersebut adalah fosfolipid inositol (fosfolipid dengan gula inositol
pada bagian kepalanya) yang sebagian tubuhnya berada di sitoplasma dan sebagian lain dalam
membran lipid bilayer. Dikarenakan adanya keterlibatan fosfolipid ini, jalur pensinyalan yang
diawali dengan aktifasi fosfolipid C sering disebut jalur inositol fosfolipid.

Ketika fosfolipase C memotong kepala gula-fosfat dari inositol fosfolipid, dihasilkan dua
molekul pensinyalan kecil: inositol 1,4,5-trisphosphate (IP3) dan diasilgliserol (DAG). IP3
berdifusi ke dalam sitosol, sementara lipid diasilgliserol tetap tertempel pada membran plasma.
Kedua molekul tersebut memiliki peran penting dalam menyampaikan sinyal. IP3 dilepas ke
dalam sitosol secara cepat menuju ke retikulum endoplasma untuk berikatan dan membuka
channel Ca2+ yang berada pada membran retikulum endoplasma. Ca2+ yang disimpan dalam RE
keluar menuju sitosol melalui channel yang terbuka ini sehingga menyebabkan konsentrasi Ca2+
bebas dalam sitosol meningkat tajam. Ca2+ ini akan menjadi sinyal untuk protein lain.
Diasilgliserol yang dihasilkan bersama IP3 membantu mengaktifkan protein kinase yang
diranslokasikan dari sitosol ke membran plasma. Enzim ini disebut dengan protein kinase C
(PKC) karena enzim ini juga butuh berikatan dengan Ca2+ untuk bisa aktif. Setelah aktif, PKC
akan memfosforilasi protein intraseluler lain yang bervariasi tergantung pada tipe sel. Setelah
difosforilasi, protein akan menghasilkan respon seluler.

Reseptor Enzim Terkopel

Seperti GPCR, reseptor yang digabungkan dengan enzim adalah protein transmembran
yang menampilkan domain pengikatan ligan pada permukaan luar membran plasma. Alih-alih
bergaul dengan protein G, bagaimanapun, domain reseptor sitoplasma berfungsi sebagai enzim
itu sendiri atau membentuk kompleks dengan protein lain yang bertindak sebagai enzim. Enzim
ditambah reseptor (lihat Gambar 16-15C) ditemukan dalam perannya sebagai respons terhadap
protein sinyal ekstraselular (faktor pertumbuhan) yang mengatur pertumbuhan, proliferasi,
diferensiasi, dan kelangsungan hidup jaringan hewan (lihat Tabel 16-1, hal 535, Untuk contoh).
Sebagian besar protein sinyal ini berfungsi sebagai mediator lokal dan dapat bertindak dengan
sangat rendah (kira-kira 10 sampai beberapa detik) Respons terhadap mereka biasanya sesuai
dengan jam, dan mereka memerlukan banyak transduksi intraselular yang akhirnya
menyebabkan perubahan ekspresi gen Enzyme- Ditambah reseptor, bagaimanapun juga dapat
memediasi konfigurasi ulang sitoskeleton yang langsung dan cepat, mengendalikan cara sel
mengubah bentuk dan pergerakannya. Sinyal ekstraselular untuk perubahan arsitektural ini
seringkali bukan protein sinyal yang tidak dapat disebarkan, namun protein menempel pada
permukaan di mana sel Sedang merayap Gangguan pertumbuhan sel proliferasi, diferensiasi,
kelangsungan hidup, dan migrasi sangat penting untuk kanker, dan kelainan dalam pemberian
sinyal melalui reseptor enzim ditambah memiliki peran utama dalam pengembangan kelas
penyakit ini Kelas terbesar enzim yang digabungkan reseptornya dibuat. Dari mereka yang
memiliki domain sitoplasmik yang berfungsi sebagai tirosin protein kinase, phos phorylating
tirosin spesifik Pada protein intraselular terpilih, reseptor semacam itu disebut reseptor tirosin
kinase (RTKs), dan kita akan fokus pada reseptor ini di sini. Perhatikan bahwa semua kinase
protein lain yang telah kita bahas sejauh ini termasuk PKA, PKC. Dan CaM-kinase - adalah ser
ine / treonin kinase. RTK yang Aktif Merekam Kompleks Protein Pemberian Intraselular Untuk
melakukan tugasnya sebagai transduser sinyal, reseptor yang digabungkan dengan enzim harus
melakukan penyihir pada aktivitas enzim domain intraselularnya (atau enzim asosiasi) ketika
molekul sinyal eksternal mengikatnya. Domain ekstraselular Berbeda dengan GPCR tujuh-pass,
enzim-coupled reseptor p teins biasanya hanya memiliki satu segmen transmembran, yang
diperkirakan mencakup lapisan ganda lipid sebagai satu heliks. Karena satu heli tidak sesuai
untuk mentransmisikan perubahan konformasi melintasi reseptor yang digabungkan dengan
enzim memiliki strategi yang berbeda untuk mentransmisikan sinyal ekstraselular. Dalam banyak
kasus, pengikatan molekul sinyal.

Menyebabkan dua molekul reseptor bergabung bersama di dalam membran, membentuk


kontak dimer antara dua reseptor intraselular yang berdekatan dengan fungsi kinase mereka,
dengan hasil bahwa masing-masing reseptor pho phorylates yang lain. Dalam kasus RTK,
fosforilasi terjadi pada tirosin tertentu yang terletak di ekor sitosolik reseptor. Fosforilasi tirosin
kemudian memicu rakitan kompleks pensinyalan intraselular yang rumit pada ekor reseptor.
Tyrosin yang baru mengalami fosfolilasi berfungsi sebagai tempat pengikat untuk seluruh kebun
binatang protein sinyal intraselula - mungkin sebanyak 10 atau 20 molekul berbeda (Gambar 16-
30). Beberapa protein ini menjadi terfosforilasi dan diaktivasi mengikat reseptor, dan kemudian
menyebarkan sinyal yang lain berfungsi hanya sebagai adaptor, yang memberi pasangan reseptor
ke protein sig naling lainnya, sehingga membantu membangun kompleks pensinyalan aktif.
Semua protein pensinyalan intraselular ini memiliki domain interaksi khusus, yang mampu
mengenali domain gen khas Phoshorylated yang serupa sehingga memungkinkan protein
pensinyalan intraseluler untuk mengenali lipid terfosforilasi yang dihasilkan dalam membran
sebagai sinyal respons, seperti yang akan kita diskusikan nanti. Sementara yang terakhir,
kompleks protein Berkumpul di RTK dapat mentransmisikan sinyal di sepanjang beberapa rute
sekaligus tujuan di dalam sel, sehingga mengaktifkan dan mengkoordinasikan banyak perubahan
biokimia yang diperlukan untuk memicu respons, seperti proliferasi sel. Untuk membantu
menghentikan respons, fosforilasi dibalik oleh protein tirosin fosfatase mengeluarkan fosfat yang
ditambahkan ke RTK dan protein pensinyalan lainnya dalam beberapa kasus, diaktifkan.
Gambar 16-30 Aktivasi RTK merangsang perakitan kompleks pensinyalan intraselular. Biasanya, pengikatan molekul sinyal ke
domain ekstraselular RTK menyebabkan dua molekul reseptor bergabung menjadi dimer. Molekul sinyal yang ditunjukkan di
sini sendiri merupakan dimer dan secara fisik dapat menghubungkan dua molekul reseptor silang. Dalam kasus lain, pengikatan
molekul sinyal mengubah konformasi molekul reseptor sedemikian rupa sehingga dimerisasi. Dimer formasi membawa domain
kinase dari masing-masing ekor reseptor intraselular ke dalam kontak dengan yang lain; Ini mengaktifkan kinase dan
memungkinkan mereka untuk memfosforilasi ekor yang berdekatan pada beberapa tirosin. Setiap tirosin terfosforilasi berfungsi
sebagai tempat pengikatan khusus untuk protein pensinyalan intraseluler yang berbeda, yang kemudian membantu
menyampaikan sinyal ke interior sel; Protein ini memiliki interaksi khusus dalam kasus ini, sebuah modul yang disebut domain
domain SH2 - yang mengenali dan mengikat tirosin terfosforilasi spesifik pada reseptor teraktivasi atau protein pensinyalan
intraselular lainnya.

Gambar 16-31 RTK mengaktifkan Ras. Dermaga protein adaptor pada fosfotirosin tertentu pada reseptor teraktivasi (protein
pensinyalan lainnya yang terikat pada reseptor pada Gambar 16-30 dihilangkan untuk kesederhanaan). Adaptor merekrut protein
pengaktif Ras yang merangsang Ras untuk menukar PDB terikatnya untuk GTP Protein Ras yang diaktifkan sekarang dapat
merangsang beberapa jalur sinyal hilir, yang salah satunya ditunjukkan pada Gambar 16-32. Perhatikan bahwa protein Ras
mengandung kelompok lipid kovalen terlampir (hitam yang membantu jangkar protein ke membran plasma
Gambar 16-32 Ras mengaktifkan modul pensinyalan MAP-kinase. Protein ras yang diaktifkan oleh proses yang ditunjukkan pada
Gambar 16-31 mengaktifkan modul pensinyalan tiga-kinase, yang mengirimkan sinyal. The final kinase dalam modul, MAP
kinase, memfosforilasi berbagai sinyal hilir atau protein efektor. Protein ini dapat mencakup protein kinase lainnya dan yang
terpenting adalah regulator transkripsi yang mengendalikan ekspresi gen. Perubahan yang terjadi pada ekspresi gen dan aktivitas
protein menyebabkan perubahan perilaku sel seperti proliferasi dan diferensiasi.

(PDGF), yang memediasi proliferasi sel dalam penyembuhan luka reseptor faktor pertumbuhan
saraf (NGF), yang mencegah neuron tertentu mati dalam sistem saraf yang sedang berkembang.
Protein Ras adalah anggota keluarga besar protein pengikat GTP kecil, yang sering disebut
GTPase ekonomi untuk membedakannya dari protein trimerik G yang kami temui sebelumnya.
Ras menyerupai subunit dari protein G dan berfungsi sebagai saklar molekuler dengan cara yang
sama. Ini siklus antara dua keadaan konformasional yang berbeda - aktif saat GTP terikat dan
tidak aktif saat PDB terikat (lihat Gambar 16-14B). Interaksi dengan protein pensinyalan yang
diaktifkan mendorong Ras untuk menukarkan PDB-nya dengan GTP, sehingga mengubah Ras ke
keadaan teraktivasinya (Gambar 16-31). Setelah penundaan, Ras beralih sendiri lagi dengan
menghidrolisis GTP-nya yang terikat ke PDB (Film 16.6) Dalam keadaan aktifnya, Ras
mempromosikan aktivasi karkase fosforilasi di mana serangkaian protein kinase serine / treonin
menghasilkan fosforilasi dan satu sama lain secara berurutan. , Seperti permainan intraselular
dari dom inoes (Gambar 16-32). Sistem relay ini, yang membawa sinyal dari membran plasma ke
nukleus, mencakup modul protein tiga kinase yang disebut modul pensinyalan MAP-kinase,
untuk menghormati Kinase akhir dalam rantai, protein kinase mitogen atau MAP kinase
(Mitogens adalah molekul sinyal ekstraselular yang merangsang proliferasi sel) jalur ini, MAP
kinase terfosforilasi dan diaktifkan oleh enzim yang disebut, cukup logis kinase kinase MAP.
Dan prote ini sendiri diaktifkan oleh MAP kinase kinase (yang diaktifkan oleh Ras) Pada akhir
kaset MAP kinase, MAP kinase memfosforilasi berbagai protein efektor, termasuk regulator
transkripsi tertentu, mengubah kemampuan mereka untuk mengendalikan transkripsi gen
Perubahan dalam pola ekspresi gen ini dapat merangsang proliferasi sel, meningkatkan
kelangsungan hidup sel atau menginduksi diferensiasi sel: Hasil yang tepat akan tergantung pada
gen lain yang aktif di dalam sel dan sinyal lain yang diterima sel Bagaimana ahli biologi
mengungkap jalur pensinyalan yang kompleks seperti yang dibahas di How We Know, pp, 560-
561 Pentingnya Ras telah ditunjukkan dengan berbagai cara. . Jika Ras dihambat oleh injeksi
intraselular antibodi Ras-inaktivasi misalnya, sel mungkin tidak lagi merespons beberapa sinyal
ekstraselular yang biasanya akan ditanggapi. Sebaliknya, jika aktivitas Ras diaktifkan secara
permanen pada beberapa jenis sel, sel-sel berfungsi seolah-olah ditabrak terus menerus dengan
mitokulasi ekstraselular yang merangsang proliferasi (dibahas di Bab 18) Sebelum Ras
ditemukan pada sel normal, bentuk mutannya adalah Ditemukan di sel kanker manusia, mutasi
tersebut menonaktifkan aktivitas GTPase Ras, sehingga protein tidak dapat menutup diri dari
mempromosikan proliferasi sel yang tidak terkontrol dan perkembangan kanker. Sekitar 30%
kanker manusia mengandung virus pengaktifan seperti itu di gen Ras, dan banyak dari kanker
yang tidak menghasilkan protein Ras mutan memiliki mutasi pada gen yang produknya berada
pada jalur sig naling yang sama dengan Ras. Banyak gen yang menyandikan protein pensinyalan
intraselular ini pada awalnya diidentifikasi dalam perburuan onkogen yang mempromosikan
kanker.

RESPONS

Pada cairan ekstraseluler terdapat beribu-ribu molekul sinyal. Molekul sinyal tersebut
terdapat secara bebas. Setiap sel secara selektif harus merespon terhadap molekul sinyal
tergantung dari sel tersebut. Untuk merespon molekul sinyal tersebut, sebuah sel harus memiliki
reseptor untuk sinyal tersebut. Tanpa adanya reseptor molekul sinyal tidak dapat masuk kedalam
sel.

Pertama, satu sinyal, yang mengikat satu jenis protein reseptor, dapat menyebabkan
banyak efek pada sel target antara lain dapat mengubah pergerakan bentuk, metabolisme, dan
ekspresi gen sel. Seperti yang akan kita lihat, sinyal dari reseptor permukaan sel umumnya
disampaikan ke dalam interior sel melalui serangkaian mediator molekul berinteraksi yang
mampu menghasilkan efek yang meluas di dalam sel. Sistem penyampaian intraselular ini dan
target intraselular yang digunakannya bervariasi dari satu jenis sel khusus ke sel lainnya,
sehingga jenis sel yang berbeda merespons sinyal yang sama dengan cara yang berbeda.
Misalnya, ketika sel otot jantung terpapar neurontransmitter Asetilkolin, laju dan kekuatan
kontraksinya menurun, namun bila kelenjar ludah terkena sinyal yang sama, ia mengeluarkan
komponen air liur. Respons ini terjadi dengan cepat dalam hitungan detik sampai beberapa menit
karena sinyalnya mempengaruhi aktivitas protein dan molekul lain yang sudah ada di dalam sel.

Molekul sinyal yang sama dapat menginduksi respon yang berbeda pada sel target yang
berbeda. Jenis sel yang berbeda dikonfigurasi untuk merespons neurotransmiter asetilkolin yang
mengikat protein reseptor serupa pada sel otot jantung, Dan sel kelenjar ludah, namun jika
menimbulkan respons yang berbeda pada setiap jenis sel, Sel otot rangka menghasilkan jenis
protein reseptor yang berbeda untuk sinyal yang sama. Seperti yang akan kita lihat, tipe reseptor
yang berbeda menghasilkan sinyal intraselular yang berbeda. Sehingga memungkinkan berbagai
jenis sel otot bereaksi berbeda terhadap asetilkolin.

Jenis kompleksitas kedua muncul karena sel yang khas memiliki koleksi reseptor yang
berbeda puluhan sampai ratusan ribu reseptor dari beberapa lusin jenis. Variasi semacam itu
membuat sel secara simultan sensitif terhadap banyak sinyal ekstraselular. Sinyal-sinyal ini,
dengan bertindak bersama-sama, dapat membangkitkan respons yang lebih besar daripada
jumlah efek yang setiap sinyal akan membangkitkan dengan sendirinya. Sistem penyampaian
intraselular untuk sinyal yang berbeda berinteraksi, sehingga kehadiran satu sinyal memodifikasi
respons terhadap reaksi yang lain. Dengan demikian, satu kombinasi sinyal memungkinkan satu
sel bertahan, yang lain mungkin mendorongnya untuk berdiferensiasi dengan cara yang
terspesialisasi, dan yang lain mungkin menyebabkannya terbagi. Dengan tidak adanya sinyal
apapun, kebanyakan sel hewan diprogram untuk mematikan sel. Karena pelaksanaan program
yang kompleks semacam itu sering kali memerlukan sintesis protein baru, mungkin diperlukan
waktu sel untuk merespons sepenuhnya sinyal masuk.

Sinyal ekstraselular setelah aktivitas berbagai protein sel untuk mengubah perilaku sel.
Dalam hal ini molekul sinyal berikatan dengan protein reseptor permukaan sel. Protein reseptor
mengaktifkan jalur sinyal intraselular yang dimediasi oleh serangkaian protein pensinyalan
intraselular. Beberapa protein pensinyalan ini berinteraksi dengan protein target, mengubahnya
untuk mengubah perilaku sel.

Penerimaan sinyal dimulai pada titik di mana sinyal yang berasal dari luar sel target
menemukan molekul target yang berupa protein yang disebut protein reseptor. Dalam hampir
semua kasus, molekul target adalah protein reseptor (juga disebut reseptor), dan setiap reseptor
biasanya hanya diaktifkan oleh satu jenis sinyal. Protein reseptor melakukan langkah transduksi
primer; ia menerima sinyal eksternal dan menghasilkan sinyal interselular baru sebagai
responnya. Ini hanya peristiwa pertama dalam rangkaian proses transduksi sinyal intraselular.
Dalam permainan tag molekuler ini, pesan dilewatkan dari satu molekul pensinyalan intraselular,
sampai, katakanlah enzim metabolik beraksi ke dalam tindakan, gen diaktifkan, atau sitoskeleton
di perbaharui menjadi konfigurasi baru. Hasil akhir ini disebut respon sel.

Beberapa contoh respon sel setelah menerima sinyal :

KOMUNIKASI SEL PADA TUMBUHAN

Pada semua organisme multiseluler, pengaturan fungsi biologis melibatkan komunikasi


interseluler. Pada hewan, proses komunikasi utamanya mengandalkan sekresi peptida
pensinyalan yang berinteraksi dengan reseptor permukaan sel spesifik (Gambar 1.a). Meskipun
sel tumbuhan juga dapat berkomunikasi melalui sekresi molekul (Bergey et al., 1996; Fletcher et
al., 1999; McCarty & Chory, 2000; Clark, 2001; Matsubayashi et al., 2001), mereka berbeda
dengan hewan, dimana mereka saling berhubungan satu sama lain melalui saluran spesifik yang
dikenal sebagai plasmodesmata (Gambar 1.b). Hubungan antar sel melalui
plasmodesmata menciptakan kesatuan sitoplasma yang disebut symplasm. Plasmodesmata
digunakan untuk transport molekul kecil, seperti ion, metabolit dan hormon (Robards & Lucas,
1990).
Pensinyalan antar sel ke sel dan pensinyalan jarak jauh pada tumbuhan

Antar sel yang satu dengan yang lain dapat terjadi komunikasi langsung melalui junction,
yang pada hewan berupa tag junction sedangkan pada tumbuhan berupa
plasmodesmata. Molekul sinyal dapat melintasi plasmodesmata untuk bisa sampai ke sel
tetangganya, dan menginduksi sel target tersebut untuk menghasilkan respon tertentu. Selain
pensinyalan sel ke sel secara langsung, baik hewan maupun tumbuhan biasa melakukan
pensinyalan jarak jauh, contohnya sinyal berupa hormon. Dalam pensinyalan hormonal
pada hewan juga dikenal pensinyalan endokrin, dimana sel khusus melepaskan
molekul hormon yang dibawa melalui sistem peredaran darah menuju sel target yang ada
dibagian tubuh lain. Hormon tumbuhan kadang-kadang dipindahkan melalui sistem pembuluh
tapi lebih sering mencapai target mereka dengan bergerak melalui sel atau dengan berdifusi
dalam bentuk gas.

Penghantaran sinyal melalui apoplas dan simplas pada tumbuhan

Salah satu komponen sel tumbuhan yang membuatnya khas dibanding sel eukariotik yang
lain adalah dinding selnya. Untuk dapat merespon rangsangan lingkungan dan
mengkoordinasikan diferensiasi dan pertumbuhan, sel tumbuhan yang bertetangga (dan sering
juga sel yang berjauhan) haruslah saling berkomunikasi. Komunikasi dan transfer antara sel
tumbuhan tingkat tinggi dapat terjadi melalui dua jalur aqueous yang parallel. Fase aqueous dari
apoplas berada di luar membrane plasma dan terdiri atas dinding sel dan sel xylem (Fisher,
2000). Molekul seperti hormon dan protein ligan yang diseskresikan diketahui
membawa informasi antar sel secara apoplas, dan beberapa faktor transkripsi yang dapat
diangkut melalui apoplas untuk mengatur ekspresi gen (Hashimoto & Inze, 2003). Jalur apoplas
ini dikenali dengan baik oleh pensinyalan yang dimediasi CLAVATA yang mengatur populasi
stem cell pada shoot apical meristem (SAM) Arabidopsis (Doerner, 2003). Akan tetapi
menurut Ding (1998) tumbuhan tingkat tinggi melibatkan suatu organel intraseluler yang unik,
plasmodesmata, yang mengatur komunikasi molekul dari sel ke sel secara langsung melalui
saluran sitoplasma dengan melintasi dinding sel ((Fisher, 2000).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tinjauan tradisional mengenai peran dinding sel
tumbuhan, sederhananya sebagai pemberi kekuatan mekanis dan bertindak sebagai barrier untuk
pathogen, perlu dipetimbangkan kembali. Sekarang dinding sel tumbuhan diketahui mampu
memonitoring perubahan pada komposisi dinding sel dan menggunakan informasi ini untuk
mengaktifkan serangkaian pensinyalan di dalam sel (Hashimoto & Inze, 2003). Dengan cara
yang sama, plasmodesmata, yang diketahui merupakan sturuktur statis yang menempel pada
dinding sel, diungkapkan sebagai struktur dinamis yang memiliki peran fundamental dalam
mengontrol protein simplas dan lalu lintas RNA. Beberapa studi telah mengidentifikasi dua
macam cara transportasi dari sel kesel melalui plasmodesmata.

Pergerakan non-targeted kelihatannya didasarkan atas difusi secara pasif dan semata-
mata mengandalkan SEL intrinsik plasmodesmata yang ditunjukkan sangat berbeda-beda
tergantung pada umur jaringan yang dianalisis. Sebagai contoh, perubahan daun
tembakau daru jaringan yang kekurangan karbon menjadi jaringan sumber karbon disertai
dengan penurunan SEL yang berkorelasi dengan perubahan ultrastruktur plasmodesmata, dari
sederhana menjadi bercabang. Pergerakan non-target dari makromolekul melalui plasmodesmata
telah didomentasikan mendalam hanya untuk sinyal berupa protein proteins (Imlau et al., 1999;
Oparka et al., 1999; Crawford & Zambryski, 2000). Tipe transportasi kedua, dikenali sebagai
pergerakan bertarget, mengandalkan interaksi spesifik antara komponen plasmodesmata dan
makromolekul yang ditransportasikan nantinya, yang menyebabkan peningkatan SEL yang
dinamis. Pengetahuan mengenai proses pelaksanaan pergerakan bertarget melalui
plasmodesmata telah dikembangkan melalui kajian pada virus tumbuhan (Lazarowitz, 1999).
Keberhasilan infeksi oleh patogen menunjukkan kemampuan untuk bergerak melalui pertahanan
fisik sel primer; dinding sel. Untuk melewati barrier ini, sebagian besar virus tumbuhan
mengkode protein pergerakan (MP) yang mengaktifkan target (Deom et al., 1990), yaitu
plasmodesmata, untuk meningkatkan SELnya (Wolf et al., 1989; Oparka et al., 1997),
mengizinkan pergerakan kompleks ribonukleoprotein viral menuju ke sel tetangga.

Jalur Pensinyalan melalui Reseptor serin/treonin kinase

Berbeda dengan sel hewan dimana reseptor permukaan selnya yang paling banyak adalah
GPCR, reseptor yang dikopel oleh enzimlah yang sejauh ini diketahui paling banyak pada
tumbuhan. Selain itu jika pada hewan, kelas Reseptor Tirosin (RTK) yang paling banyak, pada
tumbuhan jenis reseptor yang merupakan anggota kelas reseptor yang dikopel oleh enzim ini
malah jarang dijumpai. Sebagai ganti RTK, tumbuhan mengandalkan reseptor serin/treonin
kinase (STK) yang memiliki keanekaragaman tinggi. Meski sangat berbeda dengan reseptor
terkait yang ada pada hewan dalam banyak hal, mereka mirip dalam hal kepemilikan daerah
sitoplasmik serin/treonin kinase yang khas dan suatu daerah pengikatan ligan ekstraseluler. Tipe
yang paling melimpah dari reseptor ini memiliki suatu pengulangan yang kaya akan leusin
ekstraseluler dengan susunan yang berutan dua-dua, sehingga disebut receptor kinases leucine-
rich repeat (LRR).

Tumbuhan dan hewan mengenal pathogen-associated molecular patterns (PAMPs) yang


sama dan menggunakan reseptor leucine-rich repeat (LRR) untuk pengenalan elisitor,
serine/threonine kinases (STKs) untuk proses downstream, dan mitogen-activated
protein kinases (MAPKs) untuk penyampaian sinyal. Keduanya memperoleh respon pertahanan
serupa seperti untuk produksi senyawa antimikroba, dan respon hipersensitif atau
kematian sel terprogram.
Daftar Rujukan
Alberts, Bruce., et al. 2008. Molecular Biology Of The Cell, 5th ed. Garland Science, Taylor &
Francis Group, LLC, an informa business, 270 Madison Avenue, New York-USA.
Campbell A. Neil, Cain L. Michael, Jackson B. Robert, Minorsky V. Peter, Reece B. Jane, Urry
A. Lisa, Wasserman A. Steven. 2008. Biologi: Eighth Edition Campbell Reece. San
Francisco: Benjamin Cummings.

Bertoni Gregory, Hardin Jeff, Kleinsmith J. Lewis. 2012. Beckers World Of The Cell Eighth
Edition. U.S.: Benjamin Cummings.

Anda mungkin juga menyukai