Anda di halaman 1dari 75

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial

yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam

segala hal yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi baik fungsi-

fungsinya dan proses-prosesnyaserta menjadi cukup serius sepanjang

hidup, terutama bagi perempuan karena rawan terpapar penyakit

sehingga menyebabkan berbagai masalah. Salah satu masalah

kesehatan reproduksi wanita yaitu adanya penyakit kewanitaan atau

ginekologi antara lain kista ovarium1,2.

Gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sistem reproduksi

wanita dikalangan masyarakat diantaranya kanker serviks, kanker

payudara, kista ovarium, gangguan menstruasi, mioma uteri dan lain

sebagainya. Salah satu gangguan kesehatan yang terjadi pada sistem

reproduksi wanita adalah kista ovarium.

Kista ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau

setengah cair yang tumbuh dalam indung telur2. Kista ovarium merupakan

penyebab umum dari prosedur bedah dan rawat inap dikalangan

perempuan diseluruh dunia.

The American cancer society,World Health Organization (WHO)

memperkirakan bahwa pada tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru


2

kanker ovarium akan terdiagnosa dan 14.270 wanita akan meninggal

karena kanker ovarium di Amerika Serikat. Angka kejadian kista ovarium

tertinggi ditemukan pada negara maju, dengan rata-rata 10 per 100.000.

insiden di Amerika Serikat (7,7 per 100.000) relatif tinggi bila dibandingkan

dengan angka kejadian di Asia dan Afrika3.

Setiap tahun Amerika Serikat, lebih dari 250.000 perempuan

dengan diagnosa kista ovarium. Karena kista ovarium merupakan

penyakit yang sering dijumpai, penting bagi tenaga kesehatan memiliki

pengetahuan tentang resiko keganasan dan penatalaksanaannya 4.

Angka kejadian kista ovarium di Asia semakin tinggi sekitar tahun

2014 angka kejadian Kista ovarium sebanyak 2-6,5 per 100.000 wanita

setiap tahun. Sedangkan Di Indonesia pada tahun 2014, angka kejadian

kista ovarium belum diketahui dengan pasti, namun berdasarkan

pencatatan dan pelaporan survey di Rumah Sakit kanker ditemukan

berkisar 30 penderita setiap tahun yang disebabkan oleh kelainan atau

gagalnya sel telur untuk berovulasi. Menurut Depkes RI di Indonesia

sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah

yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit sistem

reproduksi misalnya kista ovarium. Departemen Radioterapi rumah sakit

Cipto Mangukusumo mengatakan jumlah Penderita Kista di Indonesia kian

meningkat dari data kementrian kesehatan tahun 2012 menyebutkan,

prevelensi kista mencapai 4,3 banding 1.000 orang padahal data

sebelumnya menyebutkan prevelensi 1 banding 1.000 orang3,5.


3

Pencatatan dan pelaporan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi

Selatan dari bulan Januari sampai Desember 2014 sebanyak 92 penderita

yaitu umur 15-24 tahun sebanyak 31 penderita, umur 25-44 tahun

sebanyak 42 penderita, umur 45-64 tahun sebanyak 19 penderita, dan

umur 65 tahun keatas tidak ditemukan penderita kista ovarium 6.

Data yang diperoleh dari Rekam Medis Rumah Sakit Umum Daerah

Labuang Baji Makassar dari bulan Januari sampai Desember tahun 2014

sebanyak 16 penderita kista ovarium, kemudian pada bulan Januari

sampai Desember tahun 2015 sebanyak 16 orang penderita dan pada

bulan Januari sampai Desember tahun 2016 sebanyak 19 orang penderita

kista ovarium7.

Masalah kista ovarium merupakan masalah penting yang

menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita. Maka penulis merasa

tertarik untuk membahas secara spesifik mengenai masalah kista ovarium

dengan menggunakan metode pendekatan Manajemen Asuhan

Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Nn.R dengan Kista

Ovarium Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Tahun

2017.

B. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup penulisan Karya Tulis Ilmiah meliputi studi

kasus dengan Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem

Reproduksi Pada Nn.R dengan Kista Ovarium Di Rumah Sakit Umum

Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2017.


4

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman nyata dan mampu mengkaji serta

melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem

Reproduksi Pada Nn.R dengan Kista Ovarium Di Rumah Sakit Umum

Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2017 dengan penerapan

manajemen asuhan kebidanan sesuai dengan kompetensi bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melaksanakan pengkajian dan analisis data Nn.R

dengan Kista Ovarium Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar Tahun 2017.

b. Penulis mampu merumuskan dan menegagkan diagnosa/masalah

aktual pada Nn.R dengan Kista Ovarium Di Rumah Sakit Umum

Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2017.

c. Penulis mampu merumuskan dan menegagkan diagnosa/masalah

potensial pada Nn.R dengan Kista Ovarium Di Rumah Sakit

Umum Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2017.

d. Penulis mampu malaksanakan tindakan segera dan kolaborasi

untuk pemecahan masalah pada Nn.R dengan Kista Ovarium Di

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2017.

e. Penulis mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada

Nn.R dengan Kista Ovarium Di Rumah Sakit Umum Daerah

Labuang Baji Makassar Tahun 2017.


5

f. Penulis mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan yang

telah disusun pada Nn.R dengan Kista Ovarium Di Rumah Sakit

Umum Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2017.

g. Penulis mampu mengevaluasi hasil tindakan asuhan kebidanan

yang telah dilaksanakan pada Nn.R dengan Kista Ovarium Di

Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Tahun 2017.

h. Penulis mampu mendokumentasikan semua temuan dan tindakan

dalam asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada Nn.R

dengan Kista Ovarium Di Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji

Makassar Tahun 2017.

i. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara tinjauan pustaka

dan kasus nyata di lapangan.

j. Penulis mampu memberian alternatif pemecahan masalah sesuai

dengan kebutuhan pasien

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Ilmiah

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dan

memperkaya khasanah ilmu dan pengetahuan serta bahan acuan bagi

penulis selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Sebagai salah satu sumber informasi bagi penentu kebijakan dan

pelaksanaan program, baik di Depkes maupun pihak Rumah Sakit

Umum Daerah Labuang Baji Makassar dalam menyusun perencanaan,


6

pelaksanaan, dan evaluasi program sebagai upaya pencegahan atau

penangan penyakit Kista Ovarium sejak dini.

3. Manfaat bagi Penulis

Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan pengalaman ilmiah yang

berharga yang dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah

wawasan tentang penyakit Kista Ovarium.

E. Metode Penulisan

1. Studi Keputusan

Mempelajari berbagai literatur yang ada relevansinya dengan Kista

Ovarium antara lain : membaca buku dari berbagai sumber, mengakses

data melalui internet dan mempelajari karya tulis yang ada.

2. Studi Kasus

Dengan mengguanakan metode pendekatan pencegahan masalah

dalam asuhan kebidanan yang meliputi pengkajian, merumuskan

diagnosa/masalah aktual maupun potensial, implementasi dan evaluasi

serta mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah diberikan

pada klien dengan kista ovarium untuk memperoleh data yang akurat

maka penulis menggunakan tehnik.

a. Anamneses

Penulis melakukan wawancara dengan klien dan

keluarganya, guna mendapatkan data yang diperlukan untuk

memberikan asuhan kebidanan pada klien tersebut.


7

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis mulai dari

kepala sampai kaki meliputi inspeksi,palpasi,perkusi dan auskultasi.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan Laboratorium

dan pemeriksaan diagnostic lainnya seperti Ultrasonografi (USG),

Elektrokardiografi (EKG), foto Rontgen dan lain-lain.

3. Studi Dokumentasi

Membaca dan mempelajari status kesehatan klien yang bersumber

dari catatan dokter,bidan,perawat,petugas laboratorium dan hasil

penunjang lainnya.

4. Diskusi

Mengadakan konsultasi dengan dokter,bidan,perawat yang

menangani konsultasi langsung klien tersebut serta mengadakan

diskusi dengan dosen pengasuh/pembimbing karya tulis ilmiah ini.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika yang digunakan untuk menulis karya tulis

ilmiah ini terdiri dari:

BAB I PENDAHULUAN: Pada Bab ini di bahas tentang Latar belakang

dari masalah yang di angkat, Ruang Lingkup pembahasan, Tujuan dari

penulisan, Manfaat penulisan, Metode yang digunakan serta sistematika

penulisan.
8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Pada Bab ini membahas tentang Tinjauan

Umum Tentang Kesehatan; Tinjauan Dalam Islam tentang Kesehatan

Reproduksi, Tinjauan Umum Tentang Sistem Genitalia,Tinjauan Khusus

Tentang Kista Ovarium, Tinjauan Tentang Proses Manajemen Asuhan

Kebidanan.

BAB III STUDI KASUS : Pada Bab ini membahas tentang 7 langkah

Varney terdiri dari Langkah I : Pengkajian Dan Analisa Dasar, Langkah II:

Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual, Langkah III : Merumuskan

Diagnosa/Masalah Potensial, Langkah IV : Tindakan Segera Asuhan

Kebidanan, Langkah V :Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan, Langkah

VI: Pelaksanaan Tindakan Asuhan Kebidanan, Langkah VII : Evaluasi

Hasil Asuhan Kebidanan dan Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

(SOAP).

BAB IV PEMBAHASAN : Pada bab ini dibahas tentang kesenjangan

kesenjangan antara teori dan pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan

yang dibahas secara sistematis mulai dari

pengkajian,perencanaan,pelaksanaan, dan evalusi.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN: Pada Bab ini berisi tentang

kesimpulan dan saran dari masalah yang di angkat.

DAFTAR PUSTAKA : Berisi tentang sumber, buku yang digunakan dalam

menyusun karya tulis ilmiah ini.


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kesehatan Reproduksi

1. Defenisi Kesehatan Reproduksi

a. Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan

sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau

kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan

kesehatan reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-

prosesnya1.

b. Kesehatan reproduksi adalah menurut Konferensi

Kependudukan di Kairo yang di kutip dari Windhu Purnomo,

2006 yang menyatakan bahwa keadaan sehat menyeluruh

meliputi aspek fisik, mental dan sosial, bukan sekedar tidak ada

penyakit/gangguan di segala hal yang berkaitan dengan sistem

reproduksi, fungsinya dan proses reproduksi itu sendiri8.

c. Kesehatan reproduksi adalah kesehatan secara fisik, mental,

dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang

berhubungan dengan sistem dan fungsi, serta proses reproduksi

dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit atau

kecacatan (ICPD,1994)9.

d. Kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik,

mental, dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit
10

atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan

sistem reproduksi, fungsi, serta prosesnya (WHO)10.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi

Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi empat

golongan faktor yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan

reproduksi :

a. Faktor sosail-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan,

tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang

perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi

tempat tinggal yang terpencil).

b. Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional

yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan

banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi

yang membingungkan anak dan remaja karena saling

berlawanan satu dengan yang lain, dan sebagainya).

c. Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua pada

remaja, depresi karena ketidakseimbangan hormonal, rasa tidak

berharga wanita terhadap pria yang membeli kebebasannya

secara materi, dan sebagainya).

d. Faktor bilogis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi

pasca penyakit menular seksual, dan sebagainya)1.

Pengaruh dari semua faktor dapat dikurangi dengan strategi

intervensi yang tepat guna, terfokus pada penerapan hak reproduksi


11

wanita dan pria dengan dukungan disemua tingkat administrasi,

sehingga dapat diintegrasikan kedalam berbagai program

kesehatan, pendidikan, social dan pelayanan non kesehatan lain

yang terkait dalam pencegahan dan penanggualangan masalah

kesehatan reproduksi1.

3. Tujuan Kesehatan Reproduksi

a. Tujuan Umum

Sehubungan dengan fakta bahwa fungsi dan proses

reproduksi harus didahului oleh hubungan seksual, maka tujuan

utama program kesehatan reproduksi adalah meningkatkan

kesadaran kemandirian wanita dalam mengatur fungsi dan

proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualitasnya,

sehingga hak-hak reproduksinya dapat terpenuhi, yang pada

akhirnya menuju peningkatan kualitas hidupnya1.

b. Tujuan Khusus

Dari tujuan umum tersebut dapat dijabarkan empat tujuan

khusus yaitu :

1) Meningkatnya kemandirian wanita dalam memutuskan peran

dan fungsi reproduksinya.

2) Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam

menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.


12

3) Meningkatnya peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap

akibat dari perilaku seksual dan fertilisasinya kepada

kesehatan dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya.

4) Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat

keputusan yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa

pengadaan informasi dan pelayanan yang dapat memenuhi

kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara

optimal1.

4. Sasaran Kesehatan Reproduksi

a. Remaja (Pubertas)

1) Diberi penjelasan tentang masalah kesehatan reproduksi

yang diawali dengan pemberian pendidikan seks.

2) Membantu remaja dalam menghadapi menarche secara fisik,

psikis, sosial dan hygiene sanitasinya10.

b. Wanita

1) Wus (Wanita Usia Subur)

a) Penurunan 33% angka prevalensi anemia pada wanita

(usia 15-45 tahun)

b) Peningkatan jumlah yang bebas dari kecacatan sebesar

15%

2) Pus (Pasangan Usia Subur)

a) Terpenuhinya kebutuhan nutrisi dengan baik

b) Terpenuhinya kebutuhan ber-KB


13

c) Penurunan angka kematian ibu hingga 50%

d) Penurunan proporsi BBLR menjadi <10%

e) Pemberantasan tetanus neonatorun

f) Semua individu dan pasangan mendapatkan akses

informasi dan penyuluhan pencegahan kehamilan yang

terlalu dini, terlalu dekat jaraknya, terlalu tua dan terlalu

banyak anak10.

c. Lansia

1) Proporsi yang memanfaatkan pelayan kesehatan untuk

pemeriksaan dan pengobatan penyakit menular seksual 70%.

2) Pemberian makanan yang banyak mengandung zat kalsium

untuk mencegah osteoporosis.

3) Mempersiapkan secara benar dan pemikiran yang positif

dalam menyongsong masa menopause10.

5. Hak Reproduksi

Hak reproduksi menurut kesepakatan dalam Internasional

Conference on Population and Development (ICPD) bertujuan

mewujudkan kesehatan jasmani maupun rohani yang meliputi :

a. Hak mendapat informasi dan pendidikan kesehatan reproduksi.

b. Hak mendapat pelayanan dan perlindungan kesehatan

reproduksi.

c. Hak kebebasan berpikir tentang pelayanan kesehatan

reproduksi.
14

d. Hak untuk dilindungi dari kematian karena kehamilan.

e. Hak untuk menentukan jumlah dan jarak kelahiran anak.

f. Hak atas kebebasan dan keamanan yang berkaitan dengan

kehidupan reproduksinya.

g. Hak untuk bebas dari penganiayaan dan perlakuan buruk

termasuk perlindungan dari perkosaan, kekerasan, penyiksaan,

dan pelecahan seksual.

h. Hak mendapatkan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan kesehatan reproduksinya.

i. Hak untuk membangun dan merencanakan keluarga.

j. Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi dalam

kehidupan berkeluarga dan kehidupan reproduksi.

k. Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik

yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi9.

B. Tinjauan Dalam Islam Tentang Kesehatan Reproduksi

Adapun penyakit yang diturunkan oleh Allah SWT sangat banyak

jenisnya termasuk gangguan sistem reproduksi. Bila demikian, maka

sikap seorang muslim tatkala menghadapi berbagai jenis cobaan dan

senantiasa berusaha sabar, ikhlas, mengharapkan pahala dari Allah

SWT, terus-menerus memohon pertolongan Allah SWT sehingga tidak

marah dan murka terhadap takdir yang menimpa dirinya, tidak putus

asa dari rahmat-Nya sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran sebagai

berikut :
15

Terjemahnya :

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari


Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada)
dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman. (Q.S.Yunus : 57)11.

Terjemahnya :

Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar


(obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.
(Q.S.Al-Israak : 82) 11.

Dari ayat diatas terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik, yaitu :

1. Al-Quran adalah sebaik-baik obat untuk menyembuhkan hati, jiwa

dan ruh yang sakit.

2. Untuk menyembuhkan penyakit dan berbagai problema baik individu

maupun sosial dewasa ini, manusia harus mengkaji dan merenungi

kitab suci Al-Quran.

3. Al-Quran merupakan harta karun yang lebih baik dari segala

kekayaan dunia. Orang miskin yang sebenarnya adalah orang yang

tidak mendapatkan dan mengenyam pendidikan kitab suci ilahi ini,

sekalipun ia memiliki seluruh harta dunia. Sebaliknya orang yang


16

kaya adalah orang yang hidupnya bersama Al-Quran, sekalipun

secara lahiriah ia dalam kesempitan dan tidak mempunyai uang.

C. Tinjauan Umum Tentang Sistem Genitalia

1. Anatomi dan Fisiologi

Organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua bagian, yaitu

organ Reproduksi eksternal dan organ Reproduksi internal.

a. Organ reproduksi eksternal yang disebut juga organ genitalia

luar atau alat kelamin luar, yaitu bagian yang terlihat dari luar

yang terdiri dari :

1) Vulva

Berlaku untuk organ genitalia eksternal wanita yang

mencakup semua organ yang dapat terlihat dari luar, mulai

dari pubis sampai perineum, yaitu mons pubis, labia mayora

dan minora, klitoris, hymen, vestibulum,perineum dan

berbagai kelenjar serta pembuluh darah12.

2) Mons pubis

Mons veneris adalah bagian yang menonjol di atas

simfisis dan pada wanita dewasa ditutupi oleh rambut

kemaluan. Pada wanita umumna batas atasnya melintang

sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah sampai

sekitar anus dan paha12.

3) Labia Mayora (Labium majus)


17

Dua lipatan kulit longitudinal atau memanjang mulai

dari mons pubis sampai perineum, membentuk batas lateral

celah vulva yang berisi jaringan penyambung, lematk, otot

polos, pembuluh-pembuluh darah, serabut saraf, dan

kelenjar-kelenjar (kelenjar sebasea dan kelenjar keringat).

Kearah ventral kedua labia mayora bersatu membentuk

comissura anterior. Ke arah posterior masing-masing labia

mayora berbaur dengan kulit sekitarnya; kulit penghubung

antara keduanya membentuk comissura posterior, yakni

batas posterior vulva. Daerah antara comissura anterior dan

anus disebut perineum gibekologik13.

4) Labia Minora (Labium Minus)

Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak

mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah,

otot polos dan ujung serabut saraf12.

5) Clitoris

Berada di ujung anterior labia minora. Terdiri dari 2

buah corpus cavernosum yang merupakan jaringan erektil di

dalam selaput tipis jaringan ikat dan sebagian diantaranya

menyatu sepanjang tepi medial untuk membentuk korpus

klitoris. Klitoris membesar pada perangsangan taktil dan

merupakan organ yang sangat sensitif dan amat penting

pada perangsangan seksual12.


18

6) Vestibulum

Vestibulum adalah ruang antara kedua labia minora,

uretra, vagina dan duktus glandulae vestibularis major

bermuara ke dalam dasar vestibulum vaginae. Daerah

berbentuk buah almond yang di batasi labia minora di

sebelah lateral dan memanjang dari klitoris sampai

fourchette12.

7) Introitus (ostium) vaginae

Biasanya merupakan celah sagital yang posisinya

postero-inferior terhadap orificium urethrae externum.Di

sepanjang ostium vagina terdapat banyak kelenjar penghasil

mukus. Kelenjar yang terbesar dan terpenting meluas di

bagian posterolateral menuju bokong dan dikenal sebagai

kelenjar (glandula) Bartholini13.

8) Hymen

Lipatan mukosa yang tipis, tepat di sebelah dalam

orificium (introitus) vaginae; sisa hymen yang pecah disebut

caruncula hymenalis13.

9) Perineum

Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan

anus. Batas otot-otot diagfragma pelvis (m.levator ani,

m.coccygeus) dan diagfragma urogenitalis (m.perinealis

transversus profunda, m.constrictor urethra)13.


19

Gambar 2.1 : Genetalia Eksterna14

b. Organ reproduksi internal, yaitu disebut juga sebagai organ

genitalia dalam, yaitu bagian yang berada di dalam panggul

yang terdiri dari :

1) Vagina

Merupakan organ kopulasi (persetubuhan)

perempuan dan berguna untuk ekskresi uterus . selain itu

vagina juga merupakan bagian saluran yang dilalui bayi

pada saat melahirkan. Vagina merupakan saluran

fibromuscular yang naik kearah postero-superior,

membentang dari vestibulum (celah antara kedua labia

minora) sampai uterus. Vagina juga merupakan saluran

sepanjang 8-10 cm yang ujung superiornya berakhir pada

portio vaginalis, dengan forniks vaginae part anterior yang

dangkal dan forniks vaginae pars posterior yang lebih

dalam.13.
20

2) Uterus

Uterus merupakan struktur muskular tunggal,

berbentuk seperti buah pir, berongga dengan dinding otot,

yang terletak di antara vesica urinaria dan rectumpada pelvis

wanita. Pada wanita muda yang belum pernah melahirkan

(nullipara) ukurannya dapat digambarkan sebagai berikut :

panjang sekitar 8 cm, lebar 5 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus

yang matang memiliki berat 30-40 gram pada wanita

nullipara dan 75-100 gram wanita yang melahirkan13.

3) Tuba Fallopi

Tuba fallopi merupakan struktur saluran bilateral yang

melekat ke uterus pada setiap kornu (ujung)-nya.

Panjangnya sekitar 10-12 cm dan kearah medial bermuara

ke dalam sudut superior cavum uteri. Ke arah lateral tuba

uterina membentang sampai sejauh kutub tubaria ovarium

dan lewat ostium abnominale tubae uterinae bermuara ke

dalam cavum peritonei13.

4) Ovarium

Ovarium merupakan organ reproduksi perempuan

yang berbentuk oval seperti buah almond, dengan ukuran

panjang 3-4 cm, lebar 1,5 cm, dan tebal 1 cm serta melekat

pada bagian belakang Ligamentum latum uteri dengan

perantaraan mesovarium, biasanya letak sumbu panjang


21

ovarium vertikal, terutama pada perempuan yang belum

pernah melahirkan (nullipara). Sumber lain menyebutkan

ovarium merupakan dua struktur kecil berbentuk oval,

masing-masing berukuran 2 x 4 x 1,5 cm, berada jauh di

dalam pelvis wanita sedikit lateral terhadap dan di belakang

uterus (lateroposterior). Kedua organ ini terikat lemah pada

uterus oleh pita jaringan ikat (ligamentum ovarii proprium).

Pada pemeriksaan bimanual, pemeriksa akan merasakan

benda yang menyerupai nuah almond yang bergeser di

antara jari-jari pemeriksa saat melakukan palpasi. Setelah

menopause, ovarium mungkin tidak dapat terpalpasi sama

sekali13.

Ovarium berfungsi untuk menghasilkan ovum (sel

telur) dan hormon-hormon seks (hormon steroid) dalam

jumlah besar. Secara histologis, ovarium terdiri atas dua

bagian yaitu kosteks dan medulla. Bagian kosteks

mengandung corpus luteum dan folikel dalam berbagai

derajat perkembangan. Hilium atau medulla terdiri atas

jaringan ikat longgar, pembuluh darah, dan serabut syaraf 13.


22

Gambar 2.2 : Genetalian Interna14

D. Tinjauan Umum Tentang Kista Ovarium

1. Defenisi Kista Ovarium

a. Kista berarti kantung yang berisi cairan. Kista ovarium (atau kista

indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran

kecil, yang terletak di indung telur (ovarium)1.

b. Kista indung telur biasanya berupa kantong yang tidak yang

tidak bersifat kanker yang berisi material cairan atau setengah

cair. Meskipun kista tersebut biasanya kecil dan tidak

menghasilkan gejala, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk

menyakinkan bahwa hal ini bukan kanker15.

c. Kista ovarium adalah suatu pertumbuhan abnormal di ovarium

yang bentuknya bulat, berisi cairan, biasanya bertangkai, dan

bisa tumbuh terus menjadi besar16.


23

Gambar 2.3 : Kista Ovarium14.

2. Klasifikasi

Terdapat dua tipe kista ovarium diantaranya tipe kista normal

dan tipe kista abnormal.

a. Tipe kista normal

1) Kista fungsional

Kista ini merupakan jenis kista ovarium yang paling

banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus

luteum, terjadi bersamaan dengan siklus menstruasi yang

normal.

Kista fungsional akan tumbuh setiap bulan dan akan

pecah pada masa subur, untuk melepaskan sel telur yang

pada waktunya siap dibuahi oleh sperma. Setelah pevah,


24

kista fungsional akan menjadi kista folikuler dan akan hilang

saat menstruasi.

Kista fungsional terdiri dari : kista folikel dan kista

luteum. Keduanya tidak mengganggu, tidak menimbulkan

gejala dan dapat menghilang sendiri dalam waktu 6-8

minggu17.

b. Kista Abnormal

Maksud kata Abnormal disini adalah tidak normal, tidak

umum, atau tidak biasanya (ada, timbul, muncul, atau terjadi).

Semua tipe atau bentuk kista selain kista fungsional adalah kista

abnormal, misalnya :

1) Cystadenoma

Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel

indung telur. Biasanya bersifat jinak, namun dapat

membesar dan dapat menimbulkan nyeri17.

2) Kista Coklat (endometrioma)

Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya.

Disebut kista coklat karena bersisi timbunan darah yang

berwarna coklat kehitaman17.

3) Kista dermoid

Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian

tubuh seperti kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini
25

dapat ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya

berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala17.

4) Kista endometriosis

Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian

endometrium yang berada di luar rahim. Kista ini

berkembang bersamaan dengan tumbuhnya lapisan

endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri

hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas17.

5) Kista hemorrhage

Merupakan kista fungsional yang dertai perdarahan

sehingga menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian

bawah17.

6) Kista lutein

Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan.

Beberapa tipe kista lutein antara lain :

a. Kista granulosa lutein

Merupakan kista yang terjadi di dalam korpus luteum

ovarium yang fungsional. Kista yang timbul pada

permulaan kehamilan ini dapat membesar akibat dari

penimbunan darah yang berlebihan saat menstruasi dan

bukan akibat dari tumor. Diameternya yang mencapai 5-6

cm menyebabkan rasa tidak enak di daerah panggul. Jika

pecah, akan terjadi perdarahan di rongga perut17.


26

Pada wanita yang tidak hamil, kista ini menyebabkan

menstruasi terlambat, diikuti perdarahan yang tidak

teratur17.

b. Kista theca lutein

Merupakan kista yang berisi cairan bening dan

berwarna seperti jerami. Timbulnya kista ini berkaitan

dengan tumor ovarium dan terapi hormon17.

7) Kista polikistik ovarium

Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat

pecah dan melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya

terjadi setiap bulan. Ovarium akan membesar karena

bertumbuknya kista ini. Untuk kista polikistik ovarium yang

menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk

mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan

gangguan dan rasa sakit17.

Kista ovarium ada yang bersifat jinak dan ganas

(kanker). Biasanya kista yang berukuran kecil bersifat jinak.

Kista ovarium sering ditemukan secara tidak segaja pada

pemeriksaan rutin17.

3. Etiologi

Penyebab dari kista ovarium belum diketahui dengan pasti

namun ada beberapa faktor resiko pembentukan kista ovarium,

terdiri dari :
27

a. Faktor keturunan atau genetika

Umumnya bila ada salah satu keluarga mengalami masalah

kista maka anaknya akan ikut mengidap penyakit ini.

Berdasarkan temuan para ahli penyebab utama kista adalah

faktor keturunan.

b. Pola hidup yang salah

Dalam memenuhi kebutuhan tubuh memang diperlukan

asupan makanan yang baik ke dalam tubuh. Namun tidak sedikit

orang yang tidak memperhatikan pola hidup dan pola makan

mereka. Tidak jarang kita melihat wanita yang banyak

mengkonsumsi daging namun sedikit mengkonsumsi sayuran.

Perlu diketahui mengkonsumsi Daging memang sangat baik

bagi tubuh. Namun bila berlebih dapat menjadi masalah. Begitu

juga dengan asupan sayur harus juga dipenuhi apabila

menginginkan tubuh yang sehat dan kuat.

c. Menstruasi datang terlalu dini

Datang bulan atau menstruasi merupakan hal yang

menandakan bila wanita dalam kondisi sehat dan subur, namun

menstruasi dapat menjadi masalah yang serius jika dialami oleh

wanita yang berusia 11 tahun sebab dapat menjadikan

gangguan masaah kesehatan. Tidak sedikit wanita yang

mengalam datang bulan terlalu dini disaat usianya belum

mencapai waktunya mengalami kista ovarium.


28

d. Penggunaan pil pencegah kehamilan

Menggunakan pil untuk mencegah kehamilan juga rentan

menimbulkan kista Ovarium sebab kebanyakan produk

pencegah kehamilan mencegah indung telur dari memproduksi

telur dari memproduksi telur selama ovulasi18.

4. Patofisiologi

Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada jumlah

hormone, kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut

bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidan akan berfungsi

secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormone

hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal

kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara

tidak sempurnah di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal

mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, serta

terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium sehingga

terbentuk kista di dalam ovarium19.

5. Komplikasi

Komplikasi kista ovarium diantaranya :

a. Torsi kista ovarii

Terjadi saat kehamilan kecil atau post partum, keluhannya :

1) Nyeri perut mendadak, makin bertambah makin berat

torsinya.

2) Memerlukan laparatomi.
29

3) Torsi menahun tidak dirasakan karena perlahan-lahan.

4) Kista lepas ditangkap omentum menjadi parasitic kista ovarii.

5) Kedatangannya karena ada tumor dalam perutnya 20.

b. Perdarahan

Dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada kistanya,

keluhannya adalah trauma diikuti rasa nyeri mendadak.

Perdarahan menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan

tindakan laparatomi20.

c. Infeksi kista ovarii

Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks,

tuba dan menuju lokus ovulasi. Sampai abses. Keluhannya yaitu

: badan panas meningkat, lokal kista terasa nyeri spontan saat

goyang atau di pegang dan mendekati sepsis sehingga perlu

tindakan laparatomi20.

d. Ruptur kapsul kista

Hal ini terjadi akibat dari perdarahan mendadak, infeksi kista

dengan pembentukan abses-membesar-ruptur, dan trauma

langsung sehingga perlu tindakan laparatomi20.

6. Gejala

Tumor jinak ovarium yang diameternya kecil sering

ditemukan secara kebetulan dan tidak memberi gejala klinis namun

tumor ovarium pula dapat menimbulkan gejala yang disebabkan


30

karena pertumbuhan, perubahan hormonal, dan komplikasi yang

terjadi, berikut adalah gejalanya :

a. Gejala akibat dari pertumbuhan

Timbul rasa berat di abdomen bagian bawah, gangguan

miksi atau defekasi. Tekanan tumor dapat menimbulkan

obstipasi atau oedema pada tungkai bawah21.

b. Gejala akibat pertumbuhan hormonal

Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita,

sehingga bila terjadi tumor menimbulkan gangguan pada

menstruasi21.

c. Akibat dari komplikasi

1) Perdarahan intra-tumor . perdarahan yang gejala klinis nyeri

abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat.

2) Perputaran tungkai menimbulkan nyeri abdomen mendadak

dan segera memerlukan tindakan medis.

3) Terjadi infeksi pada tumor. Terjadi infeksi kista ovarium

sehingga menimbulkan gejala badan panas, nyeri pada

abdomen, dan mengganggu aktifitas sehari-hari.

4) Robekan dinding kistamenyebabkan isi kistatumpah ke dalam

abdomen21.

7. Diagnosa

Diagnosa kista ovarium ditegagkan melalui pemeriksaan

dengan ultrasonografi atau USG (abdomen atau transvaginal),


31

laparaskopi, kolposkopi, dan pemeriksaan darah (tumor marker

atau petanda tumor)17.

8. Penanganan

a. Test diagnostik

1) Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui

apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak dan

untuk menentukan sifat-sifat tumor4.

2) Ultrasonografi

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan

batas tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau

kandung kencing, apakah kistik atau solid dan dapat

dibedakan pula cairan dalam rongga perut yang bebas dan

yang tidak4.

3) Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya

hidrotoraks4.

4) Paresentesis

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan sebab asites5.

b. Terapi

1) Konservatif atau observasi

Apabila kista ovarium tidak memberikan gejala atau

keluhan pada pasien dan besarnya melebihi 5 cm


32

diameternya, kemungkinan besar tumor tersebut adalah

kista folikel atau kista korpus luteum, dan kista ini akan

mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang

dengan sendirinya4.

2) Laparatomi

Apabila telah di observasi selama 2-3 bulan dan

dilihat adanya peningkatan dalam pertumbuhan tumor maka

dapat diambil kesimpulan bahwa peningkatan tumor itu

bersifat neoplastik atau jinak. Maka perlu dipertimbangkan

adanya operasi atau pengangkatan tumor itu sendiri

(kisterektomi)4.

3) Histerektomi

Jika tumornya besar atau ada komplikasi perlu

dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan

pengangkatan tuba, jika terdapat keganasan operasi yang

paling tepat adalah histerektomi atau pengangkatan uterus4.

9. Perawatan pasca operasi

a. Perawatan luka/insisi/post operasi

Beberapa prinsip yang perlu di implementasikan antara lain :

1) Balutan dari kamar operasi dapat dibuka pada hari pertama

pasca operasi.

2) Luka harus dikaji setelah operasi sampai hari pasca operasi

sampai klien diperbolehkan pulang.


33

3) Luka mengeluarkan cairan atau tembus, pembalut harus

segera diganti.

4) Pembalut dilakukan dngan teknik aseptik22.

b. Pemberian cairan

Pada 24 jam pertama klien harus puasa pasca operasi,

maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak dan

mengandung elektrolit yang diperlukan agar tidak terjadi

hipotermia, dehidrasi, dan komplikasi pada organ-organ lainnya.

Cairan yang dibutuhkan biasanya dektrose 5-10%, garam

fisiologis, dan ranger laktat (RL) secara bergantian. Jumlah

tetesan tergantung pada keadaan dan kebutuhan, biasanya kira-

kira 20 tetes per menit. Bila kadar hemoglobin darah rendah,

berikan transfusi darah atau pocked-cell sesuai dengan

kebutuhan22.

c. Diet

Pemberian caiaran perinfus biasanya dihentikan setelah

klien flatus, lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan

per oral, sebenarnya pemberian sedikit minuman sudah boleh

diberikan 6 sampai 10 jam pasca operasi berupa air putih atau

air teh yang jumlahnya dapat dinaikkan pada hari pertama dan

kedua pasca operasi22.


34

Setelah infus dihentikan, berikan makanan bubur saring,

minuman, buah dan susu. Selanjutnya secara bertahap

diperbolehkan makan bubur dan akhirnya makanan biasa.

d. Nyeri

Dalam 24 jam pertama, rasa nyeri masih dirasakan di daerah

operasi. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat diberikan obat-

obatan anti sakit dan penenang seperti suntikan intramuscular

(IM) pethidin dengan dosis 100-150 mg atau morpin sebanyak

10-15 mg atau secara perinfus atau obat-obatan lainnya22.

e. Mobilisasi

Mobilisasi segera sangat berguna untuk membantu jalannya

penyembuhan klien. Miring ke kanan dan ke kiri sudah dapat

dimulai 6-10 jam pertama pasca opeasi setelah klien sadar.

Latihan pernafasan dapat dilakukan sambil tidur terlentang

sendini mungkin setelah sadar. Pada hari kedua pasien dapat

latihan duduk selama 5 menit dan tarik nafas dalam-dalam.

Kemudian posisi tidur diubah menjadi setengah duduk atau semi

fowler. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari klien

dianjurkan belajar duduk sehari, belajar berjalalan dan kemudian

berjalan sendiri pada hari ketiga sampai hari kelima pasca

operasi22.
35

f. Kateterisasi

Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan

tidak nyaman pada klien. Karena itu dianjurkan pemasangan

kateter tetap (balon kateter) yang terpasang 24-48 jam atau lebih

lama tergantung jenis operasi. Dengan cara ini urine dapat

ditampung dan diukur dalam kantong plastik secara periodik. Bila

tidak dipasang kateter tetap dianjurkan untuk melakukan

pemasangan kateter rutin kira-kira 12 jam pasca operasi, kecuali

bila klien dapat berkemih sendiri22.

g. Pemberian obat-obatan

1) Antibiotik, kemoterapi dan anti inflamasi

2) Obat-obatan pencegah perut kembung

3) Obat-obatan lainnya22.

h. Perawatan rutin

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan dan

pengukuran adalah :

1) Tanda-tanda vital, meliputi : tekanan darah (TD), nadi,

pernafasan, dan suhu.

2) Jumlah cairan yang masuk dan keluar.

3) Pemeriksaan lainnya menurut jenis operasi dan kasus22.


36

E. Tinjauan Tentang Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

a. Manajemen Asuhan Kebidanan adalah pendekatan yang

digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan

masalah secara sistematis mulai dari pengkajian , analisa data,

diagnose kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi23.

b. Manajemen Kebidanan merupakan metode/bentuk pendekatan

yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan

kebidanan sehingga langkah-langkah kebidanan merupakan alur

pikir bidan dalam pemecahan masalah atau pengambilan

keputusan klinis. Asuhan kebidanan yang diberikan harus dicatat

secara benar, sederhana, jelas dan logis sehingga perlu suatu

metode pendokumentasian24.

2. Proses Manajemen Asuhan Kebidanan

Menurut Helen Varney, alur pikir bidan saat menghadapi

klien meliputi tujuh langkah, yaitu sebagai berikut :

a. Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Pada langkah pertama ini, dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap, yaitu :

1) Anamnesis

a) Identitas klien

b) Alasan datang
37

c) Riwayat perkawinan

d) Riwayat penyakit sekarang (berhubung dengan masalah

atau alasan datang)

e) Riwayat kesehatan lalu

f) Riwayat keluarga

g) Riwayat haid

h) Riwayat obstetri dan ginekologi

i) Riwayat seksual

j) Riwayat KB/Kontrasepsi

2) Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan umum

b) Pengukuran tanda-tanda vital

c) Pemeriksaan fisik khusus

d) Pemeriksaan penunjang (laboratorium, rontgen dan USG)


25.

b. Langkah II : Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang di dapatkan dari

klien. Diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah

tidak dapat diselsesaikan, seperti diagnosis, tetapi sungguh

membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam sebuah

rencana asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan


38

dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai

dengan pengarahan. Masalah juga sering menyertai diagnosis25.

c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi masalah atau

diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan

diagnosis yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Langkah ini

membutuhkan upaya antisipasi, atau bila memungkinkan upaya

pencehagan, sambil mengamati kondisi klien. Bidan diharapkan

dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial benar-benar

terjadi.

Tujuan dari langkah ketiga ini adalah untuk mengantisipasi

semua kemungkinan yang dapat muncul. Pada langkah ini,

bidan ,mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial

berdasarkan diagnosis dan maalah yang sudah teridentifikasi

atau diagnosis dan masalah aktual25.

d. Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi

Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan terhadap

tindakan segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan

tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Setelah itu

mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan ata dokter

dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan

anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien 25.
39

e. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa

yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap

masalah yang berkaitan, tetapi juga jadi kerangka pedoman

antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan

penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada

masalah-masalah yang berkaitan dengan aspek asuhan

kesehatan. Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh setiap

pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan

dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana

tersebut. Oleh karena itu pada langkah ini tugas bidan adalah

merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan

rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan

bersama sebelum melaksanakannya25.

f. Langkah VI : Pelaksanaan Rencana Asuhan Kebidanan

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung

secara efisien dan aman. Pada langkah keenam ini, rencana

asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah

kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini

dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh

klien atau anggota tim lainnya25.


40

g. Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan

Pada langkah ketujuh, ini dilakukan evaluasi keefektifan

asuhan yang telah diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi

apakah kebutuhan telah terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan

masalah yang telah diidentifikasi. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar-benar efektif dalam

pelaksanaannya25.

3. Pendokumentasian Dalam Bentuk SOAP

a. Data Subjektif (S)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan

data klien melalui anamnesis (langkah I Varney)25.

b. Data Objektif (O)

Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik

klien, hasil laboratorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan

dalam data fokus untuk mendukung asuhan (langkah I Varney)25.

c. Assessment (A)

Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan

interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi:

1) Diagnosis/masalah

2) Antisipasi diagnosa/masalah potensial

3) Perlunya tindakan segera oleh bidan atau

dokter/konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan (langkah II, III,

dan IV Varney)25.
41

d. Planning (P)

Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi

perencanaan berdasarkan assessment (langkah V, VI dan VII

Varney25.
42

Bagan 2.1Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan24.

Pendokumentasian Manajemen Asuhan Kebidanan

Alur pikir bidan Pencatatan Asuhan Kebidanan

Proses Manajemen Dokumentasi Asuhan


Kebidanan Kebidanan

7 LANGKAH VARNEY 5 LANGKAH


(KOMPETEMSI SOAP NOTES
BIDAN)
1. Pengumpulan data Data Subjektif (Hasil Anamnesis)
dasar Objektif (Pemeriksaan)

2. Interpretasi Data : Assessment (Analisis data


Diagnosis, masalah, dan interpretasi data):
kebutuhan. a. Diagnosa dan masalah
3. Identifikasi kebutuhan b. Diagnosis atau masalah
yang memerlukan potensial
penanganan segera Assessment/ c. Kebutuhan tindakan
secara mandiri, Diagnosis segera
konsultasi atau
kolaborasi.

4. Rencana Asuhan Planning (Dokumentasi


a. Melengkapi Data: Tes Implementasi dan Evaluasi)
Diagnostik/ a. Asuhan mandiri
Laboratorium Planning b. Kolaborasi
b. Pendidikan/konseling c. Tes Diagnostika atau
c. Rujukan Tes Lab
d. Follow Up d. Konseling
e. Follow Up

5. Pelaksanaan Implementasian
6. Evaluasi Evaluasi
43

F. Landasan Hukum Kewenangan Kebidanan

Menurut peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor

1464/Menkes/PER/X2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek

bidan pada bab III Penyelenggaraan Praktek.

1. Pasal 8

Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi :

a. Pelayanan kesehatan ibu

b. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga

berencana26.

c. Pelayanan kesehatan anak26.

2. Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana di maksud

dalam pasal 9 huruf b, berwenang untuk :

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan

reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom26.


44

BAB III
STUDI KASUS

No. Register : 35-19-33

Tanggal Masuk : 06 Juni 2017 Pukul : 09.00 WITA

Tanggal Pengkajian : 07 Juni 2017 Pukul : 11.00 WITA

A. Langkah I : Pengkajian dan Analisa Data Dasar

1. Identitas Istri/Suami

a. Nama : NnR

b. Umur : 21 Tahun

c. Nikah : Belum Nikah

d. Suku : Makassar

e. Agama : Islam

f. Pendidikan : SMA

g. Pekerjaan : Mahasiswa

h. Alamat : Jl. Taipaleleng RT. 002 RW. 003

2. Data Biologis

a. Keluhan utama

1) Klien merasakan nyeri perut bagian kiri yang dirasakan 1

tahun yang lalu dan memberat dialami satu minggu yang

lalu.

2) Klien mangatakan cemas dengan penyakit yang dideritanya.


45

b. Riwayat keluhan utama

1) Nyeri perut bagian kiri dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan

memberat dalam satu minggu yang lalu.

2) Usahan klien untuk mengatasi keluhan yaitu dengan

berbaring, serta minum obat untuk mengurasi rasa nyeri.

3) Tidak ada pelepasan darah dari jalan lahir.

c. Riwayat kesehatan lalu

1) Tidak ada riwayat jantung, hipertensi, dan diabetes melitus.

2) Tidak pernah di operasi.

3) Tidak ada riwayat alergi, ketergantungan obat-obatan, dan

minuman beralkohol.

d. Riwayat ginekologi

1) Klien tidak pernah menderita penyakit reproduksi

sebelumnya.

2) Tidak ada riwayat penyakit menular seksual.

e. Riwayat obstetri

1) Riwayat haid sebelum ada kista ovarium

a) Menarche : 16 tahun

b) Siklus haid : 28-30 hari

c) Lamanya : 5-7 hari

d) Dismenorhoe : Tidak ada

2) Riwayat haid setelah ada kista ovarium

a) Menarche : 16 tahun
46

b) Siklus haid : 35 hari

c) Lamanya : 7-10 hari

d) Dismenorhoe : Ada

f. Riwayat pemenuhan kebutuhan dasar

1) Kebutuhan nutrisi

a) Kebiasaan sebelum perawatan

(1) Pola makan : 3 kali sehari

(2) Frekuensi : 3 kali sehari

(3) Nafsu makan : Baik

(4) Minum : Setiap merasa haus

b) Kebiasaan selama perawatan

Tidak ada perubahan

2) Kebutuhan eliminasi

a) Kebiasaan sebelum perawatan

(1) BAB

(a) Frekuensi : 1-3 kali sehari

(b) Warna : Kuning

(c) Konsistensi : Lunak

(2) BAK

(a) Frekuensi : 4-5 kali sehari

(b) Warna : Kuning Jernih


47

b) Kebiasaan selama perawatan

Klien belum buang air besar dan terpasang kateter

dengan jumlah urine kurang lebih 800 cc.

c) Pola istrahat

(1) Tidur siang : 13.00-15.00 WITA

(2) Tidur malam : 22.00-05.00 WITA

d) Personal Hygiene

Mandi 2 kali sehari, keramas 3 kali seminggu dan sikat

gigi setiap selesai makan serta mengganti pakaian

setiap kali mandi atau lembab.

g. Data Psikologis, Spritual dan Ekonomi

1) Hubungan dengan keluarga harmonis dan bahagia.

2) Klien sangat cemas dengan keluhan yang dialaminya dan

berharap tidak terjadi apa-apa.

3) Klien taat beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.

4) Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah bapaknya.

5) Klien tinggal di rumah bersama ibu dan bapaknya.

h. Pemeriksan fisik

1) Keadaan umum klien baik

2) Kesadaran composmentis

3) Tanda-tanda vital

a) Tekanan Darah : 110/70 mmHg

b) Suhu : 36,5 oc
48

c) Nadi : 80 kali/menit

d) Pernapasan : 18 kali/menit

4) Tinggi Badan : 155 cm

5) Berat Badan : 45 kg

6) Kepala :Rambut dan kulit kepala bersih dan

tidak rontok.

7) Wajah :Simetris kiri dan kanan ,tidak ada oedema

8) Mata :Simetris kiri dan kanan, konjungtiva merah

mudah, sclera tidak ikterus.

9) Mulut :Bibir tidak pecah, gusi merah mudah, tidak

ada tanggal dan caries gigi.

10) Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar

limfe dan vena jugularis.

11) Payudara :Simetris kiri dan kanan, tidak ada benjolan dan

nyeri tekan.

12) Abdomen :Tidak ada bekas operasi, dan terdapat nyeri

tekan pada perut sebelah kiri, perut tampak membesar.

13) Genetalia :Tidak ada varices dan oedema, belum

terpasang kateter di genitalia klien.

14) Ektremitas :Simetris kiri dan kanan, tidak ada varices,

tidak ada oedema pada tungkai, dan refleks patella kiri dan

kanan (+).
49

i. Pemeriksaan Penunjang

Tanggal 06 Juni 2017 , Pukul: 09.45 WITA

1) Hasil USG terlihat massa dengan diameter 7,24cm x 9,61

cm x 7 dibagian adnexa kiri.

2) Hasil pemeriksaan laboratorium

a) Leukosit : 12,0 x103/ul / 8,7

b) Eritrosit : 4, 56/mm3

c) Hemoglobin : 13,5 gr/dl

d) Haematoksit : 37,9%

e) Trombosit : 271/mm3

f) GDS : 8h mg/dl

B. Langkah II : Merumuskan Diagnosa/Masalah Aktual

Diagnosa : Kista Ovarium

Masalah Aktual : Kecemasan

1. Kista Ovarium

a. Data Subjektif

Nyeri perut bagian kiri di rasakan sejak 1 tahun yang lalu dan

memberat 1 minggu yang lalu.

b. Data Objektif

Pemeriksaan penunjang USG terlihat massa dengan ukuran

7,24cm x 9,61 cm x 7 di bagian adnexa kiri.


50

c. Analisa dan Interpretasi Data

1) Gejala akibat pertumbuhan : Timbul rasa berat di

abdomen bagian bawah mengganggu miksi atau

defekasi. Tekanan tumor dapat menimbulkan obstipasi

atau oedema pada tungkai bawah21.

2) Gejala akibat perubahan hormon : Ovarium merupakan

sumber hormon utama wanita, sehingga bila terjadi

tumor menimbulkan gangguan terhadap pola

menstruasi21.

2. Kecemasan

a. Data Subjektif

Klien mengatakan cemas dengan keluhan yang dialaminya

dan sangat berharap tidak tejadi apa-apa.

b. Data Objektif

Klien kadang tampak merenung dan selalu menanyakan

tentang keadaannya.

c. Analisa dan Interpretasi Data

Rasa cemas yang dirasakan klien merupakan suatu

keadaan perubahan suasana hati akibat penyakit yang

diderita27.
51

C. Langkah III : Merumuskan Diagnosa/Masalah Potensial

Diagnosa Potensial : Potensi Terjadi Keganasan Kanker Ovarium

1. Data Subjektif

Nyeri perut bagian kiri dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan

memberat 1 minggu yang lalu.

2. Data Objektif

Pemeriksaan penunjang USG terlihat massa dengan 7,24cm x

9,61cm x 9 dibagian adnexa kiri.

3. Analisa dan Interpretasi Data

Fungsi ovarium yang normal tergantung pada jumlah hormone,

kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa

mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi

secara normal jika tubuh wanita tidak mengahasilkan hormon

hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang

abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang

terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel

tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan

sel telur, serta terbentuk secara tidak sempurna didalam

ovarium sehingga terbentuk kista didalam ovarium dan jika

tidak ditangani dengan cepat maka dapat terjadi perubahan ke

arah keganasan19.
52

D. Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi

Kolaborasi dengan Dokter untuk melakukan pengangkatan kista

ovarium dengan jalan operasi laparatomi, rencana operasi tanggal

08 Juni 2017, pukul 08.00 WITA.

E. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan

1. Tujuan

a. Keadaan umum baik

b. Masalah kista ovarium teratasi

c. Kecemasan berkurang

2. Kriteria

a. Dilakukannya operasi pengangkatan kista ovarium dengan

tehnik laparatomi.

b. Tanda-tanda vital dalam batas normal

1) Tekanan Darah : Sistole 100-120 , Diastole 60-90 mmhg

2) Suhu : 36,5-37,5oc

3) Nadi : 60-90 kali/menit

4) Pernapasan : 16-24 kali/menit

c. Klien tampak tenang dan menerima keadaannya


53

3. Rencana tindakan

Tanggal 07 Juni 2017, Pukul 11.00 WITA

1. Sampaikan hasil pemeriksaan dengan klien

Rasional : penyampaian tentang hasil pemeriksaan pada

klien sangat penting, agar klien dapat mengetahui

keadaannya28.

2. Beritahu klien penyebab kista ovarium yaitu dari pola hidup

tidak sehat dan kurangnnya olahraga.

Rasional : dengan memberitahu penyebab tumbuhnya kista

ovarium maka klien dapat mengetahui dan mengerti

penyebab penyakit yang di deritanya tersebut28,29.

3. Berikan intake cairan RL pada klien.

Rasional : untuk memenuhi kebutuhan cairan22.

4. Anjurkan untuk pemasangan kateter.

Rasional : untuk mempermudah klien dalam proses

pengeluaran urine untuk persiapan operasi dan pasca

operasi22.

5. Berikan obat alprazolam dan ranitidin pada klien.

Rasional : obat alprazolam untuk mengurangi kecemasan

dan gangguan panik sedangkan obat ranitidin adalah

antihistamin berfungsi mengurangi produksi asam lambung

sehingga dapat mengurangi rasa nyeri uluhati akibat ulkus


54

atau tukak lambung serta membantu mempercepat proses

penyembuhan klien22.

6. Anjurkan klien puasa dimulai pukul. 03.00 WITA sampai

operasi.

Rasional : puasa merupakan salah satu tindakan persiapan

sebelum operasi. Ini berkaitan dengan salah satu

tahap/proses dalam pelaksaan operasi itu sendiri yaitu

tindakan anestesi atau pembiusan pasien selama

berlangsungnya pembedahan30.

F. Langkah VI : Implementasi

Tanggal 07 Juni 2017, Pukul 11.00 WITA

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada klien bahwa ada kista di

ovarium kiri dengan ukuran dan diharapkan dapat hilang

dengan pengangkatan atau operasi. Jenis operasi yang

dilakukan adalah laparatomi.

Hasil : klien mengerti tentang apa yang disampaikan.

2. Memberitahu klien penyebab tumbuhnya kista ovarium yaitu dari

pola hidup yang tidak sehat dan kurang olah raga.

Hasil : klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

3. Memberikan intake cairan pada klien.

Hasil : terpasang infus RL 500 cc 20 tetes/menit.

4. Melakukan pemasangan kateter pada klien.

Hasil : kateter telah terpasang.


55

5. Melakukan pelaksanaan pemberian obat.

Hasil :

a. Alprazolam 0,5 mg 2x1/oral

b. Ranitidine 150 mg 3x1/IV

6. Menganjurkan klien untuk puasa dimulai pukul. 03.00 WITA

sampai operasi.

Hasil : klien bersedia puasa sebagai salah satu persiapan

operasi.

G. Langkah VII : Evaluasi

Tanggal 07 Juni 2017, Pukul 11.00 WITA

1. Keadaan umum klien baik ditandai dengan tanda-tanda vital

dalam batas normal :

a) Tekanan Darah : 110/70 mmHg

b) Suhu : 36oc

c) Nadi : 80 kali/menit

d) Pernapasan : 22 kali/menit

2. Masalah kista ovarium belum teratasi ditandai dengan baru

akan dilakukan operasi pengangkatan kista ovarium dengan

tehnik laparatomi pada tanggal 08 Juni 2017, pukul 08.00

WITA.

3. Kecemasan belum berkurang yang ditandai dengan klien

kadang tampak merenung dan belum bisa menerima

keadaannya.
56

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN


SISTEM REPRODUKSI PADA NN.R DENGAN PRE OPERASI
KISTA OVARIUM DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL 07 JUNI 2017

A. Identitas Istri/Suami

1. Nama : Nn.R

2. Umur : 21 Tahun

3. Nikah : Belum Menikah

4. Suku : Makassar

5. Agama : Islam

6. Pendidikan : SMA

7. Pekerjaan : Mahasiswa

8. Alamat : Jl. Taipaleleng RT. 002 RW. 003

B. Data Subjektif (S)

1. Nyeri perut bagian kiri di rasakan sejak 1 tahun yang lalu dan

memberat 1 minggu yang lalu.

2. Usaha klien untuk mengatasi keluhan yaitu dengan berbaring,

serta minum obat untuk mengurangi rasa nyeri.

3. Tidak ada pelepasan darah dari jalan lahir.

C. Data Objektif (O)

1. Pemeriksaan penunjang USG terlihat massa dengan ukuran

7,24cm x 9,61 cm x 7 di bagian adnexa kiri.

2. Klien kadang tampak merenung dan selalu menanyakan tentang

keadaannya.
57

D. Assessment (A)

Diagnosa : Kista Ovarium Kiri

Masalah Aktual : Kecemasan

Masalah Potensial : Kanker Ovarium

E. Planning (P)

Tanggal 07 Juni 2017, Pukul 11.00 WITA

1. Menyampaikan hasil pemeriksaan pada klien bahwa ada kista di

ovarium kiri dengan ukuran, dan diharapkan dapat hilang dengan

pengangkatan atau operasi. Jenis yang dilakukan adalah

laparatomi.

Hasil : Klien mengerti tentang apa yang disampaikan.

2. Memberitahu klien penyebab tumbuhnya kista ovarium yaitu dari

pola hidup tidak sehat dan kurangnya olah raga.

Hasil : Klien mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

3. Memberikan intake cairan pada klien.

Hasil : terpasang infus RL 500 cc 20 tetes/menit di tangan kiri klien.

4. Melakukan pemasangan kateter pada klien.

Hasil : kateter telah terpasang.

5. Melakukan pelaksanaan pemberian obat.

Hasil :

a. Alprazolam 0,5 mg 2x1/oral

b. Ranitidine 150 mg 3x1/IV


58

6. Menganjurkan klien untuk puasa dimulai pukul. 03.00 WITA

sampai operasi.

Hasil : Klien bersedia puasa sebagai salah satu persiapan operasi.


59

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN


SISTEM REPRODUKSI PADA NN.R DENGAN POST OPERASI
KISTA OVARIUM HARI I DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL 08 JUNI 2017

A. Data Subjektif (S)

1. Klien dioperasi tanggal 08 Juni 2017 Pukul 08.00 WITA

2. Klien mengeluh nyeri pada daerah operasi.

B. Data Objektif (O)

1. Keadaan umum klien masih nampak lemah.

2. Ekspresi wajah klien meringis saat bergerak.

3. Tampak jahitan pada abdomen kiri.

4. Terpasang infus RL 28 tetes/menit di tangan kiri.

5. Terpasang kateter dengan jumlah urine kurang lebih 700 cc.

6. Tanda-tanda vital :

a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg

b. Suhu : 36,5oc

c. Nadi : 80 kali/menit

d. Pernapasan : 18 kali/menit

7. Pemeriksaan laboratorium, Hb 13,5 gr/dl

C. Assessment (A)

Diagnosa : Post operasi kista ovarium hari 1.

Masalah Aktual : Nyeri pada daerah operasi

Masalah Potensial : Terjadi infeksi


60

D. Planning (P)

Tanggal 08 Juni 2017, Pukul 12.00 WITA

1. Menganjurkan klien untuk istrahat yang cukup.

Hasil : Tidur siang 1-2 jam, malam 7-8 jam dan ibu dapat

beristrahat dengan tenang.

2. Mengobservasi balutan luka operasi terhadap rembesan .

Hasil : Balutan luka operasi bersih dan tidak ada rembesan darah

3. Mengobservasi pengeluaran kandung kemih

Hasil : Urine ibu sebanyak 700 ml yang ditampung di dalam urine

bag.

4. Memberikan penjelasan mengenai personal hygiene.

Hasil : Sering mengganti pakaian dalam setiap kali basah.

5. Menjelaskan penyebab nyeri pada daerah bekas operasi.

Hasil : Daerah bekas operasi disebabkan karena terputusnya

kontinuitas jaringan otot, kulit dan serabut saraf akibat dari

regangan otot abdomen yang berlebihan. Dengan adanya luka ini,

maka dapat merangsang ujung-ujung saraf sehingga timbullah

rasa nyeri dan klien bisa mengerti31.

6. Menganjurkan kepada keluarga klien untuk tidak memberi makan

pada klien sebelum klien flatus.

Hasil : keluarga dan klien mengerti dan bersedia melakukan

anjuran yang diberikan.


61

7. Menganjurkan klien untuk mobilisasi dini dengan miring ke kiri atau

ke kanan dimulai 6-10 jam pertama setelah operasi.

Hasil : Klien bersedia melakukan yang dianjurkan.

8. Melanjutkan pemberian obat.

Hasil :

a. Cefotaxime 1 gr 2x1/IV

b. Ketorolaks 1 ampul 30 mg 3x1/IV

c. Ranitidine 1 ampul 25 mg 3x1/IV

d. Asam Traneksamat 1 ampul/IV

e. Metronidazole 500 gr/8 jam/IV


62

PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN


SISTEM REPRODUKSI PADA NN.R DENGAN POST OPERASI
KISTA OVARIUM HARI II DI RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR
TANGGAL 09 JUNI 2017

A. Data Subjektif (S)

1. Klien sudah bisa miring ke kiri dan ke kanan.

2. Klien merasa nyeri bekas operasinya berkurang.

B. Data Objektif (O)

1. Nyeri sudah sedikit berkurang

2. Ekspresi wajah tampak ceria

3. Luka bekas operasi tampak tertutup kasa

4. Tanda-tanda Vital :

a. Tekanan Darah : 110/80 mmHg

b. Suhu : 36oc

c. Nadi : 82 kali/menit

d. Pernapasan : 22 kali/menit

5. Obat yang diberikan :

a. Asam mefenamat 3x1/oral

b. Cefadroxil 2x1/oral

c. Cefotaxime 1 gr 2x1/IV

d. Ketorolaks 1 ampul 30 mg 3x1/IV

e. Ranitidine 1 ampul 25 mg 3x1/IV

f. Asam Traneksamat 1 ampul/IV


63

g. Metronidazole 500 gr/8 jam/IV

C. Assessmant (A)

Diagnosa : Post operasi kista ovarium hari II

Masalah Aktual : Nyeri pada daerah operasi

Masalah Potensial : Terjadi Infeksi.

D. Planning (P)

Tanggal 09 Juni 2017, pukul 11.20 WITA

1. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini secara bertahap yaitu

perlahan duduk ditempat tidur.

Hasil : klien perlahan sudah duduk ditempat tidur dalam posisi

semi fowler (setengah duduk).

2. Mengobservasi balutan luka operasi terhadap rembesan darah

Hasil : Balutan luka operasi bersih dan tidak ada rembesan

darah.

3. Menganjurkan klien untuk makan makanan yang bergizi apabila

klien sudah flatus

Hasil : Klien sudah flatus dan sudah makan bubur.

4. Memberikan dukungan moral pada klien

Hasil : Klien perlahan mulai pulih, merasa senang dan berterima

kasih.

5. Memberikan Health Education tentang makanan yang sehat dan

olahraga yang teratur sangat penting, maka diharapkan klien

dapat menghindari gaya hidup yang tidak sehat yang dapat


64

berpotensi memicu dan memacu tumbuhnya kista yang

mengarah pada keganasan. Dimana dalam tubuh terdapat gen-

gen yang berpotensi memicu kanker yaitu proto-onkogen

karena suatu sebab tertentu, misalnya makanan yang bersifat

karsinogen, polusi atau terdapat zat-zat kimia maka proto-

onkogen ini dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu

kanker28,29.

Hasil : klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan

bersedia melakukannya.

6. Menganjurkan untuk memasang plester anti air agar luka bekas

operasi tetap bersih, terhindar dari bakteri serta mempercepat

proses penyembuhan.

Hasil : Klien mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan

bersedia melakukannya.
65

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada Bab ini membahas tentang kesenjangan antara tinjauan

kasus pada pelaksanaan Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan

Sistem Reproduksi Pada Nn.R dengan Kista Ovarium Di RSUD Labuang

Baji Makassar Tahun 2017. Untuk memudahkan pembahasan maka

penulis akan menguraikan sebagai berikut :

A. Langkah I : Identifikasi Data Dasar

Pengumpulan data merupakan proses manajemen asuhan

kebidanan yang ditunjukan untuk pengumpulan informasi mengenai

kesehatan baik fisik, psikososial dan spritual. Pengumpulan data

dilakukan melalui anamnese, pemeriksaan fisik dengan cara inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi serta pemeriksaan penunjang yaitu

laboratorium dan pemeriksaan diagnostik. Pada tahap ini penulis tidak

menemukan kesenjangan. Hal ini disebabkan karena respon klien dalam

memberikan informasi begitu pula dengan keluarga, bidan dan dokter

yang merawat sehingga penulis dengan mudah memperoleh data yang

diinginkan. Data yang diperoleh secara terfokus sesuai keadaan klien.

Pada tinjauan pustaka dijelaskan bahwa kista ovarium biasanya

tidak menimbulkan gejala dalam waktu yang lama, gejalanya sangat

bervariasi dan tidak spesifik. Gangguan pada stadium awal adalah


66

gangguan haid, jika kista sudah menekan rektum atau kandung kemih,

mungkin terjadi konstipasi dan sering berkemih. Dapat juga terjadi

peregangan dan penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri

spontan. Sedangkan pada studi kasus Nn.R mengatakan nyeri perut

bagian kanan bawah yang dirasakan sejak 1 tahun yang lalu dan

memberat 1 minggu yang lalu. Dalam pengumpulan data informasi dari

klien, respon dan sikap klien yang terbuka dan mengerti serta mau

menerima asuhan kebidanan yang diberikan. Berdasarkan tinjauan teori

dan kasus tidak didapatkan kesenjangan.

B. Langkah II : Identifikasi Diagnosa/Masalah Aktual

Berdasarkan teori yang ada, hingga kini belum diketahui secara

pasti faktor-faktor penyebab tumbuhnya kista pada tubuh seorang wanita.

Namun ada pendapat bahwa terbentuknya kista ovarium disebabkan oleh

gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi.

Berdasarkan studi kasus pada Nn.R dengan kista ovarium didapat

hasil pemeriksaan diagnostik ultrasonografi (USG) yang menggambarkan

adanya kista ovarium kiri dengan ukuran 7,24cm x 9,61cm x 7. Sesuai

yang dijelaskan teori dengan studi kasus, tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus.

C. Langkah III : Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Berdasarkan tinjaun pustaka manajemen asuhan kebidanan adalah

mengidentifikasi adanya masalah potensial yaitu mengantisipasi


67

kemungkinan dan mempersiapkan segala sesuatu yang mungkin terjadi.

Sesuai dengan tinjauan pustaka bahwa keadaan kista ovarium

kemungkinan dapat terjadi keganasan apabila tidak tertangani dengan

baik dan cepat.

Berdasarkan data yang ada pada studi kasus Nn.R dilahan

praktek dapat diidentifikasi masalah potensial yaitu potensial terjadinya

keganasan. Dengan demikian, penerapan tinjauan pustaka dan

manajemen asuhan kebidanan pada studi kasus Nn.R nampak ada

persamaan dan tidak ditemukan kesenjangan.

D. Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi

Berdasarkan data yang memberikan indikasi tindakan segera

dimana harus menyelamatkan jiwa klien. Tindakan tersebut berupa

kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih profesional sesuai

dengan keadaan yang dialami oleh klien ataupun konsultasi dengan

dokter.

Pada tinjauan pustaka tindakan segera/kolaborasi pada kista

ovarium adalah mengkolaborasikan dengan dokter untuk melakukan

pengangkatan kista ovarium dengan jalan operasi laparatomi. Pada studi

kasus Nn.R tindakan segera yang dilakukan adalah pemeriksaan awal.

Mengingat keadaan klien pada saat pelaksanaan manajemen asuhan

kebidanan tidak dalam keadaan darurat atau bahaya. Dengan demikian

ada kesamaan antara tinjauan pustaka dan manajemen asuhan


68

kebidanan pada studi kasus di lahan praktek dan ini berarti tidak ada

kesenjangan.

E. Langkah V : Rencana Asuhan Kebidanan

Pada tinjauan kasus dijelaskan bahwa kista ovarium biasanya tidak

menimbulkan gejala dalam waktu yang lama, gejalanya sangat bervariasi

dan tidak spesifik. Gangguan pada stadium awal adalah gangguan haid,

jika kista sudah menekan pada rektum atau kandung kemih, mungkin

terjadi konstipasi dan sering berkemih. Dapat juga terjadi peregangan dan

penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan.

Sedangkan pada studi kasus pada Nn.R, mengatakan nyeri perut bagian

kanan bawah yang dirasakan kira-kira 1 tahun yang lalu dan memberat 1

minggu yang lalu.

Pada Nn.R dengan kista ovarium, penulis merencanakan asuhan

kebidanan berdasarkan diagnosa/masalah aktual dan masalah potensial

yaitu menyampaikan hasil pemeriksaan pada klien, memberitahu

penyebab terjadinya kista ovarium, observasi tanda-tanda vital,

kolaborasi/penatalaksanaan pemberian obat, persiapan operasi,

menimbulkan HE tentang makanan dan olahraga yang teratur. Dari

rencana asuhan kebidanan tersebut yang telah dibuat pada kasus ini ada

kesamaan antara teori dengan fakta yang ada.


69

F. Langkah VI : Implementasi Asuhan Kebidanan

Berdasarkan tinjauan asuhan manajemen kebidanan bahwa

melaksanakan rencana tindakan harus efesien dan menjamin rasa aman

klien. Pelaksanaan asuhan kebidanan dapat dikerjakan seluruhnya oleh

bidan ataupun sebagian dilaksanakan ibu serta kerjasama dengan tim

kesehatan lainnya sesuai dengan tindakan yang telah direncanakan. Pada

studi kasus Nn.R dengan kista ovarium, semua tindakan yang telah

direncanakan dapat dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa

hambatan karena adanya kerja sama dan penerimaan yang baik dari klien

serta adanya dukungan dari keluarga dan petugas kesehatan.

G. Langkah VII : Evaluasi Asuhan Kebidanan

Adapun evaluasi yang dimaksudkan untuk memperoleh atau

memberi nilai terhadap intervensi yang dilakukan berdasarkan tujuan dan

kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Tehnik evaluasi yang dilakukan

melalui anamnese, pemeriksaan fisik untuk memperoleh data hasil

perkembangan pasien, hasil evaluasi setelah dilakukan perawatan selama

2 hari di RSUD Labuang Baji Makassar adalah perdarahan post operasi

kista ovarium teratasi, tidak terjadi syok hipovolemik, dan tidak terjadi

infeksi.

Operasi segera dilakukan agar tidak terjadi degenerasi ganas.

Berdasarkan studi kasus Nn.R kista ovarium dengan kecemasan tidak

ditemukan hal-hal yang menyimpang dari evaluas tinjauan pustaka. Oleh


70

karena itu bila dibandingkan dengan tinjauan pustaka dan studi kasus

Nn.R secara garis besar tidak ditemukan kesenjangan.


71

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis mempelajari teori dan pengalaman langsung

dilahan melalui studi kasus tentang Manajemen Asuhan Kebidanan

Gangguang Sistem Reproduksi Pada Nn.R Dengan Kista Ovarium Di

RSUD Labuang Baji Makassar Tahun 2017, maka dalam bab ini penulis

menarik kesimpulan dan saran.

A. Kesimpulan

1. Pengkajan dan analisis data yang diidentifikasi pada NnR adalah

bahwa NnR mengatakan nyeri tekan pada perut sebelah kiri,

klien mengatakan cemas penyakit yang dideritanya, hasil USG

terlihat adanya kista ovarium dengan diameter 7,24cm x 9,61cm x

7 dibagian adnexsa kiri.

2. Berdasarkan data subjektif dan objektif yang mengacu pada teori

dan studi kasus maka diagnosa/masalah aktual yang dapat di

identifikasi pada NnR adalah Kista Ovarium.

3. Diagnosa/masalah potensial yang ditegakkan adanya persamaan

antara teori dan studi kasus yaitu jika kista ovarium tidak ditangani

dengan cepat maka dapat terjadi kanker ovarium.

4. Dengan meninjau rumusan diagnosa/masalah aktual dan potensial

maka dilakukan tindakan kolaborasi dengan dokter mengenai

pengangkatan kista ovarium atau operasi. Pengangkatan kista


72

atau operasi dilakukan pada tanggal 08 Juni 2017, Pukul 08.00

WITA.

5. Rencana tindakan pada NnR yang akan dilakukan yaitu

menyampaikan hasil pemeriksaan pada klien, beritahu klien

penyebab tumbuhnya kista ovarium, observasi tanda-tanda vital,

kolaborasi pemeriksaan laboratorium, berikan intake cairan RL

pada klien, anjurkan untuk pemasangan kateter pada klien, berikan

obat pada klien, menganjurkan klien untuk berpuasa sebagai

persyaratan operasi, dan health education tentang makanan yang

sehat dan berolahraga teratur.

6. Semua tindakan yang telah direncanakan dengan baik tanpa

hambatan karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik

dari klien serta adanya dukungan dari keluarga dan petugas

kesehatan.

7. Evaluasi yang dapat diidentifikasi terhadap NnR adalah kista

ovarium teratasi setelah dilakukan operasi pada tanggal 08 Juni

2017 sampai 09 Juni 2017 yang ditandai dengan : tidak teraba

benjolan pada abdomen bagian bawah, luka bekas operasi sudah

mulai mulai kering, nyeri sudah berkurang, klien sudah tidak cemas

lagi dengan keadaannya setelah bidan menyampaikan hasil

pemeriksaannya.

8. Pendokumentasian pada NnR dengan Pre Operasi Kista Ovarium

Di RSUD Labuang Baji Makassar, sangat penting dilaksanakan


73

pada setiap tahap dari proses manajemen asuhan kebidanan,

karena hal ini merupakan bukti pertanggung jawab bidan terhadap

asuhan kebidanan yang telah diberikan terhadap klien. Serta

semua hasil pengkajian dan asuhan yang telah diberikan pada

pasien dalam bentuk soap.

B. Saran

1. Ilmiah

Diharapkan ilmuan lain dapat mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta diaplikasikan dalam asuhan

keprofesian pada khususnya pada kista ovarium.

2. Praktis

Bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program, baik

Departemen Kesehatan maupun pihak Rumah Sakit Umum

Daerah Labuang Baji Makassar, hendaknya ditetapkan kebijakan

untuk melakukan metode screening sehingga kista ovarium dapat

dideteksi lebih dini.

3. Penulis

Perlunya kajian tentang batasan yang jelas tentang

manajemen asuhan dan landasan hukum dari gangguan sistem

reproduksi khususnya kista ovarium baik medis maupun paramedis

(bidan).
74

Mendokumentasikan setiap tindakan yang dilakukan sebagai

pembuktian pertanggung jawaban petugas kesehatan terhadap

asuhan yang diberikan.


75

Anda mungkin juga menyukai