Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pielonefritis merupakan infeksi pada piala ginjal, tubulus dan jaringan
interstisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui
uretra dan naik ke ginjal. Meskipun ginjal menerima 20%-25% curah jantung, bakteri
jarang yang mencapai ginjal melalui aliran darah, kasus penyebaran secara hematogen
kurang dari 3%.
Pielonefritis sering disebut sebagai akibat dari refluks ureterivesikal, dimana
katup uretevesikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir balik (refluks) ke
dalam ureter. Obstruksi traktus urinarius (yang meningkatkan kerentanan ginjal
terhadap infeksi), tumor kandung kemih, striktur, hyperplasia prostatic benigna, dan
batu urinarius merupakan penyebab yang lain.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pielonefritis?
2. Apa penyebab dan gejala Pielonefritis?
3. Bagaimana patofisiologi Pielonefritis?
4. Bagaimana penatalaksanaan Pielonefritis?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang dan komplikasi Pielonefritis?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Pielonefritis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pielonefritis
2. Untuk mengetahui apa penyebab dan gejala Pielonefritis
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi Pielonefritis
4. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan Pielonefritis
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan komplikasi Pielonefritis
6. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Pielonefritis.

1|STIK Muhammadiyah Pontianak


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri yang menyerang ginjal, yang sifatnya akut
maupun kronis. Pielonefritis akut biasanya akan berlangsung selama 1 sampai 2 minggu.
Bila pengobatan pada pielonefritis akut tidak sukses maka dapat menimbulkan gejala
lanjut yang disebut dengan pielonefritis kronis.
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri pada piala ginjal, tunulus, dan jaringan
interstinal dari salah satu atau kedua gunjal (Brunner & Suddarth, 2002: 1436).
Pielonefritis merupakan suatu infeksi dalam ginjal yang dapat timbul secara
hematogen atau retrograd aliran ureterik (J. C. E. Underwood, 2002: 668)
Ginjal merupakan bagian utama dari sistem saluran kemih yang terdiri atas organ-
organ tubuh yang berfungsi memproduksi maupun menyalurkan air kemih (urine) ke luar
tubuh. Berbagai penyakit dapat menyerang komponen-komponen ginjal, antara lain yaitu
infeksi ginjal. Pielonefritis dibagi menjadi dua macam yaitu : Pielonefritis kronis dan
pyelonefritis akut.
1. Pyelonefritis akut
Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena terapi
tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua
minggu setelah terapi selesai.Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah
ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas
dikaitkan dengan selimut antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar
disertai infiltrasi interstisial sel-sel inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal
dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta
glomerulus terjadi. Pyelonefritis akut merupakan salah satu penyakit ginjal yang
sering ditemui. Gangguan ini tidak dapat dilepaskan dari infeksi saluran kemih.
Infeksi ginjal lebih sering terjadi pada wanita, hal ini karena saluran kemih bagian
bawahnya (uretra) lebih pendek dibandingkan laki-laki, dan saluran kemihnya terletak
berdekatan dengan vagina dan anus, sehingga lebih cepat mencapai kandung kemih
dan menyebar ke ginjal. Insiden penyakit ini juga akan bertambah pada wanita hamil
dan pada usia di atas 40 tahun. Demikian pula, penderita kencing manis/diabetes
mellitus dan penyakit ginjal lainnya lebih mudah terkena infeksi ginjal dan saluran
kemih.

2|STIK Muhammadiyah Pontianak


2. Pielonefritis kronis
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor
lain seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin.Pyelonefritis kronis dapat merusak
jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya
parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis.
Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif, berkontraksi dan tidak berfungsi.
Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis dari infeksi ginjal yang berulang-ulang
berlangsung beberapa tahun atau setelah infeksi yang gawat.Pembagian
PielonefritisPielonefritis akutSering ditemukan pada wanita hamil, biasanya diawali
dengan hidro ureter dan hidronefrosis akibat obstruksi ureter karena uterus yang
membesar.

B. Etiologi
- Bakteri (Escherichia coli, Klebsielle pneumoniac, Streptococus fecalis, dll).
Escherichia coli merupakan penyebab 85% dari infeksi.
- Obstruksi urinari track. Misal batu ginjal atau pembesaran prostat.
- Refluks, yang mana merupakan arus balik air kemih dari kandung kemih kembali ke
dalam ureter.
- Kehamilan
- Kencing Manis
- Keadaan-keadaan menurunnya imunitas untuk melawan infeksi.
Pada saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh
aliran air kemih yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di
tempat masuknya ke kandung kemih. Berbagai penyumbatan fisik pada aliran air
kemih (misalnya batu ginjal atau pembesaran prostat) atau arus balik air kemih dari
kandung kemih ke dalam ureter, akan meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi ginjal.

3|STIK Muhammadiyah Pontianak


C. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas
aeruginosa, dan Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh
yang masuk melalui saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung
kemih, lalu ke ureter (saluran kemih bagian atas yang menghubungkan kandung
kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang kemudian menyebar dan dapat
membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi bakteri pada ginjal juga
dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis. Bakteri lebih
mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang
mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor.
Pada pielonefritis akut, inflamasi menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak
lazim. Korteks dan medula mengembang dan multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal
juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi menghsilkan fibrosis dan scarring.
Pielonefritis kronis muncul stelah periode berulang dari pielonefritis akut. Ginjal
mengalami perubahan degeneratif dan menjadi kecil serta atrophic. Jika destruksi
nefron meluas, dapat berkembang menjadi gagal ginjal.

4|STIK Muhammadiyah Pontianak


Pathway

Penyebab (bakteri)

Masuk saluran kemih Masuk saluran darah

Adanya obstruksi Ginjal

Aliran balik ginjal oleh


bakteri

Peradangan/infeksi ginjal

Nyeri akut Hematuria Demam

Kurang pengetahuan
Perubahan kenyamanan Hipertermi

Gangguan pola tidur Ansietas

Penguapan berlebihan Mukosa kering

Resiko kekurangan Nafsu makan


volume cairan

Gangguan nutrisi

Intoleransi aktifitas Kelemahan

5|STIK Muhammadiyah Pontianak


D. Tanda dan Gejala
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba. Kemudian dapat
disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual, dan muntah. Pada beberapa
kasus juga menunjukkan gejala ISK bagian bawah yang dapat berupa nyeri berkemih
dan frekuensi berkemih yang meningkat.
Dapat terjadi kolik renalis, di mana penderita merasakan nyeri hebat yang
desebabkan oleh kejang ureter. Kejang dapat terjadi karena adanya iritasi akibat
infeksi atau karena lewatnya batu ginjal. Bisa terjadi pembesaran pada salah satu atau
kedua ginjal. Kadang juga disertai otot perut berkontraksi kuat.
Pada anak-anak, gejala infeksi ginjal seringkali sangat ringan dan lebih sulit untuk
dikenali.
1. Pyelonefritis akut ditandai dengan :
- Pembengkakan ginjal atau pelebaran penampang ginjal
- Pada pengkajian didapatkan adanya demam yang tinggi, menggigil, nausea,
- Nyeri pada pinggang, sakit kepala, nyeri otot dan adanya kelemahan fisik.
- Pada perkusi di daerah CVA ditandai adanya tenderness.
- Klien biasanya disertai disuria, frequency, urgency dalam beberapa hari.
- Pada pemeriksaan urin didapat urin berwarna keruh atau hematuria dengan
bau yang tajam, selain itu juga adanya peningkatan sel darah putih.
2. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronis Terjadi akibat infeksi yang berulang-ulang, sehingga
kedua ginjal perlahan-lahan menjadi rusak. Tanda dan gejala:
- Adanya serangan pielonefritis akut yang berulang-ulang biasanya tidak
mempunyai gejala yang spesifik.
- Adanya keletihan.
- Sakit kepala, nafsu makan rendah dan BB menurun.
- Adanya poliuria, haus yang berlebihan, azotemia, anemia, asidosis,
proteinuria, pyuria dan kepekatan urin menurun.
- Kesehatan pasien semakin menurun, pada akhirnya pasien mengalami gagal
ginjal.
- Adanya luka pada daerah korteks.
- Ginjal mengecil dan kemampuan nefron menurun dikarenakan luka pada
jaringan.
- Tiba-tiba ketika ditemukan adanya hipertensi.

6|STIK Muhammadiyah Pontianak


E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. Urinalisis Merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada kasus-
kasus urologi. Pemeriksaan ini meliputi uji :
- Makroskopik dengan menilai warna, bau, dan berat jenis urine
- Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/PH, protein, dan gula dalam
urine
- Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder), atau
bentukan lain di dalam urine.
Pada pasien yang menderita pielonefritis saat pemeriksaan urinalisis ditemukan
adanya piuria, bakteriuria (terdapat bakteri di dalam urine), dan hematuria
(terkandung sel-sel darah merah di dalam urine).
2. Pemeriksaan Darah Pemeriksaan darah rutin terdiri atas pemeriksaan kadar
hemoglobin, leukosit, laju endap darah, hitung jenis leukosit, dan hitung
trombosit. Pada pasien dengan pielonefritis, hasil pemeriksaan darah rutinnya
menunjukkan adanya leukositosis (menurunnya jumlah atau kadar leukosit di
dalam darah) disertai peningkatan laju endap darah.
3. Test Faal Ginjal Beberapa uji faal ginjal yang sering diperiksa adalah pemeriksaan
kadar kreatinin, kadar ureum, atau BUN (blood urea nitrogen), dan klirens
kreatinin. Pemeriksaan BUN, ureum atau kreatinin di dalam serum merupakan uji
faal ginjal yang paling sering dipakai di klinik. Sayangnya kedua uji ini baru
menunjukkan kelainan pada saat ginjal sudah kehilangan 2/3 dari fungsinya. Maka
daripada itu, pasien pielonefritis baru akan menunjukkan adanya penurunan faal
ginjal bila sudah mengenai kedua sisi ginjal.
4. Kultur Urine Pemeriksaan ini dilakukan bila ada dugaan infeksi saluran kemih.
Pada pria, urine yang diambil adalah sample urine porsi tengah (mid stream
urine), pada wanita sebaiknya diambil melalui kateterisasi, sedangkan pada bayi
dapat diambil urine dari aspirasi suprapubik atau melalui alat penampung urine.
Jika didapatkan kuman di dalam urine, dibiakkan di dalam medium tertentu untuk
mencari jenis kuman dan sekaligus sensitifitas kuman terhadap antibiotika yang
diujikan. Pada pasien dengan pielonefritis, hasil pemeriksaan kultur urinenya
terdapat bakteriuria.

7|STIK Muhammadiyah Pontianak


Pemeriksaan Radiologi (Pencitraan)
1. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen atau KUB (Kidney Ureter Bladder) adalah foto skrinning
untuk pemeriksaan kelainan-kelainan urologi. Pasien dengan pielonefritis, pada
hasil pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan adanya kekaburan dari
bayangan otot psoas dan mungkin terdapat bayangan radio-opak dari batu saluran
kemih.
2. Pielografi Intra Vena (PIV)
Pielografi Intra Vena (PIV) atau Intravenous Pyelography (IVP) atau dikenal
dengan Intra Venous Urography atau urografi adalah foto yang dapat
menggambarkan keadaan sistem urinaria melalui bahan kontras radio-opak.
Pencitraan ini dapat menunjukkan adanya kelainan anatomi dan kelainan fungsi
ginjal. Hasil pemeriksaan PIV pada pasien pielonefritis terdapat bayangan ginjal
membesar dan terdapat keterlambatan pada fase nefrogram. Adapun pemeriksaan
radiologi lainnya yang juga berkaitan dengan urologi, antara lain :
- Sistografi Adalah pencitraan buli-buli dengan memakai kontras. Dari
sistogram dapat dikenali adanya tumor atau bekuan darah di dalam buli-buli.
Pemeriksaan ini juga dapat untuk menilai adanya inkontinensia stress pada
wanita dan untuk menilai adanya refluks vesiko-ureter.
- Uretrografi Adalah pencitraan urethra dengan memakai bahan kontras.
pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui dan menilai panjang striktura
urethra, trauma urethra, dan tumor urethra atau batu non-opak pada urethra.
- Pielografi Retrograd (RPG) Adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas
(dari ginjal hingga ureter) dengan cara memasukkan kontras radio-opak
langsung melalui kateter ureter yang dimasukkan transurethra.
- Pielografi Antegrad Adalah pencitraan sistem urinaria bagian atas dengan
dengan cara memasukkan kontras melalui sistem saluran (kaliks) ginjal

F. Komplikasi
Ada tiga komplikasi penting dapat ditemukan pada pielonefritis akut (Patologi Umum
& Sistematik J. C. E. Underwood, 2002: 669)
1. Nekrosis papila ginjal. Sebagai hasil dari proses radang, pasokan darah pada area
medula akan terganggu dan akan diikuti nekrosis papila guinjal, terutama pada
penderita diabetes melitus atau pada tempat terjadinya obstruksi.

8|STIK Muhammadiyah Pontianak


2. Fionefrosis. Terjadi apabila ditemukan obstruksi total pada ureter yang dekat sekali
dengan ginjal. Cairan yang terlindung dalam pelvis dan sistem kaliks mengalami
supurasi, sehingga ginjal mengalami peregangan akibat adanya pus.
3. Abses perinefrik. Pada waktu infeksi mencapai kapsula ginjal, dan meluas ke
dalam jaringan perirenal, terjadi abses perinefrik.
Komplikasi pielonefritis kronis mencakup penyakit ginjal stadium akhir
(mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik dan jaringan parut),
hipertensi, dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai organisme
pengurai urea, yang mangakibatkan terbentuknya batu) (Brunner&Suddarth, 2002:
1437).

G. Penatalaksanaan Medis
Infeksi ginjal akut setelah diobati beberapa minggu biasanya akan sembuh
tuntas. Namun residu infeksi bakteri dapat menyebabkan penyakit kambuh kembali
terutama pada penderita yang kekebalan tubuhnya lemah seperti penderita diabetes
atau adanya sumbatan/hambatan aliran urin misalnya oleh batu, tumor dan
sebagainya. Penatalaksanaan medis menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith
tahun 2007:
1. Mengurangi demam dan nyeri dan menentukan obat-obat antimikrobial seperti
trimethroprim-sulfamethoxazole (TMF-SMZ, Septra), gentamycin dengan atau
tanpa ampicilin, cephelosporin, atau ciprofloksasin (cipro) selama 14 hari
2. Merilekskan otot halus pada ureter dan kandung kemih, meningkatkan rasa
nyaman, dan meningkatkan kapasitas kandung kemih menggunakan obat
farmakologi tambahan antispasmodic dan anticholinergic seperti oxybutinin
(Ditropan) dan propantheline (Pro-Banthine)
3. Pada kasus kronis, pengobatan difokuskan pada pencegahan kerusakan ginjal
secara progresif.

9|STIK Muhammadiyah Pontianak


Penatalaksanaan keperawatan menurut Barbara K. Timby dan Nancy E. Smith
tahun 2007:
1. Mengkaji riwayat medis, obat-obatan, dan alergi.
2. Monitor Vital Sign
3. Melakukan pemeriksaan fisik
4. Mengobservasi dan mendokumentasi karakteristik urine klien.
5. Mengumpulkan spesimen urin segar untuk urinalisis.
6. Memantau input dan output cairan.
7. Mengevaluasi hasil tes laboratorium (BUN, creatinin, serum electrolytes)
8. Memberikan dorongan semangat pada klien untuk mengikuti prosedur pengobatan.
Karena pada kasus kronis, pengobatan bertambah lama dan memakan banyak biaya
yang dapat membuat pasien berkecil hati.

10 | S T I K M u h a m m a d i y a h P o n t i a n a k
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai insidens infeksi saluran kemih yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pria.
2. Riwayat penyakit
- Keluhan utama : Nyeri punggung bawah dan disuria
- Riwayat penyakit sekarang : Masuknya bakteri kekandung kemih sehingga
menyebabkan infeksi
- Riwayat penyakit dahulu : Mungkin px pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya
- Riwayat penyakit keluarga : ISK bukanlah penyakit keturunan
3. Pola fungsi kesehatan
- Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Kurangnya pengetahuan kx
tentang pencegahan
- Pola instirahat dan tidur : Istirahat dan tidur kx mengalami gangguan karena
gelisah dan nyeri.
- Pola eminasi : Kx cenderung mengalami disuria dan sering kencing
- Pola aktivitas : Akativitas kx mengalami gangguan karena rasa nyeri yang
kadang datang
4. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
- TD : normal / meningkat
- Nadi : normal / meningkat
- Respirasi : normal / meningkat
- Temperatur : meningkat
b. Data focus
- Inpeksi : Rrekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh
- Palpasi : Suhu tubuh meningkat

11 | S T I K M u h a m m a d i y a h P o n t i a n a k
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri b.d infeksi pada ginjal


2. Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi
3. Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) b.d
infeksi pada ginjal.
4. Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode
pencegahan,dan instruksi perawatan di rumah
5. Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan membran
mukosa, kurang nafsu makan
7. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum

INTERVENSI

DX: Nyeri b.d infeksi pada ginjal


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman
dan nyerinya berkurang.
Kreteria hasil : Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul

Intervensi Rasional
1. Kaji intensitas, lokasi, dan factor yg 1. Rasa sakit yg hebat menandakan
memperberat atau meringankan nyeri adanya infeksi
2. Berikan waktu istirahat yg cukup dan 2. Pasien dapat istirahat dengan tenang
tingkat aktifitas yg dapat di toleran dan dapat merilekskan otot-otot
3. Berikan analgetik sesuai dengan 3. Analgetik memblok lintasan nyeri
program terapi
4. Catat lokasi, lamanya intensitas skala 4. Membantu mengevaluasi tempat
(1-10) penyebara nyeri obstruksi dan penyebab nyeri
5. Bantu atau dorong penggunaan nafas 5. Membantu mengarahkan kembali
berfokus pada relaksasi perhatian dan relaksasi otot
6. Berikan perawatan perineal 6. Untuk mencegah kontaminasi uretra

12 | S T I K M u h a m m a d i y a h P o n t i a n a k
DX: Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam klien tidak mengalami
demam
Kreteria hasil : Hilangnya rasa mual, suhu tubuh kembali normal, nafasnormal dan suhu kulit
lembab

Intervensi Rasional
1. Pantau suhu pasien (drajat dan pola) 1. Suhu 38,9 C 41,1 C
perhatikan menggigil/diaphoresis menunjukkan proses penyakit
infeksius akut
2. Pantau suhu lingkungan, batasi 2. Suhu ruangan/jumlah selimut harus
/tambahkan linen tempat tidur, sesuai diubah untuk mempertahankan suhu
indikasi mendekati normal

3. Berikan kompres mandi hangat, 3. Dapat membantu mengurangidemam.


hindari penggunaan alcohol Catatan : penggunaan air es/alkohol
mungkin menyebabakan kedinginan,
peningkatan suhu secara aktual.
Selain itu alkoholdapat mengeringkan
kulit
4. Berikan selimut 4. Digunakan untuk mengurangi demam

5. Berikan antipiretik, misalnya 5. Digunakan untuk mengurangi demam


ASA(aspirin), asetaminofen (tylenol) dengan aksi
sentralnya pada hipotalamus.
Meskipun demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme. Dan
meningkatkan autodestruksi dari sel-
sel yang terinfeksi

13 | S T I K M u h a m m a d i y a h P o n t i a n a k
DX: Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) b.d
infeksi pada ginjal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pola eliminasi klien dapat
normal
Kreteria Hasil : Pola eliminasi klien membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih
(urgensi, oliguri, disuria)

Intervensi Rasional
1. Ukur dan catat urine setiap kali 1. Untuk mengetahui adanya
berkemih perubahan warna dan untuk
mengetahui input/output
2. Anjurkan pasien untuk berkemih 2. Untuk mencegah terjadinya
setiap 2-3 jam penumpukan urine dalam vesika
urinaria
3. Palpasi kandung kemih tiap 4 jam
3. Untuk mengetahui adanya distensi
kandung kemih
4. Bantu klien mendapatkan posisi 4. Supaya klien tidak sukar berkemih
berkemih yang nyaman
5. Dorong meningkatkan pemasukan 5. Peningkatkan hidrasi membilas
cairan bakteri
6. Tingkatkan masukan sari buah berri 6. Peningkatan masukan sari buah
dan berikan obat-obatan untuk dapat berpengaruh dalam
meningkatakan asam urine. pengobatan infeksi saluran kemih

14 | S T I K M u h a m m a d i y a h P o n t i a n a k
DX: Kurang pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit, metode
pencegahan,dan instruksi perawatan di rumah
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60 menit klien dapat mengetahui
tentang proses penyakit
Kriteria hasil: Klien menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik, rencana
pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi Rasional
1. Kaji ulang proses penyakit dan 1. Memberikan pengetahuan dasar
harapan yang akan datang. dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi
2. Berikan informasi tentang: sumber 2. Pengetahuan apa yang diharapkan
infeksi, tindakan untuk mencegah dapat mengurangi ansietas dan
penyebaran, jelaskan pemberian membantu mengembangkan
antibiotik, pemeriksaan diagnostik: kepatuhan pasien terhadap rencana
tujuan, gambaran singkat, persiapan terapeutik.
yang dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah
pemeriksaan

3. Pastikan pasien atau orang terdekat


3. Instruksi verbal dapat dengan mudah
telah menulis perjanjian untuk
untuk dilupakan
perawatan lanjut dan instruksi tertulis
untuk perawatan sesudah
pemeriksaan.

4. pasien sering menghentikan obat


4. Instruksikan pasien untuk
mereka, jika tanda-tanda penyakit
menggunakan obat yang diberikan,
mereda. Cairan menolong membilas
minum sebanyak kurang lebih
ginjal. Asam piruvat dari sari buah
delapan gelas per hari khususnya sari
berri membantu mempertahankan
buah berri.
keadaan asam urin dan mencegah
pertumbuhan bakteri

15 | S T I K M u h a m m a d i y a h P o n t i a n a k
5. Berikan kesempatan pada pasien 5. Untuk mendeteksi isyarat indikatif
untuk mengekspresikan perasaan dan kemungkinan ketidakpatuhan dan
masalah tentang rencana pengobatan. membantumengembangkan
penerimaan rencana terapeutik

DX: Resiko kekurangan volume cairan b.d intake tidak adekuat


Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam volume
cairan terpenuhi dengan baik
Kriteria hasil: Klien tidak merasakan haus lagi baik siang maupun malam, memiliki
keseimbangan asupan dan haluaran yang seimbang dalam 24 jam

Intervensi Rasional
1. Pantau pola berkemih ukur dan catat 1. Untuk mengetahui adanya perubahan
produksi urine setiap kali berkemih warna dan untuk mengetahui input
dan out put
2. Pantau membran mukosa yang kering 2. Turgor kulit yang kurang baik dan
turgor kulit yang kurang baik dan rasa rasa haus yang berlebih memperkuat
haus yang berlebih memperkuat tanda tanda tanda dehidrasi
tanda dehidrasi
3. Tempatkan pasien pada posisi 3. Memaksimalkan aliran balik vena bila
terlentang tandelenburg sesuai terjadi hipotensi
kebutuhan pasien
4. Tipe dan jumlah cairan tergantung
4. Kolaborasai
pada derajad kekurangan cairan.
Berikan terapi cairan ( normal salin )
sesuai indikasi.

16 | S T I K M u h a m m a d i y a h P o n t i a n a k
DX: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.dhipertermi, perubahan membran
mukosa, kurang nafsu makan
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasienmerasa nafsu
makan bertambah.
Kriteria hasil: Menunjukkan status gizi baik: asupan makanan, cairan dan zat gizi.

Intervensi Rasional
1. Pantau/catat pemasukan diet 1. Membantu dan
mengidentifikasidefisiensi dan
kebutuhan diet.Kondisi fisik umum,
gajala uremik (contoh : mual,
anoreksia,gangguan rasa) dan
pembatasandiet multiple
mempengaruhi pemasukan makanan
2. Tawarkan perawatan mulutsering/cuci 2. Membran mukosa menjadi kering dan
dengan larutan (25%)cairan asam pecah. Perawatan mulut
asetat. Berikan permenkaret, permen menyejukkan, meminyaki dan
keras, penyegar mulutdiantara makan membantu menyegarkan rasa mulut
yang sering tidak nyaman pada
uremia dan membatasi pemasukan
oral. Pencucian dengan asam asetat
membantu menetralkan amonea yang
dibentuk oleh perubahan urea.
3. Berikan makanan sedikit tapi sering 3. Meminimalkan anoreksia dan mual
sehubungan dengan status
uremik/menurunnya paristaltik
4. Kolaborasi : 4. Menentukan kalori individu dan
Konsul dengan ahli gizi/tim kebutuhan nutrisi dalam
pendukung nutrisi pembatasan,dan mengidentifikasi rute
paling efektif dan produknya,contoh
tambahan oral, makanan selang
hiperalimentasi

17 | S T I K M u h a m m a d i y a h P o n t i a n a k
5. Batasi kalium, natrium dan 5. Pembatasan elektrolit ini dibutuhkan
pemasukan fosat sesuai indikasi untuk mencegah kerusakan ginjal
lebih lanjut,khususnya bila dialisis
tidak menjadi bagian pengobatan, dan
atau selama fase penyembuhan
6. Awasi pemeriksaan 6. Indikator kebutuhan nutrisi,
labiratorium,contoh; BUN, albumin pembatasan, dan kebutuhan
serum,transferin, natrium dan kalium. /efektivitas terapi

DX: Intoleransi aktivitas b.d kelemahan umum

Kriteria hasil: Klien dapat mengidentifikasi aktifitas dan atau situasi yang menimbulkan
kecemasan yang berkontribusi pada intoleransi aktivitas
Intervensi Rasional
1. Bantu aktivitas perawatan diri yang di 1. Meminimalkan kelelahan dan
perlukan. Berikan kemajuan membantu keseimbangan suplai dan
peningkatan aktifitas selama fase kebutuhan oksigen
penyembuhan.
2. Evaluasi respon pasien 2. Menetapkan kemampuan /kebutuhan
terhadapaktifitas. Catat laporan pasien dan memudahkan pemilihan
dispnea, peningkatan kelemahan / intervensi
kelelahandan perubahan tanda vital
selama dan setelah aktivitas

18 | S T I K M u h a m m a d i y a h P o n t i a n a k
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala ginjal, tubulus, dan jaringan interstisial
dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalui uretra dan naik ke
ginjal. Meskipun ginjal menerima 20%-25% curah jantung, bakteri jarang mencapai ginjal
melalui darah. Kasus penyebaran secara hematomgen kurang dari 3%. Escherichia coli
(bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di usus besar) merupakan penyebab dari 90%
infeksi ginjal. Infeksi biasanya dari daerah kelamin yang naik ke kandung kemih. Pada
saluran kemih yang sehat, naiknya infeksi ini biasanya bisa dicegah oleh aliran air kemih
yang akan membersihkan organisme dan oleh penutupan ureter di tempat masuknya ke
kandung kemih.

19 | S T I K M u h a m m a d i y a h P o n t i a n a k

Anda mungkin juga menyukai