PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
1
Nyeri kepala/sakit kepala/sefalgia adalah rasa nyeri atau rasa tidak
mengenakkan pada daerah atas kepala memanjang dari orbital sampai ke
daerah belakang kepala (area oksipital dan sebagian daerah tengkuk).
Nyeri kepala adalah nyeri yang berlokasi di atas garis orbitomeatal.
Pendapat lain mengatakan nyeri atau perasaan tidak enak diantara daerah
orbital dan oksipital yang muncul dari struktur nyeri yang sensitif.1
2.2 Etiologi
Cephalgia atau nyeri kepala suatu gejala yang menjadi awal dari berbagai
macam penyakit. Cephalgia dapat disebabkan adanya kelainan organ-organ
dikepala, jaringan sistem persarafan dan pembuluh darah. Sakit kepala kronik
biasanya disebabkan oleh migraine, ketegangan, atau depresi, namun dapat
juga terkait dengan lesi intracranial, cedera kepala, dan spondilosis servikal,
penyakit gigi atau mata, disfungsi sendi temporomandibular, hipertensi,
sinusitis, trauma, perubahan lokasi (cuaca, tekanan) dan berbagai macam
gangguan medis umum lainnya. 7
2.3 Epidemiologi
Faktor resiko terjadinya sakit kepala adalah gaya hidup, kondisi penyakit,
jenis kelamin, umur, pemberian histamin atau nitrogliserin sublingual dan
faktor genetik. Prevalensi sakit kepala di USA menunjukkan 1 dari 6 orang
(16,54%) atau 45 juta orang menderita sakit kepala kronik dan 20 juta dari 45
juta tersebut merupakan wanita. 75 % dari jumlah di atas adalah tipe tension
headache yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan bekerja
sebanyak 62,7 %.
Menurut IHS, migren sering terjadi pada pria dengan usia 12 tahun
sedangkan pada wanita, migren sering terjadi pada usia lebih besar dari 12
tahun. IHS juga mengemukakan cluster headache 80 90 % terjadi pada pria
dan prevalensi sakit kepala akan meningkat setelah umur 15 tahun.5
2
1. Tarikan pada vena yang berjalan ke sinus venosus dari permukaan otak
dan pergeseran sinus-sinus venosus utama.
2. Tarikan pada A. Meningea media
3. Tarikan pada pembuluh-pembuluh arteri besar di otak atau tarikan pada
cabang-cabangnya.
4. Distensi dan dilatasi pembuluh-pembuluh nadi intrakranial
(A.Frontalis, A. Temporalis, A. Discipitalies)
5. Inflamasi pada atau sekitar struktur kepala yang peka terhadap nyeri
meliputi kulit kepala, periosteum, (m. frontalis, Ni temporalis,
m.orsipiutlis.
6. Tekanan langsung pada nervus cranialis V, IX, X saraf spinal dan
cervikalis bagian atas yang berisi banyak serabut aferen rasa nyeri.
Daerah yang tidak peka terhadap nyeri adalah parenkim otak, ependim
ventrikel, pleksus koroideus, sebagian besar duramater, piarachnoid meningen
meliputi konvektivitas otak dan tulang kepala. Tetapi rasa nyeri tersebut dapat
dibangkitkan oleh karena tindakan fisik seperti batuk, mengejan yang
meningkatkan tekanan intrakranial dan dapat memperburuk nyeri kepala
berhubungan dengan perdarahan atau massa intrakranial.
PRIMER SEKUNDER
1. Migrain 1. nyeri kepala berhubungan dengan
2. tension type headache cedera kepala dan leher
3. cluster headache dengan 2. nyeri kepala akibat kelainan vaskular
kranial dan servikal
sefalgia trigeminal/autonomic
3. nyeri kepala berhubungan denagn
4. sakit kepala primer lainnya
gangguan intrakranial non vaskuler
4. nyeri kepala berhubungan dengan zat-
3
zat atau putus zat obat
5. nyeri kepala berhubungan dengan
infeksi
6. nyeri kepala akibat gangguan
homeostasis
7. nyeri kepala atau nyeri wajah dengan
gangguan tengkorak, leher, mata,
hidung, gigi, mulut, atau struktur-
struktur lain di kepala dan wajah
8. neuralgia cranialis, nyeri batang syaraf
dan nyeri deafness
9. sakit kepala akibat kelainan psikiatri
10. nyeri kepala yang terklasifikasi
4
1. Migraine
a. Definisi
Menurut International Headache Society (IHS), migren adalah nyeri
kepala dengan serangan nyeri yang berlansung 4 72 jam. Nyeri biasanya
unilateral, sifatnya berdenyut, intensitas nyerinya sedang sampai berat dan
diperhebat oleh aktivitas, dan dapat disertai mual muntah, fotofobia dan
fonofobia.3
5
Miigren tipe basiler
- Sindroma periodic pada anak yang sering menjadi precursor
migren
Cyclical vomiting
Migren abdominal
Benign vertigo paraksismal pada anak
- Migren Retinal
- Komplikasi Migren
Migren kronik
Status migrenous
Aura persisten tanpa infark
Migrenous Infark
Migraine-triggered seizures
- Probable Migren
Probable migren tanpa aura
Probable migren dengan aura
Probable migren kronik
e. Patofisiologi Migren
Terdapat berbagai teori yang menjelaskan terjadinya migren.
Teori vaskular, adanya gangguan vasospasme menyebabkan
pembuluh darah otak berkonstriksi sehingga terjadi hipoperfusi
otak yang dimulai pada korteks visual dan menyebar ke depan.
Penyebaran frontal berlanjut dan menyebabkan fase nyeri kepala
dimulai.
Teori cortical spread depression, dimana pada orang migrain nilai
ambang saraf menurun sehingga mudah terjadi eksitasi neuron lalu
berlaku short-lasting wave depolarization oleh pottasium-liberating
depression (penurunan pelepasan kalium) sehingga menyebabkan
terjadinya periode depresi neuron yang memanjang. Selanjutnya,
akan terjadi penyebaran depresi yang akan menekan aktivitas
neuron ketika melewati korteks serebri.
Teori Neovaskular (trigeminovascular), adanya vasodilatasi akibat
aktivitas NOS dan produksi NO akan merangsang ujung saraf
trigeminus pada pembuluh darah sehingga melepaskan CGRP
(calcitonin gene related). CGRP akan berikatan pada reseptornya di
sel mast meningens dan akan merangsang pengeluaran mediator
6
inflamasi sehingga menimbulkan inflamasi neuron. CGRP juga
bekerja pada arteri serebral dan otot polos yang akan
mengakibatkan peningkatan aliran darah. Selain itu, CGRP akan
bekerja pada post junctional site second order neuron yang
bertindak sebagai transmisi impuls nyeri.4
Teori sistem saraf simpatis, aktifasi sistem ini akan mengaktifkan
lokus sereleus sehingga terjadi peningkatan kadar epinefrin. Selain
itu, sistem ini juga mengaktifkan nukleus dorsal rafe sehingga
terjadi peningkatan kadar serotonin. Peningkatan kadar epinefrin
dan serotonin akan menyebabkan konstriksi dari pembuluh darah
lalu terjadi penurunan aliran darah di otak. Penurunan aliran darah
diotak akan merangsang serabut saraf trigeminovaskular. Jika
aliran darah berkurang maka dapat terjadi aura. Apabila terjadi
penurunan kadar serotonin maka akan menyebabkan dilatasi
pembuluh darah intrakranial dan ekstrakranial yang akan
menyebabkan nyeri kepala pada migrain.4
f. Diagnosa Migren
Anamnesa riwayat penyakit dan ditegakkan apabila terdapat
tanda-tanda khas migren. 4,10,11
Berlangsung 4 72 jam
Paling sedikit memenuhi dua dari:
Unilateral
Sensasi berdenyut
Intensitas sedang berat
Diperburuk oleh aktifitas
Bisa terjadi mual muntah, fotofobia dan fonofobia.
7
Sedangkan menurut Konsensus nasional IV, Kelompok studi Nyeri
Kepala , Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSI)
tahun 2013, ktriteria diagnostic migrain tanpa aura :
8
gangguan sensoris yang reversible termasuk positif (pins and
needles) dan negatif (hilang rasa/kebas)
Gangguan bicara disfasia yang reversible sempurna
c. Paling sedikit dua dari :
Gejala visual homonim dan/atau gejala sensoris
unilateral
Paling tidak timbul satu macam aura secara gradual 5
menit
Masing-masing gejala berlangsung 5 menit dan 60
menit
d. Migren tanpa aura dimulai bersamaan dengan aura atau
sesudah aura selama 60 menit
e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain
9
e. Tidak berkaitan dengan kelainan lain
i. Terapi Migren
10
Tujuan terapi migren adalah membantu penyesuaian psikologis dan
fisiologis, mencegah berlanjutnya dilatasi ekstrakranial, menghambat
aksi media humoral (misalnya serotonin dan histamin), dan mencegah
vasokonstriksi arteri intrakranial untuk memperbaiki aliran darah otak.
Pengobatan tergantung lama dan intensitas nyeri, gejala penyerta,
derajat disabilitas serta respon awal dari pegobatan dan mungkin pula
ditemukan penyakit lain seperti epilepsy, ansietas, stroke, infark
miokard. Bila ada gejala mual atau muntah obat diberika rektal, nasal,
subkutan atau intravena.
Tatalaksana migren dibagi menjadi 3 kategori :
a. Langkah umum
Menghindari faktor pencetus nyeri seperti perubahan pola tidur,
makanan, stress, rutinitas sehari-hari , cahaya terang, kelap-kelip,
perubahan cuac, berada ditempat yang tinggi seperti gunung atau di
pesawat udara
b. Terapi abortif
Pada serangan ringan sampai sedang atau serangan berat atau
berespon baik terhadap obat yang sama dapat dipakai : analgetik,
NSAIDs
Abortif non spesifik
- Paracetamol 500-1000 mg/6-8 jam
- Aspirin 500-1000 mg/4-6 jam dosis maksimal 4gr/hari
- Ibuprofen 400-800 mg/jam dosis maksimal 2,4 gr / hari
- Naproxen sodium 275-550 mg/2-6 jam / hari dosis maksimam 1,5
gr/hari
- Diklofenak potassium 50-100mg/hari dosis tunggal
- Metoclopramide 10 mg IV atau oral 20-30 min sebelum atau
bersamaan dengan pemberian analgetik, NSAID, atau ergometrin
derivative, menghilangkan nyeri disertai mual, muntah,
memperbaiki motilitas gastrik, memperti ggi absorbs obat dalam
usus dan efektif di kombinasikan dengan dihidroergometrin iv
- Steroid merupakan drug of choice untuk status migrainosus
seoerti dexamethasone , metylprednisolon.
Abortif spesifik
11
Bila tidak respon terhadap analgetik/NSAIDs, dipakai obat spesifik
seperti triptans (naratripants, rizatripants, sumatripants,
zolmitriptan) Dihydroergotamin (DHE), obat golongan ergotamine
c. Terapi preventif/profilaksis
Prinsip umum terapi preventif :
Mengurangi frekuensi berat dan lamanya serangan
Meningkatkan respon pasien terhadap pengobatan
Menigkatkan aktivitas sehari-hari, sera penggunaa disabilitas
j. Komplikasi Migren
Komplikasi Migren adalah rebound headache,nyeri kepala yang
disebabkan oleh penggunaan obat obatan analgesia seperti aspirin,
asetaminofen, dll yang berlebihan.5
12
2. Tension Type Headche (TTH)
Definisi
13
Klasifikasi Tension Type Headache (TTH)
Klasifikasi Tension Type Headache (TTH) adalah :
1. Tension Type Headache episodik yang infrequent
paling tidak terdapat 10 episode serangan dalam <1 hari/bulan atau
< 12hari/tahun. Nyeri berakhir dalam 30 menit -7 hari, bilateral,
menekan, mengikat, tidak berdenyut, ringan atau sedang, tidak ada
mual/muntah, mungkin ada fonofobia/fotofobia.
Tension Type Headache episodik yang infrequent berhubungan
dengan nyeri tekan perikranial.
Ditambah gejala nyeri tekan yang bertambah pada daerah
perikranial terhadap palpasi manual.
Tension Type Headache episodik yang infrequent tidak
berhubungan dengan nyeri tekan perikranial.
Tanpa ada gejala pertambahan nyeri tekan pada daerah
perikranial terhadap palpasi manual.
14
Tension Type Headache kronik berhubungan dengan nyeri
tekan perikranial.
Ditambah gejala nyeri tekan yang bertambah pada daerah
perikranial terhadap palpasi manual.
Tension Type Headache kronik tidak berhubungan dengan
nyeri tekan perikranial.
Tanpa ada gejala pertambahan nyeri tekan pada daerah
perikranial terhadap palpasi manual.
15
Patofisiologi Tension Type Headache (TTH) masih belum jelas
diketahui. Pada beberapa literatur dan hasil penelitian disebutkan
beberapa keadaan yang berhubungan dengan terjadinya Tension Type
Headache (TTH)sebagai berikut :
- Disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem
saraf perifer dimana disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah
pada Episodic Tension Type Headache (ETTH) sedangkan
disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada Chronic Tension
Type Headache (CTTH)
- Disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan
permanen tanpa disertai iskemia otot,
- Transmisi nyeri Tension Type Headache (TTH) melalui nukleus
trigeminoservikalis pars kaudalis yang akan mensensitasi second
order neuron pada nukleus trigeminal dan kornu dorsalis ( aktivasi
molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif pada
jaringan perikranial dan miofasial lalu akan terjadi regulasi
mekanisme perifer yang akan meningkatkan aktivitas otot
perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter
pada jaringan miofasial
- hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada nukleus trigeminal,
talamus, dan korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas
supraspinal (limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang deteksi
nyeri ( tekanan, elektrik, dan termal) akan menurun di sefalik dan
ekstrasefalik. Selain itu, terdapat juga penurunan supraspinal
decending pain inhibit activity
- kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan
kesalahan interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri
- terdapat hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada
batang otak dan hipotalamus dengan terjadinya Tension Type
Headache (TTH). Defisiensi kadar serotonin dan noradrenalin di
otak, dan juga abnormal serotonin platelet, penurunan beta
16
endorfin di CSF dan penekanan eksteroseptif pada otot temporal
dan maseter
- faktor psikogenik ( stres mental) dan keadaan non-physiological
motor stress pada Tension Type Headache (TTH) sehingga
melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi perifer dan aktivasi
struktur persepsi nyeri supraspinal lalu modulasi nyeri sentral.
Depresi dan ansietas akan meningkatkan frekuensi Tension Type
Headache (TTH) dengan mempertahankan sensitisasi sentral pada
jalur transmisi nyeri, (8) aktifasi NOS (Nitric Oxide Synthetase)
dan NO pada kornu dorsalis.
17
spontan, memburuk oleh stress, insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas,
gangguan konsentrasi, kadang vertigo, dan rasa tidak nyaman pada
bagian leher, rahang serta temporomandibular.6
Pemeriksaan Penunjang Tension Type Headache (TTH)
Tidak ada uji spesifik untuk mendiagnosis Tension Type Headache
(TTH) dan pada saat dilakukan pemeriksaa neurologik tidak ditemukan
kelainan apapun. Tension Type Headache (TTH) biasanya tidak
memerlukan pemeriksaan darah, rontgen, CT scan kepala maupun
MRI.6
18
mg/hari) Pemberian analgetik dalam waktu lama dapat
menyebabkan iritasi Gastrointestinal, Penyakit ginjal dan hati,
serta gangguan fungsi platelet.
Kafein (Analgetik Adjuvant) 65 mg
Kombinasi 325 aspirin , acetaminophen + 40 mg kafein.
19
biofeedback. Jika penyebabnya adalah kecemasan atau depresi maka
dapat dilakukan behavioral therapy. Selain itu, Tension Type Headache
(TTH) dapat dicegah dengan mengganti bantal atau mengubah posisi
tidur dan mengkonsumsi makanan yang sehat.6
3. Cluster Headache
a. Definisi
Nyeri kepala klaster (cluster headache) merupakan nyeri kepala
vaskular yang juga dikenal sebagai nyeri kepala Horton, sfenopalatina
neuralgia, nyeri kepala histamine, sindrom Bing, erythrosophalgia,
neuralgiamigrenosa, atau migren merah (red migraine) karena pada
waktu seranganakan tampak merah pada sisi wajah yang mengalami
nyeri.6
b. Epidemiologi
Cluster headache adalah penyakit yang langka. Dibandingkan
dengan migren, cluster headache 100 kali lebih lebih jarang ditemui.
Di Perancis prevalensinya tidak diketahui dengan pasti, diperkirakan
sekitar 1/10.000 penduduk, berdasarkan penelitian yang dilakukan di
negara lainnya. Serangan pertama muncul antara usia 10 sampai 30
tahun pada 2/3 total seluruh pasien. Namun kisaran usia 1 sampai 73
tahun pernah dilaporkan. Cluster headache sering didapatkan terutama
pada dewasa muda, laki-laki, dengan rasio jenis kelamin laki-laki dan
wanita 4:1. Serangan terjadi pada waktu-waktu tertentu, biasanya dini
hari menjelang pagi yang akan membangunkan penderita dari
tidurnya.6
20
Penurunan kadar oksigen.
Positron emision tomografi (PET) scanning dan Magnetic
resonance imaging (MRI) membantu untuk memperjelas penyebab
cluster headache yang masih kurang dipahami. Patofisiologi dasar
dalam hipotalamus gray matter. Pada beberapa keluarga, suatu gen
autosom dominan mungkin terlibat, tipe alel-alel sensitif aktivitas
kalsium channel atau nitrit oksida masih belum teridentifikasi.
Vasodilatasi arteri karotis dan arteri oftalmika dan peningkatan
sensitivitas terhadap rangsangan vasodilator dapat dipicu oleh refleks
parasimpatetik trigeminus. Variasi abnormal denyut jantung dan
peningkatan lipolisis nokturnal selama serangan dan selama remisi
memperkuat teori abnormalitas fungsi otonom dengan peningkatan
fungsi parasimpatis dan penurunan fungsi simpatis. Serangan sering
dimulai saat tidur, yang melibatkan gangguan irama sirkadian.
Peningkatan insidensi sleep apneu pada pasien- pasien dengan cluster
headache menunjukan periode oksigenasi pada jaringan vital
berkurang yang dapat memicu suatu serangan.6
d. Patofisiologi
Patofisiologi cluster headache masih belum diketahui dengan
jelas akan tetapi teori yang masih banyak dianut sampai saat ini antara
lain: Cluster headache, timbul karena vasodilatasi pada salah satu
cabang arteri karotis eksterna yang diperantarai oleh histamine
intrinsic (Teori Horton). Serangan cluster headache merupakan suatu
gangguan kondisi fisiologis otak dan struktur yang berkaitan
dengannya, yang ditandai oleh disfungsi hipotalamus yang
menyebabkan kelainan kronobiologis dan fungsi otonom. Hal ini
menimbulkan defisiensi autoregulasi dari vasomotor dan gangguan
respon kemoreseptor pada korpus karotikus terhadap kadar oksigen
yang turun. Pada kondisi ini, serangan dapat dipicu oleh kadar
oksigen yang terus menurun. Batang otak yang terlibat adalah setinggi
pons dan medulla oblongata serta nervus V, VII,IX, dan X. Perubahan
21
pembuluh darah diperantarai oleh beberapa macam neuropeptida
(substansi P, dll) terutama pada sinus kavernosus(teoriLee Kudrow)5
e. Diagnosis
Diagnosis nyeri kepala klaster menggunakan kriteria oleh
International Headache Society (IHS) adalah sebagai berikut:8,9,10
Paling sedikit 5 kali serangan dengan kriteria seperti di bawah
Berat atau sangat berat unilateral orbital, supraorbital, dan atau
nyeri temporal selama 15-180 menit bila tidak di tatalaksana.
Sakit kepala disertai satu dari kriteria dibawah ini :
1.Injeksi konjungtiva ipsilateral dan atau lakriimasi
2.Kongesti nasal ipsilateral dan atau rhinorrhea
3.Edema kelopak mata ipsilateral
4.Berkeringat pada bagian dahi dan wajah ipsilateral
5.Miosis dan atau ptosis ipsilateral
6.Kesadaran gelisah atau agitasi
22
serangan yang kambuh lebih dari satu tahun periode remisi atau
dengan periode remisi yang berlangsung kurang dari satu bulan.6
23
Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh aktifitas fisik. Terapi
abortif menggunakan indometasin atau aspirin, pencegahan ergotamine
tartat, metisergin atau propanolol yng dapat diminum sebelum
aktifitas. Pemanasan sebelum olahraga atau latihan bertahap dan
progresif.
d. Nyeri kepala primer yang berhubungan dengan aktifitas sexual
Merupakan nyeri kepala yang dicetuskan oleh aktifitas sexual yang
diawali dengan nyeri tumpu bilateral saat terjadi peningkatan
kenikmatan sexual dan mendadak intensitas nyeri meningkat saat
orgasme tanpa dijumpai gangguan intracranial.
e. Hypnic Headache
Merupakan nyeri kepala yang bersifat tumpul dan selalu menyebabkan
pasien terbangun dari tidurnya . Terapi dapat diberikan kafein 50-60
mg sebelum tidur, litium karbonat 300-600 mg, alternative lain dapat
diberikan indometasin, flunarizin, atenolol, verapamil, prednisone,
gabapentin.
24
pula diberi pencegahan migren kronis , dan blok saraf N.Oksipitalis
magnus.
BAB III
PENUTUP
25
DAFTAR PUSTAKA
26